ace inhibitor

26
Penggunaan kaptopril Pada Pasien Hipertensi dengan Diabetes Mellitus Posted on December 24, 2007 by farmakoterapi-info Penggunaan kaptopril Pada Pasien Hipertensi dengan Diabetes Mellitus (Surya Dwi Ariatma/078115033) Pendahuluan Hipertensi dan Diabetes melitus merupakan dua keadaan yang berhubungan erat dan keduanya merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan penanganan yang seksama. Hipertensi pada diabetes mellitus merupakan penyebab utama pada kematian dalam diabetes pada penyakit kardiovaskuler. Kelainan pada mata akibat diabetes melitus yang berupa retinopati diabetik juga dipengaruhi oleh hipertensi. Hipertensi secara umum adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih dan diukur lebih dari satu kali kesempatan, oleh karena itu jika dokter menyatakan tekanan darah anda diatas 140/90 berarti anda menderita hipertensi alias tekanan darah tinggi. Tabel Klasifikasi Tekanan Darah Untuk Pasien >18 Tahun Menurut Joint National Committee VII Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Tekanan Darah Diastolik (mmHg) Normal <120 <80 Prehipertensi 120-139 80-89 Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99 Hipertensi tingkat 2 ≥160 ≥100 Sasaran dan Tujuan Terapi

Upload: putriulfasani

Post on 21-Jun-2015

5.222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ACE Inhibitor

Penggunaan kaptopril Pada Pasien Hipertensi dengan Diabetes   Mellitus

Posted on December 24, 2007 by farmakoterapi-info

Penggunaan kaptopril Pada Pasien Hipertensi dengan Diabetes Mellitus(Surya Dwi Ariatma/078115033)

PendahuluanHipertensi dan Diabetes melitus merupakan dua keadaan yang berhubungan erat dan keduanya merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan penanganan yang seksama. Hipertensi pada diabetes mellitus merupakan penyebab utama pada kematian dalam diabetes pada penyakit kardiovaskuler. Kelainan pada mata akibat diabetes melitus yang berupa retinopati diabetik juga dipengaruhi oleh hipertensi.Hipertensi secara umum adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih dan diukur lebih dari satu kali kesempatan, oleh karena itu jika dokter menyatakan tekanan darah anda diatas 140/90 berarti anda menderita hipertensi alias tekanan darah tinggi.  

Tabel Klasifikasi Tekanan Darah Untuk Pasien >18 TahunMenurut Joint National Committee VII

Klasifikasi Tekanan Darah

Tekanan Darah Sistolik (mmHg)

Tekanan Darah Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99

Hipertensi tingkat 2 ≥160 ≥100

 Sasaran dan Tujuan TerapiPenderita tekanan darah tinggi perlu berupaya menormalkan tekanan darahnya. Sasaran pengobatan tekanan darah pada diabetes mellitus adalah mencapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah 130/80 mm Hg. Dan tujuan pengobatan dari hipertensi ini, yaitu mencegah terjadinya morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) kardiovaskuler akibat tekanan darah tinggi. Strategi TerapiStrategi penatalaksanaan hipertensi meliputi beberapa tahap yaitu, memastikan bahwa tekanan darah benar-benar mengalami kenaikan pada pengukuran berulang kali, menentukan target dalam penurunan tekanan darah, melakukan terapi non farmakologis meliputi pengamatan secara umum terhadap pola hidup pasien, kemudian terapi farmakologis meliputi pengoptimalan penggunaan obat tunggal anti-hipertensi dalam terapi, bila perlu berikan kombinasi penggunaan obat anti-hipertensi, dan melakukan monitoring secara rutin. Terapi hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu terapi non farmakologis (tanpa obat) dan terapi farmakologis (menggunakan obat).

Page 2: ACE Inhibitor

 Terapi non farmakologisTerapi non farmakologis dilakukan dengan modifikasi pola hidup yang berguna untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan diabetes mellitus. Modifikasi utama pola hidup yang dapat menurunkan tekanan darah antara lain penurunan berat badan pada kasus obesitas, kurangi asupan kalori, konsumsi buah dan sayur-sayuran, diet rendah lemak, diet rendah garam, menghindari konsumsi alkohol dan memperbanyak aktivitas atau olahraga. Modifikasi Pola Hidup dalam Penatalaksanaan Hipertensi

Modifikasi RekomendasiPerkiraan

penurunan tekanan darah (mmHg)

Penurunan berat badan

Menjaga berat badan normal (Body Mass Index 18,5-24,9 kg/m2)

5-20 per 10 Kg penurunan berat

badan

 Pola makan

Mengkonsumsi buah-buahan, sayuran, dan makanan rendah kadar

lemak

 8-14

Kurangi asupan natrium

Kurangi asupan natrium < 2,4 gram perhari

 2-8

Aktivitas fisikOlahraga teratur seperti aerobik ringan minimal 30 menit per hari

4-9

Kurangi alkohol

Membatasi konsumsi alkohol, pada pria tidak lebih dari 30 ml etanol per hari dan pada wanita tidak lebih dari

15 etanol ml per hari

 2-4

Terapi farmakologisAda beberapa golongan obat anti-hipertensi yaitu first line drug : diuretik, Penyekat reseptor beta adrenergic (β-blocker), Penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE inhibitor), Penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin-receptor blocker,ARB), antagonis kalsium, dan second line drug : penghambat saraf adrenergik, Agonis α-2 sentral dan vasodilator.Pada prinsipnya pengobatan hipertensi pada diabetes melitus tidak berbeda dengan pengobatan pada hipertensi pada penderita tanpa diabetes melitus.Yang perlu mendapatkan perhatian ialah bahwa efek samping obat anti-hipertensi dapat menimbulkan gangguan metabolik pada diabetes melitus. Oleh karena itu pengobatan harus diberikan dengan mengingat kepentingan secara individual dan tingkat kelainan metabolik yang ada.Semua pasien dengan diabetes dan hipertensi dapat diatasi dengan pemberian antihipertensi yang lainnya termasuk ACE Inhibitor atau ARB. Secara farmakologi, kedua golongan obat ini memberikan nephrotection memperlihatkan vasodilatasi oleh karena arteriole pada ginjal. Lebih dari itu inhibitor-inhibitor ACE mempunyai pengurangan resiko yang besar sekali ditunjukkan data pengurangan pada kedua resiko kardiovaskular (kebanyakan dengan ACE inhibitor) dan resiko dari kelainan fungsi tubuh ginjal yang progresif (kebanyakan dengan ARBs) pada pasien-pasien diabetes.

Page 3: ACE Inhibitor

Terapi obat pilihan dalam artikel ini adalah kaptopril yang merupakan golongan obat antihipertensi ACE inhibitor.Enzim pengkonversi angiotensin (ACE) memfasilitasi terbentuknya angiotensin II yang mempunyai peran penting dalam pengaturan tekanan darah arteri. Enzim pengkonversi angiotensin (ACE) terdistribusi dalam banyak jaringan dan terdapat dalam beberapa tipe sel yang berbeda, tetapi secara umum ACE terletak pada sel endotelial. Oleh karena itu, produksi utama angiotensin II terletak di pembuluh darah bukan di ginjal. Obat-obat golongan ini diindikasikan untuk hipertensi pada diabetes mellitus dan hipertensi pada diabetes dengan nefropati. Pada beberapa pasien, obat golongan ini menyebabkan penurunan tekanan darah yang sangat cepat.OBAT PILIHAN ► KAPTOPRILIndikasi : hipertensi ringan sampai sedang (sendiri atau dengan terapi tiazid) dan hipertensi berat yang resisten terhadap pengobatan lain; gagal jantung kongestif (tambahan); setelah infark miokard; nefropati diabetic (mikroalbuminuria lebih dari 30 mg/hari) pada diabetes tergantung insulin.Kontraindikasi : hipersensitif terhadap penghambat ACE (termasuk angiodema); penyakit renovaskuler (pasti atau dugaan); stenosis aortic atau obstruksi keluarnya darah dari jantung; kehamilan; hipertensi dengan gejala hiponatrium; anuria; Laktasi; gagal ginjal.Efek Samping : ruam kulit, pruritus, muka kemerahan, batuk kering; gangguan pengecapan; hipotensi; gangguan gastrointestinal, proteinuria. Jarang, netropenia, takikardi, angiodema.Aturan pakai : Diberikan dalam keadaan perut kosong (1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan).Dosis : hipertensi ringan sampai dengan sedang awal 12,5 mg 2 x sehari. Pemeliharaan : 25mg 2xsehari, dapat ditingkatkan dengan selang waktu 2-4 minggu. Maksimal 50 mg dua kali sehari. Hipertensi berat awal 12,5 mg 2 x sehari, dapat ditingkatkan bertahap sampai dengan maksimal 50 mg 3 x sehari.Resiko Khusus : pada pasien dengan stenosis arteri ginjal bilateral yang berat, penghambat ACE mengurangi atau meniadakan filtrasi glomerolus sehingga menyebabkan gagal ginjal yang berat dan progresif. Pada wanita hamil dapat mengganggu pengendalian tekanan darah janin dan bayi neonatus, serta mengganggu fungsi ginjalnya; juga bisa mengakibatkan kerusakan tengkorak dan oligohidramnios. Pada ibu menyusi, kaptopril didistribusikan ke air susu sehingga tidak direkomendasikan untuk menyusui saat menggunakan kaptoprilMacam-macam obat KaptoprilKaptopril (Generik) Tablet 12,5 mg, 25 mg, 50 mg.Acepress (Bernofarm) Tablet 12,5 mg, 25 mg.Capoten (Bristol-Myers Squibb) Tablet 12,5 mg, 25 mg, 50 mg.Captensin (Kalbe Farma) Tablet 12,5 mg, 25 mg.Kaptopril Hexparm (Hexparm) Tablet 12,5 mg, 25 mg, 50 mg.Forten (Hexparm) Tablet 25 mg, 50 mg.Casipril (Tunggal Idaman Abadi) Tablet 12,5 mg, 25 mg.Dexacap (Dexa Medica) Tablet 12,5 mg, 25 mg, 50 mg.Farmotten (Fahrenheit) Tablet 12,5 mg, 25 mg.Lotensin (Kimia Farma) Tablet 12,5 mg, 25 mg.Locap (Sandoz) Tablet 25 mg.Tenofax (Sandoz) Tablet 12,5 mg, 25 mg.Metopril (Metiska Farma) Tablet Salut Selaput 12,5 mg, 25 mg, Kaplet Salut Selaput 50 mg.Otoryl (Otto) Tablet 25 mg.Praten (Prafa) Tablet 12,5 mg, 25 mg.Scantesin (Tempo Scan Pacific) Tablet 12,5 mg, 25 mg.Tensobon (Coronet) Tablet 25 mg. 

Page 4: ACE Inhibitor

Daftar PustakaAnonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Dep. Kes. RI, JakartaAnonim, 2006, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, edisi 6, Info Master, Indonesia Dipiro, J. T., 1997, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 3rd Edition, Appeton & Lange, StamfordNafrialdi, 2007, Antihipertensi, dalam Gunawan, S.G (Editor), Farmakologi dan Terapi, Edisi V, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Penggunaan Captopril [Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor] pada Terapi   Hipertensi

Page 5: ACE Inhibitor

Posted on December 22, 2007 by farmakoterapi-info Penggunaan Captopril [Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor]

pada Terapi Hipertensi  

(Willy Hartanto, S. Farm. / 078115071)

 

Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg

atau tekanan diatolik di atas 90 mmHg serta menjadi faktor resiko utama penyebab coronary artery

disease (CAD), gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Prevalensi terjadinya hipertensi meningkat

seiring dengan pertambahan usia.  

 Tabel Klasifikasi Tekanan Darah berdasarkan JNC (Joint National Committe on Prevention,

Detection, Evaluation, and treatment oh High Blood Pressure) VII

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)Normal < 120 < 80

Prehipertensi 120 – 139 80 – 89Hipertensi stage 1 140 – 159 90 – 99Hipertensi stage 2 ≥ 160 ≥ 100

 Secara umum, hipertensi dapat disebabkan oleh makanan; stres; rokok; obat-obatan yang berupa

kontrasepsi oral dan kortikosteroid; serta kehamilan. Sebagian besar pasien (70%) tidak menyadari

bahwa mereka mengalami hipertensi karena pasien hipertensi terlihat sehat dan tidak menunjukkan

gejala yang spesifik. Faktor-faktor yang dapat memperbesar resiko terjadinya hipertensi antara lain

pria berusia di atas 55 tahun atau wanita di atas 65 tahun; menderita diabetes melitus dan/atau

dislipidemia, mikroalbuminuria, obesitas; mempunyai riwayat keluarga penyakit jantung; jarang

beraktivitas (olahraga); perokok; alkoholik.

Hipertensi ditandai dengan peningkatan tekanan darah di sekitar kategori prehipertensi dan

sebagian besar pasien tidak menunjukkan gejala yang spesifik. Diagnosis hipertensi sejak dini dapat

mencegah resiko penyakit kardiovaskuler serta mengurangi resiko morbiditas dan mortalitas.

Pemeriksaan dini terhadap hipertensi dapat dilakukan dengan pengukuran tekanan darah secara

berkala, pemeriksaan target organ damage akibat hipertensi (otak, mata, jantung, ginjal dan sistem

sirkulasi darah perifer).

Sasaran terapi dalam pengobatan hipertensi adalah tekanan darah. Tujuan terapi antihipertensi

adalah menurunkan tekanan darah ke tekanan darah yang disarankan oleh JNC VII, yaitu di bawah

140/90 mmHg (pasien hipertensi); di bawah 130/80 mmHg (pasien hipertensi dengan komplikasi

diabetes melitus); dan di bawah 130/80 mmHg (pasien hipertensi dengan komplikasi gagal ginjal

kronis). Strategi terapi dapat dilakukan dengan terapi nonfarmakologi maupun terapi farmakologi.

Terapi nonfarmakologi dapat dilakukan dengan mengubah pola hidup pasien hipertensi. Banyak

mengkonsumsi buah-buahan, sayuran, dan makanan rendah lemak dapat menurunkan tekanan darah.

Pengubahan pola hidup dapat berupa penurunan berat badan jika overweight; membatasi konsumsi

alkohol (< 30ml/hari untuk pria dan <15ml/hari untuk wanita); berolahraga teratur (30-45 menit/hari);

Page 6: ACE Inhibitor

mengurangi konsumsi garam (< 100 mmol/hari atau 6 gram NaCl); mempertahan konsumsi natrium,

kalsium, magnesium yang cukup (± 90 mmol/hari); dan berhenti merokok.

Terapi farmakologi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan antihipertensi yang

berupa golongan diuretik, Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor, β-adrenergic blockers,

Angiotensin Receptor Blockers (ARB), Calcium Channel Blockers (CCB).

ACE inhibitor merupakan antihipertensi yang efektif dan efek sampingnya dapat ditoleransi

dapat dengan baik. Efek samping penggunaan ACE inhibitor antara lain sakit kepala, takikardi

(peningkatan denyut jantung), berkurangnya persepsi pengecapan, dizziness (ketidakseimbangan saat

berdiridari posisi duduk atau tidur), nyeri dada, batuk kering, hiperkalemia, angiodema, neutropenia,

dan pankreatitis. ACE inhibitor dapat digunakan sebagai obat tunggal maupun dikombinasikan

dengan obat lain (biasanya dikombinasikan dengan diuretik). Selain sebagai antihipertensi, ACE

inhibitor juga dapat digunakan sebagai vasodilator, terapi congestive heart failure (CHF), left

ventricular dysfunction, myocardial infarction, dan diabetes melitus.

ACE inhibitor bekerja dengan menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II.

Angiotensin II bekerja di ginjal dengan menahan ekskresi cairan (Na+ dan H2O) yang dapat

menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan tahanan perifer. Meningkatnya tahanan perifer akan

berefek pada peningkatan tekanan darah. Dengan adanya ACE inhibitor maka tidak akan terbentuk

angiotensin II, mengurangi retensi cairan, terjadi vasodilatasi, dan mengurangi kerja jantung.

ACE inhibitor dikontraindikasikan untuk wanita hamil karena ACE inhibitor dapat menembus

plasenta. ACE inhibitor dihubungkan dengan fetal hypotension, oliguria serta kematian pada manusia,

dan fetotoxicity pada hewan uji. Informasi yang perlu diketahui pasien hipertensi terhadap ACE

inhibitor antara lain tetap menggunakan ACE inhibitor walau sudah mencapai tekanan darah normal

karena hipertensi tidak mempunyai gejala yang spesifik. ACE inhibitor tidak dapat menyembuhkan

hipertensi, akan tetapi hanya dapat mengontrol hipertensi dengan terapi jangka panjang. Pasien

dianjurkan untuk tidak menggunakan obat-obatan lain khususnya OWA simpatomimetik, kecuali atas

rekomendasi dokter. Pasien harus segera menghubungi dokter jika pasien mengalami kehamilan

selama menggunakan ACE inhibitor.

Jenis ACE inhibitor yang dapat digunakan sebagai antihipertensi antara lain Benazepril,

Captopril, Enalapril, Fosinopril, Lisinopril, Moexipril, Perindropil, Quinapril, Ramipril, Trandolapril.

Salah satu golongan ACE inhibitor yang paling banyak digunakan sebagai antihipertensi adalah

Captopril. Captopril sebagai dosis tunggal mempunyai durasi selama 6-12 jam dengan onset 1 jam.

Captopril diabsorpsi sebanyak 60-75% dan berkurang menjadi 33-40% dengan adanya makanan serta 

25-30% Captopril akan terikat protein. Waktu paruh Captopril dipengaruhi oleh fungi ginjal dan

jantung di mana waktu paruh Captopril pada volunteers sehat dewasa 1,9 jam; pasien CHF 2,06 jam;

dan pasien anuria 20-40 jam. Captopril diekskresikan melalui urin (95%) dalam waktu 24 jam.

Captopril

Nama generik                     : Kaptopril tablet 12,5 mg; 25 mg; 50 mg

Page 7: ACE Inhibitor

Nama dagang di Indonesia   :

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Acendril® (Harsen) tablet 12,5 mg; 25 mg

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Acepress® (Bernofarm) tablet 12,5; 25 mg

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Capoten® (Bristol-Myers Squibb Indonesia)

tablet 12,5 mg; 25 mg; 50 mg

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Captensin® (Kalbe Farma) tablet 12,5; 25 mg

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Captopril Hexpharm® (Hexpharm) tablet 12,5;

25 mg; 50 mg

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Casipril® (Tunggal Idaman Abdi) tablet 12,5

mg; 25 mg

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Dexacap® (Dexa Medica) tablet 12,5 mg; 25

mg; 50 mg

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Farmoten® (Fahrenheit) tablet 12,5 mg; 25 mg

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Forten® (Hexpharm Jaya) kaplet 25 mg; tablet

50 mg

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Locap® (Sandoz) tablet 25 mg

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Lotensin® (Kimia Farma) kaplet 12,5 mg; tablet

25 mg

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Inapril® (Indofarma) tablet 25 mg

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Metopril® (Metiska) tablet salut selaput 12,5

mg; 25 mg; kaplet salut selaput 50 mg

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Otoryl® (Otto) tablet 25 mg; kapsul-tablet 50

mg

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Praten® (Prafa) kaplet 12,5 mg; 25 mg

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Prix® (Rama) tablet 12,5 mg; 25 mg

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Scantensin® (Tempo Scan Pacific) tablet 12,5

mg; 25 mg; 50 mg

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Stablon® (Combiphar) tablet salut gula 12,5 mg

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Tenofax® (Prima Hexal) tablet 12,5; 25 mg

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Tensicap® (Sanbe Farma) tablet 12,5 mg; 25

mg; 50 mg

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Tensobon® (Coronet Crown) tablet 25 mg

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Vapril® (Phapros) tablet 12,5 mg; 25 mg

Indikasi                               : antihipertensi, left ventricular disfunction yang disertai myocardial

infarction, diabetes nefropati, vasodilator, CHF

Page 8: ACE Inhibitor

Kontrindikasi                       : hipersensitivitas terhadap Captopril, angiodema yang disebabkan

oleh penggunaan ACE inhibitor sebelumnya, wanita hamil dan

menyusui

Bentuk sediaan                    : tablet, tablet salut selaput, tablet salut gula, kaplet, kaplet salut

selaput, kapsul-tablet

Dosis                                  : sebagai antihipertensi pada orang dewasa (oral)

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Dosis awal                 : 12,5-25 mg 2-3 kali/hari

yang dapat ditingkatkan 12,5-25 mg dalam 1-2 minggu menjadi

50 mg 3 kali/hari

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Dosis perawatan        : 50 mg 3 kali/hari

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Dosis maksimum        : 150 mg 3 kali/hari

Aturan pakai                       :

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Diberikan dalam keadaan perut kosong (1 jam

sebelum makan atau 2 jam setelah makan)

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Captopril digunakan setelah penggunaan

antihipertensi lain dihentikan selama 1 minggu, kecuali pada pasien dengan accelerated

or malignant hypertension atau hipertensi yang sulit dikontrol

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Pasien yang tidak dapat menggunakan sediaan

padat secara oral dapat dibuat larutan oral Captopril dengan cara menyerbuk 25 mg tablet

Captopril yang dilarutkan dalam 25 atau 100 ml air dan diaduk hingga bercampur lalu

segera diminum tidak lebih dari 10 menit karena sifat Captopril yang tidak stabil dalam

bentuk larutan

Efek samping                      : ruam, berkurangnya persepsi pengecapan, sakit kepala, batuk

kering, hipotensi sementara, neutropenia, proteinurea

Resiko khusus                     :

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Kehamilan                 : faktor resiko C pada

trimester pertama (penelitian dengan hewan uji terbukti terjadi

teratogenik pada janin tetapi tidak ada kontrol penelitian pada

wanita atau penelitian pada hewan uji dan wanita pada saat yang

bersamaan dan obat dapat diberikan jika terdapat kepastian

bahwa pertimbangan manfaat lebih besar daripada resiko pada

janin) dan faktor resiko D pada trimester kedua dan ketiga

(potensial terjadi resiko teratogenik pada janin manusia)

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Menyusui                   : Captopril didistribusikan

ke air susu sehingga tidak direkomendasikan untuk menyusui

saat menggunakan Captopril

Page 9: ACE Inhibitor

 

Daftar Pustaka

Anderson, P.O., Knoben, J.E., and Troutman, W.G., 2002, Handbook of Clinical Drug Data, 10th

edition, 326-327, McGraw-Hill Companies, Inc., USA

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 47-53, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta

Anonim, 2005, USP DI-Volume I : Drug Information for the Health Care Professional, 25th

edition, 195-197, Thomson Micromedex, USA

Anonim, 2006, Informasi Spesialite Obat Indonesia, volume 41, 39, 270-277, Ikatan Sarjana

Farmasi Indonesia, Jakarta

Anonim, 2006, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, edisi 2006-2007, 39-43, PT InfoMaster

lisensi dari CMPMedica, Jakarta

Chan, P.D., and Johnson, M.T., 2004, Treatment Guidelines for Medicine and Primary Care, 2004

edition, 20-24, Current Clinical Strategies Publishing, USA

Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., and Lance, L.L., 2006, Drug Information Handbook,

14th edition, 262-264, Lexi-Comp, Inc., USA

Massie, B.M., 2002, Systemic Hypertension, in Tierney, L.M., McPhee, S.J., and Papadakis, M.A.,

(Eds.), Current Medical Diagnosis & Treatment, 41th edition, 460, 464-473, McGraw-Hill

Companies, Inc., USA

Warfield, C., 1996, Everything You Need to Know about Medical Treatments, 3-5, Springhouse,

Corp., USA

Penggunaan Amlodipin Sebagai   Antihipertensi Posted on December 28, 2007 by farmakoterapi-info

PENGGUNAAN AMLODIPIN SEBAGAI ANTIHIPERTENSISt. Layli Prasojo, S.Farm.(078115065)                

Page 10: ACE Inhibitor

I. SASARAN TERAPISecara umum, yang menjadi sasaran terapi pada penyakit hipertensi adalah tekanan darah. Berdasarkan mekanisme penurunan tekanan darah, sasaran terapi hipertensi secara khusus terbagi menjadi:1.       Sasaran pada tubula ginjal.Anti hipertensi yang bekerja di tubula ginjal bekerja dengan cara mendeplesi (mengosongkan) natrium tubuh dan menurunkan volume darah.2.       Sasaran pada saraf simpatis.Pengaruh anti hipertensi pada saraf simpatis yaitu menurunkan tahanan vaskuler perifer, menghambat fungsi jantung, dan meningkatkan pengumpulan vena di dalam pembuluh darah kapasitans.3.       Sasaran pada otot polos vaskuler.Anti hipertensi menurunkan tekanan darah dengan cara merelaksasi otot polos vaskular sehingga mendilatasi pembuluh darah resistans.4.       Sasaran pada angiotensinAnti hipertensi menyakat produksi angiotensin atau menghambat ikatan angiotensin dengan reseptornya, sehingga menyebabkan penurunan tahanan vaskular perifer dan volume darah.Sasaran terapi hipertensi dengan menggunakan amlodipin adalah pada otot polos vaskular. Hal ini berdasarkan mekanisme kerja dari amlodipin, yaitu sebagai inhibitor influks kalsium (slow chanel blocker atau antagonis ion kalsium), dan menghambat masuknya ion-ion kalsium transmembran ke dalam jantung dan otot polos vaskular. Ion kalsium berperan dalam kontraksi otot polos. Jadi dengan terhambatnya pemasukan ion kalsium mengakibatkan otot polos vaskuler mengalami relaksasi. Dengan demikian menurunkan tahanan perifer dan menurunkan tekanan darah.

II.                TUJUAN TERAPITujuan terapi hipertensi adalah menurunkan tekanan darah hingga taraf yang direkomendasikan. Tekanan darah yang disarankan oleh JNC7, yaitu :1.       Di bawah 140/90 mmHg2.       Untuk pasien dengan diabetes, di bawah 130/80 mmHg3.       Untuk pasien dengan penyakit gagal ginjal kronis, di bawah 130/80 mmHg (GFR < 60 ml/menit, serum kreatinin > 1,3 mg/dL untuk wanita dan > 1,5 mg/mL untuk pria, atau albuminuria > 300 mg/hari atau ≥ 200 mg/g kreatinin). 

III.             STRATEGI TERAPITerapi hipertensi dapat dibagi menjadi dua cara, yaitu:1.      Terapi non farmakologi. Terapi non farmakologi yaitu pengobatan tanpa menggunakan obat. Terapi non farmakologi pada hipertensi lebih ditekankan pada gaya hidup. Gaya hidup yang disarankan untuk penderita hipertensi antara lain: mengurangi asupan natrium (garam), mengurangi makan makanan berlemak, jangan merokok, hindari minuman beralkohol, olah raga secara teratur, dan hindari aktivitas fisik yang berat. 2.      Terapi farmakologi. Terapi farmakologi yaitu penanganan penyakit menggunakan obat. Obat-obat yang biasa digunakan pada terapi hipertensi adalah:a.       Diuretik. Diuretik bekerja dengan meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air, sehingga mengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel, sehingga tekanan darah menurun. Ada tiga golongan obat diuretik, yaitu:  tiazid (cth: Hidroklortiazid), diuretik kuat (cth: furosemid), dan diuretik hemat kalium (cth: Spironolakton).b.       β-blocker (Misal : propanolol, bisoprolol). Merupakan obat utama pada penderita hipertensi ringan sampai moderat dengan penyakit jantung koroner atau dengan aritmia. Bekerja dengan menghambat reseptor β1 di otak, ginjal dan neuron adrenergik perifer, di mana β1 merupakan reseptor yang bertanggung jawab untuk menstimulasi produksi katekolamin yang akan menstimulasi produksi renin. Dengan berkurangnya produksi renin, maka cardiac output akan berkurang yang disertai dengan turunnya tekanan darah.c.       α-blocker (Misal : Doxazosin, Prazosin). Bekerja dengan menghambat reseptor α1 di pembuluh darah sehingga terjadi dilatasi arteriol dan vena. Dilatasi arteriol akan menurunkan resistensi perifer. d.       Penghambat Renin Angiotensin System1). Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor/ACEI (Cth: Captopril, Enalapril)Bekerja dengan menghambat enzim peptidil dipeptidase yang mengkatalisis pembentukan angiotensin II dan pelepasan bradikinin (suatu senyawa vasodilator). Dengan demikian, akan  terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron yang menyebabkan terjadinya ekskresi

Page 11: ACE Inhibitor

natrium dan air, serta retensi kalium. Akibatnya terjadi penurunan TD.2). Angiotensin II Reseptor Antagonist/AIIRA (Cth: Losartan)Bekerja dengan bertindak sebagai antagonis reseptor angiotensin II yang terdapat di otot jantung, dinding pembuluh darah, sistem syaraf pusat, ginjal, anak ginjal, dan hepar sehingga efek sekresi aldosteron yang disebabkan oleh angiotensin II tidak terjadi. Akibatnya akan terjadi penurunan tekanan darah.Digunakan sebagai obat kombinasi dengan ACEI sebagai penurun TD yang efektif, karena kerja kedua kelas obat ini saling sinergi.e.  Calcium channel blocker (Cth: Nifedipin, Amlodipin). Bekerja dengan menghambat masuknya kalsium ke dalam otot polos pembuluh darah sehingga mengurangi tahanan perifer. Merupakan antihipertensi yang dapat bekerja pula sebagai obat angina dan antiaritmia, sehingga merupakan obat utama bagi penderita hipertensi yang juga penderita angina.

IV.              OBAT PILIHAN1. Nama Generik

      Amlodipin; sebagai garam amlodipin besilat atau amlodipin asetat.1. Nama Dagang di Indonesia

            Tensivask® (Pfizer), Norvask® (Dexa Medica), Divask® (Kalbe Farma)1. Indikasi

            Amlodipin diindikasikan untuk pengobatan hipertensi, dapat digunakan sebagai agen tunggal untuk mengontrol tekanan darah pada sebagian besar penderita hipertensi. Penderita hipertensi yang tidak cukup terkontrol jika hanya menggunakan anti hipertensi tunggal akan sangat menguntungkan dengan pemberian amlodipin yang dikombinasikan dengan diuretik thiazida, inhibitor β-adrenoreseptor, atau inhibitor angiotensin converting enzyme. Amlodipin juga diindikasikan untuk pengobatan iskemia myokardial, baik karena obstruksi fixed (angina stabil), maupun karena vasokonstriksi (angina varian) dari pembuluh darah koroner. Amlodipin dapat digunankan sebagai monoterapi atau kombinasi dengan obat-obat anti angina lain, terutama pada penderita angina yang sukar disembuhkan dengan nitrat dan atau dengan β-blocker pada dosis yang memadai.

1. Kontraindikasi            Amlodipin dikontraindikasikan pada pasien yang sensitif terhadap dihidropiridin.    

1. Bentuk sediaan      Amlodipin yang beredar di pasaran semuanya berada dalam bentuk sediaan tablet per oral dengan kekuatan 5 mg dan 10 mg.  

1. Dosis dan Aturan Pakai            Untuk hipertensi dan angina, dosis awal yang biasa digunakan adalah 5 mg satu kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan hingga maksimum 10 mg tergantung respon pasien secara individual dan tingkat keparahan penyakitnya. Untuk anak-anak, pasien lemah, dan usia lanjut atau pasien dengan gangguan fungsi hati dapat dimulai dengan dosis 2,5 mg amlodipin satu kali sehari. Dosis ini juga dapat digunakan ketika amlodipin diberikan bersama anti hipertansi lain.

1. Efek Samping            Efek samping pada kardiovaskular: Palpitasi; peripheral edema; syncope; takikardi, bradikardi, dan aritmia. Pada SSP: sakit kepala, pusing, dan kelelahan.  Pada kulit: dermatitis, rash, pruritus, dan urtikaria. Efek pada Saluran pencernaan: mual, nyeri perut, kram, dan tidak nafsu makan. Efek pada saluran pernafasan: nafas menjadi pendek-pendek, dyspnea, dan wheezing. Efek samping lain: Flushing, nyeri otot, dan nyeri atau inflamasi. Pada penelitian klinis dengan kontrol plasebo yang mencakup penderita hipertensi dan angina, efek samping yang umum terjadi adalah sakit kepala, edema, lelah, flushing, dan pusing.

1. Resiko Khususa.       Penggunaan pada pasien dengan kegagalan fungsi hatiWaktu paruh eliminasi amlodipin lebih panjang pada pasien dengan kegagalan fungsi hati dan rekomendasi dosis pada pasien ini belum ditetapkan. Sebaiknya perlu diberikan perhatian khusus penggunaan amlodipin pada penderita dengan kegagalan fungsi hatib.       Penggunaan pada wanita hamil dan menyusuiKeamanan penggunaan amlodipin pada wanita hamil dan menyusui belum dibuktikan. Amlodipin tidak menunjukan toksisitas pada penelitian reproduktif pada hewan uji selain memperpanjang parturisi (proses melahirkan) pada tikus percobaan

Page 12: ACE Inhibitor

yang diberi amlodipin 50 kali dosis maksimum yang direkomendasikan pada manusia. Berdasarkan hal itu, penggunaan pada wanita hamil dan menyusui hanya direkomendasikan bila tidak ada alternatif lain yang lebih aman dan bila penyakitnya itu sendiri membawa resiko yang lebih besar terhadap ibu dan anak.

V.                 PUSTAKA          Dipiro, J.T., 2005, Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, 6th edition, The McGraw-Hill   Company, USA         Katzung, G. dan Bertram, M., 2007, Basic and Clinical Pharmacology, 10th edition, The McGraw-Hill Company, USA          Tatro, David S., Pharm D, 2004, A to Z Drug Facts, 5th edition, 80-82, Wolters Kluwer Health, Inc., USA

Pengobatan Angina Pectoris Menggunakan Calcium Channel Blocker; Roulina Sihombing, S.Farm   (008115026) Posted on January 1, 2008 by farmakoterapi-info <!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->

Pendahuluan.

Page 13: ACE Inhibitor

Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan dada yang

khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri. Sakit dada

tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan suatu aktivitas dan segera hilang bila pasien

menghentikan aktivitasnya.

Angina (rasa nyeri) disebabkan oleh akumulasi metabolit di dalam otot bergaris. Angina pectoris

merupakan rasa nyeri pada dada parah yang terjadi ketika aliran darah koroner tidak memadai untuk

memasok oksigen yang dibutuhkan oleh jantung. Penyebab utama angina pectoris adalah suatu

ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen jantung dengan jumlah oksigen yang dipasok ke jantung

melalui pembuluh darah koroner. Gangguan keseimbangan ini dapat terjadi apabila suplai menurun

(misalnya aterosklerosis atau spasme koroner) atau kebutuhan meningkat (misalnya kerja fisik).

Penanganan angina pectoris harus dilakukan dengan segera dan meliputi pemberian obat-obatan,

menghilangkan factor predisposisi dan pencetus dan sebagainya.Tujuan pegobatan angina adalah

mengembalikan aliran darah koroner fisiologis pada jaringan jantung iskemik dan/atau mengurangi

kebutuhan oksigen otot jantung.

Pemberian obat antiangina bertujuan untuk (1) mengatasi atau mencegah serangan akut angina

pectoris dan (2) pencegahan jangka panjang serangan angina. Tujuan inidapat dicapai dengan

mengembalikan imbangan dan mencegah terjadinya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen miokard, dengan cara meningkatkan suplai oksigen (meningkatkan aliran darah koroner) ke

bagian miokard yang iskemik dan/atau mengurangi kebutuhan oksigen jantung (mengurangi kerja

jantung).

2. Calcium channel blocker (CCB)

<!--[endif]-->Calcium channel blocker atau sering disebut penyakat-kanal-kalsium adalah sekelompok obat

yang bekerja dengan menghambat masuknya ion Ca²+ melewati slow channel yang terdapat pada

membran sel (sarkolema). Berdasarkan struktur kimianya, CCB dapat dibedakan atas 5 golongan

obat: (1) Dyhidropyridine (DHP) : Amilodipine, Felodipine, Isradipine, Nicardipine, Nifedipine,

Nimodipine, Nisoldipine, Nitrendipine. (2) Dyphenilalkilamine : Verapamil dll (3) Benzotiazepin :

Diltiazem dll, (4) Piperazine : Sinarizine dll, (5) lain-lain : Bepridil dll.

Beberapa tipe penyakat-kanal-kalsium adalah tipe L (tempat ditemukan: Otot,saraf), tipe T

(tempat ditemukan : jantung, saraf), tipe N (tempat ditemukan : saraf), tipe P (tempat ditemukan saraf

purkinje serebral).

Cara kerja kanal kalsium tipe L merupakan tipe yang dominan pada otot jantung dan otot

polos dan diketahui terdiri dari beberapa reseptor obat. Telah dibuktikan bahwa ikatan nifedipine dan

dyhidropyridine lainnya terdapat pada satu situs, sedangkan verapamil dan diltiazem diduga

mengadakan ikatan pada reseptor yang berkaitan erat, tetapi tidak identik pada regio lainnya. Ikatan

obat pada reseptor verapamil atau diltiazem juga mempengaruhi pengikatan dyhidropyridine. Region

reseptor tersebut bersifat stereoselektif, karena terdapat perbedaan yang mencolok baik dalam afinitas

Page 14: ACE Inhibitor

pengikatan stereoisomer maupun potensi farmakologis pada enansiomer verapamil, diltiazem dan

kongener nifedipin yang secara optis aktif.

Penyakatan oleh obat tersebut menyerupai penyakatan pada kanal natrium oleh anastetika

local : obat tersebut bereaksi dari sisi dalam membrane dan mengikat lebih efektif pada kanal di

dalam membrane yang terdepolarisasi. Pengikatan obat tersebut diduga mengubah cara kerja kanal,

dari terjadinya pembukaan secara konsisten setelah depolarisasi, ke cara lain yang jarang terjadi

pembukaan tersebut. Hasilnya adalah penurunan mencolok pada arus kalsium transmembran yang

dihubungkan dengan relaksasi otot polos yang berlangsung lama dan di dalam otot jantung dengan

penurunan kontraktilitas di seluruh jantung dan penurunan kecepatan pacemaker pada nodus sinus

dan penurunan kecepatan konduksi pada nodus atrioventrikuler. Respons otot polos terhadap aliran

masuk kalsium melalui kanal kalsium yang dioperasikan reseptor juga menurun pada penggunaan

obat tersebut, tetapi tidak begitu mencolok. Penyekatan tersebut berubah secara parsial dengan

peningkatan konsentrasi kalsium,meskipun kadar kalsium yang diperlukan tidak dapat diperoleh

dengan mudah. Penyakatan juga dapat berubah secara parsial dengan penggunaan obat yang dapat

meningkatkan aliran kalsium transmembran, seperti simpatomimetika.

Tipe kanal kalsium lainnya kurang sensitive terhadap penyakatan oleh penyakatan kanal

kalsium. Oleh karena itu, jaringan dengan tipe kanal tersebut memainkan peran utama- neuron dan

sebagian besar kelenjar sekresi-kurang dipengaruhi oleh obat tersebut dibandingkan dengan otot

jantung dan otot polos.

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Preparat yang tersedia

<!--[if !supportLists]-->a) <!--[endif]-->Amilodipine

Nama Generik: Amlodipine tablet 5mg, 10mg.

Nama Dagang: Tensivask® (Dexa Medica) tablet 5mg; 10mg, Norvask® (Pfizer) tablet 5mg,

10mg.

Indikasi: Hipertensi, Angina.

Kontraindikasi: Hipersensitivitas terhadap dyhidropiridine.

Efek samping: sakit kepala, udema, letih, somnolensi, mual, nyeri perut, kulit memerah, palpitasi,

pening.

Peringatan: ganguan fungsi ginjal dan hati, kehamilan dan menyusui, anak-anak dan orang tua.

Dosis dan aturan pakai: 1x sehari 1 tablet 5mg atau 10mg; Angina dosis awal 1x sehari 2,5mg,

dosis maksimum 1x sehari 10mg.

Bentuk sediaan obat : Tablet.

<!--[if !supportLists]-->b) <!--[endif]-->Diltiazem

Nama Generik: Diltiazem tablet 30mg, 60mg.

Nama Dagang: Carditen® (Dankos) tablet 30mg; 60mg, Delbres® (Harsen) tablet 30mg, 60mg,

Dilmen® (Sanbe Farma, A. Menarini) tablet 60mg, Diltan® (Harsen) tablet 60mg, 90mg/kapsul

Page 15: ACE Inhibitor

SR, Farmabes® (Fahrenheit) tablet 30mg, Herbesser®/ Herbesser 60®/ Herbesser 90 SR®/

Herbesser 180 SR®/ Herbesser CD 100® / Herbesser CD200® (Tanabe Indonesia) tablet 30mg,

60mg, Herbesser injection® (Tanabe Indonesia), Racordil® (Rama Farma) 30mg; 60mg/tablet.

Indikasi: Hipertensi, Angina pectoris.

Kontraindikasi: gagal ginjal parah, wanita hamil,hipersensitivitas, hipotensi, bradikardia, Sick

Siannus Syndrome, A-V Blok

Efek samping: -

Peringatan: -

Dosis dan aturan pakai: Angina Pectoris 3x sehari 1 tablet 30mg, Herbesser 3x sehari 1 tablet

dapat ditingkatkan menjadi 60mg (3x sehari 1 tablet) Herbesser 90 SR : 2x sehari 1 kapsul;

Herbesser 180 SR : 1x sehari 1 kapsul; Herbesser CD: Hipertensi esensial ringan sampai sedang :

100-200 sekali sehari; angina pectoris,angina pectoris tipe varian : 100mg sekali sehari, Herbesser

injection dewasa bolus injeksi iv 10mg selama 1-3menit, kemudian dilanjutkan dengan drop

infuse iv; takiaritmia dan angina tidak stabil: 1-5mcg/kgBB permenit; 5-15 mcg/kgBB permenit.

Bentuk sediaan obat : Tablet dan Injeksi.

<!--[if !supportLists]-->c) <!--[endif]-->Felodipine

Nama Generik: Felodipine tablet 2,5mg, 5mg, 10mg.

Nama Dagang: Nirmadil® (Fahrenheit) tablet 5mg, Plendil® (AstraZeneca) tablet 2,5mg, 5mg,

10mg.

Indikasi: Hipertensi, Angina pectoris.

Kontraindikasi: Wanita menyusui, kehamilan termasuk tahap dini.

Efek samping: -

Peringatan: -

Dosis dan aturan pakai: 1x sehari 1 tablet, dosis awal mulai 2,5mg selanjutnya 5-10mg.

Bentuk sediaan obat : Tablet.

<!--[if !supportLists]-->d) <!--[endif]-->Nifedipine

Nama Generik: Nifedipine tablet 5mg, 10mg.

Nama Dagang: Adalat® (Bayer) tablet 5mg; 10mg, Adalat Oros® (Bayer) tablet 20mg, 30mg,

60mg, Adalat Retard® (Bayer) tablet 20mg, Calcianta® (Armoxindo) tablet 5mg, 10mg, Carvas®

(Meprofarm) tablet 10mg, Cordalat® (kimia farma) tablet 10mg, Coronipin® (Dexa Medica,

Leiras) tablet 10mg, Farmalat® (Fahrenheit) tablet 5mg, 10mg, Fedipin® (Medikon) tablet 10mg,

Infacard® (Indofarma) tablet 10mg, Kemolat® (Phyto Kemo Agung) tablet 10mg, Nifecard®

(Armoxindo) tablet 10mg, 20mg/tablet retard, Nifedin® (Sanbe Farma) tablet 10mg, Niprocor®

(Yekatria farma) tablet 10mg, Vasdalat® (Kalbe Farma) tablet 5mg; 10mg, Vasoner® (Harsen)

tablet 10mg, Xepalat® (Metiska Farma) tablet 5mg; 10mg, Zendalat® (Zenith) tablet 5mg; 10mg.

Page 16: ACE Inhibitor

Indikasi: terapi dan propilaksi gangguan koroner, terutama angina pectoris, hipertensi, insufisiensi

koroner kronik

Kontraindikasi: wanita hamil dan menyusui, syok kardiogenik, hipersensitivitas,

Efek samping: ringan dan hanya sementara, rasa panas, rasa berat kepala, mual dan pusing, udem

subcutan, hipotensi dan palpitasi.

Peringatan: dapat meningkatkan aktivitas sediaan yang menurunkan tekanan darah dan

penghambat beta reseptor.

Dosis dan aturan pakai: diberi dosis tunggal atau 3x sehari 5mg-10mg sebelum makan; Angina

dosis awal 1x sehari 2,5mg, dosis maksimum 1x sehari 10mg.

Bentuk sediaan obat : Tablet.

<!--[if !supportLists]-->e) <!--[endif]-->Nimodipine

Nama Generik: Nimodipine tablet 30mg.

Nama Dagang: Nimotop® (Bayer) tablet 30mg; 10mg/50ml botol infuse.

Indikasi: Antagonis kalsium diindikasikan untuk terapi defisit neurologik iskemik pada

pendarahan subaraknoid traumatik dan spontan.

Kontraindikasi: -

Efek samping: -

Peringatan: -

Dosis dan aturan pakai: 6x sehari1-2 tablet selama 21 hari atau infuse 2,5 ml perjam selama 5-7

hari lalu dilanjutkan tablet 6x sehari sampai hari ke-21infus: 0,5mg (2,5ml larutan infuse) per jam

selama 2 jam bila toleransi baik, dosis ditingkatkan menjadi 1mg (5ml larutan infuse) per jam

Bentuk sediaan obat : Tablet dan Infus.

<!--[if !supportLists]-->f) <!--[endif]-->Verapamil

Nama Generik: Verapamil tablet 80mg.

Nama Dagang: Cardiover® (Landson) tablet 80mg, Isoptin/ Isoptin SR® (Tunggal IA, Knoll)

tablet 80mg, 240mg/kaplet.

Indikasi: Angina pectoris

Kontraindikasi: hipotensi atau syok kardiogenik, gangguan konduksi(AV blok tingkat 2 dan 3, SA

blok), sick sinus syndrome, penderita dengan atrialflutter atau fibrasi atrial dan accessory by pass

tract, misalnya wolf Parkinson.

Efek samping: ortostastik hipotensi, musl, konstipasi, sakit kepala, gelisah.

Peringatan: -

Dosis dan aturan pakai: dewasa 3x sehari 1 tablet ½ jam sebelum makan

Bentuk sediaan obat : Tablet.

Page 17: ACE Inhibitor

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006, ISO (Informasi Spesialite Obat Indonesia) Volume 41, Penerbit Ikatan Sarjana

Farmasi Indonesia, PT Anem Kosong Anem (AKA): Jakarta.

Katzung, Bertram G, 2001, Basic & Clinical Pharmacology Eighth edition, Edisi Bahasa Indonesia,

Buku I, penerjemah Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Salemba

Medika, Jakarta.

Setiawati, Arini., dkk, 1995, Farmakologi dan terapi, edisi IV, Bagian Farmakologi Fakultas

Kedokteran UI, Jakarta.

Trisnohadi, Hanafi B., dkk, 1996, Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, edisi III, balai penerbit

FKUI, Jakarta