air limbah

8
INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH INDUSTRI TAHU KAMPUNG TANDANG, MRICAN, SEMARANG 1. Pendahuluan Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah terpenuhinya kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Ketersediaan sanitasi atau pengelolaan air limbah yang baik dan memenuhi standar yang telah ditentukan merupakan salah satu cara pencapaian kesehatan bagi manusia. Oleh karena itu, ketersediaan akan infrastruktur air limbah menjadi salah satu hal penting dalam perencanaan suatu wilayah dan kota, karena hal tersebut menyangkut hakikat kehidupan manusia. Kampung Tandang, Mrican, Semarang, merupakan kawasan permukiman penduduk yang juga bergabung dengan kawasan industri tahu. Kawasan industri tahu yang terletak pada wilayah tersebut merupakan kawasan industri kecil dengan cakupan target pasar yang kecil pula. Seperti kawasan industri pada umumnya, kawasan industri tahu ini juga menghasilkan limbah, baik itu limbah padat, gas, maupun cair. Limbah cair yang dihasilkan dari kawasan industri tahu ini mengandung kandungan organik yang mencemari lingkungan. Oleh karena itu, agar kesehatan lingkungan tetap terjaga, pemerintah daerah Kota Semarang dibantu oleh pemerintah

Upload: listeh

Post on 28-Nov-2015

93 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

aaa

TRANSCRIPT

INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH

INDUSTRI TAHU KAMPUNG TANDANG, MRICAN,

SEMARANG

1. Pendahuluan

Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah terpenuhinya

kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Ketersediaan sanitasi

atau pengelolaan air limbah yang baik dan memenuhi standar yang

telah ditentukan merupakan salah satu cara pencapaian kesehatan

bagi manusia. Oleh karena itu, ketersediaan akan infrastruktur air

limbah menjadi salah satu hal penting dalam perencanaan suatu

wilayah dan kota, karena hal tersebut menyangkut hakikat kehidupan

manusia.

Kampung Tandang, Mrican, Semarang, merupakan kawasan

permukiman penduduk yang juga bergabung dengan kawasan industri

tahu. Kawasan industri tahu yang terletak pada wilayah tersebut

merupakan kawasan industri kecil dengan cakupan target pasar yang

kecil pula. Seperti kawasan industri pada umumnya, kawasan industri

tahu ini juga menghasilkan limbah, baik itu limbah padat, gas, maupun

cair. Limbah cair yang dihasilkan dari kawasan industri tahu ini

mengandung kandungan organik yang mencemari lingkungan. Oleh

karena itu, agar kesehatan lingkungan tetap terjaga, pemerintah

daerah Kota Semarang dibantu oleh pemerintah Jepang membuat

instalasi pengolahan air limbah komunal untuk kawasan industri tahu

tersebut.

Observasi ini dilakukan selain untuk memenuhi tugas mata

kuliah Infrastruktur Wilayah dan Kota juga untuk memberi pemahaman

lebih lanjut secara langsung mengenai pengelolaan air limbah di

wilayah observasi yang diambil. Melalui observasi ini, penulis dapat

mengetahui masalah-masalah mengenai pembuangan limbah cair dari

proses produksi industri tahu, penanganan pemerintah dalam

menanggulangi pencemaran akibat limbah cair industri tahu dan kerja

Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) komunal kawasan industri tahu

tersebut.

2. Profil Wilayah Observasi

Pada observasi mengenai infrastruktur air limbah ini, penulis

mengambil studi kasus pada salah satu industri tahu yang terletak di

Kampung Tandang, Mrican, Semarang, Jawa Tengah. Industri tahu

terpilih “Pak Tarno” ini terletak tidak jauh dari Pasar Mrican yang

menjadi salah satu target pasar utama industri tahu ini. Industri tahu

“Pak Tarno” menempati bangunan yang terletak di sisi rumah pemilik,

dan memilki satu lantai dengan luas 400 m2.

3. Industri Tahu “Pak Tarno”

3.1. Alat dan Bahan Penunjang

Pasar Mrican

Kali Bajak

Lokasi

Gambar 2 1 Denah Wilayah Observasi

Sumber : Google Maps, Ms Word 2010

Pada industri kawasan tahu “Pak Tarno”, bahan baku kacang

kedelai disuplai dari Damaran dengan jumlah relatif kecil, sekitar satu

ton. Bahan baku tersebut disuplai tiap pagi. Adapun alat atau bahan

penunjang produksi industri tahu “Pak Tarno” ini adalah sebagai

berikut :

- Kayu bakar sebagai bahan bakar broiler. Pengiriman

kayu bakar dilakukan tiap dua hari sekali, dan disimpan

pada sebuah bangunan non-permanen di halaman depan

bangunan utama

- Air bersih yang bersumber dari sumur dan PAM. Industri

ini memiliki dua buah tanki air dengan dimensi masing-

masing 2x3x3 meter

Sedangkan mesin penunjang yang digunakan dalam proses

produksi tahu adalah sebagai berikut

- Grinder berjumlah dua buah sebagai penggiling kacang

kedelai

- Boiler sebagai supply utama produksi tahu

- Tungku berjumlah dua buah digunakan saat menggoreng

tahu

- Sumuran A menampung air yang digunakan untuk

proses di sumuran B

- Sumuran B sebagai wadah memasak bubur kedelai (aci)

yang dicampur air dengan pemanasan oleh uap dari

broiler

- Sumuran C menampung susu kedelai yang telah disaring

- Instalasi air dan uap

- Drum untuk merendam kacang kedelai dan tahu yang

sudah jadi

- Genset sebagai pendukung kerja grinder

3.2. Proses Produksi Tahu

Proses produksi tahu pada industri “Pak Tarno” ini dimulai dari

pemilihan biji kedelai yang kemudian direndam selama kurang lebih

tiga jam di dalam drum berisi air bersih. Perendaman ini bertujuan agar

biji kedelai tersebut menjadi lebih lunak sehingga mempermudah

proses pengolahan selanjutnya. Setelah perendaman selesai, air

rendaman dibuang dan kacang kedelai dibilas hingga bersih. Kacang

kedelai yang telah direndam dan dibilas tersebut kemudia digiling

dengan menggunakan grinder. Hasil akhir dari penggilingan ini berupa

bubur kacang kedelai atau lebih dikenal dengan sebutan aci.

Aci tersebut dituangkan ke dalam sumuran B dicampur dengan

air dari sumuran A agar larut menjadi susu kedelai. Setelah terlarut

menjadi susu kedelai, pekerja memasak dengan menggunakan uap

dari broiler yang dialirkan melalui katup sumuran B. Susu kedelai yang

telah matang dipindahkan ke sumuran C dengan disaring terlebih

dahulu dengan menggunakan kain. Ampas tahu yang tersisa dalam

saringan tersebut dimasukkan ke dalam karung dan ditempatkan pada

area pengumpulan khusus ampas tahu.

Di dalam sumuran C tersebut, pekerja menambahkan koagulan

berupa asam asetat kemudia diaduk selama kurang lebih dua menit.

Setelah menggumpal, air di dalam sumuran C dipindahkan ke dalam

drum penampungan. Susu kedelai tersebut kemudian dituangkan ke

dalam cetakan kayu. Tahu yang telah selesai dicetak dipotong

menggunakan alat pemotong dengan plot pemotongan kemudian tahu

tersebut dipindahkan ke dalam drum berisi air. Satu kali proses

produksi dapat menghasilkan tahu dalam lima hingga enam cetakan

kayu berukuran 60x60 cm.

4. Proses Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu

Pada proses produksi tahu tersebut, industri ini menghasilkan

tiga jenis limbah : limbah padat, gas, dan cair. Tiap jenis limbah

tersebut mendapatkan perlakuan berbeda dalam pengolahannya.

Limbah padat yang dihasilkan berupa kulit dan ampas tahu (bungkil).

Perlakuan terhadap pengolahan limbah padat tersebut adalah dengan

cara membungkus dalam karung dengan ukuran masing-masing

sebesar 50 kg. Karung-karung yang berisi bungkil tersebut kemudian

dijual ke peternakan rakyat untuk dijadikan makanan ternak. Selain itu,

bungkil tersebut juga dijual ke pedagang setempat untuk dijadikan

gembus. Sedangkan untuk limbah gas diperlakukan dengan dialirkan

melalui ventilasi pada atap.

Untuk pengolahan limbah cair yang dihasilkan dari kawasan

industri tahu ini, pemerintah daerah Kota Semarang bekerjasama

dengan JICA pemerintah Jepang, membangun Instalasi Pembuangan Air

Limbah (IPAL) komunal pada tahun 2004. IPAL komunal tersebut

dibangun sebagai upaya peningkatan kualitas lingkungan guna

memenuhi kebutuhan sanitasi dan kesehatan masyarakat sekitar. IPAL

komunal ini terletak ±700 m dari industri tahu “Pak Tarno”.

Limbah cair hasil proses produksi industri tahu ini berasal dari

air rendaman dan bilasan kacang kedelai. Limbah cair tersebut

Lokasi

Saluran sepanjangKali Bajak

IPAL Komunal

Gambar 4 1 Denah Lokasi IPAL Komunal

Sumber : Google Maps, Ms Word 2010

ditampung di lantai yang menjadi bak penampung, kemudian dialirkan

ke IPAL komunal melalui instalasi pipa yang telah tersedia di masing-

masing industri tahu. Instalasi pipa tersebut terletak sepanjang

pinggiran Sungai Bajak yang dilengkapi dengan katup di beberapa

tempat untuk menanggulangi apabila terjadi sumbatan.

Setelah melalui jaringan instalasi pipa tersebut, limbah cair

industri tahu tersebut masuk ke bak ekualisasi untuk proses

prapengolahan. Di dalam bak ekualisasi terdapat bar screen yang

berfungsi sebagai penyaring kotoran atau material padat sebelum

limbah diproses lebih lanjut. Setelah melalui proses prapengolahan,

limbah cair industri tahu tersebut kemudian diolah dalam proses

anaerob. Proses pengolahan anaerob ini bertujuan untuk menguraikan

materi organik yang terkandung dalam limbah industri tahu secara

anaerobic di dalam bak tertutup. Hasil penguraian dari proses ini

adalah gas metana (CH4). Limbah tersebut kemudian masuk ke dalam

bak pengendap untuk mengurangi partikel-partikel padat dalam limbah

dan mengurangi kekeruhan. Selanjutnya limbah memasuki tahap

aerobik dengan dilakukan aerasi. Limbah yang telah diproses secara

anaerobik memilki kadar Oksigen hampir nol, oleh karena itu, aerasi ini

berfungsi untuk memperbesar kontak limbah dengan udara (oksigen),

mengurangi bahan-bahan kimia yang menyebabkan bau dan juga

melepaskan karbondioksida terlarut dalam air.

Gambar 4 2 Saluran Sepanjang Kali Bajak

Sumber : Dokumen pribadi

Proses selanjutnya adalah proses sedimentasi untuk mengurangi

tingkat kekeruhan. Sebelum air hasil pengolahan limbah tersebut

dibuang ke sungai, dilakukan pengecekan terhadap kualitas air hasil

pengolahan tersebut. Tersedia sebuah bak yang berisi ikan lele dan

eceng gondok. Apabila ikan lele dan eceng gondok tersebut dapat

bertahan hidup, maka hasil pengolahan limbah dapat dikatakan aman

untuk dibuang ke Sungai Bajak.