abnormalitas gigi
DESCRIPTION
gigiTRANSCRIPT
Abnormalitas Gigi
Anomali gigi dapat terjadi oleh beberapa faktor penyebab, seperti:
1. Faktor heriditer
2. Gangguan pada waktu pertumbuhan dan perkembangan gigi
3. Gangguan metabolisme
Macam-macam anomali gigi dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah, ukuran,
bentuk, struktur, dan pada kondisi tertentu.
1. Jenis anomali gigi berdasarkan jumlah (Itjiningsih, 1991):
a. Hypodontia
1) Anodonsia lengkap
Keadaan ini disebabkan oleh penyakit herediter dan hal tersebut jarang
terjadi.
2) Anodonsia sebagian
Keadaan ini biasanya bersifat congenital. Biasanaya bisa satu atau beberapa
gigi di dalam rahang. Urutan gigi anodontia yang sering pada gigi:
a) Molar 3 permanen, biasanya sering terjadi pada region atas
b) Incisive 2 atas tetap. Kira-kira 1-2 % penduduk kehilangan gigi tersebut, bisa
satu gigi atau dua gigi insisve 2 sekaligus.
c) Premolar 2 bawah. Kira-kira 1% dari penduduk kehilangan gigi tersebut, bisa
satu gigi atau dua gigi sekaligus.
d) Incisive 1 bawah, bisa hanya salah satu gigi atau keduanya. Bisa pada gigi susu
dan gigi permanen
b. Hyperdontia
Lebih dari 0,3-3,8% penduduk menderita hyperdontia (supernumerary). Angka
prevalensi hyperdontia sebanyak 90% terjadi pada rahang atas, khususnya molar yang
ketiga dan incisive pertama atas. Berdasarkan penelitian pada usia 16 bulan sampai 17
tahun, didapatkan dua kondisi, yaitu gigi lebih tunggal sebanyak 20 % dan gigi lebih
ganda sebanyak 14%. Gigi lebih ganda 80% terdapat pada rahang atas.
Hyperdontia/supernumerary terdiri dari 3 macam, yaitu:
1) Mesiodens
Mesiodens merupakan kondisi gigi berlebih yang terdapat diantara dua gigi insisive
pertama atas. Pada kasus mesiodens biasanya gigi tersebut erupsi atau tidak erupsi.
Kondisi mesiodens yang tidak erupsi akan terpendam di dalam rahang sehingga
dapat menyebabkan diastema. Namun tidak semua kondisi diastema dikarenakan
mesiodens, sebab diastema terbentuk karena banyak faktor. Mesiodens sering
terjadi pada gigi permanen, tetapi pada gigi susu pun dapat dijumpai mesiodens.
2) Paramolar
Paramolar terjadi pada bagian distal dari gigi molar yang ketiga. Pada paramolar
selain dapat dijumpai pada rahang atas, juga dapat dijumpai pada rahang bawah.
Biasanya paramolar ini sering ditemui pada penduduk Negroid, dimana kondisi dari
rahang mereka yang relatif besar, sehingga memungkinkan adanya benih gigi molar
yang keempat.
3) Premolar
Gigi ini tumbuh pada regio premolar dua bawah. Secara anatomis ukuran dan
bentuk premolar ini hampir sama seperti premolar dua bawah.
2. Jenis anomali gigi berdasarkan ukuran:
a. Microdontia
Gigi dengan kondisi ukurannya lebih kecil daripada normalnya. Biasanya terjadi
pada gigi insisive dua atas dan molar tiga atas. (Itjiningsih, 1991)
b. Macrodontia
Gigi dengan kondisi ukurannya lebih besar dari normal. Pada macrodontia ini
bisa terjadi tunggal, sebagian atau secara keseluruhan (total). Macrodontia total jarang
terjadi. Macrodontia lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan (
http://cpddokter.com).
Penyebab dari macrodontia total tidak terlepas dari pengaruh hormone
pertumbuhan yang berasal dari pituitary yang menyebabkan seseorang menjadi
gigantisme, sedangkan macrodontia lokal biasanya hanya mengenai beberapa gigi saja
yaitu gigi insisive pertama atas, molar tiga bawah dan premolar dua bawah. Selain itu
juga pada mikrodontia lokal terdapat kelainan unilateral ( http://cpddokter.com) .
3. Jenis anomali gigi berdasarkan bentuk:
a. Geminasi/ kembar
Terjadi karena adanya benih gigi yang membelah, sehingga terlihat adanya 2
gigi, namun pada akar gigi yang geminasi hanya terdapat satu akar dan satu saluran
akar. Gigi yang sering terjadi geminasi pada regio insisive dan premolar. Antara gigi
susu dengan gigi permanen, sering ditemukan pada gigi susu (Itjiningsih, 1991).
b. Fusion/kembar dempet
Pada fusion hampir sama dengan geminasi, hanya saja kondisi ini terjadi karena
menyatunya dua benih gigi, sehingga didapatkan 2 saluran akar. Untuk mengetahui
gigi tersebut geminasi atau fusion maka digunakan rontgen foto (Itjiningsih, 1991).
c. Concrescence
Menyatunya akar (fusion root) pada gigi posterior melalui jaringan
sementumnya saja. Terjadi setelah gigi erupsi dalam rongga mulut dan biasanya terjadi
pada regio molar atas (Itjiningsih, 1991).
d. Accessory cusp
Keadaan ini disebabkan kerena perkembangan hyperplasia setempat atau
pertumbuhan sel-sel baru. Itjiningsih (1991) membagi accessory cusp mejadi dua
macam, yakni:
1) Enamel pearls
Enamel bentuk bulat pada daerah bifurkasi gigi molar atas.
2) Talon cusp
Tonjolan kecil pada enamel pada bagian singulum dari gigi anterior atas dan bawah
e. Dens invagination
Terjadi akibat terselubungnya organ enamel diantara mahkota gigi. Terlihat
tonjolan pada daerah singulum gigi insisive. Sering terjadi pada gigi insisive dua atas
dan insisive dua bawah. Pada gambaran radiologi terlihat pemanjangan enamel dalam
jumlah besar dalam dentin ukuran gigi normal. Pemanjangan enamel terlihat pada 1/3
korona gigi tetapi dapat meluas ke seluruh panjang akar. Prevalensi kejadian pada
penduduk antara 1-5% (Itjiningsih, 1991).
f. Dens Evagination
Terjadi pada gigi premolar berupa tuberkel atau cusp yang terletak di tengah
permukaan oklusal. biasanya terjadi bilateral. Kondisi ini bisa kita temukan pada ras
Mongoloid (http://repository.ui.ac.id/).
g. Taurodontisme
Pemanjangan ruang pulpa tanpa adanya pengecilan ruangan pulpa pada daerah
cementoenamel junction. Biasanya terjadi pada orang Eksimo dan Indian Amerika
dengan angka 1:5000 penduduk (Itjiningsih, 1991).
Kondisi ini dapat terjadi secara bilateral atau unilateral. Lebih sering terjadi pada
gigi permanen daripada gigi susu. Pasien dengan down’s syndrome, klinefelter
syndrome dan amelogenesis imperfect biasanya mempunyai kondisi taurodontisme
(http://repository.ui.ac.id/).
h. Hypercementosis
Pembentukan jaringan sementum yang berlebihan yang disebabkan karena
trauma, gangguan metabolisme dan infeksi periapikal. Gambaran klinisnya yaitu gigi
akan sulit sekali diekstraksi karena gigi tersebut hampir menjadi satu dengan tulang
alveolar. Untuk itu perlu dilakukan rontgen foto untuk mengindikasikanya (Itjiningsih,
1991).
i. Dilacerations
Akar dan mahkota pada gigi yang membentuk sudut dari 450-900. Penyebabnya
ialah karena trauma atau kekurangan tempat untuk berkembang. Gigi yang sering
mengalami dilacerations ialah gigi molar tiga bawah (Itjiningsih, 1991).
j. Flexion
Kondisi akar gigi yang bengkok kurang dari 900 atau memutar (Itjiningsih,
1991).
k. Segmented root
Akar gigi terpisah menjadi dua dikarenakan adanya trauma pada proses
pembentukan akar (Itjiningsih, 1991).
l. Dwarfed root
Kondisi dimana mahkota gigi memperlihatkan kondisi normal, namun akar gigi
tersebut ukuranya kecil/pendek. Edge insisial biasanya berpindah ke arah lingual
seperti pada insisive bawah. Keadaan ini sering terjadi secara turun temurun
(Itjiningsih, 1991).
4. Jenis anomali gigi berdasarkan struktur:
a. Amelogenesis imperfect
Amelogenesis imperfect adalah penyakit turunan yang mempengaruhi
pembentukan enamel pada gigi susu dan tetap. Kekurangan jaringan enamel sebagian
atau seluruhnya mengakibatkan mahkota yang kasar, berwarna kuning sampai coklat,
yang cenderung rusak resiko tinggi. Penyakit ini jarang di U.S.A. yaitu 1 dari 15.000.
b. Dentinogenesis imperfect
Secara klinis semua gigi susu atau tetap berwarna biru keabu-abuan sampai
kuning, kadang-kadang bertukar warna. Gambaran radiologi menunjukkan saluran
akar dan ruang pulpa sebagian atau tidak ada sama sekali. Gigi ini lemah karena
kurang dukungan dari jaringan dentin. Dibandingkan dengan enamel dysplasia, dentin
dysplasia dua kali lebih banyak 1 : 8000.
c. Dentin dysplasia
Anomali dari dentin baik yang disebabkan oleh turunan atau oleh penyakit
sistemik. Dentin dysplasia terdiri dari dua tipe,yaitu:
1) Dentin dysplasia type1
2) Dentin dysplasia type2
d. Enamel Dysplasia
Kondisi ini menguraikan tentang perkembangan enamel yang abnormal. Enamel
dysplasia adalah gangguan pada ameloblast ketika pembentukan enamel matrik,
sedangkan enamel hypocalcification adalah gangguan pada waktu enamel matrik
masak.
Penyebab terjadinya enamel dysplasia antara lain:
1) Turun-temurun : amelogenesis imperfecta, Hutchinson’s teeth
2) Sistemik : minuman, infeksi, kekurangan nutrisi
3) Gangguan lokal : trauma, infeksi periapikal
Biasanya kelainan ini bervariasi dalam warna yaitu dari kuning dan coklat, dan
atau morfologi yaitu enamel berlubang dan kasar.
e. Regional odontodysplasia
5. Jenis anomali gigi pada kondisi tertentu:
a. Fluorosis
Enamel berbintik-bintik sebagai akibat fluor yang melampaui batas dalam air
minum. Klinis terlihat semua gigi tetap warnanya berubah dari putih ke kuning atau
coklat bintik-bintik dan atau perubahan morfologis enamel berubah jadi enamel
berlubang-lubang. Flour yang terdapat pada air mineral menyebabkan keadaan ini jauh
lebih besar (berlipat kali) daripada fluor 1: 1 juta yang ditambahkan dalam air minum
untuk menurunkan kerusakan gigi.
b. High Fever
Enamel berbintik-bintik pada gigi tetap sering sebagai akibat demam pada masa
kanak-kanak dari penyakit campak.
c. Focal Hypomaturation
Bintik-bintik putih setempat pada gigi pada bagian 1/3 tengah mahkota gigi pada
permukaan facial, lingual atau palatal (sedangkan dekalsifikasi atau permulaan karies
terbentuk sekitar 1/3 servikal mahkota gigi atau permukaan oklusal gigi posterior )
sebagai akibat dari trauma atau gangguan lain pada saat enamel matrik masak.
d. Tetracycline Stain
Antibiotik tetracycline yang dikonsumsi pada saat hamil akan mempengaruhi
perkembangan dentin yang terlihat dari perbedaan warna dari gigi normal. Warnanya
tergantung dari dosis dan diminum pada usia berapa, dari warna kuning sampai coklat
abu-abu.
e. Gigi Tidak Erupsi
Gigi terpendam adalah gigi yang gagal erupsi karena kekurangan daya erupsi,
rintangan mekanis, sering karena ukuran rahang orang modern kecil. Paling sedikit
10% dari penduduk mempunyai gigi impaksi, paling sering gigi kaninus atas dan gigi
molar.
f. Misplaced Teeth (transposisi)
Keadaan benih gigi yang keluar dari tempatnya. Biasanya paling sering terjadi
pada gigi kaninus atas dan gigi kaninus bawah.
g. Rotasi
Anomali yang jarang terjadi. Rotasi paling sering terjadi pada gigi premolar dua
atas, kadang-kadang insisive atas, premolar satu atau premolar dua atas. Gigi bisa
berputar pada porosnya sampai 180°.