akhlak

18
AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN A. PENGERTIAN AKHLAK Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat yang bersumber pada agama. Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku , tetapi tingkah laku tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak. Dalam Encyclopedia Brittanica akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang mempunyai arti sebagai studi yang sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai baik , buruk , seharusnya benar, salah dan sebaginya tentang prinsip umum dan dapat diterapkan terhadap sesuatu, selanjutnya dapat disebut juga sebagai filsafat moral . Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak. 1) Perbuatan yang baik atau buruk. 2) Kemampuan melakukan perbuatan . 3) Kesadaran akan perbuatan itu 4) Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk 1. AKHLAK KEPADA ALLAH a. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap perintah Allah.

Upload: nhea7

Post on 23-Jan-2016

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah akhlak

TRANSCRIPT

Page 1: AKHLAK

AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI DAN ORANG LAINA. PENGERTIAN AKHLAK

Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.

Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat yang bersumber pada agama.

Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.

Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak.

Dalam Encyclopedia Brittanica akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang mempunyai arti sebagai studi yang sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai baik, buruk, seharusnya benar, salah dan sebaginya tentang prinsip umum dan dapat diterapkan terhadap sesuatu, selanjutnya dapat disebut juga sebagai filsafat moral.

Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak.1) Perbuatan yang baik atau buruk.2) Kemampuan melakukan perbuatan.3) Kesadaran akan perbuatan itu4) Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk

1. AKHLAK KEPADA ALLAHa. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya

sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap perintah Allah.

b. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.

c. Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan do’a dalam ajaran Islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia. Oleh karena itu berusaha dan berdo’a merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh dalam aktifitas hidup setiap muslim.Orang yang tidak pernah berdo’a adalah orang yang tidak menerima keterbatasan dirinya sebagai manusia karena itu dipandang sebagai orang yang sombong ; suatu perilaku yang tidak disukai Allah.

d. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.

e. Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau

Page 2: AKHLAK

hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.

2. AKHLAK KEPADA ORANG LAINa. Husnuzan. Berasal dari lafal husnun ( baik ) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti

prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk terhadap seseorang. Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib, wujud husnuzan kepada Allah dan Rasul-Nya antara lain: Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul-Nya Adalah untuk kebaikan manusia. Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti berakibat buruk. Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan). Husnuzan kepada sesama manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan. Husnuzan berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri maupun orang lain.

b. Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur. Allah berfirman , Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya, dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ”Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (Q.S. Al Isra/17:24) Ayat di atas menjelaskan perintah tawaduk kepada kedua orang tua.

c. Tasamu artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama manusia. Allah berfirman, ”Untukmu agamamu, dan untukku agamaku (Q.S. Alkafirun/109: 6). Ayat tersebut menjelaskan bahwa masing-masing pihak bebas melaksanakan ajaran agama yang diyakini.

d. Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan sesama manusia. Allah berfirman, ”...dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan...”(Q.S. Al Maidah :2)

3. AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI a. Adab-Adab Makan

1) Memulai makan dengan mengucapkan Bismillah. Berdasarkan hadist Rasulullah shallalahu’alaihi wa sallam, “Apabila salah seorang diantara kalian hendak makan, maka ucapakanlah ‘Bismillah’. Dan jika ia lupa untuk mengucakapkan Bismillah di awal makan, maka hendaklah ia mengucapkan ‘Bismillah Awwalahu wa Akhirahu (dengan menyebut nama Allah di awal dan di akhirnya)’”. (HR. Daud Dishohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih Ibnu Majah 3264).

2) Hendaknya mengakhiri makan dengan pujian kepada Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah shallalahu’alaihi wa sallam, “Barangsiapa telah selesai makan hendaknya dia berdoa: ‘Alhamdulillahilladzi ath’amani hadza wa razaqqaniihi min ghairihaulin minni walaa guwwatin.’ Niscaya akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Daud, Hadist Hasan).

3) Hendaknya makan dengan menggunakan tiga jari tangan kanan. Hadist Rasulullah shallalahu’alaihi wa sallam, “Sungguh Rasulullah shallalahu’alaihi wa sallam makan dengan menggunakan tiga jari.” (HR. Muslim, HR. Daud).

Page 3: AKHLAK

4) Hendaklah menjilati jari jemarinya sebelum dicuci tangannya. Sebagaimana sabda Rasulullah shallalahu’alaihi wa sallam, “Apabila salah seorang diantara kalian telah selesai makan maka janganlah ia mengusap tangannya hingga ia menjilatinya atau minta dijilati (oleh isterinya, anaknya).” (HR. Bukhari Muslim)

5) Apabila ada sesuatu dari makanann kita terjatuh, maka hendaknya dibersihkan bagian yang kotornya kemudian memakannya. Berdasarkan hadist Rasulullah shallalahu’alaihi wa sallam, “Apabila ada sesuap makanan dari salah seorang diantara kalian terjatuh, maka hendaklah dia membersihkan bagiannya yang kotor, kemudian memakannya dan jangan meninggalkannya untuk syaitan.” (HR. Muslim, Abu Daud)

6) Hendaknya tidak meniup makanan yang masih panas dan tidak memakannya hingga menjadi lebih dingin, hal ini berlaku pula pada minuman. Apabila hendak bernafas maka lakukanlah di luar gelas, dan ketika minum hendaknya menjadikannya tiga kali tegukan. Sebagaimana hadist Rasulullah shallalahu’alaihi wa sallam, “Nabi shallalahu’alaihi wa sallam telah melarang untuk menghirup udara di dalam gelas (ketika minum) dan meniup di dalamnya.” (HR. At Tirmidzi).

7) Hendaknya menghindarkan diri dari kenyang yang melampaui batas. Berdasarkan Rasulullah shallalahu’alaihi wa sallam, “Tidak ada bencana yang diisi oleh manusia ynag lebih buruk dari perutnya, cukuplah baginya memakan beberapa suapan sekedar dapat menegakkan tulang punggungnya (memberikan tenaga), maka jika tidak mau, maka ia dapat memenuhi perutnya dengan sepertiga makanan, sepertiga minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafasnya.” (HR. Ahad, Ibnu Majah).

8) Makan memulai dengan yang letaknya terdekat kecuali bila macamnya berbeda maka boleh mengambil yang jauh. Hadist Rasulullah shallalahu’alaihi wa sallam, “Wahai anak muda, sebutkanlah nama Allah (Bismillah), makanlah dengan tanga kananmu dan makanlah dari (apa-apa yang dekat denganmu).” (HR. Bukhari Muslim)

9) Hendaknya memulai makan dan minuman dalam suatu jamuan makanan dengan mendahulukan (mempersilahkan mengambil makanan terlebih dahulu) orang-orang yang lebih tua umurnya atau yang lebih memiliki derajat keutamaan.

10) Ketika makan hendaknya tidak melihat teman yang lain agar tidak terkesan mengawasi.

11) Hendaknya tidak melakukan sesuatu yang dalam pandangan kita mendahulukan mereka.

12) Jika makan bersama orang miskin, maka hendaklah kita mendahulukan mereka.b. Adab-Adab Berbicara Bagi Wanita Muslimah

1) Berhati-hatilah dari terlalu banyak berceloteh dan terlalu banyak berbicara.2) Bacalah Al-Quran karimdan bersemangatlah untuk menjadikan itu sebagai wirid

keseharian, dan senantiasalah berusaha unutk menghafalkannya sesuai kesanggupan agarmendapatkan pahala yang besar dihari kiamat nanti.

3) Tidaklah terpuji jika engkau selalu menyampaikan setiap apa yang engkau dengarkan, karena kebiasaan ini akan menjatuhkan dirimu kedalam kedustaan.

Page 4: AKHLAK

4) Jauhilah dari sikap menyombongkan diri (berhias) dengan sesuatu yang tidak ada pada dirimu, dengan tujuan membanggakan diri dihadapan manusia.

5) Seseungguhnya dzikrullah memberikan pengaruh ynga kuat di dalam kehidupan ruh seorang muslim, kejiwaannnya, jasmaninya dan kehidupan masyarakatnya.

6) Jika hendak berbicara maka jauhilah sifat merasa kagum dengan diri sendiri, terlalu memaksakan diri dalam bertutur kata, sebab ini merupakan sifat yang sangat dibenci Rasulullah.

7) Sesungguhnya dzikurullah memberikan pengaruh yang kuat di dalam

B. AKHLAK BERPAKAIAN1. PENTINGNYA AKHLAK DAN PENTINGNYA AKHLAK BERPAKAIAN

Pakaian (jawa : sandang) adalah kebutuhan pokok bagi setiap orang sesuai dengan situasi dan kondisi dimana seorang berada. Pakaian memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan seorang, guna melindungi tubuh dari semua kemungkinan yang merusak ataupun yang menimbulkan rasa sakit. Dalam Bahasa Arab pakaian disebut dengan kata "Libaasun-tsiyaabun". Dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonsia, pakaian diartikan sebagai "barang apa yang biasa dipakai oleh seorang baik berupa baju, jaket, celana, sarung, selendang, kerudung, jubah, surban dan lain sebagainya.Secara istilah, pakaian adalah segala sesuatu yang dikenakan seseoang dalam bebagai ukuran dan modenya berupa (baju, celana, sarung, jubah ataupun yang lain), yang disesuaikan dengan kebutuhan pemakainya untuk suatu tujuan yang bersifat khusus ataupun umum. Tujuan bersifat khusus artinya pakaian yang dikenakan lebih berorientasi pada nilai keindahan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi pemakaian.

Tujuan bersifat umum lebih berorientasi pada keperluan untuk menutup ataupun melindungi bagian tubuh yang perlu ditutup atau dilindungi, baik menurut kepatutan adat ataupun agama. Menurut kepatutan adat berarti sesuai mode ataupun batasan ukuran untuk mengenakan pakaian yang berlaku dalam suatu wilayah hukum adat yang berlaku. Sedangkan menurut ketentuan agama lebih mengarah pada keperluan menutup aurat sesuai ketentuan hukum syari'at dengan tujuan untuk berribadah dan mencari ridho Allah. (Roli A.Rahman, dan M, Khamzah, 2008 : 30).

2. BENTUK-BENTUK AKHLAK BERPAKAIANDalam pandangan Islam pakaian dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu :

pertama, pakaian untuk menutupi auot tubuh sebagai realisasi dai perintah Allah bagi wanita seluruh tubuhnya kecuali tangan dan wajah, dan bagi pria menutup di bawah lutut dan di atas pusar. Standar pakaian seperti ini dalam perkembangannya telah melahirkan kebudayaan berpakaian bersahaja sopan dan santun serta menghindarkan manusia dari gangguan dan eksploitasi aurat. Sedangkan yang kdua, pakaian merupakan perhiasan yang menyatakan identitas diri sebagai konsekuensi perkmbangan peradaban manusia.Berpakaian dalam pengertian untuk menutup aurat, dalam Syari'at Islam mempunyai ketentuan yang jelas, baik ukuran aurat yang harus ditutup atau pun jenis pakaian yang digunakan untuk menutupnya. Bepakaian yang menutup aurat juga menjadi bagian intgral dalam menjalankan ibadah, terutama ibadah shalat atau pun haji dan umrah. Karena itu

Page 5: AKHLAK

setiap orang beriman baik pria atau pun wanita memiliki kewajiban untuk berpakaian yang menutup aurat.

Sedangkan pakaian yang berfungsi sebagai perhiasan yang menyatakan identitas diri, sesuai dengan adaptasi dan tradisi dalam berpakaian, merupakan kebutuhan manusia untuk menjaga dan mengaktualisasikan dirinya menurut tuntutan perkembangan zaman. Nilai keindahan dan kekhasan berpakaian menjadi tuntutan yang terus dikembangkan seiring dengan perkembangan zaman. Dalam kaitannya dengan pakaian sebagai pehiasan, maka setiap manusia memiliki kebebasan untuk mengekspresikan keinginan mengembangkan bebagai mode pakaian menurut fungsi dan momentumnya namun dalam agama harus tetap pada nilai-nilai dan koridor yang telah digaiskan dalam Islam.

Pakaian yang berfungsi menutup aurat pada wanita diknal dengan istilah jilbab, dalam bahasa sehari-hari jilbab mengangkut segala macam jenis selendang atau kerudung yang menutupi kepala (kecuali muka), leher, punggung dan dada wanita. Dengan pengertian seperti itu selendang yang masih mmperlihatkan sebagian rambut atau leher tidaklah dinamai jilbab.

Dalam kamus Bahasa Arab, Al-Mu'jam al-Wasith, jilbab di samping dipahami dalam arti di atas juga digunakan secara umum untuk segala jenis pakaian yang dalam (gamis, long dress, kebaya) dan pakaian wanita bagian luar yang menutupi semua tubuhnya seperti halnya mantel, jas panjang. Dengan pengertian seperti itu jilbab bisa diartikan dengan busana muslimah dalam hal ini secara khusus berarti selendang atau kerudung yang berfungsi menutupi aurat.

Karena itu hanya muka dan telapak tangan yang boleh diperlihatkan kepada umum. Selain itu haram diperrlihatkan kecuali kepada beberapa orang masuk kategori mahram atau maharim dan tentu saja kepada suaminya. Antara suami istri tidak ada batasan aurat sama sekali secara fiqih. Tetapi dengan maharim yang boleh terlihat hanyalah aurat kecil (leher ke atas, tangan dan lutut ke bawah). Busana muslimah haruslah memenuhi kriteria berikut ini :1) Tidak jarang dan ketat2) Tidak menyerupai pakaian laki-laki3) Tidak menyerupai busana khusus non-muslim4) Pantas dan sederhana (Roli A. Rahman, dan M. Khamzah, 2008 : 30)

3. NILAI-NILAI POSITIF AKHLAK BERPAKAIANSetiap muslim diwajibkan untuk memakai pakaian, yang tidak hanya berfungsi sebagai

menutup auat dan hiasan, akan tetapi harus dapat menjaga kesehatan lapisan terluar dari tubuh kita. Kulit befungsi sebagai pelindung dari krusakan-kerusakan fisik karena gesekan, penyinaran kuman-kuman, panas zat kimia dan lain-lain. Di daerah tropis dimana pancaran sinar ultra violet begitu kuat, maka pakaian ini menjadi sangat penting. Pancaran radiasi sinar ultra violet akan dapat menimbulkan terbakarnya kulit, penyakit kanker kulit dan lain-lain.

Dalam kaitannya dengan penggunaan bahan, hendaknya pakaian terbuat darri bahan yang dapat menyerap keringat seperti katun, karena memudahkan terjadinya penguapan keringat, dan untuk menjaga suhu kestabilan tubuh agar tetap normal. Pakaian harus

Page 6: AKHLAK

bersih dan secara rutin dicuci setelah dipakai supaya terbebas dari kuman, bakteri ataupun semua unsur yang merugikan bagi kesehatan tubuh manusia.Agama Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar berpakaian yang baik, indah dan bagus, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dalam pengertian bahwa pakaian tersebut dapat memenuhi hajat tujuan berpakaian, yaitu menutupi aurat dan keindahan. Sehingga bila hendak menjalankan shalat dan seyogyanya pakaian yang kita pakai itu adalah pakaian yang baik dan bersih (bukan berarti mewah). Hal ini sesuai fiman Allah dalam Surat al-A'raf/7 : 31.

ا أ�د�م� ي�ب�ن�ى ذ و� ي�ن�ت�ك م� خ ن�د� ز� د� ك ل� ع� ج� ا م�س� ك ل و� ب وا و� ر� � و�اش� ا و�ال و� ر�ف �ن'ه ج ت س� �, ا ب( ال ي ح�

ي�ن� ر�ف� ال�م س�Artinya : "Hak anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid makan, minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan (Q.S Al-A'raf/7 : 31)

Islam mengajak manusia untuk hidup secaa wajar, berpakaian secara wajar, makan minum juga jangan kurang dan jangan berlebihan.

Ketentuan dan kriteria busana muslimah menurut Al-Qur'an dan Sunnah memang lebih ketat dibanding ketentuan berbusana untuk kaum pria. Hal-hal yang tidak diatur oleh Al-Qur'an dan Sunnah diserahkan kepada pilihan masing-masing, misalnya masalah warna dan mode. Keduanya menyangkut selera dan budaya, pilihan warna dan mode akan selalu berubah sesuai dengan perkembangan peradaban umat manusia. Karena itu apapun model busanya, maka haruslah dapat mengantarkan menjadi hamba Allah yang bertaqwa (Roli A. Rahman, dan M. Khamzah, 2008 : 32)

4. MEMBIASAKAN AKHLAK BERPAKAIANMerujuk pada realita di lapangan, manusia dalam berbagai tingkat statifikasi dan

levelnya tetap akan mengenakan pakaian sebagai kebutuhan untuk melindungi diri ataupun memperelok diri. Jenis pakaian yang dikenakan setiap orang mencerminkan identitas seorang sesuai dengan tingkat peradaban yang berkembang. Karena itu pakaian yang dikenakan setiap orang pada zaman modern cukup beragam baik bahan ataupun modenya. Agama Islam memerintahkan pemeluknya agar berpakaian yang baik dan bagus, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dalam pengertian bahwa pakaian tersebut dapat memenuhi hajat tujuan berpakaian, yaitu menutupi aurat dan keindahan. Terutama apabila kita akan melakukan ibadah shalat, maka seyogyanya pakaian yang kita pakai itu adalah pakaian yang baik dan bersih Islam mengajak manusia untuk hidup secara wajar, berpakaian secara wajar, makan minum juga jangan kurang dan jangan berlebihan.

Islam telah menggariskan aturan-aturan yang jelas dalam berpakaian yang harus ditaati yakni dalam apa yang disebut etika berbusana. Seorang muslim atau muslimah diwajibkan untuk memakai busana sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam aturan. Tidak dibenarkan seorang muslim atau muslimah memakai busana hanya berdasarkan kesenangan, mode atau adat yang berlaku di suatu masyarakat, sementara batasan-batasan yang sudah ditentukan agama ditinggalkan. Karena sesungguhnya hanya orang munafiq, yang suka meninggalkan ketentuan berpakaian yang sudah diatur agama yang

Page 7: AKHLAK

diyakini kebenarannya, akibat mereka yang mengabaikan ketentuan akan mendapatkan azab di hadapan Allah kelak di akhirat. (Roli A. Rahman, dan M. Khamzah 2008 : 32)

C. AKHLAK BERHIAS1. PENTINGNYA AKHLAK BERHIAS

Berhias adalah naluri yang dimiliki oleh setiap manusia. Berhias telah menjadi kebutuhan dasar manusia sesuai dengan tingkat peradaban, tingkat sosial di masyarakat. Berhias dalam ajaran Islam sebagai ibadah yang berorientasi untuk mndapatkan ridha Allah. Untuk memberikan uraian yang lebih detail tentang akhlak berhias, berikut akan dibahas tentang ; pengetian akhlak berhias, bentuk akhlak berhias, nilai positif akhlak berhias, membiasakan akhlak berhias dalam kehidupan sehari-hari, tentunya sesuai dengan nilai Islam.

Dalam kehidupan masyarakat dewasa ini (modern), berhias adalah kebutuhan dasar untuk memperindah penampilan diri, baik di lingkungan rumah ataupun di luar rumah. Berhias adalah bentuk ekspesi personal, yang menegaskan jati diri dan menajdi kebanggaan seseorang. Berhias dalam Bahasa Arab disebut dengan kata "Zayyana-yazayyini (QS. Al-Nisa') 'Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berhias diarttikan : "Usaha memperelok diri dengan pakaian ataupun lainnya yang indah-indah, berdandan dengan dandanan yang indah dan menarik".

Secara istilah berhias dapat dimaknai sebagai upaya setiap orang untuk memperindah diri dengan berbagai busana, asesoris ataupun yang lain dan dapat memperindah diri bagi pemakainya, sehingga memunculkan kesan indah bagi yang menyaksikan serta menambah rasa percaya diri penampilan untuk suatu tujuan tertentu.

Berdasarkan ilustrasi di atas, maka dapat dipahami pada pada hakekat berhias itu dapat dikategorikan akhlak terpuji, sebagai perbuatan yang dibolehkan bahkan dianjurkan, selama tidak bertentangan dengan prinsip dasar Islam. (QS. Al-A'raf : 31).Dalam sebuah Hadist Nabi saw bersabda :

ي�ل2 الله� إ�ن' م� ب( ج� ي ح� ال� و� م� (مسلم رواه )ال�ج�Artinya : Sesungguhnya Allah itu Indah dan menyukai keindahan (HR. Muslim)Adapun tujuan berhias untuk memperindah diri sehingga lebih memantapkan pelakunya menjadi insan yang lebih baik (muttaqin). (Roli A. Rahman, dan M. Khamzah, 2008 : 33).

2. BENTUK-BENTUK AKHLAK BERHIASBerhias merupakan perbuatan yang diperintahkan ajaran Islam. Mengenakan pakaian

merupakan salah satu bentuk berhias yang diperintahkan. Pakaian dalam Islam memiliki fungsi hiasan yaitu untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak sekadar membutuhkan pakaian penutup aurat, tetapi juga busana yang memperelok pemakainya.

Pada masyarakat yang sudah maju peradabannya, mode pakaian ataupun berdandan mmperoleh perhatian lebih besar. Jilbab, dalam konteks ini, menjalankan fungsinya sebagai hiasan bagi para muslimah. Mode jilbab dari waktu ke waktu terus mengalami perkembangan. Jilbab bukan hanya sebagai penutup aurat, namun juga memberikan keelokan dan keindahan bagi pemakainya untuk mempercantik dirinya.

Page 8: AKHLAK

Berhias dalam ajaran Islam tidak sebatas pada penggunaan pakaian, tetapi mencakup keseluruhan piranti (alat) aksesoris yang lazim digunakan untuk mempercantik diri, mulai dari kalung, gelang, arloji, anting-anting, bross dan lainnya. Di samping itu dalam kehidupan modern, berhias juga mencakup penggunaan bahan ataupun alat tertentu untuk melengkapi dandanan dan penampilan mulai dari bedak, make-up, semir rambut, parfum, wewangian dan sejenisnya.

Agama Islam telah memberikan rambu-rambu yang tegas agar setiap muslim mengindahkan kaidah berhias yang meliputi :1) Niat yang lurus, yaitu berhias hanya untuk beribadah, artinya segala bentuk kegiatan

berhias diorientasikan sebagai bentuk nyata bersyukur atas nikmat dan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

2) Dalam berhias tidak dibenarkan menggunakan bahan-bahan yang dilarang agama3) Dilarang berhias dengan menggunakan simbol-simbol non muslim (salib dll).4) Tidak berlebih-lebihan.5) Dilarang berhias seperti cara berhiasnya orang-orang jahiliyah.6) Berhias menurut kelaziman dan kepatutan dengan memperhatikan jenis kelamin.7) Dilarang berhias untuk keperluan berfoya-foya atau pun riya'

Islam telah memberikan batasan-batasan yang jelas agar manusia tidak tertimpa bencana karena nalurinya yang cenderung mengikuti hawa nafsunya. Sebab seringkali naluri manusia berubah menjadi nafsu liar yang menyesatkan dan akan menimbulkan bencana bagi kehidupan manusia. Agama Islam memberi batasan dalam etika berhias, sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah berikut :

ن� ر� ت�ك ن' ف�ى و�ق� � ب ي و� ن� و�ال ج� ج� ت�ب�ر' ل�ي'ة� ت�ب�ر( ه� و�لى� ا�لج� ن� ا�أل ق�م�

أ� ل�وة� و� ت�ي�ن� الص'� أ و�

ك�وة� ط�ع�ن� الز'أ� ل�ه الله� و� و� س ا ج و�ر� �ن'م� ي�د إ ج�س� ع�ن�ك م ل�ي ذ�ه�ب� الله ي ر� ل� الر� ال�ب�ي�ت� أ�ه�

ك م� ر� ي ط�ه� ا و� Fر�ي (23 )ت�ط�ه�33. dan hendaklah kamu tetap di rumahmu (1215) dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu (1216) dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasulnya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait (1217)dan membersihkan kamu sebersih-besihnya. (QS. Al-ahzab/33 : 33)(1215) Maksudnya : istri-istri Rasul agar tetap di rumah dan ke luar rumah bila ada keperluan yang dibenarkan oleh syara'. Perintah ini juga meliputi segenap mukminat.(1216) yang dimaksud Jahiliyah yang dahulu ialah Jahiliah kekafiran yang terdapat sebelum Nabi Muhammad saw dan yang dimaksud Jahiliyah sekarang ialah jahiliyah kemaksiatan, yang terjadi sesudah datangnya Islam.(1217) Ahlul bait disini, yaitu keluarga rumah tangga Rasulullah sawLarangan Allah dalam ayat tersebut di atas, secara khusus ditujukan kepada wanita-wanita muslimah, agar mereka tidak berpenampilan (tabarruj)seperti orang-orang jahiliyah zaman Nabi dahulu. Berangkat dari pengalaman sejarah masa lalu, maka seorang muslim harus berhati-hati dalam berhias. Sebab jika seorang muslim sembarangan dalam berhias, maka akan terjebak dalam perangkat setan. Ketauhilah bahwa setan memasang perangkap di setiap sudut kehidupan manusa. Tujuannya

Page 9: AKHLAK

tentu saja untuk menjebak manusia agar menjadi sahabat setianya. (Roli A. Rahman dan M. Khamzah, 2008 : 34).

3. NILAI-NILAI POSITIF AKHLAK BERHIASIslam adalah agama yang sempurna, yang mengatur manusia dalam segala aspeknya.

Ajaran Islam bukannya hanya mengatur hubungan vertikal manusia (hablum minallah), tetapi juga hubungan horizontal dengan sesamanya (hablum minannas). Karena itulah antara lain Islam dikatakan sebagai yang sempurna, Islam mengajarkan kepada manusia mulai dari bagaimana cara makan, minum, tidur, sampai bagaimana cara mengabdi kepada sang khalik.

Dalam masalah berhias, Islam menggariskan aturan-aturan yang harus ditaati yakni dalam apa yang disebut etika berhias (berdandan). Seorang muslim atau muslimah dituntut untuk berhias sesuai dengan apa yang digariskan dalam aturan. Tidak boleh misalnya, seorang muslim atau muslimah dalam berhias hanya mementingkan mode atau adat yang berlaku di suatu masyarakat, sementara batasan-batasan yang sudah ditentukan agama ditinggalkan.

Seorang muslim ataupun muslimah yang berhias (berdandan) sesuai ketentuan Islam, maka sesungguhnya telah menegaskan jati dirinya sebagai mukmin ataupun muslim. Mereka telah menampilkan diri sebagai sosok pribadi yang bersahaja dan berwibawa sebagai cermin diri yang konsisten dalam berhias secara syar'i. Di samping itu dengan dandannya yang telah mendapatkan jaminan halal secara hukum. Sehingga apa yang sudah dilakukan akan mnajdi motivasi untuk menghasilkan karya yang bermanfaat bagi sesamanya. Tidak mnimbulkan keangkuhan dan kesombongan karena dandanan (hiasan) yang dikenakan, karena keangkuhan dan kesombongan merupakan perangkap syaithon yang harus dihindari.

Berhias secara Islami akan memberikan pengaruh positif dalam berbagai aspek kehidupan, karena berhias yang dilakukan diniatkan sebagai ibadah, maka segala aktivitas berhias yang dilakukan seorang muslim, akan menjadi jalan untuk mendapatkan barokah dan pahala dari al-Kholik. Namun sebaliknya apabila seseorang dalam berhias (berdandan) mengabaikan norma Islam maka segala hal yang dilakukan dalam berdandan, akan menjadi pendorong untuk melakukan kemaksiatan kemungkaran bahkan menjadi sarana memasuki perangkap syaithon yang menyesatkan.

Adapun bentuk perangkap setan dalam hal berhias, dapat kita telusuri melalui kisah manusia pertama sebelum diturunkan di bumi. Ketika Adam dan Hawa masih tinggal di surga, setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya. Setan membujuk mereka untuk menampakkan auratnya dengan cara merayu mereka untuk memakan buah khuldi.

Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata : "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)" (QS. Al-a'raf /7:20).

Dari peristiwa Adam dan Hawa tersebut, kita dapat mengambil dua pelajaran, pertama, ide membuka aurat adalan idenya setan yang selalu hadir dalam lintasan pikiran

Page 10: AKHLAK

manusia, Kedua, Adam dan Hawa diusir dari surga karena terjebak pada perangkap setan, maka derajat mereka turun dengan drastis. Begitulah siapapun yang mau dijebak setan akan mengalami nasib yang sama. (Roli A. Ahman, dan M. Khamzah, 2008 : 35)

4. MEMBIASAKAN AKHLAK BERHIASSejak awal agama Islam telah menanamkan kesadaran akan kewajiban pemeluknya

untuk menjaga sopan santun dalam kaitannya dengan berhias ataupun berdandan, dengan cara menentukan bahan, bentukm ukuran dan batasan aurat baik bagi pria ataupun wanita.

Berhias merupakan kebutuhan manusia untuk menjaga dan mengaktualisasikan dirinya menurut tuntutan perkembangan zaman. Nilai keindahan dan kekhasan dalam berhias menjadi tuntutan yang terus dikembangkan seiring dengan perkembangan zaman. Dalam kaitannya dengan kegiatan berhias atau berdandan, maka setiap manusia memiliki kebebasan untuk mengekspresikan keinginan mengembangkan berbagai model menurut fungsi dan momentumnya, sehingga berhias dapat menyatakan identitas diri seseorang.

Dalam Islam diperintahkan untuk berhias yang baik, bagus, dan indah sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dalam pengertian bahwa, perhiasan tersebut dapat memenuhi hajat tujuan berhias, yaitu mempercantik atau memperelok diri dengan dandanan yang baik dan indah. Terutama apabila kita akan melakukan ibadah shalat, maka seyogyanya perhiasan yang kita pakai itu haruslah yang baik, bersih dan indah (bukan berarti mewah), karena mewah itu sudah memasuki wilayah berlebihan.Hal ini sesuai firman Allah :" Hak anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan, minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (Q.S. al-A'raf/7:31). Islam mengajak manusia untuk hidup secara wajar, berpakaian secara wajar, berhias secara lazim, jangan kurang dan jangan berlebihan. Karena itu setiap pribadi menyakinkan, tidak menyombongkan diri, tidak angkuh, tetapi tetap sederhana dan penuh kebersahajaan sebagai wujud konsistensi terhadap ajaran Islam. (Roli A. Rahman, dan M. Khamzah, 2008 : 36).

D. ALKHLAK PERJALANAN1. PENGERTIAN AKHLAK PERJALANAN

Perjalanan dalam bahasa Arab disebut dengan kata rihlah-safrah-masirah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perjalanan diartikan perihal (cara, gerakan) berjalan atau bepergian dari suatu tempat menuju tempat yang lain untuk suatu tujuan. Secara Istilah, perjalanan sebagai aktivitas seseorang untuk keluar ataupun meninggalkan rumah dengan berjalan kaki ataupun menggunakan berbagai sarana transportasi .

Islam sebagai salah satu-satunya agama yang mengatur kegiatan manusia dalam melakukan perjalanan, mulai dari masa persiapan perjalanan, ketia masih berada di rumah, selanjutnya pada saat dalam perjalanan, dan ketika sudah kembali pulang dari suatu perjalanan.

2. BENTUK-BENTUK AKHLAK PERJALANAN

Page 11: AKHLAK

Islam mengajarkan agar setiap perjalanan yang dilakukan bertujuan untuk mencari rida ALLAH. Rasulullah saw. bersabda: “ Tidak seorang keluar meninggalkan rumahnya, kecuali di pintu rumahnya ada panji. Sebuah di tangan malaikat dan sebuahnya lagi di tangan setan. Kalau tujuannya kepada apa yang diridhai (disenangi) ALLAH Azza wa Jalla, maka dia diikuti malaikat dengan panjinya sampai dia pulang ke rumah. Apabila tujuannya yang dimurkai ALLAH, maka setan dengan panjinya mengikutinya sampai dia pulang ke rumahnya. (H.R. Ahmad).

Diantara jenis perjalanan (safar) yang dianjurkan dalam Islam, yakni pergi haji, umrah, menyambung silahturahmi, menuntut ilmu, berdakhwa, berperang di jalan ALLAH, mencari karunia ALLAH. Perjalanan safar berfungsi untuk menyehatkan kondisi jasmani dan rohani dari kelelahan dan kepenantan dalam menjalankan aktivitas.

Sebagai pedoman, Islam mengajarkan adab dalam melakukan perjalanan, yaitu sebagai berikut:1) Bermusyawarah dan salat istikharah.2) Mengembalikan hakdan amanat kepada pemiliknya.3) Membawa enam benda yang disunahkan Rasulullah saw. (gunting, siwak, tempat

celak, tempat air minum, cebok, dan wudu).4) Mengajak Istri ataupun anggota keluarganya.5) Wanita tidak boleh pergi seorang diri.6) Memilih kawan pendamping yang saleh.7) Mengangkat pemimpin rombongan.8) Berpamitan pada keluarga dan Handai Tolan serta mohon doa restu.9) Memilih hari Kamis dan salat dua rakaat sebelum berangkat.10) Menolong kawan sepanjang jalan.11) Tidak lama meninggalkan Istri.12) Takbir tiga kali dan berdoa.13) Jangan pulang mendadak.14) Salat dua rakaat.

3. NILAI-NILAI AKHLAK PERJALANANImam Gazali berpendapat bahwa “ bersafarlah, sesungguhnya dalam safar memiliki

beragam keuntungan”. Keuntungan melakukan perjalanan, diantaranya, sebagai berikut.1) Perjalanan dapat menghibur diri dari kesedihan.2) Perjalanan menjadi sarana bagi seorang untuk mencari hasil usaha (mata

pencarian).3) Perjalanan dapat mengantarkan seorang untuk memperoleh tambahan ilmU.4) Dengan melakukan perjalanan, maka seseorang dapat lebih banyak mengenal adab

dan kesopanan.5) Perjalanan akan dapat menambah kawan yang baik dan mulia.

4. MEMBIASAKAN AKHLAK PERJALANANANPerjalanan dapat memberikan manfaat yang besar, terutama menambah wawasan,

pengalaman, bahkan kebanggaan terhadapt segala yang di peroleh selama melakukan perjalanana. Segala keperluan ataupun bekal selama perjalanan harus disiapkan secara lengkap dan matang. Segala kemungkinan dan resiko yang terjadi selama dalam perjalanan harus di waspadai dan di antisipasi.

Page 12: AKHLAK

Perjalananyang dosertai dengan agenda yang jelas. Dan telah usai melakukan perjalanan, bersyukur dan renungkanlah segala hal yang ditemukan selama dalam perjalanan.

E. AKHLAK BERTAMU DAN MENERIMA TAMU1. PENGERTIAN AKHLAK BERTAMU DAN MENERIMA TAMU

Bertamu adalah berkunjung ke rumah orang lain dalam rangka mempererat silahturahmi. Tujuan utama bertamu menurut Islam adalah menyambung persaudaraan atau silahturahmi. Silahturahmi tidah hanya bagi saudara sedarah tapi juga saudar seiman. Allah memerintahkan agar kita menyambung hubungan baik dengan orang tua, saudara, kaum kerabat, dan orang-orang mukmin yang lain.

Mempererat tali silahturahmi baik dengan tetangga, sanak keluarga, maupun teman sejawat merupakan perintah agama Islam agar senantiasa membina kasih sayang, hidup rukun, tolong-menolong, dan saling membantu antara yang kaya raya dengan yang miskin. Silaturahmi tidak saja mengubungkan tali persaudaraan, tetapi juga akan banyak menambah wawsan ataupun pengalaman karea bisa saja pada saat berinteraksi terjadi pembicaraan-pembicaraan yang berkaitan dengan masalah-masalah perdagangan baru tentang bagaimana caranya mendapatkan rezeki, dsb.

2. BENTUK-BENTUK AKHLAK BERTAMU DAN MENERIMA TAMUIslam memberikan aturan agar setiap muslim memuliakan setiap tamu yang datang,

karena memuliakan tamu sebagai perwujudan keimanan kepada Allah dan hari akhir. Dalam menerima tamu, tuan rumah hendaknya mengenakan pakaian yang pantas, menerima tamu dnegan sikap yang baik, menjamu tamu, mengantar tamu sampai ke pintu halaman jika tamu pulang.

3. NILAI-NILAI AKHLAK BERTAMU DAN MENERIMA TAMUBertamu secara baik dapat menumbuhkan sikap toleran terhadap orang lain dan

menjauhkan sikap paksaan, tekanan, dan intimidasi. Islam tidak mengenal tindakan kekerasan. Bukan saja dalam usaha meyakinkan orang lain terhadap tujuan dan maksud baik kedatangan , tetapi juga dalam tingkah laku dan pergaulan dengan sesama manusia harus terhindar dari paksaan dan kekerasan.

4. MEMBIASAKAN AKHLAK BERTAMU DAN MENERIMA TAMUAl-Quran memberikan isyarat yang tegas, betapa pentingnya setiap orang yang

bertamu dapat menjaga diri agar tetap menghormati tuan rumah. Setiap tamu harus berusaha menahan segala keinginan dan kehendakanya baiknya sekalipun, jika tuan rumah tidak berkenan menerimanya. Demikian pula apabila kegiatan bertamu telah usai, maka seorang yang bertamu harus meninggalkan kesan yang baik dan menyenangkan bagi tuan rumah. Karena itu haram hukumnya orang yang bertamu meninggalkan kekecewaan ataupun kesusahan bagi tuan rumah.