ahook
DESCRIPTION
hgTRANSCRIPT
UNGGUL DALAM IPTEK
KOKOH DALAM IMTAQ
LAPORAN HASIL PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWATAN KAKI
DIABETESDENGANRESIKO KAKI DIABETES DI POLIKLINIK
PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA TIMUR
Disusun oleh:
WASIS WIBOWO
2011717230
PROGRAM B RSUD PASARREBO
PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya
dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul “HUBUNGAN PENGETAHUAN
TENTANG PENCEGAHAN KAKI DIABETIK DENGAN RESIKO KAKI
DIABETIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI POLI KLINIK
PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO”.Tujuan penyusunan skripsi ini adalah
untuk memenuhi tugas salah satu mata ajar Tugas Akhir pada Program Study Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta (PSIK – FKK UMJ). Selama proses
penyusunan laporan penelitian ini, saya banyak mendapatkan dukungan dan semangat
dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan oleh karna itu
saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Muhammad Hadi, SKM,M.Kep selaku pembimbing dan penguji kedu
2. serta koordinator mata ajar Tugas Akhir, yang telah menyediakan waktu, tenaga,
pikiran untuk memberikan arahan serta bimbingan kepada saya dalam
penyusunan tugas akhir ini.
3. Ibu Fitri,Rayani S.Kp, M.Kep, selaku pembimbing utama.
4. Ibu Rita ,S.Kep.,Sp.KMB selaku penguji III
5. Kepada pihak Rumah Sakit RSUD Pasar Rebo yang telah banyak membantu
dalam usaha menempuh pendidikan, dan memberikan kesempatan serta
memperoleh data yang saya perlukan.
6. Dr. Ancus Nainggolan selaku Kepala instalasi rawat jalan dan teman-teman
sejawat rawat jalan RSUD Pasar Rebo yang telah berpartisipasi dalam
menempuh pendidikan dan menyusun proposal skripsi.
7. Dr. Teddy Ervano SpPD, SMF Poli klinik Penyakit Dalam, dan teman-teman
yang telah berpartisipasi dalam pembuatan Riset.
8. Kepada suami, anak-anak, orang tua, yang telah memberikan motivasi dan
dukungan selama proses menyelesaikan tugas akhir.
9. Teman-teman mahasiswa Program Study Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta yang telah memberikan waktu, pikiran untuk berdiskusi
dalam hal penyusunan tugas akhir.
Saya menyadari isi dari tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan selanjutnya selalu diharapkan. Semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat khususnya di dunia ilmu keperawatan
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Hasil Penelitian dengan Judul :
HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWATAN KAKI DIABETES
DENGAN RESIKO KAKI DIABETES DI POLIKLINIK PENYAKIT
DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA TIMUR
TAHUN 2013
Telah mendapat persetujuan untuk diajukan dalam sidang
Jakarta, Maret 2013
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
(Ns. Fitrian Rayasari, M.Kep., Sp. KMB) (Muhammad Hadi, S.KM., M.Kep)
Mengetahui
Ka. Program Studi Ilmu Keperawatan
(Muhammad Hadi, S.KM, M.kep)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Diabetes Melitus......................................................... 7
1 .Difinisi Diabetes Melitus .......................................................... 7
2. Tanda dan Gejala Diabetes………………………………....... 7
3 Penatalaksanaan Diabetes............................................................ 8
4 Komplikasi Diabetes…………………………………………....9
B Konsep Dasar Kaki Diabetik
1. Definisi Kaki Diabetik……………………………………….....10
2. Pathofisiologi Kaki Diabetik…………………………………....10
3. Pengkajian dan pemeriksaan Kaki Diabetik................................15
C Pengethauan…………………………………………..................17
1. Pengertian Pengetahuan.............................................................17
2. Tingkat Pengetahuan……………………………………..........18
3. Fakto –Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan......................19
4. Jenis – Jenis Pengetahuan………………………………….......21
5. Pengetahuan Diabitisi…………………………………….........22
BAB III : KERANGKA KONSEP , HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep ...................................................................27
B. Hipotesis penelitian ......................................................................... 29
C. Definisi Operasional ....................................................................... 29
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................................ 33
B. Populasi dan Sampel ....................................................................... 33
C. Tempat dan waktu penelitian..................................................35
D. Etika penelitian ............................................................................... 35
E. Instrumen Data ................................................................................ 36
F. Pengumpulan Data..................................................................40
G. Pengelolaan Data.....................................................................42
H. Analisa data ..................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN –LAMPIRAN
1. Lembar Persetujuan Peneliti
2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
3. Lembar Kuesioner
4. Lembar Pemeriksaaan kaki
5. Lembar Print Out SPSS
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Diabetes Melitus (DM) sudah sejak lama dikenal orang Mesir pada tahun 1552 SM
sebagai penyakit yang ditandai dengan kencing dalam jumlah banyak, penurunan
berat badan dan cepat lelah. Pada tahun 400 SM seorang India Sushrutha menamai
penyakit ini kencing madu dan tahun 200 SM penyakit ini pertama kali disebut
Diabetes Melitus (Diabetes: mengalir terus, mellitus: manis). Diabetes mellitus
merupakan penyakit kronik, progresif yang dikarateristikan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat lemak dan
protein awal terjadinya hiperglikemia. Penyakit ini disebabkan oleh kurangnya
hormon insulin secara relative maupun absolute, dengan gejala sering buang air
kecil pada malam hari, sering lapar, sering haus dan lemas (Black &
hawk,200;,Tarwoto, 2012)
Menurut WHO tahun 2011,terdapat lebih dari 366 juta orang dengan diabetesdiseluruh
dunia (8,3% orang dewasa) Estimasi tahun 2030 diperkirakan mencapai 552 juta
orang.Negara berkembang seperti Indonesia merupakan daerah paling banyak terkena.
Padaabad ke 21,Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penderita diabetes ke 4
setelahCina,India dan Amerika Serikat. Pada tahun 2000,di Indonesia terdapat 8,4 juta
penderita diabetes dan diperkirakan akan mengelami
peningkatan menjadi 21,3 juta penderita pada tahun 2030.(Soegando dan
sukardji,2008). Hal ini terkait dengan usia harapan hidup, kegemukan , diet kurang
sehat serta gaya hidup modern seperti kurangnya beraktifitas atau olah raga karena
kesibukan dan tuntutan penyelesaian pekerjaan.
Diabetes mellitus jika dibiarkan tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan
berbagai komplikasi, dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan
berbagai macam keluhan dengan gejala yang sangat bervariasi. Salah satunya adalah
komplikasi kronik, baik mikroangiopati maupun makroangiopati (Waspadji, 2006).
Komplikasi kronik yang sering dijumpai adalah kaki diabetik yang dapat
bermanifestasi sebagai gangguan vaskuler, infeksi dan gangren. Bila hal ini
dibiarkan tidak terkendali dapat terjadi komplikasi metabolik akut maupun vaskuler
jangka panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati. Sekitar 12%- 25%
pasien DM tipe 2 dalam perjalanan penyakitnya mengalami komplikasi gangguan
diabetik terutama gangguan di kaki (Rayasari, 2012;Tarwoto,2011) Prevelensi
penderita gangguan kaki diabetik di Indonesia sekitar 15%, angka amputasi 30%,
angka mortalitas 32% dan gangguan diabetes merupakan penyebab di rumah sakit
yang terbanyak sebesar 80% untuk DM (Hastuti,2008). Rumah Sakit Pasar Rebo
mencatat jumlah penyandang DM yang berkunjung ke poli penyakit dalam pada
bulan Juli sampai September 2012, 475 orang, dengan kasus ulkus 64 orang ( 45,32
%) dan pada bulan Oktober sampai Desember 2012, 621, orang dengan kasus ulkus
75 orang (54,11.%). Jika dilihat dari data tersebut terjadi peningkatan kasus ulkus
sebanyak 0,13. %
Kaki diabetik merupakan kelainan kaki bagian bawah yang dimiliki oleh
penyandang DM terjadi karena adanya penurunan sirkulasi kearah perifer akibat
kadar gula darah yang tidak terkontrol. Pada akhirnya gangguan kaki ini akan
berlanjut menjadi infeksi, ulserasi dan destruksi jaringan bagian dalam. Gangguan
kaki diabetik biasanya disebabkan oleh adanya neuropati sensori perifer,
trauma ,deformitas, iskemia, pembentukan kallus(kapalan) ,infeksi dan edema
(Oguejiofor, oli, & Odenigbo.2009; Benbow,2009; Tarwoto, 2011). Faktor lain
yang berkontrobusi terhadap kejadian gangguan kaki adalah deformitas kaki (yang
di hubungkan dengan peningkatan tekanan pada plantar),gender laki-laki, usia tua,
kontrol gula darah yang buruk (hiperglikemia yang berkepanjangan) dan kurangnya
perawatan kaki. Resiko kaki diabetik ini dapat diklasifikasikan menjadi 4 katagori
yaitu resiko rendah, peningkatan resiko, resiko tinggi dan gangguan. Klasifikasi
yang dilakukan untuk menilai gangguan kaki diabeti ini berdasarkan adanya
penurunan vaskuler, adanya penurunan neurologi dan adanya deformitas. Dampak
dari timbulnya gangguan pada penderita Diabetes, tidak hanya dari tingginya biaya
perawatan namun lebih jauh akan menurun produktifitas penderita,gangguan konsep
diri hingga menurunnya kualitas hidup.
Upaya untuk mencegah terjadinya gangguan pada kaki DM selain kontrol gula
darah, juga melalukan pencegahan melalui lima pilar pencegahan kaki diabetic
meliputi pemeriksaan kaki secara rutin, identifikasi resiko gangguan kaki, edukasi,
penggunaan alas kaki dan penatalaksanaan kaki sebelum terjadi ulkus. Kemampuan
untuk melakukan pencegahan tersebut didasarkan pada pengetahuan diabetisi
khususnya tentang kelima pilar pencegahan kaki tersebut. Pengetahuan seseorang
erat kaitannya dengan perilaku, karena dengan pengetahuan tersebut penderita
memiliki alasan dan landasan untuk menentukan suatu pilihan atau tindakan
(Notoadmojo,2010). Menurut Karyoso (1999) bahwa dengan pengetahuan manusia
dapat mengembangkan apa yang diketahui dan dapat mengatasi kebutuhan
kelangsungan hidup, sehingga akan mempengaruhi seseorang dalam
berperilaku.Terbentuk suatu perilaku baru terutama pada seseorang dewasa,dimulai
pada domain kognitif dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang
berupa materi atau obyek diluarnya,sehingga menimbulkan pengetahuan baru dan
akan terbentuk dalam sikap maupun tindakan.
2. RUMUSAN MASALAH
Diabetes merupakan penyakit menahun yang ditandai oleh kadar gkukosa darah
melebihi normal dan gangguan metabolism karbohidrat, lemak serta protein yang
disebabkan oleh kurang hormon insulin. Jika dibiarkan tidak terkendali dapat
mengakibatkan komplikasi kronik yang sering dijumpai adalah gangguan pada kaki.
Upaya untuk mencegah terjadinya gangguan pada kaki DM selain kontrol gula
darah, juga melalui lima pilar pencegahan kaki diabetic meliputi pemeriksaan kaki
secara rutin, identifikasi resiko gangguan kaki, edukasi, penggunaan alas kaki dan
penatalaksanaan kaki sebelum terjadi ulkus. Kemampuan untuk melakukan
pencegahan tersebut didasarkan pada pengetahuan diabetisi khususnya tentang
kelima pilar pencegahan kaki tersebut. Rumah Sakit Pasar Rebo mencatat jumlah
penyandang DM yang berkunjung ke poli penyakit dalam pada bulan Juli sampai
September 2012, 475 orang , dengan kasus ulkus 64orang (45,32 %) dan pada bulan
Oktober sampai Desember 2012, 621 orang dengan kasus ulkus 75, orang (54,11%).
Jika dilihat dari data tersebut terjadi peningkatan/penurunan kasus ulkus sebanyak
0,13 %
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui hubungan pengetahuan
diabetisi tentang pencegahan kaki diabetic dengan resiko kaki diabetik di Poli
Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo.
3, TUJUAN PENELITIAN
I.Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan
diabetisi tentang pencegahan kaki diabetic dengan resiko kaki diabetik di poli
Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo.
II.Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi karakteristik responden : usia, pendidikan dan lama
menyandang DM di poli Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo
b. Mengindentifikasi pengetahuan responden tentang pencegahan kaki diabetik
di poli Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo
c. Mengindentifikasi resiko kaki diabetik responden di poli Penyakit Dalam
RSUD Pasar Rebo
d. Mengidentifikasi hubungan pengetahuan diabetisi tentang pencegahan kaki
diabetic dengan resiko kaki diabetik di poli Penyakit Dalam RSUD Pasar
Rebo
4. MANFAAT PENELITIAN
Adapun maanfaat dari penelitiaan ini adalah :
a. Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada praktisi
keperawatan mengenai hubungan pengetahuan diabetisi tentang pencegahan kaki
diabetic dengan resiko kaki diabetic, dan akan menjadi masukan untuk
meningkatkan pelayanan keperawatan untuk menurunkan kejadian kaki diabetik
b. Bagi keilmuan
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan dan diharapkan
dapat dikembangkan metode pembelajaran untuk menurunkan kejadian kaki
diabetic dengan meningkatkan kemampuan mahasiswa keperawatan memberikan
edukasi tentang pencegahan dan pengelolaan kaki diabetik.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Diabetes Melitus
1. Definisi DM
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang di
tandai peningkatan glukosa darah (hiperglikemia) disebabkan karena
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin. Insulin di dalam tubuh
dibutuhkan untuk memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel agar dapat digunakan
untuk metabolisme tubuh dan pertumbuhan sel (Smellzer, S, & Bare, 2005)
2. Tanda dan Gejala DM
Tanda dan gejala Diabetes Melitus adanya gejala yang khas yaitu 3 P (Poliuria,
Polidipsi, Polifagia) dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas. Berikut
dijelas tentang 3 P tersebut:
a. Poliuria atau sering buang air kecil.
Adanya hiperglikemia menyebabkan glukosa di keluarkan oleh ginjal bersama
urin, karena keterbatasan kemampuan filtrasi ginjal dan kemampuan reabsorpsi
dari tubulus ginjal. Untuk mempermudah pengeluaran glukosa maka diperlukan
banyak air, sehingga frekuensi miksi (buang air kecil) menjadi meningkat.
b. Polidipsia atau meningkatnya rasa haus.
Banyaknya miksi menyebabkan tubuh kekurangan cairan(dehidrasi). Hal ini
merangsang pusat haus yang mengakibatkan peningkatan rasa haus.
c. Polifagia atau meningkatnya rasa lapar.
Banyaknya miksi menyebabkan tubuh kekurangan cairan (dehidrasi). Hal ini merangsang pusat haus yang mengakibatkan peningkatan rasa haus.
d. Polifagia atau meningkatnya rasa lapar.
Meningkatnya katabolisme, pemecahan glikogen untuk energy menyebabkan
cadangan energy berkurang , keadaan ini menstimulasi pusat lapar.
e. Penurunan berat badan.
Penurunan berat badan disebabkan karena banyaknya kehilangan cairan,
glikogen dan cadangan trigliserida serta massa otot.
3. Penatalaksanaan DM
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan Diabetes Melitus adalah;
a. Menormalkan fungsi dari insulin dan menurunkan kadar glukosa darah.
b. Mencegah komplikasi vaskuler dan neurophati.
c. Mencegah terjadinya hipoglikemia dan ketoasidosis.
Prinsip penatalaksanaan DM adalah mengontrol gula darah dalam rentang normal.
Untuk mengotrol gula darah, ada lima faktor yang penting dan harus
diperhatikan, (Tarwoto, 2012,).
a. Asupan makanan atau management diet.
b. Latihan fisik atau exercise.e
c. Obat- obatan penurun gula darah.
d. Pendidikan kesehatan
e. Monitoring gula darah.
Perencanaan penatalaksanaan DM bersifat individual artinya perlu dipertimbangkan
kebutuhan terhadap umur pasien, gaya hidup, kebutuhan nutrisi, tingkat aktivitas,
pekerjaan dan kemampuan pasien dalam mengontrol gula darah.
4. Komplikasi Diabetes
Pasien dengan DM beresiko terjadinya komplikasi yang bersifat akut maupun
kronis diantaranya;
A. Komplikasi akut;
1. Koma hiperglikemia disebabkan kadar gula sangat tinggi
2 Ketoasidosis atau keracunan zat keton sebagai hasil metabolism lemak dan
protein.
3. Koma hipoglikemia akibat terapi insulin yang berlebihan atau
tidak . terkontrol
B. Komplikasi kronis.
a. Mikroangiopati (kerusakan pada saraf – saraf perifer) pada organ – organ
yang mempunyai pembuluh darah kecil
1. Retinopati (kerusakan saraf retina dimata) sehingga mengakibatkan kebutaan
2. Neuropati (kerusakan saraf – saraf perifer) mengakibatkan baal atau
gangguan pada organ tubuh.
3. Nefropati (kerusakan pada ginjal) yang mengakibatkan gagal ginjal.
b Makroangiopati.
1. Kelainan pada arteri koronaria; yang menyebabkan penyakit miokard
infark maupun gangguan fungsi jantung.
2. Penyakit vaskuler perifer ( PAD).
3. Penyakit serebrovaskuler; yang mengakibatkan stroke.
c. Gangren atau ulkus.
Adanya kedua permasalahan mikroangipati dan makroangiopat, pasien diabetes
diperberat juga dengan penurunan system daya tahan tubuh (imunitas) sehingga
rentan terhadap infeksi, Sehingga bila dibitisi mengalami luka sedikit saja akan
sangat mudah menjadi ulkus bahkan mengalami nekrosis (kematian) jaringan
yang berakhir pada amputasi bila tidak dilakukan penanganan dengan benar.
B, Konsep kaki Diabetes Melitus
1. Definisi kaki DM
Kaki diabetik adalah kelainan kaki bagian bawah akibat diabetes mellitus yang
tidak terkendali. Kaki penderita diabetes mellitus memiliki resiko potensial
pattologi meliputi infeksi,ulserasi dan destruksi jaringan bagian dalam yang
dikaitkan dengan abnormalitas neurologi, penyakit pembuluh darah perifer dan atau
komplikasi metabolik diabetik mellitus pada tungkai bawah. Pengelolaan kaki
diabetis sudah di mulai saat seseorang dinyatakan menderita Diabetes
mellitus ,meskipun belum timbul luka atau ulkus.
2. Pathofisiologi kaki DM
Kaki daibetik diakibatkan oleh aktifitas bebarapa faktor yang stimultan. Penyebab
umum yang mendasari adalah terjadinya neuropati perifer dan iskemia dari
penyakit vaskuler
(Sumpio,2000;Baulyon,200;Frykberg,atal,2006;Delmas,2006;Bryant & Nix,2007;
Clayton, Warren & Elasy,2009;Tarwoto. 2012). Berikut ini proses terjadinya kaki
diabetic yaitu :
1. Neuropoati Perifer
Penyebab neuropati perifer belum diketahui pasti, diduga berbagai gangguan
metabolisme dan oklusi vasovasorum pada syaraf memberikan perubahan degerasi
aksonopati disertai demielinisasi dan gangguan remielinisasi.
Manifestasi neuropati diabetes berupa polineuropati diabetes
otonomik,polineuropati sensori motor distal simetris dan neuropati fokal. Bentuk
klinis neuropati yang paling sering dijumpai adalah neuropati sensorik
distal,semetris yang dapat dicapai 50% pada pasien yang telah menderita DM lebih
dari 15 tahun.
Meningkatnya resiko terjadinya ulkus pada keadaan ini disebabkan oleh beberapa
hal sebagai berikut;
a. Hilangnya sensibilitas yang memberikan perlindungan terhadap rasa
nyeri,tekanan
dan suhu.
b. Neuropati motorik menyebabkan atropi dari kelemahan otot-otot interinsik
(interosseus,lumbrikal) yang menyebabkan deformitas fleksi (claw toes)
sehingga terjadi peningkatan tekanan pada daerah metartasal dan ujung jari kaki.
2.Neuropati otonom perifer
Neuropati otonom perifer menyebabkan produksi keringat berkurang , kulit kering
dan mudah pecah. Neuropati ini menyebabkan vasodilatasi perifer sehingga terjadi
peningkatan pintasan (shunt) arteri –vena yang menyebabka perubahan perfusi
tulang pada tulang ekstermitas bawah,terjadi peningkatan resorpsi tulang sehingga
terjadi fraktur neuropati (chor cot foot)
Pada gangguan neuropati perifer didapatkan refleks tendon Achilles menurun dan
gangguan senssasi yang dapat dibuktikan dengan Semmens Weinstein
Monofilament yang bertujuan mengetahui ambang rasa tekan. Sensasi proteksi
masih ada bila diabitsi merasakan tekanan monofilament berukuran 5.07 yang
setara dengan tekanan 10gram.
Gmbr 1.tehnik monofilament
a. Gangguan Pembuluh Darah
Aterosklerosis pada penderita DM akan 2,3 kali lebih tinggi pada populasi
umumnya kelainan pembuluh darah jarang menjadi faktor pencetus ulkus tapi
dapat menghambat penyembuhan luka, Ganggren yang luas dapat terjadi
karena sumbatan pembuluh darah yang luas yang mengakibatkan amputasi
kaki. Gangguan pembuluh darah dapat didektesi dengan angiografi, perabaan
pulpasi denyut nadi,alat ultrasound Doppler serta nilai Ankle Brachial Index
(ABI) yaitu perbandingan tekanan darah sistolik kaki dan lengan.
Gmbr 2 Pemeriksaan ABI
b. Perubahan tekanan pada plantar kaki
Fernando dan Walewski (2009) membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan
tekanan pada bagian lateral kaki termasuk kaput metatarsal jari III,IV dan V baik
pada orang sehat maupun penderita diabetes neuropati, namun diabitisi dengan
neuropati mempunyai tekanan lebih tinggi pada kaput metartasal jari 1, sedangkan
pada orang sehat ,tekanan yang lebih tinggi terdapat pada tumit. Hal ini disebabkan
sudah terjadi perpindahan dari tumit ke bagian depan kaki pada awal neuropati.
Tidak terdapat perbedaan tekanan pada sisi-sisi polantar kaki yang lain.
Deformitas kaki menyebabkan perubahaan tekanan kaki yang akan meningkatkan
resiko tukak seperti perubahaan struktur tulang dan jaringan ikat, terbatasnya
mobilisasi sendi dan pembentukan kallus. Deformitas kaki (claw teo) yang
disebabkan neuropati motorik sering mengalami ulserasi karena atrofi otot interoseus
yang menimbulkan deformitas fleksi dan meningkatkan tekanan pada daerah
metatarsal dan ujung jari kaki dengan resiko terbentuk kallus yang rentan infeksi,
Luka pada neuropati perifer disebabkan oleh beberapa faktor seperti; tekanan terus
menerus (sepatu sempit) tekanan berulang (waktu berjalan) luka tusuk, home
surgery (memotong kuku,mengikis kallus), antiseptic dan trauma panas. Infeksi pada
kaki diabetik diawali adanya luka pada kulit yang memungkinkan masuknya flora
kulit ke dalam jaringandermis dan subkutan.
c. Statis aliran vena
Bryant dan Nix (2007) menyatakan bahwa adanya gangguan pada pembuluh arteri
perifer, diabitisi dapat mengalami ulkus kaki diabetik yang disebabkan oleh bendungan
akibat aliran stasis pada vena. Adanya stasis aliran vena ditandai dengan adanya edema.
Stasis vena biasanya timbul diakibatkan fungsi fisiologi pengembaliaan darah dari
ektermitas bawah menuju jantung terganggu. Mekanisme primer pengembalian darah
kejantung meliputi adanya tonus otot polos pada dinding vena, adanya kontraksi pada
otot-otot betis (ototgastrocnemus dan soleus) dan tekanan negatif intra torak selama
inspirasi. Menurut Anwar,et al,(2003),Kalra dan Glovicky (2003) dalam Bryant dan Nix
(2007) dari ketiga mekanisme tersebut kontraksi dari pompa otot betis sejauh ini
merupakan yang paling kritis. (Tarwoto, 2012).
d. Klasifikasi Kaki Diabetik.
Klasifikasi ini digunakan berdasarkan dari hasil klasifikasi International Group on
the Diabetik Foot (IWGDF, 2007)
Tabel 1.1 Klasifikassi Kaki diabetic menurut IWGDF.
Kategori Resiko Definisi Rekomendasi Rekomendasi Follow up
intervensi
0 -Tidak adanya
penurunan sensasi
-tidak ada gangguan
vaskularisasi
-Tidak ada
deformitas
-Edukasi; perawatan
Kaki dasar dan
penggunaan alas kaki.
Setiap tahun(dokter
umum,spesialis kaki)
1 --Neuropathy
(sensasi)+/-
- Adanya deformitas
-Edukasi kaki
diabetik
-Pemeriksaan kaki
setiap hari
-Dipertimbangkan
untuk konstasi dokter
bedah
Mengunjungi poli kaki
setiap 3-6 bulan sekali.
2 -Gangguan
vaskulaer +/-
Aadanya neuropaty
sensori
-Sama dengan
katagori 1
-Consultasi dengan
spesialis vaskuler
- Mengunjungi poli kaki
setiap 2-3 bulan sekali.
3 -Riwayat ulkus kaki
-riwayat amnputasi
-Sama dengan
katagori 1
-Consultasi dengan
spesialis vascular,ter
utama jika ada penu
runan vaskuler
-Mengunjungi poli kaki
setiap 2-3 bulan sekali.
3. Pengkajian Kaki Diabetik atau Pemeriksaan Kaki.
Pemeriksaan kaki diabetik di awali dengan anamnesis keluhan dan faktor resiko yang
diikuti pemeriksaan fisik menyeluruh dan pemeriksaan penunjang sesuai dengan
indikasi.
1. Anamnesis
Ananmesis yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi kondisi kaki dan resiko
yang timbulnya luka pada penyandang DM.
a .Lamanya menderita DM
b. Kontrol gula darah secara teratur atau tidak
c. Gejala komplikasi jantung, hati dan penglihatan.
d. Adanya penyakit penyerts yang lain
e. Status Gizi.
f. Riwayat merokok, minum alcohol, konsumsi obat – obatan tertentu.
g. Aktifitas sehari- hari
h. Pemakaian sepatu
i. Adanya kallus atau mata ikan di kaki.
j. Ada kelainan bentuk kaki.
k. Riwayat infeksi atau pembedahan pada kaki.
l. Gejala – gejala neuropati: kesemutan, baal.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada deteksi dini kaki diabetes meliputi; pemeriksaan vaskuler,
neuropati, kulit, tulang dan otot serta pemakaina alas kaki atau sepatu.
a.Pemeriksaan vaskuler;
1. Palpasi pulsasi arteri (Arteri Dorsalis pedis dan Arteri Tibialis posterior).
2. Perubahan warna kulit kaki.
3. Adanya edem
4. Perubahan suhu didaerah kaki.
5. Riwayat perawatan sebelunmnya.
b. Pemeriksaan Neuropati.
1. Vibrasi dengan garpu talla 128 Hz.
2 . Sensasi halus dengan kapas.
3. Sensasi suhu, panas dan dingin.
c Pemeriksaan refleks fisiologis (Tendon Patella dan tendon Achilles)
d. Pemeriksaan kekuatan otot
e. Pemeriksaan sensorik pada ibu jari kaki.
g. Pemeriksaan Kulit
1. Tekstur, turgor dan warna kulit.
2. Kulit kering dan pecah- pecah
3. Adanya kallus atau kapalan
4. Adanya fisura terutama pada tumit.
5. Adanya ulkus, gangrene, infeksi.
h. Pemeriksaan tulang dan otot
1. Pemeriksaan biomekanik.
2. Kelainan struktur kaki (hammer toe, chorcot, riwayat amputasi).
3. Ketebatasan gerak sendi.
4. Kontaktur tendon Achilles.
5. Pemeriksaan kekuatan otot.
6. Pemeriksaan tekanan plantar.
i. Pemeriksaan sepatu atau alas kaki.
1. Jenis sepatu.
2. Kecocokan dengan betuk kaki
3. Insole.
4. Pemeriksaan benda asing dialam sepatu
C. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil dari tahu manusia ,yang sekedar
menjawab pertanyaan(Notoatmodjo,2010),pengetahuan adalah pemberian bukti
oleh sesorang melalui proses peningkatan atau pengenalan informasi,idea tau
fenomena yang dipeolh sebelumnya (Notoatmojo,2007, konsep prilaku dan
perilaku kesehatan,hal 67)
2. Tingkat Pengetahuan.
Menurut Bloom dalam Notoatmodjo(2007) tingkatan pengetahuan terdiri dari 6
tingkatan yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai pengingat sesuatu materi yang telah di pelajari
sebelumnya,termasuk dalam mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu
yang spesifik dari suatu bahan yang dipelajari atas rangsangan yang
diterima.
b. Memahami (Comprehensif)
Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang
diketahui dan dapat menginterfrestasikan materi yang benar.
c. Analisis(Analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam
kemampuan,tetapi masih ada kaitan satu sam lainnya.
d. Aplikasi(Aplication)
Kemampuan untukmenggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi yang sebenarnya.
e. Sintesis(Syntesis)
Kemampuan yang menghubungkan bagian di dalam suatu bentuk
keseleruhan yang benar.
f. Evaluasi(Evaluation)
Kemampuan melakukan penelian suatu materi atau obyek.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain(kawasan) yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang meliputi proses adopsi yang diperoleh dari
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan.
Menurut Notoatmodjo(2007),ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang yaitu;
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan didalam dan diluar sekolah berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar,makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi,
Dengan pendidikan tinggi maka sesorang akan cenderung mudah untuk
mendapatkan informasi baik dari media massa maupun dari orang
lain,semakin banyak informasi yang masuk,semakain banyak pula
pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan
seseorang dengan pendidikan tinggi,maka orang tersebut semakin luas
pengetahuannya.
Namun perlu diketahui bahwa seseorang yang berpendidikan rendah
tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula,peningkatan
pengetahuan tidak harus diperoleh di pendidikan formal,Pengetahaun
seseorang tentang suatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan aspek negative, kedua aspek ini yang akhirnya menetukan
sikap seseorang terhadap obyek tertentu,Semakin banyak aspek positif
obyek yang diketahui,akan menumbuhkan sikap positif trhadap obyek
tersebut.
b .Mass Media atau Informasi.
Informasi yang diperolh baik dari pendidikan formal maupun informal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (Immediate
impacte),sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan.
c Sosial Budaya dan Ekonomi.
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang tanpa melalui penularan
apakah yang diketahui baik atau buruk.Dengan demikian seseorang akan
bertambah pengetahuannya.Status ekonomi seseorang juga akan
menetukan tersedianya satu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
tertentu,sehingga status ssosial ekonomi ini akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatau yang ada disekitar individu.baik
lingkungan fisik,biologis maupun social,lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individuyang berada
dalam lingkungan tersebut.Hal ini terjadi adanya interaksi adanya
interaksi timbale balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai
pengetahuan obyek setiap individu.
e. Pengalaman
Pengalaman sebagi sumber pengetahuan untuk mempeoleh kebenaran
pengetahuan dengan cara mengulangikembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa
lalu,pengalaman belajar dalam bekarja yang dikembangkan memberikan
pengetahuan dan keterampilan professional.
f. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola piker
seseorang ,semakin bertambah usia akan berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik.
Ada dua sikap tradisi mengenai jalanan perkembangan selama hidup;
semakin tua semakin bijaksan,semakin banyak informasi yang
dijumpai ,semakin banyak hal yang dikejakan sehingga menambahkan
pengetahuannya. Tidak dapat menajarkan kepandaian yang baru kepada
orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun
mental.
4. Jenis jenis pengetahuan.
a. Pengetahuan Implisit
Adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk pengalaman
seseorang dan berisikan faktor faktor yang tidak bersifat nyata seperti
keyakinan pribadi, presfektif dan prinsip.
b. Pengetahuan Eksplisit
Pengetahuan yang telah didokumentasikanm atau di simpan dalam wujud
nyata berupa media atau semacamnya dan telah diartikulasikan kedalam
bahasa formal yang relative mudah disebarkan secara luas.
c. Pengetahuan Empiris
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman individu,
pengetahuan ini dikenal sebagai pengetahuan apostori,pengetahuan ini bias
didapatkan dengan melakukan pengamatan yang dilakukan secara empiris
dan rasional,dan dapat juga berkembang menjadi pengetahuan diskriptif,bila
seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala cirri,sifat dan gejala
yang ada pada obyek empiris tersebut. Pengetahuan ini juga didapatkan
melalui pengalaman pribadi yang terjadi secara berulang kali.
d. Pengetahuan Rasionalisasi
Pengetahuan yang diperoleh melalui akal budi, Rasionalisasi lebih
menekankan pengetahuan yang bersifat apriori, tidak menekankan pada
pengalaman melainkan akal budi.
5. Pengetahuan Diabitisi Dalam Pencegahan kaki Diabetik
Adapun pengetahuan Diabitisi tentang pencegahan kaki Diabetik yang harus
dilakukakan meliputi;
A. Pendidikan Kesehatan
Hal yang harus penting dilakukan pada pasien Diabetes Melitus adalah
pendidikan kesehatan, Beberapa hal penting yang perlu disampaikan
meliputi;
a.Pengertian,tanda dan gejala,penyebab,patofiologis dan test diagnosis
penyakit Diabetes Melitus.
b. Diet atau management diet pada pasien DM.
c. Aktivitas sehari-hari termasuk latihan dan olah raga.
d. Pencegahan terhaap komplikasi DM diantaranya penatalaksanaan
hipoglekemi atau hiperglikemi,pencegahan terjadi ganggren
pada kaki dengan latihan senam kaki.
e. Pemberian obat-obatan DM dan cara penyuntikan insulin.
f. Cara monitoring dan pengukuran glukosa darah secara mandiri.
g. Pemeriksaan sepatu atau alas kaki
B . Penatalaksanaan
Di dalam penatalaksanaan atau penanganan kaki Diabetik ada 2 yaitu:
1. Penatalaksanaan Kaki normal;
a.Perawatan Kaki
i. Bersihkan kaki setiap hari dan periksalah apakah ada masalah dengan
kaki
ii. Perawatan kulit secara teratur sangatlah penting. Oles krim ke kulit
yang kering, pembersihan teratur dapat membantu mencegah kulit
bersisik berlebihan
iii. Jika ter jadi masalah (kulit kering, kulit bersisik, kulit pecah, kapalan,
luka atau trauma) carilah bantuan dari dokter atau perawat ahlinya,
jangan mengobati sendiri.
b. Kuku
i. Potonglah kuku setelah mandi dimana kuku menjadi lebih lembut.
ii. Jangan memotong kuku terlalu pendek.
iii. Jangan memotong ujung kuku atau dig down th sides.
iv. jika kuku nyeri atau sulit untuk di potong hubungi dokter atau
perawat ahli.
c Sepatu.
i. Belilah sepatu yang ukurannya tepat yang dapat diikat dengan tali.
ii. Carilah sepatu yang mengikuti bentuk kaki
iii. Tinggi hak sepatu sebaiknya di bawah 5 cm.
iv Belilah sepatu pada malam hari
d. Periksalah kaki setiap hari
Periksalah kaki akan tanda bahaya seperti bengkak, perubahan warna
nyeri atau retakan pada kulit.
2. Kaki resiko tinggi.
a. Perawatan Kaki.
Diabetes telah membuat kaki baal, tidak merasa nyeri jika kaki terluka
harus Perhatikan hal – hal dibawah ini untuk menjaga kaki tetap sehat.
i. Jangan berjalan telanjang kaki.
ii. Kunjungi dokter secara teratur jika ada kallus (kapalan)
iii. Jangan mencoba melepas kallus sendiri,
iv. Hati – hati untuk tidak membuat kaki terlalu panas. Periksa
suhu air kamar mandi dengan siku atau thermometer kamar
mandi,
v. Jauhkan kasur dari penghangat dindins atau pipa air panas
vi. Jangan hangatkan jari kaki di depan perapian
vii. Cegah kulit kering dengan menggunakan krim pelembab
b. Alas kaki
i. Buanglah kerikil atau pasir yang mungkin terdapat di dalam sepatu
Sebelum menggunakan sepatu.
ii. Gunakan tangan untuk mendeteksi adanya bagian kasar di dalam
sepatu
iii. Pakailah alas kaki (sepatu, sandal) baik di dalam dan luar rumah.
c. Tanda Bahaya
Periksalah kaki setiap hari untuk mencari adanya;
i.Perubahan warna
ii.Nyeri atau tidak nyaman
iii Robekan di kulit
iv.Bengkak
v.Kallus (kapalan)
vi.Bulu kaki rontok
vii.Tumit pecah – pecah
viii Deformitas (perubahan bentuk kaki).
perawatan kaki diabetic yang meliputi pengetahuan kaki diabetic, penggunaan
alas kaki dan perawatan kaki dan kuku.
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL,HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
Bab ini menjelaskan kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian, dan definisi
operasional. Kerangka konsep penelitian diperlukan sebagai landasan berpikir dalam
melaksanakan penelitian yang dikembangkan dari tinjauan teori yang telah dibahas
sebelumnya sehingga mudah dipahami dan menjadi acuan peneliti.
A. Kerangka konsep
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan pada studi kepustakaan maka
secara sistematis bahwa variabel yang dapat diukur dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat adalah variabel yang berubah akibat perubahanvariabel bebas.
Variabel terikat pada penelitian ini adalah resiko kaki diabetic yang
dikelompokkan ke dalam kaki tidak beresiko dengan kaki diabetic yang beresiko
2. Variabel bebas (independent variable)
Variabel bebas adalah variabel yang bila berubah akan mengakibatkan perubahan
variabel lain. Variabel bebas pada penelitian ini adalah pengetahuan tentang
perawatan kaki diabetic yang meliputi pengetahuan kaki diabetic, penggunaan
alas kaki dan perawatan kaki dan kuku.
3. Variabel perancu (confounding)
Variabel perancu adalah jenis variabel yang berhubungan dengan variabel bebas dan
variabel terikat, tetapi bukan merupakan variabel antara (Sastroasmoro & Ismael,
2002).Variabel perancu pada penelitian ini adalah usia, tingkat pendidikan dan lama
menyandang DM.
Berdasarkan uraian variable penelitian diatas, maka kerangka konsep pada
penelitian ini dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut :
Skema 3.1
Kerangka konsep penelitian :
Variabel Independent Variabel Dependent
= Faktor yang mempengaruhi, namun tidak diteliti
B. Hipotesa Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pernyataan
penelitian. Hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan
perawatan kaki pada diabetisi dengan resiko kaki diabetes di Poli Penyakit
Dalam RSUD Pasar Rebo.
Pengetahuan :- Pemeriksaan kaki- Penggunaan alas kaki- Perawatan kuku dan kaki
Resiko Kaki Diabetik :- Resiko Rendah- Resiko Tinggi
- Usia- Tingkat Pendidikan- Lama mengalami DM
C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penjelasan atau gambaran tentang variabel – variable
apa saja yang diturunkan oleh konsep – konsep terpilih dan hal – hal yang saja
yang dijadikan indicator untuk mengukur variable, bagaimana mengukurnya, alat
ukur yang digunakan, skala pengukuran dan data hasil pengukuran (Kelana
2011).
Untuk memudahkan memahami penelitian ini dan mensdapatkan persepsi yang
sama, maka variable – variable dalam penelitian ini akan di jelaskan dalam table
berikut;
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel
penelitian
Definisi oprasional Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
1 Umur Usia responden saat ini
yang dihitung
berdasarkan ulang tahun
terakhir yang dilakukan
pembulatan
Kuesioner Dalam tahun Interval
2 Tingkat
Pendidikan
Pendidikan formal
terakhir yang ditempuh
responden
Kuesioner 0: Pendidikan
Dasar (SD,
Ordinal
SLTP, SLTA)
1: Pendidikan
Tinggi (PT)
3 Lama
Menyandang DM
Jarak waktu dalam tahun
responden terdiagnosis
DM hingga saat
dilakukan pengumpulan
data
Kuesioner 0 : lebih dari
5tahun
1 : kurang dari 5
tahun
Ordinal
4 Variabel
Independen
Pengetahuan
diabitisi tentang
pencegahan kaki
resiko tinggi
secara teratur
Hal- hal yang diketahui
oleh responden tentang
pencegahan kaki diabetik
Pemeriksaan kaki,
pengunaan alas kaki dan
perawatan kaki dan kuku
Kuesioner
Pengetahuan
yang terdiri
dari
18pertanyaan
, dengan skor
1 jika
jawaban
benar dan
skor 0, jika
jawaban
salah. Skor
tertinggi 18
dan skor
terendah 0
0 : pengetahuan
kurang baik
jika responden
menjawab ≥
75% (≥ 13.5
jawaban
benar)
1 : pengetahuan
baik, jika
responden
menjawab <
75 % (<13.5)
jawaban
benar)
Ordinal
5. Variabel
dependent
Resiko kaki
Diabetes
Kaki penyandang DM
yang memiliki resiko
terjadinya kaki DM atau
ulkus yang didapatkan
dari hasil pemeriksaan
fisik dan ditemukan
adanya deformitas,
gangguan vaskuler atau
gangguan neuropathi
Format
Pengkajian
Kaki DM
dari
PERKENI
0 : resiko tinggi,
jika ditemukan
salah satu atau
lebih dari
adanya
deformitas,
gangguan
vaskuler, dan
gangguan
Ordinal
neuropathi
1 : Resiko rendah,
Jika tidak
ditemukan
adanya
deformitas,
gangguan
vaskuler, dan
gangguan
neuropathi
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desaian penelitian adalah modelatau metode yang digunakan peneliti untuk
melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya penelitian
(Kelana, 2011).Berdasarkan tujuan penelitian.desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif sederthana survey, yang hanya
menggambarkan atau memaparkan variabel–variabel yang diteliti tanpa
menganalisa hubungan antara variabel.
B. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua Penyandang Diabetes yang tidak
mengalami ulkus kaki yang berobat ke poli Penyakit Dalam RSUD Pasar
Rebo Jakarta Timur. Dalam satu bulan kunjungan pasien DM tanpa ulkus
rata –rata 150 orang.
2. Sampel
Menurut Arikunto (2006) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti.Menurut Notoadmodjo (2005) bila populasi lebih kecil dari 10.000,
dapat mengunakan formula sederhana, sebagai berikut:
n= N
1+N (d2) =
1501+150 (0,01 )
n= 6
Menurut Arikunto (2006) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti.Menurut Notoadmodjo (2005) bila populasi lebih kecil dari 10.000,
dapat mengunakan formula sederhana, sebagai berikut:
n= N
1+N (d2) =
1501+150 (0,01 )
n= 60
Keterangan :
- N = populasi : jumlah kunjungan dalam satu bulan : 150 orang
- n = jumlah sampel
- d = tingkat kepercayaan / ketepatan yang dinginkan
Jadi, jumlah sampel yang diperlukan sebanyak 60 orang, akan tetapi untuk
menghindari responden drop outsaat pengambilan data, maka jumlah sampel
ditambah 10% dari jumlah populasi, yaitu ditambah 6 orang. Maka total
sampelnya adalah 66 orang.
Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasi yang diinginkan
peneliti, maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria
inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Sedangkan kriteria
eksklusi adalah ciri – ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sampel
(Notoatmodjo, 2010 : 130 ). Berikut adalah kriteria inklusi dan eksklusi :
Kriteria inklusi
a. Pasien Diabetes Melitus tanpa ulkus yang berobat di Poli Klinik Penyakit
Dalam RSUD Pasar Rebo
b. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dan menyetujui informed
consent.
Kriteria eksklusi : Pasien Diabetes Melitus dengan ulkus atau pasien DM yang
tidak bersedia menjadi responden.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukandi PoliklinikPenyakit Dalam RSUD Pasar Rebo Jakarta
Timur.Untuk waktu penelitian dilakukan dari bulan Oktober diawali dengan
penyusunan proposal dan diakhiri dengan pengambilan data di akhir bulan
Maret 2013.
D. Etika Penelitan
Etika penelitian adalah sistem nilai normal dalam meminta persetujuan
responden untuk terlibat dalam posedur penelitian. Peneliti dalam melaksanakan
seluruh kegiatan penelitian akan memegang teguh sikap ilmiah (scientific
attitude) serta menggunakan prinsip–prinsip etika penelitian. Prinsip–prinsip
yang digunakan meliputi menghormati harkat dan martabat manusia (respect for
human digrity), menghormati privasi dan kerahasiaan subjek pnelitian (respect
for privacy and confidentiality), keadilan dan inklusivitas (respect for justice and
inclusiveness), dan memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
(balancing harm and benefits) (Milton, 1999 ; Loiselle , Profetto – McGrath,
Polit & Beck, 2004 dalam Sukowati, 2002).
Dalam penelitian ini hak–hak responden akan dilindungi dan dijamin
kerahasiannya. Sebelum memberikan lembar persetujuan kepada calon
responden peneliti melakukan pendekatan dan menjelaskan maksud serta tujuan
diadakannya penelitian ini. Setelah itu calon responden diberikan lembar
persetujuan untuk ditandatangani sebagai bukti kesediaan menjadi responden
tidak ada unsur paksaan, adapun penandatanganan persetujuan dilakukan dengan
memberikan waktu kepada responden untuk mengambil keputusan yang tepat.
E. Instrumen Penelitian
Penelitian menggunakan metode pengumpulan data dengan cara kuesioner.
Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan dan pernyataan yang disusun
berdasarkan kerangka konsep penelitian yang telah ditetapkan. Alasan
menggunakan kuesioner yaitu karena sudah disediakan pilihan jawaban,
mempermudah peneliti dalam mencari atau mengumpulkan data, memudahkan
dalam menganalisa data (Sudjana, 2000). Untuk mengukur variabel gaya hidup
digunakan kuesioner yang dikembangkan penelitian berdasarkan teori
Muhammadun, (2010).
1. Uji validitas
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Notoatmodjo,
2005). Dalam penelitian ini, kuesioner yang peneliti buat ada 20 buah
pertanyaan tentang pengetahuan diabetisi tentang pencegahan kaki resiko
tinggi secara teratur yang terdiri dari pertanyaan tentang pencegahan kaki
diabetik ada di nomor 1,2,3,4 dan 5, pertanyaan tentang penggunaan alas
kaki ada dinomor 6,7,8,9, dan 10, dan pernyataan tentang perawatan kaki
dan kuku ada di nomor 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17 dan 18.
Sedangkan format pengkajian kaki diabetik tidak dilakukan uji validitas
maupun reabilitas, karena peneliti sudah menggunakan format yang baku
dan standar dari PERKENI.
Dalam melakukan uji validitas ini, peneliti menyebarkan kuesioner tentang
pengetahuan untuk uji validitas kepada 20 responden. Setelah dilakukan
pengisian kuesioner oleh responden, peneliti memasukkan hasil jawaban
setiap responden ke dalam program komputer. Kemudian tiap-tiap
pertanyaan dilakukan uji reability analisis, dan didapatkan hasil :
Tabel 4.1
Uji Validitas dengan 20 pertanyaan
Untuk mengetahui validitas kuesioner dilakukan dengan membandingkan nilai r tabel
(tabel Nilai Koefisien Korelasi “x” Product Moment dari Pearson) dengan nilai r hitung
(hasil Corrected item-Total Correlation). Cara menentukan nilai r tabel yaitu dengan
menggunakan df = n-2 → n = 20 responden →df = 20 – 2 = 18. Pada tabel Nilai
Koefisien Korelasi “x” Product Moment dari Pearson dengan tingkat kemaknaan 5%
didapat angka r tabel dengan df= 18 yaitu 0,444.
Pertanyaan Corrected item-Total CorrelationNomor 1 0,753Nomor 2 0,810Nomor 3 0,648Nomor 4 0,721Nomor 5 0,822Nomor 6 0,125Nomor 7 0,618Nomor 8 0,452Nomor 9 0,630Nomor 10 -0, 063Nomor 11 0,566Nomor 12 0,680Nomor 13 0,678Nomor 14 0,632Nomor 15 0,742Nomor 16 0,844Nomor 17 0,738Nomor 18 0,861Nomor 19 0,686Nomor 20 0,448
Pada tabel 4.1 diatas dapat dilihat hasil r hitung> 0,444 ada 18 nomor. Bila
hasil r hitung lebih besar daripada r tabel, maka dinyatakan valid dan ke 18
nomor tersebut valid. Sedangkan untuk nomor 6 dan 10 dapat dilihat
masing-masing hasil r hitung 0, 125 dan -0,063, kedua nomor tersebut
dinyatakan tidak valid.
Setelah itu dilakukan lagi analisis dengan mengeluarkan pernyataan yang
tidak valid, seperti yang tertera pada tabel 4.2
Tabel 4.2
Hasil Akhir Uji Validitas dengan 18 pertanyaan
Pernyataan Corrected item-Total CorrelationNomor 1 0,789Nomor 2 0,819Nomor 3 0,691Nomor 4 0,706Nomor 5 0,847Nomor 7 0,602Nomor 8 0,464Nomor 9 0,637Nomor 11 0,576Nomor 12 0,685Nomor 13 0,651Nomor 14 0,597Nomor 15 0,722Nomor 16 0,848Nomor 17 0,706Nomor 18 0,866Nomor 19 0,689Nomor 20 0,495
2. Uji Reabilitas
Setelah semua pernyataan dinyatakan valid, analisis selanjutnya dilakukan
uji reabilitas. Untuk mengetahui reabilitas caranya adalah dengan
membandingkan nilai r hasil dengan r tabel. Dalam uji reabilitas sebagai
nilai r hasil adalah nilai Cronbach’s Alpha. Bila hasi nilai r Alpha > r tabel,
maka pernyataan tersebut reliabel.
Tabel 4.3
Uji Reabilitas
Cronbach’s Alpha N of Item0,947 18
Dari tabel 4.3 dapat dilihat, hasil r Alpha 0,947, sedangkan r tabel 0,444, jadi
r Alpha > r tabel, maka 18 pernyataan dinyatakan reliabel.
F. Pengumpulan Data
Prosedur yang dilakukan oleh peneliti dalam pengumpulan data adalah sebagai
berikut :
a. Tahap Persiapan dengan membuat proposal penelitian dengan :
a. Menentukan sasaran atau populasi.
b. Menetapkan jumlah sampel.
c. Menentukan waktu pengamatan.
d. Menyusun item-item dalam bentuk pertanyaan dan pernyataan
(kuesioner).
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Peneliti mengajukan perizinan kepada Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiah Jakarta untuk mengadakan penelitian.
b. Sebelum melakukan penelitian di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
Pasar Rebo, peneliti meminta waktu pada pihak Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiah Jakarta untuk melakukan uji kuesioner terlebih
dahulu di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo Jakarta
c. Timur dan melakukan perjanjian bahwa setelah pengujian kuesioner
dilakukan maka peneliti siap untuk melakukan penelitian.
d. Dalam proses pengumpulan data peneliti berkerja sama dengan
perawat di Poli Klinik Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo yang telah
mendapatkan penjelasan mengenai tujuan penelitian ini sehingga
kuesioner diberikan sesuai dengan kriteria inklusi.
e. Dalam pengambilan sampel sesuai dengan tekniktotal sampling yang
digunakan peneliti dalam teknik sampling dimana sampel diambil
yang berada di tempat penelitian tersebut.
f. Kemudian peneliti menjelaskan tujuan penelitian dan menjelaskan
tentang cara mengisi kuesioner pada responden. Responden diminta
untuk menandatangani surat pernyataan mengenai kesediaannya
menjadi responden bagi yang bersedia berpartisipasi dalam kegiatan
penelitian.
Jika kuesioner sudah diisi, peneliti melihat kelengkapan dari kuesioner untuk
dilakukan analisa dan pengolahan data.
G. Pengolahan Data
a. Pengolahan Data
Dalam mengolah data menggunakan komputer ada beberapa langkah,
antara lain editing, coding, processing, dan cleaning.
1. Editing
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian
formulir atau kuisioner tersebut. Jika ada jawaban yang belum
lengkap, jika memungkinkan perlu pengambilan data ulang.
Namun, jika tidak memungkinkan maka jawaban yang tidak
lengkap tidak diolah atau dimasukkan dalam pengolahan “data
missing” (Notoatmodjo, 2010).
2. Coding
Coding merupakan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2010:177). Coding
dilakukan setelah proses editing.
3. Processing
Processing atau memasukkan data ke dalam komputer
menggunakan aplikasi program komputer, yaitu SPSS. SPSS yang
digunakan adalah SPSS versi 19.
4. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode atau
ketidaklengkapan kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi
yang disebut pembersihan data (Notoatmodjo, 2010).
H. Analisis Data
Analisis data suatu penelitian biasanya melalui prosedur bertahap, antara lain:
a. Analisis Univariat
Analisis univarit bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karateristik setiap variabel penelitian. Untuk data numerik digunakan nilai
mean atau rata-rata, median, dan standar deviasi (Notoatmodjo, 2010).
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi. Analisis bivariat dilakukan untuk
menganalisis hubungan antara variabel independet (bebas) dengan variabel
dependent (terikat) dengan menggunakan analisis bivariat pada kedua
variabel skala nominal dan ordinal melalui uji Chi Square.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian dengan analisa univariat dan
analisa bivariat dengan judul Hubungan Pengetahuan Perawatan Kaki Diabetes dengan
Resiko Kaki Diabetes di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur.
A. Analisa Univariat
Dalam analisa univariat ini menjelaskan secara deskriptif mengenai variabel-vaiabel
penelitian yang terdiri dari karakteristik responden dan hasil pengumpulan data
sesuai dengan variabel penelitian. Data ini terdiri dari data demografi umur, jenis
kelamin, pendidikan, lama menyandang DM, dan informasi tentang kaki diabetik.
Serta variabel tentang pengetahuan dan pemeriksaan kaki diabetik.
Data ini akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi 5.1 dan 5.2 seperti
dibawah ini :
Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Data Demografi Umur dengan
n = 66 Responden di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur
Variabel Mean SD Minimal-Maksimal
95% CI
Umur 54,09 7,872 36-69 52,16-56,03
Pada tabel 5.1 didapatkan umur rata-rata responden adalah 54,09 tahun dengan
standar deviasi 7,872 tahun. Umur termuda adalah 36 tahun dan umur tertua adalah
69 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa
rata-rata umur responden adalah diantara 52-16 sampai dengan 56,03 tahun.
Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Data Demografi (Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Lama Menyandang DM, Dan Informasi Tentang Kaki
Diabetik) serta Variabel Pengetahuan dan Pemeriksaan Kaki Diabetik dengan n = 66 Responden di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo
Jakarta Timur
No. Variabel Kategori Frekuensi N=66
Persen %
1 Jenis Kelamin PerempuanLaki-laki
3531
5347
2 Pendidikan Pendidikan Dasar (SD, SMP, SMA)
60 90,9
Pendidikan Tinggi 6 9,13 Lama Menyandang
DMKurang dari 5 tahunLebih dari 5 tahun
4719
71,228,8
4 Informasi tentang Kaki Diabetik
Belum pernahPernah
3927
59,140,9
5 Pengetahuan Kurang BaikBaik
588
87,912,1
6 Hasil Pemeriksaan Kaki Diabetik
Resiko tinggiResiko rendah
2541
37,962,1
a. Jenis Kelamin
Variabel jenis kelamin seperti yang tertera pada tabel 5.2 dapat dilihat,
responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 35 orang (53%) dan
responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 31 orang (47%). Dengan
demikian dapat dilihat responden yang berjenis kelamin terbanyak yang ada
di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur adalah
perempuan sebesar 35 orang (53%).
b. Pendidikan
Pada variabel pendidikan seperti yang ada pada tabel 5.2, responden yang
mengenyami pendidikan dasar (SD, SMP, SMA) sebanyak 60 orang (90,9%)
dan reponden yang mengenyam pendidikan tinggi (PT) sebanyak 6 orang
(9,1%). Pendidikan responden yang terbanyak adalah pendidikan dasar (SD,
SMP, SMA) sebanyak 60 orang (90,9%).
c. Lama Menyandang DM
Responden yang menyandang DM kurang dari 5 tahun sebanyak 47 orang
(71,2%) dan responden yang menyandang DM lebih dari 5 tahun adalah 19
orang (28,8%). Dengan demikian responden yang menyandang DM
terbanyak adalah kurang dari 5 tahun sebanyak 47 orang (71,2%).
d. Informasi tentang Kaki Diabetik
Responden yang belum pernah mendapat informasi tentang kaki diabetik
sebanyak 39 orang (59,1%) dan responden yang pernah mendapat informasi
tentang kaki diabetik adalah 27 orang (40,9%). Jadi responden di poliklinik
Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur sebagian besar belum
pernah mendapat informasi tentang kaki diabetik sebanyak 39 orang (59,1%).
e. Pengetahuan
Responden yang mempunyai pengetahuan kurang baik sebanyak 58 orang
(87,9%) dan reponden yang mempunyai pengetahuan baik adalah 8 orang
(12,1%). Sebagian besar pengetahuan responden yang ada di poliklinik
tersebut adalah kurang baik sebanyak 58 orang (87,9%).
f. Hasil Pemeriksaan Kaki Diabetik
Hasiil pemeriksaan kaki diabetik para responden adalah resiko tinggi dan
resiko rendah. Responden yang berisiko tinggi sebanyak 25 orang (37,9%)
dan responden yang berisiko rendah adalah 41 orang (62,1%). Jadi hasil
pemeriksaan kaki diabetik terbanyak adalah yang berisiko rendah sebanyak
41 orang (62,1%).
B. Analisa Bivariat
Pada analisis ini, peneliti ingin mengetahui hubungan pengetahuan perawatan kaki
diabetes dengan resiko kaki diabetes di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Pasar
Rebo Jakarta Timur yang dapat dilihat pada tabel 5.3. dibawah ini :
Tabel 5.3Hasil Analisa Bivariat Hubungan Pengetahuan Perawatan Kaki Diabetes
dengan Resiko Kaki Diabetes di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur
Pengetahuan Resiko Kaki Diabetes OR(95% CI)
P valueTinggi Rendah Total
n % n % n %Kurang baik 20 34,5 38 65,5 58 100 0,316
0,068-1,4590,242
Baik 5 62,5 3 37,5 8 100Total 25 37,9 41 62,1 66 100
Hasil analisis hubungan pengetahuan perawatan kaki diabetes dengan resiko kaki
diabetes di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur diperoleh
ada sebanyak 20 orang (34,5%)berpengetahuan kurang baik dan berisiko tinggi,
sedangkan ada 38 orang (65,5%) berpengetahuan kurang dan berisiko rendah.
Responden yang berpengetahuan baik dan berisiko tinggi sebanyak 5 orang (62,5%)
dan responden yang berpengetahuan baik dan berisiko rendah sebanyak 3 orang
(37,5%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,242 maka dapat disimpulkan tidak
ada hubungan antara pengetahuan dengan resiko kaki diabetes. Dari hasil nilai Odds
Ratio = 0, 316, yang berarti responden yang berpengetahuan kurang baik mempunyai
peluang 0,3 kali beresiko rendah terkena kaki diabetes.
C.Pembahasan Analisa Univaria
1. Umur
Dari hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden menurut umur
responden, menunjukkan bahwa rata-rata umur responden adalah 54, 09 tahun.
Umur termuda adalah 36 tahun dan umur tertua adalah 69 tahun.Hal ini sesuai
dengan teori DM, umumnya para penyandang DM berusia diatas 30 tahun.
2. Jenis kelamin
Dari hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden menurut jenis kelamin
responden terbanyak adalah perempuan sebanyak 35 orang (53%). Pada dasarnya
penyakit DM ini bisa diderita perempuan ataupun laki-laki. Hasil penelitian ini
hanya untuk mengetahui karakteristik responden penderita DM di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur.
3. Pendidikan
Dari hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden menurut pendidikan
responden yang terbanyak adalah pendidikan dasar (SD, SMP, SMA) sebanyak
60 orang (90,9%).
4. Lama menyandang DM
Dari hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden yang menyandang DM
terbanyak adalah kurang dari 5 tahun sebanyak 47 orang (71,2%).
5. Informasi tentang Kaki Diabetik
Dari hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden tentang informasi Kaki
Diabetik adalah belum pernah mendapat informasi tentang kaki diabetik
sebanyak 39 orang (59,1%).
6. Pengetahuan
Dari hasil penelitian berdasarkan variabel pengetahuan perawatan kaki diabetik
adalah kurang baik sebanyak 58 orang (87,9%).Berdasarkan teori, pengetahuan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya pendidikan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, maka semakin mudah seseorang menerima informasi,
tetapi tidak menutup kemungkinan seseorang yang berpengetahuan kurang baik,
orang tersebut akan mencari informasi dengan berbagai cara.
7. Hasil Pengkajian Kaki Diabetik
Berdasarkan hasil penelitian berdasarkan pengkajian pemeriksaan kaki diabetik
terbanyak adalah yang berisiko rendah sebanyak 41 orang (62,1%)
D. Pembahasan Analisa Bivariat
Hasil analisis hubungan pengetahuan perawatan kaki diabetes dengan resiko kaki
diabetes di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur diperoleh
ada sebanyak 20 orang (34,5%) berpengetahuan kurang baik dan berisiko tinggi,
sedangkan ada 38 orang (65,5%) berpengetahuan kurang dan berisiko rendah.
Responden yang berpengetahuan baik dan berisiko tinggi sebanyak 5 orang (62,5%)
dan responden yang berpengetahuan baik dan berisiko rendah sebanyak 3 orang
(37,5%).
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,242 dengan menggunakan nilai alpha 0,05,
maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan resiko kaki
diabetes. Dari hasil nilai Odds Ratio = 0, 316, yang berarti responden yang
berpengetahuan kurang baik mempunyai peluang 0,3 kali beresiko rendah terkena
kaki diabetes.
Berdasarkan teori tentang pengetahuan, ada faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang seperti pendidikan, mass media atau informasi, sosial budaya
dan ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia.. Dalam hal ini dapat dilihat, orang
yang berpengetahuan baik dalam perawatan kaki diabetes seharusnya mempunyai
risiko yang lebih rendah mengalami kaki diabetik, tetapi dari hasil penelitian
sedangkan 5 orang responden berpengetahuan baik dan berisiko tinggi dan 3 orang
responden berpengetahuan baik dan berisiko rendah. Fakta ini berbanding terbail
dengan teori yang ada.
Seperti yang dijelaskan pada paragraf diatas, seseorang bisa mendapatkan
pengetahuan dengan berbagai cara dan tidak harus melalui pendidikan formal
walaupun sebagian besar responden berpendidikan dasar (SD,SMP, SMA) sebesar
60 orang (90,9%).
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini peneliti akan membahas kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan
serta saran peneliti kepada pihak-pihak yang terkait terhadap penelitian ini.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan 66 responden di Poliklinik Penyakit
Dalam RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur terkait hubungan pengetahuan perawatan
kaki diabetes dengan resiko kaki diabetes diperoleh umur rata-rata responden adalah
54, 09 tahun, jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebesar 35 orang (53%),
pendidikan terbanyak adalah pendidikan dasar (SD, SMP, SMA) adalah 60 orang
(90,9%), responden yang menyandang DM terbanyak adalah kurang dari 5 tahun
sebanyak 47 orang (71,2%), responden belum pernah mendapat informasi tentang
kaki diabetes sebesar 39 orang (59,1%), sebagian besar responden berpengetahuan
kurang baik sebesar 58 orang (87,9%) dan hasil pemeriksaan kaki responden
terbanyak adalah berisiko rendah sebesar 41 orang (62,1%).
Selain itu dalam penelitian ini tidak ada hubungan pengetahuan perawatan kaki
diabetes dengan resiko kaki diabetes di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Pasar
Rebo Jakarta Timur.
B. Saran
1. Bagi Perawat Rumah Sakit
Diharapkan para penyandang DM baik yang akut atau pun kronik diberikan
pendidikan kesehatan bagaimana cara merawat kaki dan kuku sehingga bisa
mengurangi resiko kaki diabetik baik resiko tinggi atau pun rendah.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Membekali peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan tentang perawatan
kaki penyandang DM.
3. Bagi peneliti lain
Bagi rekan sejawat yang akan melakukan penelitian serupa di masa yang akan
datang agar lebih mengembangkan kerangka konsep dan variabel-variabel yang
ada serta diharapkan smengambil sampel lebih besar dengan wilayah yang lebih
luas guna mendapatkan hasil yang lebih baik.
FORMULIR PEMERIKSAAN KAKI DIABETIK
No Rekam Medis :
I. DATA DASAR
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Alamat :
Tinggi Badan : cm, Berat Badan kg,
Lingkar Perut :
Tekanan Darah : mmhg
II. Anamnese
1. Lama diketahui Diabetes : tahun
2. Pengobatan Diabetes : Oral Dosis : Lama :
Insulin Dosis Lama :
3. Merokok ; Ya / Tidak
4. Riwayat Edukasi Kaki DM : Ya / Tidak
5. Riwayat luka kaki : Ya / tidak Bila ya berapa kali
6. Ada kallus / kapalan di kaki : Ya / Tidak
7. Ada Tumit pecah – pecah : Ya / Tidak
8. Riwayat Amputasi : Ya /Tidak Bila Ya Tahun
III. Riwayat Komplikasi / Penyakit Penyerta
A, Mata : Ya / Tidak Berapa lama :
B. Ginjal : Ya / Tidak Berapa lama :
C. Penyakit Jantung : Ya / Tidak Berapa lama :
D. Stroke : Ya / Tidak Berapa lama :
E. Hipertensi : Ya Tidak Berapa lama :
D. Penyakit Vaskuler Arteri
Kesemutan : Ya / Tidak Berapa lama
Kebas / Baal : Ya / Tidak Berapa lama
IV. Pemeriksaan Fisik
A. Tipe Kaki Diabetik : Non Ulku/ Ulkus / Ganggren/ Selulitis
B. Luas Luka : cm x cm
C. Dalamnya luka :Dermis / Sub dermis / Fasia / Otot /
D. Daerah luka
Kanan Dorsal plantar, plantar Dorsal kiri
Kaki kanan
Kaki kiri
Ya Tidak Ya
tidak
E. Kulit Kaki
- Kulit kering
- Tumit Pecah – pecah
- Bulu kaki rontok
- Kallus/kapalan
- Hiperpigmentasi
- Edema
F. Kuku Kaki
- Menebal
- Infeksi
- Perubahan warna
- Ingrowing Nail
- Rapuh
- Atrofi
G. Deformitas Telapak kaki
- Hallus vagus
- Chercoot food
- Pes Calvus
E. Defomitas jari kaki
- Hammer toe
- claw toe
- Hiperekstensi
V. Pemeriksaa vaskuler
Pemeriksaan
Kaki kanan Kaki kanan
Ya Tidak Norma
l
lemah negatif Ya Tidak Norma
l
Lemaah Negatif
Ankle
Brachile
Index (ABI)
Monofilame
n
10 g
Garputalla
128 Hz
VI Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Hb…………, Ht………..Leko………, trombo……….
GDS………GDN…………PP………HbA1c…….
Albumin………Giobulin…………SGOT……….SGPT……..
Kolesterol Total……….HDL…….LDL………Trigliserida…….
Ureum……….Creatinin……..
Urine Lengkap :
Rontgent Kaki
Tanggal :
Kesimpulan :
EKG :
Kesimpulan :
LEMBAR KUESIONER
Petunjuk pengisian secara Umum :
A. Bacalah petunjuk cara pengisian sebelum anda memberikan jawaban
B. Bacalah dengan teliti pada setiap pertanyaan
C. Isilah jawaban pada pertanyaan dibawah ini dengan jujur dan
lengkap sesuai dengan keadaan yang sebenarnya saat ini
D. Tanyakan pada peneliti pada pertanyaan yang kurang jelas.
Petunjuk pengisian secara khusus :
Isilah titik-titik dibawah ini dan berilah tanda check list (√) pada kolom
yang menurut anda paling tepat.
No. Responden /Inisial : ……………………………
I. DATA DEMOGRAFIIdentitas
1. Tanggal lahir ( tgl/bln/thn)/Umur : ………………….., (……… th)
2. Jenis kelamin Perempuan : Laki-laki 3. Pendidikan terakhir Tidak Tamat SD/ Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat Akademi/Sarjana
4. Sudah berapa lama anda mengalami Diabetes Melitus : ………bl/th
5. Apakah anda pernah mendapatkan informasi tentang kaki diabetik
Pernah Belum pernah
Jika pernah, dari mana informasi tersebut didapat petugas kesehatan Media (majalah, TV, Koran, Poster)
keluarga/teman
LEMBAR KUESIONER II
II. PENGETAHUANPetunjuk pengisian secara Khusus :Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda check list (√) pada kotak Benar atau Salah sesuai piihan jawaban anda!
No PERTAYAANJawaban
Benar Salah
1 Akibat gula darah yang selalu tinggi penyandang Diabetes beresiko mengalami gangguan peredaran darah ke arah kaki
2 Akibat gula darah yang selalu tinggi penyandang Diabetes beresiko mengalami baal pada kaki
3 Akibat gula darah yang selalu tinggi penyandang Diabetes beresiko mengalami kekeringan pada kulit kaki
4 Akibat gula darah yang selalu tinggi penyandang Diabetes beresiko mengalami luka pada kaki yang lama sembuhnya
5 Penyandang diabetes yang memiliki kebiasaan merokok memiliki resiko lebih besar terjadinya gangguan pada kaki
6 Penebalan kulit di kaki (kapalan) akan beresiko terjadi luka
7 Penyandang Diabetes harus memeriksa kakinya setiap hari
8 Setelah mencuci kaki penyandang Diabetes harus mengeringkan hingga ke sela- sela jari
9 Penyandang Diabetes yang merasakan baal pada kaki boleh berjalan diatas batu batu tanpa alas kaki
10Jika akan menggunakan air hangat untuk merendam kaki suhu air harus diperiksa oleh orang lain yang tidak menyandang diabetes
11 Jika penyandang Diabetes merasakan dingin pada kaki, boleh direndam/kompres air panas
12 Kulit kaki yang kering dan pecah- pecah pada penyandang Diabetes tidak boleh diberikan pelembab/krim
13 Penyandang diabetes sebaiknya memotong kuku setelah mandi
14 Memotong kuku pada penyandang diabetes harus sampai pendek (tidak perlu disisakan)
15 Jika penyandang diabetes membeli sepatu, sebaiknya pada pagi hari
16 Sebelum memakai sepatu atau sandal penyandang diabetes harus memeriksa alas/dasar sepatu
17 Penyandang diabetes sebaiknya menggunakan sepatu yang longgar
18Jika didapatkan ada pecah pecah pada kaki atau penebalan kulit (kapalan), penyandang diabetes harus berkonsultasi dengan dokter
19 Senam kaki pada penyandang diabetes berfungsi untuk meningkatkan peredaran darah kekaki
20 Jika ditemukan luka pada kaki segera dicuci dengan air bersih mengalir dan beri antiseptik seperti betadine
50
50