agr bab vi pembangunan berwawasan lingkungan

Upload: abdul-hafid-ismail

Post on 11-Jul-2015

115 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN BERWAWASAN LINGKUNGANAgenda 21 adalah program aksi untuk mempersiapkan dunia dalam menghadapi tantangan abad 21 agar kualitas hidup manusia terus meningkat dan pembangunan tetap berlanjut. Oleh karena itu Agenda 21 pada dasarnya merupakan transormasi konsep pembangunan berkelanjutan menjadi komitmen dan arahan untuk melakukan tindakan nyata. Salah satu upaya untuk menjamin keberlanjutan pembangunan adalah dengan memberikan pelayanan secara optimal pada manusia dan masyarakat. Program-program yang tercantum dalam Agenda 21 dunia berangkat dari dimensi sosial-ekonomi. Sesuai dengan perhatian dan kepentingan internasional untuk menjaga keberlanjutan pembangunan serta menjamin kelestarian bumi denga segala isi dan kehidupan . demensi sosial ekonomi agenda 21 dunia pada intinya ditekankan pada tujuh aspek, yaitu: (1). kerja sama internasional. (2) pengentasan kemiskinan, (3) pengubahan pola konsumsi (4) pengendalian kependudukan , (5) perlindungan dan peningkatan kesehatan, (6) peningkatan permukiman secara berkelanjutan, dan (7) pemaduan linkungan ke dalam pengambilan keputusan untuk pembangunan. Dimensi sosial ekonomi Agenda 21 dunia tersebut diterjemahkan dan disesuaikan dengan kondisi serta perkembangan Indonesia dalam program pokok yang di sebut sebagai pelanyanan masyarakat (Human services) , yang mencakup: (1)pengentasan kemiskian, (2)pola kosomsi berkelanjutan, (3)dinamika kependudukan dan pembanguan berkelanjutan, (4)pengelolahan dan peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan, (5)pengembangan berkelanjutan perumahan dan permukiman, (6)sistem perdagangan global, instrumen ekonomi, dan neraca ekonomi dan lingkungan terpadu.

2

Dipahami bahwa sebagai sebuah bangsa dan negara, segala cita-cita , tujuan, dan sasaran hanya dapat dicapai apabila institusi yang ada mampu menggerakan segala potensi yang tersedia dan peniadakan berbagai hambatan yang menghadang. Kemampuan institusi akan meningkat apabila sumberdaya manusia yang menjalankan dan menggerakkannya mempunyai kemampuan yang memadai. Dengan demikian peningkatan sumberdaya manusia merupakan ujung tombak dari semua Program Agenda 21 Indonesia. Agenda 21 Indonesia menjadikan pengentasan kemiskinan sebagai program penting dalam menjamin pembangunan yang berkelanjutan, karena kemiskinan selain akan menjadi beban pertumbuhan juga akan menjadi penyebab degradasi lingkungan. Masyarakat miskin tidak akan mampu memelihara lingkungannya apalagi memulihkan kerusakannya. Di lain pihak, kemiskinan juga dapat terjadi akibat degradasi lingkungan dan pemutusan akses masyarakat terhadap sumberdaya milik bersama (common property resources). Karena itu pengelolaan sumberdaya alam merupakan upaya penting dalam kaitannya dengan pencegahan dan pengentasan kemiskinan. Pengentasan kemiskinan sesungguhnya secara implisit telah terkandung dalam rencana pembangunan Indonesia sejak dupuluh lima tahun yang lalu. Pertumbuhan ekonomi, pengembangan prasarana, peningkatan pelayanan sosial, kesemuanya itu sesungguhnya secara langung atau tidak lansung memberikan kontribusi pada pengentasan kemiskinan. Sejalan dengan pertumbuhan dan mobilitas penduduk, kemiskinan di masa datang akan menjadi beban kota. Kemiskinan ini terjadi selain karena marginalisasi sebagai dampak pembangunan, juga terjadi karena adanya urbanisasi dan migrasi penduduk miskin ke kota.

FOKUS AREA PEMBANGUNAN IPTEK1. Arah Pengembangan Berdasarkan tujuan pembangunan dan prioritas pembangunan iptek yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), dan Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional (Jakstranas) Iptek, berikut ini dipaparkan arah pengembangan dari bidang fokus: (1) Ketahanan Pangan; (2) Energi Baru dan Terbarukan;

3

(3) (4) (5) (6)

Teknologi dan Manajemen Transportasi; Teknologi Informasi dan Komunikasi; Teknologi Pertahanan dan Keamanan; dan Teknologi Kesehatan dan Obat-Obatan.

1.1. Pembangunan Ketahanan Pangan Pembangunan ketahanan pangan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat yang cukup, bergizi, aman, bermutu, sesuai selera dan keyakinannya, melalui: peningkatan produktivitas, kualitas, dan efisiensi produksi pangan asal tanaman, ternak, dan ikan secara berkelanjutan; pengolahan hasil, dan penganekaragaman pangan. Prioritas utama adalah untuk: (a) mendukung terwujudnya kemandirian ketahanan pangan, revitalisasi nilai kearifan lokal, dan meningkatkan kemitraan antar lembaga; dan (b) mengembangkan komoditas pangan yang menjadi prioritas, yang diselaraskan dengan kebijakan revitalisasi pembangunan produksi pangan asal tanaman, ternak, dan ikan. Kebijakan iptek ketahanan pangan diarahkan/ditekankan pada upaya peningkatan daya dukung teknologi untuk mempertajam prioritas penelitian, peningkatan kapasitas kelembagaan, pengembangan iklim inovasi, dan pembentukan SDM yang handal dalam pengelolaan pangan. 1.2 Penyediaan dan Pemanfaatan Sumber Energi Baru dan Terbarukan Arah kebijakan penelitian, pengembangan dan penerapan IPTEK di bidang energi adalah: (a) peningkatan kemampuan iptek yang berorientasi mendukung kebijakan penyediaan energi nasional melalui langkah konservasi sumber energi, pemanfaatan energi secara efisien, diversifikasi penggunaan energi, dan pengembangan energi baru dan terbarukan; (b) peningkatan kemampuan iptek dalam pengelolaan energi nasional jangka panjang, dan peningkatan kemampuan pasokan energi dengan memanfaatkan bauran energi (energymix) berbasis pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan; (c) peningkatan kemampuan iptek dalam pembangunan infrastruktur energi melalui penguatan kelembagaan,

4

(d)

optimalisasi dan pendayagunaan sumber daya, serta pembangunan jaringan yang mencakup focal point untuk tiap jenis energi dan kegiatan yang dikembangkan; mendorong terwujudnya iklim yang kondusif bagi berkembangnya teknologi dan inovasi yang berorientasi pada kekuatan dan kemampuan sumber daya nasional. 1.3 Pengembangan Transportasi Teknologi dan Manajemen

Pengembangan teknologi dan manajemen transportasi di masa mendatang diarahkan untuk: (a) memenuhi kebutuhan transportasi nasional yang aman, nyaman, tepat waktu dan terjangkau masyarakat luas; (b) meningkatkan transaksi perdagangan sebagai sumber pergerakan orang, barang, dan jasa yang menjadi pangsa pasar bisnis transportasi melalui political trading yang saling menguntungkan; (c) menciptakan jaringan pelayanan secara inter dan antarmoda angkutan melalui pembangunan prasarana dan sarana transportasi, serta diikuti dengan pemanfaatan ecommerce dalam konteks less paper document, sehingga kemudahan, kelancaran, dan kepastian pelayanan dapat dicapai; (d) menyelaraskan semua peraturan perundang-undangan baik yang mencakup investasi maupun penyelenggaraan jasa transportasi untuk memberikan kepastian hukum bagi semua pihak yang terkait; (e) menciptakan sistem perbankan dan mekanisme pendanaan untuk menunjang investasi dan operasi bidang prasarana dan sarana transportasi; (f) mendorong seluruh stakeholders untuk berpartisipasi dalam penyediaan pelayanan mulai dari tahap perencanaan, pembangunan, dan pengoperasiannya; (g) menghilangkan segala macam bentuk monopoli agar dapat memberikan alternatif/pilihan bagi pengguna jasa; (h) mempertahankan keberpihakan pemerintah sebagai regulator terhadap pelayanan kepada masyarakat; (i) menyatukan persepsi dan langkah para pelaku penyedia jasa transportasi dalam konteks globalservices. 1.4 Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) diarahkan untuk:

5

(a)

(b)

(c) (d)

(e)

(f) (g)

mengantisipasi implikasi konvergensi TIK, baik dalam aspek kelembagaan maupun peraturan perundang-undangannya, termasuk yang terkait dengan persoalan keamanan, kerahasiaan, privasi dan integritas informasi, hak atas kekayaan intelektual, serta legalitasnya; mengoptimalkan dan mensinergikan pembangunan dan pemanfaatan prasarana telekomunikasi dan non-telekomunikasi dalam pengembangan TIK secara menyeluruh dengan pengutamaan daerah pedesaan, guna menciptakan efisiensi, termasuk efisiensi dalam investasi, yang pada akhirnya akan menentukan harga/biaya layanan yang dibebankan kepada masyarakat pengguna; manfaatkan konsep teknologi netral yang responsif terhadap kebutuhan pasar dan industri, namun tetap menjaga keutuhan sistem yang telah ada; mendorong persaingan yang sehat dalam penyelenggaraan telekomunikasi fixed line dengan mempersiapkan tahapan migrasi dari bentuk duopoli ke bentuk kompetisi penuh yang setara dan berimbang, seperti telekomunikasi nirkabel; mendorong pengembangan industri pendukung (komponen, material, submodul, dan lain-lain), industri konten dan aplikasi sebagai upaya penciptaan nilai tambah dari industri TIK dalam negeri; menumbuh-kembangkan kepemimpinan (leadership) dalam bidang TIK untuk memperkuat arah yang jelas bagi pengembangan sektor ini; meningkatkan pengetahuan masyarakat (khususnya masyarakat pedesaan) dan kepedulian tentang potensi pemanfaatan TIK. 1.5 Pengembangan Teknologi Pertahanan dan Keamanan

Arah kebijakan pengembangan teknologi pertahanan dan keamanan (hankam) ditujukan untuk: (a) memenuhi kebutuhan alat utama sistem senjata (alutsista), baik perangkat keras maupun perangkat lunak berteknologi terbaru, sesuai dengan kebutuhan operasional yang mempunyai efek penangkal yang tinggi; (b) meningkatkan penguasaan kapabilitas iptek hankam di kalangan industri nasional melalui regulasi, kelembagaan dan penanganan alokasi pendanaan yang khusus; (c) meningkatkan pemahaman, penguasaan iptek, dan rekayasa untuk aplikasi hankam di kalangan perguruan tinggi dan lembaga iptek nasional untuk mencapai keunggulan bangsa

6

(d) (e)

berbasiskan kemandirian, melalui roadmap yang bersifat kuantitatif dan rancangan strategis hankam yang terpadu; mengikuti pemenuhan standardisasi sarana pertahanan (ranahan) pangsa pasar dunia yang kompetitif; memberikan peluang kepada industri strategis di bidang hankam untuk berinovasi sehingga mampu menjaga kelangsungan hidup industri secara ekonomis.

1.6 Pengembangan Teknologi Kesehatan dan ObatObatan Penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan dan obatobatan diarahkan untuk memberikan pemecahan berbagai permasalahan utama kesehatan yang dihadapi sebagian masyarakat Indonesia. Prioritas utama pengembangan iptek kesehatan dan obatobatan adalah: (a) pencapaian gizi seimbang, terutama untuk mempertahankan dan meingkatkan keadaan gizi masyarakat, serta tumbuh kembang anak dalam rangka menjaga kualitas SDM Indonesia; (b) pengembangan industri farmasi untuk mewujudkan kemandirian dalam menjamin ketersediaan obat-obatan yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas; (c) pengembangan obat bahan alam menjadi fitofarmaka dan sediaan obat modern; (d) pengembangan obat-obat preventif seperti vaksin sera, serta obat-obat protein pharmaceutical; (e) pengendalian penyakit melalui deteksi dini dan diagnosis, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pemulihan kesehatan; (f) pengembangan alat kesehatan / kedokteran dengan meningkatkan kemampuan produksi dan mutu alat kesehatan, terutama untuk subsidi impor, serta pengembangan jejaring nasional untuk pelayanan purna jual peralatan; (g) penjagaan mutu pelayanan kesehatan dengan prioritas kesehatan keluarga, pengawasan penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif, perawatan terhadap korban trauma dan bencana, serta pengurangan dampak pembangunan terhadap kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia.

7

AGENDA 1. RISET PERMASALAHAN KEMISKINAN Kemiskinan dianggap sebagai salah satu penyebab kemerosotan lingkungan dan dampak negatif dari pembangunan. Sebaliknya, kemerosotan daya dukun Lingkungan dapat menjadi penyebab muncul dan perkembanqnya kemiskinan. Untuk mengatasi kemiskinan, pendekatannya harus..dapat dilekatkan dalam berbagai program pembangunan maupun sebagai program yang khusus dan eksplisit. Kecenderungan di masa mendatang menunjukkan bahwa, kemiskinan akan lebih banyak ditemui di Wilayah perkotaan seiring dengan pergeseran penduduk dari desa ke kota. Walaupun demikian kemiskinan perdesaan terutama petani dan nelayan miskin masih juga harus diatasi. Pada hakikatnya, peluang kerja diperkotaan akan tumbuh makin cepat dan beragam yang merupakan peluang besar bagi masyarakat miskin di perkotaan untuk memasuki lapangan kerja. Namun masyarakat miskin ini menghadapi dua kendala: (1) tingkat pendidikan; (2) persaingan yang makin ketat. Untuk itu, perlu upaya pemampuan sumberdaya manusia baik secara vertikal maupun kelompok yang berorientasi pada peluang kerja dimasa depan. Kebijaksanaan ini memerlukan pendekatan kemitraan yang melibatkan unsur-unsur pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, terutama pelayanan kesehatan dan air bersih. Untuk mengatasi kemiskinan perdesaan khususnya untuk mengentaskan petani dan nelayan, perlu dilakukan pelestarian funqsi sumberdaya alam yang menjadi sumber penghidupan masyarakat, seperti daerah penangkapan ikan, hutan, daerah penggalian pertimbangan. Pelestarian fungsi tersebut harus disertai dengan penciptaan iklim yang sehat dan kondusif dengan memberikan kemudahan dan akses yang adil dan merata bagi kelompok miskin untuk memanfaatkan sumberdaya alam tersebut. Pencapaian tujuan di atas dijabarkan melalui Bidang Program sebagai berikut: a. Peningkatan Kualitas Manusia dan Penghasilan Secara Berkelanjutan; b. Peningkatan pelayanan Kesehatan: Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan (khususnya bagi kemiskinan perkotaan); c. Pelestarian Fungsi Sumberdaya Alam dan Pengentasan Kemiskinan (Khususnya bagi kemiskinan pedesaan) AGENDA 2. RISET PERUBAHAN SUMBERDAYA POLA KONSUMSI

Belum ada kebijakan yang secara eksplisit mendorong pada

8

pola produksi dan konsumsi yang berketanjutan. Pola konsumsi yang dikaitkan dengan peningkatan gizi dan kesehatan masih merupakan masalah utama bagi lndonesia. Di lain pihak, dalam masyarakat dan budaya perkotaan telah berkembang gaya hidup konsumtif, karena sebagian besar mereka tidak lagi mengkonsumsi berdasarkan nilai guna, nilai pakai, tetapi sesuatu yang hanya merupakan symbol di mana image atau citra menjadi sangat penting. Hal ini seiring dengan semakin pesatnya kemajuan dunia informasi itu sendiri. Perrnasalahan Lingkungan seperti pencemaran, lahan kritis, kelangkaan sumberdaya alam akan cenderung berkembang sebagai dampak dari pola produksi industri dan konsumsi yang berlebihan. Semakin terbatasnya ketersediaan sumberdaya air di lndonesia, maka Pola konsumsi air harus mempertimbangkan sumberdaya air di masa depan. Pertanian masih akan tetap menjadi konsumen terbesar. Walaupun demikian, di beberapa wilayah terutama Jawa, persaingan pemanfaatan sumberdaya air akan canderung menajam antara pertantan, industri dan rumah tangga. Sehubunqan dengan permasalahan tersebut di atas, perlu dikembangkan suatu kajian komprehensif secara nasional mengenai pola konsumsi dalam arti luas yang dijabarkan dalam bidang kajian sebagai berikut: A. Pola Produksi dan Konsumsi Pangan, dan Kecukupan Gizi; B. Pola Produksi dan Konsumsi Sumberdaya Energi; dan C. Pola Produksi dan Konsumsi Sumberdaya Air. AGENDA 3. RISET DINAMIKA KEPENDUDUKAN Indonesia telah berhasil menurunkan tingkat pertumbuhan penduduknya dari 2,34 % per tahun pada periode 1970 - 1980, menjadi 1,98 % per tahun pada periode 1980 -1990. Upaya yang dilakukan melalui program keluarga berencana ini tetap dilanjutkan. Tetapi persebaran penduduk belum menunjukkan hasil yang memuaskan, sehingga beberapa wilayah telah terlampauinya daya dukung lingkungan, terutama dipandang dari sudut potensi agraris. Di lain pihak upaya untuk menangani masalah persebaran penduduk masih dilakukan secara terpisah. Selanjutnya perlu dikembangkan kelembagaan dan tatacara penyelenggaraan hubungan antar lembaga untuk menangani kaitan antara pembangunan, kependudukan dan lingkungan hidup. Kelembagaan tersebut meliputi pemantauan, pengembangan pengelolaan data dan informasi, perumusan kebijakan, den pengimplementasiannya. Untuk membahas permasalahan dinamika kependudukan den pembangunan berkelanjutan, uraian dan analisis akan dijabarkan melalui tiga bidang program sebagai berikut:

9

A. Pengembangan Analisis Keterkaitan Antara Kependudukan, Lingkungan Hidup, den Pembangunan Berkelanjutan. B. Perumusan lnteqrasi Kebijakan Kependudukan, Lingkungan, dan Pembangunan Berkelanjutan Pada Tingkat Nasional, Regional, dan Lokal. C. Polaksanaan Program lntegrasi Kependudukan, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan Berkelanjutan di Masyarakat.

AGENDA 4. RISET PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MASYARAKAT Pelayanan kesehatan telah menjadi program yang cukup intensif dan ekstensif di Indonesia sehingga berhasil menurunkan angka kematian bayi dan meningkatkan usia harapan hidup. Tetapi ada kecenderungan penyeragaman upaya dan pelayanan. Oleh karena itu, disarankan agar di masa datang pelayanan kesehatan lebih ditekankan pada pendekatan spasial dan peningkatkan kemandirian. Pengendalian polusi perairan dan udara, penyediaan air bersih dan upaya penqelolaan lingkungan lainnya harus lebih banyak mendapatkan perhatian oleh makin berkembangnya aktivitas perkotaan dan industii. Peningkatan pelayanan terus ditingkatkan khususnya bagi golongan masyarakat yang rentan, penyakit menular tradisional seperti turbecbiosis, kholera, malaria, harus dipunahkan dan pelayanan kesehatan masyarakat kota harus dikembangkan sesuai dengan perkembangan masyarakat kota. Bidang kajian adalah sebagai berikut A. Pengembangan Kesehatan Primer (Dasar) Khususnya bagi Kelompok Rentan B. Pengendalian Penyakit Menular C. Strategi Pembangunan Kesehatan Perkotaan dan pengendalian Pencemaran Lingkungan. AGENDA 5. RISET PENGEMBANGAN SANITASI PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Hal yang lebih penting dalam Pengembangan Pemukiman, selain pengadaan rumah untuk tempat tinggal, adalah untuk menciptakan iklim kehidupan yang sehat, secara lingkungan, ekonomi, sosio-budaya, dan politik, yang menjamin berlanjutnya peningkatan kualitas kehidupan bagi semua orang, di mana semua oranq dapat hidup secara lebih sejahtera, saling menghormati, mempunyai akses terhadap prasarana dasar dan pelayanan

10

pemukiman yang sesuai dan layak, dan mampu memelihara serta meningkatkan kualitas lingkungannya. lni berarti, keterpaduan sosial, fungsional dan kelestarian sumberdaya alam akan menjadi landasan pokok bertindak. Dengan landasan ini, maka semua aktor diperlakukan dan memperlakukan dirinya setara satu dengan yang lain, dan semua berperanserta dalam proses pengambilan keputusan. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut maka perlu: (1) terjadi pergeseran pandangan dari konsep pembangunan perumahan ke konsep pembangunan permukiman yang menekankan pada keterpaduan sosial, fungsional, dan ekologis; (2) menciptakan iklim yang kondusif agar masyarakat pemukim dapat mampu membangun dan memelihara tempat huniannya sendiri dalam rangka peningkatan kesejahteraan mereka. Dalam konteks pencapaian tujuan di atas dijabarkan dalam uraian dan analisis dua Bidang Kajian sebagai berikut.. A. Pembangunan Perumahan dan Permukiman B. Pengelolaan Perumahan dan Permukiman AGENDA 6. SISTEM PERDAGANGAN GLOBAL, INSTRUMEN EKONOMI, SERTA NERACA EKONOMI DAN LINGKUNGAN TERPADU Fokus utama yang menjadi landasan strategis dan implementasi adalah bahwa seluruh substansi pembahasan memasukkan aspek linqkungan sebagai suatu kesatuan yang tidak terpisahkan, hal ini mencakup: Sistem perdagangan global yang mendayagunakan pasar dalam negeri sebagai bagian dari pasar dunia dengan mengaitkan system perdagangan dengan prinsip perdagangan yang berwawasan Lingkungan; Mempertimbangkan pembangunan industri guna mendukung system perdagngan yang tidak menganggu fungsi Lingkungan hidup melalui penerapan standardisasi kualitas dan Lingkungan; Proses nilai tambah berdasar pada sumberdaya yang dimiliki dengan memanfaatkan keunggulan komperatif menunju terciptanya keunggulan kompetitif ditopang dengan kemampuan insani yang unggul dan berbudidaya Lingkungan; Industri, perdagangan, sektor publik dan sektor terkait seyogianya bertumpu pada peningkatan kapasitas intelektual yang mampu memadukan perangkat insani, perangkat organisasi, perangkat teknologi, dan perangkat informasi yang tersedia dilingkungan internal dan eksternal; Ketahanan ekonomi yang mampu memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis melalui instrumen ekonomi yang memperhitungkan dan menerapkan necara ekonomi dan Lingkungan terpadu di bawah rambu peraturan dan undang-undang, serta partisipasi dan pengembangan pranata

11

hokum secara dini. Hal ini dapat dilakukan dengan bertumpu pada bidang kajian yang meliputi: A. Penqembangan Pendekatan Ekonomi dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan B. Pengembangan Pendekatan Pencegahan Pencemaran (Minimasi Limbah atau Produksi Bersih) C. Pengembangan Sistem Neraca Ekonomi, Sumberdaya Alam dan Lingkungan. AGENDA 7. RISET PERLINDUNGAN ATMOSFIR Atmosfir memberikan tiga fungsi utama. Pertama, sebagai bahan mentah untuk berbagai kegiatan manusia. Kedua, sebagai tempat buangan yang menyerap dan mendaur ulang sisa-sisa kegiatan manusia. Ketiga; berfungsimendukung kehidupan. Oleh karena itu kualitas atmosfir merupakan asset yang harus dilindungi dan dilestarikan. Kemampuan atmosfir memberikan fungsinya dapat terganggu dengan masuknya bahan-bahan pencemaran ke udara yang dikeluarkan oleh kegiatan manusia. Untuk mencegah dan mengendalikan hal ini, perlu sekali terjadi perubahan manusia. Untuk mencegah dan mengendaliakn hal ini, perlu sekali terjadi perubahan pandangan di pihak pemerintah, pihak swasta maupun di masyarakat luas mengenai: A. Kemampuan otmosfir menerima dan mendaur-ulang sisa kegiatan manusia. yang terbatas, di mana kegiatan manusia akan mengganggu kemampuan atrnosfir menjalankan fungsinya. B. Menurunnya kemampuan atmosfir menjalankan fungsinya akan memberi dampak negatif yang sangat besar dan luas, seperti dapat mongurangi kesehatan, dapat mengurangi kesehatan, dapat mengurangi efisiensi ekonomi, meningkatkan tekanan sebagian masyarakat, dapat memperlambat laju pembangunan, dapat mengurangi permintaan barang ekspor Indoensia, dan dapat menghambat atau menurunkan tercapainyatarget pembangunan ekonomi dan sosial Indonesia. C. Biaya yang diakibatkan oleh memburuknya kualitas udara ini sangat besar dan akan melonjak dengan pesat bila kualitas udara makin memburuk. D. Permasalahan pedindungan otmosfir selain berskala lokal dan nasional, ia juga mempunyai skala regional dan global. Akibatnya kegiatan yang berkaitan dengan kualitas atmosfir/udara mempunyai efek dalam hubungan internasional baik secara politis maupun dalam perdangan.

12

E. Perlu memperhitungkan kaitan kegiatan manusia dengan kualitas udara terutama untuk kegiatan yang diperkirakan akan memberikan dampak yang besar pada kualitas udara. AGENDA 8. RISET PENGELOLAAN BERACUN BAHAN KIMIA

Dalam pengelolaan Bahan Kimia Beracun yang menuju konsep pembangunan berkelanjutan tahap awal yang perlu dilakukan adalah menyiapkan seluruh perangkat terkait dari mulai perangkat hukum, pelaksanaan dan pembinaannya. Langkah penerapannya berfokus pada penyeragaman klasifikasi bahaya, sistem pelabelan dan simbol yang berlaku secara global, memanfaatkan pertukaran informasi secara intensif dengan mengadopsi prosedur PIC (Prior Informed Concern) Internasional, mengeliminasi sekecil mungkin resiko, menghindari kerugian secara ekonomik dengan bertumpu pada analisis daur hidup bahan-bahan kimia dan meningkatkan kemampuan/kapasitas nasional dalam mendeteksi dan menekan masuknya produk dan/atau bahan kimia dan berbahaya melalui perdagangan global. Guna tercapainya sasaran, maka terdapat empat bidang program yang diusulkan, yaitu: A. Peningkatan Kemampuan dan Kapasitas Nasional dalam Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia, B. Penyerasian Klasifikasi dan Petabelan Bahan-Bahan Kimia, C. Penyebarluasan lnformasi tentang Bahan-Bahan Kimia Beracun dan Risiko-Risiko Kimia, dan D. Penurunan Risiko den Pencecahan Lelu-lintas Domestik Maupun lnternasional yang tidak sah (liegal) dari Produk-Produk Kimia Beracun dan Berbahaya. . AGENDA 9. RISET PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Sektor industri di bawah pertumbuhan ekonomi yang pesat memegang peranan yang sangat besar sebagai kontributor limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Bukan saja disebabkan oleh industri tersebut, tetapi juga akibat ada perdagangan antar negara yang memungkinkan memperdagangkan limbah B3 atau produk dan teknologi yang dapat menghasilkan limbah B3. Guna menekan jumlah limbah B3, perlu adanya reorientasi sistem berproduksi, dari pendekatan akhir-pipa ke pendekatan 'produksi bersih' (cleaner production), yaitu pendekatan from craddle to grave. Pendekatan ini menekan jumlah limbah yang dihasilkan dari mulai pemrosesan bahan baku hingga bahan atau barang

13

tersebut tidak dapat digunakan lagi. Dalam upaya pengelolaan limbah B3 rang berwawasan lingkungan, maka interaksi antera. pranata hukum dan sosial kelembagaan, kemampuan sumberdaya manusia, penguasaan teknologi, den bahkan advokasi dari LSM akan sangat menentukan keberhasilan dari suatu upaya pengendalian dan pengelolaan limbah B3 tersebut. Guna mencapai hal tersebut di atas, maka dapat dilakukan dengan bidang kajian yang mencakup: A. Pengembangan dan Peningkatan Pengelolaan Limbah B3 yang Berwawasan Lingkungan dengan Prioritas Utama pada Minimasi Limbah. B. Pencegahan Lintas Batas Limbah B3 secara ilegal dan Kerjasama dalam Pengelolaan Lintas Batas Limbah, dan C. Peningkatan dan Penguatan Kemampuan Kelembagaan dalam Pengelolaan Limbah B3. AGENDA 10. RISET PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DAN CAIR Pengelolaan limbah padat dan cair dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan rnempunyai prinsip bahwa limbah tidak boleh terakumulasi di alam sehingga mengganggu siklus materi dan nutrien, bahwa pembuangan limbah harus dibatasi pada tingkat yang tidak melebihi daya dukung lingkungan untuk menyerap pencemaran dan sistem tertutup penggunaan materi seperti daur ulang dan pengomposan harus dimaksimasi. Berdasarkan prisipprinsip tersebut maka dapat di identifikasikan empat komponen atau bidang kajian yang perlu dilaksanakan, yaitu: A. minimasi limbah; B. maksimasi daur ulang dan pengomposan; C. meningkatkan tingkat pelayanan; dan D. meningkatkan pengolahan dan pembuangan limbah yang akrab lingkungan. Agar mendapat hasil yang efektif keempat program area ini perlu direncanakan dan dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan menggunakan instrumen ekonomi-ekologis. ADENDA 11. PENATAGUNAAN SUMBERDAYA LAHAN DAN RUANG

Meningkatnya kebutuhan tanah untuk keperluan pembangunan telah meningkatkan tekanan terhadap sumberdaya tanah di Indonesia. Selain itu, pengembangan sumberdaya tanah

14

juga menghadapi masalah ketidak selarasan antara berbagai kepentingan dan berbagai sektor ekonomi yang pada gilirannya akan menjadi counter productive satu dengan lainnya. Keadaan ini diperburuk lagi dengan sistem peraturan yang dirasakan sangat kompleks dan sering kali tidak relevan lagi dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Keadaan ini, dapat menyebabkan sistem pengelolaan sumberdaya tanah yang tidak berkelanjutan. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu disusun suatu strategi dalam perencanaan sumberdaya tanah yang efisien, berkeadilan dan berketanjutan guna mencegah dampak negatif dari kegiatan yang dilakukan, yang dijabarkan datam empat bidang kajian sebagai berikut: A. Perencanaan dan Pengembangan Sumberdaya Tanah dan Tata Ruang B. Peraturan dan Perundang-undangan Pertanahan C. Penataan Kelembagaan Pertanahan D. Sistem lnformasi dan Pendataan AGENDA 12. RISET PENGELOLAAN HUTAN Hutan di Indonesia mempunyai peranan baik ditinjau dari aspek ekonomi, sosial budaya maupun ekologi. Namun demikian sejalan dengan pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi nasional, tekanan terhadap sumberdaya hutan semakin meningkat. Hal ini terlihat dengan tingginya tingkat deforestasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dilakukan strategi pengelolaan hutan tidak saja dalam hal pemanfaatan hutan tetapi juga mencakup penentuan harga yang sesuai dengan potensi sumberdaya hutan yang sebenarnya, kelembagaan yang kuat, aspek hukum dan aturan yang menguntungkan semua pihak dan aturan perpajakan yang mendukung upaya pengelolaan hutan secara berkelanjutan. Dengan dilaksanakannya hal tersebut, diharapkan terjadi peningkatan dalam sistem pengelolaan hutan secara berkelanjutan dan peningkatan kesadaran pihak berkepentingan yang pada akhirnya dapat mempertahankan produktivitas hutan dalam jangka panjang sehingga mampu menunjang pembangunan ekonomi Indonesia. Di dalam pengelolaan hutan secara berkelanjutan, sumberdaya hutan harus dilihat dari perspektif baru tidak saja merupakan sumberdaya yang mempunyai nilai ekonomi yang multiguna tetapi juga mempunyai multi pengguna. Dengan demikian, praktek pengelolaan hutan harus berubah dari 'tree management' ke 'ecosystem management' dimana masyarakat sekitar hutan mempunyai peranan yang penting dalam pengelolaan tersebut. Uraian untuk mencapai tujuan tersebut, dijabarkan dalam lima bidang program yaitu:

15

A. Mengembangkan dan Memelihara Produksi Hutan Secara Terpadu dan Berkelanjutan; B. Meningkatkan Regenerasi, Rehabilitasi dan Perlindungan; C. Memperkuat Peraturan dan Pelaksanaan Hukum untuk Pengelolaan Hutan Berkelanjutan; D. Mempertahankan dan Meningkatkan Peranserta dan Kesejahteraan Masyarakat yang tinggal di Hutan; E. Mengembangkan dan Memperkuat Penelitian serta Kemampuan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan. AGENDA 13. RISET SISTEM PERTANIAN - PERDESAAN Sektor pertanian tidak saja memberikan kontribusi pada devisa negara tetapi juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia khususnya yang tinggal di perdesaan. Akan tetapi saat ini strategi pembangunan sektor pertanian lebih mementingkan pencapaian target produksi jangka pendek dengan mengesampingkan pertimbangan ekologi. Untuk menghadapi tantangan masa depan, perlu ditakukan perubahan strategi pembangunan di sektor pertanian dan pedesaan yang diarahkan pada praktek pertanian yang memperhatikan aspek lingkungan dalam proses produksinya dengan tujuan akhir adalah tersedianya pangan dan sumber makanan lainnya secara berkelanjutan dan aman bagi kesehatan masyarakat. Strategi pembangunan pertanian dan perdesaan secara berkelanjutan harus mencakup aspek kebijakan di sektor pertanian, diversifikasi pangan dan usaha tani, penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk buatan secara tepat, perencanaan dan pengelolaan lahan yang memperhatikan aspek konservasi, pemanfaatan sumberdaya air secara efisien, pembangunan infrastruktur pendukung dan peningkatan keterampilan petani serta peningkatan kemampuan kelembagaan yang bertanggung jawab. Secara rinci uraian mengenai hal tersebut, dijelaskan dalam enam bidang kajian, yaitu: A Pengkalian kebijakan, perencanaan dan program terpadu pertanian. B Perbaikan produksi pertanian dan system bertani melalui diversifikasi usaha tani dan upaya pengembangan prasarana pendukung. C. Peningkatan peranserta masyarakat dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia. D. Konservasi dan rehabilitasi tanah. E. Pengendalian hama terpadu. F. Unsur hara bagi peningkatan produksi pangan.

16

AGENDA 14. RISET PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR Sumberdaya air, merupakan sumberdaya yang ketersediaannya dirasakan semakin terbatas. Hal ini terlihat dari tingkat ketersediaan air di kota-kota besar di Indonesia yang berada dalam kondisi kritis. Apabila kondisi ini terus berlangsung tanpa dilakukan upaya, pengelolaan yang berkelanjutan dikhawatirkan pada tahun-tahun mendatang akan terjadi defisit sumberdaya air. Untuk menghindari hat tersebut, strategi pengelolaan sumberdaya air harus diarahkan untuk perlindungan dan pelestarian sumber air dan merubah kebiasaan masyarakat yang menganggap air merupakan sumberdaya yang tidak terbatas. Selain itu, dalam pengelolaan sumberdaya air, perlu dilakukan berbagai tindakan yang meliputi efisiensi dan distribusi sumberdaya air yang memadai sesuai dengan kebutuhan. Perubahan strategi dalam pengelolaan sumberdaya air akan menjamin tersedianya sumberdaya air bagi kebutuhan berbagai sektor termasuk kebutuhan masyarakat banyak. Dalam menyusun strategi pengelolaan sumberdaya air secara berkelanjutan tersebut, perhatian pemerintah tidak saja terbatas pada aspek fisik dan teknis tetapi juga perbaikan dalam peraturan, perundang-undangan dan administrasi dalam pengelolaan, sumberdaya air. Usaha-usaha tersebut secara rinci dijabarkan dalam empat bidang kajian di bawah ini.. A. Ketersediaan dan Kebutuhan Sumberdaya Air. B. Kualitas Sumberdaya Air. C. Distribusi Sumberdaya Air. D. Pengetolaan Sumberdaya Air Secara Terintegrasi. AGENDA 15. RISET KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI Fokus Pelestarian Keanekaragaman Hayati adalah mengelola kekayaan hayati Indonesia secara berkelanjutan yang meliputi ekosistem darat,dan laut, kewasan agro-ekosistem dan kawasan produksi, serta, konservasi ex-situ. Upaya pelestarian ini harus disertai dengan pemeliharaan sistem pengetahuan tradisional dan pengembangan sistem pemanfaatan keanekaragaman hayati yang dilandasi oleh pembagian keuntungen yang adil. Usaha pencapaian tujuan diatas dijabarkan dalam uraian dan analisis lima Bidang program berikut: A. Meningkatkan Pembentukan Sistem Kawasan Lindung Berikut Pengelolaanya Secara Efektif. B. Melesterikan Keanekaregaman Hayati Pada Kewasan Agro-

17

Ekosistem dan Kawasan Non-Lindung/Produksi. C. Pelestarian Keanekarageman Hayati Secara Ex-Situ. D. Melindungi. Sistem Pengetahuen Masyerakat Tradisional serta Meningkatkan Seluruh Sistem Pengetahuan yang ada tentang Konservesi dan Keanekaragaman Hayati. E. Mengembangkan dan Mempertahankan Sistem Pengelolaan. Keanekaragaman Hayati Berkelanjutan Termasuk Pembagian Keuntungan yang Adil. AGENDA 16. RISET BIOTEKNOLOGI LINGKUNGAN Fokus Bioteknologi adalah memecahkan masalah pertanian, kesehatan, dan LINGKUNGAN HIDUP di Indonesia dengan pendekatan bioteknologi ini akan berhasil dengan baik bila prasarana dan peningkatan kapasitas nasional aspek keamanan biologis yang dapat tan bioteknologi. Pencapaian tujuan di atas dijabarkan dalam uraian dan analisis lima Bidang kajian berikut: A. Bioteknologi Pertanian untuk meningkatkan Produksi Pangan, Pakan dan Bahan-bahan Terbarukan. B. Bioteknologi Kedokteran untuk Peningkatan Derajat Kesehatan dan Kualitas Hidup Serta Perbaikan Lingkungan. C. Bioteknologi Lingkungan. D. Pengembangan Prasarana Bioteknologi. E. Pedoman Keamanan Biologis AGENDA 17. PENGELOLAAN TERPADU PESISIR DAN LAUTAN WILAYAH

Di Indonesia terdapat banyak pulau dan kelompok gugusan pulau-pulau kecil yang secara ekologi amat rentan, terutama bila dikaitkan dengan pemanasan global dan bencana alam yang akan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas mahluk hidup yang mendiami pulau tersebut. Umumnya kepulauan kecil mempunyai sejumlah dan tumbuhan endemik, serta keanekaragaman hayati yang tipikal, bernilai tinggi dan merupakan jenis-jenis yang dilindungi. Melihat keadaan tersebut di atas maka dibutuhkan usaha penanganan daerah pesisir dan taut yang lebih baik khususnya yang mencakup aspek ketentuan dan kewenangan kelembagaan ini dapat terkait, sehingga dengan demikian sumberdaya yang ada dikawasan ini dapat menjadi produk unggulan dalam pembangunan bangsa Indoensia diabad mendatang. Adapun bidang kajian yang diprioritaskan untuk mengatasi

18

masalah di atas meliputi: A. Perencenaan den Pengembangan Sumberdaya Terpadu di Daerah Pesisir B. Pemantauan dan Perlindungan Lingkungan Pesisir dan Laut. C. Pemanfaatan Sumberdaya Laut yang Berkesinambungan. D. Peningkatan Kesejahtaran dan Pembedayaan Masyarakat Pesisir E. Pembangunan Kepulauan Kecil Secara Berkelanjutan F. Pemeliharaan Keamanan Daerah Ekonomi Ekslusif (ZEE) G. Pengelolaan Dampak Perubahan Iklim dan gelombang Pasang. AGENDA 18. PEMBANGUNAN DAERAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN

Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional secara keseluruhan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengembangan perekonomian seyogyanya didasarkan pada keunggulan komparatif wilayah menuju keunggulan kompetitif, terutama sektor maritim dan agraris, sesuai dengan kompetensi dan produk unggulan daerah terutama pada kegiatan agrokompleks, industri dan kerajinan rakyat. Selain itu juga perlu suatu upaya untuk mempercepat pembangunan ekonomi daerah secara efektif dengan memberdayakan pelaku dan potensi ekonomi daerah. Aspirasi masyarakat mengisyaratkan perlunya mempercepat pembangunan wilayah dalam kerangka pemberdayaan masyarakat, terutama petani, nelayan, dan penduduk miskin di perkotaan, melalui penyediaan prasarana, pembangunan sistem agribisnis-agroindustri, industri kecil dan kerajinan rakyat, pengembangan kelembagaan, penguasaan teknologi, dan pemanfaatan keunggulan sumberdaya alam secara lestari. Visi dalam pembangunan daerah adalah "pembangunan daerah untuk pemberdayaan masyarakat". Misi yang diemban adalah meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah yang dapat mengembangkan kemampuan masyarakat untuk memperoleh dan memanfaatkan keunggulan sumberdaya daerah yang tersedia . Misi ini dapat dijelmakan dalam program pemantapan dan perwujudan otonomi daerah dalam rangka pembangunan daerah dan pemerataan pertumbuhan ekonomi dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lima program kajian prioritas adalah: A. Perwujudan good governance. B. Peningkatan Otonomi Daerah. C. Pemberdayaan Masyarakat.

19

D. Pengembangan Ekonomi Daerah dan Wilayah. E. Pembangunan Wilayah Pedesaan.

AGENDA 19.

RISET KESEHATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

DAN

Pembangunan daerah dilaksanakan untuk memberdayakan masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya. Pemberdayaan masyarakat mengandung makna dimensi biofisik (kesehatan jasmani dan lingkungan) dan dimensi spiritual (kesejahteraan rohaniah, kemuliaan akhlaq dan keseimbangan IPTEKS dan IMTAQ). Keterbatasan prasarana kesehatan ini masih dipandang sebagai menjadi hambatan serius dalam upaya pemberantasan gangguan penyakit menular, sehingga angka kematian dan kesakitan masih tinggi. Untuk mewujudkan pembangunan kesehatan masyarakat diperlukan upaya peningkatan mutu sumberdaya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, memprioritaskan upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, dan rehabilitasi sejak dalam kandungan hingga usia lanjut. Dalam hal peningkatan kesejahteraan sosial, ada empat tantangan besar yang dihadapi Indonesia terkait dengan dampak sosial budaya abad 21, yaitu (1) gangguan terhadap pranata sosial-budaya, (2) keterbatasan lembaga sosial yang mampu merespon dan menangani masalahmasalah sosial, (3) semakin meluasnya gangguan penyakit sosial, dan (4) semakin langkanya partisipasi masyarakat dalam menyelesaikan masalah sosial. Berdasarkan pertimbangan seperti di atas, maka visi pembangunan kesehatan dan kesejahteraan adalah "Indonesia Sehat dan Sejahtera 2010. Bidang Kajian yang diprioritaskan adalahA. B. C. D. E. F. G. H. I. J. K. Pemberdayaan Perilaku Sehat Masyarakat Program Lingkungan Hidup yang Sehat Pemberdayaan Upaya-upaya Kesehatan Pemberdayaan Sumberdaya Kesehatan Program Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan Pengembangan Potensi Kesejahteraan Sosial Kualitas Manajemen dan Profesionalisme Pelayanan Sosial Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Pemberdayaan, Perlindungan dan Jaminan Sosial

AGENDA 20. RISET PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

DAN

20

Salah satu dampak penting akibat dari liberalisasi perdagangan adalah bahwa perkembangan unit-unit produksi dan distribusi sangat ditentukan oleh daya saing secara internasional. Dalam situasi seperti ini kebijakan industrialisasi seyogyanya berbasis keunggulan kompetitif. Permasalahan yang dihadapi adalah (1) rendahnya daya saing produk industri di pasar internasional, (2) lemahnya standarisasi kualitas produk, dan (3) lemahnya promosi di tingkat internasional. Berdasarkan pertimbangan seperti di atas maka visi pembangunan industri dan perdagangan adalah Mewujudkan sektor industri dan perdagangan menjadi tumpuan bagi kemajuan dan kemandirian perekonomian secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Sedangkan misi yang harus diemban dalam pengembangan bidang industri dan perdagangan adalah (1) meningkatkan kuantitas dan kualitas produk unggulan dengan teknologi yang ramah lingkungan, (2) meningkatkan kinerja sistem distribusi domestik dan peningkatan ekspor, (3) menciptakan lapangan kerja/usaha baru, (4) mengatasi masalah modal, promosi dan pemasaran, manajemen dan kualitas sumberdaya manusia. Bidang kajian ini diarahkan untuk masalah-masalah peningkatan ekspor, investasi dan pengembangan usaha produksi dan distribusi bagi Koperasi , Usaha Kecil dan Menengah, sebagai upaya pemulihan ekonomi. Beberapa program kajian prioritas adalah: A. Pengembangan Sistem Industri dengan Peningkatan Pemanfaatan Bahan Baku Lokal B. Penguasaan Teknologi untuk Peningkatan Kualitas Produk C. Pemberdayaan Sistem Industri dan Perdagangan Produk Unggulan, D. Penguatan Kelembagaan Ekspor Barang dan Jasa E. Penguatan Institusi Pasar. F. Pengembangan SDM dan Kelembagaan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah. G. Pengembangan Industri Transportasi dan Komunikasi yang Berwawasan Lingkungan.

AGENDA 21. RISET PENGEMBANGAN EKO-WISATA Perkembangan industri pariwisata terkait dengan perkembangan sektor ekonomi lainnya, baik secara makro maupun mikro. Terjadinya krisis yang diikuti dengan rawannya kondisi

21

keamanaan berdampak negatif terhadap dunia pariwisata. Hal ini ditandai dengan menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia. Beberapa kendala yang dihadapi adalah (1) potensi sumberdaya pariwisata belum dapat dimanfaatkan secara optimal, pengemasan obyek dan daya tarik wisata menjadi Paket Wisata masih sangat terbatas, (2) keterbatasan informasi pariwisata dan lemahnya pemutakhiran data pariwisata, (3) keterbatasan SDM yang profesional dalam menangani pengembangan wisata daerah, dan (4) investasi usaha pariwisata masih berorientasi pada kawasan lokal dengan tingkat konsentrasi yang tinggi. Pengembangan industri pariwisata diarahkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang makna industri jasa pariwisata yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, perluasan lapangan kerja, dan membuka komunikasi antar masyarakat, bangsa dan budaya. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka visi pengembangan pariwisata adalah : Mewujudkan pariwisata menjadi sektor unggulan yang mampu memainkan fungsi ekonomi, fungsi sosial-budaya, serta mampu melestarikan fungsi lingkungan hidup. Empat misi pokoknya adalah (1) Mengembangkan kepariwisataan sebagai sektor ekonomi unggulan; (2) Meningkatkan daya saing produk-produk wisata; (3) Memelihara budaya dan kepribadian bangsa, serta mengamalkan nilai-nilai agama; dan (4) Memelihara dan memulihkan kelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup. Lima program kajian prioritas adalah: A. Pengembangan Sistem Informasi Wisata Berbasis Elektronik B. Program Pengembangan Industri Pariwisata. C. Program Pengembangan Produk Pariwisata: Objek dan Daya Tarik Wisata Terpadu. D. Program Pengemasan dan Pemasaran Paket Wisata Unggulan. E. Program Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan dan Kesenian Daerah. AGENDA 22. PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP: PERSPEKTIF HUKUM DAN KEBIJAKANSubstansi dari undang-undang yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam, jika dicermati secara kritis, seperti Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria; Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Pertambangan; Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan; Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan; dan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dicermati secara kritis, maka terlihat karakteristik seperti: (1) Bernuansa sentralistik; (2) Bersifat eksploitatif (use-oriented); (3) Menggunakan

22

pendekatan sektoral; (4) Berpihak kepada kepentingan pemodal besar (capital oriented); (5) tidak memberi ruang untuk partisipasi publik dan transparansi dalam pembuatan kebijakan; (6) mengabaikan hak-hak masyarakat dan kemajemukan hukum dalam komunitas-komunitas masyarakat. Untuk mengeliminasi praktek-praktek pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang bercorak eksploitatif, sentralistik, sektoral, represif, tidak memberi ruang bagi partisipasi publik dan transparan, mengabaikan hak-hak masyarakat dan kemajemukan hukum, serta dalam rangka mewujudkan good environmental governance, maka visi, misi dan strategi untuk pengembangan dan penerapan hukum lingkungan perlu dilakukan perubahan-perubahan yang dirumuskan sebagai berikut: Visi: Mewujudkan supremasi hukum lingkungan secara berkeadilan dan berkelanjutan. 1. 2.3.

4. 5.

Misi Menyusun peraturan daerah untuk melengkapi dan memperkuat peraturan perundangan yang telah ada Memberdayakan sistem dan perangkat penegak hukum di bidang lingkungan Mendorong Good Environmental Governance; Partisipasi publik yang sejati; Mendorong akuntabilitas pengelolaan lingkungan.

Tujuan penerapan hukum yang menjamin pengelolaan sumberdaya berkelanjutan adalah sebagai berikut : 1. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang berbasis Negara (state-based resource management) diganti dengan pengelolaan yang berbasis masyarakat (communitybased resource management); dan 2. Ideologi pembangunan hukum yang berorientasi pada sentralisme hukum (legal centralism) diganti dengan ideologi pluralisme hukum (pluralism) . Agenda riset untuk penataan dan pengembangan hukum lingkungan dan peraturan daerah (PERDA) dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan adalah: A. Pengembangan Peraturan Daerah Untuk Penerapan Hukum Lingkungan 1. Kajian / pelatihan SDM teknisi penyusun rancangan peraturan daerah dan agenda perbaikan seluruh peraturan daerah yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang ada samapi saat ini untuk dasar kebijakan perbaikan aturan

23

sesuai paradigma baru; Seminar dan lokakarya perbaikan aturan lingkungan di daerah; 3. Evaluasi atas pelaksanaan aturan/hukum yang sudah ada dan menyusun agenda dialog dengan anggota DPRD dan tokoh dan ulama anutan masyarakat; 4. Pelatihan drafting peraturan/ hukum daerah sesuai jadwal dan paradigma baru yang telah diagendakan. 5. Promosi / penyuluhan penerapan aturan ekolabelling secara bertahap untuk mengantisipasi sanksi global dalam transaksi perdagangan internasional; 2. B. PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM BERBASIS KOMUNITAS 1. Kajian kondisi / potret sumberdaya alam dan lingkungan serta menyiapkan agenda rehabilitasi, konservasi dan perlindungannya yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang ada sampai saat ini untuk dasar kebijakan perbaikan kondisi sumberdaya alam sesuai paradigma baru; 2. Seminar dan lokakarya untuk merumuskan langkah perbaikan sumberdaya alam dan lingkungan di daerah mengacu pada bidang-bidang yang telah dituangkan dalam Agenda 21, yaitu : (a) pelayanan masyarakat, (b) pengendalian limbah dan (c) pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan; 3. Kajian aturan dalam masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam dan lingkungan mengacu pada pengetahuan tradisional mengacu pada kearifan lokal yang sudah ada, menyusun agenda dialog, dan mengintegrasikannya kedalam peraturan daerah / hukum positip dengan anggota DPRD, tokoh masyarakat dan ulama ; 4. Drafting peraturan daerah tentang pengelolaan sumberdaya alam sesuai jadwal sektoral/ antar sektor sumberdaya secara bertahap berdasarkan paradigma baru yang telah disusun dalam Agenda 21.