adaptasi perubahan iklim dnpi

Upload: deenar-tunas-rancak

Post on 02-Jun-2018

267 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Adaptasi Perubahan Iklim DNPI

    1/34

    RENCANAAKSI NASIONALADAPTASI PERUBAHANIKLIMINDONESIA

  • 8/10/2019 Adaptasi Perubahan Iklim DNPI

    2/34

    I II

    RENCANAAKSI NASIONALADAPTASI PERUBAHANIKLIMINDONESIA

    Dokumen ini sebagai masukan dalam proses penyusunan RAN Adaptasi

    yang dikerjakan Bappenas KLH DNPI di tahun 2012

  • 8/10/2019 Adaptasi Perubahan Iklim DNPI

    3/34

    Dampak dan ancaman Perubahan ikl im telah diakui sebagai ancaman terhadap lingkungan, sosial danekonomi suatu masyarakat. Adanya pergeseran cara memandang yang melihat faktor penyebab danakibat perubahan iklim tidak lagi semata persoalan lingkungan hidup, namun lebih terkait dengan polastrategi pembangunan yang dijalankan selama ini. Akibatnya berpengaruh pada stabilitas ekonomi makronegara, regional bahkan global. Untuk merespon ancaman tersebut, pendekatan strategi pembangunanharus melibatkan seluruh sektor strategis pembangunan, mulai dari sektor yang berpengaruh padakesediaan pangan sampai pada infrastruktur fisik melalui strategi pembangunan yang mengadopsipengarusutamaan (mainstreaming) perubahan iklim. Disisi lain persoalan koordinasi antar sektor masihmenjadi kelemahan birokrasi dalam mewujudkan pembangunan yang menyeluruh, efektif dan efesien.Pasca konferensi perubahan ikl im ke 13 di Bali, Desember 2007 (Conference of Parties /CoP13), Pemerint ahIndonesia memiliki keinginan kuat unt uk mengintegrasikan rencana , strategi dan implementasi kebijakanperubahan iklim.

    Melalui Peraturan Presiden No. 46 Tahun 2008 mengenai Dewan Nasional Perubahan Iklim diharapkanstrategi pembangunan dilakukan melalui koordinasi dan melibatkan seluruh sektor strategispembangunan, mulai dari sektor yang berpengaruh pada kesediaan pangan sampai pada infrastruktur fisik

    melalui strategi pembangunan yang mengadopsi pengarusutamaan perubahan iklim. Sasaran kebijakanadalah memperkuat peran sektor pembangunan untuk mencapai target dan tujuannya melalui koordinasiantar sektor. Upaya Mitigasi dan Adaptasi perubahan iklim membutuhkan kerjasama yang kuat diantarasektor-sektor pembangunan. Kedua upaya tersebut membutuhkan sumber dana yang tidak sedikit. Agarpendanaan pembangunan saat ini berjalan secara optimal dan pembangunan yang akan dilakukanberpengaruh terhadap sektor lain maka dibutuhkan suatu lembaga yang dapat mengkoordinasikannya.

    Dengan dibentuknya Dewan Nasional Perubahan Iklim yang diketuai langsung oleh Presiden RepublikIndonesia Soesilo Bambang Yudhoyono menandakan bahwa persoalan perubahan iklim diakui sebagaipersoalan ancaman ut ama pembangunan yang harus segera memperoleh perhatian p riorit as dari pil ihan-pilihan strategi pembangunan. Pembangunan yang meletakkan etika lingkungan dalam politikpembangunan menjadi prasyarat berjalannya koordinasi pembangunan yang memiliki perspektifperubahan ikl im.

    Adanya Rencana Aksi Adaptasi Nasional merupakan salah satu upaya untuk menjawab persoalan di atas.Rencana ini merupakan cermin kesiapan sektor untuk merespon dan mengantisipasi ancaman perubahan

    iklim melalui program yang didasari oleh proyeksi ancaman ke depan. Berharap pula bahwa rencana aksi inidapat menjadi media informasi dan komuniaksi antar sektor sehingga int egrasi dan koordinasi kegiatandapat disiapkan sejak awal.

    Kepada semua pihak yang telah terlibat secara aktif guna tersusunnya Rencana Aksi Adaptasi Nasional inidiucapkan banyak terima kasih dan penghargaannya.

    Jakarta, Februari 2011.Ketua Harian

    Rachmat Witoelar

    Sambutan

    Ketua HarianDNPI

    III IV

  • 8/10/2019 Adaptasi Perubahan Iklim DNPI

    4/34

    Laporan ke 4 (fourt h assessment report) yang dipubli kasikan pertengahan April 2007 oleh kelompok kerja IIIPCC - Intergovernmental Panel on Climate Change semakin memperkuat keyakinan akan dampak ancamanperubahan ikl im t erhadap umat manusia di bumi ini. Diantaranya adalah naiknya rata-rata temperatur suhuudara, naiknya permukaan air laut yang menyebabkan tenggelamnya pesisir dan pulau-pulau kecil.

    Tentang Indonesia sendiri, disebutkan bahwa akan mengalami penurunan curah hujan di kawasan Selatan,sebaliknya kawasan Utara akan mengalami peningkatan curah hujan. Artinya kawasan yang menurun curahhujannya sangat berpot ensi merusak sistem t anam pertanian, khususnya tanaman yang tidak memilikipotensi resitan terhadap kekeringan, krisis air untuk menopang kehidupan (air bersih) dan infrastrukturpembangkit listrik turbin. Di sisi lain, peningkatan curah hujan menjadi potensial ancaman banjir yangmerusakan sarana dan prasarana serta lahan-lahan basah.

    Dampak perubahan iklim yang menjadi ancaman besar lainnya apabila dikaitkan dengan kondisi geografisIndonesia adalah naiknya permukaan air laut (sea level rise). Ancaman t erhadap naiknya permukaan air lautdan ancaman terhadap tenggelamnya pulau-pulau. Tenggelam atau hilangnya suatu pulau kecilmerupakan salah satu fenomena yang akan pasti terjadi apabila dampak perubahan iklim tidak di indahkan.

    Hasil kajian yang dari Departemen Pekerjaan Umum serta Kementrian Lingkungan Hidup (IndonesiaReport , 2007) memperkuat l aporan IPCC diatas. Bahkan disebutkan dengan kenaikan sekitar 1 meter,diperkirakan sekitar 405,000 ha dari lahan pesisir termasuk kepulauan kecil akan banji r. Dampak yang(berpotensi) besar di beberapa area pesisir seperti wilayah pantai/pesisir utara Jawa, pesisir timur Sumatradan pesisir selatan Sulawesi. Hilangnya beberapa pulau kecil di garis terluar wilayah Indonesia juga menjadiancaman serius akibat naiknya permukaan air laut serta intrusi air laut (garam) ke daratan/pedalaman.Dikatakan pula bahwa pola panen saat ini kemungkinan (sudah) tidak dapat dilakukan kembali pada masayang akan datang.

    Pengarusutamaan strategi adaptasi ke dalam kebijakan tiap sektor di tingkat nasional dan lokal merupakanpriorit as yang ti dak bisa ditawar-tawar. Perumusannya yang melibatkan sektor-sektor yang terkait danstakeholder lainnya serta mengikuti metodologi yang telah ada saat ini dipastikan menghasilkan sebuahdokumen yang aplikat if. Pada saat yang bersamaan menyusun peraturan pelaksana tentang perubahanikl im dan Dokumen Strategi Nasional/Daerah Lainnya.

    Berharap keluarnya Rencana Aksi Adaptasi Nasional ini dapat menjadi langkah awal keluarnya strategi yang

    lebih utuh dan menyeluruh. Dibutuhkan kerja-sama dan keinginan kuat diantara sektor untukmewujdukannya. Terakhir, kekurangan yang ada pada dokumen rencana ini menjadi tantangan untukmemperbaikinya ke arah yang lebih baik.

    Jakarta, Februari 2011Ketua Kelompok Kerja Adapt asi DNPI

    Imam Santoso Ernawi

    V VI

    Sambutan

    Ketua Kelompok KerjaAdaptasi DNPI

  • 8/10/2019 Adaptasi Perubahan Iklim DNPI

    5/34

    PENGARAHRachmat Witoelar

    Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim / Utusan Khusus Presiden unt uk Perubahan Iklim

    Agus Purnomo

    Kepala Sekretariat Dewan Nasional Perubahan Iklim / Staf Khusus Presiden Bidang Perubahan Iklim

    Imam Santoso Ernawi

    Ketua Kelompok Kerja Adaptasi DNPI / Dirjen Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum

    Emma Rachamawaty

    Wakil Ketua I Kelompok Kerja Adaptasi DNPI / Asisten Deput i Bidang Adaptasi Kementerian Lingkungan Hidup

    Armi Susandi

    Wakil Ketua II Kelompok Kerja Adaptasi DNPI / Institut Teknologi Bandung

    KONTRIBUTORAndi Arief,Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana;Yusni Emilia Harahap,Staf Ahli Menteri

    Bidang Lingkungan Hidup, Kementerian Pertanian; Irsal Las, Kepala Balai Besar lahan dan Sumber Daya Lahan

    Pertanian, Kementerian Pertanian; William M. Putuhena,Kepala Balai Hidrolog i dan Tata Air Puslitbang Sumber

    Daya Air, Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum; Pantja D. Oetojo,Kepala Balai Lalu Lintas dan LingkunganJalan, Puslitbang Jalan dan Jembatan, Kementerian Pekerjaan Umum; Iman Soedrajat, Direktur Penataan Ruang

    Wilayah Nasional, Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum; Togap Simangunsong,

    Asisten Deputi Urusan Bencana, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat; D. Anwar Musadad,Kepala

    Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat , Balitbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan; Hadi

    Sucahyono, Kasubdit Kebijakan dan Strategi, Dit. Bina Program, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan

    Umum; Heru Santoso,Geotek-LIPI;Elnora Runtunuwu,Balai Besar lahan dan Sumber Daya Lahan Pertanian,

    Kementerian Pertanian; Agus Supangat, Koordinator Divisi Pengembangan Kapasitas dan Riset, Dewan Nasional

    Perubahan, ik lim, Budi Haryanto,Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,

    Universitas Indonesia;Hendra Yusran Siry,Kepala Pelayanan Teknis Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan d an

    Perikanan; Berny A Subky,Kementerian Kelautan Perikanan; Syofyan Hasan,Kementerian Kelautan Perikanan;

    Mustikorini Indri Jatiningrum, Kementerian Kesejahteraan Rakyat; Tutut Indra Wahyuni, Kementerian

    Kesehatan; Ann Natallia Umar,Kementerian Kesehatan;Kemal Taruc,UN Habitat;Pramita Harjati,Mercycorps;

    Budi Chairuddin,MercyCorps; Tri Prasetyo Sasimartoyo,WHO; Lilik Kurniawan,BNPB; Arifin Muhammad

    Hadi,Kepala Divisi Penanggulangan Bencana PMI Pusat; Avianto Muhtadi,Ketua Lembaga Penanggulangan

    Bencana dan Perubahan Iklim- Nahdlat ul Ulama (LPBI-NU);Victor Remberth,UNJSPDRR;Chrisandini,WWF;Erna

    Witoelar, Kelomp ok Kerja Adaptasi DNPI

    PENYUSUNAri Muhammad,Sekretaris Kelompok Kerja Adaptasi; Ardiyanto Aryoseno,Kelompok Kerja Adaptasi DNPI;Ade

    Rachmi Yuliantri,Kelompok Kerja Adaptasi DNPI

    VII VIII

    Pengarah, KontributordanPenyusun

  • 8/10/2019 Adaptasi Perubahan Iklim DNPI

    6/34

    SAMBUTAN KETUA HARIAN DNPI..........................................................................................................................................SAMBUTAN KETUA KELOMPOK KERJA ADAPTASI.........................................................................................................

    PENGARAH, KONTRIBUTOR DAN PENYUSUN..................................................................................................................

    DAFTAR ISI.........................................................................................................................................................................................

    DAFTAR TABEL DAN MATRIKS.................................................................................................................................................

    DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................................................................................

    I. PENDAHULUAN...............................................................................................................................................................

    I.1 LATARBELAKANG...........................................................................................................................................................

    I.2 METODOLOGI...................................................................................................................................................................

    I.3 SEKTORUTAMA RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM..............................................

    II. PEMETAAN TANTANGAN DAN PELUANG ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM TIAP

    SEKTOR...............................................................................................................................................................................

    II.1 SEKTORPERTANIAN.......................................................................................................................................................

    II.1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................................................

    II.1.2 Justi fikasi............................................................................................................................................................................

    II.1.3 Ancaman perubahan ik lim p ada sektor pert anian.............................................................................................

    II.1.4 Faktor-faktor yang turut mempengaruhi kerentanan akibat perubahanikl im di sektor pert anian..............................................................................................................................................

    II.1.5 Matriks................................................................................................................................................................................

    II.2 SEKTORPESISIR, KELAUTAN, PERIKANAN DAN PULAU PULAU KECIL..........................................................

    II.2.1 Latar Belakang.................................................................................................................................................................

    II.2.2 Justi fikasi............................................................................................................................................................................

    II.2.3 Kontri busi Ekonomi Sektor Kelaut an dan Perikanan.........................................................................................

    II.2.4 Ancaman Dampak Perubahan Iklim pada Sektor Kelaut an dan Perikanan...............................................

    II.2.5 Matriks Rencana Aksi Adaptasi Perubahan Iklim pada Sektor Kelautan dan

    Perikanan...........................................................................................................................................................................

    II.3 SEKTORKESEHATAN.......................................................................................................................................................

    II.3.1 Pendahuluan....................................................................................................................................................................

    II.3.2 Justi fikasi............................................................................................................................................................................

    II.3.3 Ancaman Perubahan Iklim p ada Bidang Kesehatan..........................................................................................

    II.3.4 Matriks................................................................................................................................................................................

    II.4 SEKTORPEKERJAAN UMUM........................................................................................................................................

    II.4.1 Sub Bidang Sumber Daya Air.....................................................................................................................................

    II.4.1.1 Justi fikasi............................................................................................................................................................................

    II.4.1.2 Tingkat Kekri ti san Sumber Daya Air:.......................................................................................................................

    II.4.1.3 Matriks................................................................................................................................................................................

    II.4.2 Sub Bidang Cipt a Karya................................................................................................................................................

    II.4.2.1 Adapun tuj uan Pembangunan Sub Bidang Cipt a Karya adalah;...................................................................

    II.4.2.2 Isu strategis pembangunan Sub Bidang Cipta karya dipengaruhi oleh

    6 (enam) hal, yaitu:.........................................................................................................................................................

    II.4.2.3 Matriks................................................................................................................................................................................

    II.4.3 Sub Bidang Jalan dan Jembatan...............................................................................................................................

    II.4.3.1 Priorit as pembangunan Infrastrukt ur Nasional adalah:....................................................................................

    IX X

    Daftar Isi

    IIIV

    VII

    IX

    XIII

    XIV

    1

    1

    3

    3

    5

    5

    5

    5

    8

    9

    11

    13

    13

    13

    15

    17

    18

    22

    22

    22

    23

    25

    28

    28

    28

    29

    29

    31

    31

    32

    33

    35

    35

  • 8/10/2019 Adaptasi Perubahan Iklim DNPI

    7/34

    II.4.3.2 Tantangan Bidang Jalan t erkait Dampak Perubahan Iklim .............................................................................II.4.3.3 Matriks................................................................................................................................................................................

    II.4.4.1 Sub Bidang Penataan Ruang......................................................................................................................................

    II.4.4.2 Justi fikasi............................................................................................................................................................................

    II.4.4.3 Kebijakan dan Strategi Tata Ruang Terhadap Perubahan Iklim .....................................................................

    II.4.4.4 Matriks................................................................................................................................................................................

    III. STRATEGI ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM NASIONAL.........................................................................................

    III.1 KEMAMPUAN ADAPTASI (ADAPTIVECAPACITY).................................................................................................

    III.2 KEBUTUHAN STRATEGI ADAPTASI DI INDONESIA...............................................................................................

    III.3 PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI...............................................................................................................................

    III.4 ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGELOLAAN RESIKO BENCANA......................................................

    III.5 KELOMPOK KERJA ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM...............................................................................................

    XI XII

    3637

    37

    38

    39

    41

    43

    43

    48

    49

    50

    50

  • 8/10/2019 Adaptasi Perubahan Iklim DNPI

    8/34

    TABEL 1.PROSENTASEKONTRIBUSI SEKTORTERHADAP PDB NASIONAL

    TAHUN 2005-2006..........................................................................................................................................................

    TABEL 2.

    PERKEMBANGAN TENAGA KERJA SEKTORPERTANIAN PADA TAHUN

    2001-2006..........................................................................................................................................................................

    TABEL 3.

    TINGKAT PENDIDIKAN TENAGA KERJA SEKTORPERTANIAN...........................................................................

    TABEL 4.

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO SEKTORPERIKANAN TAHUN 2006..............................................

    TABEL 5.

    DAERAH YANG EKONOMI PERIKANANNYA MEMPUNYAI LAJU PERTUMBUHAN

    TERBESARPADA PERIODE2002-2006.....................................................................................................................

    TABEL 6. TINGKATAN PENDIDIKAN TENAGA KERJA SEKTORPERTANIAN.................................................

    TABEL 7.

    BAHAYA DAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTORKESEHATAN..........................................

    TABEL 8.

    IDENTIFIKASI TINGKAT KERENTANAN DAN RISIKO PERUBAHAN IKLIM........................................................

    MATRIKS I.1.1..................................................................................................................................................................

    MATRIKS II.3.4.................................................................................................................................................................

    MATRIKS II.4.1.3.............................................................................................................................................................

    MATRIKS II.4.2.3.............................................................................................................................................................

    MATRIKS II.4.4.4.............................................................................................................................................................

    TABEL 9.

    LUASTANAMAN PADI TERKENA BENCANA BANJIR DAN KEKERINGAN DAN PUSO (ha) PADA

    TAHUN 1988-1997 (YUSMIN,2000)...........................................................................................................................

    XIII XIV

    Daftar Tabel dan Matriks Daftar Gambar

    GAMBAR 1.KERANGKA KONSEP PELAKSANAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

    BIDANG KESEHATAN.........................................................................................................................................

    GAMBAR 2.

    PROGRAM STRATEGISINFRASTRUKTURJALAN 2014 (RENSTRA KEMENTERIAN PU)...............

    GAMBAR 3.

    JUMLAH TITIK PANASPER-TAHUN DAN SOI (SOUTHERN OSCILLATION INDEX) DI

    INDONESIA TAHUN 2002-2007.....................................................................................................................

    GAMBAR 4.

    EFEK PERUBAHAN IKLIM PDA LEVEL YANG BERBEDA..........................................................................

    7

    8

    10

    16

    16

    24

    24

    45

    11

    25

    29

    33

    7

    35

    45

    48

    41

    39

  • 8/10/2019 Adaptasi Perubahan Iklim DNPI

    9/34

    Dampak yang (berpotensi) besar di beberapa area pesisir seperti wilayah pantai/pesisir utara Jawa, pesisir

    timur Sumatra dan pesisir selatan Sulawesi. Hilangnya beberapa pulau kecil di garis terluar wilayah

    Indonesia juga menjadi ancaman serius akibat naiknya permukaan air l aut serta int rusi air laut (garam) ke

    daratan/pedalaman. Dikatakan pula bahwa pola panen saat ini kemungkinan (sudah) tidak dapat dilakukan

    kembali pada masa yang akan datang.

    Oleh sebab itu dibutuhkan upaya ganda (double effort) dan kerja keras oleh negara-negara berkembang dan

    miskin. Mengingat hal tersebut, langkah antisipatif akan lebih efektif dan biaya yang dikeluarkan akan lebihrendah bila dibanding dengan upaya adaptasi yang dilakukan nanti pada saat keadaan sudah semakin

    memburuk dimana dampak sudah semakin besar sehingga upaya adaptasi akan membutuhkan biaya lebih

    mahal.Oleh sebab itu, sangatlah mendesak untuk segera melakukan upaya-upaya adaptasi, guna

    menyesuaikan ataupun mengurangi dampak-dampak ekstrem perubahan iklim.

    Pengarusutamaan strategi adaptasi ke dalam kebijakan tiap sektor di tingkat nasional dan lokal merupakan

    prioritas yang tidak bisa ditawar-tawar. Terlepas apa yang terjadi pada negosiasi internasional perubahan

    iklim (yang alot dan tarik menarik antar pihak), pemerintah harus segera menyiapkan rencana aksi nasional.

    Perumusannya yang melibatkan sektor-sektor yang terkait dan pemangku kepentingan lainnya serta

    mengikuti metodologi yang telah ada saat ini dipastikan menghasilkan sebuah dokumen yang aplikatif.

    Pendahuluan

    I.1 Latar Belakang

    Laporan kelompok kerja II dibawah IPCC (Inter-Governmental Panel on Climate Change/Panel antar

    Pemerintah) mengenai dampak dan adaptasi perubahan iklim yang di realese pada Bulan April 2007

    menyebutkan bahwa Indonesia akan mengalami penurunan curah hujan di kawasan Selatan, sebaliknya

    kawasan Utara akan mengalami peningkatan curah hujan. Artinya kawasan yang menurun curah hujannya

    sangat berpotensi merusak sistem tanam pertanian, khususnya tanaman yang tidak memiliki potensi

    resitan t erhadap kekeringan, krisis air untuk menopang kehidupan (air bersih) dan infrastruktur pembangkit

    listrik turbin. Di sisi lain, peningkatan curah hujan menjadi potensial ancaman banjir yang merusakan

    sarana dan prasarana serta lahan-lahan basah. Selain itu kejadian perubahan pola intensitas curah hujanlokal yang ekstrim juga sering terjadi di berbagai w ilayah di Indonesia. Perubahan pola curah hujan tersebut

    makin sulit untuk diprediksi guna mengantisipasi dampak perubahan cuaca dan iklim yang akan terjadi.

    Dampak perubahan iklim yang menjadi ancaman besar l ainnya apabila d ikaitkan dengan kondisi geografis

    Indonesia adalah naiknya permukaan air laut (sea level rise). Ancaman terhadap naiknya permukaan air laut

    dan ancaman terhadap tenggelamnya pulau-pulau. Tenggelam atau hilangnya suatu pulau kecil

    merupakan salah satu fenomena yang akan pasti terjadi apabila dampak perubahan iklim tidak di indahkan.

    Hasil kajian lain yang memperkuat laporan IPCC diatas menyebutkan bahwa dengan kenaikan sekitar 1

    (satu) meter, diperkirakan sekitar 405,000 ha dari lahan pesisir termasuk kepulauan kecil akan banji r.

    (Kementerian Pekerjaan Umum, Indonesia Report , 2007).

    Pendahuluan

    1 2

  • 8/10/2019 Adaptasi Perubahan Iklim DNPI

    10/34

    Rangkaian kegiatan penyusunan dokumen strategi adaptasi yang sistematis dan terencana merupakan

    suatu kebutuhan yang mendesak. Adanya rencana aksi adaptasi merupakan keharusan dan priori tas

    utama rencana pembangunan strategi adaptasi itu sendiri di tingkat nasional. Langkah-langkah yang dapat

    dilakukan dalam t ingkat nasional adalah adalah merumuskan dan menetapkan daftar kebutuhan masing-

    masing sektor, yang disertai perumusan program dan strategi implementasi adaptasi masing-masing

    sektor.

    I.2 Metodologi

    Rencana aksi nasional adaptasi perubahan iklim disusun melalui keterlibatan pemangku kepentingan

    (stakeholder) dari berbagai sektor. Adanya definisi berbagai terminologi perubahan ikl im, khususnya yang

    terkait dengan adaptasi, yang disepakati secara nasional akan memudahkan dialog antar disiplin ilmu dan

    antar sektor.

    Rencana aksi nasional perubahan iklim merupakan hal yang dinamis, yang akan terus diperbarui dengan

    adanya perkembangan data, informasi dan metodologi . Adanya mekanisme monitoring data yang sudah

    sistematis akan menjamin perbaruan data secara berkala.

    Koordinasi Kelembagaan; sebagai tindak lanjut dari keterlibatan para pemangku kepentingan

    (stakeholder) dalam penyusunan rencana aksi nasional adaptasi perubahan iklim adalah dibutuhkannya

    integrasi dan keterkaitan koordinasi kelembagaan dari berbagai sektor dalam menyusun aksi adaptasi

    perubahan ikl im di Indonesia. Koordinasi diperlukan agar dapat t eridentifikasi secara jelas dan dalam

    menyusun strategi adaptasi t erhadap perubahan iklim.

    Sinergisitas Adaptasi dan Rencana Pembangunan Nasional/Daerah.Pendekatan yang mensinergikan

    antara persoalan adaptasi dan rencana pembangunan di tingkat nasional dan daerah menjadi peluang

    dalam mencapai tujuan dari pembangunan yang telah ditetapkan. Tantangan yang akan dihadapi adalah

    bagaimana pemahaman adaptasi perubahan iklim di t ingkat pemerintahan maupun masyarakat hingga

    dapat disusun rencana aksi di tingkat yang lebih l okal.

    I.3 Sektor Utama Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim

    Rencana aksi nasional adaptasi perubahan ikl im akan di priori taskan pada lima (5) sektor utama, yaitu:

    1. Sektor Pertanian

    2. Sektor Pesisir, Kelautan, Perikanan dan Pulau Pulau Kecil

    3. Sektor Kesehatan

    4. Sektor Pekerjaan Umum :

    3 4

    1) Sumber Daya Air

    2) Cipta Karya

    3) Jalan dan Jembatan

    4) Penataan Ruang

  • 8/10/2019 Adaptasi Perubahan Iklim DNPI

    11/34

    5

    Pemetaan Tantangan DanPeluang Adaptasi Perubahan IklimTiap Sektor

    II.1 Sektor Pertanian

    II.1.1 Latar Belakang

    Perubahan iklim merupakan isu utama di dunia saat ini karena berdampak pada keberlanjutan dan

    eksistensi kehidupan manusia di bumi. Perubahan iklim ditandai dengan peningkatan temperatur g lobal

    dan peningkatan muka air laut. Perubahan temperatur global berimplikasi pada perubahan pola

    temperatur permukaan bumi, sehingga mempengaruhi perubahan pola-pola cuaca yang ada dipermukaan

    bumi. Selanjutnya dampak tersebut berbeda dari suatu wilayah (lokasi) ke wil ayah lainnya dipermukaan

    bumi ini.

    Walaupun berkontribusi relatif kecil (sekitar 7%) terhadap emisi GRK nasional, namun sektor pertanian,terutama subsektor tanaman pangan, mengalami dampak perubahan iklim yang cukup besar. Di sisi lain,

    sektor pertanian berperan penting dalam kehidupan dan perekonomiannasional, terutama sebagai

    penghasil utama bahan pangan, bahan baku industri dan bioenergi.Sektor pert anian juga mengasilkan jasa

    lingkungan dan berbagai fungsi lainnya seperti penyedia lapangan kerja bagi sekitar 40% angkatan kerja

    Indonesia, penyumbang pertumbuhan ekonomi. menjaga ketahanan pangan

    II.1.2 Justifikasi

    Selain dari perubahan iklim masih memilik i banyak persoalan khususnya dalam meningkatkan pengelolaan

    usaha tani dan memperkuat kapasitas para petani dalam mendorong produkt ivitas petani terhadap tingkat

    kesejahteraan mereka dan PDB Nasional , sektor pertanian terbukti mampu memberikan kontribusi positif2terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia . Saat Indonesia mengalami krisis ekonomi tahun

    31997/1998 dimana ekonomi kit a mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 13,68 persen (BPS, 2000),4sektor pert anian sebaliknya mengalami pertumbuhan 0,26 persen dan mampu menyerap tenaga kerja

    5sebesar 60 persen dari angkatan kerja nasional . Sektor ini pun mampu memberikan nilai tambah produksi

    sebesar 18,04 persen. Dengan kondisi ini tak heran jika sumbangan sektor ini bagi PDB mencapai angka 17

    persen dan penyediaan lapangan pekerjaan. Berdasarkan data BPSpada tahun 2004 tercatat 43,3 persen

    dan tahun 2005 mengalami peningkatan menjadi 44,0 persen. Pada tahun 2006 penyerapan tenaga kerja6mencapai 44,5 persen . Besarnya angka penyediaan lapangan pekerjaan sangat terkait dengan sifat padat

    karya di sektor tersebut (lihat tabel 2).

    1

    (lihat tab el 1)

    1Sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja tertinggi, yaitu sebesar 44,5 persen pada tahun 2006 (BPS). Namun demikian, kontribusi sektor pertanian dalam

    Produk Domestik Bruto (PDB) hanya sebesar 13,3 persen.2Berdasarkan data BPS(Agustus2006) disebutkan bahwa kontribusi sektor pert anian terhadap PDBNasional menempati uru tan ketiga setelah sektor industri dan perdagangan-hot el-

    restoran, yaitu berki sar 13,3 persen. PDBsektor pertani an tersebut sebagian besar masih didominasi oleh sub sektor Tanaman Bahan Makanan (TBM), meskipun cenderung fluktu atif.

    Tempat selanjutnya diduduki oleh sub sektor perkebunan diikut i perikanan dan peternakan.3Akibat krisisekonomi ini, t erjadi penurunan juml ah tenaga kerja sebanyak 6,4 juta orang.4Karena kondisi krisistahun 1997-1998, sector ini memperol eh penurunan anggaran b elanja. Pada tahun 1998, kontri busi sektor pertanian t erhadap pendapatan PDBsecara absolut

    masih menurun, walaupun sektor pertanian merupakan satu-satunya sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan positif (0,26 persen), di antara perpaduan retrogesi seluruh

    sektor ekonomi yang mencapai minus14 p ersen per tahun.5Dalam periode dan kondisi perekonomian yang sama terbentuk 21.30 juta unit usaha kecil berupa rumah tangga petani (..).6Bila seluruh anggota keluarga diperhit ungkan maka hamper 80 persen dari total pendud uk Indonesia mengembangkan hidupnya pada sector agribisnis masih merupakan basis

    ekonomi sebagian besar rakyat Indonesia (Simatupang, 1997).

    6

  • 8/10/2019 Adaptasi Perubahan Iklim DNPI

    12/34

    Sulawesi Utara merupakan contoh wilayah yang dimana sektor pertanian menunjukkan pertumbuhan

    positif yang menguatkan ekonomi mikro mereka sehingga pertanian memerankan sangat penting dan

    strategis dalam pembangunan perekonomian masyarakat Sulawesi Utara. Walaupun pada tahun 2007

    mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun 2006 dimana sektor ini memberikan

    kontribusi sebesar 19,7 persen, namun kembali pada tahun 2008 sektor pertanian mengalami peningkatan

    1,1 persen menjadi 7,5 persen (dari tahun 2007 yang tumbuh sebesar 6,1 persen). Pertumbuhan ini

    melampaui target yang ditetapkan untuk tahun 2005-2010. Pertumbuhan ini tentunya memberikan

    kontribusi positif terhadap penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pengentasan kemiskinan,

    penyediaan lapangan kerja dan sumber pendapatan masyarakat.

    Bagi Indonesia, pertanian merupakan sektor utama perekonomian. Bagi Negara berkembang lainnya,

    keberhasilan sektor ini menjadi prasyarat keberhasilan sektor industri dan jasa (El-said M, 2001), oleh sebab

    itu kebijakan sektor pertanian sangat dipengaruhi dengan keberhasilan pembangunan di sektor-sektor

    lainnya (Sadaulet dan de Janvry, 1995).

    Tabel 1. Prosentase Kontribusi Sektor terhadap PDB Nasional Tahun 2005-2006

    Tabel 2. Perkembangan Tenaga Kerja Sektor pertanian pada Tahun 2001-2006

    II.1.3 Ancaman perubahan iklim pada sektor pertanian

    Hasil lokakarya internasional mengenai "Perubahan Iklim dan Masa Depan Pertanian Asia", yang

    dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 di Nepal, Kathmandu, menyampaikan keprihatinan dan perhatian

    terhadap Negara-negara di kawasan Asia dan Negara-negara yang memiliki tingkat kerentanan cukup

    tinggi karena Negara-negara tersebut tersebut memiliki kemampuan yang tak memadai untuk7menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup yang berubah . Pertemuan ini menyerukan kepada para

    pemimpin sektor pertanian di w ilayah Asia agar menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup yang berubah.

    Indonesia, melalui Kementrian Pertanian telah menempatkan ancaman variabilitas dan perubahan ikl im8(pemanasan global) sebagai ancaman t erhadap sumber daya lahan dan lingkungan pert anian . Di sisi l ain

    sektor ini ditempatkan sebagai sektor yang juga memberikan kontribusi terhadap pemanasan gas rumah

    kaca melalui Lahan dan budidaya pertanian. Intervensi kebijakan yang pada persoalan pendanaan,

    teknologi, kelembagaan dan sosial ekonomi menjadi sangat penting. Oleh sebab itu, kementrian ini telah

    menyusun strategi untuk mengantisipasi persoalan dan ancaman perubahan ik lim, baik mit igasi maupun

    adaptasi. Diharapkan kebijakan yang dilahirkan terintagrasi dan menyeluruh dari sisi aspek yang

    mempengaruhinya.

    Dampak perubahan iklim yang telah dipetakan oleh Kementrian Pertanian diantaranya adalah degradasi

    sumberdaya lahan dan air, infrastrukur (irigasi), banji r dan kekeringan dan penciut an serta degradasi lahan

    yang berpotensi mengancam penurunan produktivi tas, produksi, mutu hasil, efesiensi dan l ainnya yang

    berujung kepadaKetahanan Pangandan pada akhirnya terhadap kehidupan social dan ekonomi serta

    kesejahteraan petani dan masyarakat produsen.

    Lapangan Usaha

    2005

    Triwulan I Triwulan II

    2006

    Triwulan I Triwulan II

    LajuTumbuh

    Pertanian, ternak, hutan dan ikan

    Pertambangan dan Penggalian

    Industri Pengolahan

    Listrik, Gas dan Air Bersih

    Konstruksi

    Perdagangan, Hotel dan restoran

    Pengangkutan dan Komunikasi

    Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan

    Jasa-jasa

    PDB

    PDBTanpa M igas

    14,5

    9,2

    27,8

    0,9

    6,3

    16,2

    6,4

    8,5

    10,2

    100

    90,5

    13,9

    10,1

    27,9

    0,9

    6,3

    16,1

    6,5

    8,4

    10,0

    100

    89,4

    13,5

    10,2

    28,8

    0,9

    6,4

    15

    7,0

    8,3

    9,8

    100

    88,6

    13,3

    10,5

    28,9

    0,9

    6,5

    14,9

    7,0

    8,2

    9,8

    100

    87,7

    4,5

    4,5

    3,1

    5,7

    7,7

    4,7

    12,2

    5.2

    5,7

    4,9

    5,5

    * Laju Pertumbuhan Semester I 2006 terhadap Semester I 2005

    Sumber:BPS

    Tahun Angkatan Kerja Nasional (JutaOrang)

    2001

    2002

    2003

    2004

    2005

    2006

    Rata-rata

    * Sampai Februari 2006

    Sumber:BPS2006 diolah

    Tenaga Kerja Pertanian (JutaOrang)

    Prosentasi (Nas/Pertanian, %)

    89,7 39,7 44,3

    91,7 40,6 44,3

    92,8 43,0 46,4

    93,7 40,6 43,3

    94,9 41,8 44,0

    95.2 42,3 44,5

    93,0 41,4 44,5

    7 8

    7Lokakarya regional ini di selenggarakan oleh Federasi Internasional mengenai Prosedur Pertanian dan Federasi Kerja Sama Nasional Nepal (NCFN). Lokakarya tersebut diikut i oleh 30

    peserta dari 12 negara, yaitu India, Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka, Jepang, Israel, Filipina, Indonesia, Armenia, Kamboja, Vietnam dan Thailand.8Ancaman lainnya diluar persoalan perubahan dan variabilitas iklim adalah konversi/alih fu ngsi lahan pertanian, terut ama Lahan Sawah Irigasi, degradasi lahan, air dan lingkungan

    pertanian (pencemaran, dll.) dan perluasan lahan terlantar serta Keterbatasan potensi dan ketersediaan sumber daya lahan untuk ekstensifikasi pertanian, khususnya dalam

    mendorong ketahanan pangan dan bioenergi.

  • 8/10/2019 Adaptasi Perubahan Iklim DNPI

    13/34

    Karena perubahan pola curah hujan dan kejadian iklim ekstrim mengakibatkan areal padi sawah di

    beberapa wilayah/daerah mengalami kekeringan. Luas areal yang mengalami kekeringan meningkat dari

    0,3-1,3 persen menjadi 3,1-7,8 persen. Sementara itu, luas real padi yang mengalami puso, meningkat dari

    0,004-0,41 persen menjadi 0,04-1,87 persen. Di sisi lain, akibat banjir, luas areal yang mengalami kerusakan

    meningkat dari 0,75-2,68 persen menjadi 0,97-2,99 persen dan mengakibatkan puso dari 0,24-0,73 persen

    menjadi 8,7-13,8 persen. Akibat itu semua, potensi peningkatan penurunan produksi dari 2,4-5 persen

    menjadi lebih dari 10 persen9.

    Akibat lainnya yang ditimbulkan oleh perubahan iklim terhadap sector pertanian adalah peningkatan suhu

    udara yang mengakibatkan penurunan produksi pangan seperti padi, jagung dan kedelai sekitar 10,0-19,5

    persen selama 40 tahun yang akan datang. Penciutan lahan dan degradasi sawah produkti f sekitar 292-400

    ribu hektar atau 3,7% di Jawa akibat peningkatan muka air laut diproyeksikan sampai dengan tahun 2050.

    Kondisi ini berdampak serius terhadap pertanian di daerah pesisir. Contoh kasus terjadi di Kabupaten

    Karawang dan Subang dimana produksi beras berkurang sekitar 300,000 ton, produksi jagung berkurang

    5,000 ton karena genangan. Naiknya permukaan air laut j uga menimbulkan salint as dan instrusi air laut yang

    mengancam sumber air bersih.

    II.1.4 Faktor-faktor yang turut mempengaruhi kerentanan akibat perubahan iklim di sektor

    pertanian.

    Pengelolaan sumberdaya air berhadapan dengan 4 (empat) jenis kerentanan yang sangat mempengaruhi11keberlanjutan sumberdaya air yaitu kerentanan fisik, social, ekonomi dan lingkungan .

    Konsumsi dan kebutuhan air di sektor pertanian sebesar 80% dari kebutuhan tot al air, jauh dibandingkan

    dengan industri dan rumah t angga yang hanya 20%. Kondisi l ingkungan yang semakin memprihatinkan

    turut memperparah terhadap krisis air. Misalnya beberapa daerah aliran sungai (DAS) mengalami degradasi

    akibat sedimentasi yang sangat memprihatinkan, hal ini khususnya banyak terjadi di pulau Jawa ditambah

    dengan perubahan penggunaan dan peruntukkan pada kawasanya hulu-nya.

    Menurut pendapat beberapa perwakilan petani yang di sampaikan dalam kegiatan focus group discussion12yang diselenggarakan oleh Kelompok Kerja Adaptasi Dewan Nasional Perubahan Ikl im/DNPI ketersediaan

    air merupakan faktor utama bagi mereka. Hampir 60 persen sawah di Indonesia merupakan sawah tadah

    hujan. Kondisi ini menjadikan sektor pertanian kita berada pada posisi yang rentan akibat kekeringan

    karena perubahan iklim.

    Rendahnya tingkat pendidi kan masyarakat cenderung berpotensi terhadap t ingginya kerentanan (lihat

    tabel 3). Hal ini pula yang terjadi pada para tenaga kerja di sektor pertanian. Oleh sebab itu adanya

    peningkatan kapasitas, baik mengenai cara meningkatkan produkti fitas, memahami i klim (contoh yang

    telah dikembangkan oleh Kementrian Pertanian adalah sekolah iklim) dan wirausaha agribisnis melalui

    pelatihan dan penguatan para petani menjadi salah solusi.

    Tabel 3 . Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja Sektor Pertanian

    Matriks Rencana Aksi Adaptasi Perubahan Iklim pada Sektor Pertanian mendefinisikan amanat dariperaturan perundangan yang terkait dengan program adaptasi dampak perubahan iklim denganmenyelaraskan dengan kebutuhan teknologi dan jangka waktu rencana aksi

    Tahun Tingkat Pendidikan

    2000

    2001

    2002

    2003

    2004

    2005 (Feb)

    Total

    SLTA

    4.767,9

    5.200,3

    5.348,2

    7.557,7

    6.567,1

    6.913,8

    2005 (Nop)

    2006 (Feb)

    % 2006 (Feb)

    11.080,7

    11.783,0

    27,8

    20.217,5

    20.812,5

    49,2

    7.367,5

    7.188,0

    17,0

    40.676,7

    39.751,0

    40.636,2

    43.047,5

    38.930,9

    41.869,1

    41.309,8

    42.323,2

    100

    Sumber:BPS

    9 10

    9Litbang, Kementrian Pertanian.

    10Kerentanan adalah suatu keadaan penurunan ketahanan akibat pengaruh eksternal yang mengancam kehidupan, mata pencaharian, sumberdaya alam, property, infrastruktur,

    produkt ivitasekonom i dan kesejahteraan. Kerentanan sosial, misalnya, adalah sebagian dari prod uk kesenjangan sosial, yaitu faktor sosial yang mempengaruhi atau membent uk

    kerentanan berbagai kelompok dan yang juga mengakibatkan penur unan kemampuan untuk menghadapi bencana, bencana kekeringan, bencana banjir, degradasi kualitasair

    dlsbnya. Dalam konteksperub ahan iklim, kerentanan merupakan hasil dari potensi dampak dikurangi dengan upaya adaptasi (Kerentanan = Potensi dampak Adaptasi).

    Kerentanan terhadap perubahan ikl im berkurang apabil a langkah adaptasi dilakukan. Potensi dampak bergantung Eksposure dan Sensitivitas.11Budi Wignyosukarto, Pengelolaan Sumberdaya Air di tengah Kerentanan Sosial dan Lingkungan.12

    Diselenggarakan pada 26 November 2010

  • 8/10/2019 Adaptasi Perubahan Iklim DNPI

    14/34

    II.1.5 Matriks

    Dalam mewujudkan imp lementasi kebijakan, terdapat beberapa tantangan yang menyebabkan belum

    teroptimalkannya kebijakan di dalam implementasinya namun di sisi lain terdapat peluang yang dapat

    dimanfaatkan dalam mendorong diimplementasikannya kebijakan yang telah dimiliki oleh Kementrian

    Pertanian.1. UU No: 16 Tahun 2006, TentangSistem Penyuluhan Pertanian,

    Perikanan dan Kehutanan

    2. UU No: 41 Tahun 2009, TentangPerlindungan Lahan PertanianPangan Berkelanjutan.

    3. Peraturan Menteri Petanian No:39/Permentan/OT.140/6/2010Tentang Pedoman Perizinan UsahaBudidaya Tanaman Pangan.

    Tanaman pangan dan hortikultura1. Perbaikan manajemen pengelolaan air, termasuk sistem

    dan jaringan irigasi.

    2. Pengembangan teknologi panen air (embung, dam parit) danefisiensi penggunaan air seperti irigasi tetes dan mulsa.

    3. Pengembangan jenis dan varietas tanaman yang toleranterhadap stres lingkungan seperti kenaikan suhu udara,kekeringan, genangan (banjir), dan salinitas.

    4. Pengembangan teknologi pengelolaan tanah dan tanamanuntuk meningkatkan daya adaptasi tanaman

    5. Pengembangan sistem perlindungan usahatani darikegagalan akibat perubahan iklim atau crop weatherinsurance.

    1. UU No: 18 Tahun 2004, TentangPerkebunan.

    2. UU No: 16 Tahun 2006, TentangSistem Penyuluhan Pertanian,Perikanan dan Kehutanan

    3. Peraturan Menteri Pertanian No:14/Permentan/PL.110/2/ 2009Tentang Pedoman PemanfaatanLahan Gambut Untuk BudidayaKelapa Sawit.

    Tanaman perkebunan

    1. Pengembangan komodit as yang mampu bertahan dalamcekaman kekeringan dan kelebihan air.

    2. Penerapan teknologi pengelol aan tanah dan tanamanuntuk meningkatkan daya adaptasi tanaman.

    3. Pengembangan teknologi hemat air.

    4. Penerapan teknologi pengelolaan air, terutama padalahan yang rentan terhadap kekeringan.

    1. UU No: 6 Tahun 1967 TentangKetentuan-ketentuan PokokPeternakan dan Kesehatan Hewan

    (Lembaran Negara tahun 1967Nomor 10, Tambahan LembaranNegara Nomor: 2824)

    2. UU No: 16 Tahun 2006, TentangSistem Penyuluhan Pertanian,Perikanan dan Kehutanan

    Pengelolaan peternakan1. Pengembangan ternak yang adaptif terhadap

    lingkungan yang lebih ekstrim (kekeringan, suhu tinggi,

    genangan).

    2. Pengembangan teknologi silase untuk mengatasikelangkaan pangan musiman.

    3. Pengembangan sistem integrasi tanaman-ternak (croplivestock system, CLS) untuk mengurangi risiko danopti malisasi penggunaan sumberdaya lahan.

    1. Sektor pertanian berperan penting dalam perekonmian nasional terutama pengahsil pangan, bahanbaku industry, bioenergi.

    2. Masih rendahnya komitmen dan dukungan para pemangku kepentingan terhadap keseimbanganprogram aksi disektor pertanian.

    3. Sektor pertani an juga sebagai penyedia lapangan kerja sekitar 40% angka kerja Indonesia

    Kekayaan sumber daya alam (negara agraris dan maritim) yang perlu dikelola dengan baik didukung olehkeberadaan sumber daya manusia.

    TANTANGAN

    PELUANG

    Kebijakan Program Aksi

    11 12

  • 8/10/2019 Adaptasi Perubahan Iklim DNPI

    15/34

    II.2 Sektor Pesisir, Kelautan, Perikanan dan Pulau Pulau Kecil

    II.2.1 Latar Belakang

    Sebagian besar sumber pendapatan ekonomi bangsa Indonesia sangat bergantung kepada kondisi iklim

    dan perubahannya. Sektor kelautan dan perikanan yang merupakan sektor dengan potensi sumber

    pendapatan ekonomi yang t inggi sangat bergantung dan rentan terhadap perubahan iklim. Kondisi cuaca

    ekstrim misalnya, yang dipicu dan dipacu oleh fenomena perubahan iklim mempengaruhi pola

    penangkapan dan budidaya perikanan, yang pada akhirnya mempengaruhi pendapatan ekonomi bangsa.

    Fenomena perubahan iklim akibat pemanasan global saat ini telah menjadi ancaman, terhadap kondisi

    lingkungan hidup dan memberikan dampak pada aspek sosial, ekonomi bahkan aspek keamanan dan

    pertahanan suatu bangsa. Dalam lingkup lokal, ancaman fenomena perubahan iklim berpotensi

    menimbulkan gangguan ekonomi secara mikro. Bila ancaman tersebut terlambat untuk diantisipasi secara

    nasional maka dapat dipastikan terjadi gangguan ekonomi secara makro.

    Fenomena perubahan iklim semakin memperparah persoalan pengelolaan dan tata kelola li ngkungan laut,

    pesisir dan perairan umum, seperti tekanan pertambahan penduduk, eksploit asi dan degradasi lingkungan,

    peningkatan pencemaran akibat aktifit as industri dan perumahan. Situasi tersebut menjadikan Indonesia

    semakin rentan (more vulnerable) dalam menghadapi ancaman dan dampak perubahan iklim. Hal ini

    berimplikasi pada semakin besarnya tantangan yang harus dibenahi yang membutuhkan upaya luar biasa,

    mulai dari rencana pembangunan, dukungan pendanaan dan teknologi.

    Untuk menekan tingkat kerentanan tersebut bi sa dilakukan melalui pembangunan yang memperhatikan

    manajemen lingkungan hidup dan memperdulikan dampak kerugian yang ditimbulkan oleh suatu

    pembangunan terhadap ekologi serta ekosistem pesisir, laut dan perairan umum. Peningkatan ketahanan

    ekonomi masyarakat (community economic resiliences) juga merupakan langkah menekan tingkat

    kerentanan melalui upaya memperkuat kesiapan perekonomian dan penduduk agar l ebih t ahan terhadap

    dampak negatif perubahan iklim.

    II.2.2 Justifikasi

    Untuk mengantisipasi ancaman dan dampak perubahan iklim sekaligus mengurangi tingkat kerentanan

    sangat diperlukan kebijakan mengantisipasi potensi ancaman dan mengadaptasi dampak yang

    ditimbulkan oleh fenomena perubahan iklim. Kebijakan antisipasi tersebut bisa direfleksikan dalam bentuk

    rencana aksi adaptasi perubahan iklim. Dokumen ini merupakan Rencana Aksi Nasional Adaptasi

    Perubahan Iklim yang disusun sebagai upaya menginventarisasi dan mendokumentasikan upaya aksi

    adaptasi perubahan i klim.

    Dokumen ini diharapkan bisa menjadi rujukan untuk aksi adaptasi dan antisipasi terhadap ancaman

    pertumbuhan ekonomi dan capaian pembangunan sektor kelautan dan perikanan yang telah di tetapkan

    dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang

    (RPJP). Sistematika penulisan dokumen diawali dengan gambaran dan analisa atas kontribusi ekonomi

    sektor kelautan dan perikanan, dilanjutkan dengan tinjauan atas atas ancaman perubahan ikl im di sektor

    kelautan dan perikanan.

    13

    13 14

    13Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam periode waktu yang panjang pada suatu wilayah tertentu. Pengenalan cuaca dan iklim menyangkut semua peristiwa yang terjadi di

    atmosfir yang diantaranya radiasi surya, suhu udara, tekanan udara, angin, hujan dan awan, kelembaban udara, penguapan, keseluruhannya disebut juga unsur-unsur cuaca.

    Peristiwa-peristiwa yang terjadi unt uk daerah yang sempit atau disekitar lokasi usaha tertentu di sebut iklim mikro (micro climat e) (Darsiman, 2007).

  • 8/10/2019 Adaptasi Perubahan Iklim DNPI

    16/34

    Tabel 4. Produk Domestik Regional Bruto Sektor Perikanan Tahun 2006

    Tabel 5. Daerah yang ekonomi perikanannya mempunyai laju pertumbuhan terbesar pada periode

    2002-2006

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    16,58

    Sulawesi Tenggara 12,55

    Papua Barat 10,74

    Sulawesi Selatan 8,62

    Lampung 8,4

    Sulawesi Tengah 7,5

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    Lampung 11.37

    D.I Yogyakarta 9.67

    Sulawesi Barat 9.64

    Jawa Timur 8.70

    Papua 8.53

    Bali

    Sulawesi Tengah

    8.15

    8.02

    15 16

    Pada bagian akhir ditampilkan matriks Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim Bidang Kelautan

    dan Perikanan yang merangkum kebijakan program aksi, kebutuhan teknologi, kebutuhan pendanaan,

    proses keterlibatan stakeholder serta periode waktu yang diperlukan untuk menjalankan rencana aksi.

    II.2.3 Kontribusi Ekonomi Sektor Kelautan dan Perikanan

    14Kontribusi sektor kelautan dan perikanan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami peningkatan15dari tahun ke tahun . Pada tahun 2007 kontribusi PDB dari kegiatan usaha perikanan terhadap PDB

    nasional sebesar 2.74 persen yang terdiri dari 2,45 persen industri primer (penangkapan dan pembudidaya)16dan 0,29 persen dari industri sekunder (pengolahan hasil perikanan) . Kontribusi sektor ini pada tahun

    172009 naik menjadi 3,12 persen dari tahun sebelumnya yang hanya 2,75 persen . Hal ini menujukkan rata-

    rata pertumbuhan sektor perikanan naik mencapai l ima (5) persen per tahun

    Krisis global tahun 2009 berimbas pada kontribusi sektor kelautan dan perikanan. Produksi perikanan

    Indonesia tahun 2009 yang mencapai 10,06 juta ton hanya menghasilkan nilai ekspor perikanan Rp. 2,3

    miliar yang merupakan penurunan nil ai ekspor sebesar 15 persen dibanding tahun 2008.

    Pada 2010, produksi ditargetkan mencapai 10,76 juta ton dan 22,39 juta ton pada tahun 2014. Guna

    mendukung pertambahan produkt ifit as, Pemerintah menyiapkan insentif peningkatan produksi perikanan18lewat dana alokasi khusus (DAK) sebesar Rp 1,7 tril iun .

    14Lingkup bidang kelautan menjadi tujuh sektor,yaitu perikanan,pertambangan,industri kelautan,jasakelautan,bangunan kelautan,pariwisatabahari,dan perhubungan laut.Dari tujuh sektor itu,

    yang memiliki sumbangsih paling besar adalah sektor pert ambangan yaitu sebanyak 9,1 persen sementara sektor perikanan sebesar 2,7 persen.15

    Kontribusi sub sektor perikanan terhadap PDBt otal meningkat 4,35 persent dan 2,18 persent pertahun sejak 2002.Padat ahun 2007 kontribusi sub sektor periknan terhadap PDBkelompok

    pertanian mencapai 17,69 persent atau senilai Rp. 96,822 milyar.Sub sektor perikanan memiliki pertumb uhan tahunan PDBtertin ggi sejak tahun 2002 dibanding sub sector lainnya dalam

    kelompok pertanian,yaitu 19,36 persen per tahun.Sementaraitu pertumbuhan PDBNasional hanyamencapai 16,85 persen pertahun sejak tahun 2002.16Sumbangan PDBpengolahan hasil perikanan terhadap PDBnasional sangat kecil sehinggati dak banyak pengaruh terhadap kenaikan kontri busi PDBperikanan secaramenyeluruh17Pusat DataStatistik dan Informasi.18Dr.Fadel Muhammad,Ment eri Kelautan dan Perikanan padaRakornasKementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan bahwaKKPbakal merestrukturisasi armadaperikanan nasional. KKP

    akan memberlakukan zero growth (pertumbuh an nol) armadaperahu tanpa motor. Untuk perahu tempel,per tumbuh an armadadibatasi 2%per tahun dan kapal dengan tonase di bawah 5 gros

    ton (GT) sekitar 3%.Untuk kapal berukuran 5-10 GTdan 10-30 GTakan ditingkatkan menjadi 8%dan 12%unt uk mengejar target pertu mbuhan 55%dalam lima tahun ke depan.Restrukturisasi ini

    dimaksudkan agar kapal ikan Indonesiamamp u beroperasi di zonaekonomi eksklusif (ZEE).

    Maluku

    No Provinsi Kontribusi (%)

    No Provinsi Kontribusi (%)

  • 8/10/2019 Adaptasi Perubahan Iklim DNPI

    17/34

    II.2.4 Ancaman Dampak Perubahan Iklim pada Sektor Kelautan dan Perikanan

    Ancaman dampak perubahan iklim pada sektor kelautan dan perikanan berdasarkan identif ikasi Working

    Group I of the Intergovernmental Panel on Climate Change (WG1-IPCC) dan laporan keempat (Fourth

    Assesment Report) dari Intergovernmental Panel on Climate Change tahun 2007 dapat dijabarkan sebagai

    berikut :

    1. Kenaikan temperatur air laut

    2. Peningkatan frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrim (badai, siklon)

    3. Perubahan pola variabilitas iklim alamiah (El-Nino, La-Nina, IPO) yang menimbulkan

    bahaya lanjutan berupa perubahan pola curah hujan dan aliran sungai dan perubahan

    pola sirkulasi angin dan arus laut

    4. Kenaikan muka air laut

    Ancaman tersebut di atas dapat saling mempengaruhi satu dengan lainnya dan berpotensi mengalami

    berbagai gaya-gaya iklim atau bahaya-bahaya yang dipicu oleh perubahan iklim sekaligus.

    Dampak perubahan iklim yang menjadi ancaman besar lainnya apabila dikaitkan dengan kondisi geografis

    Indonesia adalah naiknya permukaan air laut (sea level rise). Ancaman terhadap naiknya permukaan air laut

    dan ancaman terhadap tenggelamnya pulau-pulau kecil. Tenggelam atau hilangnya suatu pulau kecil

    merupakan salah satu fenomena yang akan pasti terjadi apabila dampak perubahan iklim tidak d iindahkan.

    Data Departemen Kelautan dan Perikanan menunjukkan bahwa dalam kurun waktu hanya dua tahun, yaitu

    20052007, Indonesia telah kehilangan 24 pulau kecil di Nusantara. Lokasi ke-24 pulau yang tenggelam

    tersebut adalah sebagai berikut: tiga pulau di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), tiga pulau di Sumatera

    Utara, tiga di Papua, lima di Kepulauan Riau, dua di Sumatera Barat, satu di Sulawesi Selatan, dan tujuh di

    kawasan Kepulauan Stereribu, Jakarta.

    Mayoritas pulau kecil yang tenggelam tersebut diakibatkan oleh erosi air laut yang diperburuk oleh

    kegiatan penambangan untuk kepentingan komersial. Selain itu, bencana tsunami Aceh 2004 juga

    berdampak pada tenggelamnya tiga pulau kecil setempat. Kehilangan pulau-pulau kecil ini terutama yang

    berada di daerah perbatasan dengan negara lain akan berdampak hukum yang merugikan Indonesia.

    Karena dengan kehilangan pulau-pulau tersebut (yang semula jadi penentu tapal batas Indonesia dengan

    negara tetangga) wilayah perairan Indonesia akan berkurang. Hal ini perlu diantisipasi mengingat

    kemungkinan di w ilayah tersebut terdapat sumber mineral.

    Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) memprediksi, permukaan bakal naik setinggi 40

    sentimeter pada akhir abad ini. Kondisi ini membahayakan penduduk yang tinggal di pesisir pantai.

    Lembaga internasional ini menilai Indonesia dan Thailand belum menunjukkan upaya konkret dalam

    mengatasi ancaman ini. Padahal bencana iklim mengakibatkan kerugian ekonomi 6-7 persen dari total

    produk domestik bruto pada 2100. Saat i ni kerugian ekonomi dari bencana iklim masih 2,6 persen dari

    produk domestik bruto.

    Makna yang disampaikan diatas adalah bahwa dampak perubahan iklim pada bidang kelauatan dan

    perikanan akan dirasakan secara luas oleh komunitas yang tinggal didaerah pesisir, seperti terjadinya banjir

    dan erosi akibat kenaikan permukaan air laut, terjadinya perpindahan penduduk, pengeluaran untuk

    menjaga dan mengelola pantai menjadi meningkat dan juga berpotensi meningkatnya intensitas badai

    tropis. Akibat dampak dari hal-hal diatas akan menurunkan aktivitas perekonomian dan dampak yang

    terlokalisasi (pada daerah tert entu saja) juga dapat merusak perekonomian lokal.

    II.2.5 Matriks Rencana Aksi Adaptasi Perubahan Iklim pada Sektor Kelautan dan Perikanan

    Penyusunan Rencana Aksi Adaptasi Perubahan Iklim pada Sektor Kelautan dan Perikanan perlu merujuk

    Undang-Undang, Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri sebagai modal dasar untuk dapat mengatur

    pelaksanaan adaptasi perubahan iklim. Peraturan perundangan yang terkait dengan pada sektor kelautan

    dan perikanan, antara lain:

    1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

    2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

    3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

    4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-

    2025.

    5. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan

    Kehutanan.

    6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.7. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, yang kemudian direvisi menjadi

    Undang-Undang No. 45 Tahun 2009.

    8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

    Matriks Rencana Aksi Adaptasi Perubahan Iklim pada Sektor Kelautan dan Perikanan mendefinisikan amanat

    dari peraturan perundangan yang terkait dengan program adaptasi dampak perubahan iklim dengan

    menyelaraskan dengan kebutuan teknologi dan jangka waktu rencana aksi.

    17 18

  • 8/10/2019 Adaptasi Perubahan Iklim DNPI

    18/34

    1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir danPulau-Pulau Kecil.

    2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun

    2007 tent ang Konservasi SumberdayaIkan.

    3. Peraturan Menteri Kelautan danPerikanan Nomor Per.16/MEN/2008tentang Perencanaan PengelolaanWilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

    4. Peraturan Menteri Kelautan danPerikanan Nomor Per.17/MEN/2008tentang Kawasan Konservasi di WilayahPesisir dan Pulau-pulau Kecil.

    5. Peraturan Menteri Kelautan danPerikanan Nomor Per.18/MEN/2008tentang Akreditasi terhadap ProgramPengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

    6. Peraturan Menteri Kelautan danPerikanan Nomor Per.20/MEN/2008

    tentang Pemanfaatan Pulau-pulau Kecildan Perairan di Sekitarnya.

    7. Peraturan Menteri Kelautan danPerikanan Nomor Per.08/MEN/2009tentang Peran Serta dan PemberdayaanMasyarakat dalam Pengelolaan WilayahPesisir dan Pulau-pulau Kecil.

    8. Peraturan Menteri Kelautan danPerikanan Nomor Per.14/MEN/2009tentang Mitra Bahari.

    Kerentanan wilayah pesisir dan pulau-pulau

    kecil

    1. Identifikasi dan pemetaan kawasan kerentanan

    wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.2. Penyusunan Rencana Zonasi Rinci atau Zone

    Development Plan.3. Relokasi atau penataan ulang t ata ruang wilayah

    pesisir dan pulau-pulau kecil4. Penerapan dan perbaikan pengelolaan terpadu

    ekosistem pesisir dan pul au-pulau kecil.5. Rehabilitasi dan Restorasi Ekosistem Pesisir dan Laut6. Pengembangan teknologi sistem peringatan dini

    untuk pengurangan resiko kerentanan.7. Penerapan sempadan pantai dan teknologi

    perlindungan pantai secara alami (mangrove, buki tpasir, terumbu karang dan hutan pant ai) danbuatan (breakwater, tembok laut, reklamasi, beachnourishment, rumah panggung)

    8. Pengembangan sistem perlindungan aset wilayahpesisir dan pulau-pulau kecil dari resiko dampak

    perubahan iklim.9. Pengembangan Desa Pesisir yang Tahan terhadap

    Bencana (Coastal Resilience Village).10. Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan

    Konservasi.11. Pengembangan Daerah Perlindung an Laut.12. Pengembangan Desa Pesisir/Kawasan Minapolitan

    Bersih dan Lestari.

    1. Undang-Undang No: Nomor 31 Tahun2004 tentang Perikanan

    2. Undang-Undang No: 27 Tahun 2007,Tentang Sistem PenyuluhanPertanian, Perikanan dan Kehutanan.

    3. Peraturan Pemerintah Nomor 54Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan.

    4. Peraturan Pemerintah Nomor 60Tahun 2007 tentang KonservasiSumberdaya Ikan

    5. Peraturan Pemerintah Nomor 30Tahun 2007 tent ang

    Perikanan Budidaya Pantai, Laut Dan PerairanUmum1. Perbaikan manajemen lahan budidaya.2. Pengembangan teknologi pakan rendah berbasis

    sumberdaya lokal dan efisiensi pengg unaannya.3. Pengembangan jenis dan varietas benih ikan yang

    toleran dan adaptif terhadap stres lingkungan(kenaikan temperature perairan, kekeringan,genangan dan salinit as).

    4. Pengembangan sistem terpadu budidaya ikandengan pert anian (mina padi), kehutanan (wanamina) dan peternakan untuk meningkatkan dayaadaptasi ikan.

    Penyelenggaraan Penelitian danPengembangan Perikanan.

    1. Undang-Undang No: Nomor 31 Tahun2004 tentang Perikanan.

    2. Peraturan Menteri Kelautan danPerikanan Nomor PER.15/MEN/2005tentang Penangkapan Ikan

    3. Peraturan Menteri Kelautan danPerikanan Nomor PER.16/MEN/2006tentang Pelabuhan Perikanan

    4. Peraturan Menteri Kelautan danPerikanan Nomor NomorPER.18/MEN/2006 tent ang Skala UsahaPengolahan Hasil Perikanan.

    5. Peraturan Menteri Kelautan danPerikanan Nomor PER.01/MEN/2007

    tentang Pengendalian Sistem JaminanMutu dan Keamanan Hasil Perikanan.

    6. Peraturan Menteri Kelautan danPerikanan Nomor PER.05/MEN/2008tentang Usaha Perikanan Tangkap.

    7. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun2007 tent ang PenyelenggaraanPenelitian dan PengembanganPerikanan.

    Perikanan Tangkap

    1. Pengembangan teknologi dan sistem informasipeta prakiraan penangkapan ikan.

    2. Penerapan teknologi alat tangkap dan kapaltangkap yang ramah lingkungan dan adaptifterhadap perubahan iklim ekstrem.

    3. Pengembangan teknologi pasca penangkapandan pengolahan hasil tangkapan.

    4. Pengembangan teknologi perlindunganpelabuhan perikanan.

    5. Pengembangan sistem perlindungan usahapenangkapan ikan dari tidak melaut/menangkapakibat dampak perubahan iklim.

    1. Besarnya biaya yang diperlukan untuk melakukan beberapa program aksi adaptasi di sektorkelautan dan perikanan.

    2. Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan bagain yang paling rentan terhadap dampak perubahaniklim.

    3. Masih kurangnya data dan informasi kelautan dan perikanan, dan sebagian besar masih bersifatsporadis.

    4. Belum adanya peraturan perundangan atau payung hukum yang jelas mengenai adaptasi perubahaniklim.

    5. Belum adanya Rencana dokumen Hirarki perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dn pulau-pulau kecil Kabupaten/Kota.

    Dalam mewujudkan imp lementasi kebijakan, terdapat beberapa tantangan yang menyebabkanbelum teroptimalkannya kebijakan di dalam implementasinya namun di sisi lain terdapat peluangyang dapat dimanfaatkan dalam mendorong diimplementasikannya kebijakan yang telah dimilikioleh Kementerian Kelautan dan Perikanan.

    Kebijakan Program Aksi Kebijakan Program Aksi

    TANTANGAN

    19 20

    II.2.6 Matriks

    5. Pengembangan teknologi pengelolaan lahanbudidaya untuk meningkatkan daya adaptasi ikan.

    6. Pengembangan teknologi budidaya di lahan kritis,rusak, dan gambut.

    7. Pengembangan sistem perlindungan usahaperikanan dari kegagalan akibat dampakperubahan iklim.

  • 8/10/2019 Adaptasi Perubahan Iklim DNPI

    19/34

    6. Meningkatkan dan perluasan skala program aksi adaptasi sektor kelautan danperikanan.

    7. Memonitor dan memverifikasi program adaptasi sektor kelautan dan perikanan.

    1. Pemanfaatan dan pengintegrasian pengetahuan, kearifan dan nilai-nilai lokal dantradisional yang bi sa saling bersinergi dengan program aksi adaptasi.

    2. Potensi praktek-praktek adaptasi yang telah ada dan bisa dijadikan ajangpembelajaran untuk peningkatan dan perluasan upaya adaptasi sektor kelautandan perikanan.

    II.3 Sektor Kesehatan

    II.3.1 Pendahuluan

    Dalam menghadapi isu perubahan iklim di bidang kesehatan, Kementrian Kesehatan menyusun Strategi

    Adaptasi Dampak Perubahan Iklim yang dapat dilaksanakan baik di t ingkat pusat maupun di daerah dan

    diharapkan dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah adaptasi yang ditunjang oleh tingginya

    kesadaran, sikap mental dan prilaku masyarakat, sehingga dapat memberikan kontribusi yang bermakna

    terhadap peningkatan kemampuan selaras dengan visi Kementrian Kesehatan yakni mewujudkan

    masyarakat dalam mewujudkan kesehatan yang optimal menuju masyarakat yang produkt if dan mandiri

    dengan pembudayaan hidup bersih dan sehat.

    Disamping itu, perubahan iklim juga memicu semakin berkurangnya keanekaragaman hayati sehingga

    dapat menyebabkan langkanya bahan baku obat dari tumbuhan.

    Sementara itu, degradasi lahan dan perubahan fungsi ekosistem dapat menyebabkan perubahan

    penyebaran vektor penyakit dan penurunan sumber daya air. Hal itu bisa berujung pada keterbatasan akses

    air bersih dan sanitasi yang sehat.Peningkatan temperatur udara sebesar 2-3 derajat celsius akan19meningkatkan jumlah penderita penyakit t ular vektor sebesar 3-5 persen .

    Untuk mengantisipasi ancaman perubahan iklim ini, pada bulan Mei 2011, Kementrian Kesehatan telah

    menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1080 Tahun 2011 tentang Strategi Adaptasi Sektor

    Kesehatan Terhadap Dampak Perubahan Ik lim.

    II.3.2 Justifikasi

    Dalam pelaksanaan adaptasi perubahan iklim di Bidang Kesehatan, telah disusun Tim Koordinasi Adaptasi

    Sektor Kesehatan. Disamping itu, Kementrian Kesehatan juga telah menyusun startegi adaptasi sektor

    kesehatan terhadap perubahan iklim, pedoman faktor resiko perubahan iklim dan modul perubahan ikl im.

    Dalam upaya menanggulangi perubahan iklim, sektor kesehatan mengupayakan adaptasi. Kerangka

    konsep pelaksanaan adaptasi sektor kesehatan tergambarkan sebagaimana dibawah ini (gambar 1):

    TANTANGAN

    PELUANG

    Gambar 1. Kerangka Konsep Pelaksanaan Adaptasi Perubahan Iklim Bidang Kesehatan

    ROADMAP

    STRATEGI

    ADAPTASI

    TIM KOORDINASIADAPTASI PERUBAHAN

    IKLIM

    NSPK:

    Pedoman Modul

    IMPLEMENTASI

    (PROGRAM DAN

    KEGIATAN)

    21 22

    19Disampaikan oleh Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama.

  • 8/10/2019 Adaptasi Perubahan Iklim DNPI

    20/34

    Tabel 6. Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja Sektor Pertanian

    Tabel 7. Bahaya dan Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Kesehatan

    Bahaya Perubahan

    Iklim

    Bahaya PerubahanIklim

    Bahaya lebih lanjut terhadap

    sektor kesehatan

    Kenalan aliran permukaandan kelembaban tanah,menyebabkan:

    Banjir.

    Gangguankeseimbangan air. Tanah longsor

    Bersama kenaikantemperatur akanmenurunkan aliran per-mukaan, menyebabkan:? Penurunan ketersediaan

    air. Kekeringan.

    Dampak perubahan Iklim

    ?Banjir dan gangguan keseimbangan airdapat berpengaruh terhadap kondisisanitasi dan penyebaran penyakit bawaanair seperti diare.

    Banjir dan gangguan keseimbangan air

    dapat berpengaruh terhadap gagal panensehingga dapat menyebabkan malnutrisi.

    Curah hujan berpengaruh t erhadap tipe danjumlah habitat perkembangbiakan vektorpenyakit.

    Perubahan curah hujan bersama denganperubahan temperatur dan kelembababdapat meningkatkan atau mengurangikepadatan populasi vektor penyakit sertakontak manusia dengan vektor penyakit.

    Faktor-faktor yang menyebabkan Indonesia rentan dari sisi kesehatan akibat perubahan iklim diantaranya

    adalah masih adanya penduduk Indonesia yang belum menerapkan budaya hidup bersih dan sehat, masih

    ada wilayah di Indonesia yang mendapatkan pelayanan kesehatan terbatas, termasuk adanya penduduk

    yang memiliki akses terbatas terhadap pelayanan kesehatan karena kendala jarak, belum memadainya

    sarana dan prasarana kesehatan khususnya dalam merespon dampak perubahan iklim serta terbatasnya

    informasi dan data terkait resiko di sektor kesehatan akibat perubahan iklim.

    Guna mengantisipasi dan menyiasati ancaman dan kondisi kerentanan tersebut, dikembangkan alternatifstrategi adaptasi, yang mencakup:

    1. Memperkuat sistem kewaspadaan dini dan tanggap darurat t erhadap bencana di masyarakat.

    2. Memperkuat kajian kerentanan dan penilaian resiko sektor kesehatan akibat perubahan iklim.

    3. Mengembangkan kerangka kerja kebijakan yang didukung dengan peraturan

    perundangan dan pengaturannya.

    4. Mengembangkan perencanaan dan pengambilan keputusan berdasarkan bukti

    (evidence) berbasis wilayah.

    5. Meningkatkan kerjasama lintas sektor.

    6. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan swasta serta perguruan tinggi/akademisi.

    7. Memperkuat kemampuan pemerintah daerah.

    8. Mengembangkan jaringan kerja (networking) dan berbagi (sharing) informasi.

    II.3.3 Ancaman Perubahan Iklim pada Bidang Kesehatan

    Pengaruh kenaikan temperatur, perubahan pola curah hujan, kenaikan muka laut dan meningkatnya

    frekuensi dan intensitas iklim ekstrim terhadap jalur kontaminasi mikroba, transmisi dinamis, agro

    ekosistem dan hidrologi serta sosio ekonomi dan demografi yaitu dapat menimbulkan dampak terhadap

    kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung.

    Dampak kesehatan akibat perubahan iklim diantaranya polusi udara yang berpengaruh terhadap

    kesehatan, penyakit yang berhubungan dengan air dan makanan (wat er and food born e diseases), penyakit

    yang berhubungan dengan vektor (vector bor ne diseases), malnutrisi, mental disorders, heat stress (lihat

    pada tabel 1) .

    Perubahan iklim dapat berpengaruh terhadap kondisi lingkungan, sosial dan sistem kesehatan. Ketiga

    kondisi tersebut akan berdampak terhadap kesehatan. Dampak perubahan iklim terhadap kesehatan dapat

    terjadi secara langsung maupun tidak langsung:

    Mempengaruhi kesehatan manusia secara langsung berupa paparan langsung dari perubahan pola cuaca

    (temperatur, curah hujan, kenaikan muka air laut, dan peningkatan frekuensi cuaca ekstrim). Kejadian cuaca

    ekstrim dapat mengancam kesehatan manusia bahkan kematian (tabel 2). Misalnya, perubahan curah

    hujan, salinitas dapat meningkatkan atau mnegurangi kepadatan populasi vektor penyakit. Selain itu,

    secara langsung berpengaruh t erhadap kejadian bencana seperti banjir, longosr dan angin put ing beliung.

    Berdasarkan data dari PPK Kementrian Kesehatan, selama tahun 2009 telah terj adi 287n kejadian bencana

    yangterdiri dari 14 jenis kejadian bencana, antara lain banji r, longsor, angin put ing beliung dan kebakaran

    hutan.

    Mempengaruhi kesehatan manusia secara tidak langsung. Mekanisme yang terjadi adalah perubahan iklim

    mempengaruhi faktor lingkungan seperti perubahan kualit as lingkungan (kualitas air, udara, dan makanan),

    penipisan lapisan ozon, penurunan sumber daya air, kehilangan fungsi ekosistem, dan degradasi lahan yang

    pada akhirnya faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi kesehatan manusia.

    ClimateChange

    Regional

    weather

    changes

    Heatwaves Extreme weather Temperature Precipation

    Modulatinginfluences

    Microbialcontamination

    pathwaysTransmission

    dynamics

    Agro-ecosystems,hydrology

    Socioeconomic,

    demographics

    Health EffectsTemperature-related

    illness and death

    Extreme weather-related health effects Airpollution-related health

    effectsWater and fod-borne

    diseasesVector-borne and

    rodent-borne diseasesEffect of food and water

    shortages Mental,nutritional, infectious

    and other health effects

    23 24

  • 8/10/2019 Adaptasi Perubahan Iklim DNPI

    21/34

    Bahaya Perubahan

    Iklim

    Kenaikan Paras MukaAir Laut (SLR)

    Bahaya lebih lanjut terhadap

    sektor kesehatan

    Dengan tingkat pengambilanair tanah tertentu air tanahbergeser ke atas,menyebabkan instrusi air laut

    sehingga mempengaruhiketersediaan air.

    Pengaliran air di pesisir dapatterganggu sehingga dapatmemperburuk sanitasi

    Dampak perubahan Iklim

    Gangguan fungsi sanitasiberpengaruh pada peningkat anpenyebaran penyakit bawaan airseperti diare.

    Ekosistem rawa dan mangrovedapat berubah.

    Pola penyebaran vektor penyakit d ipantai dan pesisir dapat berubah.

    PeningkatanFrekuensi danIntensitas IklimEkstrim.

    Curah hujan di atas normalmenyebabkan kenaikanaliran permukaan dankelembaban tanah, sehinggamenyebabkan banjir longsor.

    Badai.

    Bencana banjir, badai, dan l ongsordapat menyebabkan kematian.

    Bencana banjir, badai dan longsordapat menimbulkan kerusakanrumah tinggal sehingga terjadipengungsian yang dapatmenimbulkan banyak gangguankesehatan.

    Berpengaruh terhadap daya tahan

    tubuh manusia

    II.3.4 Matriks

    Kebijakan Program Aksi

    1. Peraturan MenteriKesehatan Nomor1018/ MENKES/PER/V/2011tentang Strategi AdaptasiSektor Kesehatan TerhadapDampak Perubahan Ikl im

    Sosialisasi dan advokasi adaptasi sektor kesehatan

    terhadap dampak perubahan iklim1. Melaksanakan sosialisasi adaptasi perubahan ikl im sektor

    kesehatan terhadap dampak perubahan iklim.2. Melaksanakan advokasi adaptasi perubahan ikloim sektor

    kesehatan terhadap dampak perubahan iklim.

    Pemetaan populasi dan daerah rentan perubahan iklim1. Pengumpul an data penyebaran penyakit,

    perubahan/variabel iklim, faktor resiko lingkungan, faktorresiko sosial, ekonomi dan geografi.

    2. Analisis penyebaran penyakit.3. Analisis perubahan/variabel iklim.4. Analisis faktor resiko lingkungan.5. Analisis faktor resiko sosial, ekonomi dan demografi.6. Analisis korelasi variabel di atas.

    Kebijakan Program Aksi

    1. Peraturan MenteriKesehatan Nomor1018/MENKES/PER/V/ 2011 tentang Strategi

    Adaptasi SektorKesehatan TerhadapDampak PerubahanIklim

    Peningkatan sistem tanggap perubahan iklim

    sektor kesehatan.1. Kajian dan penelitian dampak perubahan iklim sektor kesehatan.2. Penguatan sistem kewaspadaan dini dampak perubahan iklim.

    3. Pengembangan strategi adapt asi spesifik lokal sesuai dengan dampakyang muncul.4. Pengembangan teknologi tepat guna.

    Peraturan Perundang-undangan.Menyusun peraturan perundang-undangan.

    Peningkatan keterjangkauan pelayanan kesehatan, khususnya daerah

    rentan perubahan iklim1. Pengembangan sarana pelayanan kesehatan yang disesuaikan dengan

    populasi dan daerah rentan perubahan iklim.2. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan.

    Peningkatan kapasitas sumber daya manusia bidang kesehatan1. Pelaksanaan pelatihan.2. Penyusunan pedoman.3. Pelaksanaan kegiatan diseminasi informasi.

    4. Pembinaan dan pengawasan.

    Peningkatan pengendalian dan pencegahan penyakit akibat dampak

    perubahan iklim1. Penguatan kesehatan lingkungan.2. Pengendalian faktor risiko penyakit.3. Penemuan penderita dan p engobatan.4. Pengendalian vektor secara terpadu.5. Penanggulangan bencana.

    Peningkatan kemitraanPembentukan kelompok kerja dampak perubahan iklim di lingkunganKementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan provinsi, Dinas KesehatanKabupaten/Kota.

    Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam adaptasi perubahan

    iklim sesuai kondisi setempat1. Pemberdayaan individu2. Pemberdayaan keluarga.3. Pemberdayaan kelompok/ masyarakat umum.

    Peningkatan surveilans dan sistem informasi.1. Pengumpul an dan analisis data penyakit, faktor resiko lingkungan,

    perilaku, dan iklim.2. Diseminasi informasi.3. Rencana Tindak Lanjut

    25 26

  • 8/10/2019 Adaptasi Perubahan Iklim DNPI

    22/34

    TANTANGAN

    1.Kolaborasi Lintas sektor.

    a. Jejaring informasi terkait dengan perubahan iklim sektor kesehatan perluditingkatkan.

    b. Integrasi implementasi berdasarkan rencana aksi nasional perubahan iklim bidangkesehatan belum terlaksana dengan baik.

    2.Peningkatan KapasitasPerlu adaya pelat ihan

    3.Komunikasia. Kampanye sosial mengenai perubahan iklim.b. Advokasi pada pemangku kebijakan

    4.Partisipasi masyarakata. Program terkait perubahan iklim bidang kesehatan belum merupakan prioritas.b. Membangun kerjasama pemerintah, swasta dan LSM.

    5.Sumber dana.

    Dukungan politik dalam penetapan anggaran perlu ditingkatkan.

    6.Data dan fakta.Adaptasi perubahan iklim sektor kesehatan harus menjadi indikator dalam renstraKementerian Kesehatan.

    II.4 Sektor Pekerjaan Umum

    Untuk sektor Pekerjaan Umum, strategi dan kegiatan adaptasi dibagi ke dalam 4 (empat) sub bidang, yaitu;

    1) Sumber Daya Air, 2) Cipt a Karya, 3) Jalan dan Jembatan dan 4) Penataan Ruang.

    II.4.1 Sub Bidang Sumber Daya Air

    Sumber Daya Air sangat berkaitan erat dengan perubahan iklim, karena siklus hidrologi Sumber Daya Air

    (SDA) sangat dipengaruhi oleh iklim. Definisi SDA menurut Undang-undang (UU) No.7 Tahun 2004 tentang

    Pengelolaan Sumber Daya Air adalah air, sumber air dan daya air yang terkandung didalamnya. Jadi SDA

    adalah merupakan sumber daya mengalir (flowing resources), sumber daya terbatas (limit ed resources),

    sumber daya langka (scarce resources) yang memiliki nil ai-nilai social, ekonomi dan lingkungan.

    Perkiraan SDA Indonesia dit ahun 2025 adalah 9.200 M3/kapita. Ketersediaan air di Pulau Jawa adalah yang

    terkecil dengan 1.600 M3/kapita/th, sementara Papua/Maluku adalah yang terbesar dengan 25.500

    M3/kapita/th. Luas Pulau Jawa 7% dari luas daratan Indonesia yang merupakan 4,5% dari seluruh potensi air

    tawar Indonesia, tetapi menopang 65% dari seluruh jumlah penduduk Indonesia.

    Pentingnya upaya adaptasi bidang SDA karena perubahan iklim tidak dapat dihindari serta upaya dan

    rencana adaptasi harus dilakukan dan mendapat perhatian. Fokus upaya adaptasi sektor SDA adalah:

    keseimbangan air (kebutuhan dan ketersediaan), infrastruktur SDA yang memadai, penyediaan sumber-

    sumber air alternatif, kelengkapan data dan riset, serta konservasi air.

    II.4.1.1Justifikasi

    Kondisi infrastruktur SDA khususnya dalam mendukung pencapaian kinerja pembangunan bidang

    pekerjaan umum secara keseluruhan masih perlu diti ngkatkan, hal ini disebabkan oleh karena menurunnya

    fungsi dan kerusakan prasarana SDA akibat dari bencana alam, rendahnya biaya operasional dan rendahnya

    keterlibatab masyarakat serta fluktuasi debit musiman, semua itu sangat mempengaruhi ketahanan

    pangan. Berkembangnya daerah permukiman dan industri telah menurunkan area resapan air dan

    mengancam kapasitas lingkungan dalam penyediaan air, hal i ni menyebabkan debit sumber air turun dan

    intrusi air laut.

    World Competitiveness Yearbook 2008 menempatkan Indonesia pada peringkat 55 dari 143 negara, dimana

    ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai (16,4%) merupakan penyumbang kedua sebagai

    problematik dalam melakukan usaha setelah birokrasi pemerintah yang tidak efisien (19,3%). Tantangan

    pembangunan infrastruktur ke depan adalah bagaimana untuk terus meningkatkan ketersediaan

    infrastruktur yang berkualitas dan kinerjanya semakin dapat diandalkan agar daya tarik dan daya saing

    Indonesia dalam konteks global dapat membaik.

    Dalam mengantisipasi dampak akibat perubahan ikl im, di lakukan upaya adaptasi dan mit igasi sektor ke-

    PU-an terutama terkait dukungan infrastruktur sumber daya air untuk menyokong produksi pangan

    nasional dan respon terhadap pengelolaan infrastruktur dalam mengantisipasi bencana terkait dengan

    perubahan iklim.

    Dalam pelaksanaan program dan kegiatan adaptasi perubahan iklim, sektor kesehatan masih

    ditemui tantangan antara lain sebagai berikut :

    27 28

  • 8/10/2019 Adaptasi Perubahan Iklim DNPI

    23/34

    II.4.1.2Tingkat Kekritisan Sumber Daya Air:

    1. Meningkatnya kekritisan DAS, dimana pada tahun 13,1 juta ha (22 DAS) sedangkan pada tahun

    2005 meningkat menjadi 18,5 juta ha (62 DAS), hal tersebut membutuhkan pengelolaan hutan,

    karena mengakibatkan resapan air menurun, fluktuasi debit sungai semakin tinggi, dan

    meningkatnya laju erosi serta sedimentasi;

    2. Penurunan kualitas air pada sumber air karena pencemaran yang mengakibatkan: meningkatnya

    biaya pengolahan air, dampak negative kesehatan masyarakat dan membahayakan keberadaan

    biota air;3. Degradasi dasar sungai sebagai akibat dari aktivitas penambangan golongan C dapat

    mempercepat kerusakan inf rastruktur sepanjang sungai;

    4. Meningkatnya laju sedimentasi, sampah dan pemanfaatan lahan dapat mengakibatkan:

    perubahan morfologi sungai, kerusakan ekosistem (penurunan kapasitas aliran sungai) dan

    ancaman bencana banji r;

    5. Exploitasi air tanah yang dapat mengakibatkan penurunan muka tanah (land subsidence) dan

    intrusi air laut;

    6. Konversi daerah irigasi teknis lebih dari 35.000 ha/t ahun.

    7. Kenaikan elevasi muka air laut akibat pemanasan global yang berdampak pada produkti fit as

    450.000 Ha lahan tambak existing dan 1,45 juta ha dan areal reklamasi pasang surut

    II.4.1.3 Matriks

    1. UU No. 7/2004 tentangPengelolaan Sumber DayaAir;

    2. Peraturan Pemerintah No.42/2008 tentang PengelolaanSumber Daya Air;

    3. Peraturan Pemerintah No.20/2004 tentang Irigasi;

    4. Peraturan Pemerintah No.37/2010 tentang Bendungan;

    5. Peraturan Menteri No.11A/2006 tentang Kriteriadan Penetapan WilayahSungai;

    6. Peraturan Menteri PekerjaanUmum No. 22/2009 tentang

    Pedoman Teknis dan TataCara Penyusunan PolaPengelolaan Sumber DayaAir;

    7. Peraturan Menteri PekerjaanUmum No. 04/ 2008 tentangPedoman Pembentuk WadahKoordinasi PengelolaanSumber Daya Air padaTingkat Propinsi,Kabupaten/ Kota dan WilayahSungai.

    Meningkatkan manajemen prasarana sda dalam rangkamendukung penyediaan air dan ketahanan pangan1. Pembangunan pengelolaan dan rehabilitasi endung,

    embung dan bendungan serta meningkatnya kualitaspengelolaannya.

    2. Pengendalian penggunaan air pada sumber air.3. Pemantauan pengelolaan kualitas air pada sumber air.4. Pembangunan, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana

    penyediaan air baku, untuk pemenuhan kebutuhan pokoksehari-hari, perkotaan dan industry.

    5. Pembangunan, pengelolaan dan rehabilitasi sistemjaringan irigasi (termasuk subak) untuk menjaga ketahananpangan nasional.

    6. Pengembangan dan penerapan teknolog i irigasi hemat airdalam rangka intensifikasi pertanian.

    7. Penyusunan dan pemutakhiran NSPK untuk pengelolaan

    sumber daya air.

    Mengembangkan disaster risk management untuk

    banjir (sungai, rob, lahar dingin), longsor & kekeringan.1. Pembangunan dan/atau pemeliharaan bangunan pantai

    untuk mengatasi banjir/rob pada kota-kota besar di daerahpesisir dan strategis lainnya.

    2. Pelaksanaan penataan, penertiban sempadan sungai untuklokasi-lokasi yang mengalami banjir/ penyebab banjir.

    3. Pembangunan, operasi dan pemeliharaan prasarana dan

    8. UU No. 7/2004 tentangPengelolaan SumberDaya Air;

    9. Peraturan Pemerintah

    No. 42/2008 tentangPengelolaan SumberDaya Air;

    10.Peraturan PemerintahNo. 20/2004 tentangIrigasi;

    11.Peraturan PemerintahNo. 37/2010 tentangBendungan;

    12.Peraturan Menteri No.11A/2006 tentangKriteria dan PenetapanWilayah Sungai;

    13.Peraturan MenteriPekerjaan Umum No.22/2009 tentangPedoman Teknis dan

    Tata Cara PenyusunanPola PengelolaanSumber Daya Air;

    14.Peraturan Menteri Pe-kerjaan Umum No. 04/2008 tentang PedomanPembentuk WadahKoordinasi PengelolaanSumber Daya Air padaTingkat Propinsi,Kabupaten/Kota danWilayah Sungai.

    5. Pembangunan prasarana early warning system untuk antisipasibencana (bencana dan kekeringan).

    6. Penyusunan dan pemutakhiran NSPK untuk disaster riskmanagement sumber daya air.

    7. Penyusunan rencana tata tanam yang reliable dan pelaksanaansosialisasinya dalam rangka anti sipasi kekeringan.

    8. Penyeleggaraan perbaikan sistem pengelolaan irigasi denganmengintegrasikan pengelolaan resiko perubahan iklim.

    9. Pelaksanaan reevaluasi pengaturan operasi dan pemeliharaanirigasi untuk mengakomodasi dampak perubahan iklim dalam halbertambahnya atau berkurangnya intensitas curah hujan.

    Meningkatkan manajemen dan mengembangkan prasarana

    sumber daya air untuk pengendalian daya rusak air.1. Pengembangan teknologi, pembangunan dan pemeliharaan

    prasarana dan sarana untuk pengendalian p encemaran air p adasumber air (sungai,danau dan waduk).2. Pengembangan teknologi, pembangunan dan pemeliharaan

    prasarana dan sarana untuk pengendalian sediment asisungai,danau dan waduk.

    3. Pengembangan teknologi, pembangunan dan pemeliharaanprasarana dan sarana untuk pengendalian erosi dan sedimentasipada pantai.

    Meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat tentang

    penyelamatan air.1. Pelaksanaan kampanye hemat air/Gerakan Nasional

    Penyelamatan Air (GNPA).2. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam gerakan hemat air

    dan penyelamatan air.

    Meningkatkan penyediaan dan akses terhadap data dan

    informasi terkait dampak perubahan iklim.1. Penyusunan dan pemutakhi ran database mengenai neraca air

    (potensi dan kebut uhannya) wilayah sungai untuk ketersediaanair di masa depan dengan memperhitungkan perubahan iklim.

    2. Penyusunan kajian dan database kerawanan kawasan/daerahyang rentan terhadap bencana dampak perubahan iklim.

    3. Pelaksanaan rasionalisasi jaringan pos hidrologi dan penerapanteknologi telemetri dalam forecasting untuk memantau damapakperubahan iklim.

    Kebijakan Program Aksi

    Kebijakan Program Aksi

    sarana pengendalian banjir dan kekeringan utnuk kota dankabupaten yang rent an terhadap bencana.

    4. Peningkatan kapasitas (capacity building) dalam disasterrisk management.

    29 30

  • 8/10/2019 Adaptasi Perubahan Iklim DNPI

    24/34

    PELUANG

    1. Meningkatnya luasan lahan kritis;2. Menurunnya daya dukung beberapa daerah tangkapan air;3. Menurunnya kuantitas dan kualitas sumber daya air;4. Disparitas potensi sumber daya air antara wilayah barat dan t imur Indonesia yang

    menyebabkan kerentanan wilayah meningkat;

    5. Terbatasnya sarana dan prasarana sumber daya air dalam menghadapi dampaknegative perubahan iklim;

    6. Penyediaan pembiayaan yang diperlukan untuk melakukan program aksi adaptasi dibidang sumber daya air;

    7. Kurangnya pemahaman dan kapasitas SDM/kelembagaan pengelola sumber daya air(termasuk masyarakat) untuk menetapkan dampak risiko perubahan iklim danmenyusun rencana & program adaptasi pada skala yang t epat;

    8. Minimnya informasi dan belum terbangunnya database yang baik terkait dampakperubahan ikli m bida