agustus 2008 5 edisi # spesial mahasiswa anyar fileedisi ini kita mencoba menggelorakan semangat dan...
TRANSCRIPT
“Mahasiswa merupakan iron stock yang
kemudian nantinya akan mengisi pos-
pos penting di negeri ini, civil
society atau birokrasi”
Sejarah Budaya Sosial Kampus
GRATIS..!!!
Agustus 2008 Edisi # 5
Spesial mahasiswa anyar !!!
Cover: www.computerart.com
DAFTAR ISI :
Hal 2 Mahasiswa ?
Hal 4 Sekilas Kampus Biru
Hal 6 Problematika Mahasiswa Rantau
Hal 9 Menyiasati Persiapan Ujian
Hal 11 Kalender Sejarah
Quotation
KLIK GAMBAR DISAMPING UNTUK KEMBALI KE SINI.
TERSEDIA DI SEMUA BAGIAN BAWAH HALAMAN
KLIK DAFTAR ISI UNTUK MENUJU KE HALAMAN
YANG DIINGINKAN
4 TAHUN
OASE UPDATED BY:
BIMO ADRIAWAN a..k.a gommu
Bulletin Mahasiswa Sejarah 1
PENGANTAR REDAKSI OASE
Huih...Tanpa disangka ternyata Oase mampu
memperpanjang napasnya hingga edisi ke-5, sungguh bukan
perjuangan yang ringan ditengah krisis finansial yang selalu
mendera, sudah umum lah bagi mahasiswa... Hanya
semangat berekspresi yang mendorong kita untuk terus
menulis (heh? Sok idealis banget sih...! Hehehe). Yang pasti
kita hanya berusaha melatih nulis melalui rangkaian teks
yang tidak beraturan ini. Tak lupa rasa syukur kita
panjatkan atas energi lebih yang selalu Allah SWT berikan
untuk merampungkan semua ini.
Edisi ini kita mencoba menggelorakan semangat dan
memberi sketsa mengenai kampus kepada keluarga baru
kita: mahasiswa anyar 2008. Terdengar basi memang, tapi
lebih basi lagi mendengar teriakan para panitia ospek atau
mendengar ocehan para pentinggi universitas yang dengan
tenangnya kembali menaikan biaya pendidikan (ingat bung!
SPP kita naik 20%, MaBa „08 bayar 2jt). Pa Ganjar kumaha
ieu teh..?? Tos siap kitu mayunan mahasiswa nu ambek...??
Cukup basa-basinya, silahkan menikmati hidangan seadanya
ini...
ISI :
Hal 2 Mahasiswa ?
Hal 4 Sekilas Kampus Biru
Hal 6 Problematika Mahasiswa Rantau
Hal 9 Menyiasati Persiapan Ujian
Hal 11 Kalender Sejarah
Quotation
Bulletin Mahasiswa Sejarah
Pemimpin Redaksi: H.G.Corleone
Redaktur : Bulky Rangga Permana
Wakil Redaktur : Hary G. Budiman
Sidang Redaksi : Teguh V. Andrew,
Yandri, Refki, Rendi, H.G Corleone
Desain Visual : Ashari, Iman Santoso,
Arisa Prabowo, Yayang Heryana, Rizki
Adi, Agung, Wildan, Prasetyanto, Idham,
Komeng
Dokumentasi: Yeni, Dheti, Uni, Hani,
Krisna, Deni, Pramesta, Ferri, Wilman,
Fotografer: Reza Pahlevi, Sari, Hafidz,
Ardi, Rina, Nopida, AM
Pemasaran: Aji Moerdani, Didi, Alang,
Seno, Syamsir, Erik, Nizar, Dona, Reza
Kupret, Dea, Desi, Devita, Hilda, Wina
Penulis: Maul, Fadli, Ade, Yandri, Haq
Alamat Redaksi: Tidak menentu,
seperti tidak menentunya korban Lumpur
Lapindo.
E-mail: [email protected]
MENYEDIAKAN RUANG IKLAN
bag i y ang betm inat hubung i :
081322621927
Bulletin Mahasiswa Sejarah 2
Setiap saat mungkin pernah
terbayang dalam fikiran kita tentang mimpi
kita di masa yang akan datang. Namun sialnya,
kita tidak pernah bisa untuk sekedar sedikit
mencoba merealisasikan mimpi-mimpi kita itu.
Termasuk ketika kita saat ini akan memulai
sebuah perjalanan yang cukup panjang di
tempat yang mungkin terbilang baru untuk
rekan-rekan. Setelah sekitar 3 tahun
berkelut di “masa-masa yang paling
indah”, kini saatnya rekan-rekan
melangkahkan kaki pada sebuah
jalan yang akan menentukan masa
hidup rekan-rekan sekalian.
Saat rekan-rekan untuk
memutuskan melanjutkan hidup di Fakultas
Sastra Unpad, apapun jurusannya, maka itu
merupakan sebuah pilihan hidup yang telah
ditentukan. Secara syariat oleh rekan-rekan
sendiri, namun pada hakikatnya adalah karunia
sekaligus amanah yang telah diberikan Allah
kepada rekan-rekan. Maka dari itu, cobalah
untuk merenungi kembali setiap jengkal dari
langkah rekan-rekan. Karena walau
bagaimanapun setiap pilihan pasti memiliki
resiko yang harus ditanggung oleh pemilihnya.
Itu merupakan sebuah bagian dari hukum alam
yang pasti akan dilalui oleh
Kini saatnya rekan-rekan berusaha untuk
beranjak lebih dewasa. Menjadi mahasiswa pasti
berbeda dengan menjadi (sekedar) siswa. Di SMA,
mungkin rekan-rekan hanya diplot menjadi
seorang pelajar sejati, yang harus mendengarkan
setiap penjelasan guru di kelas, mengikuti aturan-
aturan di sekolah sebagai bagian dari pendidikan
serta mengisi setiap jawaban dengan benar di
waktu ujian. Hal seperti itu mungkin
masih terdapat di masa-masa kuliah.
Namun yang ingin saya tekankan di sini
adalah bagaimana rekan-rekan bisa
berbeda, tampil lebih beda dan lebih
baik dibandingkan ketika rekan-rekan
di SMA dahulu. Bukan kemudian sikap
dan sifat kekanak-kanakan yang (jika ada) dahulu
telah merekat itu kemudian malah semakin
mewarnai kehidupan rekan-rekan di masa-masa
kuliah.
Ada tiga setidaknya peran mahasiswa yang
akan memberikan identitas dan sekaligus
konsekwensi yang harus ditanggung dari
identitasnya sebagai seorang mahasiswa. Pertama,
menjadi mahasiswa berarti menjadi calon generasi
penerus bangsa.
Fungsi pendidikan sebagai pelsjar sejati
haruslah tetap ada, karena mahaiswa
Mahasiswa ??
Kampus
Bulletin Mahasiswa Sejarah 3
harus menjadi motor-motor intelektual bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara. Mahasiswa
merupakan iron stock yang kemudian nantinya
akan mengisi pos-pos penting di negeri ini, civil
society atau birokrasi, baik itu sebagai eksekutor
ataupun legislator.
Kedua, mahasiswa harus memiliki fungsi
politis. Mengapa? Karena tanpa mahasiswa, negeri
ini akan berjalan layaknya sebuah rezim yang
berdiri mengangkasa. Mahasiswa harus
menjadi oposisi bagi tirani dan menjadi
director of change bagi perubahan
bangsa ini ke arah yang lebih baik. Jika
mahasiswa tidak bisa menjadi direktur
perubahan, maka pasti negara ini akan
mudah dikendalikan oleh berbagai
pihak yang memiliki kepentingan terhadap tanah
air kita tercinta ini. Jangan biarkan
kepentingan pribadinya yang akhirnya akan
menyengsarakan masyarakat.
Sedangkan untuk fungsi mahasiswa yang ketiga
adalah ia harus bisa menjadi social control di
masyarakat secara langsung. Perbaikan secara
kultural perlu digalakkan. Kita lihat begitu banyak
mahasiswa yang tinggal di Jatinnagor justru tidak
pernah sedikitpun menguntungkan masyarakat
Jatinangor, khususnya bagi masyarakat yang
berada di klasifikasi menengah ke bawah.
Apakah kita masih tetap terdiam? Masih tetap
untuk bungkam? Bangkitlah wahai pemudaku.
Saatnya kini kita berkontribusi secara nyata dan
menjadi pelopor berbagai perbaikan di
masyarakat secara kultural. Jangan sampai justru
kehadiran kita sebagai mahasiswa di sini malah
menajdi beban bagi masyarakat dan menjadi biang
bagi rusaknya tatanan kemasyarakatan, baik itu
dari segi moral, intelektual, ataupun sisi
kehidupan yang lainnya.
Jika kita merasa lebih intelek, ajarkanlah
m e r e k a d e n g a n k e m a m p u a n
intelektualitas kita. Jika kita merasa lebih
cerdas, maka cerdaskanlah mereka yang
masih menutup mata terhadap kondisi
bangsa. Jika kita merasa lebih hebat, maka
harusnya kita berdiri di sini sambil memberikan
manfaat, bukan kemudian kehadiran justru
m e n am b a h k e s u s a h an m a s y a r a k a t .
Juli 2007, Hudzaiyfah
Kampus
Sekilas Kampus Biru
Bulletin Mahasiswa Sejarah 4
Kampus biru. Itulah yang tergambar
dari Fakultas Sastra. Warna biru yang
melambangkan cita-cita dan idealisme,
warna yang membawa jiwa ke tempat yang
jauh dan lambang tanpa batas yang memberi
rasa senang dan damai. Warna biru
merupakan icon tersendiri bagi Fakultas
Sastra dan tentunya bukan hanya lambang
semata, tetapi bisa diresapi dan dimaknai
oleh para mahasiswa yang bergelut di
dalamnya. Mungkin hal itu pula yang
menjadi harapan generasi tua sebelum kita
saat mereka bersusah payah mendirikan
Universitas Padjadjaran beserta Fakultas
Sastra di dalamnya. Adalah Prof. Mr. R.H.
Iwa Koesoemasoemantri, salah satu tokoh
penting yang berandil besar dalan berdirinya
Universitas Padjadjaran, menjadi rektor
pertama sekaligus merangkap Dekan di
beberapa fakultas, termasuk di Fakultas
Sastra sebagai dekan yang pertama.
Fakultas Sastra sendiri memang
memiliki sejarah yang cukup panjang,
didirikan berdasarkan Keputusan Menteri
PP&K no. 6697/UU tanggal 12 Agustus 1960.
Fakultas Sastra pada waktu di buka memiliki
5 jurusan yakni Sastra Indonesia, Sunda,
Inggris, Perancis, dan Sejarah, lambat laun
diperluas dengan Jurusan Sastra Jepang,
Rusia dan Jurusan Antropologi, disusul pula
dengan pembukaan Sastra Cina, Jerman dan
Arab. Kesulitan dalam penyelenggaraan
Sastra Cina, menyebabkan jurusan tersebut
ditutup pada tahun 1965/1966. Pada tahun
1984/1985 jurusan Antropologi secara resmi
pindah ke fakultas Ilmu Sosial dan Politik.
Hingga kini di Fakultas Sastra terdapat
sembilan jurusan. Sejak berdirinya sampai
dengan akhir tahun akademik 2004/2005
Fakultas Sastra telah menghasilkan lulusan
sebanyak 13.258 alumni
Kini Fakultas Sastra dikepalai oleh Dr.
Dadang Suganda, drs.,M.Hum. selaku Dekan
dan dibantu oleh tiga orang Pembantu
Dekan, antara lain: Drs. Reiza D. Dienaputra,
M. Hum; Drs. Maman Sutirman, M.Hum dan
Drs. Budi Rukhyana, M.A. Visi Fakultas
Sastra antara lain: menjadi lembaga
Kampus
Bulletin Mahasiswa Sejarah 5
pendidikan yang diakui secara
internasional dan mempunyai komitmen
terhadap kebenaran dan keunggulan dalam
penguasaan, pengembangan, dan penerapan
ilmu pengetahuan, bahasa dan sastra, dan
kesenian. Sementara Misi Fakultas Sastra
adalah melaksanakan manajemen
pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat sesuai dengan visi
fakultas serta menghasilkan lulusan yang
beriman, cerdas,mandiri, dan berbudaya.
Tentunya untuk mewujudkan hal tersebut
bukanlah perkara mudah, perlu ditunjang
oleh kondisi yang kondusif, kegiatan
akademik yang berjalan baik ditunjang rasa
tanggung jawab baik dari tenaga pengajar
maupun mahasiswanya, tidak lupa pula
berbagai fasilitas yang mendukung.
Mengenai sarana dan prasarana hingga kini
Fakultas Sastra memiliki 3 gedung utama
penunjang kegiatan perkuliahan, gedung
Dekan, Perpustakaan, Blue Stage untuk
menunjang berbagai kegiatan kesenian,
Pusat Studi Bahasa Jepang (PSBJ) yang
digunakan untuk berbagai kegiatan, gedung
tempat sekretariat berbagai lembaga
kemahasiswaan sekaligus Students Centre,
dan lain-lain.
Menjadi hal yang mutlak bahwa
lingkungan kampus Sastra adalah
lingkungan yang heterogen, kaya akan
beragam manusia dengan latar belakang,
budaya, bahasa, bahkan status sosial yang
berbeda pula. Proses sosialisasi dan adaptasi
menjadi suatu keharusan bagi setiap
mahasiswa untuk menunjang berbagai
aktivitasnya di lingkungan Fakultas Sastra.
Butuh proses dan waktu untuk bisa
beradaptasi khususnya bagi para mahasiswa
baru, maka dari itu, setiap tahunnya
diadakan Pengenalan Fakultas Sastra (PFS)
sebagai langkah awal untuk bisa beradaptasi
dan mengenalkan lingkungan Sastra pada
para mahasiswa baru.
(H.G. Corleone)
Gambar: PSBJ, Fakultas Sastra
Bulletin Mahasiswa Sejarah 6
Problematika Mahasiswa Rantau
“Mahasiswa rantau!! makan tak teratur...
Senin makan, selasa puasa
Rabu ngutang, ee... kamis di bayar
Jumat lapar lagi, sabtu makan lagi, minggu ngutang lagi
Senen balik lagi” (PHB– Mahasiswa Rantau)
Mungkin itulah sebagian kutipan dari
salah satu lagu yang menceritakan realitas
kehidupan mahasiswa. Lirik di atas
menggambarkan bagaimana kehidupan mahasiswa
rantau, kadang makan (kalau baru dapat kiriman)
kadang nggak makan, bahkan sering “gali lobang
tutup lobang” demi menyambung kelangsungan
hidup di dunia rantau demi mendapatkan ilmu
dan pengetahuan sebagai bekal dalam kehidupan
masa depan.
Tidak hanya masalah kelangsungan hidup,
dalam artian soal makan, tetapi problem lain
dalam dunia mahasiswa rantau, khususnya di
Universitas Padjadjaran, masih banyak lagi.
Seperti hubungan dengan lingkungan sosial
masyarakat atau hubungan antar mahasiswa
pendatang dengan mahasiswa asli dari daerah
Jawa Barat.
Permasalahan lain yang datang
menghampiri calon sarjana khususnya mahasiswa
yang berasal dari luar daerah Jawa Barat adalah
perbedaan kebudayaan. Bahasa, tradisi, perilaku
sosial, tata krama, dan berbagai norma yang
berbeda menjadi sebagai penghambat proses
adaptasi sang mahasiswa dengan lingkungan
sosialnya dalam menjalani perannya sebagai
mahasiswa di bumi rantau yang jauh dari daerah
asal, keluarga, sanak famili, para sahabat, dan lain
sebagainya. Perbedaan kebudayaan seringkali
terjadinya keterbatasan dalam kehidupan
mahasiswa, sehingga bisa dilihat dalam realita
kehidupan mahasiswa, adanya pengucilan dalam
pergaulan terhadap mahasiswa-mahasiswa yang
berasal dari daerah. Mungkin banyak yang
mengalami hal ini. Sebagai contoh kasus dari
perbedaan kebudayaan yang mengakibatkan
terjadinya pengucilan terhadap calon-calon
sarjana yang berasal dari daerah di luar Jawa
Barat adalah adanya pemikiran yang berkembang
di lingkungan pergaulan mahasiswa bahwa suku
Bulletin Mahasiswa Sejarah 7
bangsa yang berasal dari salah satu daerah
Indonesia adalah suku bangsa yang ahli dalam satu
keahlian tertentu sehingga dalam lingkungan
mahasiswa juga berkembang wacana yang
demikian sehingga dalam pergaulan mahasiswa
yang berasal dari daerah tersebut diidentikkan
dengan keahlian tersebut, padahal kalau kita
berbicara soal keahlian dan pekerjaan, setiap
individu memiliki suatu keahlian yang hanya di
miliki oleh masing-masing personal, dan persepsi
tentang satu suku bangsa yang memiliki keahlian
tersebut seharusnya tidak berkembang dalam
keadaan masyarakat yang majemuk.
Lingkungan sosial yang seperti salah satu
realita kehidupan mahasiswa diataslah yang
menjadi sebuah problematika hidup mahasiswa di
tanah rantau. Permasalahan demikian sebenarnya
bukan merupakan hal yang sangat serius. Tetapi
hal ini bisa menjadi sangat serius apabila tidak ada
toleransi dan saling pengertian sehingga menjadi
sebuah gejala yang merusak hubungan dinamis
antar mahasiswa.
Problem dalam hal kelangsungan hidup,
dalam arti kebutuhan konsumsi, lingkungan sosial
mahasiswa dan lingkungan masyarakat yang
menjadi penghambat realita dalam kehidupan
mahasiswa dalam kehidupan rantau. Permasalahan
ini di tambah lagi dengan tuntutan dalam
menyelesaikan program studi yang di dalami oleh
mahasiswa tersebut dan adanya tuntutan dalam
mengaplikasikan ilmu yang diperdalam di bangku
kuliah oleh sang mahasiswa membuat masalah
personal bagi diri seorang mahasiswa menjadi
masalah yang kompleks.
Seperti lirik lagu diatas, kehidupan
mahasiswa itu naik turun, bergelombang, penuh
dengan riak-riak, tidak hanya dalam lingkungan
sosialnya, dalam hal keuangan mahasiswa juga
mengalami naik turun pasang surut keuangannya
dan hal ini termasuk problem besar para calon
sarjana di dunia rantau. Terkadang mereka
menjadi buronan para penagih hutang dan
terkadang mereka menjadi raja terhadap orang
lain, begitulah dinamika kehidupan mahasiswa
rantau dalam kehidupannya sebagai para calon
sarjana.
Sebagai bahan pembelajaran dalam
lingkungan sosial, calon-calon sarjana yang berasal
dari daerah yang mengalami sebuah dilema dalam
lingkungan sosialnya mungkin harus memiliki
kesabaran tingat tinggi dan bisa mengerti
bagaimana keadaan lingkungannya. Selain itu, para
calon sarjana ini juga harus bisa menempatkan diri
di lingkungannya, baik itu lingkungan kampus
ataupun lingkungan tempat tinggalnya. Apalah
jadinya kalau sang mahasiswa tidak bisa
menyesuaikan dan menempatkan diri dalam
kampus
Bulletin Mahasiswa Sejarah 8
lingkungannya? Mungkin yang terjadi adalah
sebuah kehidupan yang terkucil dari kehidupan
sosial yang memiliki efek terhadap
terhambatnya proses menimba ilmu di
Universitas yang di jalani oleh mahasiswa-
mahasiswa yang berasal dari daerah lain di luar
Jawa Barat. Sebagai solusi dalam menghadapi
permasalahan ini adalah dengan kembali kepada
diri sendiri bagaimana kiat dan upaya dalam
mengatasi permasalahan ini dan satu hal
yang harus kita lakukan adalah selalu berpikir
positif, ambil semua kejadian dan peristiwa yang
kita alami sebagai sebuah pengalaman hidup dan
jadikan sebagai proses belajar untuk menghadapi
kemungkinan-kemungkinan terjadinya kembali
permasalahan yang sama dan yang tidak boleh
dilupakan adalah sikap mengendalikan diri yang
kuat khususnya dalam menghadapi permasalahan
hidup ini.
(Yandri ‘05)
kampus
Menyiasati Persiapan Ujian yang Minim
Kali ini redaksi Oase mencoba memberi solusi atau tips lebih tepatnya bagi temen-temen yang bermasalah dalam
manajemen waktu, khususnya menjelang detik-detik UTS dan UAS. Bukan hal yang aneh jika sebagian besar dari
kita, mengisi “minggu tenang” --yang notabene disiapkan buat menghadapi ujian—dengan hal-hal di luar kuliah.
Entahlah apakah waktu itu dipakai untuk maen, pacaran, kerja, kemping, ah.. apapun itu. Yang jelas kita mencoba
ngasih tips bagi mereka-mereka yang ga sempet belajar (hah belajar?! Kayak yang betul aja..) menjelang detik-detik
ujian.
Jangan melakukan kegiatan belajar yang serius pada saat-saat terakhir ini, usahakan sebelum hari
ujian sudah ada materi yang nyangkut di otak, jika ada materi penting yang belum sempet dipelajari lebih baik
abaikan atau sekedear baca sekilas, karena akan sulit memperoleh hasil yang berarti di saat-saat yang mepet.
Jangan membuat diri terlalu lelah karena belajar sekarang, akibat belajar terlalu banyak, efeknya kita
memang akan tahu lebih banyak, tapi tidak mampu melakukan yang terbaik untuk soal-soal ujian karena terlalu
lelah untuk menjawab dengan baik. Misalnya rangkaian kalimat yang amburadul atau tulisan yang tidak sesuai
EYD sehingga inti jawaban tidak terdeskripsikan dengan baik. Hematlah energi untuk menghadapi ujian itu
sendiri.
Jangan mencoba mempelajari sesuatu yang baru, konsentralilah pada materi yang telah dipelajari
sebelumnya (biar sedikit tapi fokus). Berusaha mempelajari hal baru, apalagi bila materinya cukup sulit, hanya
akan menimbulkan tekanan psikologis alias daya juang yang menurun karena perasaan yang serba tidak
menentu.
Jangan menghabiskan waktu untuk mempelajari materi yang sulit sekarang. Ini juga bisa
menimbulkan tekanan mental. Jika memang melupakan sesuatu yang penting lebih baik ambil point-point yang
masih mungkin untuk bisa dipahami, tapi jika memang terlalu sulit untuk dipahami lebih baik lagi abaikan sama
sekali karena bila terlalu fokus pada hal-hal yang sulit ada kecenderungan materi yang sebelumnya telah kita
kuasai menjadi sedikit buyar atau malah terlupakan. Jika ini sudah terjadi, siap-sial lah menghadapi kemungkinan
terburuk.
Bulletin Mahasiswa Sejarah
9
Lakukan sedikit perbaikan secara perlahan. Pelajari kembali hal-hal yang telah dikuasai dengan baik.
Cobalah mengingat atau memetakan meteri yang telah kita pelajari. Maksudnya biar materi yang dipelajari bisa
lancar melewati otak kita.
Jangan membuka kembali buku teks (buku sumber) yang mencantumkan seluruh materi
kuliah. Membuka kembali buku sumber yang padat akan meteri hanya akan membuat kita semakin bingung,
lebih baik baca buku catatan yang memang isinya singkat, jelas dan padat atau baca bagaian rangkumannya.
Belajar pada menit-menit terakhir adalah saatnya untuk berkonsentrasi pada ikhtisar yang telah dibuat dalam
kuliah selama ini.
Luangkan beberapa menit untuk membuat daftar topik-topik yang menurut kamu sudah
dikuasai dengan sangat baik. Hal ini dimaksudkan untuk memunculkan rasa kepercayaan diri sekaligus
mempermudah dalam menentukan pilihan-pilihan yang lebih baik ketika membaca pertanyaan-pertanyaan
ujian. Disamping itu cara ini berguna untuk mengingatkan diri kita tentang hal-hal yang telah dikuasai.
Jangan menghabiskan waktu terlalu lama untuk membahas satu hal saja. Jangan biarkan pikiran
dipenuhi oleh satu hal saja. Alangkah baiknya jika mempelajari sedikit tentang satu hal, sedikit tentang hal yang
lain, demikian seterusnya. Dengan cara seperti ini, diharapkan beberapa poin yang terkait dengan materi bisa
diingat (minimal terlintas dalam otak). Selanjutnya saat menjawab pertanyaan kita tinggal berimprovisasi dari
poin yang kita ingat tadi. Ya..intinya kalau udah terdesak, pinter-pinter aja mengarang bebas.
Mudah-mudahan tips ini bisa memberi manfaat dan menjadi penerang ditengah kegalauan dan kebingungan
saat menghadapi ujian. Tips ini mungkin bukan jalan yang terbaik, tapi setidaknya bisa memberi sedikit jalan
kemudahan khususnya bagi mereka yang terdesak oleh waktu yang terlampau mepet.
(H.G. Corleone)
Bulletin Mahasiswa Sejarah 10
Bulletin Mahasiswa Sejarah 11
Peristiwa Bersejarah di Bulan
Agustus —- September
8 Agustus 1967 : Berdirinya ASEAN, di Bangkok
11 Agustus 1976 : Akhir Konfrontasi Indonesia-Malaysia
14 Agustus 1949 : Pemberontakan DI/TII
15 Agustus 1945 : Jepang menyerah pada Sekutu
17 Agustus 1945 : Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
18 September 1948 : Pemberontakan PKI di Madiun
19 September 1945 : Peristiwa Hotel Yamato di Surabaya
21 September 1979 : Pesta Olahraga “Sea Games” di buka di Jakarta
27 September 1950 : Indonesia masuk PBB
30 September 1965 : Peristiwa G 30 S
Quotations
Aku ingin agar mahasiswa-mahasiswa ini, menyadari
bahwa mereka adalah the happy selected few yang dapat kuliah dan karena itu mereka harus menyadari dan melibatkan diri dalam perjuangan bangsanya ...
Dan kepada rakyat aku ingin tunjukkan, bahwa mereka dapat mengharapkan perbaikan-perbaikan
dari keadaan dengan menyatukan diri di bawah
pimpinan patriot-patriot universitas
Soe Hok Gie (1942 – 1962)
The idea that it is necessary to go to a university in order to become a successful writer, or even a man or woman of letters (which is by no means the same thing), is one of those phantasies that surround au-
thorship
Vera Brittain (1893 - 1970)