acyclovir
TRANSCRIPT
AcyclovirNama Generik: Acyclovir
Nama Merek: Zovirax, Acifar, Acyclovir Hexpharm, Azovir, Clinovir, Clopes, Danovir, Herax, Herpiclof, Hervirex, Kenrovir, Licovir, Matrovir, Molavir, Nevirz, Quavir, Scanovir, Vircovir, Virdam, Vireth, Virpes, Virtaz-200, Virules, Zoter, Zumasid, Zyclorax
Definisi
Acyclovir adalah obat antivirus. Pertumbuhan dan penyebaran virus herpes terjadi secara lambat sehingga tubuh dapat melawan infeksi ini. Acyclovir tidak menyembuhkan herpes, tetapi dapat mengurangi gejala infeksi.
Acyclovir digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh virus herpes. Penyakit yang disebabkan oleh virus herpes antara lain herpes pada alat kelamin, cold sores, ruam saraf dan cacar air.
Acyclovir juga digunakan untuk kebutuhan lain yang belum tercantum di sini.
Informasi Penting
Memakai acyclovir berdasarkan resep dokter akan meringankan gejala sebelum infeksi benar-benar terjadi. Pengobatan dengan acyclovir harus dimulai sesegera mungkin setelah gejala awal muncul (seperti rasa terbakar, tingling dan melepuh)
Infeksi herpes menular ke orang lain, bahkan ketika anda sedang menjalani pengobatan dengan acyclovir. Hindari kontak area yang terinfeksi kepada orang lain. Hindari menyentuh area yang terinfeksi kemudian menyentuh mata anda. Cuci tangan anda secara sering untuk mencegah penyebaran.
Efek Samping
Panggil pertolongan medis darurat jika anda memiliki tanda apapun dari reaksi alergi ini:• Gatal dengan bintik merah• Sulit bernapas• Pembengkakan pada wajah, bibir, lidah atau tenggorokan
Hentikan penggunaan acyclovir dan hubungi dokter anda jika anda memiliki efek samping serius berikut:• Nyeri pada punggung bagian bawah• Urin lebih sedikit daripada biasanya
• Muda terjadi pembengkakan atau berdarah• Kelelahan yang tidak biasa
Efek samping lain adalah:• Mual, muntah, diare, hilang nafsu makan, nyeri pada perut• Sakit kepala, melayang-layang• Bengkak pada tangan atau kaki
Gejala efek samping di atas belum lengkap dan dapat muncul gejala lain.
Definisiherpes zoster adalah salah satu penyakit kulit (radang kulit) disebabkan oleh virus Varisella zoster dan memiliki sifat yang khas yaitu terdapat vesikel yang tersusun berkelompok sepanjang persyarafan sensorik sesuai dengan dermatomnya dan biasanya unilateral.
PatogenesisMasa tunasnya 7-12 hari masa aktif penyakit berupa lesi baru dan yang tetap timbul berlangsung kira-kira 1-2 minggu virus berdiam di ganglion posterior susunan syaraf tepi dan ganglion kronialis. Lokasi kelainan kulit sekitar daerah persyarafan ganglion kadang-kadang virus menyerang gangguan arterior bagian motorik kranolis sehingga memberikan gejala gangguan motorik.
Manifestasi KlinikGejala prodormalGejala sistemik seperti demam, pusing, malaise, dan lokal (nyeri otot, tulang, gatal, pegal dsb) pada dermatom yang terserang.StadiumTimbul popula atau plakat berbentuk urtika setelah 1-2 hari akan timbul gerombolan vesikel dengan dasar kulit yang eritematosa dan odema vesikel air berisi cairan yang jernih.
Stadium KrutasiVesikel menjadi puruler dapat menjadi pustula dan krusta kadang-kadang vesikel mengandung darah disebut herpes zoster haemorasik krusta akan lepas dalam waktu 1-2 minggu dapat timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan penyumbatan tanpa sikasrek sering terjadi neuralgia pasca hepatica terutama pada orangtua yang dapat berlangsung berbulan-bulan yang bersifat sementara.Ciri khas herpes zoster :
Nyeri radikuler Unilateral Gerombolan vesikel yang tersebar sesuai dengan dermatom yang meruasi
oleh satu ganglion syaraf sensorik.
Gejala lainnya :
Pembesaran KGB regional Kelainan motorik berupa kelainan sentral daripada perifer Fuper parostesi pada daerah yang terkena Kelainan pada muka akibat gangguan trigenirus (dengan gangguan gaseri)
atau n. fasialis & optikus (dari gangguan garikulotum)
Klasifikasi Herpes Zoster
Herpes Zoster Optalnikus terjadi infeksi cabang pertama N. Trigenirus yang menimbulkan kelainan pada mata cabang kedua dan ketiga yang menyebabkan kelainan kulit pada daerah persyarafan.
Sindrom Ramsay Hurt diakibatkan gangguan N. Fasiolis dan optikus sehingga memberikan gejala paralysis otot muka (paralisis Bell) kelainan kulit sesuai tingkat persyarafan, kliris vertigo, gangguan pendengaran, regtagnius dan raisea juga terdapat gangguan pengecapan.
Herpes Zoster Abortif berlangsung dalam waktu singkat dan kelainan kulitnya hanya berupa beberapa vesikel dan eritem.
Herpes Zoster Generaligata kelainan kulit unilateral dan segmental ditambah yang menyebar secara generalisata berupa vesikel soliter dan ada umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada orang tua atau pada orang yang kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya penderita : Umforra malignum.
KomplikasiPada usia diatas 40 tahun kemungkinan terjadi neuralgia pasca herpetic.
Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan percobaan T. Zarck dapat ditemukan sel dativa berinti banyak.
Diagnosa Banding
Herpes simplek Varicella Dermatis Contacta alergika Penyakit dengan efloresersi bulla ; pemfisus vulgaris Dermatis herpenformis dan dutega Bulos pumfigord
Penatalaksanaan
1. Therapi sistemik umumnya bersifat simptomatik untuk nyeri diberikan analgetik jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik.
2. Bila syaraf oftalnikus cabang dari syaraf trigenirus terkena muka dirujuk ke arah mata karena dapat terjadi perporasi kornea.
3. Pemberian kortikosteroid sistemik diri dapat mencegah timbulnya neuralgia post herpatica dan untuk mencegah fibrosis garcialia.
4. Therapi topical bergantung pada stadium : Stadium vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka. Bila ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.
5. Kompres pada daerah yang terserang : Bila lokal kering, bedak berisi aodum berikulm 10%, Oksisum Zursi 10% dan mentol 1%. Bila basah kompres garam tadi, kompres solutio burowl
6. Istirahat
Anti-Dengue IgG & IgM
Deskripsi : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi (IgG & IgM) terhadap virus dengue. Anti-Dengue IgG & IgM baru dapat dideteksi setelah hari ke-3 demam.
Manfaat Pemeriksaan
: Mendeteksi awal adanya infeksi virus dengue yang dapat menyebabkan demam berdarah dengue dan dengue shock syndrome.
Persyaratan & Jenis Sampel
: Serum, plasma (EDTA, heparin, sodium sitrat) 50-100 μl
Stabilitas Sampel
: 2 minggu pada suhu 2-8oC; > 2 minggu pada suhu ≤ -20oC
Persiapan Pasien : Tidak ada persiapan khusus
Hari Kerja : -
Metode : Immunochromatografi
Nilai Rujukan : Negatif
Tempat Rujukan : -
Catatan : -
Pemeriksaan Laboratorium - Imuno Serologi
http://prodia.co.id/imuno-serologi/anti-dengue-igg-a-igm
Title :
DIAGNOSIS LABORATORIS DBD TERKINI
Author : Dr.Aryati,dr, MS, Sp.PK(K)
Year : 2004
Abstact :
PENDAHULUAN
Sampai saat Demam Berdarah Dengue ( DBD ) masih merupakan masalah
kesehatan, bersifat endemis dan timbul sepanjang tahun. Penyakit ini walau banyak
terjadi pada anak-anak, namun terdapat kecenderungan peningkatan jumlah penderita
dewasa serta menyebabkan morbiditas dan mortalitas.
Diagnosis laboratoris DBD baik pada anak maupun dewasa belum pernah
dibedakan secara jelas, di mana masih memakai kriteria umum yaitu isolasi virus dengan
cara kultur, pemeriksaan serologis dengan mendeteksi antibodi anti-dengue, maupun
pemeriksaan asam nukleat dari RNA virus dengue yang sekaligus dapat mendeteksi jenis
serotipe virus dengue yang diperlukan tidak saja untuk keperluan epidemiologi, namun
salah satu faktor yang kemungkinan dapat mengarah pada gradasi berat ringannya
gejala infeksi virus dengue.
Konsekuensinya, diperlukan pemahaman prosedur pemeriksaan yang dapat
dilakukan secara rutin maupun untuk penelitian, beserta interpretasi hasil uji
laboratorisnya. Pengertian mengenai kinetik replikasi virus dengue dan respons
terhadap host, demikian juga untuk pengumpulan dan penanganan spesimen diperlukan
untuk mengklarifikasi kekuatan dan kelemahan dari berbagai uji/metode diagnosis
infeksi virus dengue.
Diagnosis infeksi virus Dengue, selain dengan melihat gejala klinis, juga
dilakukan dengan pemeriksaan darah di laboratorium. Pada Demam Dengue
(DD), saat awal demam akan dijumpai jumlah leukosit (sel darah putih) normal,
kemudian menjadi leukopenia (sel darah putih yang menurun) selama fase
demam. Jumlah trombosit pada umumnya normal, demikian pula semua faktor
pembekuan, tetapi saat epidemi/wabah dapat dijumpai trombositopenia (jumlah
trombosit yang menurun ). Enzim hati dapat meningkat ringan. Pada Demam
Berdarah Dengue (DBD), pemeriksaan laboratorium menunjukkan
trombositopenia dan hemokonsentrasi. Pada kasus syok/SSD, selain ditemukan
hasil laboratorium seperti DBD di atas, juga terdapat kegagalan sirkulasi ditandai
dengan terjadi penurunan demam disertai keluarnya keringat, ujung tangan dan
kaki teraba dingin, nadi cepat atau bahkan melambat hingga tidak teraba serta
tekanan darah tidak terukur. Seringkali sesaat sebelum syok, penderita mengeluh
nyeri perut, beberapa tampak sangat lemah dan gelisah.
Dalam menegakkan diagnosis infeksi virus Dengue diperlukan pemeriksaan
untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap virus Dengue di dalam serum
penderita baik berupa IgM antidengue maupun IgG antidengue.
Penting diketahui bahwa IgG antidengue bersifat diagnostik, dapat menjadi
parameter terjadinya dugaan infeksi dengue sekunder akut. Hal ini sesuai dengan
teori yang masih dianut sampai saat ini, yaitu teori heterologous infection maupun
ADE (Antibody Dependent Enhancement).Jadi IgG yang terdeteksi dalam
pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan adanya proteksi atau sekedar
infeksi virus dengue di masa lampau.
Diagnosis yang telah ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan laboratoris
(WHO,1997), ditunjang dengan pemeriksaan serologis adanya baik IgM anti
dengue ataupun IgG anti dengue yang idealnya diikuti kadarnya ( apabila
memungkinkan ), hal ini akan mempertajam diagnosis DBD. Pemeriksaan
lanjutan untuk mengetahui serotipe Den1,2,3,4 dari virus dengue saat ini banyak
dilakukan dengan metode molekuler yaitu nested RT-PCR ( Reverse
Transcriptase Polymerase Chain Reaction ).Untuk wabah DBD yang sekarang
merebak di Indonesia saat ini, idealnya pemeriksaan dilanjutkan tidak hanya
sampai serotipe namun untuk melihat subtipe, yang akhir-akhir ini diduga sebagai
strain baru.
IMUNOPATOGENESIS
Di dalam tubuh manusia, virus berkembang biak dalam sistim retikuloendotelial,
dengan target utama virus dengue adalah APC ( Antigen Presenting Cells ) di mana pada
umumnya berupa monosit atau makrofag jaringan seperti sel Kupffer dari hepar
( hepatosit) juga dapat terkena.Viremia timbul pada saat menjelang tampak gejala klinik
hingga 5 - 7 hari setelahnya. Virus bersirkulasi dalam darah perifer di dalam sel
monosit/makrofag, sel limfosit B dan sel limfosit T.
Imunopatogenesis DBD dan SSD masih merupakan masalah yang kontroversial.
Dua teori yang digunakan untuk menjelaskan perubahan patogenesis pada DBD dan SSD
yaitu hipotesis infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) dan hypothesis
antibody dependent enhancement ( ADE ). Teori infeksi sekunder menyebutkan bahwa
apabila seseorang mendapatkan infeksi primer dengan satu jenis virus, akan terjadi
proses kekebalan terhadap infeksi terhadap jenis virus tersebut untuk jangka waktu
yang lama, tetapi jika orang tersebut mendapatkan infeksi sekunder dengan jenis
serotipe virus yang lain, maka terjadi infeksi yang berat. Pada teori kedua (ADE),
menyebutkan tiga hal yaitu antibodies enhance infection, T-cells enhance infection serta
limfosit T dan monosit akan melepaskan sitokin yang berkontribusi terhadap terjadinya
DBD dan SSD.Singkatnya secara umum ADE dijelaskan sebagai berikut, bahwa jika
terdapat antibodi spesifik terhadap jenis virus tertentu, maka antibodi tersebut dapat
mencegah penyakit, tetapi sebaliknya apabila antibodi yang terdapat dalam tubuh
merupakan antibodi yang tidak dapat menetralisasi virus, justru dapat menimbulkan
penyakit yang berat.
Infeksi dari salah satu serotipe dengue menimbulkan imunitas seumur hidup,
namun hanya sebagian kecil yang memiliki imunitas silang protektif terhadap infeksi
serotipe lain. Pada anak, infeksi virus dengue sering bersifat subklinis atau dapat
menyebabkan penyakit demam yang self-limited, namun apabila suatu saat penderita
terkena infeksi virus dengue berikutnya dengan serotipe yang berbeda, penyakit ini akan
lebih berat, menjadi demam berdarah dengue ataupun dengue syok sindrom (
anamnestic dengue infection ).Di daerah endemis, penderita yang terdiagnosis demam
dengue seringkali terbukti infeksi sekunder.
Infeksi primer ditandai dengan timbulnya antibodi IgM terhadap dengue sekitar
tiga sampai lima hari setelah timbulnya demam, meningkat tajam dalam satu sampai
tiga minggu serta dapat dideteksi sampai tiga bulan. Antibodi IgG terhadap dengue
diproduksi sekitar dua minggu sesudah infeksi. Titer IgG ini meningkat amat cepat, lalu
menurun secara lambat dalam waktu yang lama dan biasanya bertahan seumur
hidup.Pada infeksi sekunder terjadi reaksi anamnestik dari pembentukan antibodi,
khususnya dari kelas IgG di mana pada hari ke dua saja, IgG ini sudah dapat meningkat
tajam. Pada berbagai penelitian di daerah di mana dengue primer dan sekunder terjadi
keduanya, didapatkan suatu angka signifikan yang menyatakan bahwa pada pasien
dengan infeksi sekunder dengue, antibodi IgM tidak terdeteksi dalam waktu lima hari
sejak infeksi timbul, bahkan pada beberapa kasus tidak menunjukkan suatu respon
hingga hari ke 20.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menskrining penderita demam
dengue adalah melalui uji Rumpel Leede, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar
hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis
relatif disertai gambaran limfosit plasma biru. Diagnosis pasti didapatkan dari hasil
isolasi virus dengue ( metode cell culture ) ataupun deteksi antigen virus RNA dengue
dengan teknik RT-PCR ( Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction ), namun
karena teknik yang rumit yang berkembang saat ini adalah tes serologis ( adanya
antibodi spesifik terhadap dengue berupa antibodi total, IgM maupun IgG ).
Pemeriksaan serologis ditujukan untuk deteksi antibodi spesifik terhadap virus
dengue. Pemeriksaan yang banyak digunakan adalah berupa uji HI ( hemagglutination
inhibition test= uji hambatan hemaglutinasi ) yang merupakan standar WHO, kemudian
uji Indirect ELISA, uji Captured ELISA untuk Dengue baik IgM Captured-ELISA
( MAC-ELISA ) maupun IgG Captured – ELISA, Dengue blot/Dengue Stick/ Dot
imunoasai Dengue, dan uji ICT ( Immuno-chromatographic Test ) antara lain Dengue
Rapid Test ,sedangkan uji fiksasi komplemen dan uji netralisasi sudah lama ditinggalkan
karena rumit dan tidak praktis.
Uji HI yang merupakan uji serologis yang dianjurkan menurut standar WHO, dapat mendeteksi antibodi anti-dengue, di mana infeksi virus dengue akut ditandai
dengan terdapatnya peningkatan titer empat kali atau lebih antara sepasang sera yaitu serum akut dan serum konvalesen, di samping itu titer 1:2560 menunjukkan interpretasi infeksi flavivirus sekunder.
1.Uji Rumpel Leede ( RL )
Pemeriksaan RL ditujukan untuk menilai ada tidaknya gangguan vaskuler.Perlu diingat bahwa bila uji ini positif tidak selalu disebabkan oleh virus dengue saja, namun juga dapat oleh penyakit virus lainnya .Hasil dikatakan normal bila petekia yang timbul dalam lingkaran berdiameter 5 cm yang terletak 4 cm di bawah lipatan siku berjumlah 5 atau kurang.
2.Kadar hematokrit
Peningkatan nilai hematokrit atau hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator terjadinya perembesan plasma. Hemokonsentrasi dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20% atau lebih. Harga normal hematokrit di laboratorium PK RSUD Dr.Sutomo ,wanita 35-45%, pria 40-50%.
3.Jumlah trombosit
Penurunan jumlah trombosit ( trombositopenia ) pada umumnya terjadi sebelum ada peningkatan hematokrit dan terjadi sebelum suhu turun. Trombositopenia 100.000/Ul atau kurang dari 1-2 trombosit per lapangan pandang besar (lpb) dengan rata-rata pemeriksaan dilakukan pada 10 lpb, biasanya dapat dijumpai antara hari sakit ketiga sampai ketujuh. Apabila diperlukan, pemeriksaan trombosit perlu diulangi setiap hari sampai suhu turun.
4.Isolasi virus
Diagnosis pasti yaitu dengan cara isolasi virus dengue dengan menggunakan kultur sel. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan isolasi virus adalah pengambilan spesimen yang awal biasanya dalam lima hari setelah timbulnya demam , penanganan spesimen serta pengiriman spesimen yang baik ke laboratorium. Bahan untuk isolasi virus dengue dapat berupa serum, plasma atau lapisan buffy-coat darah-heparinized.
Kultur sel yang banyak digunakan adalah dari sel AP/61, C6/36 dan TRA-284-SF. Hasil kultur diidentifikasi dengan menggunakan metode imunofloresen DFA ( Direct Immunofluorescent Assay ) atau IFA ( Indirect
Immunofluorescent Assay ) dengan menggunakan antibodi monoklonal spesifik. Keterbatasan metode ini adalah sulitnya peralatan serta memerlukan waktu dua sampai tiga minggu untuk mendapatkan hasil.
5.Uji serologis
5.1.Uji Inhibisi Hemaglutinasi ( Haemagglutination Inhibition Test )
Uji serologi HI merupakan gold standard WHO untuk diagnosis infeksi virus dengue.
Uji ini untuk menetapkan titer antibodi anti-dengue yang dapat menghambat
kemampuan virus dengue mengaglutinasi sel darah merah angsa. Antibodi HI
bertahan di dalam tubuh sampai bertahun-tahun, sehingga uji ini baik untuk studi
sero-epidemiologi.
Sayangnya uji ini membutuhkan sepasang sera dengan perbedaan waktu fase akut
dan konvalesen paling sedikit 7 hari, optimalnya 10 hari.Uji ini dapat digunakan
untuk membedakan infeksi primer dan sekunder berdasarkan titer antibodinya.
Tabel 1. Interpretasi Uji HI (Hambatan Hemaglutinasi ; WHO , 1997 )
Kenaikan titer Interval Serum I-II Titer konvalesen Interpretasi
≥ 4kali
≥ 4 kali
≥ 7 hari
spesimen apapun
≤ 1 : 1280
≥ 1 : 2560
Infeksi flavivirus akut,
primer
Infeksi flavivirus akut,
sekunder
Infeksi flavivirus akut,
primer atau sekunder
≥ 4 kali
Tidak ada kenaikan
Tidak ada kenaikan
Tidak ada kenaikan
Tidak diketahui
< 7 hari
spesimen apapun
≥ 7 hari
< 7 hari
spesimen tunggal
≤ 1 : 1280
≥ 1 : 2560
≤ 1 : 1280
≤ 1 : 1280
≤ 1 : 1280
Infeksi flavivirus baru,
Sekunder
Bukan dengue
Tdk dpt diinterpretasi
Tdk dpt diinterpretasi
5.2.Uji ELISA
Uji ELISA tidak membutuhkan sepasang serum, cukup dengan serum tunggal dapat untuk mendeteksi IgG maupun IgM anti-dengue.Uji ini bersifat kuantitatif, biasanya hasil yang dibaca berupa absorbans yang kemudian dikonversikan menjadi satuan unit atau rasio.
Prinsip uji ELISA untuk deteksi antibodi terhadap virus dengue, tehnik dapat berupa ELISA tak langsung ( Indirect ELISA ) maupun Captured ELISA.
Di pasaran Indonesia saat ini terdapat pemeriksaan ELISA baik yang Indirect ELISA untuk mendeteksi IgG anti-dengue maupun yang Captured ELISA yang dapat mendeteksi IgG anti-dengue serta IgM anti-dengue dalam serum penderita.MAC ELISA adalah istilah dari singkatan IgM Captured ELISA, dengan prinsip dasar goat atau rabbit antihuman IgM yang dilapiskan pada fase padat ( microtiter plate ELISA ) akan berikatan dengan IgM anti-dengue dari serum penderita .Langkah berikutnya ditambahkan antigen dengue, selanjutnya diberi
konjugat anti viral IgG-HRP dan substrat lalu diukur kadar absorbansnya sehingga dapat diketahui konsentrasi IgMnya.
Keuntungan uji Captured ELISA dibandingkan uji HI pada infeksi dengue akut yaitu lebih cepat dan dengan hanya spesimen serum tunggal didapatkan sensitivitas ELISA 78% sedangkan uji HI 53%, di mana pada sepasang serum sensitivitas uji ELISA ini meningkat menjadi 97% melebihi uji HI.
Pemeriksaan Captured ELISA untuk IgM dan IgG sekaligus pada pemeriksaan dengan metode Dengue Duo ELISA ( Panbio, Australia) dapat untuk membedakan infeksi primer dan infeksi sekunder, walaupun hanya memakai serum tunggal.
Tabel 2. Interpretasi uji ELISA Dengue ( Panbio, Catalogue No. E-DEN02G )
Rasio Hasil InterpretasiIgM < 0,9 negatif tidak ada infeksi dengueIgM 0,9-1,1 ekuivokal perlu tes ulangIgM > 1,1 positif dugaan infeksi baru dengueIgG < 1,8 negatif tidak ada infeksi sekunderIgG 1,8-2,2 ekuivokal perlu tes ulangIgG > 2,2 positif dugaan infeksi sekunder aktif
5.3.Uji Dengue Blot/Dot imunoasai/Dengue Stick
Prinsip dasar uji dengue blot/ dengue stick/ dot imunoasai adalah uji ELISA, baik uji ELISA tak langsung ( Indirect ELISA ) atau menggunakan Captured-ELISA. Yang membedakan uji dengue blot/dengue stick/dot imunoasai dibandingkan dengan ELISA yaitu pada fase padatnya, menggunakan kertas nitroselulose yang bersifat high capacity. Pemeriksaan ini dilakukan pada serum tunggal dengan hasil kualitatif.
Pada uji dengue blot/dengue stick/dot imunoasai dapat menggunakan metode ELISA tak langsung yaitu antigen virus dilekatkan langsung pada fase padat, di mana setelah diberikan blokade untuk menutup celah-celah di antara antigen pada kertas nitroselulose, langsung diberikan serum penderita. Bila di dalam serum penderita terdapat antibodi anti-dengue dapat berupa IgG anti-dengue atau IgM anti-dengue , yang dikerjakan secara terpisah yaitu IgG Indirect ELISA saja atau
IgM Indirect ELISA, maka antibodi tersebut akan berikatan dengan antigen yang terikat pada kertas nitroselulose. Setelah tahap inkubasi dan pencucian, ikatan antigen-antibodi ini dapat dilacak dengan menggunakan konjugat yaitu antibodi yang berlabel enzim AP (alkalinefosfatase), HRP (horseradish peroxidase) maupun colloidal gold yang akan memberikan dot berwarna biru keunguan setelah ditambah substrat berkromogen.
Selain dengan metode ELISA tak langsung, uji ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode Captured ELISA , misalnya pada IgM Captured ELISA di mana antihuman IgM dilekatkan pada fase padat kertas nitroselulose. Antihuman IgM ini akan menangkap IgM di dalam serum penderita. Tahap berikutnya diberikan antigen dengue, selanjutnya diberikan pelacak seperti yang terdapat pada metode ELISA tak langsung di atas dan akan memberikan hasil dot berwarna biru keunguan yang menunjukkan hasil positif.
5.4.Uji Imunokromatografi (ICT)
Dewasa ini di pasaran berkembang pemeriksaan dengue cara cepat dengan
menggunakan metode imunokromatografi, antara lain Dengue Rapid Test (Dengue Duo
IgM and IgG Rapid Strip Test Catalogue No. DEN-25S ) dari PanBio Pty Ltd. Uji ini
menggunakan protein envelop rekombinan dengue, serta digunakan untuk
membedakan infeksi dengue primer dan sekunder.
Uji ini dapat mendeteksi baik IgM dan IgG anti-dengue sekaligus dalam serum tunggal dalam waktu 15-30 menit.
Pada Dengue Rapid Test (uji ICT) berbentuk strip ini telah distandardisasi sedemikian rupa sehingga pada penderita infeksi primer IgM positif dimana IgGnya negatif, sebaliknya pada infeksi sekunder hasil IgG positif dapat disertai dengan atau tanpa hasil IgM yang positif.
Prinsip pemeriksaan yaitu Captured ELISA dengan fase padat
nitroselulose/dipstick dengan daya kromatografi maka antibodi IgM atau IgG anti-
dengue yang terdapat di dalam serum penderita akan berikatan dengan antihuman IgM
atau antihuman IgG yang telah diimobilisasi pada fase padatnya membentuk garis
melintang pada membran tes.Secara bersamaan antibodi monoklonal anti-dengue yang
berlabel gold bereaksi dengan antigen dengue (rekombinan). Konjugat ini ( antibodi
monoklonal anti-dengue yang berikatan dengan antigen dengue ) akan berikatan dengan
antibodi IgM atau IgG dari serum penderita tersebut membentuk garis berwarna ungu.
Nuryati, 2001 mendapatkan sensitivitas diagnostik Dengue Rapid Test 97,36%
dan spesifisitas diagnostik 84,38% pada penderita demam berdarah dengue.
Tabel 3. Hasil penelitian Dengue Rapid Strip Test Panbio Pty Ltd
Peneliti Sensitifitas diagnostik Spesifisitas diagnostikCuzzubo AJ et al 99 % ( 149/150 ) 87% ( 85/98 )Nuryati S 97,36 % ( 37/38 ) 84,38 % ( 27/32 )Aryati et al 98,28 % ( 57/58 ) 81,82 % ( 36/44 )
Tabel 4. Analisis Spesifisitas Dengue Rapid Strip Test
Sampel Jumlah IgM-
Obat Fogging, " Resigen 1.5/ 10 OS " ( untuk Fogging Nyamuk Demam Berdarah, lalat, Kecoa) Produksi BAYER ENVIRONMENTAL SCIENCE
Harga: hubungi kami untuk harga yang kompetitif dan cara aplikasinya
Cara Pembayaran:
Transfer Bank (T/T)
Kemas & Pengiriman:
1box (12X1liter)
Negara Asal: Jerman
Keterangan:
Bahan aktif : Permetrin 97, 5 g/ LS-bioaletrin 15 g/ LPiperonil Butoksida 112, 5 g/ l
LD50 > 9.280 mg/ kg ( oral) *
Resigen 1, 5/ 10 OS bersifat racun kontak dan perut, berbentuk larutan dalam minyak berwarna kekuningan( di campur dengan minyak tanah atau solar atau white oil ) . Kedua bahan aktif mampu bersinergi, sehingga mempercepat daya pukul ( knock down) dan daya bunuh ( killing agent) sekaligus. Dapat di aplikasi in door and out door dengan cara Thermal Fogging atau ULV pada waktu serangga beraktifitas ( pagi ; lalat, sore ; nyamuk) . Serangga sasaran : nyamuk, lalat dan lipas, sangat efectif untuk fogging/ ULV nyamuk dbd.
Thermal Fogging : Larutkan 100 ml resigen dg 9900 ml minyak/ solar ( 1+ 99) untuk mendapatkan larutan siap semprot. Dosis aplikasi 10 L larutan per-ha.
ULV : Larutkan 50 ml resigen dengan 450 ml minyak/ solar ( 1+ 9) untuk mendapatkan 500 ml larutan siap semprot. Dosis aplikasi adalah 500 ml per-ha.