terhadap induksi kalus eksplan daun kayu manis...
TRANSCRIPT
1
“PENGARUH KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH 2,4-D (2,4-
dichlorophenoxyacetic acid) DENGAN 2-iP (2-isopentenyladenine)
TERHADAP INDUKSI KALUS EKSPLAN DAUN
KAYU MANIS (Cinnamomum burmanii)”
Sastra Juanda1. Neliyati2. Evita2
Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Mendalo Darat. Jambi
e-mail : [email protected]
1) Alumni Jurusan Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Jambi 2) Dosen Fakultas Pertanian
Universitas Jambi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh
2,4-D dengan 2-iP terhadap induksi kalus eksplan daun kayu manis
(Cinnamomum burmanii) dan mendapatkan konsentrasi zat pengatur tumbuh 2,4-
D dengan 2-iP terbaik dalam menginduksi kalus eksplan daun kayu manis
(Cinnamomum burmanii). Penelitian dilaksanakan di laboratorium Bioteknologi
Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jambi Desa Mendalo Indah, Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi, Jambi. Penelitian menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 12 kombinasi perlakuan.
Faktor perlakuan konsentrasi 2,4-D 0,1, 0,5, 1, 1,5 ppm yang di kombinasikan
dengan 2-iP 0,1, 0,5, 1 ppm. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga
dihasilkan 36 satuan percobaan. Pada masing-masing satuan percobaan terdiri dari
3 botol kultur sehingga terdapat 108 botol kultur dan terdapat satu eksplan dalam
setiap botol. Eksplan diinkubasi selama 3 bulan. Parameter yang diamati yaitu
waktu muncul kalus 2 hari setelah tanam sampai 3 bulan, warna kalus, struktur
kalus, persentase eksplan membentuk kalus dan berat kalus diamati di akhir
penelitian. Hasil penelitian menunjukkan pada parameter muncul kalus tercepat
15,22 HSK dan terberat 0,43 gram diperoleh dari perlakuan konsentrasi zat
pengatur tumbuh 2,4-D 1 ppm + 2-iP 1 ppm. Semua perlakuan dapat menginduksi
kalus 100% dan terdapat berbagai variasi warna yang dihasilkan serta kalus yang
dihasilkan berstruktur remah dan kompak.
Kata Kunci : Kalus, Kayu manis, 2,4-D, 2-iP
ABSTRACT
The aim of this research is to know the effect of growth regulator 2,4-D
with 2-iP on induction of callus of cinnamon leaf explant (Cinnamomum
burmanii) and get the concentration of growth regulator 2,4-D with 2-iP best in
inducing leaf explant callus cinnamon (Cinnamomum burmanii). This research
2
was conducted in the laboratory of Plant Biotechnology Faculty of Agriculture,
University of Jambi Mendalo Indah Village, District Jambi Out of Town District
Muaro Jambi, Jambi. This study used Randomized Block Design (RAK)
consisting of 12 treatment combinations. Treatment factor of 2,4-D concentration
0,1,5,5 1,1,5 ppm combined with 2-iP 0,1,5,5,1 ppm. Each treatment was repeated
3 times, resulting in 36 experimental units. In each experimental unit consisting of
3 culture bottles so there are 108 bottles of culture and there is one explant in each
bottle. Eksplan induced for 3 months. The parameters observed were callus time 2
days after planting until 3 months, callus color, callus structure, percentage of
eksplan form callus and callus weight were observed at the end of the study. The
results showed the parameters emerged the fastest callus 15.22 HSK and 0.43
grams heaviest with the provision of growth regulators 2.4-D 1 ppm + 2-iP 1 ppm.
All treatments can induce 100% callus and there are various variations of the
resulting color and the resulting callus is structured crumb and compact.
Keywords: Callus, Cinnamon, 2,4-D, 2-iP
PENDAHULUAN
Kayu manis (Cinnamomum burmanii) merupakan tanaman perkebunan yang
termasuk kedalam tanaman tahunan (parenial). Tanaman kayu manis sudah lama
dikembangkan di Indonesia dan merupakan salah satu komoditi rempah yang
menjadi barang dagangan utama sejak zaman kolonial (Denian, 1996). Kayu
manis merupakan tanaman yang kulit batang, cabang, dan dahannya digunakan
sebagai bahan rempah-rempah dan merupakan salah satu komoditas ekspor
Indonesia. Selain di gunakan untuk bumbu makanan dan pembalsam murni, sudah
lama minyak asiri kayu manis dimanfaatkan sebagai antiseptik. Ini disebabkan
minyak asiri memiliki daya bunuh terhadap mikro organisme. Manfaat lain
minyak kayu manis adalah memiliki efek untuk mengeluarkan angin (karminatif)
dan membangkitkan selera atau menguatkan lambung (stomakik). Selain itu,
minyaknya dapat digunakan dalam industri sebagai obat kumur dan pasta,
penyegar bau sabun, deterjen, lotion, parfum, dan cream. Empat besar negara
tujuan ekspor kayu manis Indonesia adalah Amerika Serikat, Belanda, Thailand,
dan Brazil (Ardi et al., 2015).
Sentra pengembangan tanaman kayu manis di Provinsi Jambi berada di
Kabupaten Kerinci. Kulit kayu manis merupakan komoditas unggulan di
Kabupaten Kerinci. Luas Produktivitas Kayu Manis Tahun 2011-2015 dapat
dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Luas Area, Prokduksi dan Produktivitas Kayu Manis Tahun 2011-2015.
Tahun LuasArea Produksi (ton) Produktivitas (ton Ha-1)
2011 102.100 90.300 8.84
2012 101.800 89.600 8.80
2013 105.510 92.000 8.71
2014 109.600 91.400 8.33
2015* 110.400 91.500 8.28 Sumber : Statistik perkebunan Indonesia kementrian pertanian (2017)
3
Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa luas area produksi mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Hal ini menyebabkan permintaan bibit di kalangan
petani semakin meningkat, namun tidak diimbangi dengan ketersediaan bibit
berkualitas yang ada. Mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu upaya
untuk meningkatkan penyediaan bibit kayu manis dalam jumlah besar.
Perbanyakan tanaman kayu manis dapat dilakukan dengan cara generatif
maupun vegetatif. Perbanyakan tanaman melalui cara generatif memiliki
kelemahan yaitu benih yang ditanam belum tentu menghasilkan sifat unggul dari
induknya. Perbanyakan dengan cara vegetatif secara konvensional sulit dilakukan
karena sulit mendapatkan bibit yang akan digunakan sebagai batang bawah akibat
pertumbuhan tanaman kayu manis yang sangat lambat. Mengatasi permasalahan
ini maka diperlukan budidaya tanaman kayu manis secara kultur jaringan (in
vitro).
Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuh kembangkan bagian
tanaman baik berupa sel, jaringan atau organ dalam kondisi kultur yang aseptik
secara in vitro (Yusnita, 2004). Kultur jaringan merupakan salah satu alternatif
pemecahan masalah untuk mendapatkan bibit kayu manis dalam jumlah banyak
dan dalam waktu yang singkat.
Perbanyakan dengan cara kultur jaringan dapat dilakukan melalui induksi
kalus. Menginduksi Kalus mudah dilakukan, karena kalus dapat diinisiasi dari
jaringan tanaman bagian manapun. Perkembangan dan pertumbuhan kalus selain
dipengaruhi oleh komposisi media dan pemilihan eksplan yang tepat, juga
dipengaruhi oleh zat pengatur tumbuh (auksin dan sitokinin) yang diberikan.
Penggunaan modifikasi zat pengatur tumbuh dapat menjadi faktor penentu
keberhasilan kultur jaringan.
Auksin yang sering digunakan dalam menginduksi kalus yaitu 2,4-D. Selain
auksin, sitokinin juga diperlukan dalam keberhasilan menginduksi kalus. Jenis zat
pengatur tumbuh yang berbeda dari golongan yang sama seperti Kinetin, Zeatin
dan 2-iP kadang dibutuhkan untuk memacu morfogenesis yang lebih optimal
(Gaba, 2005). Pada banyak jenis tanaman zat pengatur tumbuh 2-iP merupakan
sitokinin yang mempunyai daya aktivitas lebih lemah dibandingkan dengan
sitokinin lain..
Penambahan 2,4-D dengan 2-iP berkombinasi mampu menginduksi
embriogenesis somatik langsung pada kopi Arabika BP 426 A pada eksplan daun,
epikotil, hipokotil, akar (Oktavia et al., 2003). Hasil penelitian Arimarsetiowati
(2011), pada varietas S 795 hasil terbaik daun yang membentuk kalus pada
tanaman kopi arabika dicapai pada kombinasi medium yang mengandung 5μM
(0,22 ppm) 2,4-D dan 10μM (2,03 ppm) 2-iP. Menurut Rahayu et al., (2013),
penambahan 2,4-D 0,5 ppm dan 0,5 ppm kinetin pada media MS (Murashige
Skoog) dapat memacu pembentukan kalus Acalypha indica. Persentase kalus
embriogenik somatik tertinggi pada semua varietas kopi Arabika dicapai pada
kombinasi media 5μM (0,22 ppm) 2,4-D dan 5μM (0,2 ppm) 2-iP
(Arimarsetiowati, 2011).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh
2,4-D dengan 2-iP terhadap induksi kalus eksplan daun kayu manis
(Cinnamomum burmanii), dan Mendapatkan konsentrasi zat pengatur tumbuh 2,4-
D dengan 2-iP terbaik dalam menginduksi kalus eksplan daun kayu manis
(Cinnamomum burmanii).
4
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Bioteknologi Tanaman Fakultas
Pertanian Universitas Jambi Desa Mendalo Indah, Kecamatan Jambi Luar Kota
Kabupaten Muaro Jambi. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama 3 bulan
dari Maret hingga Mei 2017. Bahan tanam (eksplan) yang digunakan adalah daun
kayu manis berasal dari bibit kayu manis yang diperbanyak secara generative,
secara visual daun yang digunakan berwarna hijau. Berdasarkan umur daun, daun
berumur sekitar 14 hari dan ukuran daun sekitar panjang 7-8 cm dan lebar 3-4 cm.
Media tanam yang digunakan adalah media Murashige dan Skoog (MS).
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri
dari 12 kombinasi perlakuan. Faktor perlakuan konsentrasi 2,4-D 0,1, 0,5, 1, 1,5
ppm yang di kombinasikan dengan 2-iP 0,1, 0,5, 1 ppm. Setiap perlakuan diulang
sebanyak 3 kali, sehingga dihasilkan 36 satuan percobaan. Pada masing-masing
satuan percobaan terdiri dari 3 botol kultur sehingga terdapat 108 botol kultur
setiap botol kultur ditanam 1 eksplan. Eksplan di kulturkan pada media induksi
selama 12 minggu. Pengamatan di lakukan terhadap waktu muncul kalus yang di
amati setiap hari sedangkan untuk warna kalus, struktur kalus, persentase eksplan
berkalus dan berat kalus di amati pada akhir penelitian.
Persiapan ekspaln daun dicuci sampai bersih dengan air mengalir, kemudian
daun dicuci dalam 100 ml air steril yang diberi 4 tetes tween-80 dan digoncang
selama 20 menit. Setelah dibilas daun disterilkan dengan larutan agrept 2,5 gr dan
benlox 2,5 gr dalam 100 ml air selama 30 menit, diikuti oleh sterilisasi dengan
larutan NaClO 1% selama 5 menit sambil digoncang, lalu dibilas dengan air steril
sebanyak tiga kali. Selanjutnya bahan dipindahkan ke cawan petridish steril dan
setelah itu daun dipotong-potong di LAFC (Laminar Air Flow Cabinet) menjadi
tiga bagian yaitu bagian ujung daun, tengah dan pangkal daun(tulang daun
dibuang agar tidak terdapat salah satu bagian daun yang terdapat tulang daun)
setelah itu ketiga bagian daun tersebut masing-masing dimasukkan kedalam
petridish. Bagian–bagian daun yang sudah berada di dalam petridish dipotong
berbentuk segi empat dengan ukuran 0,5 cm x 1 cm lalu dimasukkan ke dalam
petridish lain. Bagian daun tersebut dijadikan sebagai kelompok.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Waktu Muncul Kalus
Berdasarkian hasil analisis ragam menunjukkan bahwa berbagai konsentrasi
2,4-D degan 2-iP memberikan pengaruh terhadap variabel waktu muncul kalus.
Hasil uji DNMRT terhadap waktu muncul kalus disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil uji DNMRT terhadap waktu muncul kalus pada pemberian
berbagai konsentrasi 2,4-D dengan 2-iP
Konsentrasi 2,4-D dengan 2-iP Waktu Muncul Kalus (hari)
0,1 ppm 2,4-D + 0,1 ppm 2-iP 23.44 cd
0,1 ppm 2,4-D + 0,5 ppm 2-iP 22.33 bcd
0,1 ppm 2,4-D + 1 ppm 2-iP 23.89 d
0,5 ppm 2,4-D + 0,1 ppm 2-iP 15.44 a
0,5 ppm 2,4-D + 0,5 ppm 2-iP 17.11 ab
0,5 ppm 2,4-D + 1 ppm 2-iP 20.11 abcd
1 ppm 2,4-D + 0,1 ppm 2-iP 23.22 cd
1 ppm 2,4-D + 0,5 ppm 2-iP 16.11 a
1 ppm 2,4-D + 1 ppm 2-iP 15.22 a
1,5 ppm 2,4-D + 0,1 ppm 2-iP 18.33 abc
1,5 ppm 2,4-D + 0,5 ppm 2-iP 19.22 abcd
1,5 ppm 2,4-D + 1 ppm 2-iP 19.78 abcd Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda
tidak nyata berdasarkan uji DNMRT 5%
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemberian zat pengatur tumbuh 2,4-
D dengan 2-iP dapat memicu munculnya kalus dari eksplan daun kayu manis (C.
burmanii). Munculnya kalus diawali oleh pembengkakan bagian eksplan yang
mengalami pelukaan, terutama pada bagian pertulangan daun. Pertulangan daun
yang membentuk kalus dikarenakan pertulangan daun merupakan penyalur
makanan ke seluruh bagian daun. Sesuai dengan pendapat Lizawati et al.,(2012)
yang menyatakan bahwa terbentuknya kalus diawali dengan pembengkakan pada
permukaan eksplan dan disusul terbentuknya kalus pada pinggir daun atau bagian
tulang daun, karena pertulangan daun merupakan daerah penyalur makanan ke
permukaan daun.
Berdasarkan Tabel 2. Pemberian konsentrasi 2,4-D dengan 2-iP yang terbaik
pada variable waktu muncul kalus adalah pemberian konsentrasi 1 ppm 2,4-D dan
1 ppm 2-iP dengan rata-rata waktu muncul kalus 15,22 HSK. Hal ini dikarenakan
kesetimbangan konsentrasi auksin dan sitokinin yang diberikan mampu
merangsang terbentuknya kalus pada eksplan daun kayu manis (C. burmanii).
Sesuai dengan yang pernah di kemukakan oleh Rahayu et al.,(2002) pemberian
auksin 2,4-D mampu merangsang pembelahan sel daun dan merangsang
diferensiasi sel untuk membentuk kalus lebih cepat.
6
Berdasarkan Tabel 2. Menunjukkan bahwa konsentrasi 2,4-D dengan 2-iP
yang paling lama membentuk kalus adalah konsentrasi 0,1 ppm 2,4-D dengan 1
ppm 2-iP dengan waktu muncul kalus rata-rata 23,89 HSK. Walaupun konsentrasi
2-iP yang diberikan merupakan konsentrasi tertinggi, namun pemberian sitokinin
tanpa auksin yang seimbang berpengaruh terhadap pembelahan sel dan
pembentukan kalus. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hayati et
al.,(2010).
Warna kalus
Hasil pengamatan warna kalus menunjukkan warna kalus yang bervariasi.
Hasil pengamatan warna kalus disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Hasil analisis deskriptif terhadap warna kalus pada pemberian berbagai
konsentrasi 2,4-D dan 2-iP
Kombinasi Konsentrasi 2,4-D dan 2-iP Warna Kalus
0,1 ppm 2,4-D + 0,1 ppm 2-iP dominan hitam, hitam kecoklatan,
putih kecoklatan, putih kehitaman
0,1 ppm 2,4-D + 0,5 ppm 2-iP dominan putih kecoklatan, putih,
hitam, coklat
0,1 ppm 2,4-D + 1 ppm 2-iP dominan coklat, putih, putih
kecoklatan, hitam
0,5 ppm 2,4-D + 0,1 ppm 2-iP dominan putih kecoklatan,
putih,hitam, coklat
0,5 ppm 2,4-D + 0,5 ppm 2-iP dominan hitam, coklat, putih, putih
kehitaman, coklat kekuningan
0,5 ppm 2,4-D + 1 ppm 2-iP dominan putih kecoklatan,
hitam,coklat kehitaman, putih,
coklat
1 ppm 2,4-D + 0,1 ppm 2-iP dominan putih kecoklatan, coklat,
putih, hitam
1 ppm 2,4-D + 0,5 ppm 2-iP dominan coklat, putih, hitam, putih
kecoklatan
1 ppm 2,4-D + 1 ppm 2-iP dominan putih, putih kecoklatan,
coklat, hitam
1,5 ppm 2,4-D + 0,1 ppm 2-iP dominan putih, putih kecoklatan,
coklat, coklat kehitaman
1,5 ppm 2,4-D + 0,5 ppm 2-iP dominan putih, coklat, hitam, putih
kecoklatan
1,5 ppm 2,4-D + 1 ppm 2-iP dominan cokelat, hitam, putih,
coklat kehitaman
Tabel 3 menunjukkan bahwa warna kalus yang terbentuk dari eksplan daun
kayu manis (Cinnamomum burmanii) dengan pemberian beberapa taraf zat
pengatur tumbuh 2,4-D dengan 2-iP pada media MS melalui kultur jaringan
terdapat beberapa variasi warna kalus yaitu putih, putih kekuningan, putih
7
kecoklatan, putih kehitaman, coklat, coklat kehitaman, hitam. Penampilan
berbagai warna kalus berdasarkan perlakuan di tampilkan pada gambar 2.
Gambar 2 : Warna kalus yang berumur 12 Minggu Setelah Kultur. A) Dominan
Hitam (0,1 ppm 2,4-D + 0,1 ppm 2-iP, 0,5 ppm 2,4-D + 0,5 ppm 2-
iP), B) Dominan Putih Kecoklatan (0,1 ppm 2,4-D + 0,5 ppm 2-iP,
0,5 ppm 2,4-D + 0,1 ppm 2-iP, 0,5 ppm 2,4-D + 1 ppm 2-iP, 1 ppm
2,4-D + 0,1 ppm 2-iP), C) Dominan Coklat (0,1 ppm 2,4-D + 1 ppm
2-iP, 1 ppm 2,4-D + 0,5 ppm 2-iP, 1,5 ppm 2,4-D + 1 ppm 2-iP), D)
Dominan Putih (1 ppm 2,4-D + 1 ppm 2-iP, 1,5 ppm 2,4-D + 0,5
ppm 2-iP, 1,5 ppm 2,4-D + 0,5 ppm 2-iP).
Berdasarkan Tabel 3. Diperoleh hasil bahwa warna kalus yang terbentuk
berbeda-beda pada tiap perlakuan. Perbedaan disebabkan karena adanya reaksi
antara senyawa yang ada di dalam jaringan ekplan dengan perlakuan yang
diberikan, salah satu senyawa yang mempengaruhi warna kalus yang terbentuk
adalah senyawa fenolik. Menurut George dan sheringinton 1989, beberapa macam
tanaman khususnya tanaman tropika mempunyai kandungan senyawa fenol yang
tinggi yang teroksidasi ketika sel dilukai atau terjadi senses yang semakin
menurun.
Hasil pengamatan secara deskriptif terhadap pengamatan warna kalus dari
eksplan daun kayu manis (C. burmanii) pada pemberian taraf konsentrasi 2,4-D
dengan 2-iP yang sama yaitu 0,1 ppm dengan 0,5 ppm menghasilkan warna kalus
C
B A
D
8
yang dominan hitam, sedangkan warna kalus pada taraf konsentrasi kombinasi 1
ppm 2,4-D dengan 1 ppm 2-iP didominasi warna putih kecoklatan. Pemberian
konsentrasi 2,4-D pada taraf 1 ppm-1,5 ppm didominasi kalus dengan warna
putih.
Struktur kalus
Hasil pengamatan struktur kalus menunjukkan bahwa kalus yang
terbentuk adalah remah dan kompak. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4.Hasil analisis deskriptif terhadap struktur kalus pada pemberian berbagai
konsentrasi 2,4-D dengan 2-iP
Kombinasi Konsentrasi 2,4-D dengan 2-iP Struktur Kalus
0,1 ppm 2,4-D + 0,1 ppm 2-iP Remah
0,1 ppm 2,4-D + 0,5 ppm 2-iP remah, kompak
0,1 ppm 2,4-D + 1 ppm 2-iP remah, kompak
0,5 ppm 2,4-D + 0,1 ppm 2-iP remah, kompak
0,5 ppm 2,4-D + 0,5 ppm 2-iP Kompak
0,5 ppm 2,4-D + 1 ppm 2-iP Remah
1 ppm 2,4-D + 0,1 ppm 2-iP remah, kompak
1 ppm 2,4-D + 0,5 ppm 2-iP Remah
1 ppm 2,4-D + 1 ppm 2-iP Remah
1,5 ppm 2,4-D + 0,1 ppm 2-iP Remah
1,5 ppm 2,4-D + 0,5 ppm 2-iP remah, kompak
1,5 ppm 2,4-D + 1 ppm 2-iP Remah
Penampilan struktur kalus berdasarkan perlauan di tampilkan pada gambar 3.
Gambar 3 : A. Kalus kompak (0,5 ppm 2,4-D + 0,5 ppm 2-iP) B. Kalus remah (
0,1 ppm 2,4-D + 0,1 ppm 2-iP, 0,1 ppm 2,4-D + 0,5 ppm 2-iP, 0,1
ppm 2,4-D + 1 ppm 2-iP, 0,5 ppm 2,4-D + 0,1 ppm 2-iP, 0,5 ppm 2,4-
D + 1 ppm 2-iP, 1 ppm 2,4-D + 0,1 ppm 2-iP, 1 ppm 2,4-D + 0,5 ppm
A B
9
2-iP, 1 ppm 2,4-D + 1 ppm 2-iP, 1,5 ppm 2,4-D + 0,1 ppm 2-iP, 1,5
ppm 2,4-D + 0,5 ppm 2-iP, 1,5 ppm 2,4-D + 1 ppm 2-iP )
Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 4. Struktur kalus yang terbentuk
pada eksplan daun kayu manis (C.burmanii) dengan pemberian berbagai taraf
konsentrasi 2,4-D dengan 2-iP menunjukkan bahwa kalus yang terbentuk
berstruktur remah dan kompak. Pemberian konsentrasi 2,4-D dengan 2-iP yang
sama yaitu 0,1 ppm dengan 1 ppm menghasilkan kalus yang berstruktur remah.
Kalus yang berstruktur kompak dan didominasi kompak terdapat pada perlakuan
konsentrasi 0,5 ppm 2,4-D dengan 0,5 ppm 2-iP , 1 ppm 2,4-D dengan 0,5 ppm
2-iP.
Kalus remah merupakan kalus yang tersusun atas sel-sel yang panjang
bebrbentuk tobular yang mana struktur sel-selnya renggang tidak teratur dan
mudah rapuh (Manuhura, 2001). Kalus yang kompak mempunyai struktur sel
yang rapat, padat dan sulit untuk dipisah-pisahkan dan mempunyai vakuola yang
lebih besar dalam sel-selnya serta mempunyai dinding polisakarida yang lebih
besar (Herwinaldo, 2010). Menurut Lizawati (2012), struktur kalus yang remah
dianggap baik karena memudahkan dalam pemisahan menjadi sel-sel tunggal
pada kultur suspensi, di samping itu akan meningkatkan aerasi oksigen antar sel.
Dengan demikian, dengan struktur tersebut upaya untuk perbanyakan dalam hal
jumlah kalus yaitu melalui kultur suspensi lebih mudah.
Persentase eksplan membentuk kalus (%)
Hasil pengamatan terhadap variable persentase eksplan membentuk kalus
pada pemberian berbagai konsentrasi 2,4-D dengan 2-iP membentuk kalus
sebanyak 100%.
Persentase eksplan berkalus pada eksplan asal daun kayu manis (C.
burmanii) menunjuukan bahwa pemberian berbagai konsentrasi 2,4-D dengan 2-
iP memberikan respon yang positif pada pembentukan kalus. Hal ini diduga
Karena adanya hubungan antara hormon endogenus dari eksplan daun kayu manis
(C. burmanii) dengan hormon eksogenus yang ditambahkan pada masing-masing
perlakuan, seperti yang diungkapkan Karjadi dan Buchory (2008) bahwa
kebutuhan hormon eksogen bergantung pada jumlah hormon endogen yang
terkandung pada eksplan. Jika dillihat dari hasil yang diperoleh, kebutuhan akan
auksin eksogen cukup tinggi untuk meningkatkan pertumbuhan kalus.
Berat kalus (g)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kombinasi berbagai konsentrasi
2,4-D dengan 2-iP memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel berat
kalus (Lampiran 8). Hasil uji DNMRT terhadap berat kalus disajikan pada
Tabel 5.
10
Tabel 5. Hasil uji DNMRT terhadap berat kalus pada pemberian berbagai
konsentrasi 2,4-D dengan 2-iP
Konsentrasi 2,4-D dengan 2-iP Berat Kalus (g)
0,1 ppm 2,4-D + 0,1 ppm 2-iP 0.04 a
0,1 ppm 2,4-D + 0,5 ppm 2-iP 0.13 ab
0,1 ppm 2,4-D + 1 ppm 2-iP 0.14 abc
0,5 ppm 2,4-D + 0,1 ppm 2-iP 0.20 bcd
0,5 ppm 2,4-D + 0,5 ppm 2-iP 0.39 fg
0,5 ppm 2,4-D + 1 ppm 2-iP 0.27 cde
1 ppm 2,4-D + 0,1 ppm 2-iP 0.28 def
1 ppm 2,4-D + 0,5 ppm 2-iP 0.37 efg
1 ppm 2,4-D + 1 ppm 2-iP 0.43 g
1,5 ppm 2,4-D + 0,1 ppm 2-iP 0.17 bcd
1,5 ppm 2,4-D + 0,5 ppm 2-iP 0.22 bcd
1,5 ppm 2,4-D + 1 ppm 2-iP 0.14 ab Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda
tidak nyata berdasarkan uji DNMRT 5%
.
Berdasarkan Tabel 5. Menunjukkan bahwa pemberian berbagai taraf
konsentrasi 2,4-D dengan 2-iP pada variabel berat kalus menunjukkan kalus
dengan bobot tertinggi terdapat pada perlakuan 1 ppm 2,4-D dengan 1 ppm 2-iP
dengan rata-rata berat kalus 0,4338 gram, disusul dengan perlakuan 0,5 ppm 2,4-
D dengan 0,5 ppm 2-iP dengan rata-rata berat kalus 0,3875 gram. Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian auksin dan sitokinin yang seimbang akan
mempercepat pembelahan sel sehingga meningkatkan volume dan massa dari
kalus yang terbentuk. Perbandingan konsentrasi auksin dan sitokinin dapat
menentukan banyaknya pembelahan sel dan diferensiasi sel menjadi tunas
ataupun menjadi akar (Smigocki et al., 1989).
KESIMPULAN
1. Pemberian baerbagai taraf konsentrasi 2,4-D dengan 2-iP mampu membentuk
kalus pada eksplan daun kayu manis (C. burmanii) 100%.
2. Konsentrasi terbaik 2,4-D dengan 2-iP dalam induksi kalus eksplan daun
kayu manis (C. burmanii) adalah 1 ppm 2,4-D dengan 1 ppm 2-iP dengan
hasil rata- rata waktu muncul kalus tercepat, warna kalus putih, struktur kalus
remah dan bobot kalus terberat yaitu 0.4338 gram.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ardi, S. Raesi, N. A. Evalia, C, Paloma. 2015. Laporan Riset Rantai Pemasaran
Kulit Kayu Manis Kerinci. Universitas Andalas. Padang.
Arimarsetiowati, R. 2011. Pengaruh auksin 2,4-D dan sitokinin 2-iP terhadap
pembentukan embriogenesis sel somatik langsung pada eksplan daun coffea
arabica L. Pelita Perkebunan 27(2): 68-77.
Denian.A., 1996. Seleksi massa dan uji turunan kayu manis. Laporan Hasil
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.BPTP Sukarami.Solok.Sukarami.
Gaba, V.P. 2005. Plant Growth Regulator. In R.N. Trigiano and D.J. Gray (eds.)
Plant Tissue Culture and Development. CRC Press. London. p. 87-100.
George EF, Sherrington PD. 1984. Plant Propagation by Tissue Culture:Handbook
and Directory of Comercial Laboratories. England: Exegetics Limited.
Hayati, S.K. Yulita, N. Nintya, S. 2010. Induksi kalus Hipokotil Alfafa
(Medicargo sativa L) secara In vitro dengan penambahan Benzyl Amino
Purin (BAP) dan Napthalene Acetid Acid (NAA). Bioma. 12(1): 6-12.
Herwinaldo, D.C. 2010. Pengaruh variasi konsentrasi sukrosa terhadap
pertumbuhan dan induksi embryogenesis somatic kultur kalus tapak dara
(Charanthus roseus (L) G. Don). Skripsi. Fakultas MIPA. Surakarta.
Karjadi, A.K dan A. Buchori.2008.pengaruh komposisi media dasar, penambahan
BAP, dan Pikloram terhadap induksi tunas bawang merah. Jurnal Hort.
18(1):1-9.
Lizawati. 2012. Induksi Kalus Embriogenik Dari Eksplan Tunas Apikal Tanaman
Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) dengan Penggunaan 2,4 D dan TDZ. Vol
1 No.2 : 75-87
Lizawati, Neliyati dan D. Retna. 2012. Induksi kalus eksplan daun durian (Durio
zibethinus Murr. Cv. Selat Jambi) pada beberapa kombinasi 2,4-D dan BAP.
Diunduh dari https://online-journal.unja.ac.id/index.php/bioplante/article
/view /1739 (diakses 25 oktober 2016)
Manuhura, Y. S. W. 2001. Regenerasi Tanaman Sawi (Brassica juncea L. Var
Morakot) melalui teknik kultur jaringgan, jurnal MIPA Universitas
Airlanggga 6(2):127-130)
Oktavia, F., Siswanto, A. Budiani, Sudarsono. 2003. Embriogenesis somatik
langsung dan regenerasi planlet kopi Arabika (Coffea arabica) dari berbagai
eksplan . Menara Perkebunan 71(2): 44-55.
12
Rahayu. B, Solichatun, Endang. A. 2003. Pengaruh asam 2,4-diklorofenolsiasetat
(2,4-D) terhadap pembentukan dan pertumbuhan kalus serta kandungan
flavonoid kultur kalus Acalypha indica L. Biofarmasi. 1(1):1-6. Yogyakarta.
Smigocki.A.C, Lowell.D.O. 1989.Cytokinin-Auxin Ratios and morphology of
shoots and tissues transformed by a chimeric isopentenyl tranferase gene.
Plant physiol. 91, 808-811.
Yusnita. 2004. Kultur Jaringan. Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisisen.
Cetakan Ketiga. Agro Media Pustaka. Jakarta.