adm

15
ADMINISTRASI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS UPAYA KESEHATAN WAJIB PUSKESMAS DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) Oleh Aditya Sukma Caesar (10031002), Rita Rahmawati (10031021), Vinda Ayu Nurisma (10031024) Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKES Insan Unggul Surabaya . PENDAHULUAN Menurut (Depkes, 2004) puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan (Dinkes) kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah. Keberadaan puskesmas di suatu wilayah memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat sehat yang mampu untuk memberdayakan dirinya sendiri dalam hal kesehatan. Definisi kesehatan dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Secara umum, tujuan puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan sosial yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di

Upload: vynda-ayu

Post on 01-Oct-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

administrasi kesehatan

TRANSCRIPT

ADMINISTRASI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMASUPAYA KESEHATAN WAJIB PUSKESMAS DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB)OlehAditya Sukma Caesar (10031002), Rita Rahmawati (10031021), Vinda Ayu Nurisma (10031024)Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

STIKES Insan Unggul Surabaya. PENDAHULUANMenurut (Depkes, 2004) puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan (Dinkes) kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah. Keberadaan puskesmas di suatu wilayah memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat sehat yang mampu untuk memberdayakan dirinya sendiri dalam hal kesehatan.

Definisi kesehatan dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Secara umum, tujuan puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan sosial yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010. (Depkes, 2004)

Melihat tujuan dari puskesmas tersebut, sangat menunjukkan peran dan manfaat dalam membentuk kesehatan masyarakat di Indonesia. Dengan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237.641.300 juta jiwa yang tersebar di 32 provinsi (BPS, 2010), maka perlu adanya manajemen dan administrasi yang baik terhadap puskesmas sehingga dalam kerjanya mampu melakukan tindakan yang terbaik.

Dalam kinerjanya, puskesmas memiliki upaya-upaya untuk kesehatan perorangan dan masyarakat. Yang nantinya, upaya kesehatan tersebut akan menjadi pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care). Upaya kesehatan tersebut terbagi menjadi dua, yaitu upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan.

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit yang tinggi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut adalah promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana (KIA-KB), perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (P3M) dan pengobatan.

Adapun upaya kesehatan pengembangan puskesmas, yang didefinisikan upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya tersebut berupa kesehatan sekolah, kesehatan olah raga, perawatan kesehatan masyarakat, kesehatan kerja, kesehatan gigi dan mulut, kesehatan jiwa, kesehatan mata, kesehatan usia lanjut serta pembinaan pengobatan tradisional.

Sebagai pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care), maka perlu administrasi dan manajemen puskesmas yang tepat. Subur Prayitno dalam Dasar-Dasar Administrasi Kesehatan Masyarakat, administrasi dapat didekati dari dua pengertian yang terbagi atas unsur statis administrasi (organisasi) dan unsur dinamis administrasi (manajemen). Sehingga, dapat disimpulkan bahwa administrasi merupakan sinergi antara sebuah organisasi/wadah dan manajemen.

Oleh karena itu, dalam paper ini akan dibahas mengenai administrasi puskesmas terkait dengan upaya kesehatannya. Tujuannya adalah agar mampu menggambarkan kinerja puskesmas dalam menjalankan upaya kesehatan. Hal-hal yang menjadi pembahasan adalah konsep administrasi puskesmas dan pelaksanaan upaya kesehatan puskesmas.

PEMBAHASANKonsep Administrasi Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan (Dinkes) kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah. Untuk meningkatan pelayanan kesehatan yang baik, maka dibutuhkan sebuah administrasi puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan seharusnya memiliki standar pelayanan yang baik.

Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

Melihat fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer dan pusat pelayanan kesehatan perorangan primer maka puskesmas memiliki struktur organisasi yang jelas. Organisasi sebagai statis administrasi memiliki arti sebagai suatu wadah dimana terdapat orang-orang yang saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.

Struktur organisasi memiliki unsur penting dalam suatu administrasi khusus puskesmas. Struktur organisasi didefinisikan sebagai bagan yang memperlibatkan tata hubungan kerja antar bagian dan garis kewenangan, tanggung jawab dan komunikasi dalam menyelenggarakan pelayanan dan antar unit pelayanan.

Secara garis besar struktur organisasi puskesmas terdiri atas kepala puskesmas, unit tata usaha yang bertanggungjawab membantu kepala puskesmas, unit pelaksana teknis fungsional puskesmas dan jaringan pelayanan puskesmas.

Pelaksanaan Upaya Kesehatan Puskesmas

Seperti kita ketahui bersama bahwa upaya kesehatan puskesmas terbagi menjadi dua, yaitu upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Dalam paper ini akan disinggung mengenai upaya kesehatan wajib yang salah satunya adalah mengenai Keluarga Berencana (KB).

Upaya kesehatan wajib Keluarga Berencana (KB) dalam pelaksanaannya menjadi satu oleh Kesehatan Ibu dan Anak. Akan tetapi, pada bahasan saat ini hanya menyinggung Keluarga Berencana (KB). Yang kita ketahui bersama, bahwa program Keluarga Berencana (KB) tersebut merupakan langkah pemerintah salah satunya untuk menekan jumlah kelahiran di Indonesia.

Deskripsi Upaya Program Keluarga Berencana (KB)

Upaya pelayanan Keluarga Berencana (KB) adalah upaya pemerintah dalam mengendalikan laju perkembangan penduduk dan akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) melalui pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) dengan menggunakan kontrasepsi, termasuk penanganan komplikasi dan efek samping.Tidak hanya mengenai program untuk mengendalikan laju perkembangan penduduk di Indonesia saja, akan tetapi Upaya Program Keluarga Berencana (KB) juga berperan dalam upaya kesehatan remaja.

Upaya kesehatan remaja adalah upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan remaja melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku tentang kesehatan remaja.Dalam pelaksanaannya upaya kesehatan remaja dilaksanakan dengan prinsip kemitraan dan harus mampu membangkitkan, mendorong keterlibatan dan kemandirian remaja. Dan pelaksanaan pembinaan kesehatan remaja dilaksanakan terpadu lintas progran dan lintas sektor pemerintah dan sektor swasta, serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sesuai dengan peran dan kompetensi masing-masing sektor secara efektif dan efisien sehingga mencapai hasil yang optimal.Tabel 1

Kegiatan Program Keluarga Berencana (KB) Di Dalam dan Di Luar Gedung Puskesmas

KriteriaKegiatan Di Dalam GedungKegiatan Di Luar Gedung

Pelayanan Kesehatan remaja1. KIE

2. Pelayanan Medis

3. Konseling1. Skreening Remaja Yang Sekolah dan Tidak Sekolah2. KIE Untuk Remaja Yang Sekolah dan Tidak Sekolah3. Konseling Untuk Remaja Yang Sekolah dan Yang Tidak Sekolah

Pelayanan Keluarga Berencana (KB)1. Pelayanan dan Konseling KB2. Pelayanan KB Kafetaria (IUD, MOP, MOW, Implant, Suntik, Pil, Kondom)3. Pelayanan Efek Samping dan Komplikasi

4. Melakukan KB Metode Operasi Pria (MOP) dan Metode Operasi Wanita (MOW)1. Konseling KB

2. Pendataan Sasaran KB

3. Penyuluhan 1. Kunjungan Rumah (KN)2. Konseling dan Penyuluhan (Posyandu, Kunjungan Rumah)3. Konseling KB

4. Pelayanan KB dengan Tim KB Keliling5. Pelayanan dengan Momen Khusus6. Pendataan Sasaran KB7. Pelayanan dan Konseling pada Calon Pengantin Wanita, Masa Pra Hamil dan Masa Antara Dua Kehamilan

(Sumber : Dinkes Jawa Timur, 2011)

Pada tabel 1 di atas, diterangkan mengenai kegiatan puskesmas dalam upaya program Keluarga Berencana (KB) yang diselenggarakan di dalam dan di luar gedung. Ada dua kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas yaitu pelayanan kesehatan remaja dan pelayanan Keluarga Berencana (KB).Dalam pelaksanaan program tersebut, maka ada beberapa hal yang menjadi poin untuk pencapaian. Oleh karena itu perlu adanya standar dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB).

Standar Pelayanan Keluarga Berencana (KB)

1. Cakupan KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate/CPR) adalah jumlah peserta KB baru dan lama yang masih aktif memakai alokon terus menerus hingga saat ini untuk menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan yang ada di wilayah kerjanya selama periode Januari sampai Desember.

Perlu dipahami bahwa dalam konsep kohort PA bukanlah akseptor kunjungan ulang sehingga perhitungan seseorang akseptor sebagai PA hanya dilakukan 1 kali dalam 1 tahun kalender

Cara perhitungan/rumus :

Target :

Tabel 2

Target Cakupan KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate/CPR)

Tahun 201120122013 2014

Target 63%65%67,5%70%

Sumber data : laporan LB3-USUB 2. Cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang baru pertama kali menggunakan metode kontrasepsi termasuk mereka yang pasca istirahat minimal tiga bulan selama periode Januari sampai Desember.Cara perhitungan/rumus :

Target : dari tahun ke tahun meningkat3. Akseptor Keluarga Berencana (KB) Drop Out adalah jumlah peserta yang tidak melanjutkan penggunaan kontrasepsi (drop out) dalam satu tahun kalender dibandingkan jumlah peserta aktif di wilayah kerja puskesmas selama periode Januari sampai Desember. Kasus peserta tidak melanjutkan kontrasepsi (drop out) tidak termasuk mereka yang ganti cara.Cara perhitungan/rumus :

Target : dari tahun ke tahun menurun4. Cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) mengalami komplikasi adalah jumlah peserta Keluarga Berencana (KB) baru atau lama yang mengalami gangguan kesehatan dan mengarah pada keadaan patologis sebagai akibat dari proses tindakan atau pemberian pemasangan alat kontrasepsi yang digunakan seperti : pendarahan, infeksi/abses, flour albus patologis, perforasi, translokasi, hematoma, tekanan darah meningkat dan perubahan Hemoglobin (Hb).Komplikasi yang terjadi dalam periode satu tahun kalender dihitung satu kali, dihitung per metode IUD, implant, suntik, pil, Metode Operasi Pria (MOP) dan Metode Operasi Wanita (MOW).

Cara perhitungan/rumus :

Tabel 3

Toleransi Cakupan Peserta Keluarga Berencana (KB) Mengalami KomplikasiTahun 201120122013 2014

Target 3,5%3,5%3,5%3,5%

Sumber data : Laporan LB3 USBUB

5. Cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) yang mengalami kegagalan kontrasepsi adalah kasus terjadinya kehamilan pada akseptor Keluarga Berencana (KB) aktif yang ada pada saat tersebut menggunakan metode kontrasepsi di wilayah kerjanya selama periode Januari sampai Desember.Cara perhitungan/rumus :

Tabel 4

Toleransi Cakupan Peserta Keluarga Berencana (KB) yang Mengalami Kegagalan KontrasepsiTahun 201120122013 2014

Target 0,19%0,19%0,19%0,19%

Sumber data : Laporan LB3 USBUB

6. Cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) mengalami efek samping adalah jumlah peserta Keluarga Berencana (KB) baru/lama yang mengalami gangguan kesehatan mengarah pada keadaan fisiologis, sehingga akibat dari proses tindakan atau pemberian atau pemasangan alat kontrasepsi yang digunakan spooting, amenore, pusing, sakit kepala, mual, muntah, perubahan Berat Badan (BB), nyeri tempat insisi, erosi dan nyeri perut. Efek samping yang terjadi dalam periode satu tahun kalender dihitung satu kali dihitung per metode IUD , implant, suntik, pil, Metode Operasi Pria (MOP) dan Metode Operasi Wanita (MOW).

Cara perhitungan / rumus :

Tabel 5

Toleransi Cakupan Peserta Keluarga Berencana (KB) Mengalami Efek SampingTahun 201120122013 2014

Target 12,5%12,5%12,5%12,5%

Sumber data : Laporan LB3 USBUB

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010, untuk penggunaan alat/cara Keluarga Berencana (KB) pada kelompok perempuan berstatus kawin usia 10-49 tahun dan pasangannya adalah 55,85 persen menggunakan alat Keluarga Berencana (KB) dan yang pernah menggunakan akan tetapi tidak pernah lagi sebesar 25,71 persen serta tidak pernah menggunakan Keluarga Berencana (KB) adalah 18,44 persen.

Kemudian, untuk remaja dengan usia 10-24 tahun yang berstatus belum nikah adalah sebesar 86,7 persen. Kelompok remaja dengan status belum kawin, pada laki-laki 3 persen dan perempuan 1,1 persen menjawab pernah berhubungan seksual. Usia pertama kali melakukan hubungan seksual yaitu delapan tahun.

Dengan melihat data di atas, maka perlu tindakan berupa sosialisasi yang berkaitan dengan program Keluarga Berencana (KB) melalui pemberian promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan sangat diperlukan. Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan dalam bidang kesehatan. Media yang dapat digunakan adalah berupa media cetak seperti leaflet, poster dan brosur maupun elektronik berupa iklan.

KESIMPULAN1. Dalam memenuhi kinerjanya, puskesmas memerlukan administrasi dan manajemen yang tepat untuk menyehatkan masyarakat dan perorangan.2. Untuk menyehatkan masyarakat dan perorangan maka puskesmas memerlukan upaya program kesehatan puskesmas.

3. Sebagai pendukung upaya program kesehatan puskesmas di masyarakat maka diperlukan sebuah media untuk mempelancar berjalannya program tersebut.DAFTAR PUSTAKABadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta : Kementerian KesehatanDinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2012. Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas Di Jawa Timur. Surabaya : Dinkes JatimDinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2011. Standar Puskesmas. Surabaya Dinkes Jatim

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan MasyarakatNotoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta : Rineka CiptaPenduduk Indonesia Menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan 2010. (Sumber : http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=12)

Prayitno, Subur. 2005. Dasar-Dasar Administrasi Kesehatan Masyarakat. Surabaya : Airlangga University PressRepublik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Lembaran Negara RI Tahun 2009, Nomor 144. Sekretaris Negara. Jakarta