akl 9

64
Perusahaan dalam Kesulitan Keuangan Perusahaan dapat mengalami kesulitan keuangan karena berbagai sebab. Seperti, kerugian operasi terus-menerus, kredit pelanggan yang mengalami kemunduran pembayaran, pengelolaan modal kerja yang buruk. Masalah likuiditas perusahaan sering kali berakumulasi. Kegagalan memperoleh tingkat penjualan yang memuaskan, membuat perusahaan tidak dapat memperoleh sumber pendanaan yang mencukupi sehingga kesulitan dalam pembayaran utang dan siklus kesulitan keuangan yang tak berujung mulai terjadi. Pada saat ini, kreditor eksternal dapat mengajukan klaim dan permintaan pembayaran atas piutangnya. Sebuah perusahaan dapat mengajukan petisi kepada pengadilan untuk menyatakan diri pailit karena berbagai alasan, seperti melindungi diri dari serangkaian tuntutan hukum. Pihak pengadilan berusaha mendefinisikan batasan kepailitan yang tepat dan masing-masing kasus diselesaikan secara terpisah. Insolvabilitas diartikan sebagai suatu kondisi dimana sebuah perusahaan tidak mampu memenuhi pembayaran utangnya pada saat jatuh tempo. RANGKAIAN TINDAKAN Kepailitan merupakan langkah terakhir yang dapat diambil oleh usaha yang mengalami tekanan keuangan. Namun sebelumnya, manajemen berupaya untuk bekerja sama dengan kreditor perusahaan untuk memenuhi klaim kreditor. Sejumlah perjanjian nonyudisial dapat dilakukan dengan kreditor. Jika langkah ini 1

Upload: mirahdave

Post on 26-Sep-2015

74 views

Category:

Documents


37 download

DESCRIPTION

akuntansi keuangan lanjutan bab 9

TRANSCRIPT

Perusahaan dalam Kesulitan Keuangan

Perusahaan dapat mengalami kesulitan keuangan karena berbagai sebab. Seperti, kerugian operasi terus-menerus, kredit pelanggan yang mengalami kemunduran pembayaran, pengelolaan modal kerja yang buruk. Masalah likuiditas perusahaan sering kali berakumulasi. Kegagalan memperoleh tingkat penjualan yang memuaskan, membuat perusahaan tidak dapat memperoleh sumber pendanaan yang mencukupi sehingga kesulitan dalam pembayaran utang dan siklus kesulitan keuangan yang tak berujung mulai terjadi. Pada saat ini, kreditor eksternal dapat mengajukan klaim dan permintaan pembayaran atas piutangnya.

Sebuah perusahaan dapat mengajukan petisi kepada pengadilan untuk menyatakan diri pailit karena berbagai alasan, seperti melindungi diri dari serangkaian tuntutan hukum. Pihak pengadilan berusaha mendefinisikan batasan kepailitan yang tepat dan masing-masing kasus diselesaikan secara terpisah. Insolvabilitas diartikan sebagai suatu kondisi dimana sebuah perusahaan tidak mampu memenuhi pembayaran utangnya pada saat jatuh tempo.

RANGKAIAN TINDAKANKepailitan merupakan langkah terakhir yang dapat diambil oleh usaha yang mengalami tekanan keuangan. Namun sebelumnya, manajemen berupaya untuk bekerja sama dengan kreditor perusahaan untuk memenuhi klaim kreditor. Sejumlah perjanjian nonyudisial dapat dilakukan dengan kreditor. Jika langkah ini gagal, perusahaan akan menghadapi langkah yudisial yang diberlakukan oleh pengadilan niaga.

Tindakan Nonyudisial

Perjanjian formal antar perusahaan dan kreditor merupakan tindakan yang mengikat secara hukum, tetapi tidak berada di bawah pengadilan. Tindakan nonyudisial yang utama adalah restrukturisasi utang.

Perjanjian Restrukturisasi Utang

Perjanjian antara perusahaan debitor dengan satu atau lebih kreditor merupakan hal yang umum bagi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan untuk sementara waktu.Pihak debitor dapat mengajukan perpanjangan waktu jatuh tempo utang, meminta penurunan suku bunga utang, atau meminta modifikasi persyaratan dalam kontrak utang.Pihak kreditor bersedia unutk memberikan konsesi kepada debitor daripada menghadapi resiko beban legal dan kerugian yang timbul dari tindakan hukum terhadap debitor yang sebelumnya sangat berharga.Akuntansi debitor untuk restrukturisasi utang bermasalah diatur dalam PSAK 54 tentang Akuntansi untuk Utang Bermasalah. Akuntansi bagi kreditor untuk penurunan nilai utang wesel dan pinjaman juga disajikan dalam PSAK 54.

Bentuk perjanjian restrukturisasi utang yang lain adalah perjanjian komposisi. Dimana kreditor bersepakat untuk menerima klaim dengan nilai yang lebih rendah dari nilai pokoknya. Keuntungan bagi pihak kreditor adalah mereka akan segera menerima pembayaran tunai dan umumnya menegosiasikan waktu pembayaran tunai yang tersisa. Perjanjian komposisi melibatkan seluruh kreditor, meskipun beberapa kreditor tidak bersedia untuk menyetujui komposisi tersebut.

Manajemen Komite Kreditor

Melalui manajemen komite kreditor, kreditor menyetujui untuk membantu pihak debitor dalam mengelola pembayaran yang paling efisien terhadap klaim kreditor.Pembentukan komite kreditor merupakan tindakan nonyudisial yang diawali dengan rencana penyelesaian yang diajukan oleh debitor.Rencana penyelesaian ini berisi skedul pembayaran yang menyebutkan utang khusus dan prakiraan pembayaran.

Dalam kasus ekstrem, kreditor dapat memutuskan untuk mengambil alih kendali operasi perusahaan debitor dengan menunjuk seorang trustee.Trustee memberikan laporan kepada kreditor dengan rekomendasi penyelesaian akhir klaim dan berupaya menjalankan skedul pembayaran atau merekomendasi kepailitan sebagai alternative terbaik.Keuntungan manajemen komite kreditor adalah kreditor memiliki kendali operasional terhadap debitor dan menerima laporan utuh mengenai kondisi keuangan debitor.Kerugiannya adalah mengahadapi resiko yang lebih besar jiak debitor mengalami kepailitan.Keuntungan bagi debitor adalah bhawa kreditor berusaha membantu debitor dalam mengatasi kesulitan keuangan dan masih mungkin mengambil alih kembali kendali operasional jika masalah keuangan terselesaikan tanpa melakukan tindakan hukum.

Pengalihan Aset

Beberapa debitor dalam kesulitan keuangan dapat mengalihkan aset, seperti piutang atau instrument keuangan lainnya, dalam upaya untuk memperoleh uang tunai.PSAK 54 menetapkan bahwa pengalihan aset keuangan dianggap sebagai penjualan hanya jika pihak yang melakukan pengalihan telah menyerahkan kendali atas aset yang dialihkan tersebut.Berarti aset yang dialihkan tersebut telah dipisahkan dari pihak yang mengalihkan dan pihak penerima pengalihan memperoleh hak untuk menjanjikan atau menukarkan aset yang dialihkan.Tindakan YudisialKepailitan merupakan tindakan yudisial yang dilakukan oleh pengadilan niaga dan hakim pengadilan niaga dengan menggunakan pedoman dalam Undang-undang Kepailitan No.37/2004 yang menyediakan kerangka yang diperlukan untuk pengajuan kepailitan.

Pihak debitor dapat mengajukan sebuah petisi sukarela untuk mendapat perlindungan yudisial dalam bentuk urutan pembebasan dari inisiasi atau kelanjutan klaim hukum yang diajukan kreditor kepada debitor, selain itu pihak kreditor mengajukan sebuah petisi pemaksaan atas debitor.

UU Kepailitan memberikan dua alternatif utama berdasarkan perlindungan pengadilan niaga.Dua alternatif ini sering dikenal penundaan pembayaran, dimana pihak debitor memperoleh perlindungan yudisial selama periode rehabilitas.Alternative kedua adalah pernyataan kebangkrutan dan likuidasi, sering kali dilakukan oleh seorang trustee yang ditunjuk pengadilan.Perbedaan antara reorganisasi dengan likuidasi adalah bahwa setelah reorganisasi debitor tetap melanjutkan usahanya, sedangkan untuk likuidasi usaha tersebut dihentikan.Penundaan PembayaranPenundaan pembayaran memungkinkan untuk perlindungan legal dari tindakan kreditor selama periode waktu yang diperlukan untuk mereorganisasi perusahaan debitor dan mengembalikan operasi perusahaan ke tingkat menguntungkan.Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan mengajukan petisi kepada pengadilan niaga untuk memperoleh perlindungan dari kreditornya.Perusahaan terus beroperasi dan mempersiapkan rencana reorganisasi yang berfungsi sebagai pedoman operasi selama masa masa reorganisasi.

Petisi harus membahas berbagai alternatif untuk melikuidasi debitor dan membagikan penerimaan kas yang diperkirakan kepada para debitor. Pernyataan pengungkapan dikirimkan kepada seluruh kreditor dan pihak lain yang berwenang untuk memberikan suara terhadap rencana reorganisasi. Selanjutnya, pengadilan niaga mengevaluasi masukan terhadap rencana yang diperoleh dan mengesahkan atau menolak rencana reorganisasi tersebut.Reorganisasi membutuhkan waktu lebih dari satu tahun.

Neraca perusahaan dalam reorganisasi memiliki beberapa sifat khusus, yaitu:

1. Kewajiban prapetisi yang akan dikompromikan sebagai bagian dari rencana reorganisasi harus dilaporkan secara terpisah dari kewajiban yang tidak akan dikompromikan.

2. Kewajiban harus dilaporkan sebesar perkiraan jumlah yang diperbolehkan oleh pengadilan niaga.

Laporan laba rugi untuk perusahaan dalam reorganisasi memiliki ketentuan khusus, yaitu:

1) Jumlah dalam laporan laba rugi yang berkaitan dengan reorganisasi harus dilaporkan secara terpisah sebagai pos reorganisasi pada periode terjadinya. Setiap keuntungan dan kerugian yang berasal dari operasi dalam penghentian harus dilaporkan secara terpisah menurut PSAK 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan.

2) Sebagian pendapatan bunga yang diperoleh selam proses reorganisasi merupakan hasil dari debitor yang tidak diwajibkan untuk melunasi utangnya dan menginvestasi sumber daya yang tersedia pada instrument yang menghasilkan bunga.

3) Laba per saham diungkapkan, namun antisipasi perubahan jumlah lembar saham biasa atau setara saham biasa yang terjadi sebagai akibat proses reorganisasi harus diungkapkan.

Laporan arus kas sebuah perusahaan dalam reorganisasi memiliki karakter khusus, yaitu:

1. PSAK 2 tentang Laporan Arus Kas lebih menyarankan penggunaan metode langsung untuk menyajikan arus kas dari aktivitas operasi.2. Arus kas yang berkaitan dengan proses reorganisasi harus dilaporkan secara terpisah dari arus kas yang berasal dari operasi rutin.Akuntansi Permulaan Baru (Fresh Start Accounting)Pandangan dasar reorganisasi adalah permulaan baru bagi perusahaan.Pelaporan permulaan baru harus digunakan per tanggal konfirmasi rencana reorganisasi jika dua kondisi berikut ini terjadi.

1. Nilai reorganisasi aset dari entitas yang akan muncul sesaat sebelum tanggal konfirmasi lebih kecil daripada total seluruh kewajiban dan klaim pascapetisi.

2. Pemegang saham dengan hak suara yang ada saat sebelum konfirmasi menerima kurang dari 50% saham dengan hak suara dari entitas yang akan muncul.

Akuntansi permulaan baru menghasilkan entitas pelaporan yang baru. Perusahaan diwajibkan untuk menghitung nilai reorganisasi aset-aset yang merupakan nilai wajar entitas sebelum mempertimbangkan kewajiban dan mendekati jumlah yang akan dibayar oleh seorang pembeli aset entitas yang berminat. Nilai ini dialokasikan untuk aset yang menggunakan alokasi metode nilai dalam PSAK 22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha. Nilai reorganisasi yang melebihi jumlah yang dialokasikan dilaporkan sebagai aset tidak berwujud yang disebut sebagai nilai reorganisasi yang melebihi jumlah yang dialokasikan pada aset yang dapat diidentifikasi, dicatat sesuai dengan PSAK 19 tentang Aset Tak Berwujud.

Perusahaan yang Tidak Memenuhi Persyaratan untuk Akuntansi Permulaan Baru

Perusahaan-perusahaan yang tidak memenuhi dua kondisi untuk akuntansi permulaan baru harus menentukan apakah asetnya mengalami penurunan nilai.Perusahaan-perusahaan yang tidak memenuhi untuk akuntansi permulaan baru mencatat biaya restrukturisasi berdasarkan PSAK 58 tentang Penghentian Operasi.

Akuntansi untuk aset jangka panjang dilakukan berdasakan PSAK 48, tentang Penurunan Nilai Aset. Aset jangka panjang dibedakan menjadi: 1) yang akan dimiliki dan digunakan, dan 2) yang akan dilepaskan dengan menjual. Untuk aset jangka panjang individual yang akan dihapuskan dengan penjualan akan dinilai kembali menjadi niali terendah antara nilai tercatat atau nilai wajar dikurangi biaya penjualan. Keputusan manajemen untuk melepaskan segmen usaha diperhitungkan sebagai segmen dihentikan berdasarkan PSAK 57.

PSAK 54 hanya berlaku untuk transaksi restrukturisasi utang tertentu. Keuntungan atau kerugian berdasarkan PSAK 54 merupakan hal yang sama seperti penyajian ulang utang secara umum dalam proses reorganisasi. Dalam kebanyakan kasus restrukturisasi utang perusahaan dalam rencana reorganisasi, keuntungan debitor dari restrukturisasi utang akan lebih besar daripada yang semestinya diakui menurut PSAK 54.Rencana Reorganisasi

Rencana reorganisasi umumnya terdiri dari sebuah dokumen terperinci dengan pembahasan penuh mengenai tindakan-tindakan utama yang akan ditempuh selama proses reorganisasi. Selaian tindakan utama, manajemen juga terus berproduksi dan menjual produk, menagih piutang dan menjalankan operasi harian lainnya. Kebanyakan rencana ini berisi pembahasan yang terperinci mengenai hal-hal berikut.

1. Penghapusan operasi yang tidak menguntungkan, melalui penjualan atau likuidasi

2. Restrukturisasi utang dengan kreditor tertentu

3. Revaluasi aset dan kewajiban

4. Pengurangan atau penghapusahn klaim pemegang saham terdahulu dan penerbitan saham baru kepada kreditor atau pihak lainnya.

Rencana reorganisasi harus disetujui oleh paling sedikit separuh dari semua kreditor, yang memiliki dua pertiga dari jumlah nominal total utang debitor yang belum lunas, meskipun pihak pengadilan masih dapat mengesahkan rencana yang disetujui oleh kreditor dengan jumlah yang tidak memenuhi ketentuan, asalkan pihak pengadilan menemukan alasan bahwa rencana tersebut mewakili kepentingan terbaik seluruh pihak, layak dan adil bagi kelompok yang tidak menyetujui rencana itu.

Ilustrasi Reorganisasi

Neraca PT Induk pada tanggal 31 Desember 20X6 disajikan dalam Figur 17-1. Pada tanggal 2 Januari 20X7, manajemen PT Induk mengajukan petisi pada pengadilan niaga dalam rangka penundaan pembayaran untuk memperoleh penangguhan pembayaran utang dan waktu untuk merehabilitasi perusahaan serta mengembalikannya pada operasi yang menguntungkan.

Berikut adalah garis waktu yang menunjukkan tanggal-tanggal yang relevan untuk contoh ini

Proses Reorganisasi

2 Jan

1 Juli

31 Des

2 Jan

1 Apr

20X7

20X7

20X7

20X8

20X8

PeriodePetisi

RencanaAkhir tahunRencanaReorganisasi

Prapetisidiajukanreorganisasifiscal

reorganisasiselesai

diajukan

diajukan

Figur 17-1

Neraca pada Tanggal Insolvabilitas Perusahaan

PT INDUK

Neraca

31 Desember 20X6

Aset

Kas Rp 2.000.000

Efek yang Dapat Dipasarkan 8.000.000

Piutang Usaha Rp 20.000.000

Dikurangi : Penyisihan Piutang Tak Tertagih ( 2.000.000) 18.000.000

Persediaan 45.000.000

Aset Dibayar di Muka 1.000.000

Jumlah Aset Lancar Rp 74.000.000

Aset Tetap

Biaya Akumulasi Biaya belu

Penyusutan Disusutkan

Tanah Rp 10.000.000 Rp -0- Rp 10.000.000

Bangunan 75.000.000 20.000.000 55.000.000

Peralatan 40.000.000 4.000.000 36.000.000

Total Rp 125.000.000 Rp (24.000.000) Rp 101.000.000 101.000.000

Total Aset Rp 175.000.000

Kewajiban

Utang Usaha Rp 26.000.000

Wesel Bayar :

Dijaminkan sebagian Rp 10.000.000

Tidak dijaminkan, bunga 10% 80.000.000 90.000.000

Akrual Bunga 3.000.000

Upah yang Masih Harus Dibayar 14.000.000

Jumlah Kewajiban Lancar Rp 133.000.000

Utang Hipotek 50.000.000

Total Kewajiban Rp 183.000.000

Ekuitas Pemegang Saham

Saham Istimewa Rp 40.000.000

Saham Biasa (nilai nominal Rp1.000) 10.000.000

Saldo Laba (Defisit) (58.000.000)

Total Ekuitas Pemegang Saham (8.000.000)

Total Kewajiban dan Ekuitas Pemegang Saham Rp 175.000.000

PT Induk mengajukan rencana reorganisasi yang disajikan pada Figur 17-2, beserta laporan keuangan yang telah diaudit dan pengungkapan lain yang diminta oleh pengadilan niaga.

PT Induk menyusun laporan keuangan berikut per tanggal 31 Desember 20X7: neraca (Figur 17-3), laporan laba rugi (Figur 17-4), dan laporan arus kas (Figur 17-5). Perhatikan bahwa keterangan Berada di Bawah Penguasaan Debitor menunjukkan bahwa PT Induk masih terus mengelola asetnya sendiri dan bukan dikelola oleh trustee yang ditunjuk oleh pengadilan.

Pada tanggal 2 Januari 20X8, pengadilan niaga menyetujui rencana reorganisasi, seperti yang diajukan. PT Induk menjalankan rencana sebagaimana disajikan pada Figur 17-6.

Figur 17-2Rencana Reorganisasi

PT INDUK

Rencana Reorganisasi

Berdasarkan Undang-Undang Kepailitan tentang Penundaan Pembayaran

Diajukan pada tanggal 1 Juli 20X7

a. Utang usaha sebesar Rp26.000.000 diperlakuka sebagai berikut : (1) sebanyak Rp6.000.000 akan dihapuskan, (2) sebanyak Rp4.000.000 akan dibayar secara tunai, (3) sebanyak Rp12.000.000 dari utang yang ada ditukarkan dengan utang subordinasi, dan (4) utang sebesar Rp4.000.000 akan dipertukarkan dengan 4.000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan.

b. Wesel bayar yang sebagian dijamin sebesar Rp10.000.000 akan diperlakukan sebagai berikut: (1) sebanyak Rp2.000.000 akan dibayar secara tunai, dan (2) sisanya sebesar Rp8.000.000 akan ditukar menjadi utang prioritas yang dijamin dengan peralatan.

c. Wesel bayar yang tidak dijamin sebesar Rp80.000.000 akan diperlakukan sebagai berikut: (1) sebanyak Rp12.000.000 akan dihapuskan, (2) sebanyak Rp14.000.000 akan dibayarkan tunai, (3) sebanyak Rp49.000.000 akan ditukarkan menjadi utang prioritas yang dijamin dengan agunan terhadap aset tetap, dan (4) sebanyak Rp5.000.000 akan ditukar dengan 5.000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan.

d. Beban bunga yang masih harus dibayar sebesar Rp3.000.000 akan diperlakukan sebagai berikut : (1) sebanyak Rp2.000.000 akan dihapuskan dan (2) sisanya sebesar Rp1.000.000 akan dibayar tunai

e. Beban upah yang masih harus dibayar Rp14.000.000 akan diperlakukan sebagai berikut: (1) sebanyak Rp12.000.000 akan dibayar tunai dan (2) sisanya sebesar Rp2.000.000 akan ditukarkan dengan 2.000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan.

f. Pemegang saham istimewa akan menerima 80.000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan sebagai ganti saham istimewa yang dimiliki

g. Pemegang saham biasa sekarang akan menerima 1000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan sebagai ganti saha biasa yang mereka miliki sekarang.

Konsep terpenting untuk menentukan akuntansi yang tepat bagi entitas dalam proses reorganisasi adalah penentuan nilai reorganisasi. Nilai reorganisasi merupakan nilai wajar aset yang dimiliki oleh entitas tersebut. Metode yang umum untuk menentukan nilai reorganisasi adalah mendiskontokan arus kas masa depan atau dengan perkiraan nilai. Akuntansi permulaan baru tepat digunakan hanya jika kedua kondisi berikut ini terjadi:

1. Nilai reorganisasi lebih kecil dari pada total kewajiban pascapetisi dan klaim lain yang diperbolehkan.

2. Pemegang saham dengan hak suara yang ada saat sebelum rencana reorganisasi disetujui memiliki kurang dari 50% dari saham dengan hak suara dari entitas yang akan muncul

Untuk menentukan kondisi pertama bagi PT Induk, perbandingan dibuat pada tanggal saat rencana reorganisasi disetujui.Kewajiban pascapetisi Rp 73.000.000

Kewajiban yang ditangguhkan karena penundaan pembayaran 133.000.000

Jumlah kewajiban pascapetisi dan klaim yang diperbolehkan Rp 206.000.000

Nilai reorganisasi (195.000.000)

Kelebihan kewajiban dari nilai reorganisasi Rp 11.000.000

Figur 17-3

Neraca untuk Perusahaan dalam Proses ReorganisasiPT INDUK

(Berada di Bawah Penguasaan Debitor)

Neraca

31 Desember 20X7

Aset Kas Rp 40.000.000

Piutang Pengambalian Pajak Penghasilan 12.000.000

Efek yang Dapat Dipasarkan 8.000.000

Piutang Usaha Rp 6.000.000

Dikurangi : Penyisihan Piutang Tak Tertagih (1.000.000) 5.000.000

Persediaan 37.000.000

Jumlah Aset Lancar Rp. 102.000.000

Aset Tetap Rp 104.000.000

Dikurangi : Akumulasi Penyusutan (26.000.000) 78.000.000

Total Aset Rp 180.000.000

Kewajiban

Kewajiban yang Tidak Dikompromikan :

Kewajiban Lancar (pascapetisi) :

Pinjaman Jangka Pendek Rp 15.000.000

Utang Usaha 10.000.000

Kewajiban Tidak Lancar :

Utang Hipotek, Dijamin Penuh 48.000.000

Total Kewajiban yang Tidak Dikompromikan Rp 73.000.000

Kewajiban yang Dipromosikan:

Utang Usaha Rp 28.000.000

Wesel Bayar, sebagian dijaminkan 10.000.000

Wesel Bayar, tidak dijaminkan 80.000.000

Akrual Bunga 3.000.000

Upah yang Masih Harus Dibayar 14.000.000

Total Kewajiban yang Dikompromikan 133.000.000

Total Kewajiban Rp 206.000.000

Ekuitas Pemegang Saham

Saham Istimewa Rp 40.000.000

Saham Biasa (nilai nominal Rp1000) 10.000.000

Saldo Laba (Defisit) (76.000.000)

Total Ekuitas Pemegang Saham (26.000.000)

Total Kewajiban dan Ekuitas Pemegang Saham Rp 180.000.000

Perhatikan bahwa kondisi pertama untuk akuntansi permulaan baru telah terpenuhi. Kondisi kedua untuk akuntansi permulaan baru juga terjadi, seperti ditunjukan Figur 17-6.

Setelah mempelajari dengan seksama perusahaan dengan risiko yang setara, potensi laba perusahaan yang akan timbul, dan nilai sekarang arus kas masa depan, maka struktur modal perusahaan yang akan timbul ditentukan sebagai berikut.

Kewajiban pascapetisi Rp 25.000.000

Utang hipotek pascapetisi 48.000.000

Utang senior 57.000.000

Utang subordinasi 12.000.000

Sahamm biasa (baru) 20.000.000

Total struktur modal pascapetisi Rp 162.000.000

Figur 17-5

Laporan Arus Kas untuk Perusahaan dalam Proses Reorganisasi

PT INDUK

(Berada di Bawah Penguasaan Debitor)

Laporan Arus Kas

Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20X7

Arus kas yang diperoleh dari kegiatan operasi :

Kas yang diterima dari pelanggan Rp 133.000.000

Kas yang dibayar ke supplier dan karyawan (109.000.000)

Bunga dibayar (3.000.000)

Arus kas bersih yang diperoleh dari kegiatan operasi sebelum pos reorganisasi Rp 21.000.000

Arus kas operasi yang digunakan oleh kegiatan reorganisasi :

Imbalan jasa professional Rp (8.000.000)

Bunga yang diterima dari akumulasi kas dari penundaan pembayaran 2.000.000

Arus kas bersih yang digunakan untuk kegiatan reorganisasi Rp (6.000.000)

Arus kas bersih yang diperoleh dari kegiatan operasi dan reorganisasi Rp 15.000.000

Arus kas yang diperoleh dari kegiatan investasi :

Hasil yang diperoleh dari penjualan aset akibat penundaan pembayaran Rp 10.000.000

Arus kas bersih yang diperoleh dari kegiatan investasi Rp 10.000.000

Arus kas yang diperoleh dari kegiatan pendanaan :

Pinjaman bersih berdasarkan rencana pendanaan jangka pendek Rp 15.000.000

Imbalan Jasa Profesional (2.000.000)

Bunga yang Dihasilkan dari Akumulasi Kas dari Penundaan

Pembayaran Rp 13.000.000

Pertambahan bersih Kas Rp 38.000.000

Kas pada 1 Januari 20X7 2.000.000

Kas pada 31 Desember 20X7 Rp 40.000.000

PT Induk menyiapkan ayat jurnal untuk mencatat pelaksanaan rencana reorganisasi pada saat rencana tersebut dijalankan antara tanggal 1 Januari 20X8 dan 1 April 20X8. Ayat jurnal yang pertama (1) mencatat restrukturisasi utang dan penyesuaian keuntungaan dari pembebasan utang.

1 Januari 1 April 20X8

(1)Kewajiban yang Dikompromikan

133.000.000

Kas

33.000.000

Utang Prioritas

57.000.000

Utang Subordinasi

12.000.000

Saham Biasa (baru)

11.000.000

Keuntungan Pembebasan Utang

20.000.000

Mencatat pembebasan utang.

Ayat jurnal yang kedua (2) mencatat pertukaran saham dengan saham. Pemegang saham istimewa terdahulu menerima 8.000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan. Pemegang saham biasa terdahulu menerima 1.000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan.

1 Januari 1 April 20X8

(2)Saham Istimewa

40.000.000

Saham Biasa (lama)

10.000.000

Saham Biasa (baru)

9.000.000

Tambahan Modal Disetor

41.000.000

Mencatat pertukaran saham lama dengan saham baru.

Ayat jurnal ketiga dan terakhir (3) mencatat penyesuaian permulaan baru dari nilai yang ditetapkan atas aset entitas yang baru muncul dan penghapusan saldo laba yang ada, atau defisit. Perbandingan antara nilai buku dan nilai wajar perusahaan sebagai berikut. Nilai wajar ditentukan sesuai dengan prosedur dalam PSAK 48. Kerugian penurunan nilai diukur sebagai jumlah nilai tercatat aset jangka panjang yang melebihi nilai wajarnya.

UNDANG-UNDANG KEPAILITAN DAN LIKUIDASIDalam sejarahnya, peraturan kepailitan di Indonesia mengacu pada Undang-undang tentang kepailitan yang dimuat dalam staatsbald tahun 1905 nomor 217 juncto Staatsbald tahun 1906 nomor 348.

Kepailitan adalah sita umum yang mencakup seluruh kekayaan debitur untuk kepentingan semua krediturnya. Tujuannya adalah pembagian kekayaan debitur oleh kurator kepada semua kreditur dengan memperhatikan hak-hak mereka masing-masing. Adanya pernyataan pailit. Berbeda dengan ketentuan sebelumnya, pasal 1 Undang-undang Kepailitan menegaskan bahwa paling sedikit harus ada dua kreditur, dan debitur sedikitnya tidak membayar satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Bagi debitur, kepailitan meliputi seluruh kekayaan milik debitur pada saat putusan pernyataan pailit ditetapkan dan juga mencakup seluruh kekayaan yang diperoleh debitur selama masa berlangsungnya kepailitan, semisal karena hibah atau warisan. Bila ada putusan pernyataan pailit dibatalkan sebagai akibat kasasi atau peninjauan kembali, maka kepailitan debitur berakhir. Pembatalan putusan pernyataan pailit tersebut tidak mempengaruhi keabsahan perbuatan yang telah dilakukan oleh kurator sebelum atau pada tanggal kurator menerima pemberitahuan tentang putusan pembatalan tersebut. UU Kepailitan menentukan tiga kelompok kreditor, dengan klaim yang mendapatkan prioritas sebagai berikut:

KELOMPOK KREDITORKreditor yang DijaminMemiliki kepentingan pengamanan, terhadap aset khusus yang sering disebut sebagai jaminan atau agunan (collateral). Kreditor yang memiliki kepentingan hukum terhadap suatu aset khusus memiliki prioritas paling tinggi terhadap aset tersebut.

Kreditor dengan PrioritasMerupakan kredit yang tidak terjamin, yaitu mereka yang tidak memiliki klaim jaminan terhadap aset tertentu, yang memiliki prioritas lebih tinggi daripada kreditor yang tidak dijamin lainnya. Kreditor dengan prioritas dibayar terlebih dahulu dari uang yang tersisa bagi kreditor yang tidak dijamin. Dalam bisnis, kewajiban berikut ini dianggap sebagai prioritas.

Biaya pengurusan kepailitan, termasuk biaya akuntansi dan legal untuk para ahli yang ditunjuk oleh pengadilan niaga. Kewajiban yang timbul karena aktivitas bisnis normal selama proses kepailitan. Upah, gaji, dan komisi, termasuk tunjangan dan uang kesehatan, yang diperoleh karyawan dalam waktu 180 hari semenjak tanggal petisi diajukan, dibatasi sebesar Rp. 10.000.000 per orang. Kontribusi pada program manfaat karyawan untuk 180 hari terakhir yang tersisa setelah penghapusan kompensasi dalam poin c), namun dibatasi dengan batasan tersisa sebesar Rp. 10.000.000 per orang.

Deposit atau simpanan dari pelanggan yang telah melakukan pembayaran sebagian untuk pembelian atau sewa guna usaha barang atau jasa yang tidak terkirim. Prioritas diberikan pertama sebesar Rp. 1.800.000 per orang; sisa deposit yang masih ada ditambahkan pada klaim yang tidak dijamin.

Klaim pajak unit pemerintah yang tidak dijamin, seperti pajak penghasilan, pajak bangunan, pajak pungutan. Keenam kelompok kreditor ini dibayarkan dari aset yang tersedia bagi kreditor yang tidak dijamin. Sisa uang yang masih tersedia dibagikan kepada kreditor umum yang tidak dijamin.

Kreditor Umum yang Tidak DijaminPrioritas terendah diberikan pada klaim oleh kreditor umum yang tidak dijamin. Kreditor ini hanya dibayar setelah kreditor yang dijamin dan kreditor yang tidak dijamin tapi dengan prioritas telah dibayarkan sebesar ketentuan batasan hukum. Kreditor umum yang tidak dijamin menerima jumlah yang lebih kecil dari nilai penuh klaim yang diajukan. Jumlah yang dibayarkan dinyatakan dalam persentase tertentu dari total klaim. Pembayaran kepada kreditor umum yang tidak dijamin disebut dividen.

Preferensi pembayaran yaitu pembayaran yang dibuat oleh debitor kepada kreditor dengan mengabaikan kreditor lainnya dalam waktu 90 hari sebelum petisi kepailitan diajukan, umumnya dapat dipulihkan dari kreditor tertentu dan kembali pada kas yang tersedia bagi seluruh kreditor.Statemen of AffairsAccounting statement of affairs merupakan laporan akuntansi dasar yang dimulai pada awal proses likuidasi untuk menyajikan perkiraan jumlah yang dapat direalisasi dari penjualan aset, urutan klaim kreditor dan perkiraan jumlah kreditor tidak dijamin yang akan menerima sebgai hasil likuidasi.

Statemen of Affairs bukanlah laporan yang dibuat secara berkesinambungan, namun merupakan laporan perencanaan yang penting untuk mengantisipasi likuidasi perusahaan. Statemen of Affairs menyajikan nilai buku akun-akun neraca perusahaan debitor, estimasi nilai pasar wajar aset, urutan klaim dan estimasi kekurangan untuk kreditor umum yang tak dijamin. Misalkan, alih-alih melakukan reorganisasi, PT Induk memutuskan pada tanggal 31 Desember 20X6 untuk menggunakan UU Kepailitan. Contoh berikut dimulai dengan Statemen of Affairs bagi PT Induk tertanggal 31 Desember 20X6:

PT INDUK

Statement of Affair

31 Desember 20X6

(Dalam 000)

Nilai BukuEstimasi Nilai kiniEstimasi jumlah yang tersedia untuk klaim yang tidak dijaminEstimasi keuntungan atau (kerugian) dari Realisasi

Aset

10.000

55.000

8.000

2.000

18.000

45.000

1.000

36.000

175.000(1) Aset yang dijaminkan pada kreditur yang dijamin penuh

Tanah

Bangunan (neto)

Dikurangi: Utang Hipotek

(2) Aset yang dijaminkan pada kreditur yang dijamin sebagian

Efek yang dapat dipasarkan

Dikurangi: Wesel Bayar

(3) Aset bebas

Kas

Piutang Usaha (neto)

Persediaan

Aset Dibayar di Muka

Peralatan (neto)

Estimasi jumlah yang tersedia

Dikurangi: Kreditur dengan prioritas

Estimasi jumlah neto yang tersedia untuk kreditur yang tidak dijamin

Estimasi kekurangan bagi kreditur yang tidak dijamin

Total utang tidak dijamin (dari kewajiban)15.000

40.000

55.000

(50.000)

9.000

(10.000)

2.000

18.000

26.000

-0-

12.000

5.000

2.000

18.000

26.000

-0-

12.000

63.000

(18.000)

45.000

65.000

110.0005.000

(15.000)

1.000

(19.000)

(1.000)

(24.000)

(53.000)

Kewajiban dan Ekuitas Pemegang SahamEstimasi jumlah yang tidak dijamin

50.000

10.000

-0-

14.000

26.000

80.000

3.000

40.000

10.000

(58.000)

175.000(1) Kreditur yang dijamin penuh:

Utang Hipotek

(2) Kreditur yang dijamin sebagian:

Wesel bayar dijamin sebagian

Dikurangi: efek yang dapat dipasarkan

(3) Kreditur dengan prioritas

Estimasi beban likuidasi

Upah yang masih harus dibayar

(4) Sisa kreditur yang tidak dijamin

Utang usaha

Wesel bayar dijamin

Bunga akrual

(5) Ekuitas pemegang saham

Saham istimewa

Saham biasa

Saldo laba (defisit)

50.000

10.000

(9.000)

4.000

14.000

18.000

1.000

26.000

80.000

3.000

110.000

Statemen of Affairs merupakan instrument perencanaan yang disusun hany pada awal proses kepailitan. Laporan ini memberikan informasi kepada para kreditor dan pengadilan niaga mengenai perkiraan jumlah dana yang tersedia untuk masing-masing kelompok kreditor. Sekali kepailitan terjadi, maka pihak debitor mencatat transaksi tersebut pada catatan akuntansi pada saat terjadinya.

PERTIMBANGAN TAMBAHANSekarang disajikan praktik akuntansi dan pelaporan untuk trustee yang bertindak sebagai fidusia untuk komite kreditor atau pengadilan niaga. Laporan trustee berbeda dari laporan keuangan tradisional karena hak legal dan tanggung jawab trustee berbeda dari hak legal dan tanggung jawab manajemen perusahaan debitur.

Juga ditunjukan penyajian singkat mengenai provisi kepailitan yang berlaku untuk perseorangan. Wilayah kepailitan individu senantiasa mengalami perubahan, dan penyajian ini hanyalah sebagai pedoman umum.

Akuntansi dan Pelaporan TrusteePengadilan niaga menunjuk pihak trustee untuk mengelola perusahaan berdasarkan penundaan pembayaran bila terjadi kesalahan, ketidakjujuran, ketidakkompetenan manajemen dan secara umum terjadi kesalahan manajemen. Dalam UU Kepailitan dan Likuidasi, pihak trustee umumnya memiliki tanggung jawab untuk melikuidasi dengan segera perusahaan yang pailit dan membayar kreditor sesuai dengan status legal bagian mereka yang dijamin atau tidak dijamin. Dalam beberapa kasus berdasarkan UU Kepailitan dan Likuidasi, pihak pengadilan menunjuk seorang tustee untuk menjalankan perusahaan dalam periode yang singkat dalam upaya untuk memperoleh harga yang lebih baik untuk perusahaan secara keseluruhan, daripada menjual secara terpisah-pisah.

Pihak trustee memeriksa bukti-bukti klaim kreditor terhadap perusahaan debitur yang pailit, yaitu aset bersih debitur. Kadang kala, pihak trustee menerima hak atas seluruh aset, yaitu dalam posisi sebagai pihak penerima (receivership), sehingga bertanggung jawab atas manajemen nyata debitur dan harus mengarahkan rencana reorganisasi atau likuidasi. Pihak trustee yang mengambil alih hak atas aset debitur dalam proses likuidasi harus membuat laporan keuangan berkala yang diperuntukan bagi pengadilan niaga, yang melaporkan kemajuan proses likuidasi dan hubungan fidusia. Ketika pihak trustee menerima aset, pihak trustee umumnya membuat catatan akuntansi untuk mencatat sebagai pihak penerima. Catatan akuntansi trustee berisi kewajiban trustee yang tercipta karena mengakui kepemilikan debitur atas aset yang diterima oleh trustee. Akun yang baru ini dikredit sebesar nilai buku aset yang diterima dan umumnya dinamakan sebagai Perusahaan Debitor Dalam Posisi Pihak Penerima. Pihak trustee tidak mengalihkan kewajiban debitor karena masih tetap menjadi tanggung jawab perusahaan debitor secara hukum. Bentuk umum ayat jurnal pembukaan pihak trustee, saat menerima aset perusahaan debitor adalah sebagai berikut.

Aset

xxx

Perusahaan Debitor Dalam Posisi Pihak Penerima

xxx

Ayat jurnal aktual menjelaskan secara rinci akun aset secara terpisah dan memasukan nama perusahaan debitur.

Laporan Realisasi dan Likuidasi

Sebuah laporan bulanan, yang disebut sebagai laporan realisasi dan likuidasi, disusun untuk pengadilan niaga. Laporan ini menunjukan hasil tindakan fidusia yang dilakukan oleh trustee yang dimulaipada saat pihak trustee menerima aset debitor. Laporan ini memiliki tiga bagian utama: aset, pos pos tambahan, dan kewajiban. Kewajiban debitor tidak dialihkan kepada pihak trustee, akan tetapi pihak truste dapat saja menimbulkan utang baru yang dilaporkan dalam laporan realisasi dan likuidasi. Bagian aset laporan ini dibagi ke dalam empat kelompok berikut ini.

Aset

Aset yang akan direalisasikan

Aset yang diperolehAset yang direalisasi

Aset yang tidak direalisasi

Aset yang akan direalisasikan merupakan aset yang diterima dari perusahaan debitor. Aset yang diperoleh merupakan aset yang berikutnya diperoleh trustee. Aset yang direalisasi merupakan aset yang dijual oleh pihak trustee, aset yang tidak direalisasi merupakan aset yang masih berada di bawah tanggung jawab pihak trustee pada akhir periode. Kas umumnya tidak dilaporkan dalam laporan realisasi dan likuidasi karena laporan arus kas yang terpisah umumnya akan dibuat.

Bagian pos pos tambahan laporan terdiri dari dua pos berikut ini.

Pos Pos Pendukung

Beban tambahanKredit tambahan

Beban tambahan mencakup biaya administrasi trustee dan beban kas apapun yang dibayarkan oleh pihak trustee. Kredit tambahan mencakup beberapa pos pendapatan yang tidak lazim.

Meskipun tidak mencatat kewajiban debitur, pihak trustee dapat menyelesaikan beberapa utang debitur dan juga dapat menimbulkan utang baru setelah masa penerimaan tanggung jawab. Bagian kewajiban laporan ini dibagi sebagai berikut.

Kewajiban

Kewajiban terlikuidasiKewajiban tidak dilikuidasiKewajiban akan dilikuidasiKewajiban yang timbul

Kewajiban terlikuidasi merupakan klaim kreditor yang telah diselesaikan dalam periode berjalan. Kewajiban tidak dilikuidasi merupakan kewajiban yang masih ada selama periode pelaporan. Kewajiban yang akan dilikuidasi merupakan utang yang masih terdapat pada buku perusahaan debitor di mana pihak trustee bertanggung jawab atas likuidasinya mulai pada tanggal penunjukan. Akhirnya, kewajiban yang timbul terjadi apabila kewajiban baru dilakukan oleh pihak trustee.

Ilustrasi Akuntansi dan Pelaporan Trustee

Pada tanggal 31 Desember 20X6, Abimanyu diangkat menjadi pihak trustee untuk bertanggung jawab atas proses likuidasi PT Induk. Abimanyu akan diperbolehkan untuk menjalankan perusahaan dalam jangka pendek untuk menentukan apakah perusahaan dapat dijual secara utuh atau sebaliknya terpecah-pecah. Selama waktu tersebut, pihak trustee harus mengurangi jumlah utang jangka pendek yang dimiliki PT Induk. Jika penjualan secara utuh tidak menggembirakan, maka Abimanyu diarahkan untuk melikuidasi perusahaan. Abimanyu menerima aset pada tanggal 31 Desember 20X6 dan melakukan beberapa transaksi selama bulan Januari 20X7. Transaksi dan ayat jurnal yang dibuat pada buku PT Induk dan pada buku trustee disajikan pada figur 17-9.1. Ayat jurnal (4) mencatat pengalihan aset dari PT Induk pada Abimanyu. Abimanyu kemudian mengakui aset sebesar nilai bukunya seperti yang dilaporkan oleh PT Induk. Piutang usaha tertanggal lama untuk dicatat bahwa ini merupakan bagian dari aset yang ditransfer. Kredit sebesar Rp 155.000.000 pada PT Induk Dalam Posisi sebagai penerima merupakan kewajiban trustee. Pada buku PT Induk, akun resiprokal, Abimanyu penerima merupakan piutang. Perhatikan, tidak ada kewajiban yang dialihkan. Kewajiban ini tetap ada di buku PT Induk karena merupakan tanggung jawab legal dari PT Induk.2. Transaksi trustee dicatat pada cara yang biasa pada ayat jurnal (5) hingga (8). Perbedaan satu-satunya adalah perbedaan antara akun lamayang merupakan bagian dari aset yang dialihkan, dan akun-akun baru yang berasal dari transaksi pihak trustee.

3. Pihak trustee membayar sebesar Rp 20.000.000 dari utang PT Induk dan membayar Rp 10.000.000 untuk wesel bayar yang dijamin sebagian. Dalam ayat jurnal (9), debit sebesar Rp 30.000.000 dibuat untuk akun kewajiban PT Induk Dalam Posisi sebagai Penerima. PT Induk membuat ayat jurnal yang berkaitan untuk mengurangi utang dan wesel bayar, dan untuk mengurangi piutang, Abimanyu Penerima.

4. Ayat jurnal sisanya (10) hingga (14) menyelesaikan transaksi, menyesuaikan buku dan menutup buku pada akhir periode pertama penerimaan. Operasi tersebut menghasilkan laba bersih sebesar Rp 4.000.000 untuk periode itu. Ayat jurnal penutup mengalihkan laba bersih pada akun penerima dalam buku trustee. Ayat jurnal yang berkaitan dengan buku PT Induk meningkatkan akun penerima dan akun saldo laba.Ayat jurnal merupakan dasar laporan realisasi dan likuidasi untuk bulan Januari 20X7. Laporan ini disampaikan kepada pengadilan niaga untuk menunjukan kondisi terkini proses likuidasi dan melaporkan tanggung jawab fidusia Abimanyu, sebagai trustee. Laporan realisasi dan likuidasi untuk PT Induk, sebagaimana yang dilaporkan oleh Abimanyu, disajikan pada figur 17-10.Berikut adalah hasil pengamatan dari laporan tersebut.

Figur 17-9 Ayat Jurnal Trustee dan Perusahaan Debitor Selama Proses Likuidasi (000)NoBuku Trustee AbimanyuBuku PT Induk

456Kas 2.000Efek yang dapat dipasarkan 8.000Piutang usaha (lama) 20.000Persediaan 45.000Aset dibayar dimua 1.000Aset tetap 125.000 Penyisihan piutang tak tertagih 2.000 Akumulasi penyusutan 24.000 PT Induk Dalam Posisi sebagai penerima 175.000Pengalihan aset PT Induk kepada trustee

Persediaan 20.000 Utang usaha (baru) 20.000Pembelian persediaan senilai Rp 20.000secara kredit oleh trusteePiutang usaha (baru) 85.000

Penjualan 85.000Penjualan senilai Rp 85.000 secara kredit oleh trusteeHarga pokok penjualan 50.000 Persediaan 50.000Biaya penjualan senilai Rp 50.000termasuk seluruh persediaan yang dialihkandari PT Induk

Kas 56.000 Piutang usaha (lama) 12.000 Piutang usaha (baru) 44.000Penagihan piutang oleh trustee

Lama: Rp 12.000

Baru: Rp 44.000

PT Induk Ddalam posisi sebagai penerima 30.000Utang usaha (baru) 4.000Beban operasional 13.000Beban trustee 5.000 Kas 52.000Pengeluaran kas oleh trustee untuk:

Utang lancar lama Rp 30.000Utang lancar baru 4.000Beban operasional 13.000Beban trustee 5.000Kas 9.000 Efek yang dapat dipasarkan 8.000 Keuntungan dari penjualan efek 1.000Penjualan efek yang dapat dipasarkan sebesar Rp 9.000

Ayat jurnal penyesuaian di akhir periode

Beban piutang tak tertagih 3.000Beban penyusutan 10.000 Penyisihan piutang tak tertagih (lama) 1.000 Penyisihan piutang tak tertagih (baru) 2.000

Akumulasi penyusutan 10.000Provisi untuk piutang tidak lancar:

Piutang lama Rp 1.000Piuang baru Rp 2.000Mengakui beban penyusutan Rp 10.000Penyisihan piutang tak tertagih (lama) 2.000 Piutang usaha (lama) 2.000Penghapusan piutang usaha lama sebesar Rp 2.000

Beban di bayar dimuka 1.000 Aset dibayar dimuka 1.000Mengakui biaya dibayar dimuka yang telah berlalu

Ayat jurnal penutup akhir periode

Penjualan 85.000Keuntungan dari penjualan efek 1.000 Harga pokok penjualan 50.000Beban operasional 13.000 Beban trustee 5.000Beban dibayar dimuka 1.000Beban piutang tak tertagih 3.000Beban penyusutan 10.000PT Induk dalam posisi sebagai penerima 4.000Abimanyu penerima 175.000Penyisihan piutang tak tertagih 2.000Akumulasi penyusutan 24.000 Kas 2.000 Efek yang dapat dipasarkan 8.000 Piutang usaha 20.000 Persediaan 45.000 Aset dibayar dimuka 1.000 Aset tetap 125.000Tidak ada jurnal

Tidak ada jurnal

Tidak ada jurnal

Tidak ada jurnal

Utang usaha 20.000Wesel bayar 10.000 Abimanyu penerima 30.000Tidak ada jurnal

Tidak ada jurnal

Tidak ada jurnal

Tidak ada jurnal

Abimanyu penerima 4.000 Saldo laba 4.000

1. Laporan ini dimulai dengan akuntansi aset yang diterima dari PT Induk dan aset yang diperoleh pihak trustee. Bagian aset yang direalisasi melaporkan penerimaan hasil penjualan aset. Sebagai contoh, efek yang dapat dipasarkan dijual dengan harga Rp 9.000.000, yang berarti lebih besar Rp 1.000.000 dari nilai bukunya. Penjualan persediaan juga dilaporkan sebesar jumlah penerimaan dana secara keseluruhan. Ini merupakan pendekatan tradisional yang paling banyak digunakan dalam praktik, meskipun terkadang alternatif lain yang ditemukan adalah untuk mengakui penjualan aset sebesar nilai bukunya, dengan elemen laba atau keuntungan yang diakui sebagai kredit tambahan. Kedua metode tersebut, yaitu penerimaan kotor atau penggunaan nilai buku, diperbolehkan dalam praktik. Aset yang tidak direalisasi menunjukan nilai buku akhir dari aset yang tersisa per tanggal 31 Januari 20X7. Kas tidak dimasukan dalam laporan, karena telah menjadi aset yang direalisasi. Kas dilaporkan dalam laporan yang terpisah oleh pihak trustee.2. Pos pos pendukung mencakup beban operasi yang dibayarkan sebesar Rp 13.000.000 beban penerima sebesar Rp 5.000.000 dan keuntungan bersih sebesar Rp 4.000.000 sebagai pos penyeimbang (balancing item). Penting untuk diperhatikan bahwa alokasi biaya tidak dimasukan dalam pos tambahan. Sebagai contoh, pihak trustee mengakui beban depresiasi sebesar Rp 10.000.000, beban piutang tak tertagih sebesar Rp 3.000.000 dan kedaluarsa aset yang dibayar dimuka sebesar Rp 1.000.000. Hal ini tidak akan terlihat secara langsung di laporan, tetapi disajikan secara tidak langsung. Sebagai contoh, di bawah aset yang direalisasikan, aset yang dapat di dpresiasikan dilaporkan sebesar Rp 101.000.000, sedangkan di bawah aset yang tidak direalisasi, aset yang dapa disusutkan bersih disajikan sebesar Rp 91.000.000. Perbedaan sebesar Rp 10.000.000 merupakan beban penyusutan untuk periode berjalan. Beban piutang tak tertagih dan beban di bayar dimuka diperlakukan dengan cara serupa.

3. Bagian terakhir laporan ini menunjukan laporan kewajiban. Pihak trustee bertanggung jawab untuk melikuidasi utang yang ada sebelumnya sebesar Rp 183.000.000 dan telah menimbulkan utang tambahan sebesar Rp 20.000.000 selama bulan berjalan. Total utang sebesar Rp 34.000.000 telah dilikuidasi, sehingga masih terdapat kewajiban sebesar Rp 169.000.000 yang harus dilikuidasi.4. Saldo laporan adalah sebesar Rp 503.000.000, yang mengindikasikan seluruh pos yang dilaporkan.Pihak trustee memberikan laporan realisasi dan likuidasi kepada pengadilan niaga setiap bulannya. Selain itu laporan arus kas yang pendek dibuat untuk meringkas penerimaan kas dan pengeluaran kas setiap bulannya.

Kenyataan bahwa berbagai pengadilan niaga menerima alternatif bentuk laporan realisasi dapat menimbulkan kebingungan di kalangan akuntan yang menyediakan jasa profesional mereka di berbagai wilayah hukum.

Figur 17-10

Laporan Realisasi dan Likuidasi

PT Induk

Abimanyu, Penerima

Laporan Realisasi dan Likuidasi

31 Desember 20X6 hingga 31 Januari 20X7

Aset

Aset hendak direalisasikanPiutang usaha lama (bersih Rp 18.000.000

Efek yang dapat dipasarkan 8.000.000

Persediaan lama 45.000.000

Aset dibayar dimuka 1.000.000

Aset yang terdepresiasi (bersih) 101.000.000

Aset yang diperoleh

Piutang baru 85.000.000

Persediaan baru yang dibeli 20.000.000

Beban tambahan

Beban operasi yang dibayarkan 13.000.000

Beban penerima 5.000.000

Keuntungan bersih dari operasi 4.000.000

Kewajiban yang dilikuidasi

Utang jangka pendek lama 30.000.000

Utang jangka pendek baru 4.000.000Kewajiban yang tidak dilikuidasi

Utang jangka pendek lama 103.000.000Utang jangka pendek baru 16.000.000Utang hipotek50.000.000 Rp 503.000.000Aset direalisasiPiutang usaha lama Rp 12.000.000

Piutang usaha baru 44.000.000

Efek yang dapat dipasarkan 9.000.000

Penjualan persediaan 85.000.000

Aset yang tidak direalisasi

Piutang usaha lama (bersih) 5.000.000

Piutang usaha baru (bersih) 39.000.000

Persediaan baru 15.000.000

Aset yang terdepresiasi (bersih) 91.000.000

Pos pos tambahan

Kredit tambahan

Kewajiban

Kewajiban yang hendak dilikuidasi

Utang lancar lama 133.000.000Utang hipotek 50.000.000Kewajiban yang terjadi

Utang jangka pendek baru20.000.000Rp 503.000.000

Berbagai tindakan nonyudisial dapat dilakukan oleh perusahaan dalam kesulitan keuangan. Debitur dapat melakukan restrukturisasi utang dengan bersepakat untuk menyelesaikan kewajibannya sebesar kurang dari nilai sekarang atau memodifikasi beberapa persyaratan perjanjian utang. Utang debitur dapat diselesaikan dengan pengalihan ekuitas atau aset atau persyaratan utang dimodifikasi. Dalam beberapa kasus, kreditor dapat membentuk komite untuk mengelola usaha debitur. Dalam tindakan nonyudisial ini, pihak debitur sepakat untuk memenuhi keinginan kreditor. Komite kreditor dapat berupaya untuk memulihkan usaha atau, menyimpulkan bahwa likuidasi merupakan tindakan yang terbaik.

Terdapat dua cara yudisial yang dapat digunakan berdasarkan UU Kepailitan, pertama penundaan pembayaran dimana debitur mendapatkan perlindungan dari klaim para kreditor dan berupaya untuk memulihkan usaha dan mengembalikannya menjadi operasi yang menguntungkan. Pihak trustee terkadang ditunjuk oleh pengadilan niaga untuk memberikan nasihat kepada debitur. Laporan keuangan yang dibuat selama proses reorganisasi secara jelas memisahkan pos pos reorganisasi dengan pos pos operasi. Selain itu, dua kondisi yang harus terjadi sebelum akuntansi permulaan baru dapat dapat digunakan oleh perusahaan yang baru mengalami proses reorganisasi adalah: 1) kewajiban pascapetisi, ditambah dengan kewajiban sebelum petisi yang diperbolehkan oleh pengadilan sebagi klaim, harus lebih besar dari pada nilai reorganisasi yang diperlihatkan pada aset perusahaan, dan 2) pemilik saham dengan hak suara dengan segera sebelum konfirmasi rencana reorganisasi harus memiliki lebih kecil dari 50 % saham dengan hak suara perusahaan yang baru timbul. Akuntansi permulaan baru mencakup revaluasi aset dan penghapusan laba ditahan atau defisit.

Tindakan yudisial kedua adalah pernyataan kepailitan dan likuidasi. Pada awal tindakan yudisial, statement of affairs disusun sebagai dokumen perencanaan untuk menunjukan perkiraan julah yang akan direalisasikan dari likuidasi usaha dan urutan klaim kreditor terhadap aset debitur. Selama proses likuidasi, aset debitur dijual, dan klaim oleh kreditor diselesaikan sesuai urutan prioritas yang ditetapkan oleh UU Kepailitan. Klaim yang telah dijamin dipenuhi dengan penjualan jaminan terkait, klaim yang tidak dijamin dengan prioritas baru kemudian diselesaikan. Seluruh kas yang tersisa dibagikan kepada kreditor umum yang tidak dijamin.

Pihak tustee terkadang ditunjuk oleh pengadilan niaga untu mengelola proses reorganisasi atau likuidasi. Pihak trustee menyediakan laporan realisasi dan likuidasi kepada pengadilan niaga sebagai laporan atas kemajuan tindakan yudisial dan atas tindakan fidusia yang dilakukan trustee. Laporan tersebut menunjukan aset yang dialihkan kepada pihak trustee, tambahan aset yang dibeli oleh trustee, dan saldo akhir aset yang belum direalisasikan yang masih harus dikonversikan menjadi uang tunai.

AKUNTANSI KREDITOR ATAS PINJAMAN YANG DITURUNKAN NILAINYA

PSAK 54 menunjukan standar akuntansi dan pengungkapan kreditor untuk piutang yang diturunkan nilainya, termasuk yang berupa wesel tagih. Pinjaman dikatakan hendak diturunkan nilainya jika terdapat kemungkinan bahwa pihak kreditor tidak akan mampu memperoleh seluruh jumlah yang jatuh tempo berdasarkan perjanjian pinjaman. Penentuan bahwa suatu pinjaman akan diturunkan nilainya dilakukan selama prosedur normal kreditor untuk penelaahan pinjaman, atau dibuat berdasarkan nilai sekarang dari ekspektasi arus kas masa depan, yang didiskontokan berdasarkan tingkat suku bunga efektif pinjaman pada saat permulaan pinjaman. Cara lainnya, jika pinjaman dilakukan, maka nilai pinjaman diukur dengan menggunakan nilai wajar jaminan. Pihak kreditor harus membuat estimasi terbaik total arus kas masa depan dari pinjaman tersebut, berdasarkan asumsi dan proyeksi yang memadai.

Ayat jurnal untuk mencatat pengurangan nilai pinjaman yang diturunkan nilainya merupakan debit terhadap beban piutang tak tertagih atau penyisihan piutang tak tertagih, jika provisi untuk piutang tak tertagih dalam jumlah yang memadai telah ada. Kredit dibuat terhadap akun penyisihan penilaian untuk pinjaman yang diturunkan nilainya, yang digunakan sebagai akun kontra piutang pinjaman untuk mengurangi nilai tercatat pinjaman agar menjadi sebesar nilai sekarang arus kas masa depan. Pihak kreditor akan mengakui pendapatan bunga atas pinjaman yang diturunkan nilainya dengan menggunakan metode bunga efektif yang menghitung pendapatan bunga dengan rumusan tingkat bunga efektif dikalikan nilai sekarang pinjaman yang masih belum terbayar selama periode berjalan. Kemudian aku penyisihan penilaian disesuaikan dengan perubahan dalam nilai sekarang pinjaman berikutnya.

Contoh berikut ini menunjukan akuntansi kreditor untuk pinjaman yang diturunkan nilainya.

1. Pada tanggal 31 Desember 20X5, PT Kreditur memiliki pinjaman piutang lancar yang tidak dijamin sebesar Rp 30.000.000 dari PT Induk yang jatuh tempo pada tanggal 31 Desember 20X6. Pinjaman tersebut didokumentasikan dengan wesel bayar yang memiliki suku bunga 10 % per tahun. Bunga yang saat ini belum dibayarkan berjumlah Rp 3.000.000 yang merupakan bunga untuk tahun 20X5.2. Selama siklus penelaahan pinjaman secara berkala, PT Kreditur menentukan bahwa per tanggal 31 Desember 20X5, terdapat kemungkinan bahwa pinjaman dari PT Induk tidak dapat ditagih secara penuh. Estimasi terbaik jumlah yang dapat diperoleh pada tanggal 31 Desember 20X6 adalah sebesar Rp 23.000.000

Langkah pertama adalah apakah pinjaman tersebut diturunkan nilainya dengan membandingkan nilai tercatat dengan nilai sekarang estimasi total arus kas masa depan. Nilai sekarang tersebut dihitung sebagai estimasi total arus kas masa depan yang didiskontokan dengan menggunakan tingkat suku bunga efektif yang awal, yaitu sebesar 10 % dalam kasus ini.

Nilai tercatat pinjaman: Pokok Rp 30.000.000

Bunga akrual 3.000.000 Nilai tercatatRp 33.000.000

Nilai sekarang total arus kas masa depan:

Estimasi total kas masa depan Rp 23.000.000

Faktor nilai sekarang untuk 10 % , 1 tahun x 0,90909 Nilai sekarang arus kas masa depan Rp 20.909.070 Kerugian kreditor atas penurunan nilai pinjaman Rp 12.909.930

Ayat jurnal yang harus dibuat oleh PT Kreditur untuk mengakui penurunan piutang pinjaman adalah sebagai berikut:

31 Desember 20X5

(15) Beban piutang tak tertagih12.090.930 Penyisihan penilaian pinjaman yang diturunka nilainya

12.090.930(16) Wesel tagih yang diturunkan nilainya 30.000.000 Wesel tagih

30.000.000

Ayat jurnal (15) menilai kembali nilai tercatat pokok dan bunga pinjaman sehingga turun menjadi sebesar nilai sekarangnya Rp 20.909.930. Perusahaan dapat mendebit penyisihan piutang tak tertagih jika provisi yang cukup telah dibuat. Ayat jurnal (16) merupakan ayat jurnal untuk melakukan reklasifikasi wesel dari portofolio pinjaman yang sekarang ke dalam portofolio pinjaman yang diturunkan nilainya. Neraca tanggal 31 Desember 20X5 melaporkan pinjaman yang ditrunkan nilainya dalam bagian aset sebagai berikut.

Wesel tagih yang diturunkan nilainya Rp 33.000.000

Dikurangi: penyisihan penilaian pinjaman yang diturunkan nilainya (12.090.930)Nilai sekarang wesel tagih yang diturunkan nilainya Rp 20. 909.070

Penting untuk diperhatikan bahwa PT Induk tidak akan membuat ayat jurnal untuk pinjaman yang diturunkan nilainya. Sesungguhnya sangat diragukan apakah PT Induk sampai mengetahui bahwa PT Kreditor telah merevaluasi nilai wesel tersebut.

Pada tanggal 31 Desember 20X6, pada akhir tahun berikutnya, PT Kreditor akan mengakui pendapatan bunga dengan menggunakan metode bunga efektif, sebagai berikut:

(17) Piutang bunga yang diakui3.000.000

Penyisihan penilaian untuk penurunan nilai pinjaman

909.093

Pendapatan bunga (Rp 20.909.070 PV x 0,10)

2. 090.907

Perhatikan bahwa saldo dalam akun penyisihan penilaian sekarang adalah sebesar Rp 13.000.000 (Rp 12.090.909 ditambah dengan Rp 909.091). Ayat jurnal terakhir adalah untuk mengakui perolehan piutang. Jika kreditor pada kenyataan menerima jumlah sebesar Rp 23.000.000 saja seperti yang telah diperkirakan maka ayat jurnal yang dicatatat adalah sebagai berikut:

(18) Kas

23.000.000 Penyisihan penilaian untuk penurunan nilai pinjaman 13.000.000 Wesel tagih yang diturunkan nilainya

30.000.000 Piutang bunga yang diakru

6.000.000Jika PT Kreditor menerima pelunasan dalam jumlah penuh, yaitu pokok awal (Rp 30.000.000) ditambah dengan piutang bunga yan diakru untuk dua tahun (Rp 6.000.000 = Rp 3.000.000 x 2), maka ayat jurnal berikut ini dibuat untuk mencatat perolehan piutang dan untuk menghapuskan akun penyisihan penilaian terhadap beban piutang tak tertagih atau terhadap penyisihan piutang tak tertagih, tergantung akun apa yang digunakan dalam ayat jurnal (15) ketika mengakui penurunan nilai.

(18b) Kas

36.000.000

Penyisihan penilaian untuk penurunan nilai pinjaman13.000.000

Wesel tagih yang diturunkan nilainya

30.000.000

Piutang bunga yang diakru

6.000.000

Beban piutang tak tertagih

13.000.000

RESTRUKTURISASI UTANG BERMASALAH

PSAK 54 mengatur mengenai akuntansi debitur untuk restrukturisasi utang bermasalah dan standar untuk akuntansi kreditor terhadap restrukturisasi ini. Tidak semua negosiasi ulang atas perjanjian utang dibahas dalam standar ini, restrukturisasi haruslah merupakan konsesi yang diberikan oleh pihak kreditor kepada debitor yang mengalami kesulitan keuangan. Negosiasi ulang antara debitor dan kreditor yang disebabkan oleh lingkungan ekonomi umum yang kompetitif bukanlah restrukturisasi utang bermasalah dan tidak dimasukan dalam standar ini. Bentuk restrukturisasi utang bermasalah yang paling umum adalah modifikasi persyaratan utang untuk meringankan kebutuhan kas jangka pendek pihak debitor. Untuk Debitor

Berdasarkan PSAK 54, pihak debitor membandingkan nilai tercatat utang dengan jumlah arus kas masa depan yang terkait dengan utang tersebut atau dengan nilai wajar jumlah yang dipertukarkan dalam pelunasan utang tersebut. Perbandingan ini dibuat untuk menentukan timbul keuntungan atau kerugian yang harus diakui terhadap transaksi tersebut, yang digambarkan sebagai berikut:

Selisih restrukturisasi (debitur) = CV TFCF atau CV- FV

dimana:

CV= nilai tercatat utang

TFCF= nilai arus kas masa depan

FV = nilai wajar pos pos nonkasNilai tercatat utang merupakan nilai buku utang pada buku catatan kreditor atau debitor ditambah dengan bunga yang diakru per tanggal restrukturisasi. Jika debitor dan kreditor bersepakat untuk melunasi utang yang ada melalui pembayaran kas, transfer aset nonkas, atau transfer kepemilikan ekuitas dengan segera, maka selisih restrukturisasi dihitung sebagai perbedaan antara nilai tercatat utang dengan nilai wajar pembayaran yang dilakukan. Pihak debitor mengakui adanya keuntungan dan kreditor mengakui kerugian terhadap jumlah selisih restrukturisasi. Biaya legal dan biaya langsung lain yang timbul dari pihak debitor dicatat dengan cara berikut ini: Jika kepemilikan ekuitas yang dialihkan, maka biaya legal dan biaya langsung yang terjadi mengurangi jumlah yang dicatat untuk kepemilikan ekuitas tersebut; untuk restrukturisasi yang lain, biaya legal dan biaya langsung dikurangkan ketika mencatat keuntungan dari proses restrukturisasi.

Dalam restrukturisasi utang yang melibatkan modifikasi persyaratan, jumlah arus kas masa depan merupakan total agregat seluruh pembayaran kas setelah terjadinya proses restrukturisasi seperti yang ditentukan dalam perjanjian restrukturisasi. Setiap pembayaran kas atau pengalihan aset atau ekuitas yang dilakukan segera mengurangi nilai buku utang sebelum menghitung keuntungan atau kerugian. Aturan keputusan yang digunakan adalah sebagai berikut:1. CV TFCF: Tidak ada keuntungan atau kerugian; terdapat beban bunga masa depan. Jika nilai tercatat utang kurang dari atau sama dengan total arus kas masa depan, maka tidak ada keuntungan atau kerugian yang diakui dan beban bunga efektif masa depan pihak debitor atas utang tersebut merupakan selisih restrukturisasi antara nilai tercatat dan arus kas masa depan.

2. CV > TFCF: Debitor untung; tidak ada beban bunga masa depan. Jika nilai tercatat utang lebih besar dari pada total arus kas masa depan, maka pihak debitor mengakui terjadinya keuntungan restrukturisasi sejumlah selisih restrukturisasi. Dalam kasus ini, nilai buku kini utang lebih besar daripada jumah total kas yang akan dibayarkan jelasnya, nilai buku harus dikurangi. Sekali pun keuntungan telah diakui, maka tidak ada beban bunga masa depan dari utang ini yang dilaporkan oleh pihak debitor.Untuk Kreditor

Berdasarkan PSAK 54, akun kreditor untuk mencatat restrukturisasi utang bermasalah sebagai penurunan sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya dalam bab ini. Perbedaan utama antara metode pengukuran debitor dan kreditor adalah bahwa kreditor harus menentukan nilai sekarang estimasi total arus kas masa depan untuk dibandingkan dengan nilai tercatat pinjaman, yang diperlihatkan sebagai berikut.

Selisih restrukturisasi (kreditur) = CV PV (TFCF) atau CV FV

dimana:

CV = nilai tercatat utang termasuk pokok utang dan bunga yang masih harus dibayar

PV (TFCF) = nilai sekarang nilai arus kas masa depanFV = nilai wajar aset tetap

Ingat, bahwa nilai sekarang dihitung dengan menggunakan suku bunga efektif awal pinjaman. Jika penurunan nilai diakui oleh kreditor, maka akan kontra penyisihan penilaian dikredit sebesar pengurangan dari nilai tercatat utang hingga menjadi sebesar nilai sekarang. Pihak kreditor umumnya menyediakan penyisihan piutang tak tertagih, dan kerugian kreditor untuk penurunan nilai dibebankan terhadap penyisihan tersebut. Jika kreditor belum mengantisipasi piutang tak tertagih secara memadai, maka kerugian penurunan nilai diakui sebagai peningkatan beban piutang tak tertagih untuk periode berjalan.

Illustrasi Restrukturisasi Utang Bermasalah Ilustrasi berikut ini merupaka akuntansi dengan berbagai bentuk untuk restrukturisasi utang bermasalah. Contoh ini terpisah dari contoh sebelumnya mengenai pengakuan kreditor atas penurunan nilai pinjaman. PT Induk mengalami tekanan keuangan dan sedang melakukan evaluasi terhadap berbagai alternatif proses restrukturisasi yang ada. Berikut ini adalah hasil pengamatan terhadap PT Induk.

1. Pada tanggal 31 Desember 20X6, perusahaan memiliki kewajiban lancar yang tidak dijamin sebesar Rp 30.000.000 kepada PT Kreditor, dimana terdapat beban bunga yang telah diakru tetapi belum dibayarkan sebesar Rp 3.000.000

2. PT Induk telah melakukan negosiasi dengan PT Kreditor untuk melakukan restrukturisasi utang lancar sebesar Rp 33.000.000 (Rp 30.000.000 + Rp 3.000.000). Terdapat tiga alternatif yang disajikan sebagai berikut.

Alternatif 1:Trasnfer Kas untuk Penyelesaian Utang Secara Penuh

Alternatif pertama adalah transfer sebesar Rp 27.000.000 yang segera dilakukan untuk penyelesaian penuh nilai tercatt utang. Selisih restrukturisasi antara nilai tercatat utang dan total arus kas perjanjian restrukturisasi dihitung sebagai berikut.

Nilai tercatat pinjaman

Pokok Rp 30.000.000

Bunga akrual (10 % untuk 1 tahun) 3.000.000 Rp 33.000.000Arus kas (27.000.000)Selisih restrukturisasi (debitor = kreditor) Rp 6.000.000

Total arus kas sejumlah Rp 27.000.000 lebih rendah daripada nilai tercatat utang sebesar Rp 33.000.000. Jika pihak kreditor menyetujui restrukturisasi, maka debitor mengakui timbulnya keuntungan restrukturisasi sebesar Rp 6.000.000 dan pihak kreditor mengakui adanya kerugian restrukturisasi dengan jumlah yang sama. Penghitungan nilai sekarang tidak perlu dilakukan oleh kreditor untuk alternatif arus kas segera. Ayat jurnal yang perlu dicatat oleh PT Induk, perusahaan debitor, adalah sebagai berikut.31 Desember 20X6

(19) Wesel bayar30.000.000

Utang bunga yang diakru 3.000.000

Kas

27.000.000

Keuntungan restrukturisasi utang

6.000.000

Merestrukturisasi dan menyelesaikan utang

Keuntungan restrukturisasi utang berdasarkan PSAK 54, dilaporkan sebagai kejadian luar biasa dalam laporan laba rugi debitor. Ayat jurnal yang harus dicatat oleh kreditor adalah sebagai berikut.

31 Desember 20X6

(20) Kas

27.000.000

Penyisihan piutang tak tertagih

6.000.000

Wesel tagih

30.000.000 Piutang bunga yang diakru

3.000.000Merestrukturisasi dan menyelesaikan piutang

Jika PT Kreditor tidak melakukan penyisihan piutang tak tertagih dalam jumlah yang memadai maka, yang didebit adalah akun piutang tak tertagih, dan bukan akun penyisihan piutang tak tertagih.

Alternatif 2: Transfer Aset Nonkas Untuk Penyelesaian Utang

Dalam alternatif kedua, PT Induk sepakat untuk mengalihkan persediaan dengan nilai buku sebesar Rp 40.000.000 dan nilai wajar sebesar Rp 26.000.000 kepada PT Kreditor untuk penyelesaian penuh utang yang bernilai Rp 33.000.000. Apabila aset nonkas dipindah tangankan dalam perjanjian restrukturisasi, maka aset tersebut harus direvaluasi menjadi sebesar nilai wajarnya sebelum menentukan besarnya selisih restrukturisasi. Keuntungan atau kerugian disajikan dalam laporan laba rugi debitor sebagai pos pos operasi yang berasal dari penghapusan aset. Oleh karena itu, PT Induk mengakui kerugian penghapusan persediaan atas penurunan nilai persediaan sebesar Rp 19.000.000, yaitu dari nilai buku sebesar Rp 45.000.000 menjadi nilai wajar sebesar Rp 26.000.000. Revaluasi umumnya dibuat dalam ayat jurnal yang meringkas restrukturisasi utang bermasalah. Selisih restrukturisasi dihitung sebagai berikut.

Nilai tercatat pinjaman:

Pokok Rp 30.000.000

Bunga akrual 3.000.000 Rp 33.000.000

Nilai wajar aset yang ditransfer (26.000.000)Selisih restrukturisasi (debitor = kreditor) Rp 7.000.000

Nilai tercatat utang lebih besar dari pada nilai wajaraset yang dialihkan; oleh karena itu, debitor mengakui keuntungan restrukturisasi sebesar Rp 7.000.000,dan kreditor mengakui kerugian sebesar Rp 7.000.000. Ayat jurnal yang dibuat oleh PT Induk adalah sebagai berikut.31 Desember 20X6

(21) Wesel bayar30.000.000

Utang bunga yang diakru

3.000.000

Kerugian penghapusan persediaan19.000.000

Persediaan

45.000.000

Keuntungan restrukturisasi utang

7.000.000

Merestrukturisasi dan penyelesaian utang

Kerugian penghapusan persediaan sebesar Rp 19.000.000 mengurangi nilai persediaan dari nilai buku Rp 45.000.000 menjadi nilai wajar sebesar Rp 26.000.000 sebelum selisih restrukturisasi dihitung. Nilai tercatat utang sebesar Rp 33.000.000 dilunasi dengan nilai wajar persediaan sebesar Rp 26.000.000. Oleh karena itu, debitor mengakui keuntungan restrukturisasi sebesar Rp 7.000.000. Ayat jurnal pada buku kreditor adalah sebagai berikut.

31 Desember 20X6

(22) Persediaan26.000.000 Penyisihan piutang tak tertagih

7.000.000

Wesel tagih

30.000.000 Piutang bunga yang diakru

3.000.000Merestrukturisasi dan penyelesaian utang

Aset nonkas dicatat sebesar nilai wajarnya. Penyisihan piutang tak tertagih dibebankan dengan perbedaan yang timbul dari nilai yang diterima sebesar Rp 26.000.000 dan nilai buku utang sebesar Rp 33.000.000.

Pihak kreditor juga bisa menerima saham biasa atau ekuitas lain debitor untuk penyelesaian utang. Saham dicatat sebesar nilai wajarnya, dan selisih restrukturisasi dihitung seperti dalam kasus transfer aset nonkas. Memang terlihat tidak biasa bila seorang kreditor menerima saham perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan, namun demikian pihak kreditor mungkin meyakini bahwa perusahaan tersebut masih layak beroperasi dan saham tersebut merupakan investasi jangka panjang yang masuk akal.

Alternatif 3: Modifikasi Persyaratan

Teknik restrukturisasi utang yang umum adalah memodifikasi beberapa persyaratan kontrak utang yang awal. Modifikasi persyaratan dapat berupa:

1. Pengurangan suku bunga tercatat untuk sisa utang awal.

2. Perpanjangan tanggal jatuh tempo utang awal dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah.

3. Pengurangan bagian nilai tercatat utang awal.

4. Pengurangan bunga yang diakru.

Akuntansi debitor untuk modifikasi persyaratan utang diatur dalam PSAK 54. Selisih restrukturisasi dihitung sebagai perbedaan antara nilai tercatat utang dan total estimasi arus kas masa depan berdasarkan persyaratan yang baru. Jika nilai tercatat utang lebih besar dari pada total estimasi arus kas masa depan, maka pihak debitor mengakui keuntungan atas selisih restrukturisasi. Jika nilai tercatat utang lebih rendah dari pada total arus kas masa depan, maka tidak ada keuntungan atau kerugian yang diakui dan tingkat suku bunga efektif ditentukan berdasarkan jumlah selisih restrukturisasi kasus berikut ini menggambarkan poin ini.

Kasus A. Nilai Tercatat Utang Lebih Besar daripada Modifikasi Total Arus Kas Masa Depan Diakui Keuntungan Debitor dan Kerugian atau Beban Kreditor. PT Induk, pihk debitor, berutang dengan nilai pokok Rp 30.000.000 ditambah bunga yang diakru sebesar Rp 3.000.0000 kepada PT Kreditor. Pada tanggal 31 Desember 20X6, kedua belah pihak menyepakati modifikasi persyaratan kontrak utang sebagai berikut.

1. Menghapus bunga yang diakru sebesar Rp 3.000.000.

2. Mengurangi tingkat suku bunga dari 10 % menjadi 5 %.

3. Memperpanjang masa jatuh tempo selama satu tahun tambahan, menjadi tanggal 31 Desember 20X7.

Selisih restrukturisasi per tanggal modifikasi persyaratan adalah sebagai berikut.

DebitorKreditor

Nilai tercatat pinjaman:

Pokok Rp 30.000.000

Bunga akrual 3.000.000 Nilai tercatat Rp 33.00.000

Total estimasi arus kas masa depan:

Total pokok utang Rp 30.000.000

Total bunga kontraktual masa depan

(Rp 30.000.000 x 0,05 x 1 th)1.500.000 Total estimasi arus kas masa depan Rp 31.500.000 Faktor nilai tunai, 10 %, 1 thx 0,90909 Nilai tunai total arus kas masa depan Rp28. 636. 335Selisih restrukturisasi Rp 33.000.000

(Rp 31.500.000)

Rp 1.500.000Rp 33.000.000

(Rp 28.636.335)

Rp 4.636.335

Bagi debitor, nilai tercatatutang sebesar Rp33.000.000 tersebut lebih besar daripada total estimasi arus kas masa depan sebesar Rp31.500.000,dan pihak debitor mengakui adanya kuntungan restrukturisasi.Karena keuntungan restrukturisasi diakui oleh debit, PSAK 54 menyatakan bahwa debitor tidak mengakui terjadinya beban bunga atas utang dalam periode di masa depan. Oleh karena itu, meskipun perjanjian restrukturisasi menyebutkan bunga kontraktual sebesar 5 % untuk periode satu tahun, maka debitor memasukkan jumlah ini sebagai nilai buku utang yang tersisa pada tanggal restrukturisasi. Ayat jurnal yang harus dibuat oleh PT Induk,sebagai debitor,pada tanggal 31 Desember 20X6, yaitu tanggal modifikasi persyaratan perjanjian, adalah sebagai berikut.31 Desember 20X6

(23) Utang bunga yang diakru3.000.000

Wesel bayar 10 % 30.000.000

Utang pinjaman yang direstrukturisasi 5 %

31.500.000

Keuntungan restrukturisasi utang

1.500.000

Merestrukturisasi utang

Total arus kas masa depan sebesar Rp 31.500.000 dicatat sebagai utang yang direstrukturisasi, dan utang awal beserta bunga yang diakru dihapusbukukan.

Pada saat PT Induk membayar kembali utang pada tanggal 31 Desember 20X7, maka ayat jurnal yang dibuat adalah:31 Desember 20X7

(24) Utang pinjaman yang direstrukturisasi 5 %31.500.000

Kas

31.500.000

Membayar utang yang direstrukturisasi

Meskipun persyaratan perjanjian restrukturisasi menyebutkan tingkat suku bunga kontraktual sebesar 5 %, tidak ada beban bunga yang perlu dicatat.

Pihak kreditor harus mengakui terjadinya kerugian (sebagai beban atau dibebankan terhadap penyisihan piutang tak tertagih) yang berjumlah Rp 4.363.636, yang merupakan selisih restrukturisasi antara nilai tercatat utang dan nilai sekarang estimasi total arus kas masa depan. Berdasarkan PSAK 54, pihak kreditor mengakui pendapatan bunga masa depan dengan menggunakan metode bunga efektif. Ayat jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut.

31 Desember 20X6

(25) Penyisihan piutang tak tertagih

Rp 4.363.665

Piutang bunga yang diakru

3.000.000

Penyisihan penilaian pinjaman yang diturunkan nilainya

1.363.665

(26) Wesel tagih yang diturunkan 5%

Rp 30.000.000 Wesel tagih 10 %

30.000.000

Perhatikan bahwa pada tanggal 31 Desember 20X6, neraca akan melaporkan sebagai berikut.

Wesel tagih yang diturunkan nilainya Rp 30.000.000

Dikurangi: Penyisihan penilaian pinjaman yang diturunkan nilainya (1.363.665)

Nilai sekarang wesel tagih yang diturunkan nilainya Rp 28.636.335

Ayat jurnal yang dicatat oleh kreditor pada tanggal 31 Desember 20X7 adalah sebagai berikut.(27) Kas

Rp 1.500.000 Penyisihan penilaian pinjaman yang diturunkan nilainya 1.363.665 Pendapatan bunga

2.863.635 Rp 1.500.000 = Rp 30.000.000 x suku bunga kontraktual 0,05

Rp 2.863.635 = nilai sekarang sebesar Rp 28.636.335 x tingkat

Suku bunga efektif 0,10

(28) Kas

Rp 30.000.000

Wesel tagih yang diturunkan nilainya

30.000.000

Kasus B. Nilai Tercatat Utang Lebih Kecil daripada Modifikasi Total Arus Kas Masa Depan: Tidak Ada Keuntungan yang Diakui oleh Debitor. PT Induk, pihak debitor dan PT Kreditor menyepakati modifikasi persyaratan untuk utang sebesar Rp 30.000.000 dan suku bunga yang diakru sebesar Rp 30.000.000 sebagai berikut.1. Menghapus bunga yang diakru sebesar Rp 3.000.000.

2. Mengurangi tingkat suku bunga dari 10 % menjadi 5 %.

3. Memperpanjang masa jatuh tempo selama 1 tahun tambahan hingga 31 Desember 20X7.

Langkah pertama adalah menentukan selisih restrukturisasi pada tanggal 31 Desember 20X6, saat restrukturisasi utang bermasalah. DebitorKreditor

Nilai tercatat pinjaman:

Pokok Rp 30.000.000

Bunga akrual 3.000.000 Nilai tercatat Rp 33.00.000

Total estimasi arus kas masa depan:

Total pokok utang Rp 30.000.000

Sisa utang bunga diakru 2.500.000

Total bunga kontraktual masa depan

(Rp 30.000.000 x 0,05 x 1 th) 1.500.000

Total estimasi arus kas masa depan Rp 34.000.000

Faktor nilai tunai, 10 %, 1 th x 0,90909 Nilai tunai total arus kas masa depan Rp 30.909.090

Selisih restrukturisasi Rp 33.000.000

(Rp 34.000.000)

Rp 1.000.000Rp 33.000.000

(Rp 30.909.090)

Rp 2.090.909

Pihak debitor tidak akan mengakui keuntungan dalam kasus ini karena nilai tercatat utang sebesar Rp 33.000.000 tersebut lebih kecil daripada total estimasi arus kas masa depan yang timbul dari proses restrukturisasi. Ayat jurnal yang harus dibuat dalam buku PT Induk pada tanggal 31 Desember 20X6 yang merupakan tanggal restrukturisasi adalah sebagai berikut.31 Desember 20X6

(29) Utang bunga yang diakru

Rp 3.000.000

Wesel bayar 10%

30.000.000

Utang pinjaman yang direstrukturisasi 5 %

33.000.000

Merestrukturisasi dan penyelesaian utang

Perhatikan bahwa berdasarkan pendekatan ini, untuk pinjaman yang direstrukturisasi 5% dinyatakan sebesar nilai tercatat utang wesel yang lama (Rp30.000.000 ditambah dengan seluruh bunga yang terakru Rp3.000.000) meskipun pihak kreditor telah menghapuskan bunga yang terakru sebesar Rp 500.000 sebagai bagian dari proses restrukturisasi. Karena total estimasi arus kas masa depan (Rp 34.000.000) melebihi nilai tercatat utang (Rp 33.000.000 ) maka tidak perlu dibuat penyesuaian terhadap jumlah total nilai tercatat utang. Utang yang direstrukturisasi dinyatakan sebesar Rp 33.000.000 dan total beban bunga sebesar Rp 1.000.000 akan diakui selama masa jatuh tempo utang yang direstrukturisasi yang menunjukan selisih antara total arus kas masa depan yang berjumlah Rp 34.000.000 dan nilai tercatat utang yang direstrukturisasi sebesar Rp 33.000.000.

Pada tanggal 31 Desember 20X7, PT Induk harus membayar sebesar Rp 34.000.000 yang meliputi Rp 33.000.000 untuk melunasi utang yang direstrukturisasi dan Rp 1.000.000 untuk beban bunga. Ayat jurnal pada tanggal 31 Desember 20X7 adalah sebagai berikut.

31 Desember 20X7

(30) Beban bunga

Rp 1.000.000

Utang pinjaman yang direstrukturisasi 5%

33.000.000

Kas

34.000.000

Membayar utang direstrukturisasi dan beban bunga

Tingkat suku bunga debitor atas utang direstrukturisasi dapat dicari dengan menyelesaikan formulir nilai sekarang untuk suku bunga, yaitu:

Nilai sekarang = faktor nilai sekarang x jumlah masa depan

dimana nilai sekarang merupakan nilai buku kini utang; faktor nilai sekarang (PVF) merupakan faktior dari tabel nilai sekarang dari Rp1 untuk satu periode, yang merupakan termi utang; dan nilai masa depan adalah total arus kas masa depan. Dengan demikian,

Rp 33.000.000 = PVF x 34.000.000

dan

PVF = Rp 33.000.000 / Rp 34.000.000 = 0,9705

Dalam tabel nilai sekarang dari Rp 1, faktor sebesar 0,9705 ditemukan untuk satu tahun dalam kolom 3%. Oleh karena itu, besarnya tingkat suku bunga adalah 3%. Untuk contoh satu tahun ini, tingkat suku bunga dapat diperkirakan dengan perhitungan yang lebih langsung sebagai berikut.

Rp 1.000.000 / Rp 33.000.000 = 0,303 atau tingkat suku bunga 3,03%

Meskipun perjanjian restrukturisasi menunjukan tingkat suku bunga kontraktual sebesar 5%, beban bunga yang dilaporkan pada laporan laba rugi debitor dilaporkan berdasarkan tingkat suku bunga efektif sebesar 3,03%. Selisih antara 5% dan 3,03% menjadi bagian dari pokok utang yang direstrukturisasi. Untuk wesel bayar dengan jangka waktu lebih dari satu tahun, tingkat suku bunga efektif yang dihitung akan digunakan untuk menghitung jumlah beban bunga yang dilaporkan setiap tahunnya. Ayat jurnal kreditor adalah sebagai berikut.

31 Desember 20X6

(31) Penyisihan piutang tank tertagih

Rp 2.090.909

Piutang bunga yang diakru

500.000

Penyisihan penilaian pinjaman yang diturunkan nilainya 1.590.909

(32) Wesel tagih yang diturunkan nilainya 5%

Rp 30.000.000

Wesel tagih 10%

30.000.00031 Desember 20X7

(33) Kas

Rp 4.000.000

Penyisihan penilaian pinjaman yang diturunkan nilainya 1.590.909

Piutang bunga yang diakru

2.500.000

Pendapatan bunga

3.090.909

Rp 4.000.000 = Rp 30.000.000 x suku bunga kontraktual 0,05

ditambah dengan bunga diakru yang tidak dihapuskan sebesar

Rp 2.500.000

Rp 3.090.909 = nilai sekarang sebesar Rp 30.909.090 x tingkat

suku bunga efektif 0,10

(34) Kas

Rp 30.000.000

Wesel tagih yang diturunkan nilainya

30.000.000

Pertimbangan LainBeberapa perjanjian restrukturisasi berisi provisi mengenai pembayaran kontijensi. Sebagai contoh, perjanjian dapat menentukan bahwa pihak debitor harus membayarkan jumlah tambahan jika laba bersih masa mendat