acara vii kesadahan
TRANSCRIPT
ACARA VII
TITRASI PEMBENTUKAN SENYAWA KOMPLEKS
PENETAPAN KESADAHAN AIR
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM1. Tujuan Praktikum : - Standarisasi larutan Na-EDTA dengan CaCl2.
- Menentukan kesadahan total dalam air sampel.
2. Hari, Tanggal Praktikum : Kamis, 9 Desember 2010
3. Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia Dasar, lantai III, Fakultas MIPA,
Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORITitrasi pembentukan senyawa kompleks disebut juga sebagai titrasi kompleksometri.
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi yang berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks
(ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri merupakan jenis titrasi
dimana titran dan titran saling mengompleks, membentuk hasil berupa kompleks.reaksi-
reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Reaksi yang terjadi meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks atau pun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi
dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat
kelarutan yang tinggi (Khopkar, 2002 : 76).
Senyawa kompleks terbentuk dari suatu reaksi ion logam yaitu kation dengan suatu
anion atau molekul netral. Ion logam di dalam kompleks disebut atom pusat, dan kelompok
yang terikat pada atom pusat disebut ligan. Jumlah ikatan terbentuk oleh atom logam pusat
disebut bilangan koordinasi dari logam. Reaksi yang membentuk kompleks dapat dianggap
sebagai reaksi asam basa lewis dengan ligan bekerja sebagai basa dengan memberikan
sepasang electron kepada kation yang merupakan suatu asam. Ikatan yang terbentuk antara
atom logam pusat dan ligan sering kovalen, tetapi dalam beberapa keadaan interaksi dapat
merupakan gaya penarik coulomb (Day ada Underwood, 1981 : 191).
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan
salah satu jenis asam amina polikarboksilat. Suatu EDTA dapat membentuk senyawa
kompleks yang mantap dengan sejumlah ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang
tidak efektif. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan
suatu ion logam lewat kedua itrogen dan keempat gugus karboksilnya atau disebut ligan
mulitidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul. Yakin
memepunyai 2 atom nitrogen penyumbang dan 4 atom oksigen penyumbang dalam molekul.
Dalam larutan asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna
kompleks logam yang mnghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam
ada dalam larutan tersebut, maka titrasi EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam
yang ada dalamlarutan tersebut (Harjadi, 1993 : 84).
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air yang berupa
unsur logam atau kation. Pada umumnya kesadahan disebabkan oleh adanya ion Ca
(kalsium)dan Mg (magnesium) dalam bentuk garam karbonat. Kalsium dalam air
mempunyai kemungkinan bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat, klorida, dan nitrat.
Sementara, magnesium dalam air bereaksi dengan bikarbonat, sulfat dan klorida. Kesadahan
air terdiri dari kesadahan air sementara yang disebabkan oleh garam-garam klorida atau
sulfida dari Ca/Mg. Kesadahan air sementara dapat dihilangkan dengan pemanasan,
sedangkan kesadahan air tetap tidak dapat dihilangkan dengan pemanasan (Petrucci, 1992 :
45).
Kesadahan seluruhnya disebut kesadahan total yang dimana konsentrasi ion logam
alkali tanah, dinyatakan sebagai mg/Liter setara dengan CaCO3. Pengukuran kesadahan
biasanya hanya meliputi ion kalsium. Untuk menentukan apakah dalam larutan mengandung
kesadahan total air maka digunakan larutan EDTA, dengan menggunakan aksi indicator.
Larutan EDTA berfungsi sebagai larutan standar atau pentiter dan menggunakan indicator
neorexin untuk menentukan titik ekivalen pada akhir titrasi dengan melihat terjadinya
perubahan warna (Rival, 1995 :137).
Salah satu parameter kimia dalam persyaratan kualitas air adalah jumlah kandungan
unsure Ca2+ dan Mg2+ dalam air yang keberadaannya disebut kesadahan air. Kesadahan dalam
air sangat tidak dikehendaki baik untuk penggunaan rumah tangga maupun untuk
penggunaan industry. Maka dari itu, diperlukan usaha untuk menghilangkan kesadahan
dalam air, yaitu dengan pemanasan, pengendapan kimia, proses soda kaustik, proses
stabilisasi, proses kelunakan, dan proses rekarbonasi. Pada proses pemanasan, kesadahan air
sementara saja yang bisa dihilangkan karena mengandungkan Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2
yang jika dipanaskan akan membentuk endapan CaCO3 dan MgCO3. Sementara itu, di dalam
proses penghilangan kesadahan air dengan pengendapan kimia tujuannya adalah untuk
membentuk garam-garam yang tidak larut, sehingg dapat diendapkan dan dipisahkan dengan
air. Pada prinsipnya, cara atau metode yang digunakan untuk menghilangkan kesadahan air
bertujuan untyk mengendapkan unsure-unsur logam dalam air sehingga air pun bebas dari
unsur-unsur logam dan kation-kationnya(Said dan Ruliasih, 2007)
C. ALAT DAN BAHAN a) Alat
1. Buret 50 mL
2. Tiang statif
3. Klem
4. Gelas kimia 200 mL
5. Gelas kimia 50 mL
6. Gelas ukur 25 mL
7. Erlenmeyer 250 mL
8. Labu takar 500 mL
9. Pipet volum 2 mL
10. Pipet volum 1 mL
11. Pipet tetes
12. Spatula
13. Rubber bulb
14. Corong
b) Bahan
1. Aquades
2. Padatan CaCO3
3. Larutan CaCl2
4. Larutan buffer (pH 10)
5. Larutan Na-EDTA
6. Larutan indicator EBT (Eriochrom Black T)
7. Larutan HCl-aquades (1: 1)
8. Larutan sampel
D. SKEMA KERJA1. Standarisasi Larutan Na-EDTA
Pembuatan Larutan Na-EDTA
4 gr Na-EDTA
0,1 gr MgCl2 · 6H2O
Hasil
dilarutkan dalam air diencerkan hingga 1L dalam labu takar
Standarisasi Larutan Na-EDTA dengan CaCl2
2. Penentuan Kesadahan Total Air
dimasukkan ke dalam gelas kimia + aquades-HCl (1:1) hingga jernih diencerkan hingga 500 mL
dititrasi dengan Na-EDTA
4 gr CaCO3
(yang telah dikeringkan)
Larutan CaCl2
Larutan berwarna Merah Anggur
Hasil Akhir
(warna larutan menjadi biru)
diambil 50 mL larutan CaCl2
dimasukkan ke dalam erlenmeyer + 7 mL larutan buffer pH 10 + 1 mL indicator EBT
Hasil Akhir
Hasil Akhir
(warna larutan menjadi biru)
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL + 5 mL larutan buffer + 1 mL indicator EBT
dititrasi dengan Na-EDTA diulangi hingga 3 kali pengulangan titrasi
Larutan
E. HASIL PENGAMATAN
No.
Percobaan Hasil Pengamatan
1. Standarisasi Larutan Na-EDTA 0,4 gram CaCO3 yang telah dikeringkan,
ditambahkan aquades-HCl (1:1)bhingga benar-
benar jernih dan gelembung-gelembung
udaranya hilang.
Setelah larutan CaCl2 terbentuk, ditambahkan 7
mL larutan buffer, warna larutan tetap bening.
Setelah ditambahkan indicator EBT yang
berwarna ungu pekat, warna larutan berubah
menjadi ungu pudar atau merah anggur.
Setelah CaCl2 dititrasi dengan Na-EDTA,
warnanya berubah menjadi biru.
Karena dilakukan penambahan buffer dan
indicator yang berlebih, maka volume EDTA
yang dibutuhkan untuk mencapai tiyrasi adalah
32,1 mL.
2. Penentuan kesadahan Air Warna larutan sampel setelahditambahkan
indicator EBT, menjadi berwarna merah
anggur.
Setelah dititrasi dengan EDTA, warnanya
berubah menjadi biru dan terdapat adanya buih
pada larutan.
Volume EDTA yang digunakan selama 3 kali
pengulangan adalah :
V1 = 6,1 mL
V2 = 4,4 mL
V3 = 4,1 mL
F. ANALISIS DATA
1. Persamaan Reaksi
Reaksi pembuatan CaCl2 :
CaCO3 + 2HCl → CaCl2 + H2CO3
2. Perhitungan
Standarisasi Larutan Na-EDTA dengan CaCl2
Diketahui :
Massa CaCO3 = 0,4 gr = 400 mg
Mr CaCO3 = 100
Mr CaCl2 = 111
Volume EDTA standar = 32,1 mL
Penyelesaian :
m ek CaCO3 = m ek CaCl2
mg CaCO3
BE CaCO3
=mg CaCl2
BE CaCl2
mgCaCO3
Mr CaCO3/2=
mgCaCl2
Mr CaCl2/2
400 mg100 /2
=mgCaCl2
111/2
mg CaCl2 = 400 x55,5
50 = 444 mg
m ek EDTA = m ek CaCl2
N · V = mg CaCl2
BE CaCl2
NEDTA · 32,1 = 444
111/2
NEDTA = 444
55,5 x 32,1
= 444
1781,55 = 0,25 N
Kesadahan Total Air
Diketahui :
V1 = 6,1 mL
V2 = 4,4 mL
V3 = 4,1 mL
V sampel = 50 mL
Penyelesaian :
V ¿V 1+V 2+V 3
3
¿6,1+4,4+4 ,1
3
¿14,6
3¿4,87 mL
mgCaCO3
L=
V EDTA ∙ NEDTA
Vsampel
¿ 4,87 mL∙ 0,25 mg /mL∙ 1000 mg / L50 mL
= 24,35 mg/L CaCO3
G. PEMBAHASAN
Praktikum ini berkaitan dengan titrasi kompleksometri, yaitu titrasi yang didasarkan
pada pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Titrasi
ini merupakan salah satu metode kuantitatif dengan memanfaatkan reaksi kompleks antara
ligan dengan ion logam(Khopkar,2002). Tujuan dilakukannya titrasi kompleksometri dalam
praktikum ini adalah untuk standarisasi larutan Na-EDTA dengan CaCl2 dan untuk
menentukan kesadahan total air dalam sampel.
Dalam proses titrasi kompleksometri ini digunakan larutan EDTA yang akan
digunakan sebagai titran. EDTA merupakan senyawa kompleks khelat dengan rumus
molekul (HO2CCH2)NCH2CH2N(CH2CO2H), asam etilen diamin tetra asetat yang juga
termasuk asam amino yang dapat mengikat ion logsm bervalensi dua dan tiga, seperti Mg2+,
Ca2+, Mn2+, dan lain sebagainya(Basset, 1994). Senyawa EDTA merupakan senyawa yang
mudah larut dalam air dan dapat diperoleh dalam keadaan , sehingga dapat digunakan
sebagai larutan standar dalam proses titrasi. Tetapi dalam penggunaannya, larutan Na-EDTA
harus distandarisasi terlebih dahulu karena akan digunakan untuk proses titrasi selanjutnya.
Standarisasi larutan Na-EDTA ini bertujuan untuk mengetahui secara pasti konsentrasi atau
normalitas Na-EDTA yang akan digunakan sebagai titran dalam proses penentuan kesadahan
air. Karena kemungkinan bisa saja terjadi kesalahan dalam pembuatan larutan Na-EDTA.
Dalam proses standarisasi larutan Na-EDTA, digunakan larutan CaCl2 sebagai larutan
baku primer untuk mengetahui konsentrasi larutan Na-EDTA. Proses titrasi CaCl2 dengan
Na-EDTA ini akan membentuk senyawa kompleks akibat reaksi dari ion logam dan atom-
atom dalam EDTA. Namun sebelum dilakukannya titrasi ini, larutan CaCl2 dibuat terlebih
dahulu. Pembuatan larutan CaCl2 ini dilakukan dengan cara melarutkan padatan CaCO3
yang telah dikeringkan. Padatan CaCo3 harus dibuat terlebih dahulu agar diperoleh dalam
keadaan yang benar-benar murni, yang merupakan syarat dari suatu larutan baku primer.
Setelah dikeringkan, padatan CaCO3 tersebut ditambahkan dengan aquades-HCl (1:1) sampai
gelembung-gelembung udara hilang, sehingga diperoleh larutan yang jernih, yaitu larutan
CaCl2. Hasil pengenceran CaCl2 ini ditambahkan dengan buffer pH 10. Pada pH tinggi (basa)
maka akan mudah terhidrolisasi dan menimbulkan pengendapan hidroksida-hidroksida.
Endapan hidroksida akan menyebabkan lambatnya kerja larutan EDTA. Oleh karena itu,
perlu menambahkan ligan kompleks agar pengendapan hidroksida logam bisa dicegah. Hal
ini dapat dicegah dengan penambahan indicator EBT karena indicator EBT ini peka terhadap
perubahan kadar logam dan pH larutan. Setelah larutan CaCl2 ditambahkan dengan indicator
EBT, warna larutan yang semula bening menjadi ungu muda. Adapun keuntungan dari
penggunaan indicator EBT atau Eriochrom Black T adalah indicator ini dapat menjadi
indicator logam dan indicator pH. Oleh karena itu, pH larutan perlu dijaga dengan
menambahkan larutan buffer pH 10(Harjadi,1993).
Setelah menambahkan indicator EBT, larutan CaCl2 dititrasi dengan larutan Na-
EDTA. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi biru. Titik akhir
titrasi ini dapat diketahui karena adanya penambahan indicator EBT sebelum dilakukan
titrasi. Namun dalam percobaan ini titik akhir titrasi sulit diperoleh. Hal ini terjadi karena
adanya penambahan aquades-HCl (1:1) secara berlebihan sehingga membuat larutan bersifat
asam.Walaupun dilakukan penambahan buffer yang juga secara berlebihan justru akan
menimbulkan kekeliruan pada titrasi yakni titik akhir titrasi tidak tetap. Karena adanya
indicator EBT yang sangat peka terhadap perubahan kadar logam yang berasal dari larutan
buffer NH4OH/NH4Cl dan terhadap perubahan pH larutan(Basset,1994). Berdasarkan hasil
pengamatan dan hasil analisis data, diperoleh volume Na-EDTA yang diperlukan untuk
proses standarisasi ini adalah 32,1 dan normalitas standar Na-EDTA adalah 0,25 N.
Percobaan kedua adalah penentuan kesadahan total dalam sampel air. Titrasi EDTA
tetap dilakukan dalam percobaan ini sehingga prosesnya sama dengan percobaan pertama.
Warna larutan sampel berubah menjadi merah anggur setelah penambahan buffer pH 10. Dan
setelah dititrasi dengan larutan Na-EDTA, yang sebelumnya sudah ditambahkan dengan
indicator EBT pada larutan, dapat mengubah warna larutan sampel menjadi biru.Perubahan
warna inilah yang menjadi titik akhir titrasinya. Pada saat titrasi berlangsung, pada larutan
juga terbentuk buih-buih. Hal ini menunjukkan adanya ion Ca2+ dan Mg2+ di dalam suatu
cairan atau larutan. Oleh karena itu, penetapan kesadahan air diarahkan pada penentuan
kadar Ca2+ dan Mg2+ . kesadahan total didefinisikan sebagai jumlah miliekivalen ion Ca2+ dan
Mg2+ tiap liter sampel air dalam satuan pp berat per volum (W/V) dari CaCO3 (Basset,
1994).Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh kesadahan total dalam sampel adalah 24,35
mg/L CaCO3.
H. KESIMPULAN
1. Titrasi pembentukan senyawa kompleks merupakan suatu metode kuantitatif dengan
memanfaatkan reaksi kompleks kation dengam ion logam.
2. Dalam titrasi kompleksometri digunakan larutan Na-EDTA sebagai larutan standard an
harus distandarisasi terlebih dahulu dengan CaCl2.
3. Tujuan dari standarisasi larutan Na-EDTA adalah untuk mengetahui secara pasti
normalitas Na-EDTA yang akan digunakan untuk titrasi selanjutnya.
4. Penambhan indicator EBT bertujuan untuk mengetahui titik akhir titrasi yang ditandai
dengan perubahan warna merah anggur menjadi biru.
5. Indikator EBT sangat peka pada perubahan kadar logam dan perubahan pH larutan.
6. Titrasi dengan EDTA digunakan untuk menentukan kesadahan total dalam sampel yang
dinyatakan dalam mg/L CaCO3.
7. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh kesadahan total dalam sampel adalah 24,35
mg/L CaCO3.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A. dan Underwood A.L. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Harjadi,W.1993.Ilmu Kimia Analitik dasar. Jakarta : PT. Gramedia.
Khopkar, S.M. 2002. Konsep dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Petrucci, Ralph H. 1992. Kimia Dasar 3. Jakarta : Erlangga.
Rival, harrizul. 2006. Asa pemeriksaan kimia. Jakarta : Erlangga.
Said, Nusa Idaman, dan ruliasih. 2007. Penghilangan Kesadahan Di Dalam Air Minum.
Didownload dari http : // www.freewebs.com/pDFfiles. Pada tanggal 17 Desember 2010,
pukul 17.00 WITA.