abstrak - digilib.its.ac.id · abstrak wonorejo, surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi...

28
STUDI DISTRIBUSI JENIS – JENIS BURUNG DILINDUNGI PERUNDANG- UNDANGAN INDONESIA DI KAWASAN WONOREJO, SURABAYA ISKA DESMAWATI. NRP.1506100001 Biologi FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember-Surabaya Email: [email protected] ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan burung-burung terutama burung-burung dilindungi yang telah masuk kedalam kawasan konservasi oleh Pemerintahan Kota Surabaya. Distribusi burung dilindungi pada kawasan inilah yang menjadi dasar penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi jenis burung – burung yang dilindungi Perundang - undangan Indonesia (PP. No 7 Tahun 1999) berdasarkan struktur vegetasi (struktur vertikal dan horizontal) dan keterkaitan distribusi burung dan struktur vegetasi (struktur vertikal dan horizontal ). Metode yang digunakan dalam pengambilan data burung adalah metode titik hitung dengan mengambil 12 titik pengamatan yang representatif. Data struktur vegetasi diambil dengan menggambar fisiognomi vegetasi pada masing-masing titik pengamatan dan menghitung penutupan vegetasi serta pengambilan faktor lingkungan terukur. Analisis data digunakan metode diskriptif kuantitatif dan metode ordinasi dengan menggunakan PCA (Distribusi burung terhadap titik pengamatan) dan RDA (Distribusi burung terhadap faktor lingkungan) dengan menggunakan program CANOCO for windows 4.5. Berdasarkan hasil analisa didapatkan bahwa distribusi burung di Wonorejo, Surabaya tidak secara signifikan dipengaruhi oleh Penutupan vegetasi maupun faktor lingkungan terukur (Penutupan vegetasi P :0,9400; suhu P:0,358; Kelembabapan Udara P : 0,722 dan Penetrasi Cahaya P : 0,998 ) namun Distribusi burung di Wonorejo dapat dilihat dari Struktur vegetasi vertikal dan kompleksitasnya selain faktor ketersediaan makanan dan jenis burung. Kata kunci : Wonorejo, Distribusi Burung, Struktur Vegetasi PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan tingkat keanekaragaman hayati tinggi, salah satunya terlihat dari 1598 jenis burung berada di Indonesia dan 381 diantaranya adalah jenis endemik (Andono, 2004).. Burung merupakan plasma nutfah yang memiliki keunikan dan nilai yang tinggi baik nilai ekologi, ilmu pengetahuan, wisata dan budaya (Bibby, 2004). Menurut McNaughton (1990) spesies – spesies burung akan dapat berinteraksi satu dengan yang lain dan terdistribusi pada komunitasnya. Interaksi dalam komunitas burung dapat mempengaruhi ekosistem pada satu daerah. Lebih lanjut, Bibby (2004) menerangkan bahwa penelitian tentang burung merupakan hal yang sangat penting karena burung bersifat dinamis dan mampu menjadi indikator perubahan lingkungan yang terjadi pada daerah dimana burung tersebut berada. Hal ini dikarenakan burung merupakan vertebrata yang mudah terlihat secara umum, mudah diidentifikasi, dengan persebaran yang luas, namun dalam pengelolan dan konservasinya cenderung tidak banyak dilakukan pada kawasan dimana kelimpahan burungnya tinggi termasuk Indonesia. Keanekaragaman jenis burung yang relatif tinggi tersebut, tidak diikuti dengan perkembangan daerah dimana burung tersebut berada, termasuk dikawasan perkotaan khususnya di daerah lahan basah (Augusta, 2006).

Upload: vanthuan

Post on 12-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

STUDI DISTRIBUSI JENIS – JENIS BURUNG DILINDUNGI PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA DI KAWASAN WONOREJO, SURABAYA

ISKA DESMAWATI. NRP.1506100001

Biologi FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember-Surabaya Email: [email protected]

ABSTRAK

Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan burung-burung terutama burung-burung dilindungi yang telah masuk kedalam kawasan konservasi oleh Pemerintahan Kota Surabaya. Distribusi burung dilindungi pada kawasan inilah yang menjadi dasar penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi jenis burung – burung yang dilindungi Perundang - undangan Indonesia (PP. No 7 Tahun 1999) berdasarkan struktur vegetasi (struktur vertikal dan horizontal) dan keterkaitan distribusi burung dan struktur vegetasi (struktur vertikal dan horizontal ). Metode yang digunakan dalam pengambilan data burung adalah metode titik hitung dengan mengambil 12 titik pengamatan yang representatif.

Data struktur vegetasi diambil dengan menggambar fisiognomi vegetasi pada masing-masing titik pengamatan dan menghitung penutupan vegetasi serta pengambilan faktor lingkungan terukur. Analisis data digunakan metode diskriptif kuantitatif dan metode ordinasi dengan menggunakan PCA (Distribusi burung terhadap titik pengamatan) dan RDA (Distribusi burung terhadap faktor lingkungan) dengan menggunakan program CANOCO for windows 4.5. Berdasarkan hasil analisa didapatkan bahwa distribusi burung di Wonorejo, Surabaya tidak secara signifikan dipengaruhi oleh Penutupan vegetasi maupun faktor lingkungan terukur (Penutupan vegetasi P :0,9400; suhu P:0,358; Kelembabapan Udara P : 0,722 dan Penetrasi Cahaya P : 0,998 ) namun Distribusi burung di Wonorejo dapat dilihat dari Struktur vegetasi vertikal dan kompleksitasnya selain faktor ketersediaan makanan dan jenis burung. Kata kunci : Wonorejo, Distribusi Burung, Struktur Vegetasi PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara

dengan tingkat keanekaragaman hayati tinggi, salah satunya terlihat dari 1598 jenis burung berada di Indonesia dan 381 diantaranya adalah jenis endemik (Andono, 2004).. Burung merupakan plasma nutfah yang memiliki keunikan dan nilai yang tinggi baik nilai ekologi, ilmu pengetahuan, wisata dan budaya (Bibby, 2004). Menurut McNaughton (1990) spesies – spesies burung akan dapat berinteraksi satu dengan yang lain dan terdistribusi pada komunitasnya.

Interaksi dalam komunitas burung dapat mempengaruhi ekosistem pada satu daerah. Lebih lanjut, Bibby (2004) menerangkan bahwa penelitian tentang

burung merupakan hal yang sangat penting karena burung bersifat dinamis dan mampu menjadi indikator perubahan lingkungan yang terjadi pada daerah dimana burung tersebut berada. Hal ini dikarenakan burung merupakan vertebrata yang mudah terlihat secara umum, mudah diidentifikasi, dengan persebaran yang luas, namun dalam pengelolan dan konservasinya cenderung tidak banyak dilakukan pada kawasan dimana kelimpahan burungnya tinggi termasuk Indonesia.

Keanekaragaman jenis burung yang relatif tinggi tersebut, tidak diikuti dengan perkembangan daerah dimana burung tersebut berada, termasuk dikawasan perkotaan khususnya di daerah lahan basah (Augusta, 2006).

Page 2: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

Kecenderungan ini juga terjadi di Kota Surabaya yang aktivitas penduduknya sangat heterogen. Tambak-tambak dan lingkungan pantai yang merupakan penyangga ekologis berubah menjadi pemukiman, perdagangan serta industri yang aktivitas – aktivitasnya tidak lagi berorientasi pada pembangunan berwawasan lingkungan termasuk daerah lahan basahnya (Budiharjo, 1999). Sebagai contoh Peksa (2007) menyatakan area pertambakan Gunung Anyar pada awalnya merupakan daerah penting lahan basah di Surabaya karena menyediakan habitat bagi burung air dan menjaga abrasi yang telah berubah menjadi pertambakan dan area pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi baik untuk ekonomi masyarakat, budaya maupun dari sisi ekologisnya dalam menjaga keseimbangan lingkungan terutama menyediakan habitat bagi satwa dan memperbaiki mutu air serta pencegahan banjir. Dengan keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi serta fungsi sebagai sabuk hijau menyebabkan area Pantai Surabaya dengan luasan 3.100 ha (ekosistem pesisir dan mangrove) memiliki peran yang penting. Salah satu area penting dalam sabuk hijau tersebut adalah kawasan pertambakan dan pantai berlumpur Wonorejo, karena daerah tersebut memiliki breeding zone bagi burung air.

Wonorejo sendiri merupakan daerah yang memiliki kelimpahan flora fauna terutama mamalia, burung dan mangrove serta telah masuk daftar daerah IBA ( Important Bird Area ). Daerah IBA (Important Bird Area ) merupakan daerah penting bagi burung terutama burung air dan migran. Wonorejo memiliki wilayah kurang lebih 50 ha dimana wilayah tersebut telah di singgahi lebih dari 10.000 burung air tiap tahunnya. Sehingga, daerah ini menjadi tempat favorit untuk lomba pengamatan burung,

monitoring burung air, monitoring burung pantai, penandaan burung pantai dan riset flu burung (Peksa, 2007). Upaya konservasi yang dilakukan oleh pemerintah kota Surabaya adalah rencana pengembangan Kawasan Wonorejo sebagai MIC (Mangrove Information Center). Rencana pengembangan ekowisata pada kawasan tersebut telah dilakukan diantaranya wisata perahu yang telah dibuka pada tahun 2009. Pengembangan ekowisata ini akan berpengaruh terhadap ekosistem yang ada termasuk komunitas burung pada kawasan Wonorejo. Menurut Widhi (2008), Jenis burung yang telah teridentifikasi di Kawasan Wonorejo selama tahun 2007-2008 meliputi 140 jenis burung termasuk burung air, migran maupun burung lain dan 31 diantaranya memiliki status dilindungi oleh Perundang - undangan Indonesia. Menurut Sukmantoro (2007) Perundang - undangan Indonesia yang menyatakan peraturan perlindungan terhadap keanekaragaman flora - fauna dan pengawetannya adalah PP. No 7 Tahun 1999 yang mengacu pada UU. No 5 Tahun 1990 yang melindungi burung dengan sifat endemik pada suatu daerah (persebaran terbatas), mempunyai populasi yang kecil dan terdapat penurunan yang tajam pada jumlah individu di alam. Terkait dengan data dan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang distribusi burung yang dilindungi pada kawasan Wonorejo, Surabaya yang dapat dilihat berdasarkan struktur vegetasi yaitu struktur vertikal dan horizontal suatu vegetasi. Hal ini menyangkut pada kompleksitas makhuk hidup yang dapat beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungannya termasuk vegetasi yang ada pada daerah tersebut. Masalah yang mencakup pada penelitian ini adalah Distribusi jenis burung yang dilindungi Perundang - undangan Indonesia (PP. No 7 Tahun

Page 3: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa) berdasarkan struktur vegetasi (struktur vertikal dan horizontal) pada kawasan Wonorejo, Surabaya. Penelitian ini mencakup tentang studi untuk mengetahui :Distribusi jenis burung – burung yang dilindungi Perundang - undangan Indonesia (PP. No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa) berdasarkan struktur vegetasi (struktur vertikal dan horizontal) pada kawasan Wonorejo, Surabaya sebagai area ekowisata Wonorejo, Surabaya.Keterkaitan distribusi burung dan struktur vegetasi ( struktur vertikal dan horizontal ). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Distribusi jenis burung yang dilindungi Perundang - undangan Indonesia (PP. No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa) berdasarkan struktur vegetasinya ( struktur vertikal dan horizontal ) pada kawasan Wonorejo, Surabaya. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dasar

Distribusi burung yang dilindungi Perundang - undangan Indonesia berdasarkan struktur vegetasinya di Kawasan Wonorejo, sehingga dapat dijadikan bahan acuan dan rekomendasi untuk pengelolaan kawasan selanjutnya terutama penentuan kawasan lahan basah Wonorejo sebagai wilayah konservasi dan ekowisata yang mementingkan aspek alami, nilai ekonomi dan manusia sebagai pengelolanya. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian adalah selama 12 hari yang dilakukan pada bulan April – Mei 2010 dengan durasi Pengambilan data dilakukan perhari yakni pada pagi (06.00-11.00 WIB) dan sore (13.00-18.00 WIB) dalam satu hari (Cain, 2004). Lokasi penelitian adalah pada kawasan Ekowisata Wonorejo, Surabaya. Analisa data dilakukan di Laboratorium Ekologi, Biologi-Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Gambar 3.1. Lokasi penelitian Wonorejo, Surabaya

Keterangan : Luas wilayah penelitian Ekowisata Wonorejo = Bosem- pantai (merah) = ±5

Page 4: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

Keterangan titik-titik pada lokasi penelitian dengan vegetasi yang mendominasi : Titik Vegetasi Dominan

1 Hibiscus sp. , Calotropis gigantea

2 Avicennia marina, Acanthus ilicifolius

3 Avicennia marina, Nypa fruticans

4 Avicennia marina 5 Avicennia marina 6 Spinifex sp., Avicennia marina 7 Sesuvium portulascastrum 8 Sonneratia sp. 9 Avicennia marina, Rhizophora

sp. 10 Spinifex sp. 11 Avicennia marina, Xylocarpus

sp. 12 Avicennia marina,Sonneratia

casiolaris (YAPEKA, Tidak dipublikasikan) Alat, Bahan dan Prosedur Kerja Pengumpulan data Sekunder Pengumpulan data sekunder meliputi data tentang daftar jenis burung pada kawasan Wonorejo, Surabaya, peta lokasi dan keadaan fisik kawasan. Data jenis burung didapatkan dari daftar burung Wonorejo oleh Widhi ( 2008 ) . Peta lokasi didapatkan dari Google earth (www.googleearth.com) dan dimodifikasi yang disesuaikan dengan batasan lokasi penelitian. Pengumpulan data primer Tahap persiapan Sebelum melakukan survei pengambilan data dilakukan beberapa persiapan sebagai berikut : a) Persiapan alat pengambilan data

burung dan struktur vegetasi b) Observasi penggunaan habitat oleh

burung, termasuk tempat mencari makan, beristirahat ataupun bersarang dalam struktur vertikal dan horizontal vegetasi, serta jenis-jenis tumbuhan

yang terdapat di Kawasan Wonorejo, Surabaya.

Tahap survei dan pengambilan data Pengambilan data Burung Pengambilan data dilakukan dengan metode titik hitung (point count) secara acak. Penentuan titik hitung menurut Bibby (2004) dinyatakan bahwa untuk wilayah yang luas dan terbuka dibuat titik hitung secara acak berdasarkan pembagian sampel area (kotak wilayah ) dengan garis kuadrat. Titik hitung menggunakan jarak pandang 100 - 150 m keliling titik hitung. Tiap titik hitung dilakukan pengamatan dengan menggunakan Teropong Binokuler “Bushnell” Binoculars Elite 12.5x 50 mm 62-5012 dan Monokuler “ Hunter “ dengan durasi waktu 10-15 menit. Kemudian spesies burung yang ditemukan didokumentasi menggunakan DLSR “Canon EOS” α40x atau dengan teknik Digiscoping menggunakan monokuler dan kamera Digital “Canon” 12 pixel dengan perbesaran hingga optical zoom 3,3. Dengan total 12 titik pengamatan dalam jalur kurang lebih 3 km, maka totalitas maksimum waktu perkiraan yang dihabiskan adalah : Per titik : 12 titik x 10 menit = 120 menit Jarak antar titik : 11 jarak antar titik x 15 menit = 165 menit 285menit= 4 jam 45 menit Data daftar jenis burung yang diambil adalah data jenis burung berdasarkan Field Guide Burung Indonesia MacKinnon (1997) dan Daftar Burung Indonesia 2 Sukmantoro (2007), aktivitas burung teramati ( mencari makan, bersarang, beristirahat ) dan jumlah individu burung yang ditemukan menggunakan Hand tally Counter. Jika

Page 5: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

terdapat burung yang ditemukan namun tidak terdapat dalam daftar burung Wonorejo 2007-2008 menurut Widhi (2008), maka akan ditambahkan burung

tersebut ke dalam daftar burung yang ditemukan pada penelitian ini.

Gambar 3.2. Jarak dan alur antar titik Pengamatan burung di Wonorejo, Surabaya

Pengambilan data Struktur vegetasi Pengambilan data struktur vegetasi dilakukan berdasarkan struktur horisontal maupun vertikal. Metode yang digunakan adalah titik hitung secara acak menurut pada titik pengambilan data burung ( Irwanto, 2007 ). Pengambilan data meliputi parameter sebagai berikut : 1. Struktur vertikal : meliputi profil

vegetasi secara fisiognomi (vegetasi hutan mangrove : pohon dengan d > 4 cm, sapling dengan d < 4 cm, tinggi > 1 m, seedling dengan tinggi < 1 m, semai serta herba atau rumput penyusun vegetasi dan untuk vegetasi darat yang tidak masuk ke dalam vegetasi mangrove memiliki klasifikasi sebagai berikut pohon (d > 20 cm) , tiang (d : 7 – 20 cm), pancang (tinggi > 1, 5 m dan d < 7 cm) serta semai (tinggi < 1, 5 m).

Pengamatan dimulai dengan menentukan titik pengamatan pada satu titik pengambilan data burung. Pada titik tersebut, garis transek lurus dibuat dengan plot ± 25–50 m dan lebar 10 m menggunakan alat ukur meteran lapangan dengan panjang 50m dan ditandai dengan tali rafia. Karakteristik tampilan luar vegetasi dicatat berdasar kode struktural vegetasi Danserau (1958) yang kemudian disesuaikan dengan karakteristik tumbuhan mangrove oleh Kitamura (1997). Identifikasi mangrove

menggunakan buku “Handbook of Mangrove in Indonesia “ oleh Kitamura 1997 dan “Panduan pengenalan Mangrove di Indonesia” oleh Rusila-noor dkk, 2006. Keterangan karakteristik tumbuhan mangrove oleh Kitamura tersebut dapat dilihat dalam Lampiran. 3 hal 32 dan pada fisiognomi vegetasi ditambahan kode nama tumbuhan yang tercantum. Data yang didapatkan kemudian digambarkan pada kertas bergaris dengan skala dan difoto lokasi pengambilan data sebagai pembanding dengan menggunakan kamera Digital “Canon “ 12 pixel dengan perbesaran hingga optical zoom 3,3.

Tabel kode struktural vegetasi Danserau, 1958 adalah sebagai berikut :

100-

150

m

100-

150

m

100-

150

m

Titik ke-1 Titik ke-2 Titik ke-n

200 – 300 m 200 – 300 m

Page 6: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

( Allen, 1959). 2. Struktur horisontal : meliputi

penutupan suatu vegetasi terhadap luasan wilayah. Penghitungan struktur ini dengan menggunakan rumus penutupan ( covered ) tiap jenis spesies penyusun yang dapat menggambarkan letak dari suatu individu spesies terhadap spesies yang lain. Penutupan dihitung sebagai area yang tertutup oleh spesies dibagi dengan keseluruhan area habitat. Peletakan plot pada perhitungan struktur horisontal mengikuti transek struktur vertikal.

Rumus perhitungan basal area suatu pohon : Basal area ( BA ) = π x DBH 2

4 Keterangan : π= 3,14 DBH = Diameter of Breast hight

Rumus perhitungan luas area penutupan suatu spesies : Luas area penutupan suatu jenis (Ci) = Total basal area pohon ( spesies ) Luas total area pengambilan contoh (plot)

(Bengen, 2003)

Luas total penutupan pohon dalam area sampling = Total penutupan area seluruh jenis pohon Luas total area pengambilan contoh Gambar 3.3 Penutupan suatu spesies dan Pengukuran DBH ( Diameter at Breast

Height ) Pohon serta variasi titik pengukuran DBH untuk beberapa batas yang mempunyai bentuk berbeda-beda

3. Kelimpahan ( abundance ) setiap

spesies Kelimpahan merupakan jumlah total individu dalam seluruh area.

Pengambilan Data Parameter ingkungan Data parameter lingkungan yang diambil meliputi titik koordinat pengamatan dengan menggunakan

X 100 %

DBH :

1,3 m

Penutupan suatu

spesies dalam

satu area ( Species

Covered area )

Page 7: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

Global Positioning System “Garmin” dengan akurasi terkecil 3 m, suhu dan kelembaban udara menggunakan Thermohigrometer dan penetrasi cahaya dengan menggunakan Luxmeter . Analisa data Analisa Deskriptif Kuantitatif Analisa data yang didapatkan dari hasil tabel dan dianalisa secara deskriptif kuantitatif dengan menjabarkan Analisa daftar jenis burung, jumlah burung, struktur vegetasi ,keterangan distribusi burung dan hubungannya dengan struktur vegetasi, aktivitas burung, parameter lingkungan dan dianalisa selanjutnya dengan Metode ordinasi dengan membandingkannya dengan litelatur maupun data yang telah didapatkan. Analisa data dengan Metode Ordinasi Metode ordinasi dilakukan dengan menggunakan DCA (Detrended Correspondence Analysis) menggunakan program CANOCO for Windows 4.5. Data ditabelkan melalui Microsoft Excel, kemudian di export kedalam Format Canoco melalui WCanoImp. Program Canoco for Windows dibuka, dan data di ordinasikan oleh Canoco. Setelah data dapat di ordinasikan akan diketahui Lenght of Gradient sebagai suatu nilai untuk memodelkan data dan Eigenvalues

dari data tersebut, dengan nilai ini akan ditentukan pilihan untuk ordinasi data selanjutnya baik melalui Metode linier (PCA, Principal Componens Analisis atau RDA, Redundancy analysis) ataupun dengan Metode unimodal (CA. Correspondence analysis. DCA, Detrended Correspondence analysis, atau dengan CCA, Canonical correspondence analysis). Ketika Lenght of Gradient < 3 maka digunakan metode Linier dan ketika Length of Gradient > 4 maka digunakan metode Unimodal. Jika Length of Gradient antara 3-4 maka lebih baik menggunakan metode linier. Setelah Running melalui CANOCO maka ha hasil dan kesimpulan program akan diinput data dengan membuat diagram melalui CanoDraw (Leps, 1953).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Burung- burung dilindungi di Kawasan Wonorejo,Surabaya

Pada hasil pengamatan di Kawasan Wonorejo, Surabaya ditemukan 24 spesies burung dilindungi yang akan disajikan dalam tabel 4.1 berikut. Kriteria burung dilindungi berdasar pada PP no. 7 tahun 1999. Tabel 4.1 Daftar jenis burung dilindungi di Wonorejo, Surabaya

No Spesies Nama Indonesia

Nama Inggris Famili Status

1. 1 Anhinga melanogaster

Pecukular asia Darter Phalacrocoracidae A

2. 2 Egretta intermedia

Kuntul perak Yellow-billed egret Ardeidae A

3. 3 Egretta eulophotes

Kuntul cina Chinesse egret Ardeidae A

4. 4 Ardea alba Cangak besar Great egret Ardeidae A 5. 5 Egretta garzetta Kuntul kecil Little egret Ardeidae A 6. 6 Ardeola speciosa Blekok sawah Javan pond heron Ardeidae A 7. 7 Charadrius

javanicus Cerek jawa Javan plover Charadriidae A

8. 8 Numenius phaeopus

Gajahan penggala

Whimbrel Scolopacidae A

9. 9 Numenius arquata

Gajahan erasia Eurasian Curlew Scolopacidae A

Page 8: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

10. 10 Numenius minutus

Gajahan kecil little curlew Scolopacidae A

11. 11 Himantopus leucocephalus

Gagangbayang Belang

White-headed Stilt Recurvirostridae A

12. 12 Chlidonias hybridus

Daralaut Kumis Whiskered Tern Laridae A

13. 13 Gelochelidon nilotica

Daralaut Tiram Gull-billed Tern Laridae A

14. 14 Sterna hirundo Daralaut Biasa Common Tern Laridae A 15. 15 Sterna fuscata Daralaut

Sayap-hitam Sooty Tern Laridae A

16. 16 Sterna albifrons Daralaut Kecil Little Tern Laridae A 17. 17 Sterna bergii Daralaut

Jambul Swift Tern Laridae A

18. 18 Chlidonias leucopterus

Dara laut sayap-putih

White-winged Tern Laridae A

19. 19 Alcedo coerulescens

Rajaudang Biru Cerulean Kingfisher

Alcedinidae A

20. 20 Halcyon chloris Cekakak Sungai

Collared Kingfisher Alcedinidae A

21. 21 Halcyon sanctus Cekakak australia

Sacred Kingfisher Alcedinidae A

22. 22 Rhipidura javanica

Kipasan Belang Pied Fantail Rhipiduridae A

23. 23 Cinnyris jugularis

Burungmadu Sriganti

Olive-backed Sunbird

Nectariniidae A

24. 24 Centropus nigrorufus

Bubut Jawa Sunda caucal Cuculidae A

Keterangan : A : Spesies dilindungi

oleh PP. No. 7 Tahun 1999

Berdasarkan pada tabel 4.1 burung yang banyak ditemukan di Wonorejo, Surabaya adalah burung air dari Famili Ardeidae. Scolopacidae, Laridae dan Alcedinidae serta beberapa dari famili lain seperti Phalacrocoracidae, Charadriidae dan Recurvirostridae serta burung-burung selain burung air seperti Rhipiduridae, Nectarinidae dan Cuculidae. Burung –burung tersebut umumnya adalah spesies yang dilindungi oleh PP. No. 7 Tahun 1999 yang mengacu pada UU no. 5 tahun 1990. Menurut Widhi (2008), Jenis burung yang telah teridentifikasi di Kawasan Wonorejo selama tahun 2007-2008 meliputi 140 jenis burung termasuk

burung air, migran maupun burung lain dan 31 diantaranya memiliki status dilindungi oleh Perundang - undangan Indonesia. Namun, pada penelitian ini ditemukan perbedaan jumlah spesies burung yang dilindungi yakni dari 31 spesies berdasarkan Widhi, 2008 hanya ditemukan 24 spesies burung dilindungi. Penurunan jumlah Jenis Burung dilindungi yang ditemukan di Wonorejo salah satu diantaranya diduga akibat konversi lahan selain dari faktor perbedaan waktu, lama pengamatan dan kondisi wilayah di Wonorejo. Konversi lahan yang dimaksud adalah lahan yang semula menjadi daerah alami dengan mudflat panjang dan beberapa tambak besar sebagai penyedia makanan bagi burung air menjadi daerah perumahan dan penebangan pada beberapa area hutan mangrove. Konversi besar-besaran

Page 9: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

menjadi tambak khususnya terjadi di Jawa Timur, Sulawesi dan Sumatera termasuk daerah Pesisir Pantai Timur Surabaya (Howes,2003). Sedangkan faktor perbedaan waktu, lama pengamatan dan kondisi lapangan wilayah Wonorejo merupakan faktor teknis karena Widhi,2008 mengadakan penelitian selama kurang lebih 6 bulan pada musim antara migran dan non migran dengan kondisi lapangan yang

berbeda akibat belum adanya penambahan perumahan „Wonorejo asri”. Struktur vegetasi di Kawasan Wonorejo,Surabaya Pada penelitian ini ditemukan 18 spesies tumbuhan di Wonorejo sebagaimana tersaji dalam tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2 Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di Wonorejo, Surabaya

No Nama Tumbuhan Nama lokal Jenis mangrove atau vegetasi

1 Avicennia alba Api-api, sia-sia Major 2 Avicennia marina Api-api,pejapi Major

3 Sonneratia casiolaris Bogem Major 4 Rhizophora mucronata Bakau,tanjang-

lanang Major

5 Nypa frutican Buyuk, nipah Major 6 Bruguiera cylindrica Tanjang-putih, bius Major 7 Excoecaria agallocha Madengan, buta-buta Minor 8 Xylocarpus moluccensis Banang-banang, siri Minor 9 Aegyceras floridum Mange-kashian Minor 10 Acanthus ilicifolius Jeruju Asosiasi 11 Hibiscus tiliaceus Waru laut Asosiasi 12 Ipomoea pescaprae Katang-katang Asosiasi 13 Sesuvium

portulascastrum Sesepi, gelang laut Asosiasi

14 Calotropis gigantea Modori Asosiasi 15 Spinifex sp. Rumput Asosiasi 16 Derris trifoliata Ambung, kambingan Asosiasi 17 Mimosa pudica Putri malu Vegetasi darat 18 Ziziphus mauritania Bidara Vegetasi darat

Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil bahwa tumbuhan di Wonorejo terdiri dari 18 spesies. Dari ke-18 spesies tersebut 2 diantaranya adalah vegetasi darat yang masuk ke daerah vegetasi mangrove yaitu Mimosa pudica dan Ziziphus mauritania. Kedua spesies tumbuhan ini masih bisa tumbuh di area vegetasi mangrove Wonorejo karena terletak pada area daratan (dekat dengan bosem). Tumbuhan khas vegetasi mangrove di Wonorejo adalah Bruguiera cylindrica hanya terdapat di Wonorejo dari seluruh wilayah Pesisir pantai timur

Surabaya meliputi Kenjeran, Keputih, Wonorejo, Medokan dan Gunung anyar (YAPEKA, tidak dipublikasikan). Wonorejo merupakan wilayah pesisir pantai Timur Surabaya yang sesuai untuk hidup mangrove. Tomlinson (1986) dan Wightman (1989) mendefinisikan mangrove sebagai tumbuhan yang terdapat di daerah pasang surut. Mangrove juga didefinisikan sebagai formasi tumbuhan daerah litoral yang khas di pantai daerah tropis dan sub tropis yang terlindung menurut Saenger, dkk, (1983) (Noor,2006). Menurut Irwanto (2006), mangrove adalah khas

Page 10: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

daerah tropis yang hidupnya hanya berkembang baik pada temperatur dari 19° sampai 40° C, dengan toleransi fluktuasi tidak lebih dari 10°C. Pernyataan ini sesuai dengan topografi dari Wonorejo sendiri yang merupakan bagian dari Pesisir pantai timur Surabaya. Pada hasil pengambilan data vegetasi, terdapat perbedaan antara tumbuhan yang mendominasi pada tiap titiknya terkait dengan data pada BAB III dengan hasil pengamatan data. Hal ini dapat terlihat bahwa terdapat beberapa tumbuhan yang pada BAB III Metodologi

didata mendominasi titik 7,8 dan titik 10 ternyata pada hasil pengamatan mengalami perbedaan jenis yang mendominasi, misalnya pada titik 7, 8 dan 10 Avicennia marina merupakan tumbuhan yang paling banyak ditemukan (data grafik 4.1). Selain hal tersebut, hasil pengambilan data menunjukkan adanya kelimpahan 7 spesies tumbuhan pengisi vegetasi mangrove di Wonorejo yang berhabitus pohon. Daftar kelimpahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Grafik 4.1 Distribusi kelimpahan 7 jenis pohon di Wonorejo, Surabaya pertitik pengambilan data Ket : Am : Avicennia marina Rz : Rhizophora mucronata Aa : Avicennia alba Ex : Excoecaria agallocha Hb : Hibiscus tilliaceus Un : Ziziphus mauritania Sc : Sonneratia casiolaris Berdasarkan grafik 4.1 tentang distribusi kelimpahan 7 jenis mangrove (pohon) di Wonorejo dapat dilihat bahwa Avicennia marina merupakan jenis yang hampir ditemukan pada setiap titik pengambilan data burung dengan kelimpahan yang tinggi terdapat pada titik 2, yaitu 45 individu. Avicennia marina merupakan jenis yang mendominasi, dimana tumbuhan Avicenna marina merupakan jenis mangrove yang memiliki toleransi terhadap faktor lingkungan yang paling tinggi dan merupakan tumbuhan pionir

pada lahan pantai yang terlindung, memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai habitat pasang-surut, bahkan di tempat asin sekalipun (Kitamura, et all.,2004). Jenis ini merupakan salah satu jenis tumbuhan yang paling umum ditemukan di habitat pasang-surut. Akarnya sering membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses pembentukan tanah timbul. Jenis ini dapat juga bergerombol membentuk suatu kelompok pada habitat tertentu. Persebarannya mudah karena adaptasinya yang tinggi (Noor, 2006).

Page 11: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

Kelimpahan mangrove terbesar kedua adalah Excoecaria agallocha. Tumbuhan ini termasuk jenis mangrove minor yang memerlukan masukan air tawar dalam jumlah besar (Kitamura, et all.,2004). Umumnya ditemukan pada bagian pinggir mangrove di bagian daratan, atau kadang-kadang di atas batas air pasang(Noor, 2006). Sedangkan tumbuhan yang paling rendah kelimpahannya adalah Bruguiera cylindrica. Biasanya tumbuh pada tanah liat di belakang zona Avicennia, atau di bagian tengah vegetasi mangrove kearah laut (Kitamura, et all.,2004). Jenis ini juga memiliki kemampuan untuk tumbuh pada tanah/substrat yang baru terbentuk dan tidak cocok untuk jenis lainnya. Kemampuan tumbuhnya pada tanah liat membuat pohon jenis ini sangat bergantung kepada akar nafas untuk memperoleh pasokan oksigen yang cukup, dan oleh karena itu sangat responsif terhadap penggenangan yang berkepanjangan. Memiliki buah yang ringan dan mengapung sehingga penyebarannya dapat dibantu oleh arus air, tapi pertumbuhannya lambat (Noor, 2006). Kelimpahan tumbuhan akan mempengaruhi penutupan vegetasi

terhadap wilayahnya. Penutupan suatu vegetasi akan memberikan efek yang berbeda dengan asosiasi makhluk hidup yang berada pada daerah tersebut dengan daerah lain. Penutupan paling besar oleh vegetasi dengan spesies yang melimpah dan diameter besar akan menimbulkan kecenderungan suatu wilayah yang tertutup (close landscape), sedangkan untuk wilayah dengan vegetasi yang jarang dan hanya memiliki individu dengan diameter kecil akan memiliki kecenderungan wilayah yang lebih terbuka (open landscape). Bentang alam yang terbuka maupun tertutup tersebut akan mengakibatkan adanya fauna asosiasi yang berbeda, tergantung fungsi dan sumber daya yang terdapat dalam wilayah tersebut. Semakin kompleks suatu vegetasi dapat diasumsikan akan semakin kompleks makhluk hidup yang berasosiasi didalamnya, karena sumber daya yang didapat seperti makanan, tempat berlindung, istirahat serta bersarang yang lebih banyak dibanding dengan daerah yang bervegetasi rendah ataupun penutupannya kecil (Hunter,1992). Penutupan vegetasi pada tiap titik pengambilan data pada penelitian ini dapat dilihat pada grafik sebagai berikut.

Grafik 4.2 Grafik presentase penutupan vegetasi pada tiap titik pengambilan data di

Wonorejo, Surabaya Bedasarkan grafik di atas dapat

dilihat bahwa titik dengan penutupan

Page 12: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

wilayah paling tinggi adalah titik 8 yaitu 57,41% dengan kelimpahan Avicennia marina, Sonneratia casiolaris, Avicennia alba dan Excoecaria agallocha yang besar dengan habitus pohon(Gambar 4.1 Fisiognomi titik 8 ). Berdasarkan struktur vertikalnya terlihat bahwa titik 8 ini memiliki banyak pohon dengan diameter antara 5-15 cm sehingga penutupan wilayahnya lebih besar. Sedangkan

paling rendah tertutup oleh vegetasi adalah titik 10 yaitu hanya 3,85% dengan kelimpahan Avicennia marina dan Hibiscus tiliaceus dengan diameter 4-7cm(Gambar 4.1 Fisiognomi titik 10). Struktur vegetasi pada daerah Wonorejo, Surabaya disajikan dalam tabel fisiognomi vegetasi pada titik pengambilan data sebagai berikut :

Titik 1 Titik 2

Titik 3 Titik 4

Titik 5 Titik 6

Titik 7 Titik 8

Page 13: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

Titik 9 Titik 10

Titik 11 Titik 12

Keterangan : Am : Avicennia marina Cg : Calotropis gigantea Dt : Derris trifoliata Hb : Hibiscus tiliaceus Mp: Mimosa pudica Sp : Spinifex sp. Ex : Excoecaria agallocha Ac : Acanthus ilicifolius Un : Ziziphus mauritani Ny : Nypa frutican Rz : Rhizophora mucronata Aa :Avicennia alba Sc : Sonneratia casiolaris Bg : Bruguiera cylindrica Xy : Xylocarpus moluccensi Ag : Aegyceras floridum Ip : Ipomoea pescaprae Ss : Sesuvium portulascastrum

Gambar 4.1 Fisiognomi vegetasi pada titik pengambilan data di Wonorejo, Surabaya

Faktor lingkungan di Kawasan Wonorejo,Surabaya

Faktor lingkungan merupakan suatu faktor yang mempengaruhi keberadaan suatu makhluk hidup dimana faktor ini dapat menjadi faktor pembatas keberadaan suatu makhluk hidup. Faktor yang mempengaruhi keberadaan suatu makhluk hidup dalam suatu wilayah dengan vegetasi dan lingkup yang kecil biasa disebut sebagai faktor microclimate. Faktor lingkungan yang diambil dalam penelitian ini meliputi

suhu, kelembaban udara dan penetrasi cahaya yang masuk. Suhu dan penetrasi cahaya memiliki kecenderungan dimana suhu tinggi biasanya dipengaruhi oleh penetrasi cahaya yang besar, sehingga kelembabannya rendah (hasil pada gambar grafik 4.1 a,b,c). Berikut tabel 4.3 tentang hasil pengukuran faktor microclimate di daerah Wonorejo, Surabaya dan gambar grafik 4.3 tentang fluktuasi faktor lingkungan di Wonorejo pada tiap titik pengambilan data.

Tabel 4.3 Faktor microclimate lingkungan di Wonorejo, Surabaya Titik Koordinat Suhu (0 C) Kelembaban (%) Cahaya (Lux) 1 S : 07018'27,3"

E : 112049'26,2" 33,95 73,1 9650

2 S : 07018'29,3" E : 112049'31,1"

36,05 61 10470

3 S : 07018'44,1" E : 112049'29,4"

34,1 66,7 4410

4 S : 07018'44,4" E : 112049'47,2"

34,8 65,65 7600

Page 14: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

5 S : 07018'49,5" E : 112049'56,5"

34,35 63,35 6480

6 S : 07018'50,9" E : 112050'07,3"

33,8 66,65 1629

7 S : 07018'49,2" E : 112050'08,5"

33,5 70,85 3420

8 S : 07018'59,0" E : 112050'11,8"

33,2 69,95 1528

9 S : 07018'50,8" E : 112050'28,0"

34,05 76,95 1315

10 S : 07018'46,0" E : 112050'21,4"

34,6 73,65 12910

11 S : 07018'43,8" E : 112050'31,1"

34,1 70,65 12580

12 S : 07018'20,6" E : 112050'40,2"

33,45 70,65 7690

(a) (b)

(c)

Grafik 4.3 Grafik Perbedaan faktor lingkungan pada tiap titip pengambilan data di Wonorejo, Surabaya (a) suhu (0C), (b) kelembaban udara (%), dan (c) penetrasi cahaya

(lux)

Page 15: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

Distribusi burung dilindungi di Wonorejo, Surabaya Distribusi burung pada penelitian ini ditinjau dari titik hitung pengamatan burung berdasarkan perbedaan karakteristik struktur vegetasi baik struktur vegetasi vertikal maupun horisontal. Struktur vegetasi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi seleksi habitat makhluk hidup, reproduksi dan ketahanan hidup (Clawges dkk.,2007). Distribusi burung diilustrasikan dengan menggunakan diagram PCA (Principal Componen Analaysis). Metode

ordinasi PCA akan mengilustrasikan data yang banyak menjadi sederhana dengan mengekstraknya menjadi variasi data (Huggett,2004). Diagram PCA tersebut didukung dengan data jumlah individu dan spesies burung pada tiap titik pengamatan di Wilayah Wonorejo, Surabaya sebagaimana dalam Tabel 4.4 berikut. Tabel 4.4 Distribusi burung pada tiap titik pengamatan di Wonorejo, Surabaya

No

Spesies Nama Indonesia

Titik pengamatan Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

12

1. 1 Anhinga melanogaster

Pecukular asia

0 0 0 5 0 1 0 4 1 1 0 0 12

2. 2 Egretta intermedia

Kuntul perak

1 13 0 43 99 8 0 0 2 6 0 0 262

3. 3 Egretta eulophotes

Kuntul cina

0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 0 0 4

4. 4 Ardea alba Cangak besar

0 1 1 27 6 17 7 1 0 2 0 6 68

5. 5 Egretta garzetta

Kuntul kecil

18

57 6 616 45 84 71 2 2 131

0 146

1178

6. 6 Ardeola speciosa

Blekok sawah

32

27 17 32 28 22 22 3 1 17 0 34 235

7. 7 Charadrius javanicus

Cerek jawa

0 0 0 0 12 2 7 2 0 5 0 3 31

8. 8 Numenius phaeopus

Gajahan penggala

0 0 0 954 1 0 2 0 2 2 0 0 961

9. 9 Numenius arquata

Gajahan erasia

0 0 0 37 2 0 0 0 0 2 0 0 41

10. 10

Numenius minutus

Gajahan kecil

0 0 0 141 0 0 0 0 0 0 0 0 141

11. 11

Himantopus leucocephalus

Gagangbayang Belang

0 0 0 105 9 2 2 2 3 7 0 0 130

12. 12

Chlidonias hybridus

Daralaut Kumis

0 0 0 0 12 0 0 0 0 0 0 0 12

13. 13

Gelochelidon nilotica

Daralaut Tiram

12

9 4 100 2 0 12 14

1 4 0 42 200

14. 14

Sterna hirundo

Daralaut Biasa

5 2 85 0 23 0 1 0 0 0 0 26 142

15. 1Sterna Daralaut 2 5 3 13 2 0 0 0 0 0 0 0 25

Page 16: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

5 fuscata Sayap-hitam

16. 16

Sterna albifrons

Daralaut Kecil

0 0 0 115 108

0 3 9 0 0 0 4 239

17. 17

Sterna bergii Daralaut Jambul

0 0 0 7 7 0 0 0 0 0 0 3 17

18. 18

Chlidonias leucopterus

Dara laut sayap-putih

15

1 4 33 68 0 145

28

8 0 0 37 339

19. 19

Alcedo coerulescens

Rajaudang Biru

3 7 3 6 7 7 8 17

3 6 5 3 75

20. 20

Halcyon chloris

Cekakak Sungai

0 0 0 1 1 0 1 2 3 6 3 20 37

21. 21

Halcyon sanctus

Cekakak australia

0 0 1 5 2 0 4 6 1 2 11

4 36

22. 22

Rhipidura javanica

Kipasan Belang

2 1 3 0 1 1 0 5 24 3 41

5 86

23. 23

Cinnyris jugularis

Burungmadu Sriganti

0 1 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13

24. 24

Centropus nigrorufus

Bubut Jawa

0 0 5 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6

Jumlah Individu 90

124

144

2243

435

144

287

95

51 194

60

423

4290

Jumlah Spesies 9 11 12 19 19 9 14 13

12 14 4 3 24

Distribusi burung dilindungi pada tiap titik pengamatan di Wonorejo, dilihat berdasarkan faktor vegetasi dan lingkungannya. Pendistribusian burung tersebut dapat dilihat dari ilustrasi

diagram hasil metode ordinasi menggunakan PCA (Principal Componen Analysis) oleh CANOCO For Windows 4.5 sebagai berikut.

Page 17: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

Gambar 4.3 Diagram ordinasi Distribusi Burung dilindungi di Wonorejo menggunakan PCA (Principal Componen Analysis)

Ket : : Kode titik pengambilan data burung ( Titik 1-12) : Kode jenis spesies burung (kode Huruf kapital) Am : Anhinga melanogaster Gn : Gelochelidon nilotica Ei : Egretta intermedia Sh : Sterna hirundo Ee : Egretta eulophotes Sf : Sterna fuscata Eg : Egretta garzetta Sa : Sterna albifrons Aa : Ardea alba Sb : Sterna berqii As : Ardeola speciosa Cl : Chlidonias leucopterus P : Charadrius javanicus Ac : Alcedo coerulescens Np : Numeius phaeopus Hc : Halcyon chloris Na : Numenius arquata Hs : Halcyon sanctus Nm : Numenius minutus Rj : Rhipidura javanica Hl : Himanthopus leucocephalus Cj : Cinnyris jugularis Ch : Chlidonias hybridus Cn : Centropus nigrorufus Analisis PCA didapatkan setelah mengetahui nilai data spesies burung dan kelimpahannya dengan menggunakan DCA ( Detrended Correspondence

Analysis) oleh program CANOCO for Windows 4.5 yaitu Length of gradient- nya adalah 3,455. Sehingga, untuk mengilustrasikan distribusi burung

-0.4 1.2

-0.6

1.0

Am

Ei

Ee

Eg

Aa

As

Np Na

Ch

Gn

Sh

Sf

Sa

Sb

Hs

Ac

Hc

Rj

Cj

Cl

Cn

Nm

Hl

P

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Axis 1

Axis 2

Page 18: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

dilindungi di Wonorejo selanjutnya digunakan metode Linier yaitu PCA (Principal Correspondence Analysis). Analisis data yang didapatkan berupa diagram PCA sesuai dengan gambar 4.2 diatas menunjukkan adanya titik-titik yang memiliki kecenderungan karakteristik distribusi burung sama karena terletak pada axis yang sama. Axis 1 dan 2 menunjukkan pemisahan distribusi burung menjadi 3 kelompok pada titik-titik pengambilan data yaitu titik 1-2-3-6-8-9-10-11, titik 4 dan titik 5-7-12. Pembagian dan penempatan titik-titik pada bagian axis tersebut berdasarkan pada nilai dari distribusi burung yang mempengaruhi bentuk asosiasinya dengan titik pengambilan data. Pemisahan yang diduga membentuk kelompok distribusi burung dilindungi berdasarkan diagram PCA tersebut yakni pada titik 1-2-3-6-8-9-10-11 yang diasumsikan dengan adanya burung yang terdistribusi pada titik tersebut adalah sama-sama burung terestrial yang menyukai vegetasi seperti Rhipidura javanica, Cynniris jugularis, Centropus negrorufus, Alcedo coerulescens, Halcyon sanctus serta burung aerial seperti Sterna hirundo. Namun, Kipasan belang (Rhipidura javanica) paling melimpah di titik 11(41 total akumulasi individu yang dijumpai : tabel 4.4) dibandingkan dengan titik yang lainnya karena karakteristik vegetasi yang tidak terlalu rapat, dengan cabang yang panjang dan bersifat horisontal menyebabkan kipasan mampu beradaptasi untuk bermain, beristirahat bahkan mencari makan pada bagian semak rumput Spinifex sp.(gambar 4.2 Fisiognomi titik 11). Pada kelompok distribusi burung dilindungi di titik 5,7,12 memiliki asosiasi burung dari jenis Charadrius javanicus, Chlidonias hybridus, Halcyon chloris, Chlidonias leucopterus dan sebagian Ardea alba serta Ardeola speciosa. Sedangkan, pada

titik 4 merupakan titik istimewa dengan asosiasi burung dengan jumlah paling besar.

Berdasarkan diagram ordinasi PCA(Gambar 4.3) dan data distribusi (tabel 4.4) dapat dilihat bahwa terdapat titik – titik istimewa yakni titik 4, 3 dan 5. Titik 4 merupakan titik yang paling banyak berasosiasi dengan spesies burung. Total 19 jenis spesies terdapat pada titik ini dan paling besar individu yang djumpai mencapai 954 untuk Gajahan pengala (Numenius phaeopus) dari famili Scolopacidae, bahkan spesies burung air seperti Ardeidae dan Laridae memiliki kelimpahan individu yang paling besar pada titik 4 (Tabel 4.4). Scolopacidae yang mendominasi pada titik ini biasanya pengunjung tetap di daerah pesisir dengan lumpurrnya. Umumnya ditemukan di pantai atau di daerah basah terbuka, sering dekat laut dan merupakan burung migran yng dilindungi secara global. Gajahan pengala sendiri menyukai gosong lumpur, muara pasang surut, daerah berumput dekat pantai, paya, dan pantai berbatu. Biasanya hidup dalam kelompok kecil sampai besar, dan sering berbaur dengan burung perancah lain (MacKinnon,1997). Oleh karena inilah jenis Gajahan pengala selalu ditemukan bercampur dengan Gajahan kecil ataupun Gajahan Erasia serta burung dari Ardeidae.

Titik 4 istimewa dikarenakan memiliki faktor pendukung dan menjadi favorit burung di Wonorejo. Faktor pertama adalah titik 4 memiliki karakterstik vegetasi yang menjadi pelindung bagi burung dari kecepatan angin yang besar (Gambar 4.2 fisognomi titik 4). Vegetasi yang mendominasi adalah Avicennia marina, Excoecaria dan Hibiscus tiliaceus dengan penutupan vegetasi sebesar 23,78%. Dengan adanya vegetasi ini burung dari Scolopacidae maupun Ardeidae yang banyak ditemukan memanfaatkan bagian lumpur dibelakang vegetasi sehingga kecepatan angin yang berhembus lebih pelan dan memberi

Page 19: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

keuntungan saat mencari makan maupun istirahat bagi burung. Selain itu menurut Holmes (1990) dikatakan bahwa Gajahan pengala sering mendatangi gosong lumpur yang berdekatan dengan mangrove dan kadang berjalan ke dalam mangrove pada saat tertentu. Beberapa jenis Ardeidae seperti Kuntul kecil memanfaatkan vegetasi sebagai tempat istirahat atau mengeringkan bulu setelah berada pada lumpur (gambar 4.4(a)). Jenis cekakak baik cekakak sungai (Halcyon chloris) maupun cekakak australia (Halcyon sanctus) juga ditemukan di daerah ini, berasosiasi dengan vegetasi yang terdapat di bagian tepi perairan, mencari makan dengan cepat ke dalam air dan terbang cepat kembali ke ranting pohon terutama Avicennia untuk memakan mangsanya.

Faktor kedua adalah adanya bagian tengah dari titik 4 (Gambar 4.2 : Fisiognomi titik 4) yang terlihat kosong karena merupakan perairan terbuka berlumpur dengan kedalaman yang rendah 10-15cm (Lukman,2010). Bagian ini sering dikunjungi oleh burung seperti burung air yang memanfaatkan area ini karena melimpahnya invertebrata yang berada pada daerah lumpur (Lukman, 2010). Dara laut dari family Laridae ditemukan pada area ini berputar-putar dan kadang menyambar mangsa yang terdapat di perairan terbukanya. Namun, pada saat perairan tidak berair dan menyisakan lumpur keras, dara laut akan turun dan membentuk koloni dan beristirahat sambil membersihkan bulunya (gambar 4.4(b)).

(a) (b) Gambar 4.4 Penggunaan area terbuka pada titik 4 (a) Gajahan pengala dan gajahan

kecil sedang beristirahat dan mencari makan dalam koloni besar (>300 individu), (b) Dara laut (Laridae) sedang beristirahat dibagian area terbuka titik 4 saat tidak berair.

Burung Gagang bayam

(Himantopus leucocephalus) juga banyak ditemukan di titik 4 karena burung ini memanfaatkan lokasi tersebut sebagai area bermain dan beristirahat. Burung yang memiliki kecenderungan berasosisi terhadap titik 4 selain jenis Scolopacidae maupun Ardeidae, adalah jenis dari Phalacrocoracidae yaitu Pecuk ular Asia (Anhinga melanogaster). Burung ini membangun sarang pada bagian ujung batang Avicennia yang terpotong dan biasanya tinggal dalam kelompok kecil, dapat menyelam berulang-ulang untuk mencari ikan (MacKinnon,1997). Setelah berada disarang dalam waktu agak lama,

biasanya Pecuk ular Asia terbang cepat ke bagian terbuka titik 4 untuk menyelam mencari mangsa dan kembali pada bagian sarang untuk memakan ikan atau berjemur membersihkan sayap (Observasi peneliti).

Titik istimewa selanjutnya adalah titik 3 karena memiliki struktur vegetasi yang lebih kompleks dibandingkan dengan titik lainnya(Gambar 4.2 : Fisiognomi titik 3) sehingga diduga mempengaruhi keberadaan burung asosiasinya (Huggets, 2004). Vegetasi yang beragam dari herba hingga pohon dengan stratifikasi vertikal yang berbeda mampu menyediakan tempat bagi burung-burung jenis tertentu. Hal ini

Page 20: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

sesuai dengan ilustrasi distribusi dari diagram PCA (Gambar 4.3). Diagram tersebut menunjukkan bahwa area ini merupakan tempat favorit dari Bubut jawa (Centropus negrorufus), karena Bubut jawa menyukai daerah bervegetasi. Burung ini terbang dalam jarak yang pendek untuk berpindah tempat bertengger sehingga memanfaatkan Avicennia marina yang melimpah dengan tinggi yang beragam dan rapat. Adanya semak dibagian tepi sungai (perbatasan dengan sungai) memudahkan Bubut Jawa untuk berpindah saat mencari makan dan kembali ke bagian cabang Avicennia. Burung madu sriganti (Cinnyris jugularis) juga memanfaatkan bagian atas pohon Avicennia marina, Excoecaria agallocha dan Rhizophora mucronata untuk berpindah dari satu pohon ke pohon yang lainnya. Selain itu terdapat beberapa tumbuhan menggantung, seperti Derris trifoliata pada bagian atas Avicennia. Dengan bunganya yang menarik, maka tumbuhan ini akan menyediakan lokasi makan yang cocok untuk Burung madu Sriganti yaitu nektar (madu). Kipasan belang (Rhipidura javanica) memanfaatkan area titik 3 untuk beristirahat di atas daun pada bagian cabang yang tinggi dan tidak ditemukan berada di bawah seperti kebiasaannya karena adanya tumbuhan Acanthus yang berduri (Hasil observasi peneliti). Selain itu, burung air seperti Dara laut (Laridae) dan Kuntul (Ardeidae) memanfaatkan area titik 3 hanya untuk melintas dan kadang berhenti untuk beristirahat pada bagian cabang pohon bagian atas. Hal ini dikarenakan titik 3 merupakan titik tepi yang berbatasan dengan sungai yang diasumsikan menyediakan makanan yang banyak untuk burung air. Dara laut biasa lebih melimpah dibandingkan spesies lain yang hadir di titik 3 karena dara laut biasanya pengunjung tetap pada perairan dekat daratan selain laut.

Pada titik 3 yang merupakan titik paling kompleks, dimana ukuran tumbuhan dan arsitekturalnya (struktur vertikal dan horisontal) seharusnya memberikan efek positif terhadap adanya spesies asosiasinya karena mampu memberikan daya dukung baik dari segi makanan maupun tempat berlindung (Lewinsohn,2005). Namun,titik 3 tidak menampakkan hasil seperti konsep di atas, karena jumlah spesies burung yang relatif masih kecil dibandingkan titik lain terutama dibandingkan dengan titik 4. Hal ini kemungkinan karena adanya Acanthus ilicifolius pada bagian dasar vegetasi, sehingga burung-burung yang mampu menyesuaikan diri dengan titik 3 hanya burung yang memanfaatkan vegetasi pada bagian atas atau tajuk-tajuk pohon. Titik lain yang memiliki keistimewaan adalah titik 5 yang berasosiasi dengan Dara laut Kumis (Chlidonias hybridus). Hal ini ditunjukkan dari diagram PCA (Gambar 4.3). Dara laut kumis hidup dalam kelompok kecil atau kadang-kadang dalam kelompok besar, terbang sampai sejauh 20 km ke daratan untuk mencari makan di tanah yang tergenang dan di sawah. Mengambil makanan dengan cara menyambar atau terbang rendah di atas permukaan air(Mac Kinnon,1997). Pada bagian titik 5 dara laut kumis dijumpai melimpah pada daerah ini untuk berputar-putar mencari mangsa dan kadang bertengger sebentar pada bagian ranting ditengah perairan. Lebih lanjut titik 5 dan 7 pada diagram PCA menunjukkan kecenderungan berasosiasi dengan Cerek jawa (Charadrius javanicus) (tabel 4.4). Menurut MacKinnon (1997),Cerek jawa merupakan penghuni tetap di pesisir Jawa (termasuk Kangean dan Madura), mungkin juga terdapat di Bali. Kebiasaannya seperti Cerek tilil yaitu mencari makan sendirian atau dalam kelompok kecil, sering berbaur dengan burung perancah lain.

Page 21: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

Struktur vegetasi horisontal adalah melihat dari penutupan area suatu vegetasi terhadap luasannya. Hal ini dilihat dari luas basal area pohon. Hubungan penutupan dengan area dan

burung terilustrasi pada diagram hasil RDA (Redundancy Analysis ) oleh Canoco for Windows 4.5 berikut .

Gambar 4.5 Diagram RDA distribusi burung dan faktor lingkungan : penutupan vegetasi

Ket : : Kode titik pengambilan data burung ( Titik 1-12) : Kode jenis spesies burung (kode Huruf kapital) Am : Anhinga melanogaster Gn : Gelochelidon nilotica Ei : Egretta intermedia Sh : Sterna hirundo Ee : Egretta eulophotes Sf : Sterna fuscata Eg : Egretta garzetta Sa : Sterna albifrons Aa : Ardea alba Sb : Sterna berqii As : Ardeola speciosa Cl : Chlidonias leucopterus P : Charadrius javanicus Ac : Alcedo coerulescens Np : Numeius phaeopus Hc : Halcyon chloris Na : Numenius arquata Hs : Halcyon sanctus Nm : Numenius minutus Rj : Rhipidura javanica Hl : Himanthopus leucocephalus Cj : Cinnyris jugularis

-0.6 1.2

-0.4

1.2

Am

Ei

Ee

Eg

Aa

As

Np Na

Ch

Gn

Sh

Sf

Sa

Sb

Ac Hc

Hs

Rj Cj

Cl Cn

Nm Hl

Cj

Penutupan vegetasi

1 2 3

4

5 6

7

8 9

10

11

12

Axis 2

Axis 2

Page 22: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

Ch : Chlidonias hybridus Cn : Centropus nigrorufus Data ordinasi menggunakan RDA (Gambar 4.5) merupakan ilustrasi dari data spesies dan korelasinya dengan data lingkungan yaitu penutupan vegetasi. Variabel lingkungan tersebut diuji menggunakan Monte-carlo permutations test sehingga dapat dilihat hasil nilai P-value dan F-rationya (ter Braak, 1986 dalam Mason, 2005). Korelasi antara spesies dan parameter penutupan vegetasi kurang berpengaruh terhadap distribusi burung pada lokasi pengamatan di Wonorejo (F-ratio= 0.08; P-value 0.9400). Berdasarkan nilai P-valuenya (>0,05) maka penutupan diduga tidak menjadi faktor utama distribusi burung dilokasi penelitian. Hal ini dikarenakan burung – burung yang ditemukan adalah kebanyakan dari jenis burung-burung air seperti Ardeidae dan Laridae. Namun, diagram RDA tersebut menunjukkan hanya burung burung tertentu yang diduga dipengaruhi oleh penutupan vegetasi. Misalnya berdasarkan axis 1, burung yang paling dekat berasosiasi dengan penutupan suatu vegetasi adalah Pecuk ular Asia (Anhinga melanogaster), Bubut jawa (Centrofus nigrorufus), raja udang biru (Alcedo coerulescens), Burung madu sriganti (Cinnyris jugularis). Pecuk ular Asia diasosiasikan dengan penutupan vegetasi karena membuat sarang di bagian pohon Avicennia yang telah terpotong bagian atasnya pada titik pengamatan 4. Distribusi suatu jenis spesies secara spasial seperti di atas tidak hanya menggambarkan letak keberadaan suatu spesies namun juga adanya interaksi interspesifik maupun intraspesifik dalam

suatu komunitas yang dihubungkan dengan struktur komunitasnya maupun

struktur vegetasinya ( Mozkat dkk., 1991).

Gambar. 4.6 Lokasi sarang Pecuk ular

Asia (Anhinga melanogaster) pada titik 4 pengambilan data

4.5 Hubungan distribusi burung dilindungi dan faktor microclimate lingkungan Faktor lingkungan yang diambil adalah faktor suhu, kelembaban udara dan Penetrasi cahaya. Ketika suhu naik, asumsinya adalah penetrasi cahaya naik dan kelembaban turun. Daerah terbuka dengan penetrasi cahaya yang tinggi banyak disenangi oleh burung air sedangkan burung yang menyukai vegetasi seperti jenis cikakak ( Halcyon sanctus dan Halcyon chloris), raja udang biru (Alcedo coerulescens) dan Kipasan belang(Rhipidura javanica) menyukai daerah dengan kelembaban yang relatif tinggi dibandingkan dengan yang lain. Diagram pengaruh lingkungan, titik dan distribusi burung dapat dilihat sebagai berikut.

Page 23: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

Gambar 4.7 Diagram RDA distribusi burung dan faktor lingkungan terukur : Suhu,

Penetrasi udara dan Kelembaban udara Ket : : Kode titik pengambilan data burung ( Titik 1-12) : Kode jenis spesies burung (kode Huruf kapital) Am : Anhinga melanogaster Gn : Gelochelidon nilotica Ei : Egretta intermedia Sh : Sterna hirundo Ee : Egretta eulophotes Sf : Sterna fuscata Eg : Egretta garzetta Sa : Sterna albifrons Aa : Ardea alba Sb : Sterna berqii As : Ardeola speciosa Cl : Chlidonias leucopterus P : Charadrius javanicus Ac : Alcedo coerulescens Np : Numeius phaeopus Hc : Halcyon chloris Na : Numenius arquata Hs : Halcyon sanctus Nm : Numenius minutus Rj : Rhipidura javanica Hl : Himanthopus leucocephalus Cj : Cinnyris jugularis Ch : Chlidonias hybridus Cn : Centropus nigrorufus

Gambar 4.9 menunjukkan bahwa suhu dan penetrasi cahaya saling sinergi dalam mempengaruhi distribusi burung, sedangkan kelembaban udara berbanding terbalik. Burung yang cenderung dipengaruhi oleh kelembaban udara adalah Kipasan belang karena mamanfaatkan area bervegetasi untuk

beristirahat, bermain maupun mencari makanan, sedangkan yang dipengaruhi oleh Penetrasi cahaya dan suhu adalah jenis Himanthopus leucocephalus, jenis Laridae seperti Sterna fuscata serta Scolopacidae dimana biasanya jenis burung ini memanfaatkan daerah terbuka dengan penetrasi cahaya yang tinggi untuk beristirahat dan terbang berputar-

-1.0 1.0

-0.6

1.0

Am

Ei

Ee Eg

Aa As

Np Na

Ch

Gn

Sh

Sf

Sa Sb

Hs

Ac

Hc

Rj

Cj

Cl

Cn

Nm

Hl

P

Suhu

Kelembaban

udara

Penetrasi Cahaya

CAHAYA 1 2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Page 24: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

putar mengelilingi daerah. Sedangkan untuk jenis burung-burung yang lain seperti jenis cikakak (Halcyon sanctus dan Halcyon chloris, Raja udang biru (Alcedo coerulescens), Burung madu sriganti (Cinnyris jugularis), Bubut jawa (Centropus nigrorufus), dan beberapa dara laut (Laridae) cenderung tidak bergantung dengan faktor lingkungan karena terletak pada axis yang berbeda. Asumsinya adalah burung ini lebih menyukai vegetasi sehingga tidak terlalu terpengaruh faktor lingkungan seperti suhu maupun penetrasi cahaya yang tinggi. Berdasarkan hasil diagram RDA (nilai Lenght of gradient dari DCCA : 1,796 < 3) didapatkan bahwa faktor microclimate yang meliputi suhu (F-Ratio 0,75; nilai P,358), kelembaban udara(F-Ratio 0,18; nilai P 0,722) dan penetrasi cahaya(F-ratio 0,03; nilai P 0,998) tidak berpengaruh terhadap distribusi spesies burung ( P-value rata-rata > 0,05). Faktor microclimate dari hasil RDA di atas tidak mempengaruhi distribusi burung, sehingga faktor lain yang diasumsikan sebagai faktor distribusi burung adalah ketersediaan pakan pada suatu lokasi. Misalnya, menurut Lukman (2009) bahwa distribusi burung air seperti Ardeidae dan burung migran seperti Gajahan (Scolopacidae) melimpah pada titik pengambilan data ke-4 karena dari hasil pengambilan data sedimen didapatkan makanan utama burung air seperti Gastropoda yaitu Cerithidea cingulata (Potamididae) bercangkang keras dan tebal dengan kedalaman 5-10cm. Faktor kedua adalah struktur vegetasi dilihat dari kompleksitas dan habitusnya yang diilustrasikan dari diagram fisiognominya. Selain itu, faktor perlindungan dari vegetasi di tepi Titik 4 dari angin laut mengakibatkan banyak burung air memanfaatkan area terbuka titik 4 untuk beristirahat dan bermain. Faktor lain yang mempengaruhi adalah

jenis burung sendiri yang dapat dibedakan dari burung air (waterbird) maupun burung lainnya (non-waterbird). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa :

a. Distribusi burung di Wonorejo, Surabaya dapat dilihat berdasarkan pemanfaatan struktur vertikal vegetasi sesuai dengan jenis burungnya baik Burung air(waterbird) maupun burung non-air(non-waterbird).

b. Sruktur horizontal vegetasi (penutupan vegetasi) dan faktor lingkungan terukur lainnya kurang mempengaruhi distribusi burung di Wonorejo, Surabaya ( Penutupan vegetasi memiliki nilai P :0,9400 ;suhu memiliki nilai P:0,358; Kelembaban Udara memiliki nilai P : 0,722 dan Penetrasi Cahaya memiliki nilai P : 0,998 ).

Saran Saran yang dapat diberikan melalui penelitian ini adalah : a. Penelitian ini dapat menyatakan

bahwa dengan adanya pemanfaatan daerah sebagai sarana Wisata dan pembangunannya akan mengakibatkan adanya perubahan bagi ekosistem yang berada di Wonorejo terutama dengan komunitas burung yang mendiami maupun migran ke kawasan ini. Oleh karena hal inilah perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai pola konservasi yang tepat untuk diterapkan di Wonorejo, Surabaya sebagai bagian dari Konservasi Burung dan habitatnya secara global dan penerapannya sebagai ekowisata dari segi ekonomi dan manusia sebagai pengelolanya.

b. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor yang mempengaruhi burung di Wonorejo, Surabaya pada

Page 25: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

setiap musim migran maupun non-migran untuk mengetahui distribusinya baik dari segi makanan, struktur kompleksitas vegetasinya dan jenis burungnya.

c. DAFTAR PUSTAKA Ajie,H.B. 2009. Burung-burung di

Kawasan Pegunungan Arjuna – Welirang. Taman Hutan Raya Raden Suryo Jawa timur, Indonesia. Tugas akhir. Program studi Biologi ITS, Surabaya

Allen, Edwin phillips. 1959. Methods of

Vegetation Study. Henry Holt and Company, Inc, USA

Alikodra. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid 1. IPB Press, Bogor Augusta, Myrna. 2006. Penataan

Ruang Berbasis Ekologi :Konsep Urban Farming dan Roof Garden dalam Memperbaiki Kualitas Udara di Surabaya. Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota. FTSP-ITS, Surabaya

Bengen,Dietriech.Dr.Ir.DEA. 2003.

Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. PKSPL-IPB,Bandung

Bibby, C., Neil D. Burgess. David Hill.

2004. Bird Census Techniques. The Cambridge University Press, UK

Brontowijoyo. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta Budiharjo, Eko Prof. Ir, MSc. dan

Sujarto, Djoko. 1999. Kota Berkelanjutan. Bandung , Penerbit Alumni.

Cain III, James W., Diana M. Queheillalt, Michael L.Morrison, Kirsten Christopherson. (2004). Bird Habitat Use and Bird-Aircraft Strikes At Beale Air Force Base, California. Transactions of The Western Section of The Wildlipe Society 40: 90-100

Campbell, Jane B.Reece,Lawrence G.Mitchell. 2004. Biologi. Erlangga , Jakarta Clawges,rick, Kerri Vierling ,Lee Vierling and Eric Rowell. 2007. The use of Airbone lidar to assess avian species diversity, density, and occurence in a pine/aspen forest. ScienceDirect. Remote sensing of Environment 112 (2008) 2024-2073 Elfidasari,dewi,Junardi. 2995. Keragaman Burung Air di Kawasan Hutan Mangrove Peniti,Kabupaten Pontianak. Biodeversitas vol.7 nomer 1 hal.63-66 Freethy, Ron. 1983. How Birds Work : A Guide to Bird Biology. Blandford Books Ltd.,USA Gregory, R. D., David W. G., Paul F. D.

2009. Bird Cencus and Survey Technique. http.google/bird census/Gregory. Di akses pada tanggal 20 Oktober 2009

Hayes, F.E, Jennifer. A.F. 1991.

Seasonality, Habitat Use anf Flock Sizes of Shorebirds at the Bahia De Asuncion, Paraguai. Wilson Bull., 103(4), 1991, pp. 637-649

Holmes,derek. Stephen Nash. 1990. The

birds of Sumatra and Kalimantan. Oxford University Press,New york

Page 26: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

Hostetler, Mark E dan Martin B. Main. 2006. Florida Monitoring Program : Point Count Method to Survey Birds. Univesity of Florida, USA

Howes,J.D.Bakewell dan Yus Rusila

noor. 2003.Panduan Studi Burung Pantai. Wetland Internatioal-Indonesia Programme. Bogor

Hunter, D.M., Takayuki Ohgushi., and

Peter W. Price. 1992.Effects of resource distribution on animal-plant interactions. Academic press, 44-385.

Huettman,F. Brian C. 2006. The steady

state economy for global shorebird and habitat conservation. Endangered Species Research. Vol. 2: 89–92, 2006

Huggett, Richard John. 2004.

Fundamentals of Biogeography. Second editions. Routledge Taylor and Francis Grouph, London ang New York

Irwanto. 2007. Analisis vegetasi untuk

Pengelolaan Kawasan hutan lindung Pulau Marsegu, Kab. Seram Bagian barat, Provisinsi Maluku. Universitas gadjah mada , Yogjakarta

Jasin, M. 1992. Zoologi Vertebrata. Djambatan, Surabaya Kitamura,S.C.Anwar,A.Chaniago & S.Baba. 2004. Handbook of Mangroves in Indonesia. International Society for Mangrove Ecosystem (ISME), Japan Leps, Jan. 1953. Multivariate analysis of

Ecological data using CANOCO. Cambridge University Press , UK

Lewinsohn, TM. Vojtech . N, Yves Basset. Insects on Plants : Diversity of Herbivore Assembleges Revisited. Annu.Rev.Ecol.Evol.Syst. 2005. 36 : 597 – 620. Didownload dari arjournals.annualreviews.org oleh Kanazawa University Medical Library Branch pada 12 Januari 2007

Long P,.R,S. Zefania, R. H. ffrench-

Constant & T. Sz´ ekely. 2007. Estimating the population size of an endangered shorebird,the Madagascar plover, using a habitat suitability model. Animal Conservation. Print ISSN 1367-9430. 19 December 2007

Lukman,nurdini. 2010. Studi Kelimpahan

dan Keanekaragaman Burung Air dan Sumber pakannya di Tambak Wonorejo,Surabaya. Skripsi. Departemen Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Surabaya

MacKinnon, J., Karen Phillipps dan Bas

van Balen. 1997. Burung– Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan (Termasuk Sabah, Sarawak dan Brunei Darussalam).Puslitbang Biologi – LIPI, Bogor

Mason,C.F,Tanja A.H and Sheila M.M.

2005. The winter bird community of river corridors in eastern England in relation to habitat variables. Ornis Fennica 83 : 73-85 2006

McNaughton S. J., Larry L. Wolf.1990.

Ekologi Umum. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarata.

Moerdiono. 1990. Undang – undang

Republik Indonesia nomor 5

Page 27: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber daya alam hayati dan ekositemnya. 10 Januari 1990. Menteri Sekretaris Negara RI, Jakarta

Molles, M. C. 1999. Ecology : Concept

and Applications.McGraw – Hill Co,USA

Noor,Yus rusila. M.khazali dan I.N.N Suryadiputra.2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PKA & Wetlands International-Indonesia Programme, Bogor Notohadiprawiro, tejoyuwono. 2006.

Ilmu Tanah. Universitas Gadjah Mada, Yogjakarta

Mozkat,C. Z.Waliczky & A.Baldi. 1991.

Dispersion and Association of some Marshland-Nesting Birds : A Matter of Scale. Ecological Research Group,Hungarian Natural History Museum H-1088 Budapest,Baross utca 13,Hungary. Acia Zoologica Hungarica 38 (1-2),pp, 47-62 (1992)

Nurwatha, P.F., 1994. Penggunaan

habitat secara vertikal dan temporal pada komunitas burung di taman kotamadya Bandung. Skripsi sarjana Biologi, Universitas Padjadjaran.

Odum, E., P. 1993. Dasar-dasar Ekologi,

Edisi Ketiga.Gajahmada University Press, Yogyakarta

Peksa. 2007. Monitoring Burung Pantai : AWC 2007. Birdlife International.www.birdlife.org Piersma, T., 2003. “Coastal” versus

“inland” shorebird species: interlinked fundamental dichotomies between their life-

and demographic histories? Wader Study Group Bull. 100: 5–9

Shochat, E. Susannah,B.L, Madhusudan

K, David. B,L. 2004. Linking Optimal Foraging Behavior to Bird Community Structure in an Urban-Desert Landscape: Field Experiments with Artificial Food Patches. Vol. 164, no. 2 the american naturalist august 2004. Center for Environmental Studies, Arizona State University, Tempe, Arizona 85287-3211

Stiling, Peter D. 1999. Ecology : Theories

and Applications. Prentice – Hall , USA

Sukmantoro. W.,M.Irham dkk. 2007.

Daftar Burung Indonesia no. 2. Indonesian Ornothologists‟

Union, Bogor Tandjung, akbar. 1999. Peraturan

Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa. 27 Januari 1999. Menteri Negara sekretaris Negara , Jakarta

Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar-

dasar Ekologi bagi Populasi dan Komunitas. Universitas Indonesia ( UI-Press ) , Jakarta

Welty, J.C. and L. Baptista. 1988. The Life of Bird. Sounders College Publishing, New York

Widhi, Djatmiko. 2008. Burung – burung di Kawasan Wonorejo. Kutilang Press , Yogjakarta

Yapeka. 2009. Kajian Potensi Keanekaragaman Hayati, Peta Permasalahan Sosial dan Potensi Masyrakat di Kawasan Hutan

Page 28: ABSTRAK - digilib.its.ac.id · ABSTRAK Wonorejo, Surabaya merupakan salah satu daerah penting bagi keberadaan ... pemukiman penduduk. Padahal, lahan basah memiliki nilai yang tinggi

Bakau Pantai Timur Surabaya, Jawa Timur. SAMP-MROV. PT HM Sampoerna Tbk., 009/CLD-CRO/HMS-YAPEKA/II/2009, Surabaya