abstrak tugas akhir - febri df

11
1 GEOLOGI DAN ANALISIS KESTABILAN LERENG UNTUK REKOMENDASI TAMBANG TERBUKA PT. INDOMINCO MANDIRI DAERAH SUKA RAHMAT, KECAMATAN TELUK PANDAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Febri Deni Firdiansyah* Ir. Purwanto, M.T.*, Herry Riswandi, S.T., M.T* *Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta Sari Lokasi penelitian termasuk dalam kawasan ijin usaha tambang PT. Indominco Mandiri daerah Suka Rahmat, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis daerah telitian terletak pada koordinat 539505 mT 544505 mT dan 14000 mU 19000 mU UTM WGS 84 zona 50N. Secara Gemorfologi daerah penelitian dibagi atas satu bentuk asal yaitu bentuk asal struktural, kemudian dibagi menjadi bentuk lahan berupa perbukitan homoklin (S21) dan lembah homoklin (S22). Pola pengaliran yang berkembang pada daerah telitian yaitu directional trellis, merupakan ubahan dari pola dasar trellis karena pengaruh dari struktur lipatan. Daerah telitian berada pada sayap lipatan Runtu Sinklin. Stratigrafi daerah telitian dibagi menjadi empat satuan, urutan satuan batuan dari yang paling tua adalah satuan batupasir Pulaubalang (Miosen Awal Miosen Tengah), satuan batulempung Balikpapan (Miosen Tengah Miosen Akhir), satuan batugamping klastik Balikpapan (Miosen Akhir), dan satuan endapan aluvial (Holosen). Lapisan pembawa batubara berada pada satuan batupasir Pulaubalang dan satuan batulempung Balikpapan. Struktur geologi yang berkembang adalah sesar mendatar kanan berarah Timur Laut Barat Daya. Dan kekar dengan arah umum Barat Laut Tenggara. Berdasarkan analisis dengan metode SMR dan perhitungan faktor keamanan dengan metode Bishop simplified, maka direkomendasikan lereng tambang terbuka dengan kemiringan sudut lereng keseluruhan (overall slope) 60°. Lereng yang direkomendasikan pada lereng tunggal (single slope) memiliki lebar jenjang 4 meter dengan tinggi lereng 9,5 meter dan sudut tiap lereng tunggal 70°. Target dari seam batubara yang akan ditambang yaitu seam C7 pada satuan batulempung Balikpapan. Litologi lereng didominasi oleh meterial lempung, untuk itu perlu dilakukan analisis mineral lempung pada batulempung ini. Tujuannya untuk mengetahui jenis mineral lempung yang terkandung dalam lereng tersebut, karena pada mineral lempung tertentu akan mempengaruhi stabilitas dari lereng tambang. Perlu dilakukan pemboran geologi teknik pada lokasi lain yang memiliki target seam batubara yang sama untuk mendapatkan hasil geometri lereng yang lebih representatif. Kata kunci : Formasi Pulaubalang, Formasi Balikpapan, geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, rock mass rating, slope mass rating, kestabilan lereng.

Upload: febri-deni-firdiansyah

Post on 14-Feb-2017

152 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ABSTRAK TUGAS AKHIR - FEBRI DF

1

GEOLOGI DAN ANALISIS KESTABILAN LERENG UNTUK REKOMENDASI

TAMBANG TERBUKA PT. INDOMINCO MANDIRI DAERAH SUKA

RAHMAT, KECAMATAN TELUK PANDAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR,

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Febri Deni Firdiansyah* Ir. Purwanto, M.T.*, Herry Riswandi, S.T., M.T*

*Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Sari

Lokasi penelitian termasuk dalam kawasan ijin usaha tambang PT. Indominco

Mandiri daerah Suka Rahmat, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Kutai Timur,

Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis daerah telitian terletak pada koordinat

539505 mT – 544505 mT dan 14000 mU – 19000 mU UTM WGS 84 zona 50N.

Secara Gemorfologi daerah penelitian dibagi atas satu bentuk asal yaitu bentuk

asal struktural, kemudian dibagi menjadi bentuk lahan berupa perbukitan homoklin

(S21) dan lembah homoklin (S22). Pola pengaliran yang berkembang pada daerah

telitian yaitu directional trellis, merupakan ubahan dari pola dasar trellis karena

pengaruh dari struktur lipatan. Daerah telitian berada pada sayap lipatan Runtu Sinklin.

Stratigrafi daerah telitian dibagi menjadi empat satuan, urutan satuan batuan

dari yang paling tua adalah satuan batupasir Pulaubalang (Miosen Awal – Miosen

Tengah), satuan batulempung Balikpapan (Miosen Tengah – Miosen Akhir), satuan

batugamping – klastik Balikpapan (Miosen Akhir), dan satuan endapan aluvial

(Holosen). Lapisan pembawa batubara berada pada satuan batupasir Pulaubalang dan

satuan batulempung Balikpapan.

Struktur geologi yang berkembang adalah sesar mendatar kanan berarah Timur

Laut – Barat Daya. Dan kekar dengan arah umum Barat Laut – Tenggara.

Berdasarkan analisis dengan metode SMR dan perhitungan faktor keamanan

dengan metode Bishop simplified, maka direkomendasikan lereng tambang terbuka

dengan kemiringan sudut lereng keseluruhan (overall slope) 60°. Lereng yang

direkomendasikan pada lereng tunggal (single slope) memiliki lebar jenjang 4 meter

dengan tinggi lereng 9,5 meter dan sudut tiap lereng tunggal 70°. Target dari seam

batubara yang akan ditambang yaitu seam C7 pada satuan batulempung Balikpapan.

Litologi lereng didominasi oleh meterial lempung, untuk itu perlu dilakukan

analisis mineral lempung pada batulempung ini. Tujuannya untuk mengetahui jenis

mineral lempung yang terkandung dalam lereng tersebut, karena pada mineral lempung

tertentu akan mempengaruhi stabilitas dari lereng tambang. Perlu dilakukan pemboran

geologi teknik pada lokasi lain yang memiliki target seam batubara yang sama untuk

mendapatkan hasil geometri lereng yang lebih representatif.

Kata kunci : Formasi Pulaubalang, Formasi Balikpapan, geomorfologi,

stratigrafi, struktur geologi, rock mass rating, slope mass rating, kestabilan lereng.

Page 2: ABSTRAK TUGAS AKHIR - FEBRI DF

2

PENDAHULUAN

Latar Belakang Kondisi geologi memiliki peranan

penting di kegiatan penambangan, terkait

dengan tingkat keberhasilan dan keamanan

tambang.

Analisis kestabilan lereng pada

kegiatan penambangan perlu dilakukan untuk

mendapatkan lereng yang stabil, dengan desain

lereng yang stabil maka dapat meningkatkan

keekonomisan pada proses penambangan dan

penunjang dalam keselamatan dan kesehatan

kerja.

Maksud & Tujuan Maksud dari penelitian ini adalah

melakukan eksplorasi dengan pemetaan guna

mengetahui kondisi geologi di lokasi penelitian

dan mendapatkan tingkat kelerengan tambang

yang aman pada lokasi penelitian dengan

melakukan analisis kestabilan lereng

menggunakan data geologi teknik.

Tujuan dari penelitian ini ialah

mengetahui kondisi geologi daerah telitian

berupa geomorfologi, stratigrafi, struktur

geologi dan sejarah geologi daerah telitian serta

secara khusus melakukan penelitian tentang

analisis kestabilan lereng untuk rekomendasi

tambang di lokasi tersebut.

Lokasi & Akses Daerah

Penelitian Lokasi penelitian termasuk dalam

konsesi PT. Indominco Mandiri yang berada di

daerah Suka Rahmat, Kecamatan Teluk Pandan,

Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan

Timur. Lokasi penelitian berjarak ± 250 km dari

Kota Balikpapan dan dapat ditempuh dengan

kendaraan bermotor dalam waktu ± 6 jam

dengan menuju Kota Bontang, kemudian dari

Kota Bontang menggunakan kendaraan roda

empat menuju lokasi sejauh 23 km.

Daerah penelitian berada pada

koordinat UTM (Universal Tranverse

Mercator) 539505 mT – 544505 mT dan 14000

mU – 19000 mU , dengan luasan 3,5 x 5 km.

Hasil Penelitian Dari pengambilan data dilapangan

maupun dari data perusahaan, kemudian data

tersebtdiolah yang menghasilkan dalam bentuk

peta geologi yang merangkum dari peta lintasan

dan lokasi pengamatan, peta geomorfologi

(beserta pola pengaliran didalamnya), profil

untuk menentukan lingkungan pengendapan

serta poster studi yang berisi tentang analisis

kestabilan rekomendasi tambang terbuka.

METODELOGI PENELITIAN Metodologi yang digunakan dalam

melakukan suatu penelitian ini dengan

pengambilan data lapangan meliputi : data

geologi lapangan dan pengamatan kondisi

geologi teknik di lapangan. Data sekunder yang

didapat dari perusahaan yaitu data nilai

parameter geologi teknik yang diuji pada bor

geologi teknik 2524G. Kemudian melakukan

pengamatan pada core bor 2524G untuk

mendapatkan nilai Rock Quality Designation,

Core Recovery. Kemudian dari data tersebut

penulis melakukan perhitungan dengan metode

Rock Mass Rating dan Slope Mass Rating untuk

mendapatkan rekomendasi lereng tambang yang

disarankan mengacu model peneliti terdahulu.

ANALISA & PEMBAHASAN Untuk mendapatkan rekomendasi

lereng penulis melakukan pengamatan terhadap

core bor 2524G untuk mendapatkan parameter –

parameter geologi teknik. Dari parameter

tersebut didapatkan nilai Slope Mass Rating

menurut beberapa peneliti dan dihasilkan data

rekomendasi sudut lereng, kemudian sudut

lereng tersebut dianalisis faktor keamanan

lerengnya dengan menggunakan software Slide

v.6.0 dengan metode Bishop Simplified.

GEOMORFOLOGI : (Lampiran 1)

1. Pola Pengaliran Berdasarkan pada klasifikasi pola

aliran dari Howard (1967), pada daerah

penelitian terdapat jenis pola pengaliran

directional trellis. ). Pola pengaliran directional

trellis merupakan pola ubahan dari pola dasar

trellis, pola pengaliran ini dibentuk oleh sungai-

sungai paralel-subparalel dengan cabang cabang

dengan cabang-cabang yang pendek, mengalir

ke sungai utama dengan sudut tegak lurus.

Umumnya dikendalikan oleh struktur lipatan,

memiliki pola anak sungai yang menuju sungai

utama lebih panjang di satu sisi. Pada umumnya

pola pengaliran ini berkembang di daerah

homoklin.

Page 3: ABSTRAK TUGAS AKHIR - FEBRI DF

3

Pada daerah telitian proses pengerosian

vertikal lebih dominan sehingga lembah di

daerah telitian umumnya membentuk lembah

sungai “V”.

2. Satuan Bentuklahan peneliti membagi menjadi empat

bentukan asal yaitu antropogenik, denudasional,

fluvial dan struktural.

Bentuklahan Perbukitan

Homoklin Satuan bentuklahan ini menempati 75% dari

luasan daerah penelitian. Morfografi berupa

perbukitan dengan tingkat kelerengan miring –

agak curam (8º - 20º). Memiliki beda tinggi 80

meter dan bentuk lembah yang relatif terjal

(bentuk V).

Pola pengaliran yang berkembang

adalah directional trellis (A.D Howard, 1967).

Satuan bentuklahan disusun oleh litologi

batupasir, batulempung, batugamping dan

batubara. Litologi tersebut berasal dari satuan

batugamping - klastik Balikpapan, satuan

batulempung Balikpapan dan satuan batupasir

Pulaubalang.

Proses eksogen yang bekerja dominan

adalahh proses pelapukan yang tinggi akibat dari

iklim dan cuaca di daerah penelitian.

Proses struktural yang terjadi berupa sesar

mendatar, kekar dan lipatan berupa sinklin,

daerah telitian terletak pada sayap sinklin bagian

timur.

Adanya struktur geologi ini mempengaruhi

keudukan batuan di lokasi penelitian dengan

arah jurus relatif utara selatan dan kemiringan

batuan berarah barat. Satuan bentuklahan ini

berbatasan dengan satuan bentuklahan lembah

homoklin.

Bentuklahan Lembah

Homoklin Satuan bentuklahan ini menempati 25% dari

luasan daerah penelitian. Morfografi berupa

lembah dengan sudut lereng 8º-20º. Memiliki

beda tinggi 20 meter dan bentuk lembah yang

relatif terjal (bentuk V). Pola pengaliran yang

berkembang adalah directional trellis (A.D

Howard, 1967).

Satuan bentuklahan disusun oleh litologi

material lepas endapan aluvial, batupasir,

batulempung, batugamping dan batubara.

Litologi tersebut berasal dari satuan endapan

aluvial, satuan batugamping - klastik

Balikpapan, satuan batulempung Balikpapan dan

satuan batupasir Pulaubalang. Proses eksogen

yang bekerja dominan adalah proses pelapukan

yang tinggi akibat dari iklim dan cuaca di daerah

penelitian.

Proses struktural yang terjadi berupa sesar

mendatar, kekar dan lipatan berupa sinklin,

daerah telitian terletak pada sayap sinklin bagian

timur. Adanya struktur geologi ini

mempengaruhi keudukan batuan di lokasi

penelitian dengan arah jurus relatif utara selatan

dan kemiringan batuan berarah barat. Satuan

bentuklahan ini berbatasan dengan satuan

bentuklahan perbukitan homoklin

Gambar 1. Kenampakan satuan Bentuklahan

Perbukitan Homoklin dan Lembah Homoklin.

(Arah foto relatif ke Timur)

STRATIGRAFI Berdasarkan dari aspek tersebut, maka

daerah penelitian dapat dibagi menjadi empat

satuan batuan/endapan.

Urutan satuan batuan/endapan mulai

dari yang tertua adalah satuan satuan batupasir

Pulaubalang, satuan batulempung Balikpapan,

satuan batugamping – klastik Balikpapan, dan

yang paling muda adalah satuan endapan aluvial

(Tabel 1.).

Tabel 1. Stratigrafi Daerah Penelitian (Penulis,

2015)

Satuan batupasir Pulaubalang

Satuan ini terdiri dari litologi batupasir,

batulempung, kalkarenit dan batubara. Batupasir

Page 4: ABSTRAK TUGAS AKHIR - FEBRI DF

4

berwarna segar abu – abu dan lapuk cokelat

kekuningan; perlapisan sejajar, laminasi sejajar,

laminasi bergelombang, masif; ukuran butir

pasir sedang – pasir sangat halus; bentuk butir

menyudut tanggung – membundar tanggung;

terpilah baik; kemas tertutup; berfragmen litik,

kuarsa; matriks lempung; semen silikaan. Dari

deskripsi sayatan tipis petrografi pada lokasi

pengamatan 19 didapatkan nama batuan Arkosic

Wacke (Gilbert, 1954).

Batulempung berwarna abu-abu, abu-

abu gelap, perlapisan hingga masif, ukuran butir

lempung, komposisi silikaan. Batubara berwarna

hitam dengan kilap kaca dan kilap arang, masif,

pecahan brittle sampai concoidal.

Kalkarenit berwarna abu – abu;

perlapisan; ukuran butir arenit; terpilah baik;

kemas tertutup; tersusun oleh fosil foraminifera,

dan skeletal sebagai alochem, dengan kalsit dan

lime mud sebagai mikrit dari deskripsi petrografi

pada lokasi pengamatan 32 didapatkan nama

batuan Packstone (Dunham,1962).

Untuk menafsirkan umur satuan ini

berdasarkan kedudukan stratigrafi dan ciri

litologi yang sesuai dengan ciri Formasi

Pulaubalang, maka penulis menyimpulkan

bahwa umur satuan batuan ini mengacu peneliti

terdahulu berumur Miosen Awal – Miosen

Tengah.

Dari analisis profil disimpulkan bahwa

lingkungan pengendapan satuan batupasir

Pulaubalang terdapat pada Upper Delta Plain

(J.C. Horne et al. 1978).

Satuan batulempung Balikpapan

Satuan ini terdiri dari batulempung,

batulempung dengan nodul siderit, batupasir,

dan batubara. Batulempung berwarna abu-abu,

abu-abu kemerahan, perlapisan hingga masif,

ukuran butir lempung, komposisi silikaan.

Batupasir berwarna abu - abu – coklat

kemerahan; perlapisan sejajar, laminasi sejajar,

laminasi bergelombang, lentikuler, silang siur;

ukuran butir pasir sedang – pasir sangat halus;

bentuk butir menyudut tanggung – membundar

tanggung, terpilah baik; kemas tertutup;

berfragmen litik, kuarsa; matriks lempung;

semen silika. Dari deskripsi sayatan tipis

petrografi pada lokasi pengamatan 12

didapatkan nama batuan Sandy Limestone

(Gilbert, 1954). Batubara berwarna hitam

dengan kilap kaca, arang; perlapisan, masif;

pecahan brittle sampai concoidal (Gambar

4.16).

Untuk menafsirkan umur satuan ini

berdasarkan kedudukan stratigrafi dan ciri

litologi yang sesuai dengan ciri Formasi

Balikpapan, maka penulis menyimpulkan bahwa

umur satuan batuan ini mengacu peneliti

terdahulu berumur Miosen Tengah – Miosen

Akhir.

Dari analisis profil disimpulkan bahwa

lingkungan pengendapan satuan batulempung

Balikpapan memliki tipe lingkungan

pengendapan Transitional Lower Delta Plain

(J.C. Horne et al. 1978).

Satuan batugamping - klastik Balikpapan

Satuan ini terdiri dari kalkarenit dengan

sisipan kalsilutit (Gambar 4.17). Kalkarenit

berwarna segar putih, lapuk cokelat; perlapisan

hingga masif; ukuran butir arenit (1/16 mm – 2

mm); menyudut tanggung – membundar

tanggung; terpilah sedang – baik; kemas

tertutup; tersusun oleh fosil foraminifera, alga

dan skeletal sebagai alochem dengan kalsit dan

lime mud sebagai mikrit. Dari deskripsi sayatan

tipis petrografi didapatkan nama batuan

Packstone (Dunham, 1962).

Untuk menafsirkan umur satuan ini

berdasarkan kedudukan stratigrafi dan ciri

litologi yang sesuai dengan ciri Formasi

Balikpapan, maka penulis menyimpulkan bahwa

umur satuan batuan ini mengacu peneliti

terdahulu berumur Miosen Tengah – Miosen

Akhir.

Penentuan lingkungan bathimetri

berdasarkan kandungan fosil foraminifera

bentonik pada contoh kalkarenit lokasi

pengamatan 40 didapatkan fosil Calcarina

venusta, Calcarina spelgleri, Siphoninoides

echinata, Cibicides praecinctus, Calcarina

calcar, dan Tinoporus spergleri. Dari hasil

analisis mikropaleontologi yang dilakukan

mengacu pada pembagian zona bathimetri

menurut Barker (1960) dapat disimpulkan

bahwa pembentukan batuan ini pada

kedalaman 20 meter di lingkungan neritik tepi.

Dari ciri stratigrafi yang ada pada

satuan batugamping Balikpapan berupa tidak

hadirnya fosil foraminifera planktonik, ciri

litologi berupa Packstone dengan alochem

berupa alga, skeletal dan foraminifera besar,

Page 5: ABSTRAK TUGAS AKHIR - FEBRI DF

5

maka dapat dibandingkan dengan model fasies

karbonat tepi paparan Wilson (1975). Dari ciri

tesebut satuan ini termasuk dalam fasies

Restricted Platform.

Satuan Endapan Aluvial

Satuan endapan aluvial menempati 1%

dari luas daerah penelitian, terdapat di sungai

bagian barat laut daerah penelitian (Gambar

4.20). Ketebalan berkisar 0,2 sampai 1,5 meter.

Umur dari satuan endapan aluvial

adalah Holosen dengan lingkungan

pengendapan darat.

STRUKTUR GEOLOGI

Struktur geologi yang didapatkan di

daerah penelitian berupa kekar yang berada di

singkapan batuan dan sesar.

Kekar Berdasarkan hasil analisa stereografis

dengan metode diagram kontur, maka

didapatkan nilai arah umum kedudukan shear

joint 1 adalah N1060E/720 dan shear joint 2

adalah N360oE/650. (Gambar11.)

Berdasarkan analisa dari kedua shear

joint, didapatkan nilai extension joint

N322oE/85o dan nilai release joint N053oE/57o.

Tegasan utama α1 memiliki nilai 33o/N3260 E,

nilai α2 56o/N1330E , nilai α3 04o/N2290 E.

Dari hasil analisa tersebut, dapat

disimpulkan bahwa tegasan utama yang

berkembang pada daerah penelitian relatif arah

Baratlaut – Tenggara.

Gambar 2. Kenampakan kekar pada

batulempung

Sesar Sesar mendatar kanan Teluk Pandan

memanjang barat daya – timur laut. Keberadaan

sesar ditemukan di selatan daerah studi khusus.

Penamaan sesar ini berdasarkan data berupa

shear fracture dan gash fracture dan kelurusan

sungai serta pergerakan sesar di lokasi

pengamatan dari pengamatan step gash.

Dari data tersebut dilakukan analisis

sesar an didapatkan bidang sesar N 231° E/89°,

rake 9°, dan netslip 13°, N 231° E dengan

tegasan (utama) 12°, N 244° E, tegasan

76°, N 052° E dan tegasan 2°, N 154° E.

Berdasarkan hasil analisis menurut klasifikasi

Rickard (1972), maka nama sesar ini adalah

Right Slip Fault.

Gambar 3. Kenampakan sesar pada batupasir

dan kenampakan kelurusan sungai

SEJARAH GEOLOGI Lokasi penelitian berada di Cekungan

Kutai, sejarah geologi daerah penelitian diawali

pada awal Tersier saat pembentukan Cekungan

Kutai berlangsung. Cekungan Kutai terletak di

tepi bagian timur paparan Sunda, yang

dihasilkan akibat dari gaya ekstensi di bagian

selatan Lempeng Eurasia. Pada awalnya

Cekungan Kutai dan Cekungan Barito

merupakan satu cekungan besar berarah

timurlaut – selatan baratdaya. Cekungan tersebut

mulai berpisah setelah pengangkatan blok

Meratus, dicirikan oleh kelurusan zona

Paternosfer yang dikontrol oleh Sesar Adang

(Adang Fault) dan disebut sebagai South Kutai

Boundary Fault (Ott, 1987). Kemudian di

bagian utara, Cekungan Kutai terpisah dari

Cekungan Tarakan oleh tinggian Mangkalihat.

Pemisahan ini terjadi sejak Oligosen Akhir

(Biantoro dkk, 1992).

Pada Oligosen Akhir – Miosen Awal

terjadi pengangkatan Tinggian Kuching

(Gambar 4.25), yang disebabkan oleh subduksi

sepanjang batas Baratlaut Kalimantan (Palawan

Trough) dengan gaya kompresi berarah

Baratlaut – Tenggara. Pengangkatan ini

menjadikan tinggian Kuching sebagai sumber

material sedimen kompleks delta berumur

Neogen di Cekungan Kutai dengan arah

Page 6: ABSTRAK TUGAS AKHIR - FEBRI DF

6

sedimentasi ke timur. Sedimentasi delta

mencapai puncak perkembangannya pada kala

Miosen Akhir – Pliosen.

Gambar 4.25 Sejarah geologi daerah telitian

pada kala Oligosen Akhir – Miosen Awal.

Gambar 4.26 Model pengendapan delta Upper

Delta Plain.

Pada lokasi penelitian sedimentasi

diawali oleh pengendapan satuan batupasir

Pulaubalang pada Miosen Awal – Miosen

Tengah (Gambar 4.26). Satuan batuan ini

diendapkan pada lingkungan pengendapan

upper delta plain dengan sub lingkungan

backswamp, floodplain dan channel. Satuan ini

disusun oleh batupasir, batupasir dengan

pecahan batubara, batulempung, kalkarenit dan

batubara.

Kemudian pada Miosen Tengah –

Miosen Akhir diendapkan satuan batulempung

Balikpapan, yang diendapkan secara selaras di

atas satuan batupasir Pulaubalang. Satuan

batulempung Balikpapan terendapkan pada

lingkungan pengendapan transitional lower

delta plain dengan sublingkungan

interdistributary bay dan crevasse splay

(Gambar 4.27). Satuan ini disusun oleh

batulempung, batupasir, nodul oksida besi, dan

batubara.

Gambar 4.27 Model pengendapan delta

Transitional Lower Delta Plain.

Pada kala itu di Cekungan Kutai terjadi

fase regresi yang mempengaruhi kondisi

cekungan terhadap kontaknya dengan air laut

(Gambar 4.28). Sehingga diatas satuan

batulempung Balikpapan secara selaras

terendapkan satuan batugamping - klastik

Balikpapan. Satuan ini dilihat dari ciri litologi

berupa Packstone dengan kandungan alga dan

foraminifera besar serta tidak hadirnya

foraminifera planktonik pada satuan ini, maka

diyakini bahwa satuan batugamping - klastik

Balikpapan berada pada lingkungan

pengendapan restricted platform (Wilson,

1975).

Gambar 4.28 Sejarah geologi daerah telitian

pada kala Miosen Awal - Miosen Akhir.

Pada kala Miosen Akhir – Pliosen

Awal merupakan awal dari pembentukan

Antiklinorium Samarinda (Gambar 4.29),

pengendapan delta yang cepat pada kala Miosen

tersebut mulai membebani endapan material

halus yang tebal dibawahnya dan

mengakibatkan masa material halus yang belum

kompak ini menjadi labil. Akibatnya masa

material halus ini mencuat, berdiapirik

menerobos sedimen regresif diatasnya,

membentuk struktur antiklin yang sempit,

Page 7: ABSTRAK TUGAS AKHIR - FEBRI DF

7

memanjang dan sejajar dengan garis pantai.

Antiklin – antiklin ini dipisahkan oleh sinklin –

sinklin yang lebar, berlangsung tahap demi

tahap, bersamaan dengan pengedapan delta

(H.L. Ott, 1987). Antiklin – antiklin inilah yang

disebut dengan Antiklinorium Samarinda. Posisi

daerah telitian berada pada Runtu Sinklin sayap

bagian timur di Antiklinorium Samarinda.

Proses tersebut yang menyebabkan

tersingkapnya batuan pada daerah penelitian

dengan jurus Utara – Selatan dan kemiringan

lapisan batuan ke barat. Kemudian terbentuk

sesar mendatar kanan yang berarah Baratdaya –

Timurlaut.

Gambar 4.29 Sejarah geologi daerah telitian

pada kala Miosen Akhir - Holosen.

Gambar 4.30 Kondisi daerah penelitian saat ini.

Kemudian pada kala Holosen sampai

sekarang (Resen) terjadi proses eksogen pada

daerah penelitian meliputi proses pelapukan,

erosi dan pengendapan material lepas oleh

sungai yang menghasilkan satuan endapan

aluvial di daerah penelitian (Gambar 4.31).

Analisis Kestabilan Lereng Untuk

Rekomendasi Tamban Terbuka

Rekomendasi lereng tambang

berdasarkan dari data geologi teknik pada titik

bor 2524G. Kemudian dianalisis dengan metode

SMR dan perhitungan faktor keamanan dengan

metode Bishop simplified, maka

direkomendasikan lereng tambang terbuka

dengan kemiringan sudut lereng keseluruhan

60°. Lereng yang direkomendasikan pada lereng

tunggal memiliki lebar jenjang 4 meter dengan

tinggi lereng 9,5 meter dan sudut tiap lereng

tunggal 70° (Gambar 5.23).

Dari analisis faktor keamanan lereng,

pada lereng tersebut masih diatas nilai 1,25

sehingga dalam kondisi aman.

Gambar 5.23 Rekomendasi tahapan

lereng tambang.

Litologi lereng didominasi oleh meterial

lempung, untuk itu perlu dilakukan analisis jenis

mineral lempung pada batulempung ini. Dari

analisis tersebut dapat diketahui jenis mineral

lempung yang terkandung, karena pada mineral

lempung tertentu yang bersifat ekspansif akibat

pengaruh air akan mempengaruhi stabilitas dari

lereng tambang. Selain itu juga perlu dilakukan

pemboran geologi teknik pada lokasi lain untuk

mendapatkan hasil yang lebih representatif.

Page 8: ABSTRAK TUGAS AKHIR - FEBRI DF

8

KESIMPULAN

Gemorfologi daerah penelitian dibagi

atas satu bentuk asal yaitu bentuk asal struktural,

kemudian dibagi menjadi bentuk lahan berupa

perbukitan homoklin (S21) dan lembah

homoklin (S22).

Stratigrafi daerah telitian dibagi menjadi

empat satuan batuan berdasarkan ciri fisik

batuan penyusun dan umur, dari ciri tersebut

disebandingkan dengan dengan penelitian

terdahulu untuk memperoleh penamaan satuan

batuan. Urutan satuan batuan dari yang paling

tua adalah satuan batupasir Pulaubalang, satuan

batulempung Balikpapan, satuan batugamping -

klastik Balikpapan, dan satuan endapan aluvial.

Struktur geologi yang dijumpai

didaerah penelitian berupa sesar mendatar kanan

dengan nama right slip fault dan juga dijumpai

kekar- kekar.

Berdasarkan perhitungan SMR dan

analisis faktor keamanan dengan metode Bishop

Simplified maka direkomendasikan geometri

lereng tambang sebagai berikut : Kemiringan

lereng keseluruhan (overall slope high wall) =

60°. Tinggi lereng keseluruhan (high wall) = 44

meter. Kemiringan lereng tunggal (single slope)

= 70°. Tinggi lereng tunggal = 9,5 meter. Lebar

jenjang (bench)= 4 meter.

Perlu dilakukan analisis mineral

lempung di lokasi penelitian, karena lokasi

penelitian didominasi oleh litologi batulempung.

Mineral lempung tertentu yang bersifat

ekspansif akibat pengaruh air dapat

mempengaruhi kestabilan pada lereng tambang.

Penambahan data bor geologi teknik

pada target seam batubara C7 di titik lain untuk

mendapatkan gambaran geometri lereng yang

lebih representatif.

DAFTAR PUSTAKA

Adams, C. G., 1970, A Reconsideration of

The East Indian Letter Clasification of

The Tertiary, Br. Mus. Nat. Hist. Bull, p

87 - 137.

Allen, G.P. & Chambers, 1998, Sedimentation

in the Modern and Miocene Mahakam

Delta, IPA.

Barker, R. W., 1960, Taxonomic Notes on the

species Fiqured by N. B. Bradyinhis

Report on the Foraminifera Dredged by

H. M. S. Challenger During the years

1873 – 1876. Soc. Econ. Pal. Min., Spec.

Publ. n. 9, 238 h

Biantoro, E., Muritno, B. P., & Mamuaya. J. M.

B., 1992, Inversion Faults as the Major

Structural Control in the Northern Part

of the Kutai Basin, East Kalimantan,

Proceedings Indonesian Petroleum

Association, 21st Annual Convention

Proceedings, IPA 92 - 11.33.

Bieniawski, Z. T., 1979, Engineering Rock Mass

Classification, Copy-right by John Wiley

& Sons.

Blow, W. H., 1969, Late Middle Eocent to

Recent Planctonic Foraminifera

Biostratigraphy, First International.

Conf. on Planktonic Microfossils,

Proc.V.1, PP.199-421.

Boggs, S., 1987, Principles of Sedimentology

And Stratigraphy, Prentice Hall, New

Jersey.

Bowles J.E, 1989, Sifat – Sifat Fisis dan

Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah),

Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta.

Brahmantyo, B., & Bandono, 2006, Klasifikasi

Bentuk Muka Bumi (Landform) untuk

Pemetaan Geomorfologi pada Skala

1:25.000 dan Aplikasinya untuk Penataan

Ruang, Jurnal Geoaplika (2006) Volume

1, Nomor 2, hal. 071 – 078.

Dunham, R. J., 1962, “Classification of

Carbonat Rock According to

Depositional Texture, in Classification of

Carbonat Rocks”. A symphosium,

AAPG men, No.1., p 108 – 121.

Flugel, E., 2004, “ Microfacies of Carbonate

Rocks” Springer,Fig: Depositional

Page 9: ABSTRAK TUGAS AKHIR - FEBRI DF

9

Models, Facies Zones, and Standard

Microfacies, hal. 657.

Luseno, E. B., 2014, Kendali Geologi Terhadap

Penyebaran Pola Total Sulfur pada

Material PAF/NAF Pada Asosiasinya

Terhadap Lingkungan Pengendapan

Pembawa Lapisan Batubara di daerah

Mabu’un, Kecamatan wara, Kabupaten

Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan,

UPN Veteran Yogyakarta, (unpublish)

Hoek E, & Brown E.T., 1997, Practical

estimates of rock mass strength. Int J

Rock Mech Min Sci;34(8):1165–86.

Horne, J.C. Ferm, J.C, Caruccio, F.T, & Baganz,

B.P, 1978, Depositional Models in Coal

Exploration and Planning in

Appalachian Region, AAPG Buletin

62:2379-2411, Department of Geology,

University of South Carolina, America.

Ott, H. L., 1987, The Kutei Basin – A Unique

Structural History, IPA 2006 – 16th

Annual Convention Proceedings 1987.

Romana, M., 1985, “New adjustment ratings

for application of Bieniawski

classification to slopes”, Int. Symp. on

the role of rock mechanics ISRM,

Zacatecas, pp 49-53.

Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996: Sandi

Stratigrafi Indonesia, dipublikasikan oleh

Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Jakarta.

Sandjaja, F.D.A., 2012, Geologi dan Analisa

Kestabilan Lereng Untuk Rekomendasi

Tambang Terbuka PT. Itacha Resources

Daerah Muaramalinau, Kecamatan

Segah, Kabupaten Bearu, Provinsi

Kalimantan timur, UPN Veteran

Yogyakarta, (unpublish)

Satyana, A. H., Nugroho, D., & Surantoko, I.,

1999, “Tectonic control on the

hydrocarbon habitats of the brito, Kutei,

and Tarakan Basins, Eastern

Kalimantan, Indonesia: major

dissimilarities in adjoining basins”,

Journal of Asian Earth Scienses.

Sukardi, N., Sikumbang, I., Umar & R.

Sunaryo., 1995, Peta Geologi Bersistem

Indonesia, Lembar Sangatta, Kalimantan

Timur, Pusat Penelitian dan

Pengembangan Geologi, Bandung.

Swana, G.W., Muslim, D., & Sophian, I., 2012,

Desain Lereng Final Dengan Metode

RMR, SMR dan Analisis Kestabilan

Lereng Pada Tambang Batubara Terbuka

di Kabupaten Tanah Laut, Provinsi

Kalimantan Selatan, Buletin Sumber

Daya Geologi Volume 7 Nomor 2.

Varnes .D.J., 1978 , Slope Movement Types

and Process Landslide Analyses and

Control, ed by R. Schuster , Acad Of

Science, Washington. DC.

Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of

Indonesia, Vol. IA: General Geology of

Indonesia and Adjacent Archipelagoes,

The Hague.

Van Zuidam, R.A., 1983, Guide to

Geomorphology Aerial Photographic

Interpretation and Mapping, ITC,

Enschede The Netherlands.

Wesley, L. D., 1977, Mekanika Tanah, Badan

Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta

Williams, H., Turner F. J., and Gilbert C. H.,

(1954). Petrography an Introdution to

the Study of Thin Sections. W. H.

Freeman and Company, San Fransisco.

Zakaria, Z., Muslim, D., dan Sophian, I., 2012,

Koreksi SMR Pada Desain Lereng

Tambang Terbuka batubara Pada

Formasi Balikpapan dan Formasi

Kampung Baru, Sangasanga, Kalimantan

Timur, Buletin Sumber Daya Geologi

Volume 7 Nomor 3.

Page 10: ABSTRAK TUGAS AKHIR - FEBRI DF

12

Page 11: ABSTRAK TUGAS AKHIR - FEBRI DF