aklim dan sansevera

7
ACARA III KULTUR TANAMAN CAM (SANSIVERA) A. Pendahuluan Tumbuhan CAM adalah tumbuhan sukulen yang pada umumnya tidak memiliki lapisan sel palisade yang teratur. Sel daun dan ranting merupakan sel mesofil bunga karang dan terdapat sel bundle sheath. Pembentukan asam malat tumbuhan CAM pada malam hari, disertai dengan penguraian gula, pati, atau polimer glukosa yang mirip dengan pati. Tumbuhan CAM (Crassulation Acid Metabolisme) pada dasarnya adalah tumbuhan sukulen yaitu tumbuhan yang berdaun atau berbatang tebal yang bertranspirasi rendah. Dalam kondisi kering, stomatanya pada malam hari akan terbuka untuk mengabsorbsi CO 2 dan menutup pada siang hari untuk mengurangi transpirasi. Fiksasi CO 2 tanaman CAM sama seperti tanaman C4 hanya saja terjadinya pada malam hari dan energi yang dibutuhkan diperoleh dari glikolisis. Namun dalam kondisi cukup lemah, banyak spesies CAM mengubah fungsi stomata dan karboksilasi seperti tumbuhan C3. Tumbuhan CAM (Crassulation Acid Metabolisme) juga mempunyai metode fisiologis untuk mereduksi kehilangan air dan menghindari kekeringan. Tanaman CAM biasanya memiliki lapisan lilin atau kutikula untuk daya adaptasi tanaman terhadap kondisi

Upload: desimurniningsih

Post on 17-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

proses aklimatisasi dan perbanyakan sansevera secara in vitro

TRANSCRIPT

ACARA IIIKULTUR TANAMAN CAM (SANSIVERA)A. Pendahuluan

Tumbuhan CAM adalah tumbuhan sukulen yang pada umumnya tidak memiliki lapisan sel palisade yang teratur. Sel daun dan ranting merupakan sel mesofil bunga karang dan terdapat sel bundle sheath. Pembentukan asam malat tumbuhan CAM pada malam hari, disertai dengan penguraian gula, pati, atau polimer glukosa yang mirip dengan pati.

Tumbuhan CAM (Crassulation Acid Metabolisme) pada dasarnya adalah tumbuhan sukulen yaitu tumbuhan yang berdaun atau berbatang tebal yang bertranspirasi rendah. Dalam kondisi kering, stomatanya pada malam hari akan terbuka untuk mengabsorbsi CO2dan menutup pada siang hari untuk mengurangi transpirasi. Fiksasi CO2tanaman CAM sama seperti tanaman C4 hanya saja terjadinya pada malam hari dan energi yang dibutuhkan diperoleh dari glikolisis. Namun dalam kondisi cukup lemah, banyak spesies CAM mengubah fungsi stomata dan karboksilasi seperti tumbuhan C3. Tumbuhan CAM (Crassulation Acid Metabolisme) juga mempunyai metode fisiologis untuk mereduksi kehilangan air dan menghindari kekeringan.

Tanaman CAM biasanya memiliki lapisan lilin atau kutikula untuk daya adaptasi tanaman terhadap kondisi lingkungan yang kurang mendukung, seperti: kekeringan, serangan hama penyakit atau adanya jamur dan bakteri. Dalam melakukan kultur tanaman CAM harus menghilangkan lapisan kutikula/lilin tersebut dengan jalan menambahkan larutan tween-80.

Sansivera atau lidah mertua (mother-in-laws tongue) adalah marga tanaman hias yang cukup populer. Sansivera merupakan tanaman hias yang bentuknya unik. Tanaman ini berbentuk daun saja. Sansivera memiliki ciri daun keras, sukulen, tegak, dengan ujung meruncing, serta daun yang tidak mudah layu. Sansivera dikenal dengan sebutan tanaman lidah mertua karena bentuknya yang tajam, ada juga yang menyebutnya dengan pedang-pedangan.

Keistimewaan Sansivera yang utama adalah memiliki kemampuan menyerap bahan polutan, racun sebanyak 107 jenis polutan. Diantaranya adalah karbondioksida, benzene, formaldehyde, dan trichloroethylene. Termasuk racun-racun yang terkandung dalam polusi udara (karbonmonoksida), racun rokok (nikotin), bahkan radiasi nuklir, serta Pb (timbal). Perbanyakan Sansivera trifasciata dapat dilakukan dengan biji, stek, daun, anakan, menumbuhkan tunas rimpang dan kultur jaringan. Metode kultur jaringan akan lebih seragam dengan sifat-sifatnya sama seperti tanaman induknya jika dibedakan dengan perbanyakan stek daun.B. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui teknik kultur jaringan Sansivera

2. Mengetahui pengaruh BAP dan IBA terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan Sansivera

C. Alat dan Bahan1. Alat

a. LAFC lengkap dengan lampu bunsen

b. Petridish dan botol-botol kultur

c. Peralatan diseksi yaitu pinset besar/kecil dan pisau pemes.

2. Bahana. Eksplan : sansiverab. Media kulltur

c. Alkohol 96 %

d. Aquadest steril

e. Spirtusf. Chlorox (Sunclin)D. Cara Kerja

1. Persiapan eksplan

2. Sterilisai eksplan (dilakukan dalam LAFC)

a. Merendam eksplan dalam larutan Dithane M-45 3 mg/l selama 12 jam, dilanjutkan dengan chlorox 5,25 % (Sunclin 100 %) selama 3 menit.

b. Merendam dalam larutan tween-80 untuk menghilangkan lapisan lilin/kutikula/duri-duri/rambut.c. Membilas eksplan dengan aquadest steril.

3. Penanaman eksplan

a. Membuka plastik penutup botol media kultur.

b. Mengambil eksplan dan menanamnya di media kultur dengan pinset. Setelah digunakan, pinset harus selalu dibakar di atas api.

c. Selama penanaman, mulut botol harus selalu dekat dengan api untuk menghindari kontaminasi.

4. Pemeliharaan

a. Botol-botol media berisi eksplan ditempatkan di rak-rak kultur

b. Lingkungan di luar botol harus dijaga suhu, kelembaban dan cahayanya.

c. Penyemprotan botol-botol kultur dengan spirtus dilakukan 2 hari sekali untuk mencegah kontaminasi.

5. Pengamatan selama 5 minggu, yang diamati :

a. Saat muncul akar, tunas, daun dan kalus (HST), diamati setiap hari.

b. Jumlah akar, tunas dan daun, diamati 1 minggu sekali.

c. Deskripsi kalus (struktur dan warna kalus), dilakukan pada akhir pengamatan.

d. Persentase keberhasilan, dilakukan pada akhir pengamatan.ACARA VAKLIMATISASI (ANGGREK)A. Pendahuluan

Kultur jaringan merupakan salah satu teknologi perbanyakan bibit sehingga dalam waktu singkat diperoleh bibit dalam jumlah banyak (Rossa et al. 2011). Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuhkembangkan bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan maupun organ dalam kondisi aseptik secara in vitro. Teknik ini mampu memperbanyak tanaman dalam jumlah besar dan dalam waktu relatif singkat. Oleh karena itu, perbanyakan anggrek dengan teknik kultur jaringan memiliki potensi untuk dikembangkan.

Tahap akhir yang dilakukan setelah menanam eksplan dalam botol (in-vitro) yaitu tahap aklimatisasi planlet. Aklimatisasi adalah memindahkan planlet dari lingkungan yang terkendali (dalam botol) ke lingkungan yang tidak terkendali (lapang). Aklimatisasi dilakukan dengan memindahkan planlet ke media aklimatisasi dengan intensitas cahaya rendah dan kelembapan nisbi tinggi, kemudian secara berangsur-angsur kelembapannya diturunkan dan intensitas cahayanya dinaikkan (Yusnita 2003). Tahap ini merupakan tahap yang kritis karena kondisi iklim di rumah kaca atau rumah plastik dan di lapangan sangat berbeda dengan kondisi di dalam botol kultur.

B. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui teknik aklimatisasi pada tahapan akhir dari kultur jaringan.

2. Meningkatkan pemahaman dan memberikan ketrampilan melakukan aklimatisasi planlet anggrek.3. Mengetahui adaptabilitas planlet anggrek pada tahap akklimatisasi.C. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Pot/Gelas plastik

2. Bahan

a. Planlet anggrek

b. Media tanam : pakis, arang, sabut aren

D. Cara Kerja

1. Menyiapkan media tanam untuk aklimatisasi dengan pakis, arang, sabut aren yang telah diletakkan pada pot (gelas plastik).

2. Mengambil planlet anggrek dari dalam botol dengan sangat hatihati.

3. Membersihkan planlet dari sisasisa media agar sampai bersih, bila perlu dicuci dengan menggunakan air bersih.

4. Tanam planlet pada media yang sudah disiapkan.5. Lakukan pengamatan pada tanaman selama 2 minggu, jumlah daun dan tinggi tanaman.