agribisnis tanaman pangan

Upload: sarahfahmiyah

Post on 06-Jan-2016

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mmgggkkk

TRANSCRIPT

TUGAS INDIVIDUAGRIBISNIN TANAMAN PANGAN

PROGRAM PEMPROV UNTUK MENGHASILKAN LUMBUNG PADI DAN JAGUNG DI SULAWESI SELATAN

OLEH :SARAH FAHMIYAHG31113002

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGANJURUSAN TEKNOLOGI PERTANIANFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2014Soal :Program pemrov untuk menghasilkan lumbung padi dan jagung di Sulawesi Selatan ?Jawab :Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah lumbung pangan di Indonesia, khususnya beras. Untuk lebih meningkatkan peran tersebut, Pemerintah Sulawesi Selatan. Juga telah mencanangkan program surplus beras dua juta ton pada Tahun 2009. Selain target produksi, Pemda Sulawesi Selatan juga juga mencanangkan swasembada benih khususnya tanaman pangan (padi) pada tahun 2010. Untuk itu pemerintah Sulsel telah berusaha keras mengoptimalkan produksi padi dan jagung untuk mencapai target sasaran tersebut, baik melalui intesifikasi maupun ekstensifikasi. Luas lahan yang berpotensi untuk pengembangan pertanian di Sulawesi Selatan mencapai 4,2 juta ha atau 68% dari total luas wilayah, di antaranya untuk pengembangan lahan sawah mencapai 587.328 ha, sedangkan untuk lahan kering mencapai 835.585 ha (Dinas Pertanian Sulsel, 2007). Sementara itu, produktivitas tanaman padi baru mencapai rata-rata 4,6 tjha, jagung 3,4 t/ha, dan kedelai 1,1 tjha (Disnas Pertanian Sulsel, 2007).meskipun terdapat trend peningkatan produksi setiap tahunnya, akan tetapi trend tersebut masih sangat kecil sehingga belum mendekati angka potensi produktivitas tanaman. Salah satu faktor penyebab rendahnya produktivitas tanaman adalah masih terbatasnya penggunaan benih bermutu di tingkat petani, meskipun ada kecenderungan terjadi peningkatan penggunaan benih bermutu setiap tahun. Hal ini antara lain disebabkan masih mahalnya harga benih bermutu, terbatasnya stok benih pada saat dibutuhkan petani, keengganan petani menjadi penangkar benih (terutama padi) karena biaya produksinya lebih tinggi sementara harga jualnya hampir sama dengan harga gabah untuk konsumsi. Berbagai kebijakan pemerintah telah ditempuh untuk memacu penggunaan benih bermutu di tingkat petani, misalnya melalui bantuan langsung benih bermutu, adanya kegiatan perbenihan perbanyakan benih sumber di BPTP. Tujuan kegiatan-kegiatan tersebut sangat baik, akan tetapi dalam implementasinya masih terdapat kendala non teknis yang perlu diatasi karena belum terbentuknya sistem perbenihan yang baik dan efisien dan saling menguntungkan diantara pihak-pihak yang secara langsung atau pun tidak langsung terlibat dalam sistem perbenihan. Petani lebih senang menggunakan benih yang mereka produksisendiri atau dari sesama petani karena tingkat kepercayaannya lebih tinggi. Sementarabenih yang dihasilkan dari pengusaha benih seringkali tidak sesuai dengan labelnya,misalnya tingkat kemurnian dan daya tumbuhnya. Benih yang secara morfologis kelihatan bersih dan mempunyai bentuk yang baik, belum menjamin benih tersebut telah bermutu atau sehat.Di Sulawesi Selatan, penggunaan benih bermutu mengalami peningkatan. Berdasarkan data BPSBTPH IV penggunaan benih bersertifikat atau bermutu di Sulawesi Selatan baru mencapai 20% tahun 2000 dan meningkat hingga 55% tahun 2007. Hal ini terutama disebabkan oleh kebijakan pemerintah dengan bantuan benih gratis, baik untuk pengembangan padi maupun jagung (Distan Sulsel, 2008).Akan tetapi jika tidak ditunjang oleh suatu sistem perbenihan yang baik, program ini dikuatirkan tidak akan berkelanjutan. Untuk mendukung pengembangan benih bermutu di Sulawesi Selatan, diperlukan berbagai upaya baik yang bersifat teknis maupun kelembagaan agar terbentuk suatu system penyediaan benih yang mantap dan berkelanjutan. Hal ini hanya dapat terwujud jika semua pihak yang terlibat dalam sistem tersebut memperoleh keuntungan. Sehingga petani mempunyai akses yang lebih luas dalam memperoleh benih bermutu untuk kepentingan usahataninya dengan harga terjangkau, tepat waktu, dan dalam jumlah yang cukup.Ketersediaan varietas unggul baru berdaya hasil tinggi di Badan Litbang Pertanian sangat banyak, namun demikian sosialisasi dan promosi ke pengguna masih sangat terbatas sehingga varietas tersebut kurang dikenal. Demikian pula halnya dengan keberadaan Balai Benih Induk (BBI) selaku penyedia benih sumber di tingkat provinsi, masih terbatas. BPTP Sulawesi Selatan telah merintis kerjasama dengan BBI selaku unit perbanyakan benih sumber (UPBS) di daerah dan didukung oleh BPSBTPH IV (Sahardi, 2009).Pengkajian ini akan mencoba melihat sistem penyediaan benih bermutu (padi, jagung, dan kedelai) yang eksis saat ini dan mencoba membuat rancangan bagaimana membangun sistem penyediaan benih unggul bermutu (padi, jagung, dan kedelai) yang lebih murah dan berkelanjutan.