terhadap induksi kalus eksplan daun kayu manis juanda.pdf · pdf filekeberhasilan kultur...
Post on 14-Mar-2019
225 views
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
1
PENGARUH KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH 2,4-D (2,4-
dichlorophenoxyacetic acid) DENGAN 2-iP (2-isopentenyladenine)
TERHADAP INDUKSI KALUS EKSPLAN DAUN
KAYU MANIS (Cinnamomum burmanii)
Sastra Juanda1. Neliyati2. Evita2
Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Mendalo Darat. Jambi
e-mail : sastrajuanda8@gmail.com
1) Alumni Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi
2) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jambi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh
2,4-D dengan 2-iP terhadap induksi kalus eksplan daun kayu manis
(Cinnamomum burmanii) dan mendapatkan konsentrasi zat pengatur tumbuh 2,4-
D dengan 2-iP terbaik dalam menginduksi kalus eksplan daun kayu manis
(Cinnamomum burmanii). Penelitian dilaksanakan di laboratorium Bioteknologi
Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jambi Desa Mendalo Indah, Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi, Jambi. Penelitian menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 12 kombinasi perlakuan.
Faktor perlakuan konsentrasi 2,4-D 0,1, 0,5, 1, 1,5 ppm yang di kombinasikan
dengan 2-iP 0,1, 0,5, 1 ppm. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga
dihasilkan 36 satuan percobaan. Pada masing-masing satuan percobaan terdiri dari
3 botol kultur sehingga terdapat 108 botol kultur dan terdapat satu eksplan dalam
setiap botol. Eksplan diinkubasi selama 3 bulan. Parameter yang diamati yaitu
waktu muncul kalus 2 hari setelah tanam sampai 3 bulan, warna kalus, struktur
kalus, persentase eksplan membentuk kalus dan berat kalus diamati di akhir
penelitian. Hasil penelitian menunjukkan pada parameter muncul kalus tercepat
15,22 HSK dan terberat 0,43 gram diperoleh dari perlakuan konsentrasi zat
pengatur tumbuh 2,4-D 1 ppm + 2-iP 1 ppm. Semua perlakuan dapat menginduksi
kalus 100% dan terdapat berbagai variasi warna yang dihasilkan serta kalus yang
dihasilkan berstruktur remah dan kompak.
Kata Kunci : Kalus, Kayu manis, 2,4-D, 2-iP
ABSTRACT
The aim of this research is to know the effect of growth regulator 2,4-D
with 2-iP on induction of callus of cinnamon leaf explant (Cinnamomum
burmanii) and get the concentration of growth regulator 2,4-D with 2-iP best in
inducing leaf explant callus cinnamon (Cinnamomum burmanii). This research
mailto:sastrajuanda8@gmail.com
2
was conducted in the laboratory of Plant Biotechnology Faculty of Agriculture,
University of Jambi Mendalo Indah Village, District Jambi Out of Town District
Muaro Jambi, Jambi. This study used Randomized Block Design (RAK)
consisting of 12 treatment combinations. Treatment factor of 2,4-D concentration
0,1,5,5 1,1,5 ppm combined with 2-iP 0,1,5,5,1 ppm. Each treatment was repeated
3 times, resulting in 36 experimental units. In each experimental unit consisting of
3 culture bottles so there are 108 bottles of culture and there is one explant in each
bottle. Eksplan induced for 3 months. The parameters observed were callus time 2
days after planting until 3 months, callus color, callus structure, percentage of
eksplan form callus and callus weight were observed at the end of the study. The
results showed the parameters emerged the fastest callus 15.22 HSK and 0.43
grams heaviest with the provision of growth regulators 2.4-D 1 ppm + 2-iP 1 ppm.
All treatments can induce 100% callus and there are various variations of the
resulting color and the resulting callus is structured crumb and compact.
Keywords: Callus, Cinnamon, 2,4-D, 2-iP
PENDAHULUAN
Kayu manis (Cinnamomum burmanii) merupakan tanaman perkebunan yang
termasuk kedalam tanaman tahunan (parenial). Tanaman kayu manis sudah lama
dikembangkan di Indonesia dan merupakan salah satu komoditi rempah yang
menjadi barang dagangan utama sejak zaman kolonial (Denian, 1996). Kayu
manis merupakan tanaman yang kulit batang, cabang, dan dahannya digunakan
sebagai bahan rempah-rempah dan merupakan salah satu komoditas ekspor
Indonesia. Selain di gunakan untuk bumbu makanan dan pembalsam murni, sudah
lama minyak asiri kayu manis dimanfaatkan sebagai antiseptik. Ini disebabkan
minyak asiri memiliki daya bunuh terhadap mikro organisme. Manfaat lain
minyak kayu manis adalah memiliki efek untuk mengeluarkan angin (karminatif)
dan membangkitkan selera atau menguatkan lambung (stomakik). Selain itu,
minyaknya dapat digunakan dalam industri sebagai obat kumur dan pasta,
penyegar bau sabun, deterjen, lotion, parfum, dan cream. Empat besar negara
tujuan ekspor kayu manis Indonesia adalah Amerika Serikat, Belanda, Thailand,
dan Brazil (Ardi et al., 2015).
Sentra pengembangan tanaman kayu manis di Provinsi Jambi berada di
Kabupaten Kerinci. Kulit kayu manis merupakan komoditas unggulan di
Kabupaten Kerinci. Luas Produktivitas Kayu Manis Tahun 2011-2015 dapat
dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Luas Area, Prokduksi dan Produktivitas Kayu Manis Tahun 2011-2015.
Tahun LuasArea Produksi (ton) Produktivitas (ton Ha-1)
2011 102.100 90.300 8.84
2012 101.800 89.600 8.80
2013 105.510 92.000 8.71
2014 109.600 91.400 8.33
2015* 110.400 91.500 8.28 Sumber : Statistik perkebunan Indonesia kementrian pertanian (2017)
3
Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa luas area produksi mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Hal ini menyebabkan permintaan bibit di kalangan
petani semakin meningkat, namun tidak diimbangi dengan ketersediaan bibit
berkualitas yang ada. Mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu upaya
untuk meningkatkan penyediaan bibit kayu manis dalam jumlah besar.
Perbanyakan tanaman kayu manis dapat dilakukan dengan cara generatif
maupun vegetatif. Perbanyakan tanaman melalui cara generatif memiliki
kelemahan yaitu benih yang ditanam belum tentu menghasilkan sifat unggul dari
induknya. Perbanyakan dengan cara vegetatif secara konvensional sulit dilakukan
karena sulit mendapatkan bibit yang akan digunakan sebagai batang bawah akibat
pertumbuhan tanaman kayu manis yang sangat lambat. Mengatasi permasalahan
ini maka diperlukan budidaya tanaman kayu manis secara kultur jaringan (in
vitro).
Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuh kembangkan bagian
tanaman baik berupa sel, jaringan atau organ dalam kondisi kultur yang aseptik
secara in vitro (Yusnita, 2004). Kultur jaringan merupakan salah satu alternatif
pemecahan masalah untuk mendapatkan bibit kayu manis dalam jumlah banyak
dan dalam waktu yang singkat.
Perbanyakan dengan cara kultur jaringan dapat dilakukan melalui induksi
kalus. Menginduksi Kalus mudah dilakukan, karena kalus dapat diinisiasi dari
jaringan tanaman bagian manapun. Perkembangan dan pertumbuhan kalus selain
dipengaruhi oleh komposisi media dan pemilihan eksplan yang tepat, juga
dipengaruhi oleh zat pengatur tumbuh (auksin dan sitokinin) yang diberikan.
Penggunaan modifikasi zat pengatur tumbuh dapat menjadi faktor penentu
keberhasilan kultur jaringan.
Auksin yang sering digunakan dalam menginduksi kalus yaitu 2,4-D. Selain
auksin, sitokinin juga diperlukan dalam keberhasilan menginduksi kalus. Jenis zat
pengatur tumbuh yang berbeda dari golongan yang sama seperti Kinetin, Zeatin
dan 2-iP kadang dibutuhkan untuk memacu morfogenesis yang lebih optimal
(Gaba, 2005). Pada banyak jenis tanaman zat pengatur tumbuh 2-iP merupakan
sitokinin yang mempunyai daya aktivitas lebih lemah dibandingkan dengan
sitokinin lain..
Penambahan 2,4-D dengan 2-iP berkombinasi mampu menginduksi
embriogenesis somatik langsung pada kopi Arabika BP 426 A pada eksplan daun,
epikotil, hipokotil, akar (Oktavia et al., 2003). Hasil penelitian Arimarsetiowati
(2011), pada varietas S 795 hasil terbaik daun yang membentuk kalus pada
tanaman kopi arabika dicapai pada kombinasi medium yang mengandung 5M
(0,22 ppm) 2,4-D dan 10M (2,03 ppm) 2-iP. Menurut Rahayu et al., (2013),
penambahan 2,4-D 0,5 ppm dan 0,5 ppm kinetin pada media MS (Murashige
Skoog) dapat memacu pembentukan kalus Acalypha indica. Persentase kalus
embriogenik somatik tertinggi pada semua varietas kopi Arabika dicapai pada
kombinasi media 5M (0,22 ppm) 2,4-D dan 5M (0,2 ppm) 2-iP
(Arimarsetiowati, 2011).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh
2,4-D dengan 2-iP terhadap induksi kalus eksplan daun kayu manis
(Cinnamomum burmanii), dan Mendapatkan konsentrasi zat pengatur tumbuh 2,4-
D dengan 2-iP terbaik dalam menginduksi kalus eksplan daun kayu manis
(Cinnamomum burmanii).
4
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Bioteknologi Tanaman Fakultas
Pertanian Universitas Jambi Desa Mendalo Indah, Kecamatan Jambi Luar Kota
Kabupaten Muaro Jambi. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama 3 bulan
dari Maret hingga Mei 2017. Bahan tanam (eksplan) yang digunakan adalah daun
kayu manis berasal dari bibit kayu manis yang diperbanyak secara generative,
secara visual daun yang digunakan berwarna hijau. Berdasarkan umur dau