adln perbanyakan akar ginseng jawa ( …repository.unair.ac.id/53005/2/mpb 72-16 mas p.pdf ·...
TRANSCRIPT
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
PERBANYAKAN AKAR GINSENG JAWA (TalinumpaniculatumGaertn.)
PADA VARIASI KONSENTRASI MEDIA CAIR DAN ZAT PENGATUR
TUMBUH MENGGUNAKAN EKSPLAN BATANG SECARA IN VITRO
SKRIPSI
DEWI MASYITHO
PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
i
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
PERBANYAKAN AKAR GINSENG JAWA (TalinumpaniculatumGaertn.)
PADA VARIASI KONSENTRASI MEDIA CAIR DAN ZAT PENGATUR
TUMBUH MENGGUNAKAN EKSPLAN BATANG SECARA IN VITRO
SKRIPSI
DEWI MASYITHO
PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
iv
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI
Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam
lingkungan Universitas Airlangga, diperkenankan untuk dipakai sebagai referensi
kepustakaan, tetapi pengutipan harus seizin penyusun dan harus menyebutkan
sumbernya sesuai kebiasaan ilmiah.
Dokumen skripsi ini merupakan hak milik Universitas Airlangga.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
V
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah skripsi
yang berjudul “Perbanyakan Akar Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum
Gaertn.) pada Variasi Konsentrasi Media Cair Menggunakan Eksplan Batang
secara In Vitro”. Naskah skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar sarjana di Progran Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Airlangga.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesainya karya tulis ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah memberi
bimbingan, dorongan serta motivasi kepada Penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan naskah skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik, tanggapan, saran atau masukan yang bersifat
membangun sangat diharapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan sumber informasi bagi kita semua.
Surabaya, 05 Agustus 2016
Penulis,
Dewi Masyitho
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vi
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan rahmat, kasih sayang dan lindungan-Nya penyusun dapat melaksanakan dan
menyelesaikan seragkaian penelitian hingga penyusunan naskah skripsi ini.
Dalam penyusunan naskah skripsi ini, penyusun banyak mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada :
1. Dr. Y. Sri Wulan Manuhara, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah banyak
meluagkan waktu, memberikan ilmu, membimbing dan mengarahkan dalam
menyelesaikan penulisan naskah skripsi ini.
2. Dr. Edy Setiti Wida Utami, M.S selaku dosen pembimbing II yang telah membantu
mengarahkan dan memberikan bimbingan selama penulisan naskah skripsi ini.
3. Prof. Hery Purnobasuki, M.Si., Ph.D selaku dosen penguji III yang telah
memberikan pengarahan dan saran yang berarti sehingga penyusunan skripsi ini
menjadi lebih baik.
4. selaku dosen penguji IV yang telah memberikan pengarahan dan saran yang berarti
sehingga penyusunan skripsi ini menjadi lebih baik.
5. Prof. Bambang Irawan, M.Si selaku dosen wali yang telah senantiasa meluangkan
waktunya untuk membimbing penyusun selama menempa ilmu di Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Airlangga.
6. Dr. Sucipto Hariyanto, DEA selaku Ketua Departemen Biologi Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Airlangga yang telah memberikan dorongan semangat agar
dapat menyusun skripsi dengan baik.
7. Seluruh dosen, staf, pengajar, laboran, dan karyawan Departemen Biologi, Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Airlangga yang telah memperlancar pelaksanaan
penelitian dan penulisan skripsi.
8. Teruntuk bapak Najib dan Ibu Syamsiyah yang telah memberikan segenap kasih
sayang, kesempatan untuk menuntut ilmu, motivasi dan dukungannya sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vii
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
9. Teruntuk Kakak dan adik-adikku, serta segenap keluarga besar yang selalu
memberikan motivasi, dukungan, semangat, dan kepercayaan kalian.
10. Teruntuk semua keluarga kos Mulyorejo tengah 5G (Ersy, Icha, Rani, Laila,
Aghnes, Leli, Lintang, Diche, Wina, Rika), sahabat-sahabat seperjuangan Biologi
2012 dan teman-teman keluarga 317, Fitri Amalia, Annisa Arroisi, Muhtafarottul
Dwi I., Aryana Nurisa, Ummul Fatin, Nabilah I.Z., Artifa Rachmah, Purnomo,
Fairuz Nabil yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan moril serta
persahabatan yang penuh warna dalam perjuangan ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penyusun pribadi dan pihak manapun
terutama bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang
Botani.
Surabaya, 05 Agustus 2016
Penulis,
Dewi Masyitho
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
viii
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Dewi Masyitho. 2016. Perbanyakan akar ginseng jawa (Talinum paniculatum
Gaertn.) pada variasi konsentrasi media cair dan zat pengatur tumbuh
menggunakan eksplan batang secara in vitro. Skripsi ini dibawah bimbingan
Dr. Y. Sri Wulan Manuhara, M.Si dan Dr. Edy Setiti Wida Utami, M.S.
Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi
media MS cair dan konsentrasi zat pengatur tumbuh IBA terhadap
pertumbuhan akar ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) secara in
vitro. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan acak lengkap
faktorial. Penelitian ini terdiri atas 25 perlakuan. Konsentrasi media MS cair
(0, 1/8, 1/4, 1/2, dan 1) masing-masing dikombinasikan dengan konsentrasi
zat pengatur tumbuh sebesar 0 mg/L, 0,5 mg/L, 1 mg/L, 1.5 mg/L dan 2 mg/L.
Tiap perlakuan diulang sebanyak empat kali selama empat minggu masa
kultur. Setelah dilakukan kultur selama empat minggu, akar yang terbentuk
dari eksplan batang ginseng jawa ditimbang berat segar dan berat kering.
Konsentrasi media 1/2 MS dan 2 mg/L IBA menghasilkan jumlah akar
tertinggi dibandingkan perlakuan yang lain yaitu sebesar 38 ± 5.71. Biomasa
tertinggi dihasilkan dari perlakuan dengan konsentrasi 1 MS dan 2 mg/L IBA
yaitu sebesar 162 ± 142 mg berat segar dan 142 ± 9.7 mg berat kering.
Simpulan dari penelitian ini adalah variasi konsentrasi media MS cair dan zat
pengatur tumbuh berpengaruh terhadap perbanyakan akar ginseng jawa
(Talinum paniculatum Gaertn.).
Kata kunci: perbanyakan akar, Talinum paniculatum Gaertn., auksin, in vitro.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ix
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Dewi Masyitho. 2016. Root propagation of Java ginseng (Talinum
paniculatum Gaertn.) at various concentration of liquid media and growth
regulators using stem explants in vitro. This thesis under the guidance of Dr.
Y. Sri Wulan Manuhara, M.Si and Dr. Edy Setiti Wida Utami, M.S.
Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Airlangga
University.
ABSTRACT
The aims of this study to determine the effect of variations in liquid MS
media concentration and concentration of growth regulators IBA on the
growth of ginseng Java root (Talinum paniculatum Gaertn.) in vitro. This
study is experimental with a completely randomized factorial design. This
study consisted of 25 treatments. MS liquid media concentration (0, 1/8, 1/4,
1/2, and 1) respectively combined with the concentration of growth regulators
at 0 mg / L, 0.5 mg / L, 1 mg / L, 1.5 mg / L and 2 mg / L. Treatments were
repeated four times during the four weeks of culture periods. After culture for
four weeks, the result showed that the roots have formed from stem explants
of Java ginseng was weighed its fresh weight and dry weight. 1/2 MS media
concentration and 2 mg / L IBA produces the highest number of roots
compared to other treatment that is equal to 38 ± 5.71. The highest biomass
resulting from the treatment of MS with a concentration of 1 and 2 mg / L
IBA is equal to 162 ± 142 mg fresh weight and 142 ± 9.7 mg dry weight.
Conclusions from this research is the variation of liquid MS media
concentration and growth regulators affect the propagation of Java ginseng
root (Talinum paniculatum Gaertn.).
Keywords: root propagation, Talinum paniculatum Gaertn., Auxin, in vitro.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
x
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i
LEMBAR PRASYARAT GELAR .....................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................iii
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI ............................................................iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................v
UCAPAN TERIMA KASIH ...............................................................................vi
ABSTRAK ..........................................................................................................viii
ABSTRACT ........................................................................................................ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xiv
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Permasalahan................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 6
1.3 Asumsi Penelitian .................................................................................. 6
1.4 Hipotesis ............................................................................................... 7
1.4.1 Hipotesis Kerja .............................................................................. 7
1.4.2 Hipotesis Statistik ......................................................................... 8
1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................. 9
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................ 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 10
2.1 Tinjauan Umum Tanaman Ginseng Jawa .............................................. 10
2.2 Teknik Kultur Jaringan .......................................................................... 13
2.3 Tipe Kultur Jaringan .............................................................................. 15
2.4 Media Kultur Jaringan ........................................................................... 17
2.5 Tinjauan Tentang Zat Pengatur Tumbuh ............................................... 18
2.6 Tinjauan Tentang Akar .......................................................................... 20
2.7 Pertumbuhan Akar ................................................................................. 22
2.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Akar ........................ 23
2.9 Hasil-hasil Penelitian Terkait ................................................................ 23
BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 25
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 25
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ..................................................................... 25
3.2.1 Alat penelitian ............................................................................... 25
3.2.2 Bahan penelitian ............................................................................ 25
3.3 Tahap Penelitian .................................................................................... 26
3.3.1 Sterilisasi alat dan media ............................................................... 26
3.3.2 Sterilisasi ruang kerja .................................................................... 26
3.3.3 Pembuatan larutan stok media MS ................................................ 27
3.3.4 Pembuatan media cair ................................................................... 29
3.3.5 Sterilisasi dan penanaman eksplan pada media ............................ 31
3.4 Variabel Penelitian ................................................................................ 32
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xi
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
3.5 Rancangan Penelitian............................................................................. 32
3.6 Analisis Data .......................................................................................... 34
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 35
4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 35
4.1.1 Lama waktu terbentuknya akar ginseng jawa ............................... 35
4.1.2 Persentase terbentuknya akar ginseng jawa .................................. 37
4.1.3 Jumlah akar yang terbentuk dari ekspan batang ginseng jawa ..... 42
4.1.4 Berat segar dan berat kering akar ginseng jawa ............................ 45
4.2 Pembahasan ........................................................................................... 51
4.2.1 Lama waktu terbentuknya akar ginseng jawa ............................... 51
4.2.2 Persentase terbentuknya akar ginseng jawa .................................. 54
4.2.3 Jumlah akar yang terbentuk dari ekspan batang ginseng jawa ..... 55
4.2.4 Berat segar dan berat kering akar ginseng jawa ............................ 57
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 60
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 60
5.2 Saran ..................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 62
LAMPIRAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xii
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Morfologi Ginseng Jawa, akar ginseng jawa…………...12
3.1 Media Cair……………………………………………….31
4.1 Grafik rerata lama waktu terbentuknya akar……………37
4.2 Perkembangan eksplan batang pada mdia 0 MS………..39
4.3 Perkembangan eksplan batang pada mdia 1/8 MS……...40
4.4 Perkembangan eksplan batang pada mdia 1/4 MS……...40
4.5 Perkembangan eksplan batang pada mdia 1/2 MS……...41
4.6 Perkembangan eksplan batang pada mdia 0 MS………..41
4.7 Rerata jumlah akar………………………………………41
4.8 Rerata berat segar akar…………………………………..47
4.9 Rerata berat kering akar………………………………....50
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xiii
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1 Rancangan Penelitian……………………………………………..33
4.1 Rerata lama waktu terbentuknya akar…………………………… 36
4.2 Persentase terbentuknya akar……………………………………..38
4.3 Rerata jumlah akar yang ternbentuk………………………………43
4.4 Hasil uji statistik Kruskal Wallis jumlah akar…………………….45
4.5 Rerata berat segar dan berat kering akar.…………………………46
4.6 Hasil uji statistik Kruskal Wallis berat segar akar………………..48
4.8 Hasil uji statistik Kruskal Wallis berat kering akar……………….51
4.9 Hasil uji statistik Kruskal Wallis lama waktu terbentuk akar…….53
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xiv
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
1. Komposisi penyusun media Murashige and Skoog (MS)
2. Komposisi media MS cair pada berbagai perlakuan konsentrasi
3 Data hasil pengamatan
4 Hasil uji statistik
5 Rekapitulasi hasil uji Mann Whitney lama waktu terbentuk akar
6 Rekapitulasi hasil uji Mann Whitney jumlah akar yang terbentuk
7 Rekapitulasi hasil uji Mann Whitney berat segar akar
8 Rekapitulasi hasil uji Mann Whitney berat kering akar
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Kondisi perekonomian Indonesia yang kurang menguntungkan khususnya di
bidang pemeliharaan kesehatan, mendorong masyarakat untuk menggali potensi alam
nabati Indonesia dalam upaya menanggulangi berbagai macam penyakit atau
gangguan kesehatan yang mungkin timbul. Pengenalan khasiat dan manfaat tanaman
Indonesia merupakan hal yang harus diketahui agar sebagai sumber bahan alam dapat
berdaya guna dan berhasil dalam mencapai salah satu sasaran program pembangunan
di bidang kesehatan (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).
Indonesia memiliki banyak tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai obat. Di
Indonesia juga terdapat tanaman yang mirip dengan ginseng, yaitu Talinum
paniculatum Gaertn. dengan nama daerah antara lain ginseng jawa, som jawa,
kolesom, Vergeet-mij-wel (Belanda), Panicled Flame Flower root (Amerika), dan Tu
re shen (China). Ginseng jawa (T. paniculatum) merupakan salah satu dari sekian
banyak jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat (Hidayat,
2005). Morfologi tanaman ginseng jawa ini menunjukkan kesamaan dengan Panax
ginseng khususnya pada bagian akar sehingga ada anggapan memiliki khasiat yang
sama (Heyne, 1987). Panax ginseng mempunyai khasiat antara lain sebagai tonikum.
Tonikum adalah obat yang menguatkan badan dan merangsang selera makan (Ramli
dan Pamoentjak, 2000).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Selain akar Panax ginseng, salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai
tonikum adalah akar ginseng jawa (Widowati dkk., 2002). Kandungan kimia dari akar
ginseng jawa (T. paniculatum) adalah saponin, flavanoid dan tanin (Syamsuhidayat
dan Hutapea, 1991). Akar ginseng jawa mempunyai bentuk akar yang menggembung
yang sama seperti Panax ginseng dan khasiatnya disetarakan dengan akar Panax
ginseng. Pada umumnya tanaman yang berkhasiat sebagai tonikum mengandung
senyawa turunan saponin, dan senyawa lain yang berkhasiat sebagai penguat tubuh
serta memperlancar peredaran darah. Zat yang dianggap berkhasiat adalah turunan
saponin yang disebut ginsenosida (Widowati et al., 2002). Saponin merupakan
senyawa metabolit sekunder dari golongan isoprenoid (Neuman et al., 2009)
Saponin banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Saponin ini
merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam beberapa
tanaman obat contohnya T. paniculatum Kandungan saponin tanaman T. paniculatum
dapat ditingkatkan produksinya, salah satunya dengan menggunakan teknik kultur in
vitro (Wardani et al, 2004).
Budidaya tanaman ginseng jawa dapat dilakukan dengan cara generatif (biji),
vegetatif (stek batang), dan teknik kultur jaringan (Hendaryono & Wijayani, 1994).
Namun, penggunaan kultur jaringan dianggap lebih menguntungkan dibandingkan
produksi pada tanaman utuh. Pasokan zat hara yang teratur dalam kultur jaringan
menjamin pengaturan proses metabolisme, sehingga dapat diperoleh hasil yang
maksimal (Kurz dan Constabel, 1991). Budidaya tanaman ginseng jawa secara
konvensional telah terdapat di Indonesia salah satunya adalah PT. Natural Nusantara
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
dengan lahan riset yang terletak di Yogyakarta. Salah satu produk yang menggunakan
akar ginseng jawa adalah “herbalstamin”.
Budidaya ginseng jawa secara konvensional ini memiliki kelemahan antara
lain keberhasilan tumbuh dengan biji sangat tergantung dari faktor fisik dan faktor
biologis biji tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif lain untuk melakukan
perbanyakan tanaman ginseng jawa antara lain dengan melakukan teknik kultur
jaringan. Teknik kultur jaringan memiliki prospek yang lebih baik dari pada metode
perbanyakan tanaman secara konvensional. Karena teknik kultur jaringan ini dapat
digunakan untuk menyelamatkan embrio yang secara normal abortif atau embrio dan
cadangan makanan tidak berkembang sehingga tidak dapat berkecambah serta teknik
kultur jaringan ini juga tidak bergantung pada musim (Zulkarnain, 2011)
Kultur in vitro disebut juga kultur jaringan tanaman adalah suatu teknik
menumbuh kembangkan bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan atau organ dalam
media kultur dengan kandungan nutrisi sel lengkap, serta kondisi ruang kultur yang
aseptik dan terkontrol (Yusnita, 2004). Teknik kultur in vitro digunakan untuk
menghasilkan produk-produk tanaman melalui proses yang sama, dengan faktor
lingkungan berupa suhu, cahaya, komposisi media, dan pH yang terkontrol baik dari
setiap tahapan kultur (Auge, 1995). Ignacimuthu, 1997 dalam Yusnita, 2004
menyatakan bahwa pelaksanaan kultur in vitro tanaman didasarkan pada sifat
totipotensi sel yaitu sifat setiap sel tanaman hidup yang pada dasarnya dilengkapi
dengan informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk tumbuh dan
berkembang menjadi tanaman utuh, jika berada di lingkungan yang sesuai.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Kultur in vitro dapat digunakan sebagai sarana penghasil senyawa metabolit
sekunder. Hal ini disebabkan karena metabolit sekunder merupakan hasil dari proses-
proses biokimia yang terjadi pada tubuh tanaman secara utuh. Pada kultur in vitro
senyawa ini terdapat pada kalus atau bagian lain seperti daun, akar, dan batang
(Ignacimuthu, 1997).
Pada dasarnya, eksplan dapat diambil dari semua bagian tanaman baik dari
jaringan akar, batang, dan daun muda. Biasanya, sebagai bahan eksplan dipilih
bagian-bagian jaringan yang bersifat meristematik. Bagian tanaman yang termasuk
jaringan meristematik adalah pucuk apical, pucuk lateral, dan pucuk aksial. Pucuk
apikal merupakan pucuk utama pada batang terminal yang mengarah ke atas, pucuk
lateral adalah pucuk yang muncul pada percabangan batang, dan pucuk aksial adalah
pucuk dari tunas atau cabang aksial yang muncul pada ketiak daun. Batang tumbuhan
dikotil terdiri atas tiga bagian yaitu epidermis, korteks, dan stele, yang berfungsi
sebagai tempat pengangkutan air dan unsur hara, serta tempat tumbuhnya organ-
organ generatif (Preece, 1995). Transformasi gen A. rhizogenes berpengaruh nyata
terhadap induksi perakaran pada eksplan batang ginseng jawa (Puspitaningsih, 2011)
Selain media dasar dan jenis eksplan, zat pengatur tumbuh juga berpengaruh
terhadap pertumbuhan akar. Zat pengatur tumbuh berperan penting dalam mengontrol
proses biologi dalam jaringan tanaman (Davies, 1995; Gaba, 2005).
Salah satu keberhasilan dalam perbanyakan dengan kultur jaringan adalah
pembentukan akar. Kemampuan jaringan untuk membentuk akar bergantung pada zat
pengatur tumbuh (ZPT) yang ditambahkan ke dalam media, antara lain auksin.
Pemberian auksin dalam kutur jaringan perlu memperhatikan fungsi dari setiap jenis
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
auksin tersebut. Penambahan auksin jenis tertentu dapat menstimulasi pembentukan
kalus tetapi menghambat elongasi akar (Hu dan Wang, 1983 dalam Dodds dan
Roberts, 1995). Auksin sintetik yang sering digunakan untuk menginduksi perakaran
in vitro adalah NAA dan IBA dalam konsentrasi rendah (Dodds dan Roberts, 1995).
Konsentrasi yang diperlukan dalam menginduksi akar bervariasi, tergantung dari jenis
tumbuhan, jenis eksplan dan jenis auksin yang digunakan. Induksi akar akan lebih
baik jika ditambahkan satu jenis auksin (George dan Sherrington, 1984).
Menurut Irwanto (2001), IBA memiliki sifat penyebaran yang sangat kecil.
Sehingga, apabila IBA diberikan pada akar, ia hanya akan menstimulasi pada bagian
akar saja, dan kemungkinan kecil untuk mampu menstimulasi pertumbuhan pada
bagian atas tanaman. IBA memiliki kandungan kimia lebih stabil dan mobilitasnya di
dalam tanaman rendah.
Fitriah (2008), melaporkan bahwa induksi akar ginseng jawa eksplan hipokotil
dengan zat pengatur tumbuh IBA berpengaruh terutama terhadap lama waktu
terbentuknya akar, rerata jumlah akar, kemampuan ekplan dalam membentuk akar,
dan kualitas perakaran.
Penelitian tentang pertumbuhan bibit manggis (Garcinia mangostana L.) asal
seedling di polibag menunjukkan bahwa pemberian IBA berpengaruh terhadap
variabel pertambahan jumlah akar sekunder, pertambahan panjang akar, berat kering
total akar dan bobot kering pupus (Asmara, 2007).
Berdasarkan penelitian Sholichatun et al., (2005) ketersediaan air (40, 60, 80,
dan 100%) mempengaruhi berat kering, laju pertumbuhan relatif, kadar saponin umbi,
dan kadar saponin total tanaman ginseng jawa (T. paniculatum). Ketersediaan air
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
tidak mempengaruhi rasio tajuk-akar. Secara umum, semakin tinggi tingkat
ketersediaan air, maka akumulasi berat kering tanaman akan semakin menurun,
sebaliknya kadar saponinnya akan meningkat.
Penelitian tentang perbanyakan akar ginseng jawa (T. paniculatum) pada
variasi konsentrasi penyusun media cair dan zat pengatur tumbuh menggunakan
eksplan batang ginseng jawa (T. paniculatum) belum pernah dilakukan sehingga
penelitian ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui komposisi media cair
yang paling sesuai untuk perbanyakan akar ginseng jawa dengan menggunakan
eksplan batang. Sedangkan untuk mengetahui keberhasilan optimasi pertumbuhan
akar digunakan zat pengatur tumbuh IBA.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi cara
produksi akar ginseng jawa (T. paniculatum) dengan menggunakan eksplan batang
pada media cair serta menunjang pemilihan konsentrasi penyusun media yang baik
dan cocok untuk perbanyakan akar tanaman ginseng jawa (T. paniculatum).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah kombinasi variasi konsentrasi penyusun media cair dan zat pengatur
tumbuh berpengaruh terhadap lama waktu terbentuknya akar, jumlah akar, berat
segar akar, dan berat kering akar tanaman Talinum paniculatum Gaertn.?
1.3 Asumsi Penelitian
Media tanam merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan kultur
jaringan (Beyl, 2005). Penelitian Cui et al (2010) menyatakan bahwa kultur akar
adventif Hypericum perforatum L dengan media 1/2 MS cair sesuai untuk
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
peningkatan biomassa dan metabolit sekundernya. Media MS yang memiliki
konsentrasi garam yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan karena potensial air
yang rendah menghambat absorbsi air dan nutrisi mineral dari media oleh akar
adventif Hypericum perforatum.
Penelitian Robi’ah (2013) menyatakan bahwa rerata laju pertumbuhan relatif
akar adventif ginseng jawa pada perlakuan variasi konsentrasi media MS dalam
kultur cair mengalami peningkatan. Laju pertumbuhan relatif tertinggi diperoleh pada
perlakuan media 1 MS.
Jenes et al., 1977 dalam Ahmed et al., 2002 menyatakan konsentrasi yang
diperlukan dalam menginduksi akar bervariasi, tergantung dari jenis tumbuhan, jenis
eksplan dan jenis auksin yang digunakan. IBA digunakan pada kisaran konsentrasi
0,5 – 3 mg/l. hal ini selaras dengan penelitian Muhallilin, 2011 yang menyatakan
bahwa zat pengatur tumbuh auksin IBA (konsentrasi 1 mg/L dan 2 mg/L)
menunjukkan waktu terbentuknya akar yang paling cepat.
Berdasarkan landasan empiris tersebut, maka dapat diasumsikan bahwa
variasi konsentrasi penyusun media kultur dan konsentrasi zat pengatur tumbuh
berpengaruh terhadap lama waktu terbentuknya akar, jumlah akar, berat segar akar,
dan berat kering akar tanaman ginseng jawa (T. paniculatum). Dengan mengetahui
komposisi nutrisi media MS yang paling baik untuk perbanyakan akar diharapkan
dapat meningkatkan produksi akar ginseng jawa untuk produksi skala besar dalam
bioreaktor.
1.4 Hipotesis Penelitian
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
1.4.1 Hipotesis kerja
Jika variasi konsentrasi penyusun media cair dan zat pengatur tumbuh
berpengaruh terhadap pertumbuhan akar dari eksplan batang ginseng jawa, maka
terdapat perbedaan terhadap lama waktu pertumbuhan akar, jumlah akar, berat segar
akar, dan berat kering akar pada berbagai variasi konsentrasi media cair dan zat
pengatur tumbuh dari kultur batang tanaman ginseng jawa (T. paniculatum)
1.4.2 Hipotesis statistik
H0 : Tidak ada pengaruh perbedaan lama waktu terbentuknya akar, jumlah akar,
berat segar akar, dan berat kering akar ginseng jawa (Talinum paniculatum
Gaertn.) pada berbagai kombinasi variasi konsentrasi penyusun media MS cair
dan zat pengatur tumbuh.
H1 : Ada pengaruh perbedaan lama waktu terbentuknya akar, jumlah akar, berat
segar akar, dan berat kering akar ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.)
pada berbagai kombinasi variasi konsentrasi penyusun media MS cair dan zat
pengatur tumbuh.
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi penyusun media cair dan zat pengatur
tumbuh terhadap lama waktu terbentuknya akar, jumlah akar, berat segar akar,
dan berat kering akar tanaman Talinum paniculatum Gaertn.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
kultur jaringan dan pertumbuhan akar dari eksplan batang ginseng jawa dalam media
cair. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan referensi dalam usaha pemuliaan
dan budidaya tanaman ginseng jawa (T. paniculatum) secara in vitro.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn.)
Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) berasal dari Amerika
Selatan (Van Steenis, 1992). Di Jawa, tanaman ini dikenal dengan nama som jawa
atau ginseng jawa. Menurut Simpson, 2006 ginseng jawa diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Familia : Portulacaceae
Genus : Talinum
Species : Talinum paniculatum Gaertn.
Tanaman ini berasal dari kawasan tengah dan selatan benua Amerika serta
daerah bagian selatan, kemudian menyebar ke daerah tropika lainnya. Tanaman
ginseng jawa tumbuh di Jawa pada ketinggian 5-1.250 m dan dimanfaatkan
sebagai tanaman hias atau tanaman obat (Poerba, 2009; Pitojo, 2006; dan
Wijayakusuma et al., 1994). Ciri-ciri morfologis T. paniculatum antara lain
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
adalah merupakan tanaman herba menahun dengan tinggi 0,3-0,8 m. bentuk
batang bulat, daun tersebar dengan bentuk bulat telur terbalik (Gambar 2.1).
Bunga berbentuk malai dan terletak di ujung batang dengan daun mahkota
berwarna merah keunguan. Benang sarinya berjumlah 5-15 dengan tangkai putik
bercabang 3 (Van Steenis, 2002).
Ciri-ciri morfologi bunga dan buah T. paniculatum adalah bunga majemuk
dalam malai terminal (terletak di ujung), longgar, dan cabang terujung bercabang
lagi dengan ujung menggarpu; tangkai bunga langsing; daun mahkota berjumlah
5, berbentuk oval dan berwarna merah keunguan (Van Steenis, 2002). Ginseng
jawa mulai berbunga pada usia 74-80 hari setelah benih disemai. Bakal buah
superior dan membulat dengan dinding dalam terdapat tiga ruang. Berwarna
kuning saat masih muda dan merah kecoklatan setelah masak, buah berbentuk
bola dan berwarna merah coklat dengan diameter 3 mm. Umur buah masak antara
20-22 hari setelah bunga mekar. Bijinya pipih kecil berukuran 0,7-1 mm, dan
berwarna hitam mengkilap (Van steenis, 1992; Hidayat, 2005). Tanaman ini
merupakan tanaman yang menghasilkan umbi (Darwati, et al., 2000).
Akar ginseng jawa (T. paniculatum) adalah akar tunggang, bercabang, dan
panjang (Gambar 2.1). Kulitnya berwarna coklat kekuning-kuningan dengan
bagian dalamnya berwarna putih. Bagian akar atau rimpang tanaman ini
merupakan bagian utama yang bermanfaat pada tanaman ginseng jawa. Bagian
akar tanaman ginseng jawa mengandung senyawa turunan saponin (ᵦ-sitosterol-ᵦ-
D-glukosida) yang disebut ginsenosida (Wahyuni dan Hadipoentyanti, 1999),
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
terpenoid, alkaloid, dan flavonoid (Yulia et al., 2005). Senyawa ᵦ-sitosterol pada
tanaman ini memiliki efek androgenik karena dapat diubah menjadi senyawa
prognenolon, yaitu senyawa antara dalam sintesis testosteron pada tubuh hewan,
(Winarni et al., 2008).
Gambar 2.1 Morfologi ginseng jawa
(sumber: Tanamool, et al., 2013).
Tanaman ini berkhasiat sebagai tonikum, afrodisak, menyembuhkan
radang paru-paru, diare, haid tidak teratur, mencegah keputihan, melancarkan ASI
(Hariana, 2006; Wijayakusuma et al., 1994), sebagai nutrisi manusia maupun
hewan, antibiotik dan pengikat kolesterol (Widiyani, 2006). Daun ginseng jawa
dapat dimanfaatkan untuk memperlancar air susu ibu, dan sebagai lalapan sayur
tumis (Hidayat, 2005).
2.2 Teknik Kultur Jaringan
Kultur jaringan adalah membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi
tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya (Suryowinoto, 1991 dalam
Hendaryono 1994). Menurut Basri (2004), kultur jaringan merupakan suatu teknik
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
mengisolasi bagian tanaman baik berupa organ, jaringan, sel ataupun protoplasma
kemudian mengkultur bagian tanaman tersebut pada media buatan dengan kondisi
lingkungan yang steril dan terkendali. Presentase keberhasilan kultur jaringan
akan lebih besar bila menggunakan jaringan meristem. Jaringan meristem
merupakan jaringan muda yang terdiri atas sel-sel yang selalu membelah (Ashari,
1995).
Nugroho dan Sugito, 1996 mengemukakan bahwa pelaksanaan teknik
kultur jaringan ini berdasarkan teori sel yaitu bahwa sel mempunyai kemampuan
autonom (mampu tumbuh mandiri), bahkan mempunyai kemampuan totipotensi.
Totipotensi adalah kemampuan setiap sel, dari mana saja sel tersebut diambil
apabila diletakkan dalam lingkungan yang sesuai akan dapat tumbuh menjadi
tanaman yang sempurna.
Kultur jaringan tanaman terdiri dari sejumlah teknik untuk menumbuhkan
organ, jaringan, dan sel tanaman. Jaringan dapat dikulturkan di media padat atau
dalam medium hara cair. Jika ditanam dalam agar, jaringan akan membentuk
kalus, yaitu massa atau sel-sel yang tak tertata (Wetter & Constabel, 1982).
Menurut Pierik (1987), penggunaan teknik kultur jaringan telah berkembang luas
karena beberapa keuntungan yang diperoleh, antara lain yaitu (1) teknik in vitro
dapat digunakan untuk memperbanyak jenis tanaman yang sulit diperbanyak
secara konvensional (2) waktu yang dibutuhkan relatif lebih cepat daripada
perbanyakan tanaman secara konvensional (3) tanaman yang dihasilkan
mempunyai daya tumbuh yang lebih kuat (4) kultur in vitro dapat digunakan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
untuk menghasilkan tanaman yang bebas penyakit atau bebas patogen (5)
pelaksanaannya tidak tergantung pada musim. Namun dalam pelaksanaannya
teknik kultur jaringan juga memiliki kelemahan yaitu, dibutuhkan biaya awal
yang relatif tinggi untuk laboratorium dan bahan kimia serta diperlukan keahlian
khusus untuk melaksanakannya (Yusnita, 2003).
Kultur jaringan dapat digunakan sebagai sarana untuk menghasilkan
senyawa metabolit sekunder. Pada kultur in vitro, senyawa ini terdapat pada kalus
atau bagian lain seperti daun, akar, dan batang (Ignacimuthu, 1997 dalam
Wardani, 2004). Produksi metabolit sekunder pada umumnya berjalan sangat
lambat bahkan belum dimulai pada fase pertumbuhan, dalam hal ini adalah
pertumbuhan kalus. Setelah fase pertumbuhan kalus berakhir maka produksi
metabolit sekunder segera dimulai (Manuhara, 2014). Produksi metabolit
sekunder melalui kultur jaringan dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor
internal yaitu gen maupun faktor eksternal yaitu lingkungan kultur. Penggunaan
kultur in vitro untuk mengingkatkan produksi metabolit sekunder terutama untuk
senyawa obat dianggap lebih menguntungkan dibandingkan dengan produksi
senyawa utuh, karena dalam kultur in vitro pasokan zat hara yang teratur dapat
dijamin serta dimungkinkan untuk pengaturan proses metabolisme sehingga
diperoleh hasil yang sebesar-besarnya (Wardani et al., 2004)
Teknik kultur jaringan dapat berhasil dengan baik apabila syarat-syarat
yang diperlukan terpenuhi. Syarat-syarat tersebut meliputi pemilihan eksplan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
sebagai bahan dasar untuk pembentukan akar, penggunaan medium yang cocok,
keadaan aseptik dan pengaturan udara yang baik (Hendaryono & Wijayani, 1994).
2.3 Tipe Kultur Jaringan
Kultur jaringan tanaman terdiri atas berbagai tipe berdasarkan
penggunaannya terdiri atas (Suliansyah, 2013):
1. Kultur Embrio
Kultur embrio merupakan isolasi dan pertumbuhan aseptik embrio zigotik
mature dan immature yang bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang viabel.
Teknik ini telah digunakan untuk sejumlah tanaman dengan berbagai tujuan,
antara lain: a) penyelamatan embrio setelah persilangan intergenetik, b)
mempercepat siklus pemuliaan melalui pengkulturan in vitro bagi embrio yang
lambat berkembang, c) pematahan dormansi bagi biji-biji yang sulit berkecambah,
dan d) mendapatkan tanaman yang viabel setelah persilangan sendiri. Teknik
kultur embrio yang mungkin paling banyak digunakan adalah penyelamatan
embrio setelah dilakukan persilangan intergenerik, seperti persilangan antara
kedelai dengan Glycine liar. Persilangan tersebut tidak mungkin berlangsung
secara normal. Dengan cara ini beberapa sifat, seperti ketahanan terhadap
penyakit, dapat diintroduksikan ke dalam tanaman kultivasi.
2. Kultur Meristem
Kultur meristem (atau mikropropagasi) merupakan isolasi dan
pertumbuhan aseptik ujung tunas (shoot-tips) atau meristem secara in vitro yang
bertujuan untuk mendapatkan klon-klon tanaman, tanaman bebas virus. Teknik
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
kultur meristem yang mungkin paling banyak digunakan adalah untuk tujuan
memproduksi klon-klon secara cepat. kultur meristem telah digunakan untuk
berbagai spesies tanaman, antara lain pisang, kentang, sawit, eukaliptus, krisan,
dan stroberi. Penggunaan kultur meristem yang tidak kalah penting adalah
produksi tanaman bebas virus, seperti pada tanaman kentang, tebu, dan anggrek.
3. Kultur Kalus
Kultur kalus merupakan induksi dan pertumbuhan aspetik kalus secara in
vitro yang bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang “baru” (diperbaiki
sifatnya) atau untuk mendapatkan produk sekunder tanaman. Teknik kultur kalus
telah digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain: a) menghasilkan varian
genetik yang berguna, b) penyaringan sel-sel secara in vitro bagi tipe-tipe yang
memiliki karakter berguna, dan c) memproduksi produk kimia yang berguna.
Salah satu teknik kultur kalus yang umum digunakan adalah untuk memperoleh
keragaman somaklonal dan seleksi in vitro galur-galur sel terhadap cekaman
kekeringan, garam, herbisida, patogen, atau virus.
4. Kultur Anther
Kultur anther merupakan isolasi steril anther dan perkembangan kultur
kalus haploid dari polen secara in vitro. Teknik kultur anther berguna, antara lain
untuk produksi haploid untuk memproduksi dengan cepat homozigot dan seleksi
bentuk-bentuk mutan. Teknik untuk mendapatkan tanaman homozigot adalah
melalui penanaman anther tanaman F1 setelah dilakukan persilangan dari tetua
tanaman yang kita kehendaki. Kalus haploid yang terbentuk kemudian diseleksi.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Tanaman homozigot diperoleh melalui aplikasi kolkisin (penggandaan
kromosom).
5. Kultur Protoplas
Kultur protoplas merupakan isolasi steril protoplas yang bertujuan untuk
memodifikasi genetik sel. Teknik kultur protoplas telah digunakan pada sejumlah
percobaan, seperti fusi protoplas dan injeksi DNA secara langsung (mikroinjeksi
dan microprojectile bombardment).
2.4 Media Kultur Jaringan
Medium yang digunakan dalam kultur jaringan tanaman (kultur in vitro)
ada bermacam-macam. Pemilihan medium tergantung pada jenis tanaman yang
digunakan, selera, tujuan serta perhitungan masing-masing peneliti. Isi dan
komposisi dari medium kultur dirancang secara khusus untuk tujuan yang
berbeda. Medium MS (Murashige and Skoog) atau LS (Lansmaier and Skoog)
merupakan medium yang sangat banyak digunakan untuk kultur kalus dan
regenerasi berbagai tanaman. Medium ini mengandung garam-garam mineral
dengan konsentrasi tinggi dan senyawa N dalam bentuk ammonium dan nitrat.
Medium B5 (Gamborg) banyak digunakan untuk kultur suspensi sel tanaman
leguminosae. Medium Nitsch & Nitsch, medium N6 banyak digunakan untuk
serealia dan tanaman lain, medium WPM (Woody Plant Medium) untuk kultur
jaringan tanaman berkayu. Medium Vacin dan Went (VW) dan medium Knudson
C banyak digunakan untuk tanaman lain (Manuhara, 2014).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Pembentukan dan pertumbuhan akar dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah komposisi media tumbuh. Media tanam juga merupakan salah
satu faktor penentu dalam keberhasilan kultur jaringan. Media yang sering
digunakan untuk kultur jaringan tanaman adalah media Murashige and Skoog
(MS) karena mengandung lebih banyak senyawa organik dan zat-zat organik yang
lebih tinggi dari media lain (Ho et al., 2010). Komposisi medium yang diperlukan
untuk mendukung terjadinya pertumbuhan dan perkembangan dalam kultur in
vitro adalah garam-garam makro dan mikro, vitamin dan asam amino, sumber
karbon, bahan pemadat dan ZPT eksogen (Bhojwani and Razdan, 1996).
Banyak tanaman autotropik umumnya memiliki respons pertumbuhan
yang lambat, khususnya disebabkan oleh keterbatasan jumlah CO2 dalam botol
kultur. Sedangkan sebagian besar tanaman pada perbanyakan in vitro umumnya
memerlukan pemberian gula sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Sumber karbon merupakan salah satu faktor yang sangat
penting untuk menentukan keberhasilan kultur jaringan selain kombinasi zat
pengatur tumbuh (ZPT) (Winarto, 2009).
2.5 Tinjauan Tentang Zat Pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh tanaman adalah senyawa organik bukan hara yang dalam
jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat, dan dapat merubah proses fisiologi
tumbuhan (Sriyanti dan Wijayani, 1994). Zat pengatur tumbuh terdiri atas golongan
auksin dan sitokinin. Auksin memiliki peran ganda tergantung pada struktur kimia,
konsentrasi, dan jaringan tanaman yang diberi perlakuan (Nursyamsi, 2010). Hormon
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
pertumbuhan auksin secara alami berperan dalam pemanjangan batang, internodus,
dominansi apikal, absisi, dan induksi perakaran. Contoh hormon yang termasuk
dalam golongan auksin adalah 2,4-D, NAA, IBA dan IAA. Sedangkan hormon
sitokinin berperan dalam pembelahan sel, diferensiasi tunas, dan modifikasi
dominansi apikal. Menurut Hartman et al., 1990 tanaman-tanaman yang berbeda
mempunyai respon yang berbeda terhadap sitokinin dan auksin karena perbedaan
hormon alami yang dikandungnya.
Auksin berasal dari bahasa Yunani auxein yang berarti meningkatkan,
pertama kali digunakan oleh Frits Went, seorang mahasiswa pascasarjana di Belanda
pada tahun 1926. Auksin yang ditemukan oleh Went ini dikenal dengan nama asam
indolasetat (IAA). Hormon lain yang juga termasuk dalam golongan auksin adalah
2,4-D, NAA, IBA. Auksin di dalam tubuh tanaman dihasilkan oleh pucuk-pucuk
batang, pucuk-pucuk cabang, dan ranting yang menyebar luas ke dalam seluruh tubuh
tanaman. Arah penyebar luasan auksin dalam tubuh tanaman adalah dari atas ke
bawah hingga sampai pada titik tumbuh akar, melalui jaringan pembuluh tapis
(floem) atau jaringan parenkim (Hendaryono dan Wijayani, 1994)
Pemberian auksin memberikan efek pada akar dan pembentukan akar. Auksin
memacu pemanjangan potongan akar atau akar utuh pada banyak spesies, tetapi
dalam konsentrasi yang sangat rendah, bergantung pada spesies dan umur akar
(Salisbury dan Ross, 1995). Hormon asam indolbutarat (IBA) lebih umum digunakan
untuk memacu perakaran dibandingkan NAA dan hormon auksin lainnya (Salisbury
dan Ross, (1995); Krishnamoorthy (1981)). Wiesman et al., 1989 menjelaskan bahwa
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
hal ini dikarenakan IBA bersifat aktif. Kim et al. 2003 juga mengatakan bahwa
penggunaan hormon IBA dalam kultur akar adventif Panax ginseng C.A. Meyer lebih
efektif untuk induksi akar lateral dan untuk pertumbuhan akar serta akumulasi
saponin total dibandingkan dengan hormon NAA.
Krishnamoorthy (1981), menjelaskan bahwa hormon auksin berperan dalam
pertumbuhan akar. Auksin diproduksi pada ujung akar. Pada pangkal akar memiliki
kandungan auksin lebih tinggi dan konsentrasinya secara bertahap menurun kearah
ujung. Tetapi gradiasi tingkat pertumbuhan di dalam akar memiliki arah yang
berlawanan. Pada ujung akar, meskipun mengandung konsentrasi auksin yang sedikit
ternyata tumbuh lebih cepat dan pertumbuhannya secara bertahap menurun sampai
kearah pangkal akar. Jadi, daerah akar yang menunjukkan tingkat pertumbuhan yang
lebih tinggi ada pada daerah yang mengandung auksin yang lebih tinggi dan
sebaiknya.
2.6 Tinjauan Tentang Akar
Akar ginseng jawa (T. paniculatum) adalah akar tunggang, bercabang, dan
panjang. Kulitnya berwarna coklat kekuning-kuningan dengan bagian dalamnya
berwarna putih. Panjangnya bervariasi yaitu beberapa cm pada tanaman yang
berumur beberapa tahun) sampai 30 cm (pada tanaman yang berumur 10 tahun ke
atas). Akar berbau pahit dan manis dan sari akar ginseng jawa mengandung
panaksosida (sejenis glikosida saponin) (Hidayat, 2005).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Akar merupakan organ terpenting dalam memasok air, mineral dan bahan
penting lainnya dalam media. Pertumbuhan suatu tanaman akan baik tergantung
dari keadaan akar. Selain itu, akar juga dianggap sebagai sumber utama pengatur
pertumbuhan yaitu giberellin dan sitokinin, yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman secara keseluruhan (Gardner et al, 1991).
Akar merupakan bagian pokok tumbuhan kormus. Bagi tumbuhan, akar
berfungsi untuk memperkuat berdirinya tumbuhan, untuk menyerap air dan zat-
zat makanan yang terlarut di dalam air dari dalam tanah, untuk mengangkut air
dan zat-zat makanan ke tempat-tempat pada tubuh tumbuhan yang memerlukan
dan sebagai tempat untuk penimbunan makanan (Tjitrosoepomo, 1985).
Akar yang dihasilkan dari kultur jaringan disebut dengan akar adventif.
Pembentukan akar adventif secara in vitro merupakan proses yang di induksi oleh
faktor lingkungan dan endogen, seperti cahaya, temperatur, hormon, gula, garam,
mineral, dan molekul lainnya (Pop et al., 2011). Secara umum akar adventif yang
dihasilkan secara in vitro mucul secara endogen dari sel parenkim yang
terdediferensiasi di sekeliling jaringan pengangkut oleh peran auksin. Selama
dediferensiasi banyak sel-sel dari empulur ke korteks yang berpotensial kembali
untuk mengalami pembelahan sel. Hanya sel tertentu, seperti sel parenkim floem
yang termeristematis dapat berdiferensiasi menjadi primordial akar. Selama
perkembangan primordia akar, diferensiasi jaringan pengangkut terbentuk di jaringan
induk dan berhubungan dengan jaringan pengangkut baru yang terdiferensiasi dan ada
di jaringan induk (Soh dan Bojwani, 1999). Proses terbentuknya akar adventif secara
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
in vitro terdiri atas beberapa tahap, yaitu : (1) modifikasi struktur sel, (2) pembelahan
sel dan aktivitas inisiasi meristematik (inisiasi akar), (3) diferensiasi meristem akar
(primordia akar), dan (4) pertumbuhan dan munculnya akar (Favre, 1973 dan Vieites
et al., 1981 dalam Soh dan Bojwani, 1999).
2.7 Pertumbuhan Akar
Pada embrio, akar berkembang dari akar embrio atau akar lembaga
(radicle). Akar embrio tumbuh menjadi akar utama atau akar primer dan
bertambah panjang sebagai akibat pembelahan dan perpanjangan sel di belakang
apek akar yang terlindung oleh tudung akar. Simão dan Scatena (2003)
melaporkan bahwa pertumbuhan akar terjadi setelah 8-10 hari periode
perkecambahan, yaitu setelah empat bulan biji dikecambahkan dalam media
perkecambahan secara in vivo. Pada sebagian eksplan tumbuh akar yang tumbuh
dari pangkal selubung kotiledon disebut akar adventif. Menurut Simão dan
Scatena (2003) akar adventif mengalami peningkatan jumlah dan ukuran selama
pertumbuhan eksplan setelah 12-14 hari periode perkecambahan.
Pertumbuhan eksplan yang optimal sangat diperlukan unsur hara yang
cukup dan seimbang baik makro maupun mikro yang tersedia dalam media, serta
zat pengatur tumbuh (Harjadi, 2009). Pembentukan akar tidak terlepas dari proses
pembelahan jaringan yang aktif dan berdiferensiasi, dan ditunjang oleh adanya
senyawa organik dan anorganik yang terdapat dalam media sederhana. Lakitan
(2000), menerangkan bahwa suatu tanaman akan tumbuh dengan baik dan subur
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
bila unsur hara yang dibutuhkan tersedia dalam jumlah yang cukup dan berada
dalam bentuk yang sesuai sehingga dapat diserap tanaman.
2.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Akar
Pertumbuhan akar secara in vitro merupakan proses yang diinduksi dan
diregulasi oleh faktor lingkungan seperti temperatur, cahaya, hormon (terutama
auksin) (Hartman dan Kester, 1983). Faktor penting yang juga mempengaruhi
pertumbuhan akar adalah pemilihan eksplan dan media yang cocok (Zhou et al.,
1998). Umur eksplan yang muda lebih optimal untuk menginduksi pertumbuhan
akar. Menurut Salisbury dan Ross (1995) faktor lingkungan tanah (media tanam)
juga dapat mempengaruhi pertumbuhan akar baik secara morfologis maupun
anatomis.
2.9 Hasil Penelitian Terkait
Pada penelitian Zhang et al., (2013), kultur akar adventif dalam media
cair lebih optimal untuk meningkatkan biomassa akar adventif dan akumulasi
saponin Psammosilene tunicoides daripada dalam media padat. Sivakumar, et al.,
(2005) menjelaskan bahwa optimasi unsur mineral dalam media cair dapat
meningkatkan mekanisme transport mineral pada membran plasma yang
bertanggung jawab dalam pertumbuhan, produksi biomassa, dan produksi
ginsenosida akar rambut ginsenosida.
Penelitian Robi’ah (2013) menyatakan bahwa variasi konsentrasi media
MS berpengaruh terhadap kinetika pertumbuhan dan kandungan akar adventif
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
ginseng jawa dalam kultur cair. Laju pertumbuhan relatif akar adventif ginseng
jawa pada perlakuan variasi konsentrasi media MS dalam kultur cair mengalami
peningkatan. Laju pertumbuhan relatif tertinggi diperoleh pada perlakuan media 1
MS.
Wiesman et al., 1989 melaporkan bahwa asam indolbutarat (IBA) lebih
lazim digunakan untuk memacu perakaran dibandingkan dengan jenis auksin
lainnya. IBA bersifat aktif, sekalipun cepat dimetabolismekan menjadi IBA-
aspartat dan sekurangnya menjadi satu konjugat dengan peptide lainnya.
Penelitian Muhallilin, 2011 menyatakan bahwa Zat pengatur tumbuh
auksin IBA (konsentrasi 1 mg/L dan 2 mg/L) menunjukkan waktu terbentuknya
akar yang paling cepat yaitu 7 hari. Perlakuan menggunakan IBA 2 mg/L mampu
menginduksi akar dengan jumlah akar yang paling banyak dibandingkan dengan
perlakuan lainnya. IBA 2 mg/L merupakan konsentrasi zat pengatur tumbuh
auksin yang paling baik dalam menginduksi akar.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan,
Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga,
Surabaya. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai pada bulan
Februari sampai Juni 2016.
3.2. Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Alat penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoklaf, Laminar Air
Flow (LAF), timbangan analitik, alumunium foil, kertas payung, kertas pH,
magnetic stirrer, botol kultur, gelas ukur, cawan petri, kertas label, gelas beaker,
Erlenmeyer, pipet, scalpel, pinset, Bunsen, kompor listrik, syiringe, pengaduk,
oven, spon dan sprayer.
3.2.2 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah batang dari tanaman
ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) pada ruas kedua dan ketiga dari
pucuk. Bahan kimia yang digunakan meliputi bahan penyusun media Murashige
dan skoog (MS) (lampiran 1) yang terdiri atas stok makronutrien (KNO3,
NH4NO3, CaCl2.2H2O, MgSO4.7H2O, dan KH2PO4), stok mikronutrien, stok
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
vitamin, stok zat besi, myo-inositol, dan sukrosa. Stok zat pengatur tumbuh
auksin (IBA), larutan HCl 1 N, KOH 1N, Clorox 10%, dan alkohol 70%.
3.3. Tahap Penelitian
3.3.1 Sterilisasi alat dan media
Alat-alat seperti pinset, scalpel, Erlenmeyer, cawan petri, gelas beaker,
botol kultur yang akan digunakan dalam penelitian disterilkan dengan
menggunakan autoklaf pada suhu 1210C, tekanan 1,2 atm selama 20 menit.
Sebelum dimasukkan ke dalam autoklaf alat-alat tersebut dicuci terlebih dahulu
hingga bersih kemudian dikeringkan. Untuk alat-alat pinset, scalpel, dan cawan
petri dibungkus dengan kertas payung. Sedangkan Erlenmeyer, gelas beaker
mulut botolnya ditutup menggunakan alumunium foil. Untuk sterilisasi media
juga dilakukan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C, tekanan 1,2 atm
selama 15 menit.
3.3.2 Sterilisasi ruang kerja
Penanaman eksplan dilakukan secara aseptik di dalam LAF (Laminar Air
Flow). Sebelum digunakan, LAF disterilkan dengan cara membersihkan seluruh
permukaan meja dan dinding dalam menggunakan kain yang telah dibasahi
dengan alkohol 70%. Kemudian semua alat dan bahan yang diperlukan
dimasukkan ke dalam LAF. Peralatan tersebut meliputi pinset, scalpel, cawan
petri, bunsen, gunting, dan Erlenmeyer. Namun sebelum dimasukkan kedalam
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
LAF, semua alat dan bahan disemprot dengan alkohol 70%. Setelah semua alat
dan bahan masuk, lampu UV dinyalakan selama 15 menit. Setelah itu lampu UV
dimatikan dan lampu neon dinyalakan.
3.3.3 Pembuatan larutan stok media MS
a. Pembuatan larutan stok mikronutrien dalam 100 mL (100 kali konsentrasi)
Pembuatan larutan stok mikronutrien (100 mL) untuk media MS
dilakukan dengan menimbang 2.230 mg MnSO4, 860 mg ZnSO4.4H2O, 620 mg
H3BO3, 83 mg KI, 25 mg NaMoO4.2H2O, 2,5 mg CuSO4.5H2O, dan 2,5 mg
CoCl2.6H2O dengan timbangan analitik. Kemudian bahan dimasukkan satu
persatu dalam Erlenmeyer 250 mL yang berisi akuades kurang lebih 80 mL.
Setiap bahan yang dimasukkan dilarutkan dengan magnetic stirrer. Setelah semua
bahan larut, kemudian ditambahkan akuades sampai volume mencapai 100 mL.
Selanjutnya larutan dimasukkan ke dalam botol kemudian ditutup menggunakan
alumunium foil dan diberi label: MIKRO MS 100X, 1mL/L. stok tersebut
disimpan dalam lemari es. Untuk membuat 1 L media diperlukan 1 mL stok
mikronutrien.
b. Pembuatan larutan stok zat besi dalam 200 mL (40 kali konsentrasi)
Pembuatan larutan stok zat besi (200 mL) untuk media MS dilakukan
dengan menimbang 1.492 mg Na2EDTA dan 1.112 mg Fe2SO4.7H2O. kemudian
kedua zat tersebut dilarutkan pada 75 mL akuades secara terpisah. Larutan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Fe2SO4.7H2O dipanaskan hingga hampir mendidih, kemudian dimasukkan
Na2EDTA sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan menggunakan magnetic
stirrer hingga larutan tersebut berwarna kuning jernih. Setelah suhu larutan sesuai
dengan suhu kamar, ditambahkan akuades hingga volume mencapai 200 mL.
Selanjutnya diberi label: ZAT BESI 40X, 5 mL/L. Stok tersebut kemudian
disimpan dalam lemari es. Untuk membuat 1 L media MS diperlukan 5 mL
larutan stok zat besi.
c. Pembuatan larutan stok vitamin dalam 200 mL (50 kali konsentrasi)
Pembuatan larutan stok vitamin dalam 200 mL dilakukan dengan
menimbang glisin 100 mg, asam nikotinat 25 mg, piridoksin-HCl 25 mg, dan
thiamin-HCl 5 mg menggunakan timbangan analitik. Satu persatu bahan-bahan
tersebut dimasukkan dan dilarutkan dalam Erlenmeyer 200 mL yang berisi
akuades steril 150 mL sambil diaduk menggunakan magnetic stirrer. Setelah
semua bahan larut, kemudian ditambahkan akuades sampai 200 mL sambil terus
diaduk. Kemudian ditutup dengan alumunium foil dan diberi label: VITAMIN
MS 50X, 4 mL/L. setelah itu disimpan dalam lemari es. Untuk membuat 1 L
media MS diperlukan 4 mL stok vitamin.
d. Pembuatan larutan stok zat pengatur tumbuh IBA 100 ppm
Pembuatan larutan stok zat pengatur tumbuh IBA 100 ppm dilakukan
dengan cara menimbang sebanyak 10 mg zat pengatur tumbuh IBA kemudian
dimasukkan kedalam Erlenmeyer 100 mL. 10 mg zat pengatur tumbuh IBA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
dilarutkan dengan beberapa tetes KOH 1 N dengan hati-hati kemudian dipanaskan
sampai larut (jernih) sambil selalu diaduk. Setelah itu, ditambahkan akuades steril
50 mL untuk mempercepat proses kelarutan. Kemudian memindahkan larutan
tersebut ke dalam gelas ukur 100 mL dan menambahkan akuades steril sampai
volume menjadi 100 mL. Larutan stok yang sudah jadi dipindahkan ke dalam
Erlenmeyer 100 mL lalu ditutup rapat dan di beri label: IBA 100 ppm, 100 mL
serta tanggal pembuatan. Kemudian, disimpan dalam lemari pendingin. Untuk
menggunakan larutan stok IBA dengan konsentrasi tertentu, maka digunakan
rumus sebagai berikut :
V1.M1 = V2.M2
Keterangan :
V1 = Volume larutan stok IBA yang digunakan atau yang diambil
V2 = Volume total campuran larutan stok dengan akuades
M1 = Konsentrasi awal larutan stok IBA
M2 = Konsentrasi hasil larutan stok dengan akuades
3.3.4 Pembuatan media cair
Pembuatan media 1 MS dilakukan dengan cara menimbang setiap
komponen bahan kimia yang menyusun makronutrien (Lampiran 1) ke dalam
Erlenmeyer 1000 mL yang berisi 500 mL akuades sambil diaduk menggunakan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
magnetic stirrer. Larutan stok yang dibutuhkan seperti mikronutrien, zat besi, zat
pengatur tumbuh (IBA) dan vitamin dapat diambil dari lemari pendingin.
Selanjutnya ditambahkan 1 mL larutan stok mikronutrien, 5 mL larutan stok zat
besi, 4 mL larutan stok vitamin, zat pengatur tumbuh IBA, 100 mg Myo-inositol
dan 30 g sukrosa kemudian dilarutkan dalam akuades secara berurutan. Setelah
semua bahan larut, kemudian mengukur pH larutan hingga pH mencapai 5,6-5,8
dengan menggunakan universal indicator paper. Jika larutan terlalu asam maka
larutan ditambahkan KOH dan jika larutan terlalu basa maka larutan ditambahkan
HCl menggunakan pipet. Larutan yang sudah diukur pH ditambahkan akuades
hingga volume mencapai 1000 mL. Kemudian media dibagi sesuai perlakuan.
Larutan yang sudah jadi dituang ke dalam botol kultur dan ditambahkan spons
melamine sebagai penyangga eksplan. Spons yang digunakan harus bisa di
sterilisasi (spons steril) karena sebelum digunakan, spons harus disterilisasi
terlebih dahulu menggunakan autoklaf. Kemudian botol yang sudah terisi media
ditutup dengan alumunium foil serta diberi label sesuai dengan perlakuan. Gambar
skematis media cair dapat dilihat pada Gambar 3.1 Setelah itu media disterilkan
dalam autoklaf pada suhu 1210C tekanan 1,2 atm selama 15 menit. Medium yang
sudah steril disimpan di ruang penyimpanan.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Gambar 3.1 Media Cair. a: batang; b: spon; c: media cair
3.3.5 Sterilisasi dan penanaman eksplan pada media
Eksplan yang digunakan adalah batang yang berasal dari tanaman ginseng
jawa (T. paniculatum). Batang disterilkan dengan cara dicuci dengan deterjen dan
dibilas hingga bersih mengunakan air mengalir. Tahap penanaman dilakukan di
dalam LAF (Laminar Air Flow) yang sudah steril. Eksplan yang telah dicuci
dengan deterjen dimasukkan ke dalam LAF. Sebelum digunakan, eksplan
disterilisasi menggunakan Clorox 10%. Eksplan dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer yang berisi Clorox 10% lalu dikocok halus selama 7-10 menit.
Setelah itu eksplan diambil dan dicuci dengan menggunakan akuades steril
sebanyak tiga kali. Eksplan yang telah dicuci dengan akuades steril diambil
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
dengan menggunakan pinset lalu diletakkan di dalam cawan petri yang telah
dialasi kertas saring. Eksplan batang dipotong dengan ukuran 1cm lalu ditanam ke
dalam media. Setelah itu, botol yang telah ditanami eksplan ditutup dengan
menggunakan alumunium foil dan dilapisi dengan plastic wrap rapat-rapat.
Kemudian botol yang berisi eksplan tersebut diletakkan ke dalam ruang inkubasi
yang dilengkapi dengan pencahayaan. Eksplan diinkubasi selama 4 minggu untuk
pertumbuhan akar.
3.4. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel bebas : zat pengatur tumbuh IBA, komposisi media cair.
b. Variabel terikat : lama waktu terbentuknya akar, jumlah akar yang terbentuk,
berat segar dan berat kering akar.
c. Variabel terkendali : jenis eksplan, spons, pH media, suhu ruang, intensitas
cahaya.
3.5. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan 2
faktor, faktor pertama adalah variasi komposisi media dan faktor kedua adalah
konsentrasi zat pengatur tumbuh IBA. Penelitian ini terdiri atas 5 perlakuan media
cair (komposisi 0, 1, 1/2, 1/4, dan 1/8) dan 5 perlakuan zat pengatur tumbuh IBA
(konsentrasi 0, 0.5, 1, 1.5, dan 2 mg/L.) dengan 4 kali pengulangan. Rancangan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.1 Pengamatan kuantitatif dilakukan dengan
cara menghitung jumlah akar, panjang akar, serta menimbang berat segar dan
berat kering akar. Pengamatan dilakukan satu minggu satu kali selama 4 minggu.
Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian sebanyak 5x5x4 = 100 sampel.
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Perlakuan
Komposisi
media cair (%)
Zat pengatur tumbuh (IBA) mg/mL
0 0.5 1 1.5 2
0 M0I0 M0I0.5 M0I1 M0I01.5 M0I2
1 M1I0 M1I0.5 M1I1 M1I1.5 M1I2
1/2 M0.5I0 M0.5I0.5 M0.5I1 M0.5I1.5 M0.5I2
1/4 M0.25I0 M0.25I0.5 M0.25I1 M0.25I1.5 M0.25I2
1/8 M0.125I0 M0.125I0 M0.125I1 M0.125I1.5 M0.125I2
Keterangan :
M0I0 : 0 MS+ 0 IBA
M0I0.5 : 0 MS + 0.5 IBA
M0I1 : 0 MS + 1 IBA
M0I1.5 : 0 MS + 1.5 IBA
M0I2 : 0 MS + 2 IBA
M0.125I0 : 0.125 MS + 0 IBA
M0.125I0.5 : 0.125 MS + 0.5 IBA
M0.125I1 : 0.125 MS + 1 IBA
M0.125I1.5 : 0.125 MS + 1.5 IBA
M0.125I2 : 0.125 MS + 2 IBA
M0.25I0 : 0.25 MS + 0 IBA
M0.25I0.5 : 0.25 MS + 0.5 IBA
M0.25I1 : 0.25 MS + 1 IBA
M0.25I1.5 : 0.25 MS + 1.5 IBA
M0.25I2 : 0.25 MS + 2 IBA
M0.5I0 : 0.5 MS + 0 IBA
M0.5I0.5 : 0.5 MS + 0.5 IBA
M0.5I1 : 0.5 MS + 1 IBA
M0.5I1.5 : 0.5 MS + 1.5 IBA
M0.5I2 : 0.5 MS + 0 IBA
M1I0 : 1 MS + 0 IBA
M1I0.5 : 1 MS + 0 IBA
M1I1 : 1 MS + 0 IBA
M1I1.5 : 1 MS + 0 IBA
M1I2 : 1 MS + 0 IBA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
3.6 Analisis Data
Data yang diperoleh berupa data kualitatif berdasarkan pengamatan
morfologi akar (warna dan tekstur akar) dan kuantitatif berupa lama waktu,
jumlah akar, berat segar dan berat kering akar yang terbentuk dari eksplan batang.
Data kuantitatif berupa lama waktu, jumlah akar, berat segar akar, dan berat
kering akar dianalisis secara statistik. Data kuantitatif berupa lama waktu, jumlah
akar, berat segar akar, dan berat kering akar di uji berdistribusi tidak normal
dengan uji Kolmogorof-Smirnov dan untuk mengetahui asumsi data memiliki
varian bersifat homogen dilakukan uji Levene test. Pengujian selanjutnya uji non-
parametrik yaitu uji Kruskal-Wallis kemudian dilanjutkan uji Mann Whitney
untuk mengetahui apakah ada perbedaan atau pengaruh yang signifikan pada tiap
perlakuan.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi media
cair dan zat pengatur tumbuh IBA terhadap pertumbuhan akar dari eksplan batang
ginseng jawa(Talinum paniculatum Gaertn.) selama 4 minggu masa kultur. Parameter
yang diamati adalah lama waktu terbentuknya akar, persentase terbentuknya akar, jumlah
akar, berat segar, dan berat kering akar. Pada penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan memberikan respon yang berbeda-beda
dalam pertumbuhan akar. Data hasil pengamatan pada minggu keempat masa kultur
kemudian dianalisis menggunakan SPSS (22) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
antara setiap perlakuan.
4.1.1 Lama waktu terbentuknya akar ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.)
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap lama waktu terbentuknya akar, dapat
diketahui bahwa terdapat perbedaan antara 25 perlakuan. Pada perlakuan 0 MS+ 0 IBA
menunjukkan tidak adanya pembentukan akar pada semua eksplan mulai dari minggu
pertama hingga minggu keempat masa kultur. Sedangkan pada perlakuan 1/2 MS + 2
mg/L IBAmenunjukkan rerata waktu terbentuknya akar paling cepat yaitu ±3 hari. Hasil
pengamatan pengaruh variasi konsentrasi media cair dan zat pengatur tumbuh terhadap
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
rerata lama waktu terbentuknya akar dari eksplan batang ginseng jawa disajikan pada
Tabel 4.1 pada tabel ini jumlah pengulangan yang digunakan adalah sebanyak 4 eksplan.
Tabel 4.1 Rerata lama waktu (hari) terbentuknya akar dari eksplan batang ginseng jawa
(n = 4)
Perlakuan Kode perlakuan Lama waktu
Konsentrasi
media MS
Konsentrasi
IBA (mg/L)
akuades steril 0 M0I0 -
akuades steril 0.5 M0I0.5 -
akuades steril 1 M0I1 -
akuades steril 1.5 M0I1.5 -
akuades steril 2 M0I2 -
1/8 MS 0 M0.125I0 -
1/8 MS 0.5 M0.125I0.5 -
1/8 MS 1 M0.125I1 7 ± 9.89bc
1/8 MS 1.5 M0.125I1.5 3.5 ± 7b
1/8 MS 2 M0.125I2 6.5 ± 13bc
1/4 MS 0 M0.25I0 -
1/4 MS 0.5 M0.25I0.5 4 ± 4.69bc
1/4 MS 1 M0.25I1 4 ±8bc
1/4 MS 1.5 M0.25I1.5 10.5 ± 9cd
1/4 MS 2 M0.25I2 -
1/2 MS 0 M0.5I0 -
1/2 MS 0.5 M0.5I0.5 5.25 ± 1.5bc
1/2 MS 1 M0.5I1 7.5 ± 1.9c
1/2 MS 1.5 M0.5I1.5 8.5 ± 3c
1/2 MS 2 M0.5I2 3 ± 0.81a
1 MS 0 M1I0 16 ± 5.03d
1 MS 0.5 M1I0.5 4.5 ± 1.7bc
1 MS 1 M1I1 6.75 ± 4.3bc
1 MS 1.5 M1I1.5 5.75 ± 0.5bc
1 MS 2 M1I2 4.25 ± 1.5bc
Keterangan : (-) = tidak terbentuk akar. Angka rerata yang diikuti huruf yang
samamenunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Mann-Whitney pada taraf signifikasi
5%
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah akar yang terbentuk selama
4 minggu pada masing-masing perlakuan variasi konsentrasi media cair dan zat pengatur
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
tumbuh berbeda-beda. Respon yang diberikan eksplan adalah adanya perubahan eksplan
menjadi agak membengkak dan terbentuknya akar. Grafik rerata lama waktu
terbentuknya akar disajikan dalam Gambar 4.1
Gambar. 4.1 Rerata lama waktu terbentuknya akar ginseng jawa pada
berbagai perlakuan.
4.1.2 Persentase terbentuknya akar dan morfologi akar ginseng jawa (Talinum
paniculatum Gaertn.)
Pengamatan pengaruh variasi konsentrasi media cair dan zat pengatur tumbuh
terhadap persentase terbentuknya akar ginseng jawa (T. paniculatum) disajikan pada
Tabel 4.2. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa tidak semua perlakuan
dapat membentuk akar. Persentase terbentuk akar terkecil (0%) adalah pada perlakuan
tanpa media MS atau 0 MS sedangkan persentase terbentuk akar tertinggi (100%) yaitu
pada perlakuan media 1 MS.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Tabel 4.2 Persentase eksplan membentuk akar ginseng jawa pada berbagai perlakuan (n=
4)
Perlakuan Kode
perlakuan
Persentase
terbentuk akar
(%) Konsentrasi media
MS
Konsentrasi
IBA (mg/L)
akuades steril 0 M0I0 0
akuades steril 0.5 M0I0.5 0
akuades steril 1 M0I1 0
akuades steril 1.5 M0I1.5 0
akuades steril 2 M0I2 0
1/8 MS 0 M0.125I0 0
1/8 MS 0.5 M0.125I0.5 0
1/8 MS 1 M0.125I1 50
1/8 MS 1.5 M0.125I1.5 25
1/8 MS 2 M0.125I2 25
1/4 MS 0 M0.25I0 0
1/4 MS 0.5 M0.25I0.5 50
1/4 MS 1 M0.25I1 25
1/4 MS 1.5 M0.25I1.5 75
1/4 MS 2 M0.25I2 0
1/2 MS 0 M0.5I0 0
1/2 MS 0.5 M0.5I0.5 100
1/2 MS 1 M0.5I1 100
1/2 MS 1.5 M0.5I1.5 100
1/2 MS 2 M0.5I2 100
1 MS 0 M1I0 100
1 MS 0.5 M1I0.5 100
1 MS 1 M1I1 100
1 MS 1.5 M1I1.5 100
1 MS 2 M1I2 100
Keterangan : (0) = tidak tumbuh akar.
Pengamatan untuk mengetahui morfologi akar dilakukan setiap hari dimulai sejak
tumbuhnya akar hingga minggu keempat masa kultur. Pengamatan ini dilakukan secara
deskriptif. Visualisasi morfologi akar ginseng jawa (minggu keempat) pada setiap
perlakuan disajikan pada Gambar 4.2.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Gambar 4.2 Perkembangan eksplan batang ginseng jawa yang dikultur pada media 0 MS
(aquades steril) selama 4 minggu.a (M0I0), b (M0I0.5), c (M0I1), d (M0I1.5),
e(M0I2). Keterangan gambar: (a) eksplan, (b) spons.
Gambar 4.3 Perkembangan eksplan batang ginseng jawa yang dikultur pada media 1/8
MS selama 4 minggu. f(M0.125I0), g(M0.125I0.5), h(M0.125I1), i(M0.125I1.5), j
(M0.125I2). Keterangan gambar: (a) eksplan, (b) spons, (c) tunas, (d) akar.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Gambar 4.4 Perkembangan eksplan batang ginseng jawa yang dikultur pada media 1/4
MS selama 4 minggu. k(M0.25I0), l(M0.25I0.5), m(M0.25I1), n(M0.25I1.5),
o(M0.25I2). Keterangan gambar: (a) eksplan, (b) spons, (c) tunas, (d) akar.
Gambar 4.5 Perkembangan eksplan batang ginseng jawa yang dikultur pada media 1/2
MS selama 4 minggu. p (M0.5I0), q(M0.5I0.5), r(M0.5I1), s(M0.5I1.5),
t(M0.5I2).Keterangan gambar: (a) eksplan, (b) spons, (c) tunas, (d) akar.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Gambar 4.6 Perkembangan eksplan batang ginseng jawa yang dikultur pada media 1
MS selama 4 minggu. u(M1I0), v(M1I0.5), w(M1I1), x(M1I1.5),
y(M1I2).Keterangan gambar: (a) eksplan, (b) spons, (c) tunas, (d) akar.
Gambar diatas menunjukkan bahwa tidak semua eksplan pada tiap perlakuan dapat
membentuk akar. Munculya akar didahului oleh pembengkakan batang dan pembentukan
kalus di ujung eksplan bagian atas yang terluka. Berdasarkan pengamatan, akar-akar yang
muncul mempunyai warna putih hingga cokelat kehitaman. Akar dengan pemberian IBA 2
mg/L pada konsentrasi media 1 MS dan 1/2 MS menginduksi jumlah akar yang lebih banyak
sehingga penampakannya lebih bergerombol dibandingkan pada perlakuan lainnya.
4.1.3 Jumlah akar yang terbentuk dari eksplan batang ginseng jawa (Talinum
paniculatum Gaertn.)
Hasil pengamatan pengaruh variasi konsentrasi media cair dan zat pengatur
tumbuh terhadap jumlah akar yang terbentuk dari eksplan batang ginseng jawa disajikan
dalam Tabel 4.3. Jumlah pengulangan yang digunakan adalah sebanyak 4
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
eksplan.Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pada konsentrasi media
cair 0 MS tidak ada pembentukan akar sama sekali, mulai dari minggu pertama hingga
minggu ke empat masa kultur, sedangkan eksplan pada 1/2 MS dan 1 MS dengan
konsentrasi IBA 2 mg/L menunjukkan peningkatan jumlah akar mulai dari minggu
pertama hingga minggu keempat masa kultur.
Tabel 4.3 Rerata jumlah akar yang terbentuk dari eksplan batang ginseng jawa, n = 4
Perlakuan Kode
perlakuan
Jumlah akar Muncul
tunas Konsentrasi
media MS
Konsentrasi
IBA (mg/L)
akuades steril 0 M0I0 0 ± 0.00a
-
akuades steril 0.5 M0I0.5 0 ± 0.00a
-
akuades steril 1 M0I1 0 ± 0.00a
-
akuades steril 1.5 M0I1.5 0 ± 0.00a
-
akuades steril 2 M0I2 0 ± 0.00a
-
1/8 MS 0 M0.125I0 0 ± 0.00a
+
1/8 MS 0.5 M0.125I0.5 0 ± 0.00a
+
1/8 MS 1 M0.125I1 7.5 ± 10.84bc
-
1/8 MS 1.5 M0.125I1.5 0.75 ± 1.5ab
-
1/8 MS 2 M0.125I2 0.25 ± 0.5a
-
1/4 MS 0 M0.25I0 0 ± 0.00a +
1/4 MS 0.5 M0.25I0.5 5.25 ± 6.18bc
+
1/4 MS 1 M0.25I1 0.75 ±1.5ab
-
1/4 MS 1.5 M0.25I1.5 2.5 ± 2.08b
-
1/4 MS 2 M0.25I2 0 ± 0.00a
+
1/2 MS 0 M0.5I0 0 ± 0.00a
+
1/2 MS 0.5 M0.5I0.5 29 ± 3.65cd
-
1/2 MS 1 M0.5I1 19 ± 16.91c
-
1/2 MS 1.5 M0.5I1.5 8.25 ± 2.98bc
-
1/2 MS 2 M0.5I2 38.25 ± 6.99e
-
1 MS 0 M1I0 8 ± 2.58bc
-
1 MS 0.5 M1I0.5 18.5 ± 3.41c
-
1 MS 1 M1I1 20.75 ± 8.84c
-
1 MS 1.5 M1I1.5 28.25 ± 8.65cd
-
1 MS 2 M1I2 38 ± 5.71e
-
Keterangan : (0) = tidak terbentuk akar,(-) = tidak terbentuk tunas, (+) = terbentuk tunas.
Angka rerata yang diikuti huruf yang samamenunjukkan tidak berbeda
nyata menurut uji Mann-Whitney pada taraf signifikasi 5%.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Berdasarkan hasil pengamatan yang dimulai sejak eksplan ditanam dalam media
perlakuan sampai membentuk akar. Dapat diketahui bahwa pada perlakuan 1/2 MS
dengan 2 mg/L IBA dan 1 MS dengan 2 mg/L IBA menunjukkan jumlah akar yang
paling tinggi dengan rerata jumlah akar sebanyak 38.25 dan 38. Sedangkan pada
perlakuan media 1/8 MS (konsentrasi IBA 0, 0.5, dan 2 mg/L) dan 1/4 MS (konsentrasi
IBA 0, 0.5, 2 mg/L) serta perlakuan M0.5I0 (1/2 MS tanpa zat pengatur tumbuh) terjadi
pembentukan tunas pada eksplan batang. Rerata jumlah akar yang terbentuk dari eksplan
batang ginseng jawa selama 4 minggu masa kultur disajikan dalam Gambar 4.7.
Gambar 4.7Rerata jumlah akar dari eksplan batang ginseng jawa pada
berbagai perlakuan.
Hasil data dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS (22). Untuk
mengetahui pengaruh dari masing-masing perlakuan variasi konsentrasi media cair dan
zat pengatur tumbuh terhadap jumlah akar pada eksplan batang ginseng jawa, data jumlah
akar yang terbentuk dianalisis menggunakan uji normalitas dan homogenitas data
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
kemudian dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis dengan taraf signifikan 5%. Hasil uji
Kruskal Wallis dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil uji statistik Kruskal Wallis, pengaruh variasi konsentrasi media
cair dan zat pengatur tumbuh terhadap rerata lama waktu terbentuknya akar.
Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa nilai signifikasinya adalah 0.000
yang berarti nilai 0.000 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh perlakuan
variasi konsentrasi media cair dan zat pengatur tumbuh terhadap jumlah akar yang
terbentuk dari eksplan batang ginseng jawa. Untuk mengetahui beda nyata antar
perlakuan terhadap jumlah akar yang terbentuk dari eksplan batang ginseng jawa maka
dilanjutkan dengan menggunakan uji Mann Whitney. Hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa pada parameter jumlah akar yang terbentuk dari eksplan batang ginseng jawa
perlakuan M0.5I2 berbeda nyata dari perlakuan M1I0.
4.1.4 Berat segar dan berat kering akar ginseng jawa (Talinum paniculatum
Gaertn.)
Berat segar akar ginseng jawa diperoleh dari pertumbuhan eksplan batang ginseng
jawa yang berhasil menginduksi terbentuknya kalus selama 4 minggu. Hasil pengamatan
pengaruh variasi konsentrasi media cair dan zat pengatur tumbuh terhadap berat segar
akar dari eksplan batang ginseng jawa disajikan dalam Tabel 4.5 Jumlah pengulangan
yang digunakan adalah sebanyak 4 eksplan.
jumlah_akar
Chi-Square 87.179
Df 24
Asymp. Sig. .000
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Tabel4.5 Rerata berat segardan berat kering akar (mg) yang terbentuk dari eksplan
batang ginseng jawa (n = 4) selama 4 minggu
Perlakuan Kode
perlakuan
Berat segar akar
(mg)
Berat kering akar
(mg) Konsentrasi
media MS
Konsentrasi
IBA (mg/L)
akuades steril 0 M0I0 0 ± 0.00a
0 ± 0.00a
akuades steril 0.5 M0I0.5 0 ± 0.00a
0 ± 0.00a
akuades steril 1 M0I1 0 ± 0.00a
0 ± 0.00a
akuades steril 1.5 M0I1.5 0 ± 0.00a
0 ± 0.00a
akuades steril 2 M0I2 0 ± 0.00a
0 ± 0.00a
1/8 MS 0 M0.125I0 0 ± 0.00a
0 ± 0.00a
1/8 MS 0.5 M0.125I0.5 0 ± 0.00a
0 ± 0.00a
1/8 MS 1 M0.125I1 0.5 ± 0.8b
0.45 ± 0.8ab
1/8 MS 1.5 M0.125I1.5 0.05 ± 0.01ab
0.03 ± 0.05ab
1/8 MS 2 M0.125I2 0 ± 0.00a
0 ± 0.00a
1/4 MS 0 M0.25I0 0 ± 0.00a 0 ± 0.00
a
1/4 MS 0.5 M0.25I0.5 0.5 ± 0.6b
0.35 ± 0.4ab
1/4 MS 1 M0.25I1 0.05 ±0.1ab
0.05 ± 0.1ab
1/4 MS 1.5 M0.25I1.5 0.4 ± 0.39b
0.3 ± 0.32ab
1/4 MS 2 M0.25I2 0 ± 0.00a
0 ± 0.00a
1/2 MS 0 M0.5I0 0 ± 0.00a
0 ± 0.00a
1/2 MS 0.5 M0.5I0.5 4.2 ± 5.5c
3.8 ± 3.9c
1/2 MS 1 M0.5I1 1.6 ± 1.1bc
1.4 ± 1.0c
1/2 MS 1.5 M0.5I1.5 0.8 ± 0.2b
0.65 ± 0.2abc
1/2 MS 2 M0.5I2 3.3 ± 1.3c
2.3 ± 0.6c
1 MS 0 M1I0 0.9 ± 0.2b
0.75 ± 0.2abc
1 MS 0.5 M1I0.5 3.5 ± 3.6c
2.7 ± 2.7c
1 MS 1 M1I1 112 ± 8.1cd
106 ± 7.8d
1 MS 1.5 M1I1.5 128 ± 4.4d
4.4 ± 1.4c
1 MS 2 M1I2 162 ± 142e
142 ± 9.7e
Keterangan : (0) = tidak diperoleh berat segar akar. Angka rerata yang diikuti huruf yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Mann-Whitney
pada taraf signifikasi 5%
Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui rerata berat segar akar ginseng jawa
pada berbagai variasi konsentrasi media cair dan zat pengatur tumbuh yang tertinggi
terdapat pada perlakuan media 1 MSdengan 2 mg/L IBA yaitu 162 ± 116 mg sedangkan
berat segar terendah terdapat pada perlakuan 1/8 MS dengan 1.5 mg/L IBAdan 1/4MS
dengan 1 mg/L IBAyaitu sebesar 0.05 ± 0.1 mg. Pada perlakuan MS0 tidak diperoleh
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
berat segar karena tidak terbentuk akar. Grafik rerata berat segar akar ginseng jawa dapat
dilihat pada Gambar 4.8
Gambar 4.8 Rerata berat segar akar ginseng jawa (gram) pada berbagai
perlakuan
Hasil data dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS (22). Untuk
mengetahui pengaruh dari masing-masing perlakuan variasi konsentrasi media cair dan
zat pengatur tumbuh terhadap berat segar akar pada eksplan batang ginseng jawa, data
berat segar akar yang terbentuk dianalisis menggunakan uji normalitas dan homogenitas
data. Berdasarkan hasil uji diperoleh bahwa data berat segar akar berdistribusi tidak
normal, sehingga dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis dengan taraf signifikan 5%.
Hasil uji Kruskal Wallis disajikan pada Tabel 4.6
Tabel 4.6 Hasil uji statistik Kruskal Wallis, pengaruh variasi konsentrasi media cair dan
zat pengatur tumbuh terhadap rerata beratsegar akar ginseng jawa.
Berat_segar
Chi-Square 87.655
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa nilai signifikasinya adalah 0.000
yang berarti nilai 0.000 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh perlakuan
variasi konsentrasi media cair dan zat pengatur tumbuh terhadap berat segar akar yang
terbentuk dari eksplan batang ginseng jawa. Untuk mengetahui beda nyata antar
perlakuan terhadap berat segar akar yang terbentuk dari eksplan batang ginseng jawa
maka dilanjutkan dengan uji Mann Whitney. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa data
tersebut memiliki nilai signifikan kurang dari 0.005 yang artinya H02ditolak dan Ha2
diterima yaitu ada perbedaan nyata pada perlakuan terhadap berat segar akar dari eksplan
batang ginseng jawa.
Berat kering akar ginseng jawa merupakan salah satu indikator tumbuhnya akar
yang diperoleh dari berat segar akar setelah proses pengeringan akar dalam oven pada
suhu 50oC selama ± 1 minggu. Hasil pengamatan pengaruh variasi konsentrasi media cair
dan zat pengatur tumbuh IBA terhadap berat kering akar dari eksplan batang ginseng
jawa dapat di lihat pada Tabel 4.5 Pada Tabel ini jumlah pengulangan yang digunakan
sebanyak 4 eksplan.
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui berat kering yang dihasilkan oleh masing-
masing perlakuan berbeda-beda. Konsentrasi media cair dan zat pengatur tumbuh IBA
Df 24
Asymp. Sig. .000
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
yang paling besar berat keringnya diantara seluruh perlakuan adalah pada perlakuan M1I2
yaitu 1 MS dan IBA dengan konsentrasi 2 mg/L dengan berat kering sebesar 142 ±
9.7mg./L sedangkan berat segar akar terendah terdapat pada perlakuan 1/8 MS dengan 1.5
mg/L IBA(M0.125I1.5) yaitu sebesar 0.03 ± 0.05 mg/L. Pada perlakuan 0 MS tidak
diperoleh berat kering karena tidak terbentuk akar. Grafik rerata berat kering akar ginseng
jawa dapat dilihat pada Gambar 4.9
Gambar 4.9 Rerata berat kering akar ginseng jawa (gram) pada berbagai
perlakuan
Hasil data dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS (22). Untuk
mengetahui pengaruh dari masing-masing perlakuan variasi konsentrasi media cair dan
zat pengatur tumbuh terhadap berat kering akar pada eksplan batang ginseng jawa, data
berat kering akar yang terbentuk dianalisis menggunakan uji normalitas (uji KS). Dari
pengujian tersebut diperoleh hasil bahwa data berat kering akar berdistribusi tidak
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
normal. kemudian dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis dengan taraf signifikan 5%.
Hasil uji Kruskal Wallis dapat dilihat pada Tabel 4.8
Tabel 4.8 Hasil uji statistik Kruskal Wallis, pengaruh variasi konsentrasi media
cair dan zat pengatur tumbuh terhadap rerata beratsegar akar ginseng jawa.
Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa nilai signifikasinya adalah 0.000
yang berarti nilai 0.000 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh perlakuan
variasi konsentrasi media cair dan zat pengatur tumbuh terhadap berat kering akar yang
terbentuk dari eksplan batang ginseng jawa. Untuk mengetahui beda nyata antar
perlakuan terhadap berat kering akar yang terbentuk dari eksplan batang ginseng jawa
maka dilanjutkan dengan uji Mann Whitney. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa data
tersebut memiliki nilai signifikan kurang dari 0.005 yang artinya H03ditolak dan Ha3
diterima yaituada perbedaan nyata pada tiap perlakuan terhadap parameterberat kering
akar dari eksplan batang ginseng jawa.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Lama waktu terbentuknya akar ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.)
Berat_kering
Chi-Square 87.923
Df 24
Asymp. Sig. .000
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Pengamatan terhadap ginseng jawa denggan menggunakan batangnya sebagai
eksplan pada variasi konsentrasi medium MS dan zat pengatur tumbuh IBA memberikan
respon yang berbeda-beda pada tiap perlakuan. Berdasarkan hasil pengamatan waktu
terbentuknya akar dari eksplan batang ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.)
menunjukkan waktu terbentuknya akar yang paling cepat adalah 3 hari yaitu pada
perlakuan 1/2 MS dan 2 mg/L IBA (Tabel 4.1). Hal ini sesuai dengan penelitian
Palestine, 2008 pada tanaman pule pandak (Raufolvia serpentine L.) yang menunjukkan
bahwa penambahan IBA dengan konsentrasi 2 sampai 4 mg/L dapat menginisiasi
pertumbuhan akar lebih cepat daripada perlakuan lainnya yaitu 15 hari. Sedangkan pada
perlakuan 0 MS (tanpa media dan zat pengatur tumbuh) tidak ada eksplan yang mampu
membentuk akar dari minggu pertama hingga minggu keempat masa kultur. Perbedaan
lama waktu eksplan batang dalam membentuk akar diduga dipengaruhi oleh konsentrasi
media cair dan komposisi zat pengatur tumbuh dalam media serta kondisi fisiologis dari
eksplan tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hendaryono dan Wijayani (1994)
bahwa zat pengatur tumbuh sangat diperlukan sebagai komponen medium bagi
pertumbuhan dan diferensiasi. Tanpa zat pengatur tumbuh dalam medium, pertumbuhan
akan sangat terhambat, bahkan mungkin tidak tumbuh sama sekali.
Pada perlakuan konsentrasi 1/4 MS dan 1/8 MS diperoleh data tidak semua
perlakuan pada konsentrasi media ini dapat membentuk akar. Akan tetapi, terjadi
pembentukan tunas pada bekas nodus eksplan batang. Pada perlakuan konsentrasi media
1/2 MS tanpa pemberian hormon IBA juga terbentuk tunas. Pierik, 1987 menyatakan
bahwa perangsangan pembentukan tunas dapat dilakukan dengan memberian konsentrasi
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
sitokinin yang tinggi dan pengurangan auksin atau bahkan tidak memberikan auksin sama
sekali. Abidin (1985) dalam Nursyamsi (2011) menyebutkan bahwa penambahan zat
pengatur tumbuh dari luar dapat menyebabkan pertumbuhan salah satu bagian tanaman
dan merangsang pertumbuhan bagian tanaman yang lainnya.
4.2.2 Persentase terbentuknya akar dan morfologi akar ginseng jawa (Talinum
paniculatum Gaertn.)
Berdasarkan data persentase terbentuknya akar ginseng jawa pada berbagai
perlakuan menunjukkan bahwa persentase tumbuh tertinggi (100%) yaitu pada perlakuan
media 1 MS. Sedangkan pada media tanpa MS atau MS0 persentase terbentuknya akar
terkecil (0%). Hal ini disebabkan kemampuan masing-masing eksplan dalam
memanfaatkan unsur-unsur hara dalam media serta zat pengatur tumbuh dalam media
yaitu konsentrasi auksin yang berbeda-beda sehingga hasilnya pun berbeda walaupun
sama-sama daun satu spesies. Selain dipengaruhi oleh masing-masing kemampuan
tanaman ternyata juga dipengaruhi oleh jumlah auksin dan sitokinin yang perlu
ditambahkan ke dalam media kultur. Berdasarkan penelitian Maryanto (1987) dalam
Suryowinoto (1991) pada kultur tembakau (Nicotiana tabaccum) dengan perbandingan
auksin : kinetin 5:0 atau 4:1 hanya terjadi pertumbuhan akar saja. Pada jumlah
perbandingan sebaliknya yaitu auksin : kinetin 0:5 atau 1:4 hanya terjadi tunas besar,
tanpa ada akar sama sekali.Auksin memacu pemanjangan potongan akar atau akar utuh
pada banyak spesies, tetapi dalam konsentrasi yang sangat rendah, bergantung pada
spesies dan umur akar (Salisbury dan Ross, 1995).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Data pengamatan menunjukkan bahwa persentase tumbuh akar dari eksplan
batang ginseng jawa dengan metode kultur jaringan cukup berhasil. Rata-rata
keseluruhan persentase tumbuhnya akar dari eksplan batang ginseng jawa sebesar 60
%.Munculya akar didahului oleh pembengkakan batang dan pembentukan kalus di ujung
eksplan bagian atas yang terluka. Menurut Dodds & Robert (1995), terjadinya
pembentukan kalus di tempat bekas irisan bertujuan untuk menutup luka sebagai akibat
proliferasi sel-sel jaringan induk atau eksplan.
Berdasarkan pengamatan, akar-akar yang muncul mempunyai warna putih hingga
cokelat kehitaman, perbedaan warna mengindikasikan banyaknya kandungan air pada
akar. Morfologi akar yang tumbuh pada eksplan batang ginseng jawa ini seperti benang-
benang halus, dan semakin lama jumlah akar bertambah banyak dan lebih panjang. Akar
dengan pemberian IBA 2 mg/L pada media 1 MS dan 1/2 MSmenginduksi jumlah akar
yang lebih banyak sehingga penampakannya lebih bergerombol dibandingkan pada
perlakuan lainnya. Akar adventif ginseng jawa terbentuk dari eksplan batang yang
diinduksi oleh zat pengatur tumbuh indolbutirat (IBA) memiliki tipe perakaran serabut
yang muncul dari bagian ujung batang yang terluka. Menurut Favre (1973) dan Veites et
al. (1981) dalam Soh dan Bohjwani (1999), proses terbentuknya akar adventif terdiri atas
beberapa tahap yaitu : (1) modifikasi struktur sel, (2) pembelahan sel dan aktivitas inisiasi
meristematik (inisiasi akar), (3) diferensiasi meristem akar (primordium akar), dan (4)
pertumbuhan dan munculnya akar.
Pembentukan akar adventif merupakan proses yang diinduksi dan diregulasi oleh
faktor lingkungan dan endogen seperti temperatur, cahaya, hormon (terutama auksin),
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
gula, garam mineral, dan molekul lainnya. Fitohormon memiliki efek pada tanaman
secara langsung (dalam pembelahan dan pertumbuhan sel) atau tidak langsung
(berinteraksi dengan hormon atau molekul lain) (Pop, et al., 2011).
4.2.3 Jumlah akar yang terbentuk dari eksplan batang ginseng jawa (Talinum
paniculatum Gaertn.)
Akar merupakan organ penting dalam tanaman. Fungsi adanya akar yang utama
adalah untuk menyerap nutrisi dari media kultur. Oleh karena itu, dilakukan berbagai
upaya untuk dapat menumbuhkan akar. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
penambahan zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh yang digunakan untuk memacu
induksi perakaran adalah auksin. Menurut Wattimena (1988), auksin merupakan hormon
tanaman yang esensial untuk pembelahan sel serta pembentukan akar.Munculnya akar
dipengaruhi oleh jumlah akar berkorelasi dengan penyerapan nutrisi yang ada pada media
kultur. Semakin banyak jumlah akar, diharapkan penyerapan nutrisi juga akan semakin
optimal.
Respon awal eksplan batang ginseng jawa menunjukkan bahwa pembentukan
akar pada ujung eksplan batang yang terluka. Pada perlakuan M0.5I2 (konsentrasi media
1/2 MS dan konsentrasi zat pengatur tumbuh IBA 2 mg/L) diperoleh jumlah akar
tertinggi yaitu dengan rata-rata 38.25 ± 6.99. Namun tidak jauh berbeda dengan
perlakuan M1I2 (konsentrasi media 1 MS dan konsentrasi zat pengatur tumbuh IBA 2
mg/L) yaitu sebesar 38 ± 5.71. Sedangkan rata-rata jumlah akar terendah dari eksplan
yang dapat membentuk akar adalah pada perlakuan M0.125I2 (konsentrasi media 1/8 MS
dan konsentrasi zat pengatur tumbuh IBA 2 mg/L) 0.25 ± 0.5. Hal ini disebabkan oleh
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
perbedaan konsentrasi media dan bagian tanaman yang digunakan sebagai sumber
eksplan selain itu, konsentrasi zat pengatur tumbuh IBA yang diberikan juga
mempengaruhi jumlah akar yang terbentuk.
Menurut Wattimena (1992), di dalam kultur jaringan, morfogenesis dari eksplan
selalu tergantung dari interaksi antara auksin dan sitokinin. IBA dapat memicu
pertumbuhan akar, sehingga jumlah akar yang dihasilkan lebih banyak. Abidin (1993)
menyatakan bahwa IBA mempunyai aktivitas sebagai hormon akar, sehingga aktivitas
IBA dapat berpengaruh terhadap jumlah akar. Hal ini Selaras dengan penelitian Palestine
(2008) pada tanaman pule pandak (Raufolvia serpentine L.) menyatakan bahwa aplikasi
IBA dengan berbagai konsentrasi dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap
jumlah dan panjang akar.
Pada perlakuan media 1/8 MS (konsentrasi IBA 0, 0.5, dan 2 mg/L) dan 1/4 MS
(konsentrasi IBA 0, 0.5, 2 mg/L) terjadi pembentukan tunas pada nodus batang.
Munculnya tunas ini disebabkan karena terdapat nodus pada eksplan batang yang dapat
memicu pertumbuhan tunas. Tunas dapat terbentuk apabila konsentrasi hormon sitokinin
tinggi dan konsentrasi auksin rendah, jika konsentrasi auksin dan sitokinin seimbang
maka akan terbentuk kalus (George, 1984). Selain zat pengatur tumbuh, garam-garam
mineral makro yang terdapat pada media dasar juga mempengaruhi pembentukan tunas.
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa senyawa nitrogen dan rasio antara
ammonium dengan nitrat dapat mempengaruhi terjadinya diferensiasi, dediferensiasi,
pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta pembentukan organ. Konsentrasi
ammonium merupakan hal yang menentukan dalam pembentukan tunas in vitro yaitu
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
dalam konsentrasi yang tinggi dapat meningkatkan sintesa sitokinin sehingga memacu
pertumbuhan akar (Preece, 1995).
4.2.4 Berat segar dan berat kering akar ginseng jawa (Talinum paniculatum
Gaertn.)
Biomassa tanaman digunakan untuk menggambarkan dan mempelajari
pertumbuhan tanaman. Pengukuran biomassa tanaman dapat dilakukan dengan
menggunakan berat segar dan berat kering tanaman. Pertambahan ukuran maupun berat
segar dan berat kering tanaman menunjukkan bertambahnya protoplasma, yang terjadi
karena bertambahnya ukuran dan jumlah sel (Harjadi, (1993); Hopkins, (1999)). Hasil
penimbangan berat segar dan berat kering akar ginseng jawa (T. paniculatum)
menunjukkan bahwa ada pengaruh variasi konsentrasi media MS cair dan zat pengatur
tumbuh terhadap berat segar dan berat kering akar ginseng jawa dari eksplan batang
ginseng jawa selama 4 minggu masa kultur.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok perlakuan yang
mampu menginduksi akar dengan berat segar dan berat kering tertinggi adalah perlakuan
M1I2 (konsentrasi media 1 MS dan konsentrasi zat pengatur tumbuh IBA 2 mg/L) yaitu
162 mg/L dan 142 mg/L. Namun nilai berat segar dan berat kering tertinggi tersebut tidak
jauh berbeda dengan perlakuan media M0.5I2 (konsentrasi media 1/2 MS dan konsentrasi
zat pengatur tumbuh IBA 2 mg/L). Hal ini selaras dengan penelitian Robi’ah 2013 yang
menyatakan bahwa perlakuan variasi konsentrasi media MS yang menunjukkan berat
segar dan berat kering akar adventif ginseng jawa tertinggi diperoleh pada perlakuan
media 1 MS.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Pada perlakuan media 0 MS, 1/8 MS (konsentrasi IBA 0, 0.5, dan 2 mg/L) dan
1/4 MS (konsentrasi IBA 0, 0.5, 2 mg/L) tidak diperoleh berat segar dan berat kering
karena tidak terjadi pembentukan akar pada eksplan batang selama 4 minggu masa kultur.
Hal ini dikarenakan kondisi media yang konsentrasinya kurang dari normal yaitu
seperempat, seperdelapan dari media penuh (media 1 MS) bahkan tanpa konsentrasi
media MS memicu stress osmotik karena kekurangan nutrisi yang dapat menekan
pertumbuhan akar adventif.Hal ini juga disebabkan karena pasokan nutrisi dan
konsentrasi zat pengatur tumbuh masih belum mencukupi untuk pertumbuhan akar. Akan
tetapi pada perlakuan media 1/8 MS (konsentrasi IBA 0, 0.5, dan 2 mg/L) dan 1/4 MS
(konsentrasi IBA 0, 0.5, 2 mg/L) terjadi pembentukan tunas pada nodus batang. Hal ini
selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Gabryszewska (2011) bahwa perlakuan
dengan konsentrasi sukrosa rendah yang tidak dipengaruhi oleh kadar garam nitrogen,
telah menginduksi tunas secara utuh tetapi menghambat pembentukan akar Syringa
vulgaris L. sehingga dapat diketahui bahwa konsentrasi sukrosa dan konsentrasi media
yang tepat serta pemberian konsentrasi zat pengatur tubuh yang tepat dalam media kultur
merupakan faktor utama untuk pertumbuhan akar adventif ginseng jawa.
Pada penelitian ini, memperlihatkan bahwa ada perbedaan pertumbuhan akar
tanaman ginseng jawa disebabkan oleh suplai nutrisi dan pemberian zat pengatur tumbuh
yang berbeda, semakin banyak suplai nutrisi maka semakin tinggi pula jumlah akar yang
tumbuh. Dari data yang didapatkan dapat diketahui bahwa hasil terbaik untuk
menginduksi akar dari eksplan batang ginseng jawa (T. paniculatum) adalah konsentrasi
media MS penuh (1 MS) dan IBA 2 mg/L. hal ini disebabkan karena pada konsentrasi
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
tersebut dapat menghasilkan akar dalam rerata waktu yang relatif pendek dan jumlah akar
yang cukup banyak serta berat segar dan berat kering yang relatif besar jika dibandingkan
dengan perlakuan yang lainnya. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa
kombinasi variasi konsentrasi media dan zat pengatur tumbuh berpengaruh terhadap lama
waktu terbentuknya akar, jumlah akar, berat segar akar, dan berat kering akar tanaman
ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.)
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Variasi konsentrasi media penyusun media MS cair dan zat pengatur tumbuh
berpengaruh terhadap lama waktu terbentuknya akar, jumlah akar, berat segar,
dan berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.)..Lama
waktu terbentuknya akar yang paling cepat adalah 3 hari yaitu pada perlakuan
M0.5I2 (1/2 MS dan 2 mg/L IBA). Jumlah akar terbanyak diperoleh pada
perlakuan M0.5I2 (1/2 MS dan 2 mg/L IBA) yaitu sebesar 38.25 ± 6.99. Berat
segar tertinggi diperoleh pada perlakuan M1I2 (1 MS dan 2 mg/L IBA) yaitu
sebesar 162 ± 116 mg dan berat kering tertinggi juga pada perlakuan M1I2 (1
MS dan 2 mg/L IBA) yaitu sebesar 142 ± 9.7 mg.
5.2 Saran
1. Diperlukan uji lanjutan tentang pengaruh variasi konsentrasi media MS cair
dan zat pengatur tumbuh menggunakan eksplan batang ginseng jawa secara in
vitro dengan perlakuan variasi konsentrasi media selain media MS.
2. Induksi akar ginseng jawa dapat dilakukan dengan menggunakan eksplan
batang yang ditanam pada media MS cair dengan konsentrasi media yang
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
paling sesuai yaitu 1 MS (MS penuh) dan konsentrasi zat pengatur tumbuh
IBA yang paling sesuai yaitu 2 mg/L.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, B. 2011. Prinsip Dasar Kultur Jaringan. Alfabeta, Bandung.
Ahmed, E. E., GY.D. Bisztray and I. Velich, 2002. Plant regeneration from seedling
explants of common bean (Phaseolus vulgaris L.). Proceedings of the 7th
Hungarian Congress on Plant Physiology. Szent Istvan University of
Budapest. Budapest, Hungary.
Auge, R. 1995. The Physiological Phenomena Related to the Realisation of Culture in
Vitro. In Auge, R., Beauchesne, G., Boccon Gigod, J., Decourtye, L.,
Digat, B., Jalouzot, R., Minier, R., Morand, J. Cl., Reynoird, J.P., Strullu,
D. G. and Vidalie, H. (Eds) In Vitro Culture and it’s Application in Holticulture. Science Publisher. Inc. New Hampshire.
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta.
Asmara, A.P. 2007. Pengaruh beberapa konsentrasi IBA terhadap pertumbuhan bibit
manggis (Garcinia mangostana L) asal seedling di polibag. Skripsi.
Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
Basri, Z. 2004. Kultur Jaringan Tanaman. Universitas Tadulako Press. Palu.
Beyl, C.A. 2005. Getting Strated with Tissue Culture: Media Preparation. Sterile
Technique, and Laboratory Equipment. 19-36. USA, CRC Press.
Bhojwani, S. S. and Razdan M.K. 1983. Plant Tissue Culture: Theory and Practice.
Elsevier Sci. Publ. Co: Amsterdam.
Bhozwani, S.S. and Razdan, M.K. 1996. Plant Tissue Culture : Theory and Practice,
a Revised Edition. Elsevier Science. Amsterdam.
Campbell, N. A, Reece, J. B, dan Mitchell, L.G. 2003. Biologi edisi kelima Jilid 2.
Erlangga. Jakarta.
Cui, X. H., Chakrabarty, D., Lee, E. J., and Paek, K. Y. 2010. Production of
adventitious roots and secondary metabolites by Hypericum perforatum
L. in a bioreactor. Journal Bioresource Technology. 101: 4708–4716.
Darwati I., Rahardjo M., dan Rosita S.M.D. 2000. Productivity of Talinum
paniculatum Gaertn. on several organics matter composition. Jurnal
Penelitian Tanaman Industri. 6(1) : 1-4.
Davies, P.J. 1995. The plant hormone their nature, occurence and function. In Davies
(ed.) Plant Hormone and Their Role in Plant Growth Development.
Dordrecht Martinus Nijhoff Publisher.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Dodds, H.J and L. W. Roberts, 1995. Experiments in Plant Tissue Culture.
Cambridge University Press.
Fitriyah, R. 2008. Induksi akar aksplan hipokotil Ginseng Jawa (Talinum
paniculatum) dengan zat pengatur tumbuh auksin secara in vitro. Skripsi.
Universitas Airlangga. Surabaya.
Gaba, V.P. 2005. Plant Growth Regulator. In R.N. Trigiano and D.J. Gray (eds.)
Plant Tissue Culture and Development. CRC Press. London.
Gabryszewska, E 2011 Effect of various levels of sucrose, nitrogen salts and
temperature on the growth and development of Syringa vulgaris L.
Shoots In Vitro. Journal of Fruit and Ornamental Plant Research. 19(2) :
133-148.
Gardner, F.P., Pearce R.B, dan Mitchell, R. L. 1991. diterjemahkan oleh Susilo, H
dan Subiyanto. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Universitas
Indonesia (UI Press). Jakarta.
George, E. F. and Sherrington P.D. 1984. Plant Propagation by Tissue Culture.
Exegetics Ltd. Eversley. Basingstoke: England.
Gunawan, L. W. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Laboratorium Kultur Jaringan
Tanaman. PAU-Bioteknologi, IPB. Bogor.
Hariana, A. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 3. Penebar Swadaya. Jakarta.
Harjadi, S.S. 1993. Pengantar Agronomi. Jakarta: PT. Gramedia.
Harjadi, S. S. 2009. Budidaya Tanaman Melon (Cucumis melo L). Dasar – Dasar
Holtikultura. Jurusan Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Hartman dan Kester, 1983. Plant propagation Principle and Practise. Prentice Hall
Internasional Inc Engelwoods Clifs, New Jersey.
Hartman, H.T., D. E. Kester dan F.T. Davis-Jr. 1990. Plan Propagation: Principles
and Practices. Prentice-Hall International, Inc, Englewood Clifts, New
Jersey.
Hendaryono, D.P. S dan Wijayani A. 1994. Teknik Kultur Jaringan: pengenalan dan
petunjuk perbanyakan tanaman secara vegetative modern. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Heyne. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid III. Badan Litbang Kehutanan.
Jakarta. Hal 1579.
Hidayat, S. 2005. Ginseng multivitamin alami berkhasiat. Penebar Swadaya. Bogor.
Hidayat, E. B.1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. ITB. Bandung.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Ho, CL., Qu, JP., Liu, YC., Hung, CP., Tsai, MC., Liao, PC., Wang, EIC., Chen, YL.,
and Su, YC. 2010. Compositions and in vitro anticancer activities of the
leaf and fruits oils of Litsea cubeba from Taiwan. Natural Product
Communication. 5: 617-620.
Hopkins, W.G., 1999. Introduction to Plant Phisiology. Toronto: John Wiley and
Sons. Inc.
Ignacimuthu, S. 1997. Plant Biotechnology. Science Publisher. Inc. New Hampshire.
Irwanto, 2001. Pengaruh hormone IBA (Indole Butyric Acid) terhadap persen jadi
pucuk meranti putih (Shorea montigena). Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertaninan. Universitas Pattimura. Ambon.
Kurz, W. G. W., dan Constabel F. 1991, Produksi dan Isolasi Metabolit Sekunder.
Dalam Wetter, L.R. dan F. Constabel (eds.). Metode Kultur Jaringan
Tanaman. ITB Press, Bandung.
Kim Y.S., Hahn E.J., Yeung E.D., and Paek, K. Y. 2003. Lateral root development
and saponin accumulation as effected by IBA or NAA in adventitious
root cultures of Panax ginseng C.A. Meyer. In Vitro Cell. Dev. 34 : 245-
249.
Krishnamoorthy H.N. 1981. Plant Growth Subtances Including Aplications in
Agriculture. Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited. New
Delhi.
Lakitan, B. 2000. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Manuhara, YSW. 2014. Kapita Selekta Kultur Jaringan Tumbuhan. Airlangga
University Press. Surabaya.
Manuhara, Y.S.W., Kristanti A.N., and Utami, E.S.W. 2015. Optimization of culture
conditions of Talinum paniculatum Gaertn. adventitious roots in balloon
type bubble bioreactor using aeration rate and initial inoculum
density. Asian Journal of Biological Sciences, 8: 83-92.
Marlin. 2009. Induksi Pertumbuhan Eksplan Bawang Putih (Alium sativum L) “Umbi Seribu Manfaat” Dalam Media Cair Secara In Vitro. Laboratorium
Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Makalah
disampaikan pada Seminar Nasional Tanaman Obat Indonesia (11-12
November 2009).
Muhallilin. 2011. Induksi akar dari eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum
Gaertn.) dengan zat pengatur tumbuh auksin secara in vitro. Skripsi.
Universitas Airlangga. Surabaya.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Muller, J L, Vertocnic, A and Town C D. 2005. Analysis of Indole-3-Butyric Acid
induced adventitious root formation on Arabidopsis stem segments.
Journal of Exprimental Botany. 56 (418): 2095-2105.
Murashige and Skoog. 1962. a revised medium for rapid growth and bioassays with
tobacco tissue cultures. Physiol Plant. 15: 473-497.
Murashige, T. 1974. Plant propagation through tissue culture. Ann. Rev. Plant
Physiol. 25: 135-166.
Nugroho, A. dan Sugito. 1996. Pedoman Pelaksanaan Teknik Kultur Jaringan.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Nursyamsi. 2010. Teknik kultur jaringan sebagai alternative perbanyakan tanaman
untuk mendukung rehabilitasi lahan. Makassar : Balai Penelitian
Kehutanan Makassar.
Palestine, A.S. 2008. Induksi Akar Pada Biakan Tanaman Pule Pandak (Rauvolfia
serpentine L.) Secara Kultur Jaringan. Skripsi. Jurusan Budidaya
Pertanian fakultas Pertanian. Malang.
Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro Culture in Higher Plant. Martinus Nijhoff Publisher.
Dordrecht, Netherlands.
Pitojo, S. 2006. Talesom, sayuran berkhasiat obat. Edisi Revisi. Kanisius.
Yogyakarta.
Poerba, Y. S. 2009. Identifikasi genetik mutan Talinum paniculatum jacq. (Gaertn)
berdasarkan marka RAPD. Jurnal Natur Indonesia. 12 (1) : 44-48.
Pop T.I., Pamfil D., and Bellini C. 2011. Auxin Control in the Formation of
Adventitious Roots. Notulae Botaniae Hort Agrobotania Cluj Napoca. 39
(1): 307-316.
Preece, JE. 1995. Can nutrients salt partially substitute for plant regulators?. Plant
Tissue Culture and Biotechnology. 1(1): 26-27.
Puspitaningsih, Endah. 2011. Induksi akar dari eksplan batang ginseng jawa (Talinum
paniculatum Gaertn.). Skripsi. Universitas Airlangga. Surabaya.
Ramli, M. A., dan Pamoentjak , K. 2000. Kamus Kedokteran. Djambatan. Jakarta.
Robi’ah. 2013. Kinetika pertumbuhan dan kandungan saponin akar adventif ginseng
jawa (talinum paniculatum gaertn.) pada berbagai variasi konsentrasi
sukrosa dan variasi konsentrasi medium MS dalam kultur cair. Tesis.
Universitas Airlangga. Surabaya.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Salisbury, F. B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid I, edisi 4
Penerjemah D. R. Lukman & Sumaryono. Penerbit ITB. Bandung..
Simão, D. G. and L. Scatena. 2003. Morphological aspect of the propagation in
Heliconia velloziana L. Emygd. (Zingiberales: Heliconiaceae). Braz
Arch. Biol Technol 46(2): 199.
Simpson, M. G. 2006. Plant Systematics. Elsevier Academic Press Publications.
London. Page 137.
Sivanesan, I, and Jeong, B. R. 2009. Induction and establishment of adventitious and
hairy root cultures of Plumbago zeylanical. African Journal of
Biotechnology. 8 (20): 5294-5300.
Sivakumar, G., Yu K.W., Hahn E.J., and Paek K.Y. 2005. Optimization of organic
nutrients for ginseng hairy root production in large-scale bioreactors.
Current Science. 89 (4) : 641-649.
Soh, W.Y. and Bhojwani S.S. 1999. Morphogenesis in Plant Tissue Culture. Kluwer
Academic Publisher. London.
Solichatun., Anggarwulan, dan Mudyantini. 2005. Pengaruh ketersediaan air terhadap
pertumbuhan dan kandungan bahan aktif saponin tanaman ginseng jawa
(Talinum paniculatum Gaertn.). Biofarmasi. 3 (2): 47-51.
Suliansyah. 2013. Kultur Jaringan Tanaman. Leutikaprio. Yogyakarta.
Sumardi. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Jogjakarta : UGM.
Sumastuti, R. 1996. Efek antiradang daun dan akar som Jawa (Talinum paniculatum
Gaertn.) pada tikus putih in vivo. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 5 (4):
1999.
Suryowinoto, M. 1991. Budidaya jaringan terobosan dan bermanfaat dalam
bioteknologi. Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Sutedjo. 1990. Pengembangan Kultur Tanaman Berkhasiat Obat. Rineka Cipta.
Jakarta.
Syamsuhidayat, S, S. dan Hutapea, J.R. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia.
Departemen Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Jakarta.
Sriyanti, D.P. dan Wijayani, A. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius. Yogyakarta.
Thanamool, C., Papirom, P., Chanlun, S., and Kupittayanant, S. 2013. Talinum
Paniculatum (Jacq.) Gertn: A medicinal plant with potential estrogenic
activity in ovariectomized rats. International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences. 5: 0975-1491.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Tjitrosoepomo. 1985. Morfologi Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta.
Van Steenis C.G.G.J. 2002. Flora (terjemahan oleh Moeso Surjowinoto). Pradnya
Paramita. Jakarta.
Van Steenis, C. G. G. J. 1992. Flora untuk Sekolah di Indonesia, penerjemah Moeso
Surjowintoto. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Wahyuni, S dan Hadipoentyanti. 1999. Karakteristik Talinum paniculatum Gaertn.
dan Talinum triangulare Wild. Warta Tumbuhan obat Indonesia. 5 : 5-6.
Wardani, S.P., Solichatun, dan Setiawan A.D. 2004. Pertumbuhan produksi saponin
kultur kalus Talinum paniculatum Gaertn. pada variasi penambahan asam
2,4 Diklorofenoksi Asetat (2,4 D) dan Kinetin. Jurnal Biofarmasi. 2(1):
35-43.
Wattimena, Gunawan, L.W, dan Armini A.N. 1992. Bioteknologi Tanaman.
Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman. Pusat Antar Spesies. IPB:
Bogor.
Wetter. L. R. dan Constabel F. 1982. Metode kultur jaringan tanaman. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Widiyani, T. 2006. Efek antifertilitas ekstrak akar som jawa (Talinum paniculatum
Gaertn.) pada mencit (Mus musculus L) jantan. Bulletin Penelitian
kesehatan. 34 (3) : 119-128.
Widowati, S., Suismono., Suarni., Sutrisno., dan Komalasari, O. 2002. Petunjuk
Teknis Proses Pembuatan Aneka Tepung dari Bahan Pangan Sumber
Karbohidrat Local. Balai Penelitian Pasca Panen Pertanian, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Wiesman, Z., Riov, J., and Epstein, E. 1989. Characterization and rooting ability of
indole-3-butyric acid conjugates formed during rooting of mung bean
cuttings. Plant Physiology. 91: 1080-1084.
Wijayakusuma. 1994. Tanaman Berkhasiat Obat Indonesia, jilid 3. Pustaka Kartini.
Jakarta
Winarni, D., Ismudiono, Soewandi J.S., A,. Darmanto W., dan Purnama E.R. 2008.
Pemulihan libido mencit jantan dengan ekstrak akar ginseng jawa.
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas II. Surabaya.
Yulia, Wientarsih, I., and Razief, A. N. 2005. The Study of phytochemistry of java
ginseng compare to korean ginseng. Journal Agriculture and Rural
Development in the Tropics and Subtropics. 45-49
Yusnita. 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman secara Efisien.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Zhang, J., W. Cao, J. Tian, R. Yue and Li, L. 2013. Evaluation of novel saponins
from Psammosilene tunicoides and their analogs as immunomodulators.
Int. Immunopharmacol. 14: 21-26.
Zhou, L., Wang, J., and Yang, C.1998. Progress on plant hairy root culture and its
chemistry 1. Induction and culture of plant hairy roots. Not Product Res
Dev 10. 87-95.
Zulkarnain. 2011. Kultur Jaringan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
LAMPIRAN
Lampiran 1. Komposisi Penyusun Media Murashige and Skoog (MS)
Bahan Makronutrien untuk 1 Liter media MS
Bahan Jumlah
NH4NO3 1650 mg
KNO3 1900 mg
CaCl2.2H2O 440 mg
MgSO4.7H2O 370 mg
KH2PO4 170 mg
Bahan stok mikronutrien dalam 100 mL (100 kali konsentrasi)
Bahan Jumlah
MnSO4.H2O 2.230 mg
ZnSO4.4H2O 860 mg
H3BO3 620 mg
KI 83 mg
NaMoO4.2H2O 25 mg
CuSO4.5H2O 2.5 mg
CoCl2.6H2O 2.5 mg
Bahan stok vitamin dalam 200 mL (50 kali konsentrasi)
Bahan Jumlah
Glycine 100 mg
Nicotinic acid 25 mg
Pyridoxine-HCl 25 mg
Thiamine-HCl 5 mg
Bahan organik yang dibutuhkan dalam 1 Liter media MS
Bahan Jumlah
Myo-inositol 100 mg
Sukrosa 30000 mg
Agar 8 000 mg
(Sumber: Murashige dan Skoog, 1962)
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Lampiran 2. Komposisi Media MS Cair pada berbagai perlakuan konsentrasi (dalam 1
liter)
Komposisi makronutrien dan stok mikronutrien
Perlakuan
Konsentrasi
Makronutrien (mg/L) Stok
Mikronutrien NH4NO3 KNO3 CaCl2.2H2O MgSO4.7H2O KH2PO4
0 0 0 0 0 0 0
1/8 206.25 237.5 55 46.25 21.25 0,125 mL
1/4 412.5 475 110 92.5 42.5 0.25 mL
1/2 825 950 220 185 85 0.5 mL
1 1650 1900 440 370 170 1 mL
Komposisi zat organik
Komponen Perlakuan
0 1/8 ¼ ½ 1
Stok zat besi 0 0.625 mL 1.25 mL 2.5 mL 5 mL
Stok vitamin 0 0.5 mL 1 mL 2 mL 4 mL
Myo-inositol 0 12.5 mg 25 mg 50 mg 100 mg
Sukrosa 0 3.75 g 7.5 g 15 g 30 g
pH 5,6-5,8
Lampiran 3. Data Hasil Pengamatan
Perlakuan
Lama
waktu % Terbentuk akar Jumlah akar
Berat segar
akar (mg)
Berat
kering akar
(mg)
M0I0 0 0
0 0 0
M0I0 0 0 0 0
M0I0 0 0 0 0
M0I0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0
SD 0 0 0 0
M0I0.5 0
0
0 0 0
M0I0.5 0 0 0 0
M0I0.5 0 0 0 0
M0I0.5 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0
SD 0 0 0 0
M0I1 0 0
0 0 0
M0I1 0 0 0 0
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Perlakuan Lama
waktu
% Terbentuk akar Jumlah akar Berat segar
akar (mg)
Berat
kering akar
(mg)
M0I1 0
0 0 0
M0I1 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0
SD 0 0 0 0
M0I1.5 0
0
0 0 0
M0I1.5 0 0 0 0
M0I1.5 0 0 0 0
M0I1.5 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0
SD 0 0 0 0
M0I2 0
0
0 0 0
M0I2 0 0 0 0
M0I2 0 0 0 0
M0I2 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0
SD 0 0 0 0
M0.125I0 0
0
0 0 0
M0.125I0 0 0 0 0
M0.125I0 0 0 0 0
M0.125I0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0
SD 0 0 0 0
M0.125I0.5 0
0
0 0 0
M0.125I0.5 0 0 0 0
M0.125I0.5 0 0 0 0
M0.125I0.5 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0
SD 0 0 0 0
M0.125I1 7
50
23 1.8 1.6
M0.125I1 21 7 0.2 0.2
M0.125I1 0 0 0 0
M0.125I1 0 0 0 0
Rata-rata 7 7.5 0.5 0.45
SD 9.8994949 10.8474267 0.87178 0.7724
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Perlakuan
Lama
waktu % Terbentuk akar Jumlah akar
Berat segar
akar (mg)
Berat
kering akar
(mg)
M0.125I1.5 14
25
3 0.2 0.1
M0.125I1.5 0 0 0 0
M0.125I1.5 0 0 0 0
M0.125I1.5 0 0 0 0
Rata-rata 3.5 0.75 0.05 0.025
SD 7 1.5 0.1 0.05
M0.125I2 26
25
1 0 0
M0.125I2 0 0 0 0
M0.125I2 0 0 0 0
M0.125I2 0 0 0 0
Rata-rata 6.5 0.25 0 0
SD 13 0.5 0 0
M0.25I0 0
0
0 0 0
M0.25I0 0 0 0 0
M0.25I0 0 0 0 0
M0.25I0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0
SD 0 0 0 0
M0.25I0.5 7
50
9 1.2 0.8
M0.25I0.5 9 12 0.9 0.6
M0.25I0.5 0 0 0 0
M0.25I0.5 0 0 0 0
Rata-rata 4 5.25 0.525 0.35
SD 4.6904157 6.18465844 0.61846 0.4123
M0.25I1 16
25
3 0.2 0.2
M0.25I1 0 0 0 0
M0.25I1 0 0 0 0
M0.25I1 0 0 0 0
Rata-rata 4 0.75 0.05 0.05
SD 8 1.5 0.1 0.1
M0.25I1.5 10
75
5 0.9 0.7
M0.25I1.5 22 2 0.2 0.1
M0.25I1.5 10 3 0.5 0.4
M0.25I1.5 0 0 0 0
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Perlakuan
Lama
waktu
% Terbentuk
tunas Jumlah akar
Berat segar
akar (mg)
Berat
kering akar
(mg)
Rata-rata 10.5 2.5 0.4 0.3
SD 9 2.081666 0.39157 0.3162
M0.25I2 0
0
0 0 0
M0.25I2 0 0 0 0
M0.25I2 0 0 0 0
M0.25I2 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0
SD 0 0 0 0
M0.5I0 0
0
0 0 0
M0.5I0 0 0 0 0
M0.5I0 0 0 0 0
M0.5I0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0
SD 0 0 0 0
M0.5I0.5 6
100
27 1.1 0.9
M0.5I0.5 3 31 1.4 1.2
M0.5I0.5 6 25 125 119
M0.5I0.5 6 33 2.1 1.6
Rata-rata 5.25 29 4.275 7.5
SD 1.5 3.65148372 5.49931 7.6345
M0.5I1 5
100
42 3.3 2.9
M0.5I1 9 4 0.7 0.6
M0.5I1 7 21 1.4 1.1
M0.5I1 9 9 0.9 0.8
Rata-rata 7.5 19 1.575 1.35
SD 1.9148542 16.9115345 1.18708 1.0535
M0.5I1.5 10
100
12 1.00 0.9
M0.5I1.5 12 7 0.8 0.6
M0.5I1.5 6 5 0.6 0.4
M0.5I1.5 6 9 0.8 0.7
Rata-rata 8.5 8.25 0.8 0.65
SD 3 2.98607881 0.16329 0.2081
M0.5I2 2 100 29 1.8 1.5
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Perlakuan
Lama
waktu
% Terbentuk
akar Jumlah akar
Berat segar
akar (mg)
Berat
kering akar
(mg)
M0.5I2 3
42 4.8 2.2
M0.5I2 3 37 2.8 2.5
M0.5I2 4 45 3.8 2.9
Rata-rata 3 38.25 3.3 2.275
SD 0.8164965 6.99404509 1.29099 0.5909
M1I0 21
100
5 0.7 0.6
M1I0 17 9 0.9 0.7
M1I0 9 11 1.2 1.1
M1I0 17 7 0.7 0.6
Rata-rata 16 8 0.875 0.75
SD 5.0332229 2.5819889 0.23629 0.2380
M1I0.5 6
100
15 1.3 1.1
M1I0.5 6 23 8.9 6.8
M1I0.5 3 17 1.9 1.4
M1I0.5 3 19 1.8 1.5
Rata-rata 4.5 18.5 3.475 2.7
SD 1.7320508 3.41565026 3.62617 2.7386
M1I1 3
100
22 8.3 7.9
M1I1 6 25 176 164
M1I1 5 28 178 173
M1I1 13 8 0.9 0.8
Rata-rata 6.75 20.75 112 106
SD 4.3493294 8.84590301 8.14473 7.7858
M1I1.5 6
100
18 113 4.2
M1I1.5 6 32 193 6.5
M1I1.5 5 38 9.8 3.2
M1I1.5 6 25 108 3.8
Rata-rata 5.75 28.25 128 4.425
SD 0.5 8.65544145 4.37797 1.4430
M1I2 3
100
38 1.2 1.1
M1I2 3 46 186 179
M1I2 6 33 293 243
M1I2 5 35 158 138
Rata-rata 4.25 38 162.25 14275
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Perlakuan Lama
waktu % Terbentuk akar Jumlah akar Berat segar
akar (mg)
Berat
kering akar
(mg)
SD 1.5 5.71547607 116 9.7885
Lampiran 4. Hasil uji statistik
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
jumlah_akar lama_waktu berat_basah berat_kering
N 100 100 100 100
Normal Parametersa,b
Mean 9.00 3.880 .002240 .001828
Std. Deviation 13.368 5.7512 .0052125 .0044684
Most Extreme
Differences
Absolute .290 .290 .356 .350
Positive .290 .290 .356 .350
Negative -.250 -.250 -.334 -.341
Test Statistic .290 .290 .356 .350
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c .000
c .000
c .000
c
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
F df1 df2 Sig.
5.514 24 75 .000
4.738 24 75 .000
. 24 75 .
5.583 24 75 .000
9.332 24 75 .000
NPar Tests
Kruskal-Wallis Test
Ranks
perlakuan N
Mean
Rank
jumlah_akar 1 4 27.50
2 4 27.50
3 4 27.50
4 4 27.50
5 4 27.50
6 4 27.50
7 4 27.50
8 4 50.38
9 4 35.13
10 4 34.38
11 4 27.50
12 4 49.50
13 4 35.13
14 4 50.88
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Perlakuan N
Mean
Rank
15 4 27.50
16 4 27.50
17 4 87.63
18 4 76.50
19 4 67.50
20 4 94.63
21 4 67.13
22 4 77.63
23 4 79.50
24 4 86.63
25 4 95.00
Total 100
lama_waktu 1 4 27.50
2 4 27.50
3 4 27.50
4 4 27.50
5 4 27.50
6 4 27.50
7 4 27.50
8 4 58.63
9 4 43.88
10 4 45.63
11 4 27.50
12 4 55.63
13 4 44.13
14 4 76.13
15 4 27.50
16 4 27.50
17 4 70.75
18 4 79.88
19 4 82.25
20 4 59.50
21 4 93.50
22 4 67.00
23 4 73.13
24 4 72.50
25 4 65.00
Total 100
berat_basah 1 4 28.00
2 4 28.00
3 4 28.00
4 4 28.00
5 4 28.00
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Perlakuan N
Mean
Ranks
6 4 28.00
7 4 28.00
8 4 48.63
9 4 35.38
10 4 28.00
11 4 28.00
12 4 50.00
13 4 35.38
14 4 53.63
15 4 28.00
16 4 28.00
17 4 82.38
18 4 74.13
19 4 66.00
20 4 85.25
21 4 67.50
22 4 82.75
23 4 87.75
24 4 93.75
25 4 92.00
Total 100
berat_kering 1 4 28.00
2 4 28.00
3 4 28.00
4 4 28.00
5 4 28.00
6 4 28.00
7 4 28.00
8 4 49.38
9 4 35.13
10 4 28.00
11 4 28.00
12 4 47.75
13 4 35.63
14 4 53.25
15 4 28.00
16 4 28.00
17 4 85.63
18 4 74.50
19 4 66.50
20 4 84.25
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PERBANYAKAN AKAR GINSENG… DEWI MASYITHO
Perlakuan N
Mean
Ranks
21 4 68.13
22 4 82.50
23 4 89.75
24 4 89.50
25 4 92.63
Total 100
NPar Tests
Test Statisticsa,b
jumlah_akar lama_waktu berat_basah berat_kering
Chi-Square 87.179 66.954 87.655 87.923
Df 24 24 24 24
Asymp.
Sig. .000 .000 .000 .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: perlakuan