akhlak
DESCRIPTION
Materi Agama IslamTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam persoalan Akhlak, manusia sebagai makhluk berakhlak berkewajiban
menunaikan dan menjaga akhlak yang baik serta menjauhi dan meninggalkan akhlak
yang buruk. Akhlak merupakan dimensi nilai dari Syariat Islam. Kualitas
keberagaman justru ditentukan oleh nilai akhlak. Jika syariat berbicara tentang syarat
rukun, sah atau tidak sah, maka akhlak menekankan pada kualitas dari perbuatan,
misalnya beramal dilihat dari keikhlasannya, shalat dilihat dari kekhusuannya,
berjuang dilihat dari kesabarannya, haji dari kemabrurannya, ilmu dilihat dari
konsistensinya dengan perbuatan, harta dilihat dari aspek mana dari mana dan untuk
apa, jabatan dilihat dari ukuran apa yang telah diberikan, bukan apa yang diterima.
Dengan demikian, dikarenakan akhlak merupakan dimensi nilai dari Syariat
Islam, maka Islam sebagai agama yang bisa dilihat dari berbagai dimensi, sebagai
keyakinan, sebagai ajaran dan sebagai aturan. Agama Islam sebagai aturan atau
sebagai hukum dimaksud untuk mengatur tata kehidupan manusia. Sebagai aturan,
agama atau sebagai hukum dimaksud untuk mengatur tata kehidupan manusia.
Sebagai aturan, agama berisi perintah dan larangan, ada perintah keras (wajib) dan
larangn keras (haram), ada juga perintah anjuran (sunat) dan larangan anjuran
(makruh).
Apalagi pada zaman sekarang ini, banyak diantara kita kurang memperhatikan
masalah akhlak. Disatu sisi, kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan
perkara pokok/inti agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi
lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan, sehingga tidak dapat disalahkan bila
ada keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan awam.
Seharusnya, ucapan ataupun keluhan-keluhan itu dapat menjadi cambuk bagi
kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak Islam. Islam bukanlah agama yang
mengabaikan akhlak, bahkan Islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat, bahwa
tauhid sebagai sisi pokok atau inti, Islam yang memang seharusnya kita utamakan,
namun tidak berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak
mempunyai hubungan yang erat, Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba
terhadap Allah SWT, dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang
yang bertauhid dan baik akhlaknya, berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin
1
sempurna tauhid seseorang, maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila
seseorang mywahhid memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka pembahasan dalam masalah ini akan
dititikberatkan pada “Akhlak Terhadap Sesama Manusia”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
- Apa itu akhlak?
- Apa sajakah jenis-jenis akhlak?
- Bagaimanakah akhlak muslim kepada sesama manusia?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, dapat ditentukan bahwa tujuan makalah ini
adalah sebagai berikut:
- Untuk mengetahui apakah definisi dari akhlak.
- Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis akhlak.
- Untuk mengetahui bagaimanakah akhlak muslim kepada sesama manusia.
2
BAB II
ISI
A. Definisi Akhlak
Kata “Akhlak” berasal dari Bahasa Arab, Jamak dari Khuluq, yang artinya
tabiat, budi pekerti, watak, atau kesopanan. Sinonim kata Akhlak ialah tatakrama,
kesusilaan, sopan santun (Bahasa Indonesia), moral, ethic (Bahasa Inggris), ethos,
ethikos (Bahasa Yunani).
Untuk mengetahui definisi akhlak, dibawah ini terdapat beberapa definisi yang
dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:
a. Ibnu Maskawaih
Akhlak adalah sikap jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan (terlebih dahulu). Ibnu
Maskawaih menekankan bahwa yang disebutnya akhlak adalah seluruh
perbuatan manusia.
b. Al-Qurthuby
Akhlak adalah suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab
kesopanannya yang disebut Akhlak, karena perbuatan itu termasuk bagian
darinya. Al-Qurthuby menekankan bahwa akhlak itu merupakan bagian
dari kejadian manusia. Oleh karena itu, kata al-khuluk tidak dapat
dipisahkan pengertiannya dengan kata al-khiiqah, yaitu fitrah yang dapat
mempengaruhi perbuatan setiap manusia.
c. Muhammad bin Ilaan Ash-Shadieqy
Akhlak adalah suatu pembawaan dalam diri manusia, yang dapat
menimbulkan perbuatan baik, dengan cara yang mudah (tanpa dorongan
dari orang lain). Muhammad bin Ilaan Ash-Shadieqy menekankan hanya
perbuatan baik saja yang disebutnya akhlak
d. Abu Bakar Jabir Al-Jazairy
Akhlak adalah bentuk kejiwaan yang tertanam dalam diri manusia, yang
menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela dengan cara
yang disengaja. Abu Bakar Jabir Al-Jazairy menekankan bahwa Akhlak
3
adalah keadaan jiwa yang selalu menimbulkan perbuatan yang gampang
dilakukan baik itu perbuatan baik maupun buruk.
e. Imam Al-Ghazali
Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia), yang dapat
melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan, tanpa melalui
maksud untuk memikirkan (lebih lama). Maka jika sifat tersebut
melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma
agama, dinamakan akhlak yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan
tindakan yang jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk.
f. Prof. Dr. Ahmad Amin
Akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila
membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.
B. Jenis-jenis Akhlak
Utamanya banyak yang mengatakan bahwa Akhlak yang baik merupakan sifat
para Nabi dan orang-orang Shiddiq, sedangkan akhlak yang buruk merupakan sifat
Syaithan dan orang-orang yang tercela.
Maka pada dasarnya, Akhlak itu menjadi 2 (dua) jenis, diantaranya:
a. Akhlak baik atau terpuji (Al-Akhlaaqul Mahmuudah)
Akhlaaqul Mahmuudah yaitu perbuatan baik terhadap Tuhan, sesama
manusia, dan makhluk-makhluk yang lain. Akhlak yang baik yaitu akhlak
yang diridhoi oleh Allah SWT, akhlak yang baik itu dapat diwujudkan
dengan mendekatkan diri kita kepada Allah SWT yaitu dengan mematuhi
segala perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya, mengikuti
ajaran-ajaran dari Sunnah Rasulullah S.A.W, mencegah diri kita untuk
mendekati yang ma’ruf dan menjauhi yang munkar, seperti firman Allah
SWT dalam Surat Ali-Imran ayat 110:
4
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik untuk manusia, menuju kepada
yang ma’ruf dan mencegah yang munkar dan beriman kepada
Allah SWT”.
Akhlak yang baik menurut Imam Ghazali ada 4 (empat) perkara, yaitu
bijaksana, memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian
(menundukkan kekuatan hawa nafsu), dan bersifat adil. Jelasnya, ia
merangkum sifat-sifat seperti berbakti pada keluarga dan negara, hidup
bermasyarakat dan bersilaturahim, berani mempertahankan agama,
senantiasa bersyukur dan berterima kasih, sabar dan ridha dengan
kesengsaraan, berbicara benar dan sebagainya.
Akhlak yang baik yaitu perbuatan baik terhadap Tuhan, sesama manusia,
dan makhluk-makhluk yang lain. Akhlak yang baik terhadap Tuhan antara
lain:
1) Bertaubat (At-Taubah), yaitu suatu sikap yang menyesali perbuatan
buruk yang pernah dilakukannya dan berusaha menjauhinya, serta
melakukan perbuatan baik;
2) Bersabar (Ash-Shabru), yaitu suatu sikap yang betah atau dapat
menahan diri pada kesulitan yang dihadapinya. Tetapi bukan berarti
bahwa sabar itu langsung menyerah tanpa upaya untuk melepaskan diri
dari kesulitan yang dihadapi oleh manusia. Maka sabar yang
dimaksudkannya adalah sikap yang diawali dengan ikhtisar, lalu
diakhiri dengan ridha dan ikhlas, bila seseorang dilanda suatu cobaan
dari Tuhan;
3) Bersyukur (Asy-Syukru), yaitu suatu sikap yang selalu ingin
memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, nikmat yang telah diberikan
oleh Allah SWT kepadanya, baik yang bersifat fisik maupun non fisik.
Lalu disertai dengan peningkatan pendekatan diri kepada yang member
nikmat, yaitu Allah SWT;
4) Bertawakkal (At-Tawakkal), yaitu menyerahkan segala urusan kepada
Allah SWT setelah berbuat semaksimal mungkin, untuk mendapatkan
sesuatu yang diharapkannya. Oleh karena itu, syarat utama yang harus
5
dipenuhi bila seseorang ingin mendapatkan sesuatu yang
diharapkannya, ia harus lebih dahulu berupaya sekuat tenaga, lalu
menyerahkan ketentuannya kepada Allah SWT. Maka dengan cara
yang demikian itu, manusia dapat meraih kesuksesan dalam hidupnya;
5) Ikhlas (Al-Ikhlaash), yaitu sikap menjauhkan diri dari riya (menunjuk-
nunjukkan kepada orang lain) ketika mengerjakan amal baik, maka
amalan seseorang dapat dikatakan jernih, bila dikerjakannya dengan
ikhlas;
6) Raja (Ar-Rajaa), yaitu sikap jiwa yang sedang menunggu
(mengharapkan) sesuatu yang disenangi dari Allah SWT, setelah
melakukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya sesuatu yang
diharapkannya. Oleh karena itu, bila tidak mengerjakan penyebabnya,
lalu menunggu sesuatu yang diharapkannya, maka hal itu disebut
“tamanni”;
7) Bersikap takut (Al-Khauf), yaitu suatu sikap jiwa yang sedang
menunggu sesuatu yang tidak disenangi dari ALLAH, maka manusia
perlu berupaya agar apa yang ditakutkan itu, tidak akan terjadi.
Akhlak yang baik terhadap sesama manusia antara lain:
1) Belas kasihan atau sayang (Asy-Syafaqah), yaitu sikap jiwa yang
selalu ingin berbuat baik dan menyantuni orang lain;
2) Rasa persaudaraan (Al-Ikhaa), yaitu sikap jiwa yang selalu ingin
berhubungan baik dan bersatu dengan orang lain, karena ada
keterikatan bathin dengannya;
3) Memberi nasihat (An-Nashiihah), yaitu suatu upaya untuk memberi
petunjuk-petunjuk yang baik kepada orang lain dengan menggunakan
perkataan, baik ketika orang yang dinasihati telah melakukan hal-hal
yang buruk, maupun belum. Sebab kalau dinasihati ketika ia telah
melakukan perbuatan buruk, berarti diharapkan agar ia berhenti
melakukannya. Tetapi kalau dinasihati ketia ia belum melakukan
perbuatan itu, berarti diharapkan agar ia tidak akan melakukannya;
4) Memberi pertolongan (An-Nashru), yaitu suatu upaya untuk membantu
orang lain, agar tidak mengalami suatu kesulitan;
6
5) Menahan amarah (Kazmul Ghaizhi), yaitu upaya menahan emosi, agar
tidak dikuasai oleh perasaan marah terhadap orang lain;
6) Sopan santun (Al-Hilmu), yaitu sikap jiwa yang lemah lembut terhadap
orang lain, sehingga dalam perkataan dan perbuatannya selalu
mengandung adab kesopanan yang mulia;
7) Suka memaafkan (Al-Afwu), yaitu sikap dan perilaku seseorang yang
suka memaafkan kesalahan orang lain yang pernah diperbuat
terhadapnya.
b. Akhlak buruk atau tercela (Al-Akhlaqul Madzmuumah)
Akhlaqul Madzmuumah yaitu perbuatan buruk terhadap Tuhan, sesama
manusia, dan makhluk-makhluk yang lain. Akhlak yang buruk itu berasal
dari penyakit hati yang keji, seperti iri hati, ujub, dengki, sombong,
munafik, hasud, berprasangka buruk, dan penyakit-penyakit hati yang
lainnya, akhlak yang buruk dapat mengakibatkan berbagai macam
kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain yang di sekitarnya
maupun kerusakan lingkungan sekitarnya.
Akhlak yang buruk yaitu perbuatan buruk terhadap Tuhan, sesama
manusia, dan makhluk-makhluk yang lain. Akhlak yang buruk terhadap
Tuhan antara lain:
1) Takabbur (Al-Kibru), yaitu suatu sikap yang menyombongkan diri,
sehingga tidak mengakui kekuasaan Allah di alam ini, termasuk
mengingkari nikmat Allah yang ada padanya;
2) Musyrik (Al-Isyraak), yaitu suatu sikap yang mempersekutukan Allah
dengan makhluk-Nya, dengan cara menganggapnya bahwa ada suatu
makhluk yang menyamai kekuasaan-Nya;
3) Murtad (Ar-Riddah), yaitu sikap yang meninggalkan atau keluar dari
agama Islam, untuk menjadi kafir;
4) Munafiq (An-Nifaaq), yaitu suatu sikap yang menampilkan dirinya
bertentangan dengan kemauan hatinya dalam kehidupan beragama;
7
5) Riya (Ar-Riyaa), yaitu suatu sikap yang selalu menunjuk-nunjukkan
perbuatan baik yang dilakukannya. Maka ia berbuat bukan karena
Allah, melainkan hanya ingin dipuji oleh sesama manusia. Jadi
perbuatan ini kebalikan dari sikap ikhlas;
6) Boros atau berpoya-poya (Al-Israaf), yaitu perbuatan yang selalu
melampaui batas-batas ketentuan agama. Tuhan melarang bersikap
boros, karena hal itu dapat melakukan dosa terhadap-Nya, merusak
perekonomian manusia, merusak hubungan sosial, serta merusak diri
sendiri;
7) Rakus atau tamak (Al-Itirshul atau Ath-Thama’u), yaitu suatu sikap
yang tidak pernah merasa cukup, sehingga selalu ingin menambah apa
yang seharusnya ia miliki, tanpa memperhatikan hak-hak orang lain.
Hal ini termasuk kebalikan dari rasa cukup (Al-Qana’ah) dan
merupakan akhlak buruk terhadap Allah, karena melanggar ketentuan
larangan-Nya.
Akhlak yang buruk terhadap sesama manusia antara lain:
1) Mudah marah (Al-Ghadhab), yaitu kondisi emosi seseorang yang
tidak dapat ditahan oleh kesadarannya, sehingga menonjolkan sikap
dan perilaku yang tidak menyenangkan orang lain. Kemarahan dalam
diri setiap manusia, merupakan bagian dari kejadiannya. Oleh karena
itu, agama Islam memberikan tuntunan, agar sifat itu dapat terkendali
dengan baik;
2) Iri hati atau dengki (Al-Hasadu atau Al-Hiqdu), yaitu sikap kejiwaan
seseorang yang selalu menginginkan agar kenikmatan dan
kebahagiaan hidup orang lain bisa hilang sama sekali;
3) Mengadu-adu (An-Namiimah), yaitu suatu perilaku yang suka
memindahkan perkataan seseorang kepada orang lain, dengan maksud
agar hubungan social keduanya rusak;
4) Mengumpat (Al-Ghiibah), yaitu suatu perilaku yang suka
membicarakan perkataan seseorang kepada orang lain;
8
5) Bersikap congkak (Al-Ash’aru), yaitu suatu sikap dan perilaku yang
menampilkan kesombongan, baik dilihat dari tingkah lakunya maupun
perkataannya;
6) Sikap kikir (Al-Bukhlu), yaitu suatu sikap yang tidak mau
memberikan nilai materi dan jasa kepada orang lain;
7) Berbuat aniaya (Azh-Zhulmu), yaitu suatu perbuatan yang merugikan
orang lain, baik kerugian materiil maupun non materiil. Dan ada juga
yang mengatakan, bahwa seseorang yang mengambil hak-hak orang
lain, termasuk perbuatan dzalim (menganiaya).
C. Akhlak Muslim kepada Sesama Manusia
Akhlak muslim kepada sesama manusia digolongkan menjadi:
a. Akhlak terhadap orang tua
1) Peranan orang tua dalam kehidupan seorang anak
Tidak dapat dipungkiri, bahwa manusia lahir ke dunia ini adalah
melalui orang tua. Susah dan payah dialami oleh ibu dan bapak untuk
memelihara anaknya, baik ketika masih dalam kandungan, maupun
setelah lahir ke dunia. Pertama-tama ibu harus mengandung kita
selama kurang lebih 9 bulan. Selama dalam kandungan, ibu
menanggung kepayahan, keletikan dan kesakitan.
Sementara agar beban yang ditanggung oleh ibu-bapak jangan terlalu
berat, maka tiap sebulan sekali atau setengah bulan sekali diperiksa ke
dokter. Hal ini dilakukan demi keselamatan bayi yang ada dalam
kandungan. Demikian pula ketika hendak melahirkan, perasaan
gelisah, takut, sakit menjadi satu, dan nyawa ibulah sebagai
taruhannya. Bersamaan itu pula bapak berdoa agar istrinya melahirkan
dengan selamat, dan anak yang lahir ke dunia juga dalam keadaan
selamat dan sehat.
Setelah bayi lahir ke dunia, lalu dipelihara dan dijaganya dengan
penuh perhatian, disusui, disuapi makanan, dimandikan, diayun dan
dibuai ketika menangis, agar cepat diam dan tidur. Kalau bayi sakit,
ibu dan bapak gelisah pula, mereka mencarikan obat agar cepat pulih
kembali kesehatannya.
9
Selanjutnya, ibu dan bapak mengajarkan kita duduk, berdiri, berjalan,
bercakap-cakap, bermain-main dan menjaga agar kesehatan kita tetap
baik dan pertumbuhan fisik dan rohaninya tetap normal.
Ibu-bapak kita benar-benar berjasa, dan jasanya tidak bias dibeli sama
sekali dan tak dapat diukur oleh apapun juga. Merekalah yang
mengusahakan agar kita dapat makan dan membelikan pakaian untuk
kita. Selanjutnya kita dimasukkan ke lembaga pendidikan, mulai dari
sekolah pendidikan dasar sampai menengah dan mungkin sampai ke
perguruan tinggi, agar kita berakhlak baik, teguh mengamalkan
ajaran-ajaran agama dan mempunyai masa depan yang gemilang.
2) Cara berbuat baik kepada orang tua
Cara berbuat baik kepada ibu-bapak diantaranya:
- Mendengarkan nasihat-nasihatnya dengan penuh perhatian,
mengikuti anjurannya dan tidak melanggar larangannya;
- Tidak boleh membentak ibu-bapak, menyakiti hatinya, apalagi
memukul. Ibu dan bapak harus diurus atau dirawat dengan baik;
- Bersikap merendahkan diri dan mendoakan agar mereka selalu
dalam ampunan dan kasih sayang Allah SWT
- Sebelum berangkat dan pulang sekolah hendaklah membantu
orang tua;
- Menjaga nama baik kedua orang tua di masyarakat;
- Memberi nafkah, pakaian, dan membayarkan hutangnya kalau
mereka tidak mampu atau sudah tua;
- Menanamkan hubungan kasih sayang terhadap orang yang telah
ada hubungan kasih sayang oleh ibu-bapaknya;
3) Membiasakan diri berbuat baik kepada kedua orang tua
Membiasakan diri berbuat baik kepada kedua orang tua adalah
perbuatan yang amat mulia.Bahkan dianjurkan setiap setelah shalat
mendoakan kedua orang tua. Apabila kedua orang tua itu telah
10
meninggal misalanya, maka kita sebagai anaknya berkewajiban
berbakti kepada mereka seperti:
- Menyembahyangkan jenazahnya;
- Memintakan ampunan kepada Allah;
- Menyempurnakan janjinya;
- Memuliakan sahabatnya;
- Menghubungi anak keluarganya yang bertalian dengan keduanya.
b. Akhlak terhadap saudara
1) Peranan Saudara dalam kehidupan sehari-hari
Peranan saudara dalam kehidupan kita sangatlah penting, karena pada
dasarnya kita adalah makhluk sosial yang senantiasa saling bantu-
membantu dalam menempuh kehidupannya, terutama saudaranya
yang terdekat.
Oleh karena itu, saudara masih ada hubungan darah dengan kita, maka
merekalah yang paling pertama kita minta bantuannya.Lebih-lebih
bila kita sedang mendapat musibah atau bencana lainnya, misalnya
sakit, kecurian dan sebagainya. Karena itu, hubungan antara saudara
dengan saudara haruslah dipelihara dengan sebaik-baiknya, jangan
sampai retak, jangan sampai timbul hal-hal yang menyebabkan tali
silaturahmi terputus, apalagi kalau sampai timbul perpecahan atau
permusuhan dan percekcokan satu sama lain.
2) Cara berbuat baik kepada saudara
Cara berbuat baik kepada saudara diantaranya:
- Menghormati dan mencintai mereka. Karena kita dengan saudara
asal-mulanya dari ayah dan ibu. Mencintai mereka sama dengan
kita mencintai diri sendiri;
- Menghormati saudara yang lebih tua sebagaimana menghormati
orang tua, mengindahkan nasihat-nasihatnya dan tidak menentang
perintahnya;
- Mencintai dan menyayangi yang lebih kecil dengan penuh kasih
sayang sebagaimana orang tua menyayangi mereka;
11
- Saling bantu-membantu sekuat tenaga, sabar terhadap mereka.
Jika bersalah, berilah peringatan secara halus dan ramah-tamah.
c. Akhlak terhadap tetangga
1) Peranan Tetangga dalam kehidupan seseorang
Kita hidup ditengah-tengah masyarakat, laksana ikan dengan air.Harus
saling menghidupi dan menjernihkan. Tidak boleh sombong kepada
orang lain, terutama dengan kerabat dan tetangga. Mereka ini adalah
saudara kita yang paling dekat dan cepat menolong dikala kita
mendapat musibah atau malapetaka.Meskipun mempunyai family
sekian banyak dan terkemuka, tetapi tak mustahil tempat tinggalnya
berjauhan.
Oleh karena itu, dikala kita mendapat musibah seperti sakit, meninggal
dunia, atau kesusahan-kesusahan lainnya, maka yang paling duluan
tampil datang adalah tetangga kita.Karena itu berlakulah kepadanya
secara baik menurut tuntunan agama.
2) Cara berbuat baik kepada tetangga
Cara berbuat baik kepda tetangga diantaranya:
- Menolong dan membantunya bila membutuhkan pertolongan,
walaupun mereka tidak mau membantu kita;
- Member hutang bila meminta bantuan hutang kepada kita;
- Ikut meringankan beban dan kesengsaraan bila tetangga itu miskin
dan sengsara, sekiranya kita mempunyai kelebihan;
- Menjenguknya bila sakit atau membantunya dengan obat;
- Bila tetangga ada yang meninggal dunia, hendaknya ikut
belasungkawa, dan mengantarkan jenazahnya ke kuburnya;
- Bila tetangga mendapat kesenangan atau nasib baik dan
menggembirakan, sebaiknya menyampaikan ucapan selamat
kepadanya;
- Ikut meringankan beban musibah tetangga yang meninggal;
12
- Bila ingin membuat rumah bertingkat, sebaiknya minta izin atau
sepengetahuan tetangganya, disamping minta izin kepada
pemerintah;
- Menghindari perkataan atau tindakan yang menyakitkan tetangga.
Bila berkata atau bertindak salah, sebaiknya segera minta maaf;
- Jika boleh memamerkan sesuatu yang dibeli atau yang dimiliki
kepada tetangga, baik berupa makanan ataupun yang lainnya, bila
kita tidak ingin memberinya;
- Jangan menyalakan atau membunyikan radio tape recorder atau
TV terlalu keras, yang dapat membisingkan tentangga.
3) Membiasakan diri berbuat baik terhadap tetangga
- Supaya senantiasa berbuat baik terhadap tetangga dalam segala
situasi, dalam kehidupan sehari-harinya hingga meninggalnya
tetangga itu;
- Setiap orang muslim wajib memuliakan tetangganya, karena
memuliakan tetangga merupakan salah satu akhlak mulia, yang
harus dimiliki setiap muslim;
- Kita diperintahkan agar suka member makanan kepada tetangga,
terutama tetangga yang terdekat.
d. Akhlak terhadap sesama muslim
1) Peranan Persaudaraan sesama Muslim
Diantara sesama muslim yang lain adalah bersaudara. Oleh sebab itu,
kita harus bersikap baik terhadap sesama muslim. Mereka itu bagaikan
satu anggota badan, bilamana yang satu sakit atau ditimpa musibah,
maka yang lain ikut merasakannya. Misalnya, kalau gigi seorang sakit,
maka anggota badan yang lainnya ikut pula merasakannya. Demikian
pula umat Islam, kalau ada salah seorang dari umat Islam ditimpa
malapetaka, maka yang lain harus ikut merasakannya. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara bergotong royong dalam meringankan
bebannya.
2) Cara berbuat baik terhadap sesama muslim
13
Cara berbuat baik terhadap sesama muslim diantaranya:
- Memberi salam;
- Memenuhi undangannya, terutama hari pertama dalam walimatul
uruz;
- Saling member nasihat;
- Menjenguk ketika sakit, sambil mendoakan;
- Mengantarkan jenazah orang islam;
- Tidak bermusuhan selama 3 hari;
- Tidak boleh bersikap sombong;
- Tidak melahirkan kegembiraan disaat orang Islam yang lain
ditimpa kesusahan;
- Mau membela sesama muslim;
- Menjunjung tinggi kehormatan, harta dan jiwa;
- Mau mengusahakan perdamaian kalau terjadi perselisihan diantara
sesama muslim;
- Menutupi rahasianya;
- Memberi bantuan disaat membutuhkan;
- Menyantuni orang-orang miskin dan lemah di kalangan umat
Islam;
- Ikut membahagiakan sesama muslim.
3) Membiasakan diri untuk berbuat baik terhadap sesama Muslim
- Harus saling memaafkan;
- Harus saling menyelamatkan;
- Jangan suka memfitnah;
- Jangan berbuat dzalim;
- Jangan berburuk sangka;
- Jangan merusak
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menelaah dan memahami akhlak kepada sesama sebagai
kesimpulannya adalah sesungguhnya dalam kehidupan, kita tidak terlepas dari apa
yang sudah ada dalam diri kita sebagai manusia termasuk salah satunya adalah
akhlak. Karena akhlak adalah satu predikat yang disandang oleh manusia. Akhlak
akan berjalan setelah manusia itu sendiri berada dalam alam sosial.
Baik dan buruknya akhlak kepada sesama tergantung dari orang menjalani
hidup, apakah membentuk karakternya dengan akal atau dengan hati karena keduanya
adalah sumber.
Jadi kesimpulan akhlak antar sesama yaitu sangat dianjurkan selama apa yang
dilakukan punya nilai ibadah.
B. Saran
Pembinaan akhlak mulia bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi bukan sesuatu
yang tidak mungkin. Artinya sesulit apapun pembinaan akhlak mulia ini bisa
dilakukan, ketika ada komitmen (niat) yang kuat untuk melakukannya dan didukung
oleh usaha keras serta selalu bertawakkal dan mengharap rido dari Allah SWT bukan
tidak mungkin akhlak mulia ini akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sikap
dan perilaku sehari-hari.
15