air limbah
DESCRIPTION
aaaTRANSCRIPT
INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH
INDUSTRI TAHU KAMPUNG TANDANG, MRICAN,
SEMARANG
1. Pendahuluan
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah terpenuhinya
kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Ketersediaan sanitasi
atau pengelolaan air limbah yang baik dan memenuhi standar yang
telah ditentukan merupakan salah satu cara pencapaian kesehatan
bagi manusia. Oleh karena itu, ketersediaan akan infrastruktur air
limbah menjadi salah satu hal penting dalam perencanaan suatu
wilayah dan kota, karena hal tersebut menyangkut hakikat kehidupan
manusia.
Kampung Tandang, Mrican, Semarang, merupakan kawasan
permukiman penduduk yang juga bergabung dengan kawasan industri
tahu. Kawasan industri tahu yang terletak pada wilayah tersebut
merupakan kawasan industri kecil dengan cakupan target pasar yang
kecil pula. Seperti kawasan industri pada umumnya, kawasan industri
tahu ini juga menghasilkan limbah, baik itu limbah padat, gas, maupun
cair. Limbah cair yang dihasilkan dari kawasan industri tahu ini
mengandung kandungan organik yang mencemari lingkungan. Oleh
karena itu, agar kesehatan lingkungan tetap terjaga, pemerintah
daerah Kota Semarang dibantu oleh pemerintah Jepang membuat
instalasi pengolahan air limbah komunal untuk kawasan industri tahu
tersebut.
Observasi ini dilakukan selain untuk memenuhi tugas mata
kuliah Infrastruktur Wilayah dan Kota juga untuk memberi pemahaman
lebih lanjut secara langsung mengenai pengelolaan air limbah di
wilayah observasi yang diambil. Melalui observasi ini, penulis dapat
mengetahui masalah-masalah mengenai pembuangan limbah cair dari
proses produksi industri tahu, penanganan pemerintah dalam
menanggulangi pencemaran akibat limbah cair industri tahu dan kerja
Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) komunal kawasan industri tahu
tersebut.
2. Profil Wilayah Observasi
Pada observasi mengenai infrastruktur air limbah ini, penulis
mengambil studi kasus pada salah satu industri tahu yang terletak di
Kampung Tandang, Mrican, Semarang, Jawa Tengah. Industri tahu
terpilih “Pak Tarno” ini terletak tidak jauh dari Pasar Mrican yang
menjadi salah satu target pasar utama industri tahu ini. Industri tahu
“Pak Tarno” menempati bangunan yang terletak di sisi rumah pemilik,
dan memilki satu lantai dengan luas 400 m2.
3. Industri Tahu “Pak Tarno”
3.1. Alat dan Bahan Penunjang
Pasar Mrican
Kali Bajak
Lokasi
Gambar 2 1 Denah Wilayah Observasi
Sumber : Google Maps, Ms Word 2010
Pada industri kawasan tahu “Pak Tarno”, bahan baku kacang
kedelai disuplai dari Damaran dengan jumlah relatif kecil, sekitar satu
ton. Bahan baku tersebut disuplai tiap pagi. Adapun alat atau bahan
penunjang produksi industri tahu “Pak Tarno” ini adalah sebagai
berikut :
- Kayu bakar sebagai bahan bakar broiler. Pengiriman
kayu bakar dilakukan tiap dua hari sekali, dan disimpan
pada sebuah bangunan non-permanen di halaman depan
bangunan utama
- Air bersih yang bersumber dari sumur dan PAM. Industri
ini memiliki dua buah tanki air dengan dimensi masing-
masing 2x3x3 meter
Sedangkan mesin penunjang yang digunakan dalam proses
produksi tahu adalah sebagai berikut
- Grinder berjumlah dua buah sebagai penggiling kacang
kedelai
- Boiler sebagai supply utama produksi tahu
- Tungku berjumlah dua buah digunakan saat menggoreng
tahu
- Sumuran A menampung air yang digunakan untuk
proses di sumuran B
- Sumuran B sebagai wadah memasak bubur kedelai (aci)
yang dicampur air dengan pemanasan oleh uap dari
broiler
- Sumuran C menampung susu kedelai yang telah disaring
- Instalasi air dan uap
- Drum untuk merendam kacang kedelai dan tahu yang
sudah jadi
- Genset sebagai pendukung kerja grinder
3.2. Proses Produksi Tahu
Proses produksi tahu pada industri “Pak Tarno” ini dimulai dari
pemilihan biji kedelai yang kemudian direndam selama kurang lebih
tiga jam di dalam drum berisi air bersih. Perendaman ini bertujuan agar
biji kedelai tersebut menjadi lebih lunak sehingga mempermudah
proses pengolahan selanjutnya. Setelah perendaman selesai, air
rendaman dibuang dan kacang kedelai dibilas hingga bersih. Kacang
kedelai yang telah direndam dan dibilas tersebut kemudia digiling
dengan menggunakan grinder. Hasil akhir dari penggilingan ini berupa
bubur kacang kedelai atau lebih dikenal dengan sebutan aci.
Aci tersebut dituangkan ke dalam sumuran B dicampur dengan
air dari sumuran A agar larut menjadi susu kedelai. Setelah terlarut
menjadi susu kedelai, pekerja memasak dengan menggunakan uap
dari broiler yang dialirkan melalui katup sumuran B. Susu kedelai yang
telah matang dipindahkan ke sumuran C dengan disaring terlebih
dahulu dengan menggunakan kain. Ampas tahu yang tersisa dalam
saringan tersebut dimasukkan ke dalam karung dan ditempatkan pada
area pengumpulan khusus ampas tahu.
Di dalam sumuran C tersebut, pekerja menambahkan koagulan
berupa asam asetat kemudia diaduk selama kurang lebih dua menit.
Setelah menggumpal, air di dalam sumuran C dipindahkan ke dalam
drum penampungan. Susu kedelai tersebut kemudian dituangkan ke
dalam cetakan kayu. Tahu yang telah selesai dicetak dipotong
menggunakan alat pemotong dengan plot pemotongan kemudian tahu
tersebut dipindahkan ke dalam drum berisi air. Satu kali proses
produksi dapat menghasilkan tahu dalam lima hingga enam cetakan
kayu berukuran 60x60 cm.
4. Proses Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu
Pada proses produksi tahu tersebut, industri ini menghasilkan
tiga jenis limbah : limbah padat, gas, dan cair. Tiap jenis limbah
tersebut mendapatkan perlakuan berbeda dalam pengolahannya.
Limbah padat yang dihasilkan berupa kulit dan ampas tahu (bungkil).
Perlakuan terhadap pengolahan limbah padat tersebut adalah dengan
cara membungkus dalam karung dengan ukuran masing-masing
sebesar 50 kg. Karung-karung yang berisi bungkil tersebut kemudian
dijual ke peternakan rakyat untuk dijadikan makanan ternak. Selain itu,
bungkil tersebut juga dijual ke pedagang setempat untuk dijadikan
gembus. Sedangkan untuk limbah gas diperlakukan dengan dialirkan
melalui ventilasi pada atap.
Untuk pengolahan limbah cair yang dihasilkan dari kawasan
industri tahu ini, pemerintah daerah Kota Semarang bekerjasama
dengan JICA pemerintah Jepang, membangun Instalasi Pembuangan Air
Limbah (IPAL) komunal pada tahun 2004. IPAL komunal tersebut
dibangun sebagai upaya peningkatan kualitas lingkungan guna
memenuhi kebutuhan sanitasi dan kesehatan masyarakat sekitar. IPAL
komunal ini terletak ±700 m dari industri tahu “Pak Tarno”.
Limbah cair hasil proses produksi industri tahu ini berasal dari
air rendaman dan bilasan kacang kedelai. Limbah cair tersebut
Lokasi
Saluran sepanjangKali Bajak
IPAL Komunal
Gambar 4 1 Denah Lokasi IPAL Komunal
Sumber : Google Maps, Ms Word 2010
ditampung di lantai yang menjadi bak penampung, kemudian dialirkan
ke IPAL komunal melalui instalasi pipa yang telah tersedia di masing-
masing industri tahu. Instalasi pipa tersebut terletak sepanjang
pinggiran Sungai Bajak yang dilengkapi dengan katup di beberapa
tempat untuk menanggulangi apabila terjadi sumbatan.
Setelah melalui jaringan instalasi pipa tersebut, limbah cair
industri tahu tersebut masuk ke bak ekualisasi untuk proses
prapengolahan. Di dalam bak ekualisasi terdapat bar screen yang
berfungsi sebagai penyaring kotoran atau material padat sebelum
limbah diproses lebih lanjut. Setelah melalui proses prapengolahan,
limbah cair industri tahu tersebut kemudian diolah dalam proses
anaerob. Proses pengolahan anaerob ini bertujuan untuk menguraikan
materi organik yang terkandung dalam limbah industri tahu secara
anaerobic di dalam bak tertutup. Hasil penguraian dari proses ini
adalah gas metana (CH4). Limbah tersebut kemudian masuk ke dalam
bak pengendap untuk mengurangi partikel-partikel padat dalam limbah
dan mengurangi kekeruhan. Selanjutnya limbah memasuki tahap
aerobik dengan dilakukan aerasi. Limbah yang telah diproses secara
anaerobik memilki kadar Oksigen hampir nol, oleh karena itu, aerasi ini
berfungsi untuk memperbesar kontak limbah dengan udara (oksigen),
mengurangi bahan-bahan kimia yang menyebabkan bau dan juga
melepaskan karbondioksida terlarut dalam air.
Gambar 4 2 Saluran Sepanjang Kali Bajak
Sumber : Dokumen pribadi
Proses selanjutnya adalah proses sedimentasi untuk mengurangi
tingkat kekeruhan. Sebelum air hasil pengolahan limbah tersebut
dibuang ke sungai, dilakukan pengecekan terhadap kualitas air hasil
pengolahan tersebut. Tersedia sebuah bak yang berisi ikan lele dan
eceng gondok. Apabila ikan lele dan eceng gondok tersebut dapat
bertahan hidup, maka hasil pengolahan limbah dapat dikatakan aman
untuk dibuang ke Sungai Bajak.