acara iii uji warna
DESCRIPTION
uji warnaTRANSCRIPT
ACARA III
PREPARASI UNTUK UJI PEMBEDAAN WARNA
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Melihat perbedaan warna tristimuli suatu produk
II. DASAR TEORI
Salah satu unsur kualitas sensoris yang paling penting untuk makanan adalah
warna. Warna merupakan suatu sifat bahan yang dianggap berasal dari penyebaran
spectrum sinar.Timbulnya warna dibatasi oleh faktor terdapatnya sumber sinar.
Pengaruh tersebut terlihat apabila suatu bahan dilihat di tempat yang suram dan di
tempat yang gelap akan menimbulkan perbedaan warna yang mencolok. Warna bukan
merupakan suatu zat/ benda melainkan suatu sensasi seseorang oleh karena adanya
rangsangan dari seberkas energy radiasi yang jatuh ke indera mata (Bambang K.et.al.,
1988).
Menurut Kramer (1986), warna adalah sebutan untuk semua sensasi yang timbul
dari aktivitas retina mata dan berhubungan dengan mekanisme urat syaraf pada saat
sesuatu mencapai mata. Sifat penglihatan atau kenampakan dari sebuah produk
merupakan sifat pertama yang diamati oleh konsumen sedangkan sifat-sifat lain akan
dinilai kemudian. Warna termasuk dalam kenampakan. Oleh sebab itu warna
merupakan salah satu unsur kualitas sensoris yang paling penting.
Secara fisik warna merupakan sifat yang khas yang dapat diukur energi yang
dipancarkan dan juga panjang gelombangnya. Secara psikologis warna merupakan
spektrum cahaya yang dapat ditangkap oleh mata sehingga merupakan gelombang
psikofisik yaitu sifat khas cahaya dalam arti energi yang dipancarkan dapat ditangkap
mata manusia.
Warna dapat timbul dari 3 rangsangan, meliputi :
1. Hue (jenis warna)
Pancaran warna (sinar panjang gelombang tertentu yang dominan)
2. Value (gelap terangnya warna)
Jumlah sinar yang dipancarkan
3. Chroma (intensitas warna)
Tingkat kemurnian hue
(twigg, 1966)
Suatu sampel yang diberi warna sama dengan konsentrasi yang berbeda akan
memberikan hue dan chroma sama namun valuenya berbeda (Kramer, 1966). Jika suatu
produk diberi pewarna dengan konsentrasi berlainan, maka produk tersebut dapat
mempunyai hue dan chroma yang sama. Demikian pula jika suatu bahan diberi
perlakuan tetentu misalnya dipanaskan, maka warna dalam pengertian tristimuli dapat
berubah, dapat salah satu stimuli yang berubah, dua atau ketiganya tergantung pada
perubahan apa saja yang terjadi pada bahan tersebut.
Dalam penyiapan sampel harus dihindari adanya perlakukan sengaja maupun
tidak sengaja yang dapat menyebabkan ada perubahan warna hun kwe yang berasal dari
luar bahan yang akan diuji. Semua perlakuan penyiapan sampel diusahakan identik dan
tidak mengubah sifat-sifat sampel (Bambang K.et.al., 1988).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat
Nampan
Cawan
Pisau
Borang penilaian
Label
Serbet
B. Bahan
Hunkwee hijau
C. Cara kerja
Siapkan cawan sebanyak 4 x jumlah panelis yang akan melakukan pengujian. Bagi menjadi 4 kelompok dan masing-masing kelompok diberi kode yaitu 167,
324, 786, dan 509
Potong-potong sampel produk dengan ukuran kurang lebih 2,5 x 2,5 x 2,5cm. Setiap sampel diberi kode seperti pada butir 1
Isi setiap cawan yang telah berkode sama
Ambil nampan sejumlah sama dengan jumlah panelis yang akan melakukan pengujian, letakkan 4 sampel yang sudah disiapkan pada butir 3 dan lengkapi
dengan borang penilaian
Letakkan nampan di tempat pengujian
Setelah pengujian selesai, tabulasikan datanya
IV. HASIL PRAKTIKUM
PanelisSampel
Total167 786 509 324
1 1 2 3 4 10
2 1 2 3 4 10
3 1 2 3 4 10
4 1 2 3 4 10
5 1 2 3 4 10
6 1 2 3 4 10
7 1 2 3 4 10
8 1 3 2 4 10
9 1 2 3 4 10
10 1 2 3 4 10
11 2 1 3 4 10
12 1 2 3 4 10
13 1 2 3 4 10
14 2 1 3 4 10
15 1 2 3 4 10
16 1 2 3 4 10
17 1 2 3 4 10
18 1 2 3 4 10
19 1 2 3 4 10
20 1 2 3 4 10
Jumlah 22 39 59 80 200
Rata-rata 1,1 1,95 2,95 4 10
A. Tabel data uji warna
Keterangan:
Kode 167 = 100 : 0 (perbandingan hunkwee hijau : hunkwe putih)
Kode 786 = 80 : 20 (perbandingan hunkwee hijau : hunkwe putih)
Kode 509 = 60 : 40 (perbandingan hunkwee hijau : hunkwe putih)
Kode 324 = 40 : 60 (perbandingan hunkwee hijau : hunkwe putih)
B. Tabel % panelis yang menilai
No Intensitas warna % panelis yang menilai
1 Sangat hijau (167) 18 / 20 x 100 % = 90 %
2 Hijau (786) 17 / 20 x 100 % = 85 %
3 Agak hijau (509) 19 / 20 x 100 % = 95 %
4 Agak tidak hijau (324) 20 / 20 x 100 % = 100 %
C. Perhitungan
1. Faktor korelasi (FK) = ( Σ Total) 2 N x P
= (200) 2 4 x 20
= 500
2. JK Sampel = ( Σ Sampel 2 ) - FK P = ( 22 2 + 80 2 + 39 2 + 59 2 ) - 500
20 = 11886 – 500 20 = 94,3
3. JK Panelis = ( Σ panelisl 2 ) - FK N = ( 10 2 + 10 2 +...+10 2 +10 2 ) - 500
4 = 2000 – 500 4 = 0
4. JK Total = (X2 + X2 +X2 +....+Xn2) - FK = (12 + 12 +...+ 42 +42) - 500
= 600 – 500 = 100
5. JK Error = JK Total – JK Sampel – JK Panelis = 100 – 94,3 – 0 = 5,7
6. Tabel Anava
Sumber variansi db RJK F hitung F tabel
Sampel N – 1 = 3 31,43 314,3 2,77 (5%)
Panelis P – 1 = 19 0 0
Error (N-1) (P-1) = 57 0,1
Total (N x P) – 1 = 79
Ket : P : Panelis N : Sampel
RJK = JK / db
Fhitung = RJK / RJK Eror
Ftabel = (db S, db E)
Ftabel = (3 , 57)
Interpolasi : 55 = 2,7857 = x60 = 2,76
57 – 55 = x – 2,78
60 – 55 2,76 – 2,78
2 = x – 2,78
5 - 0,02
0,02 . 2 = –5 ( x – 2,78 )
0,04 = –5x + 13,9
5x = 13,9 – 0,04
x = 2,77
Karena F hitung sampel > F tabel maka ada beda nyata
7. LSD (Sampel , db error) = (20 , 57)
40 = 3,79
57 = x
60 = 3,74
57 – 40 = x – 3,79
60 – 40 3,74 – 3,79
17 = x – 3,79
20 - 0,05
0,05 . 17 = - 20 (x – 3,79)
0,85 = -20x + 75,8
20x = 75,8 – 0,85
x = 3,7475
8. Uji LSD
SE = √ RJK E / P
= √ 0,1 / 20
= 0,0707
9. Nilai pembanding
NSE = LSD x SE
= 3,7475 x 0,0707
= 0,265
10. Nilai pembanding antar sampel
A.324 B.504 C.786 D.167 4 2,95 1,95 1,1
A – B : 4 – 2,95 = 1,05 > 0,265 ada beda nyata
A – C : 4 – 1,95 = 2,05 > 0,265 ada beda nyata
A – D : 4 – 1,1 = 2,9 > 0,265 ada beda nyata
B – C : 2,95 – 1,95 = 1 > 0,265 ada beda nyata
B – D : 2,95 – 1,1 = 1,85 > 0,265 ada beda nyata
C – D : 1,95 – 1,1 = 0,85 > 0,265 ada beda nyata
V. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan warna hunkwe dengan
berbagai intensitas menggunakan uji scoring difference test. Sampel yang digunakan
pada uji pembedaan warna kali ini adalah hunkwee hijau dengan berbagai
perbandingan konsentrasi campuran hunkwe hijau dengan hunkwe putih yaitu 100:0,
80:20, 60:40, 40:60. Dari data yang diperoleh pada pengujian warna hunkwe,
sebagian panelis memberikan nilai yang sama untuk sampel yang sama. Hal ini berarti
berubahnya unsur tristimuli warna memberikan efek sama untuk panelis tersebut.
Namun demikian, sejumlah panelis lain menilai berbeda untuk sampel yang sama.
Pada perbandingan intensitas warna, persentase panelis yang menjawab benar
pada sampel hunkwe sanagt hijau (100:0) adalah 90%, hunkwe hijau (80:20) 85%,
hunkwe agak hijau (60:40) 95% dan hunkwe agak tidak hijau adalah 100%.
Persentase tertinggi adalah 100% yaitu persentase yang menjawab benar pada sampel
hunkwe agk tidak hijau, hal ini menunjukkan panelis dapat mengetahui
pembedaannya dengan jelas.
Calon panelis harus bertanggung jawab dalam pengujian warna ini, antara lain dengan
memperhatikan:
1. Kondisi fisik saat dan sedang melakukan pengujian.
Calon panelis tidak dalam kondisi emosional yang tidak stabil (lelah, marah, dan
lain-lain). Kesehatan calon panelis harus diperhatikan. Orang yang menderita sakit
terutama gangguan pada indera sebaiknya tidak ikut dalam pengujian ini.
2. Calon panelis juga harus memiliki motivasi yang tinggi dalam pengujian seleksi
panelis. Kriteria motivasi yang baik tidaklah sangat spesifik, tetapi motivasi yang
jelek ditandai dengan pengujian yang terburu-buru, melakukan pengujian
semaunya, dan partisipasinya dalam pengujian tidak sepenuh hati (Bambang
K.et.al., 1988).
3. Calon panelis tidak diperkenankan melakukan percakapan dengan calon panelis
yang lain selama pengujian agar sugesti tidak mempengaruhi panelis lain (tidak
timbul mutual suggestion). Hal ini karena hasil penilaian oleh seorang panelis
dapat terpengaruh oleh yang lain sehingga selama pengujian harus duduk terpisah
satu dengan yang lain dalam masing-masing booth.
Secara visual sampel yang disajikan memiliki perbedaan intensitas warna
hijau untuk masing-masing sampel. Namun untuk dapat lebih meyakini asumsi
tersebut maka harus dibuktikan dengan perhitungan secara stastistikal dari data yang
diperoleh setelah pengujian oleh panelis yaitu dengan analisis variansi (anava).
(Bambang K.et.al., 1988). Dari hasil uji anava diketahui bahwa warna pada masing-
masing hunkwe berbeda nyata.
Suatu sampel yang diberi warna sama dengan konsentrasi yang berbeda akan
memberikan hue dan chroma sama namun valuenya berbeda (Kramer, 1966). Value
adalah gelap terangnya warna yang tergantung dari jumlah sinar yang dipancarkan.
Percobaan yang telah dilakukan sumber sinarnya sama. Keempat sampel tersebut
memiliki kemampuan memantulkan warna yang berbeda satu dengan yang lain sebab
konsentrasi zat warna yang diberikan untuk masing-masing sampel berbeda.
Perbedaan warna disebabkan oleh perbedaan konsentrasi hunkwee hijau dan hunkwee
putih yang ditambahkann, sampel yang diberi hunkwe hijau lebih banyak maka akan
lebih tinggi intensitas warna hijaunya (value tinggi). Zat warna mampu memantulkan
warna sesuai dengan warna dominan objek (Suparno,1991). Berkurangnya jumlah
sinar yang dipancarkan akibat pemberian konsentrasi yang berbeda akan
menyebabkan berkurangnya dari sampel berwarna tersebut (Adi DG, 1992)
VI. KESIMPULAN
Pada pengujian warna hunkwe hijau, hampir seluruh panelis menilai pembedaan
warna sampel dengan tingkat kesalahan yang sangat rendah. Persentase panelis yang
menjawab benar pada sampel hunkwe sanagt hijau (100:0) adalah 90%, hunkwe
hijau (80:20) 85%, hunkwe agak hijau (60:40) 95% dan hunkwe agak tidak hijau
adalah 100%.
Secara visual sampel yang disajikan memiliki perbedaan intensitas warna hijau
untuk masing-masing sampel. Dari hasil uji anava diketahui bahwa warna pada
masing-masing hunkwe berbeda nyata.
Perbedaan warna disebabkan oleh perbedaan konsentrasi hunkwee hijau dan
hunkwee putih yang ditambahkann. Sampel yang diberi hunkwe hijau lebih banyak
maka akan lebih tinggi intensitas warna hijaunya (value tinggi).
Daftar Pustaka
Guritno, Adi Djoko, 1992. Petunjuk Laboratorium Uji Sensorik dan Mutu Pangan. PAU
Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta.
Kartika, Bambang, dkk, 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU Pangan dan
Gizi UGM, Yogyakarta.
Kramer, A. and Twigg, B.S., 1966. Fundamental of Quality Control the Food Industry.
The AVI Publishing Company Inc. Westport Connecticut
Suparmo, 1991. Dasar-dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan. PAU Pangan
dan Gizi. IPB, Bogor.