abnormalitas gigi

10
Abnormalitas Gigi Anomali gigi dapat terjadi oleh beberapa faktor penyebab, seperti: 1.Faktor heriditer 2.Gangguan pada waktu pertumbuhan dan perkembangan gigi 3.Gangguan metabolisme Macam-macam anomali gigi dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah, ukuran, bentuk, struktur, dan pada kondisi tertentu. 1.Jenis anomali gigi berdasarkan jumlah (Itjiningsih, 1991): a. Hypodontia 1) Anodonsia lengkap Keadaan ini disebabkan oleh penyakit herediter dan hal tersebut jarang terjadi. 2) Anodonsia sebagian Keadaan ini biasanya bersifat congenital. Biasanaya bisa satu atau beberapa gigi di dalam rahang. Urutan gigi anodontia yang sering pada gigi: a) Molar 3 permanen, biasanya sering terjadi pada region atas b) Incisive 2 atas tetap. Kira-kira 1-2 % penduduk kehilangan gigi tersebut, bisa satu gigi atau dua gigi insisve 2 sekaligus. c) Premolar 2 bawah. Kira-kira 1% dari penduduk kehilangan gigi tersebut, bisa satu gigi atau dua gigi sekaligus.

Upload: yanda-amitie-putri

Post on 03-Jan-2016

254 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

gigi

TRANSCRIPT

Page 1: Abnormalitas Gigi

Abnormalitas Gigi

Anomali gigi dapat terjadi oleh beberapa faktor penyebab, seperti:

1. Faktor heriditer

2. Gangguan pada waktu pertumbuhan dan perkembangan gigi

3. Gangguan metabolisme

Macam-macam anomali gigi dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah, ukuran,

bentuk, struktur, dan pada kondisi tertentu.

1. Jenis anomali gigi berdasarkan jumlah (Itjiningsih, 1991):

a. Hypodontia

1) Anodonsia lengkap

Keadaan ini disebabkan oleh penyakit herediter dan hal tersebut jarang

terjadi.

2) Anodonsia sebagian

Keadaan ini biasanya bersifat congenital. Biasanaya bisa satu atau beberapa

gigi di dalam rahang. Urutan gigi anodontia yang sering pada gigi:

a) Molar 3 permanen, biasanya sering terjadi pada region atas

b) Incisive 2 atas tetap. Kira-kira 1-2 % penduduk kehilangan gigi tersebut, bisa

satu gigi atau dua gigi insisve 2 sekaligus.

c) Premolar 2 bawah. Kira-kira 1% dari penduduk kehilangan gigi tersebut, bisa

satu gigi atau dua gigi sekaligus.

d) Incisive 1 bawah, bisa hanya salah satu gigi atau keduanya. Bisa pada gigi susu

dan gigi permanen

b. Hyperdontia

Lebih dari 0,3-3,8% penduduk menderita hyperdontia (supernumerary). Angka

prevalensi hyperdontia sebanyak 90% terjadi pada rahang atas, khususnya molar yang

ketiga dan incisive pertama atas. Berdasarkan penelitian pada usia 16 bulan sampai 17

tahun, didapatkan dua kondisi, yaitu gigi lebih tunggal sebanyak 20 % dan gigi lebih

ganda sebanyak 14%. Gigi lebih ganda 80% terdapat pada rahang atas.

Hyperdontia/supernumerary terdiri dari 3 macam, yaitu:

Page 2: Abnormalitas Gigi

1) Mesiodens

Mesiodens merupakan kondisi gigi berlebih yang terdapat diantara dua gigi insisive

pertama atas. Pada kasus mesiodens biasanya gigi tersebut erupsi atau tidak erupsi.

Kondisi mesiodens yang tidak erupsi akan terpendam di dalam rahang sehingga

dapat menyebabkan diastema. Namun tidak semua kondisi diastema dikarenakan

mesiodens, sebab diastema terbentuk karena banyak faktor. Mesiodens sering

terjadi pada gigi permanen, tetapi pada gigi susu pun dapat dijumpai mesiodens.

2) Paramolar

Paramolar terjadi pada bagian distal dari gigi molar yang ketiga. Pada paramolar

selain dapat dijumpai pada rahang atas, juga dapat dijumpai pada rahang bawah.

Biasanya paramolar ini sering ditemui pada penduduk Negroid, dimana kondisi dari

rahang mereka yang relatif besar, sehingga memungkinkan adanya benih gigi molar

yang keempat.

3) Premolar

Gigi ini tumbuh pada regio premolar dua bawah. Secara anatomis ukuran dan

bentuk premolar ini hampir sama seperti premolar dua bawah.

2. Jenis anomali gigi berdasarkan ukuran:

a. Microdontia

Gigi dengan kondisi ukurannya lebih kecil daripada normalnya. Biasanya terjadi

pada gigi insisive dua atas dan molar tiga atas. (Itjiningsih, 1991)

b. Macrodontia

Gigi dengan kondisi ukurannya lebih besar dari normal. Pada macrodontia ini

bisa terjadi tunggal, sebagian atau secara keseluruhan (total). Macrodontia total jarang

terjadi. Macrodontia lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan (

http://cpddokter.com).

Penyebab dari macrodontia total tidak terlepas dari pengaruh hormone

pertumbuhan yang berasal dari pituitary yang menyebabkan seseorang menjadi

gigantisme, sedangkan macrodontia lokal biasanya hanya mengenai beberapa gigi saja

yaitu gigi insisive pertama atas, molar tiga bawah dan premolar dua bawah. Selain itu

juga pada mikrodontia lokal terdapat kelainan unilateral ( http://cpddokter.com) .

Page 3: Abnormalitas Gigi

3. Jenis anomali gigi berdasarkan bentuk:

a. Geminasi/ kembar

Terjadi karena adanya benih gigi yang membelah, sehingga terlihat adanya 2

gigi, namun pada akar gigi yang geminasi hanya terdapat satu akar dan satu saluran

akar. Gigi yang sering terjadi geminasi pada regio insisive dan premolar. Antara gigi

susu dengan gigi permanen, sering ditemukan pada gigi susu (Itjiningsih, 1991).

b. Fusion/kembar dempet

Pada fusion hampir sama dengan geminasi, hanya saja kondisi ini terjadi karena

menyatunya dua benih gigi, sehingga didapatkan 2 saluran akar. Untuk mengetahui

gigi tersebut geminasi atau fusion maka digunakan rontgen foto (Itjiningsih, 1991).

c. Concrescence

Menyatunya akar (fusion root) pada gigi posterior melalui jaringan

sementumnya saja. Terjadi setelah gigi erupsi dalam rongga mulut dan biasanya terjadi

pada regio molar atas (Itjiningsih, 1991).

d. Accessory cusp

Keadaan ini disebabkan kerena perkembangan hyperplasia setempat atau

pertumbuhan sel-sel baru. Itjiningsih (1991) membagi accessory cusp mejadi dua

macam, yakni:

1) Enamel pearls

Enamel bentuk bulat pada daerah bifurkasi gigi molar atas.

2) Talon cusp

Tonjolan kecil pada enamel pada bagian singulum dari gigi anterior atas dan bawah

e. Dens invagination

Terjadi akibat terselubungnya organ enamel diantara mahkota gigi. Terlihat

tonjolan pada daerah singulum gigi insisive. Sering terjadi pada gigi insisive dua atas

dan insisive dua bawah. Pada gambaran radiologi terlihat pemanjangan enamel dalam

jumlah besar dalam dentin ukuran gigi normal. Pemanjangan enamel terlihat pada 1/3

korona gigi tetapi dapat meluas ke seluruh panjang akar. Prevalensi kejadian pada

penduduk antara 1-5% (Itjiningsih, 1991).

Page 4: Abnormalitas Gigi

f. Dens Evagination

Terjadi pada gigi premolar berupa tuberkel atau cusp yang terletak di tengah

permukaan oklusal. biasanya terjadi bilateral. Kondisi ini bisa kita temukan pada ras

Mongoloid (http://repository.ui.ac.id/).

g. Taurodontisme

Pemanjangan ruang pulpa tanpa adanya pengecilan ruangan pulpa pada daerah

cementoenamel junction. Biasanya terjadi pada orang Eksimo dan Indian Amerika

dengan angka 1:5000 penduduk (Itjiningsih, 1991).

Kondisi ini dapat terjadi secara bilateral atau unilateral. Lebih sering terjadi pada

gigi permanen daripada gigi susu. Pasien dengan down’s syndrome, klinefelter

syndrome dan amelogenesis imperfect biasanya mempunyai kondisi taurodontisme

(http://repository.ui.ac.id/).

h. Hypercementosis

Pembentukan jaringan sementum yang berlebihan yang disebabkan karena

trauma, gangguan metabolisme dan infeksi periapikal. Gambaran klinisnya yaitu gigi

akan sulit sekali diekstraksi karena gigi tersebut hampir menjadi satu dengan tulang

alveolar. Untuk itu perlu dilakukan rontgen foto untuk mengindikasikanya (Itjiningsih,

1991).

i. Dilacerations

Akar dan mahkota pada gigi yang membentuk sudut dari 450-900. Penyebabnya

ialah karena trauma atau kekurangan tempat untuk berkembang. Gigi yang sering

mengalami dilacerations ialah gigi molar tiga bawah (Itjiningsih, 1991).

j. Flexion

Kondisi akar gigi yang bengkok kurang dari 900 atau memutar (Itjiningsih,

1991).

k. Segmented root

Akar gigi terpisah menjadi dua dikarenakan adanya trauma pada proses

pembentukan akar (Itjiningsih, 1991).

l. Dwarfed root

Kondisi dimana mahkota gigi memperlihatkan kondisi normal, namun akar gigi

tersebut ukuranya kecil/pendek. Edge insisial biasanya berpindah ke arah lingual

Page 5: Abnormalitas Gigi

seperti pada insisive bawah. Keadaan ini sering terjadi secara turun temurun

(Itjiningsih, 1991).

4. Jenis anomali gigi berdasarkan struktur:

a. Amelogenesis imperfect

Amelogenesis imperfect adalah penyakit turunan yang mempengaruhi

pembentukan enamel pada gigi susu dan tetap. Kekurangan jaringan enamel sebagian

atau seluruhnya mengakibatkan mahkota yang kasar, berwarna kuning sampai coklat,

yang cenderung rusak resiko tinggi. Penyakit ini jarang di U.S.A. yaitu 1 dari 15.000.

b. Dentinogenesis imperfect

Secara klinis semua gigi susu atau tetap berwarna biru keabu-abuan sampai

kuning, kadang-kadang bertukar warna. Gambaran radiologi menunjukkan saluran

akar dan ruang pulpa sebagian atau tidak ada sama sekali. Gigi ini lemah karena

kurang dukungan dari jaringan dentin. Dibandingkan dengan enamel dysplasia, dentin

dysplasia dua kali lebih banyak 1 : 8000.

c. Dentin dysplasia

Anomali dari dentin baik yang disebabkan oleh turunan atau oleh penyakit

sistemik. Dentin dysplasia terdiri dari dua tipe,yaitu:

1) Dentin dysplasia type1

2) Dentin dysplasia type2

d. Enamel Dysplasia

Kondisi ini menguraikan tentang perkembangan enamel yang abnormal. Enamel

dysplasia adalah gangguan pada ameloblast ketika pembentukan enamel matrik,

sedangkan enamel hypocalcification adalah gangguan pada waktu enamel matrik

masak.

Penyebab terjadinya enamel dysplasia antara lain:

1) Turun-temurun : amelogenesis imperfecta, Hutchinson’s teeth

2) Sistemik : minuman, infeksi, kekurangan nutrisi

3) Gangguan lokal : trauma, infeksi periapikal

Biasanya kelainan ini bervariasi dalam warna yaitu dari kuning dan coklat, dan

atau morfologi yaitu enamel berlubang dan kasar.

Page 6: Abnormalitas Gigi

e. Regional odontodysplasia

5. Jenis anomali gigi pada kondisi tertentu:

a. Fluorosis

Enamel berbintik-bintik sebagai akibat fluor yang melampaui batas dalam air

minum. Klinis terlihat semua gigi tetap warnanya berubah dari putih ke kuning atau

coklat bintik-bintik dan atau perubahan morfologis enamel berubah jadi enamel

berlubang-lubang. Flour yang terdapat pada air mineral menyebabkan keadaan ini jauh

lebih besar (berlipat kali) daripada fluor 1: 1 juta yang ditambahkan dalam air minum

untuk menurunkan kerusakan gigi.

b. High Fever

Enamel berbintik-bintik pada gigi tetap sering sebagai akibat demam pada masa

kanak-kanak dari penyakit campak.

c. Focal Hypomaturation

Bintik-bintik putih setempat pada gigi pada bagian 1/3 tengah mahkota gigi pada

permukaan facial, lingual atau palatal (sedangkan dekalsifikasi atau permulaan karies

terbentuk sekitar 1/3 servikal mahkota gigi atau permukaan oklusal gigi posterior )

sebagai akibat dari trauma atau gangguan lain pada saat enamel matrik masak.

d. Tetracycline Stain

Antibiotik tetracycline yang dikonsumsi pada saat hamil akan mempengaruhi

perkembangan dentin yang terlihat dari perbedaan warna dari gigi normal. Warnanya

tergantung dari dosis dan diminum pada usia berapa, dari warna kuning sampai coklat

abu-abu.

e. Gigi Tidak Erupsi

Gigi terpendam adalah gigi yang gagal erupsi karena kekurangan daya erupsi,

rintangan mekanis, sering karena ukuran rahang orang modern kecil. Paling sedikit

10% dari penduduk mempunyai gigi impaksi, paling sering gigi kaninus atas dan gigi

molar.

f. Misplaced Teeth (transposisi)

Page 7: Abnormalitas Gigi

Keadaan benih gigi yang keluar dari tempatnya. Biasanya paling sering terjadi

pada gigi kaninus atas dan gigi kaninus bawah.

g. Rotasi

Anomali yang jarang terjadi. Rotasi paling sering terjadi pada gigi premolar dua

atas, kadang-kadang insisive atas, premolar satu atau premolar dua atas. Gigi bisa

berputar pada porosnya sampai 180°.