aglomeration economics and spatial distribution of ecmactivities lan pertemuan i, ii

40
Teori Aglomerasi Oleh : Dr. Ir. Bagdja Muljarijadi

Upload: asepyudimulyadi

Post on 25-Dec-2015

16 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

materi kuliah

TRANSCRIPT

Page 1: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Teori AglomerasiOleh : Dr. Ir. Bagdja Muljarijadi

Page 2: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Agglomerasi

Aktivitas ekonomi, khususnya industri manufaktur cenderung terkonsentrasi dalam beberapa lokasi. Mengapa ? Contoh: Aktivitas industri kerajinan kaos di Jl.

Suci Bandung, Aktivitas perdagangan Buku di Palasari, Kawasan Industri di sepanjang Tol Jakarta Karawang dll

Industri cenderung beraglomerasi di daerah-daerah dimana potensi dan kemampuan daerah tersebut bisa memenuhi kebutuhan mereka, dan mereka mendapat manfaat akibat lokasi perusahaan yang saling berdekatan.

Page 3: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Agglomerasi

Kota umumnya menawarkan berbagai kelebihan dalam bentuk produktivitas dan pendapatan yang lebih tinggi, yang menarik investasi baru, teknologi baru, pekerja terdidik dan terampil dalam jumlah yang jauh lebih tinggi dibanding pedesaan

Page 4: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Konsep dan Pemikiran Agglomerasi

Page 5: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Agglomerasi

Aglomerasi merupakan suatu bentuk spasial dan diasosiasikan dengan konsep “penghematan aglomerasi” melalui konsep Eksternalitas.

Ekonomi eksternal terjadi ketika skala lingkungan perkotaan akan menambah produktivitas dari kota itu sendiri

Ada tiga dimensi yang mengacu kepada cakupan (scope)dimana eksternalitas-eksternalitas itu timbulcakupan industri, cakupan geografi, cakupan temporal.

Page 6: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Cakupan Industri

Merupakan suatu tingkatan dimana aglomerasi ekonomi dapat di-perluas sampai lintas industri, mungkin lintas semua industri yang ada dikota.

Localization economies merupakan meningkatnya skala ekonomi dikarenakan terkonsentrasinya aktivitas industri pada spasial tertentu.

Urbanization economies merupakan meningkatnya skala ekonomi akibat terkonsentrasi semua kegiatan ekonomi di perkotaan atau Urbanization economies berhubungan dengan ukuran perkotaan

Page 7: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Cakupan Industri

Skala Ekonom is(Econom ies of Scale)

Skala ekonom isInternal untuk perusahaan

Skala ekonom is Eksternal untuk perusahaan(Penghem atan Aglom erasi)

Akibat dari eksternalitas spasial

Internal untuk Industri(Penghem atan Lokalisas i)

Eksternal untuk Industri(Penghem atan U rbanisasi)

Page 8: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Klasifikasi dari Penghematan Lokalisasi dan Urbanisasi

Penghematan Lokalisasi Penghematan Urbanisasi

Eksternalitas Statik

Eksternalitas Dinamis

Aksesibilitas terhadap : besarnya pasar tenaga

kerja terampil besarnya jumlah

perusahaan dalam industri yang sama/terkait

supplier / pemasok yang terspesialisasi

Aksesibilitas terhadap transfer pengetahuan yang spesifik

Aksesibilitas terhadap : pasar yang besar dan ter-

diversifikasi untuk barang jadi (final good)

pasar yang besar dan ter-diversifikasi untuk input

pasar tenaga kerja yang berkualitas dan ter- diversifikasi

Aksesibilitas terhadap transfer pengetahuan yang bermacam-macam

Page 9: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Klasifikasi dari Penghematan

Page 10: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Cakupan Geografi

Diskusi mengenai aglomerasi ekonomi dimulai dengan ide pentingnya jarak geografi dalam memahami sebuah kota.

Aglomerasi akan semakin melemah ketika jarak geografi semakin jauh, semakin dekat secara fisik dari para agen maka lebih potensial untuk melakukan interaksi.

Ciccone dan Hall (1996) dan Dekle dan Eaton (1999) menemukan hasil bahwa kepadatan jumlah tenaga kerja mempengaruhi secara positif terhadap produktivitas

Page 11: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Cakupan Temporal

Kunci dari ide ini ditemukan oleh porter (1990). Dia mengemukakan bahwa kompetisi lokal mendorong inovasi, memaksa perusahaan untuk berinovasi atau mati.

Glaeser (1992) yang sefaham dengan Marshal (1920), Arrow (1962), dan Romer (1986) dimana kehadiran kompetisi akan mengurangi produktifitas akibat tidak adanya pengakuan hak intelektual

Page 12: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

MICROFOUNDATION AGGLOMERATION ECONOMIES (THE SOURCES)

Natural Advantage, Input Sharing, Knowledge Spillover, Labour Market Pooling, Home Market Effect, Consumption Opportunities, Rent Seeking.

Page 13: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Natural advantages

Beberapa sumber (fachs 1962; Kim 1995 dan 1999; Elison dan Glaeser 1999) menyatakan bahwa akses ke sumber daya merupakan pertimbangan penting dalam penentuan lokasi industri manufaktur. Kim (1995) menemukan koefisien yang positif dari variabel sumber daya alam yang diinterpretasikan konsisten dengan pentingnya peranan keunggulan sumber daya alam dalam menentukan aglomerasi. Elison dan glaeser (1999) yang menyatakan bahwa persentase aglomerasi yang disebabkan oleh keunggulan sumber daya alam mencapai 20 persen, atau bahkan lebih.

Marshall menyatakan “. . . . many various cases have led to localization of industry, but the chief causes have been physical condition; such as the character of the climate or soil, the existence of mines and quaries in the neighbourhood, or within easy access by land or water. . .”

Page 14: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Input sharing

Terdapat hubungan antara karakteristik lokasi perusahaan dengan input sharing. Adanya pembelian input secara bersama akan menyebabkan meningkatnya intensitas pembelian input. Pada kasus dimana terdapat skala ekonomi, perusahaan yang terisolasi tidak akan memperoleh keuntungan (disadvantage), sementara perusahaan yang berlokasi secara terkonsentrasi memperoleh keuntungan karena mereka dapat memperoleh (outsource) input demand kepada produsen yang dapat mencapai skala efisiensi dalam produksi.

Rata-rata industri bergerak dari lokasi yang tidak terkonsentrasi menuju lokasi yang terkonsentrasi dan menghasilkan intensitas pembelian input yang meningkat sebesar 3 persen.

Dengan adanya input sharing maka diharapkan adanya sejumlah besar suplier input yang terspesialiskan.

Page 15: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Knowledge Spillover

Jaffee (1993) menyatakan bahwa knowledge spillover merupakan hal penting dan spillover itu dipengaruhi oleh jarak geografis. Dengan mengidentifikasi berkembangnya knowledge spillover di lokasi-lokasi dimana terjadi peniruan hak cipta, hasilnya adalah peniruan hak cipta juga terkonsentrasi secara spasial, dengan peniruan kira-kira 5 sampai sepuluh kali lipat dibandingkan dengan daerah yang tidak terkonsentrasi.

Dalam melihat faktor penentu aglomerasi, Audretsch dan Feldman (1996) melihat bagaimana dampak aglomerasi terhadap inovasi dengan menghitung produk yang diperkenalkan oleh Small Business Administration. Mereka juga menyimpulkan bahwa industri yang berorientasi knowledge, aktivitas inovatifnya lebih terkonsentrasi. Dalam hal ini, pekerja merupakan media penting dalam proses knowledge spillover.

Page 16: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Labour Market Pooling

Ada dua pemahaman tentang labour market pooling: Adanya kesesuaian antara tenaga kerja dengan kebutuhan di

kota besar (urbanization effect) atau dalam konsentrasi industri (localization effect). Ada dua pendekatan untuk mengidentifikasi labour market pooling yaitu dari tingkat pemberhentian pekerja (termination) dan turn over.

Interpretasi lain tentang labour market pooling adalah tentang resiko, yaitu pekerja maupun perusahaan menghadapi dua jenis resiko dalam memilih pekerjaan untuk perusahaan tertentu di kota tertentu. Pertama adalah pekerja dan spesifikasi perusahaan. Sumber resiko kedua adalah spesifikasi industri. Pada industri yang mudah guncang (shock), maka pekerja akan mudah kehilangan pekerjaan karena perusahaan serupa akan memiliki kondisi yang sama.

Simon mengemukakan hubungan antara tingkat pengangguran dengan spesialisasi kota yang memperlihatkan bahwa tingkat pengangguran akan semakin tinggi ketika kota akan semakin terspesialisasikan.

Page 17: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Home Market Effect

Satu hal yang menyebabkan agglomeration economies adalah home market effect. Idenya adalah bahwa interaksi antara internal scale economies dalam produksi dan biaya transport menyebabkan berkembangnya pasar lokal dengan kekuatan proses aglomerasi.

Davis dan Weinstein (1996) berkesimpulan bahwa pengaruh pasar lokal merupakan penentu utama dalam konsentrasi regional. Dalam regional yang lebih besar, Hanson melihat bahwa pengaruh pasar lokal yaitu dengan meningkatknya keterbukaan pasar membawa pergeseran ekonomi wilayah dari manufaktur.

Page 18: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Konsumsi

Glaeser mengemukakan ada empat hal yang menyebabkan konsumsi yang meningkat di kota besar. 1) ada banyak barang dan jasa yang dapat diperoleh dengan mudah di kota besar; 2) kota besar menyediakan berbagai hal yang menarik; 3) kota besar memungkinkan tersedianya barang publik yang tidak tersedia di kota kecil; 4) padatnya pemukiman memungkinkan kecapatan interaksi lebih besar dibandingkan di kota kecil.

Pentingnya konsumsi di kota besar juga terkait dengan besarnya commuter yang tumbuh sebesar 2,7 persen antara tahun 1980 hingga tahun 1990-an.

Implikasi dari aglomerasi terhadap konsumsi yaitu bahwa pasar memungkinkan barang untuk dibuat sedekat mungkin dengan selera konsumen.

Page 19: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Rent seeking

Ades dan Glaeser melihat hubungan antara rent seeking dan pembentukan kota besar. Selain faktor ekonomi merupakan bagian dari penjelasan dari jenis urban primacy, seringkali terdapat faktor politik yang mempengaruhi proses aglomerasi. Dalam sistem politik yang tersentralisasi, misalnya dalam unstable dictatorship 37 persen penduduknya tinggal di kota, sementara dalam demokrasi yang stabil hanya mencapai 23 persen. Dalam hal ini, stabilitas politik dan adanya hak-hak politik mempengaruhi tingkat urbanisasi.

Page 20: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Penyebab Aglomerasi (Tjuk Kuswartoyo, 1992)

1) Industri yang bertumpu pada sumber daya akan terkelompok pada lokasi sumber daya alam yang menjadi penopang utamanya;

2) Harga tanah, ketersediaan prasarana, akses terhadap pusat angkutan, pasar dan tenaga kerja;

3) Pengarahan dari pemerintah yang disertai dengan pengadaan prasarana yang memenuhi kebutuhan;

4) Konglomerasi usaha, yang merupakan kelanjutan dari proses sebelumnya;

5) Adanya kawasan industri, yaitu suatu tapak yang cukup luas dilengkapi dengan prasarana, fasilitas dan pelayanan yang cukup, yang disiapkan untuk menampung industri;

6) Perkembangan kemampuan lokal, yang menumbuhkan adanya konsentrasi industri di suatu wilayah

Page 21: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Pengukuran Konsentrasi /dispersi Spasial Paradigma geografi ekonomi adalah bahwa

liberalisasi perdagangan akan mendorong pengelompokan/ penyebaran aktivitas kegiatan ekonomi masyarakat

Pengelompokan disasu sisi akan membawa pada adanya konsentrasi spasial dari kegiatan-kegiatan tersebut

Pengelompokan pada beberapa lokasi/daerah akan menyebabkan adanya dispersi/perbedaan spasial antar lokasi

Page 22: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Beberapa Indeks Konsentrasi/dispersi

Nama lndeks Peneilti/penulis Psrbandingan distribusi atau deskripsi

• Koefisien asosiasi geografis

Florence, et.al.

Pangsa tenaga kerja manufaktur menurut negara bag ian : industri i versus industri j

• Koefisien konsentrasi populasi Hoover Pangsa menurut negara bagian: populasi versus kawasan

• Koefisien redistribusi Hoover; Florence, ef.al. Pangsa popuiasi (atau penarima gaji total, atau pekeria pada industri manufaktur yang dipilih) menurut ne ara ba ian: tahun a versus tahun

• Koefisien deviasi Hoover Pangsa populasi menurut negara bagian: penduduk Kulit putih versus Negro

• indeks katidaksamaan (dissimilarity) Duncan Pangsa pekeria menurut daerah:

Pekerja grup A versus B

• Indeks pemisahan (segregation)

Duncan ,

Pangsa pekeria menurut daerah: kelompok pekerjaan tertentu versus kelompok

pekerjaan yang lain.

• Koefisien spesialisasi (Location Quetient, LQ) Malecki

Pangsa pekeria i di daerah r versus pangsa industri i terhadap total pekerja dalam suatu negara

• Konsentrasi geografis Ellison & Glaeser Indeks ini berusaha untuk mecakup localized indus try-specific spillovers dan keun ulan alami

• Indeks perbedaan regional/nasional Krugman Jumlah perbedaan absolut antara pangsa

industri i dan industri lain terhadap total jumlah tenaga

• Koefisien Gini Industri Krugman, Amiti

(1) untuk tiap-tiap unit lokasi, dihitung pangsa total tenaga kerja manufaktur nasional dan pangsa tenaga kerja nasional dalam suatu industri; (2) menyusun peringkat unit lokasi menurut rasio kedua angka tersebut; (3) susun peringkat dari yang tertinggi hingga terendah dan pertahankan total nilai kumulatif baik jumlah pangsa tenaga kerja maupun jumlah pangsa tenaga kerja daiam industri tersebut

Page 23: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

BEBERAPA KASUS

New York Metropolitan Regional mengemukakan tentang external economies yang menjadi titik keseluruhan sejarah New York. Pada awalnya para pedagang memperoleh keuntungan dengan adanya jadwal pelayaran, namun pedagang besar dan broker pelayaran tidak tersedia. Setelah itu, pedagang memperoleh keuntungan dengan adanya investasi di sector pelabuhan, pembangunan kanal dan jaringan kereta api.

Page 24: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Regional Cluster of Innovation Project, yang inti pendekatannya adalah, bahwa kegiatan bisnis akan lebih produktif ketika factor pasar mendukung, supplier mudah ditemukan, ketika adanya permintaan konsumen, dan ketika tekanan persaingan mendorong inovasi yang berkelanjutan. Kondisi ini akan terjadi kalau industri terkonsentrasi.

Page 25: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Regional advantage dari Silicon Valley yang merupakan pusat industri elektronik dan teknologi tinggi, dan Boston Route 128. Kedua lokasi ini memiliki beberapa karakteristik yang dapat menarik penggunaan teknologi dan tenaga kerja terdidik. Perbedaan keduanya adalah dalam sistem industrinya, yang mencakup institusi lokal dan budayanya, struktur industri, dan corporate organization. Silicon Valley lebih fleksibel dan entrepreneurial, sementara Route 128 lebih rigid dan sangat hierarkis.

Page 26: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Dalam menjelaskan fenomena aglomerasi di Indonesia, Mudrajad (2002) menyatakan bahwa aglomerasi di Indonesia terjadi seiring dengan perubahan struktur ekonomi dari pertanian ke industri. Aglomerasi di Indonesia lebih cenderung sejalan dengan hasil pendapat Jacob yang menitikberatkan pada diversity industri dalam satu aglomerasi. Konsentrasi geografis di Indonesia telah menimbulkan kesenjangan yang besar antar pulau terutama dalam hal distribusi industri-industri manufaktur, dan tidak menimbulkan keterkaitan antara usaha menengah dan besar dengan industri kecil dan rumah tangga.

Page 27: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Pada Zona industri Cibinong diketahui bahwa terkelompoknya industri di zona ini lebih karena kepentingan pihak industri sendiri yaitu mendekati bahan baku dan akses pasar ke Jakarta. Beberapa dampak yaitu: perubahan hak atas tanah, pertumbuhan penduduk dan perkembangan pemukimannya, perubahan aktivitas ekonomi lokal terutama kegiatan industri kecil, perdagangan lokal dan transportasi (Tjuk Kuswartoyo 1992).

Page 28: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Distribusi Spatial Aktivitas Ekonomi Penentuan lokasi aktivitas kegiatan usaha

pada akhirnya akan berdampak kepada pola ruang suatu wilayah.

Teori yang dikembangkan oleh Hotelling menyimpulkan bahwa keseimbangan dari wilayah pasar yang terbentuk diwujudkan dengan mengelompoknya aktivitas-aktivitas kegiatan pada suatu lokasi tertentu, sehingga membentuk suatu cluster

Page 29: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Distribusi Spasial Aktivitas Ekonomi Daya tarik suatu daerah terhadap investasi kegiatan

usaha berbeda-beda. Beberapa hal yang mempegaruhi daya tarik daerah diantaranya adalah: Sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing daerah Faktor-faktor diluar endowment seperti kualitas SDM,

ketersediaan fasilitas dan prasarana pedukung pembangunan

Perbedaan pada sisi kebijakan yang dianut oleh pemerintah daerah

Kondisi ini pada akhirnya menimbulkan adanya ketimpangan spasial, karena beberapa aktivitas kegiatan usaha cenderung untuk bertempat pada suatu lokasi tertentu saja

Page 30: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Distribusi Spasial Aktivitas Ekonomi Perbedaan distribusi dari aktivitas kegiatan wilayah

menyebabkan perbedaan dalam pertumbuhan ekonomi di masing-masing wilayah yang bersangkutan

Ada wilayah-wilayah dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sedangkan wilayah-wilayah lainnya memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah.

Kondisi ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan pembangunan antar wilayah, dan kita sering menyebutnya dengan disparitas (kesenjangan) wilayah.

Page 31: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Tujuan Pembangunan Wilayah

Tujuan dari perencanaan pembangunan wilayah adalah: Bagaimana menciptakan

kesejahteraan antar wilayah yang ada dalam suatu negara (place prosperity).

Bagaimana menciptakan kesejahteraan antar orang dalam suatu wilayah (people prosperity).

Page 32: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Teori Circular and Cumulative Causation dari Myrdal

Backwash effect cenderung menarik seluruh sumberdaya dari wilayah-wilayah yang lebih terbelakang ke wilayah-wilayah yang lebih maju, sehingga pada akhirnya akan semakin memperburuk tingkat kesenjangan yang terjadi

Menurut Myrdal kesenjangan wilayah menggambarkan adanya permasalahan dalam pengembangan wilayah, jika hal ini terus dibiarkan maka akan ada suatu kecenderungan bahwa wilayah-wilayah yang kurang berkembang tersebut akan semakin tertinggal dibandingkan dengan wilayah lainnya.

Page 33: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Teori Circular and Cumulative Causation dari Myrdal

Menurut Myrdal:Ketidakmerataan distribusi spasial dari

aktivitas ekonomi akan terjadi jika kota-kota pusat pertumbuhan menarik semua sumber daya yang ada disekitar kearahnya (proses ini dikenal dengan istilah backwash effect) sehingga akan terjadi ketimpangan antar wilayah yang disebabkan tidak terdistribusinya aktivitas-aktivitas perekonomian secara merata dalam suatu wilayah.

Page 34: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Penyebab Ketidakmerataan Distribusi Spatial Aktivitas Ekonomi

Menurut Upal dan handoko (1986) ada 2 penyebab, yaitu:Social-economic rigidities (kekakuan kondisi

sosial ekonomi) Factor immobilities (kesulitan pergerakan

faktor-faktor produksi – seperti tenaga kerja, modal)

Menurut Hirschman,ketidakmerataan distribusi spasial akan terjadi apabila polarization effect jauh lebih dominan dibandingkan dengan trickledown effect.

Page 35: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Teori Kesenjangan Wilayah

Ada dua teori dasar yang dapat menjelaskan tentang kesenjangan antar wilayah yang disebabkan oleh adanya ketidakmerataan distribusi spasial dari aktivitas-aktivitas perekonomian, yaitu:Generative growth theoryCompetitive growth theory

Page 36: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Generative Growth Theory

Ketimpangan antar wilayah akan terjadi apabila jika perekonomian nasional mengalami steady state, akan tetapi ada beberapa wilayah yang mengalami pertumbuhan ekonomi negatif, sementara wilayah-wilayah yang lain tumbuh dengan laju yang lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan perekonomian nasional yang mengalami steady state.

Ketimpangan tidak menjadi masalah apabila terjadi kondisi dimana ada wilayah-wilayah yang mempunyai laju pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan wilayah yang lain (bahkan dengan pertumbuhan nasionalnya) akan tetapi semua wilayah masih mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif

Page 37: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Competitive Growth Theory

Setiap wilayah akan bersaing satu sama lain dalam struktur pasar monopolistik, mereka akan berusaha sebisa mungkin untuk terus tumbuh dan berhasil memenangkan persaingan antar wilayah

Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor-faktor eksogen di masing-masing wilayah, karena setiap wilayah adalah spesifik maka faktor eksogen di tiap wilayah mungkin akan berbeda-beda pula.

Apabila pertumbuhan nasional rendah sementara dibeberapa wilayah pertumbuhannya justru cukup tinggi, maka pertumbuhan dibeberapa wilayah tersebut terjadi dengan mengorbankan pertumbuhan ekonomi di wilayah yang lainnya, sehingga terjadi kesenjangan wilayah

Page 38: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Indeks Williamson

Salah satu ukuran yang biasa digunakan dalam menganalisis kesenjangan antar wilayah adalah Indeks Williamson (IW).

Menghitung kesenjangan wilayah dengan IW pada dasarnya merupakan ukuran Coefficient of variation. Semakin tinggi nilai IW menunjukkan terjadinya tingkat kesenjangan antar wilayah yang semakin tinggi pula, dan sebaliknya jika index yang didapat menuju kearah nol

Page 39: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Indeks Williamson

Perumusan dari Indeks Williamson dapat dituliskan sebagai berikut:

Rj = Pendapatan per kapita dari daerah/wilayah ke-j R = Rata-rata dari pendapatan per kapita seluruh

wilayah N = Total population fj = population di wilayah ke-j

RN

fRR

IWj

j

).(

Page 40: Aglomeration Economics and Spatial Distribution of EcmActivities LAN Pertemuan I, II

Theil index

Indeks Theil dapat dirumuskan sebagai Berikut:

Dimana: yi PDRB per kapita daerah i Y rata-rata PDRB per kapita seluruh daerah xi populasi di daerah i X populasi di seluruh daerah

N

i Xxi

Yyi

Y

yiyI

1

log)(