abses dan dm

31
LAPORAN STUDI KASUS ABSES PUNGGUNG, DIABETES MELLITUS TIPE II (Studi Kasus dilakukan di IRNA Sepsis RS. Saiful Anwar Malang) OLEH : YUNI ARYANTI, S.Farm 050413051 PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER PERIODE 88

Upload: octaviana-simbolon

Post on 06-Aug-2015

749 views

Category:

Documents


47 download

TRANSCRIPT

Page 1: Abses Dan Dm

LAPORAN STUDI KASUS

ABSES PUNGGUNG, DIABETES MELLITUS TIPE II

(Studi Kasus dilakukan di IRNA Sepsis RS. Saiful Anwar Malang)

OLEH :

YUNI ARYANTI, S.Farm

050413051

PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER PERIODE 88

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2009

Page 2: Abses Dan Dm

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Tinjauan Tentang Abses

1.1.1 Definisi Abses

Abses atau furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan

yang disekitarnya, yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Apabila

furunkelnya lebih dari satu maka disebut furunkolosis. Suatu furunkel, biasanya

dikenal sebagai suatu bisul atau boil, ditandai suatu massa material bernanah

timbul dari folikel rambut dan meluas pada jaringan subkutan (Pendland,S.L

et al., 2005).

1.1.2 Etiologi  Abses

Abses sebagian besar disebabkan oleh  Staphylococcus aureus

(Pendland,S.L et al., 2005).

1.1.3 Manifestasi klinik

Bakteri masuk ke dalam folikel rambut sehingga tampak sebagai nodus

kemerahan dan sangat nyeri. Pada bagian tengah lesi terdapat bintik kekuningan

yang merupakan jaringan nekrotik, dan disebut mata bisul (core). Apabila higinis

penderita jelek atau menderita diebetes militus, furunkel menjadi sering kambuh.

Predileksi penyakit ini biasanya pada daerah yang berambut misalnya pada wajah,

punggung, kepala, ketiak, bokong dan ekstrimitas, dan terutama pada daerah yang

banyak bergesekan.

1.1.4 Terapi

Furunkel yang besar (multiple) umumnya diterapi dengan

penicillinaseresistant penicillin (dicloxacillin 250 mg per oral tiap 6 jam selama 7-

10 hari). Jika pasien alergi penisilin maka alternatif lain adalah clindamycin (150-

300 mg per oral tiap 6 jam). Tindakan insisi diindikasikan untuk lesi yang besar

dan fluctuant yang tidak drain spontaneously (Pendland S. L. et al., 2005).

Page 3: Abses Dan Dm

1.2 Tinjauan Diabetes Mellitus

1.2.1 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) merupakan kumpulan gangguan metabolik yang

terkarakterisasi dengan hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat,

lemak, dan protein yang dapat dihasilkan dari kurangnya sekresi insulin,

kurangnya sensitivitas insulin, atau keduanya (Triplitt et. al., 2005).

1.2.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus, dibedakan menjadi 2 yaitu (Triplitt et. al., 2005) :

a. Diabetes Mellitus tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

DM tipe 1 disebabkan adanya kerusakan pada sel beta pankreas yang

dimediasi oleh imun sehingga kekurangan insulin bersifat absolut.

b. Diabetes Mellitus tipe 2 (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

DM tipe 2 biasanya terkarakterisasi oleh penurunan resistensi insulin dan

kekurangan insulin bersifat relatif.

c. Penyebab lain dari DM (1-2% dari kasus DM) sangat jarang termasuk

gangguan dari sistem endokrin (misal akromegali, Cushing’s syndrome),

DM gestasional, penyakit eksokrin (pankreatitis), dan karena pengaruh

obat seperti glukokortikoid, pentamidin, niasin.

1.2.3 Manifestasi Klinik Diabetes Mellitus

Gejala DM antara lain banyak kencing (poliuria), banyak minum

(polidipsia), penurunan berat badan tanpa sebab walaupun banyak makan

(polifagia), kadar gula darah tinggi/hiperglikemia, glikosuria, ketosis, asidosis,

bahkan koma (Ganong, 2005).

1.2.5 Terapi Diabetes Mellitus

Terapi DM meliputi mengatur pola makan dan olah raga, oral

antidiabetik (OAD) dan insulin. Adapun terapi diabetes mellitus tipe II

yaitu diberikan oral antidiabetik (OAD) yang dapat merangsang

sensitifitas insulin. Yang termasuk dalam OAD antara lain:

Page 4: Abses Dan Dm

a. Sulfonilurea

Sulfonilurea bekerja dengan merangsang sekresi insulin oleh pankreas.

Golongan sulfonilurea antara lain Tolbutamide (Orinase), Glipizide

(Glucotrol), Glimepiride (Amaryl)

b. Short acting insulin secretagogues (Meglitinides)

Meglitinides memiliki cara kerja yang sama dengan sulfonilurea yaitu

merangsang sekresi insulin oleh pancreas.

c. Biguanide

Golongan biguanide dapat menurunkan kadar gula darah dengan cara

meningkatkan sensitifitas insulin yang dihasilkan oleh hati dan

jaringan.

d. Thiazolidinediones (Glitazone)

Golongan obat ini akan mengaktifkan PPARγ yang merupakan faktor

penting dalam transkripsi pada sel lemak dan metabolisme asam

lemak.

e. α-Glucosidase Inhibitor

Golongan ini akan memecah sukrosa ataupun karbohidrat kompleks di

usus.

Adapun penggunaan insulin pada diabetes mellitus tipe II, yaitu

keadaan yang diikuti dengan infeksi (Triplitt et. al., 2005).

Page 5: Abses Dan Dm

BAB II

DOKUMEN ASUHAN KEFARMASIANLAPORAN KASUS

Inisial Pasien : Tn.Sgt Berat Badan : Ginjal : normal

Umur : 69 th Tinggi Badan : Hepar : normal

Keluhan Utama : benjolan di punggung sejak 3 bln, lemas sejak 1 minggu

yang lalu

Diagnosis : Abses punggung, diabetes mellitus (DM) tipe 2

Riwayat Penyakit : -

Riwayat Pengobatan

Obat Dosis Indikasi

- - -

Alergi : -

Kepatuhan Patuh Obat Tradisional -

Merokok - OTC -

Alkohol - Lain-lain Status Askes PNS

Page 6: Abses Dan Dm

Tabel II.1 Catatan Perkembangan Pasien

Inisial Pasien: Tn. Sgt

Tanggal Problem/ Kejadian/ Tindakan Klinisi

26/2 Pasien masuk rumah sakit (MRS) melalui IRD dengan keluhan benjolan di punggung

sejak 3 bulan yang lalu, lemas sejak 1 minggu yang lalu, nyeri luka (+), pus (+), radang

(+)

27/2 Pasien mengeluh nyeri luka (+), pus (+), radang (+) sehingga dilkukan rawat luka

28/2 –

1/3

Pasien mengeluh nyeri luka (+), pus (+) sehingga dilakukaan rawat luka.

3/3 –

7/3

Dilakukan rawat luka pada pasien berdasarkan data klinik yang ada, yaitu nyeri luka (+),

pus (+), radang (+).

8 – 15/3 Dilakukan rawat luka pada pasien berdasarkan data klinik yang ada, yaitu nyeri luka (+),

pus (+).

16/3 -

18/3

Pasien mengeluh nyeri luka (±), pus (+) dan dilakukan rawat luka pada luka pasien.

19/3 Dilakukan insisi luka pada pasien sehingga diberikan petidin untuk menghilangkan nyeri

saat insisi.

Page 7: Abses Dan Dm

MRS: 26/2Inisial Pasien: Tn. SgtUmur/BB/Tinggi: 69 thAlamat: MalangRiwayat Sosial: Askes PNS

Keluhan Utama: benjolan di punggung sjk 3 bln, lemas sjk 1 minggu ini

Diagnosa : Abses punggung, DM tipe 2Riwayat Penyakit: -Riwayat Obat : - Kepatuhan : patuh

Alergi: -Merokok/Alkohol: -/-Obat Tradisional: -OTC: -

PROFIL PENGOBATAN PADA SAAT MRSObat Rute Dosis Frekuensi Tanggal Pemberian Obat

   26/2IRD 27/2 28/2 1/3 2/3 3/3 4/3 5/3 6/3 7/3 8/3 9/3

Cefotaxim iv 1 g 3 x 1 √ √ √ √ √Metronidazol iv 500 mg 3 x 1 √ √ √ √ √ √ √ √Ceftriaxon iv 1 g 2 x 1 √ √ √ √ √ √ √Gentamisin iv 80 mg 2 x 1 √ √ √Meropenem iv 1 g 2 x 1Ranitidin iv 50 mg 2 x 1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Ketorolac iv 10 mg 3 x 1 (K/P) √Metamizol iv 1 g 3 x 1 (K/P) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Actrapid sc 4 U 1-1-1 √ √ √ √ √ √ 6-6-6

Insulatard sc 10 U 0-0-10 √ √ √ √ √ √ √ √ 0-0-14Albumin 25 % iv 100 cc √NS iv 20 tts/mnt √ √ √ √ √ √ √ √ √NS :RD 5 % iv 2 : 2 √ √ √PRC iv 2 labu/hari √Tabel II.2 Profil Pengobatan Pasien

Lanjutan Tabel II.2

Page 8: Abses Dan Dm

PROFIL PENGOBATAN PADA SAAT MRS

Obat Rute Dosis Frekuensi TGL

  10/3 11/3 12/3 13/3 14/3 15/3 16/3 17/3 18/3 19/3

Gentamisin iv 80 mg 2 x 1 √ √ √

Meropenem iv 1 g 2 x 1 √ √ √ √ √ √ √ √

Clindamycin po 300 mg 2 x 1 √ √ √ √

Ranitidin iv 50 mg 2 x 1 √ √ √

Metamizol iv 1 g 3 x 1 (K/P) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Actrapid sc 8 U 1-1-1 √ √ 4-4-4 √ √ √ √

Insulatard sc 18 U 0-0-1 √ √ 0-0-10 √

Albumin 25 % iv 100 cc √ √ √ 5 % √ √

NS iv 20 tts/mnt √ √ √ √ √ √ √ √ √

NS : D 5 % iv 2 : 1 √

D 5 % iv 20 tpm √

Pethidin iv √

Inisial Pasien: Tn. Sgt

Page 9: Abses Dan Dm

Tabel II.3 Data Klinik Pasien yang Mendukung

Data Klinik

Nilai Normal

Tanggal Komentar dan Alasan

26/2

27/2

28/2 1/3 2/3 3/3 4/3 5/3 6/3 7/3 8/3

Respiratory rate (RR) pasien pada awal masuk rumah sakit

(MRS) menunjukkan adanya infeksi karena bakteri pada abses

punggung pasien, yang didukung oleh peningkatan leukosit dan

suhu tubuh pasien.

TD

120/80 mmHg 112/

84130/90

120/60

120/60

110/80

110/80

110/80

120/60

110/80

110/80 110/80

Nadi 80 - 100 x/menit 92 90 90 90 80 80 80 84 92 92 88

RR 18-20 x/menit 24 20 20 20 16 16 16 16 16 16 16

Suhu37,4 o° C

37,3 37,2 36,8 36,2 37,2 37,2 37 37,4 37 36,3 37

GCS 456 456 456 456 456 456 456 456 456 456 456 456Data

KlinikNilai

NormalTanggal

9/310/3

11/3

12/3

13/3 14/3 15/3 16/3

17/3 18/3

TD

120/80 mmHg 120/

80120/80

120/70

120/70

120/70

120/70 130/90 130/90

130/70 130/90

Nadi 80 - 100 x/menit 88 90 92 88 80 88 88  88  88 88

RR 18-20 x/menit 16 18 20 24 20 18 22 22  22 22

Suhu37,4 o° C

37 36 36 37,8 36 36       36,4

GCS 456 456 456 456 456 456 456 456 456 456 456

Page 10: Abses Dan Dm

Tabel II.4 Data Laboratorium yang Mendukung

Data

Laboratorium

 

Nilai Normal

 

Tanggal Komentar dan Alasan

26/2 27/2 2/3 5/3 6/3 7/3 9/3 12/3 13/3 14/3 16/3 18/3 Leukosit pasien yang

lebih tinggi dari rentang

normal menunjukkan

adanya infeksi karena

bakteri pada abses

punggung pasien.

Peningkatan gula darah

pasien menunjukkan

adanya DM tipe 2 yang

dapat memperberat

kondisi abses punggung

pasien.

Wbc 4000-10000/uL 16100 18300 11400 9800 7800 40.400 7100

Hb 11-16 g/dl 9,1 9,9 6,9 11,4 12,2 11,1 10,6

Hct 35-45 % 26,6 32,9 34,8 32,8 31,8

Trombosit 150000-450000 /Ul 461000 507000 291000 303000 316000 305000 259000

GDS <200 mg/dl 509 84

GDP <126 mg/dl 303 110 217 220 26 16 112

GD2PP <200 mg/dl 376 201 277 287 84 92 219

Albumin 3,5-5 mg/dl 2,64 2,13 2,72 2,25 2,18 2,55 2,64 2,69 2,59

Ureum 10-24 mg/dl 28,3 30,1

Kreatinin 0,5-1,5 mg/dl 0,74 0,67

TG <150 mg/dl 144

HDL >50 mg/dl 18

LDL <150 mg/dl 63

Kolesterol total <200 mg/dl 106

Na 136-145 mmol/l 118 129

K 3,5-5 mmol/l 5,01 3,8

Page 11: Abses Dan Dm

Lanjutan Tabel II.4

Data Laboratorium Nilai Normal Tanggal    26/2 27/2 6/3 12/3

Cl 98-106 mmol/l 92 104

LED < 15 mm/jam 10 13

SGOT 11-41 u/l 16 12

SGPT 10-41 u/l 16 11

pH urin7

SG/BJ 1,025-1,0291,010

Glukosa urintrace

Sedimen Urin :

- Epitel +

- Eri -

- Leu 0-1

Kristal urin+

Ca. SulfatBakteri

-

Hasil pus tgl 4/3

Bakteri : gram (-), basil

Kultur : Enterobacter agglomerans

Sensitif kuat :

Gentamisin, Amikasin, Meropenem

Page 12: Abses Dan Dm

Tabel II.5 Pengobatan Pasien

Obat Pemantauan

Kefarmasian

Komentar dan

AlasanMulai Jenis Obat Rute Dosis Frek Berhenti Indikasi

Obat

26/2 Cefotaxim iv 1 g 3 x 1 3/3 Antibiotik

untuk

abses

punggung

Suhu tubuh,

WBC

Pemberian cefotaxim didukung adanya peningkatan suhu tubuh dan

WBC pasien dari nilai normal pada 26/2, cefotaxim merupakan

antibiotik sefalosporin generasi ketiga untuk infeksi bakteri gram

(+) dan (-) (Martin et. al., 2006).

27/2

Metronidazol iv 500 mg

3 x 1 7/3 Metronidazol digunakan untuk infeksi bakteri anaerob karena abses

punggung sudah mencapai sub kutan yang memungkinkan bakteri

anaerob tumbuh (Martin et. al., 2006; Pendland,S.L et al.,

2005).

3/3 Ceftriaxon iv 1 g  2 x 1 10/3 Ceftriaxon merupakan antibiotik sefalosporin generasi ketiga untuk

infeksi bakteri gram (+) dan (-), dimana dapat menembus blood

brain barier (Lacy, et all, 2008).

7/3 Gentamisin iv 80 mg

 

2 x 1 13/3 Gentamisin digunakan untuk infeksi bakteri gram (-) (Martin et. al.,

2006). Aktifitas tersebut sesuai dengan hasil kultur pus.

12/3 Meropenem iv 1 g 2 x 1 Meropenem bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel

bakteri (Tatro et al., 2003). Meropenem diberikan karena kondisi

pasien yang lebih jelek, ditunjukkan adanya peningkatan WBC.

Pemberian meropenem sesuai dengan hasil kultur pus tanggal 4

Page 13: Abses Dan Dm

Maret 2009.

Page 14: Abses Dan Dm

Lanjutan Tabel II.5

Obat Pemantauan

Kefarmasian

Komentar dan

AlasanMulai Jenis Obat Rute Dosis Frek Berhenti Indikasi

Obat

16/3 Clindamycin po 300 mg 2 x 1 Terapi

masih

dilanjutkan

Antibiotik untuk

abses punggung

Suhu tubuh,

WBC

Clindamycin merupakan antibiotik spektrum luas

untuk infeksi bakteri gram (+), (-) dan anaerob yang

cocok untuk infeksi kulit (Martin et. al., 2006).

26/2 Ranitidin iv 50 mg 2 x 1 13/3 Profilaksis stress

ulcer

Keluhan nyeri

perut, mual,

muntah

Ranitidin merupakan pengeblok reseptor H2 di

lambung untuk mengurangi produksi asam lambung

pasien (Tatro et al., 2003).

26/2 Ketorolac iv 10 mg 3 x 1 27/2 Analgetika Keluhan nyeri

luka

Ketorolac merupakan analgesik non steroid yang

bekera denan menghambat COX dan sintesis

prostaglandin (Tatro et al., 2003). Ketorolac

diberikan untuk menghilangkan nyeri luka pasien.

27/2 Metamizol iv 1 g 3 x 1 Terapi

masih

dilanjutkan

Analgetika Keluhan nyeri

luka

Metamizol merupakan analgesik untuk

menghilangkan nyeri luka pasien.

Page 15: Abses Dan Dm

Lanjutan Tabel II.5

Obat Pemantauan

Kefarmasian

Komentar dan

AlasanMulai Jenis Obat Rute Dosis Frek Berhenti Indikasi

Obat

28/2 Actrapid sc 4 U 3 x 1 6/3 Mengontrol kadar

gula darah pasien

Gula darah Actrapid merupakan insulin short acting yang onsetnya

cepat sehingga dapat terkontrol gula darah setelah

makan dengan baik (Triplitt et. al., 2005). Dosis yang

diberikan disesuaikan dengan gula darah pasien.

Actrapid diberikan karena nilai GD2PP pasien lebih

dari normal.

6/3 Actrapid sc 6 U 3 x 1 10/3

10/3 Actrapid sc 8 U 3 x 1 12/3

12/3

Actrapid sc 4 U

3 x 1

26/2 Insulatard sc 10 U 0-0-1 6/3 Mengontrol kadar

gula darah pasien

Gula darah Insulatard merupakan insulin intermediate-acting yang

memiliki masa kerja panjang sehingga dapat

mengontrol gula darah basal pasien dengan baik

(Triplitt et. al., 2005). Besarnya dosis yang diberikan

disesuaikan dengan gula darah pasien Insulatard

diberikan karena nilai GDP pasien lebih dari normal.

6/3 Insulatard sc 14 U 0-0-1 10/3

10/3 Insulatard sc 18 U 0-0-1 12/3

12/3

Insulatard sc 10 U

0-0-1 14/3

3/3 Albumin iv 25 % 100 mL 4/3 Mengatasi

hipoalbumin

Albumin Pada pasien terjadi penurunan albumin akibat kondisi

pasien, oleh karena itu diberikan tranfusi albumin.

Albumin 25 % diberikan jika nilainya < 2,5 mg/dl.

Albumin 5 % diberikan jika nilainya 2,5-3 mg/dl.

10/3 Albumin iv 25 % 100 mL 11/3

12/3 Albumin iv 25 % 100 mL 14/3

17/3 Albumin iv 5 % 100 mL

Page 16: Abses Dan Dm

Lanjutan Tabel II.5

Obat Pemantauan

Kefarmasian

Komentar dan

AlasanMulai Jenis Obat Rute Dosis Frek Berhenti Indikasi

Obat

19/3 Petidin iv 20/3 Analgetika operasi Nyeri saat

operasi

Petidin merupakan analgesik opioid untuk

menghilangkan nyeri pada tindakan insisi luka pasien.

26/2 NS iv 20 tts/mnt 28/2 Untuk

keseimbangan

cairan tubuh dan

nutrisi pasien

Kadar

elektrolit

NS merupakan cairan isotonis yang mengandung

elektrolit natrium dan klorida untuk mengatur

keseimbangan cairan tubuh (Martin et. al., 2006).3/3 NS iv 20 tts/mnt 14/3

15/3 NS iv 20 tts/mnt

28/2 NS : RD 5 % iv 2 : 2 3/3 NS dengan RD 5 %, NS dengan D 5% yang diberikan

merupakan cairan hiperosmolar untuk hemodilusi,

dimana mengandung glukosa sebagai sumber kalori.

(Martin et. al., 2006).

12/3 D 5 % iv 20 tpm 13/3

14/3 NS : D 5 % iv 2 : 1 15/3

7/3 PRC iv 2 labu/hari 8/3 Meningkatkan Hb

pasien

Hb Hb pasien saat MRS sudah mengalami penurunan

tetapi Hb pasien < 8 g/dl pada tanggal 6/3 sehingga

diberikan tranfusi PRC.

Page 17: Abses Dan Dm

Tabel II.6 Asuhan Kefarmasian

Obat Problem Tindakan

(usulan pada klinisi, perawat, pasien)

Actrapid

Insulatard

Efek samping hipoglikemi Injeksi actrapid sebaiknya 30 menit

sebelum makan untuk mencapai

kontrol gula darah 2 jam setelah

makan (GD2PP) secara optimal

Page 18: Abses Dan Dm

BAB III

PEMBAHASAN

Pasien Tn. Sgt masuk rumah sakit pada 26 Februari 2009 dengan keluhan

benjolan di punggung sejak tiga bulan sebelum masuk rumah sakit, lemas sejak

satu minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien didiagnosa oleh Dokter

menderita abses punggung dan diabetes mellitus (DM) tipe 2. Pada saat masuk

rumah sakit, pasien menjalani pemeriksaan klinik dan laboratorium yang

menunjukkan bahwa adanya peningkatan denyut nadi, respiratory rate (RR), suhu

tubuh, leukosit, gula darah dan penurunan elektrolit darah, albumin, serta

hemoglobin.

Peningkatan suhu tubuh dan leukosit menunjukkan adanya infeksi bakteri

yang berasal dari abses punggung pasien, terapi yang digunakan adalah antibiotik

cefotaxim. Cefotaxim merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga

yang mempunyai mekanisme aksi menghambat sintesis dinding sel bakteri (Tatro,

2003). Cefotaxim dipilih karena mempunyai cakupan bakteri yang luas

(Chambers, 2007). Oleh karena abses punggung yang dialami oleh pasien disertai

adanya bisul yang sudah meluas sampai jaringan subkutan yang memungkinkan

adanya bakteri anaerob untuk tumbuh maka diperlukan metronidazol.

Metronidazol digunakan untuk infeksi bakteri anaerob yang mempunyai

membunuh bakteri dengan cara merusak sintesis DNA bakteri (Tatro, 2003).

Penggunaan cefotaxim dihentikan setelah lima hari kemudian diganti dengan

ceftriaxon yang mempunyai waktu paro yang lebih panjang sehingga frekuensi

penggunaannnya lebih sedikit yaitu sehari dua kali (Lacy et. al., 2008).

Berdasarkan hasil kultur pus tanggal 4 Maret 2009, penggunaan metronidazol

dihentikan dan diganti dengan gentamisin yang menunjukkan sensitifitas terhadap

hasil kultur bakteri yaitu bakteri gram negatif. Gentamisin membunuh bakteri

dengan menghambat sintesis protein bakteri gram negatif yang sesuai hasil kultur

(Lacy et. al., 2008). Setelah pengunaan ceftriaxon selama 7 hari maka dihentikan

sehingga hanya menggunakan gentamisin saja. Oleh karena kondisi abses

punggung pasien yang disertai oleh diabetes mellitus dan cakupan bakteri

gentamisin tidak mampu untuk bakteri yang ada maka leukosit pasien meningkat

Page 19: Abses Dan Dm

menjadi 40.400 /uL pada tanggal 12 Maret 2009. Oleh karena itu gentamisin

diganti dengan meropenem yang mempunyai spektrum luas, yaitu menghambat

enzim β-laktamase pada bakteri gram positif dan negatif serta anaerob (Chambers,

2007). Setelah pemberian meropenem selama lima hari, kondisi leukosit pasien

sudah kembali normal. Kemudian meropenem dikombinasi dengan clindamycin

yang merupakan terapi yang direkomendasikan untuk abses, dimana mekanisme

kerja clindamycin yaitu menghambat sintesis protein bakteri gram positif dan

negatif serta anaerob (Chambers, 2007).

Pasien juga didiagnosa DM tipe 2 yang ditunjukkan dengan peningkatan

gula darah puasa (GDP) dan gula darah dua jam setelah makan (GD2PP). Pada

pasien DM dengan adanya infeksi, infeksi akan meningkatkan katabolisme tubuh

sehingga dibutuhkan energi yang besar oleh karena itu perlu adanya insulin untuk

memasukkan glukosa darah ke dalam sel sebagai sumber energi. Peningkatan

GDP diterapi dengan menggunakan insulatard yang merupakan Intermediate-

acting Insulin. Insulatard memiliki mula kerja sekitar 2-4 jam, kadar puncak 4-12

jam, durasi kerja 8-18 jam sehingga ditujukan untuk mengontrol gula darah basal

pasien (Triplitt et. al., 2006). Sedangkan peningkatan GD2PP diterapi dengan

menggunakan actrapid yang merupakan Regular Insulin / Short Acting Insulin.

Actrapid memiliki mula kerja sekitar 30 menit dan durasi kerja 3-6 jam dengan

durasi maksimum 6-8 jam, sehingga digunakan untuk mengontrol gula darah dua

jam setelah makan (Triplitt et. al., 2006). Injeksi actrapid sebaiknya 30 menit

sebelum makan untuk mencapai kontrol gula darah 2 jam setelah makan (GD2PP)

secara optimal dan mencegah hipoglikemia setelah makan (Triplitt et. al., 2006).

Pemberian actrapid dan insulatard pada pasien dapat mengontrol gula darah

pasien dengan baik. Dosis actrapid dan insulatard yang diberikan disesuaikan

dengan gula darah pasien.

Abses punggung pasien menyebabkan timbulnya keluhan nyeri sehingga

pada awal masuk rumah sakit diberikan ketorolac dan metamizol selama masuk

rumah sakit. Ketorolac dan metamizol merupakan analgesik untuk menghilangkan

nyeri luka abses punggung pasien. Ranitidin merupakan pengeblok reseptor

histamin 2 di lambung yang besifar reversibel sehingga mengurangi produksi

asam lambung pasien (Tatro, 2003). Adanya infeksi kulit dapat menyebabkan

Page 20: Abses Dan Dm

penurunan kadar albumin pasien sehingga diperlukan tranfusi albumin, dimana

albumin ini akan menjaga tekanan onkotik plasma (Tatro, 2003). Tranfusi

albumin 25% diberikan jika nilai albumin serum pasien < 2,5 mg/dl, sedangkan

jika nilainya 2,5-3 mg/dl maka diberikan albumin 5 % (plasmanat®). Selama

rawat inap, pasien mengalami penurunan haemoglobin (Hb) yang cukup

signifikan, yaitu < 8 g/dl, sehingga perlu adanya tranfusi packed red cell (PRC).

Adapun terapi cairan yang diberikan yaitu untuk hemodilusi dan mengontrol

kadar elektrolit pasien. Pada saat dilakukan tindakan insisi luka abses, diberikan

petidin yang merupakan analgesik opioid untuk menghilangkan nyeri saat insisi.

Monitoring yang perlu dillakukan antara lain memantau leukosit, suhu

tubuh pasien, gula darah pasien, keluhan nyeri luka yang dialami pasien, albumin,

hemoglobin serta elektrolit tubuh pasien. Asuhan kefarmasian yang perlu

diperhatikan adalah efek samping yang potensial terjadi yaitu efek hipoglikemi

pada penggunaan insulin. Hasil GDP pasien pada tanggal 12 dan 13 Maret 2009

menunjukkan adanya hipoglikemi tetapi kondisi pasien tidak menunjukkan tanda-

tanda adanya hipoglikemi, yang didukung adanya pemeriksaan gula darah sesaat

(GDS) pasien yang masih dalam rentang normal. Studi kasus di rawat inap

penyakit dalam ini dilakukan sampai tanggal 19 Maret 2009, dimana

perkembangan pasien selama dirawat semakin membaik.

Page 21: Abses Dan Dm

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W.F., 2005. Review of Medical Physiology, 22th ed. California: McGraw Hill Companies.

Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance, L.L., 2008. Drug Information Handbook, Ed. 17th, Canada : Lexi-comp Inc.

Martin, John., Jordan, Bryony., MacFarlane, Colin R., Ryan, Rachel S.M., Wagle, Shama M.S., 2006, British National Formulary, 52th Ed., London : BMJ Group and RPS Publishing Group.

Pendland S. L. et al., 2005, Skin and Soft Tissue Infections, in : Joseph Dipiro T., Robert L. Talbert, Gary C. Yee, Gary R. Matzke, Barbara G. Wells and L. Michael Posey (Eds), Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 7th Ed. USA: The Mc Graw Hill Company, Inc.

Tatro, David S., Borgsdorf, Larry R., Catalano, Joseph T., Lahl, Jennifer C., Lopez, Julio R., Frederick, Kristina., Metzger, Stephanie G., Pase, Marylin Nelsen., 2003, A to Z Drug Facts and Comparisons, USA: The Mc Graw Hill Company, Inc.

Triplit, Curtis L., Reasner, Charles A., Isley, William L., 2005, Diabetes Mellitus, in : Joseph Dipiro T., Robert L. Talbert, Gary C. Yee, Gary R. Matzke, Barbara G. Wells and L. Michael Posey (Eds), Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 7th Ed. USA: The Mc Graw Hill Company, Inc.

Page 22: Abses Dan Dm