abses periapikal
DESCRIPTION
abses periapikal merupakan abses pada bagian apeks gigi yang disebabkan oleh penjalaran infeksi gigi.TRANSCRIPT
Neville BW, 2008. Oral and Maxillofacial Surgery. 3rd Ed. Philadelphia:
Saunders Elsevier, 135-138.
Abses periapikal
Akumulasi sel inflamatori akut pada apeks gigi nonvital diistilahkan
sebagai abses periapikal. Lesi inflamatori akut membentuk abses yang berasal
dari awal pathosis periapikal atau dari lesi inflamatori periapikal kronis akut
eksaserbasi (lihat pembahasan phoenix abcess, hal 128). Sering kali, sumber
infeksinya trlihat jelas. terkadang, walaupun, jaringan pulpa sudah mati bisa
karena trauma, dan gigi mungkin tidak ada kavitas atau restorasi.
Semua bentuk penyakit inflamatori periapikal pada tahap paling awal,
serat ligamen periodontal periapikal bisa terjadi inflamasi akut tetapi tidak ada
pembentukan abses. Perubahan terlokalisir, paling baik disebut dengan
periodontitis apikal akut, mungkin atau tidak terjadi abses. Walaupun, proses ini
sering dihubungkan dengan gigi nonvital, periodontitis apikal akut bisa
ditemukan pada gigi vital setelah trauma, kontak oklusal tinggi, atau tersumbat
karena benda asing. Gambaran klinis sering disamaka dengan abses periapikal
dan harus dipertimbangkan sebagai diagnosis banding.
Gambaran Klinis dan Radiografis
Banyak peneliti membagi abses periapikal menjadi tipe akut dan kronis.
Walaupun, istilah ini tidak tepat karena kedua tipe menunjukkan reaksi
inflamatori akut. Abses priapikal sebaiknya digambarkan dengan simptomatik
atau asimptomatik pada dasar gambaran klinis abses.
Abses periapikal menjadi simptomatik karena akumulasi material purulen
di alveolus. Pada tahap awal menyebabkan gigi yang terkena sensitif dan
sering dihilangkan dengan aplikasi tekanan langsung. Seiring dengan
perkembangan penyakit, rasa sakit menjadi lebih parah, sering terjadi dengan
sensitifitas terhadap perkusi lebih parah, ekstrusi gigi, dan pembengkakan
jaringan. Gigi yang terkena tidak merespon dingin atau tes pulpa eletrik.
mungkin mengalami sakit kepala, lemas, demam, dan menggigil.
Secara radiografis, abses bisa menunjukkan penebalan ligamen
periodontal apikal, radiolusensi berbatas tidak jelas, atau keduanya; walaupun,
sering tidak terdeteksi perubahan appreciable karena kurangnya waktu untuk
terjadi destruksi tulang secara signifkan. Phoenix abcesses menunjukkan
gambaran garis lesi klonis, dengan atau tanpa dihubungkan dengan hilangnya
tulang dan berbatas tidak jelas.
Dengan berkembangnya penyakit, abses menyebar disepanjang daerah
dengan resistensi paling kecil. Purulensi bisa meluas melalui celah medula
yang jauh dari daerah apikal, sehingga menyebabkan osteomyelitis, atau abses
bisa masuk ke korteks dan menyebar secara difus melalui jaringan lunak
diatasnya (disebut selulitis). Tiap kejadian ini dijelaskan kemudian di bab ini.
Jika abses terdapat di jaringan lunak, abses ini dapat menyebabkan
selulitis atau bisa melibatkan jaringan luna diatasnya. Plat kortikal bisa perforasi
ke rongga mulut. Material purulen dapat berakumulasi di jaringan konektif
diatas tulang dan dapat menciptakan pembengkakan yang keras atau perforasi
melalui permukaan epitelium dan berdrainase ke sinus intraoral (Gambar 3-34
dan 3-35). Didalam rongga mulut terdapat saluran sinus yang terbuka, sering
ditemukan sebuah massa jaringan granulasi terinflamasi disubkutan, yang
dikenal dengan parulis (gum boil) (Gambar 3-36 dan 3-37). Terkadang, gigi non
vital dihubungkan dengan parulis menjadi sulit untuk menentukan, dan
memasukkan gitta-percha point ke dalam saluran yang dapat membantu dalam
mendeteksi gigi yang terlibat selama pemeriksaan radiografis (Gambar 3-38).
Abses gigi juga bisa berhubungan dengan kulit diatasnya dan keluar melalui
saluran kutaneus (Gambar 3-39).
Gambar 3-34. Abses periapikal. Pembengkakan jaringan lunak bilateral
pada bagian anterior palatal.
Gambar 3-35. Abses periapikal. Pada pasien yang sama dengan
Gambar 3-34. Terdapat radiolusensi multipel, tumpang tindih pada bagian
anterior maksila. Empat gigi insisif atas terlihat mengalai nekrosis pulpa.
Gambar 3-36. parulis. Massa eritematous jaringan granulasi diatas gigi insisif
sentral atas kiri. Perhatikan perubahan warna pada gigi insisif sentral atas
kanan.
Gambar 3-37. Parulis. Jaringan konektif normal telah digantikan oleh
jaringan granulasi terinflamasi akut, yang menunjukkan daerah fokal dari
terbentuknya abses neutrofilik. Perhatikan saluran sinus sentral yang berasal
dari dasar spesimen diatas permukaan epitelium.
Gambar 3-38. Abses periapikal. A, pada pasien yang sama dengan
Gambar 3-36. Gigi insisif tidak menunjukkan adanya radiolusensi periapikal
yang nyata. (radiolusensi besar diatas adalah bagian anterior dari sinus
makslaris.) B, Gutta-percha point menunjukkan bahwa gigi insisif atas kanan
merupakan sumber infeksi.
Gambar 3-39. Sinus kutaneus. eritematous, keras, dan sensitif pada
pembesaran kulit d bagian inferior korpus mandibula kanan.
Kebanyakan gigi yang berkaitan dengan abses perforasi ke bukal karena
tulang pada permukaan bukal lebih tipis. Walaupun, infeksi dihubungkan
dengan gigi insisif lateral atas, akar palatal gigi molar atas, dan gigi molar
kedua dan molar ketiga biasanya berdrainase ke plat kortikal lingual.
Jika terdapat jalus drainase kronis, biasanya abses periapikal menjadi
asimptomatik karena berkurangnya akumulasi material purulen di alveolus.
Terkadang, infeksi seperti itu ditemukan pada pemeriksaan oral rutin setelah
terdeteksi adanya parulis atau drainase dengan kerusakan yang besar (Gambar
3-40 dan 3-41). Jika daerah drainase tersumbat, kemudian tanda dan gejala
abses biasanya muncul dalam waktu singkat. Terkadang, infeksi periapikal
dapat menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan gejala sistemik, seperti
demam, limfadenopathi, dan lemas. Risiko penyebaran kurang terlihat pada
abses periapikal jika drainase lancar.
Gambar 3-40. Parulis. Nodul kuning kemerahan asimptomatik pada
mukosa alveolar mandibula bagian anterior. Gigi sebelahnya asimptomatik dan
secara klinis terlihat normal.
Gambar 3-41. Abses periapikal. Pada pasien yang sama dengan
Gambar 3-40. Radiolusensi periapikal dihubungkan dengan gigi insisif lateral
bawah yang nonvital.
Gambaran Histopatologis
Spesimen biopsi dari abses murni jarang ditemukan karena material ini
dalam bentuk cairan. Abses terdiri dari kumpulan leukosit polimorfonuklear yag
sering bercampur dengan eksidat inflamatori, debris selular, material nekrotik,
koloni bakteri, atau histiosit (Gambar 3-42). Phoenix abcess dapat bertahan di
komponen jaringan lunak: mereka menunjukkan granuloma periapikal
terinflamasi di subkutan atau kista yang bercampur dengan daerah
terbentuknya abses. Pada kasus ini biasanya seorang patologis mendiagnosis
lesi primer tetapi berbicara tentang terbentuknya abses.
Gambar 3-42. Abses periapikal. Gambaran leukosit polimorfonuklear
yang bercampur dengan histiosit.
Perawatan dan Prognosis
Perawatan pasien dengan abses periapikal terdiri dari drainase dan
meghilangkan fokus infeksi. Abses ini dihubungkan dengan saluran fistula yang
asimptomatik tetapi harus dirawat. Dengan abses periapikal terlokalisir,
biasanya tanda dan gejala berkurang secara signifikan pada 48 jam pertama
setelah drainase. Pada saat abses menyebabkan ekspansi tulang atau jaringan
lunak disekitar apeks gigi yang terkena, dilakukan insisi drainase pada daerah
pembengkakan tersebut karena teknik ini dihubingkan dengan cara
menghilangkan proses inflamasi lebih cepat jika dibandingkan dengan drainase
melalui saluran akar. Jika gigi yang terkena ekstrusi, kemudian
direkomedasikan kurangi oklusi karena trauma oklusal kronis dapat
menghambat hilangnya proses inflamatori. Kecuali kalau kontraindiksi,
perawatan dengan NSAIDs biasanya tepat dilakukan sebelum perawatan,
segera setelah perawatan, dan untuk mengkontrol rasa sakit. Biasanya,
menggunakan medikasi antibiotik untuk abses periapikal terlokalisir dan mudah
didrainase pada seorang pasien sehat tidak dibutuhkan. Pemberian antibiotik
harus diresepkan dengan pertimbaga medis dan pasien dengan selulitis atau
terlihat bukti klinis penyebaran (contoh, demam, limfadenopati, lemas). Kondisi
medis dengan infeksi dapat menyebar lebih luas, seperti diabetes melitus,
neutropenia, keganasan, imunosupresi, atau menggunakan medikasi
kortikosteroid terapeutik atau obat sitotoksik. pasien dengan selulitis harus
cepat dirawat dan selalu dimonitor. komplikasi, seperti cavernous sinus
thrombosis, mediastinitis, cervical necrotizing fasciitis, dan abses serebral dapat
mengancam nyawa. jika infeksi telah diatasi degan pencabutan atau perawatan
endodntik yang tepat, tulang yang terkena akan sembuh.
Biasanya, saluran sinus hilang spontan setelah gigi yang terkena dicabut
atau sudah dirawat endodontik. Saluran sinus masih ada jika banyak
mengandung material infeksius disepanjang fistula untuk mempertahankan
permukaan jaringan granulasi, dan pembuangan dengan cara bedah yaitu
kuretase saluran dibutuhkan untuk menghilangkannya.