documenta
TRANSCRIPT
5/11/2018 A - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/a5571fe1c49795991699aa47b 1/6
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEKANAN INTRAOKULER
Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan intraokuler antara lain:
1 Usia
Masih banyak pertentangan mengenai pengaruh usia terhadap perubahan tekanan
intraokuler. Umumnya usia muda mempunyai tekanan yang lebih rendah di banding
populasi umum, sedangkan pada orang tua peninggian tekanan intraokuler mempunyai
hubungan dengan tekanan darah yang meninggi, frekuensi nadi dan obesitas. Dengan
peningkatan usia pengeluaran aliran akuos humor menurun. Studi Histologi
menghubungkannya dengan perubahan pada jaringan trabekula, termasuk penebalan dan
penggabungan lapisan trabekula, degenerasi kollagen dan fibril elastik, akumulasi kollagen,
hilangnya sel-sel endotel, hiperpigmentasi sel-sel endotel, akumulasi organel intraselluler,
akumulasi dan perubahan matriks ekstraselluler dan berkurangnya jumlah vakuola raksasa.
2 Jenis kelamin
Tidak banyak ditemui perbedaan tekanan intraokuler antara pria dan wanita. Umumnya
wanita usia menopause mempunyai tekanan intraokuler yang relatif lebih tinggi di
bandingkan pria dengan umur yang sama, dalam hal ini mungkin disebabkan oleh faktor-
faktor hormonal
3 Musim
Adanya pengaruh musim berhubungan dengan tekanan intraokuler pernah dilaporkan dimana
pada bulan – bulan musim dingin tekanan intraokuler manusia lebih tinggi yang mungkin
disebabkan oleh perubahan tekanan atmosfer .
4 Variasi diurnal
Variasi diurnal merupakan perubahan keadaan tekanan intraokuler setiap hari. Pada orang
normal mempunyai variasi 3 – 6 mmHg antara tekanan intraokuler terendah dan tertinggi,
sedang pada penderita glaukoma dapat lebih tinggi lagi. Umumnya tekanan intraokuler
meninggi pada tengah hari dan lebih rendah pada malam hari. Ini di hubungkan dengan
5/11/2018 A - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/a5571fe1c49795991699aa47b 2/6
variasi diurnal kadar kortisol plasma, dimana puncak tekanan intraokuler sekitar tiga sampai
empat jam setelah puncak kadar kortisol plasma.
5 Ras
Adanya keterkaitan antara ras tertentu dengan tekanan intraokuler telah diperkuat dengan
adanya laporan yang menyatakan bahwa orang kulit hitam mempunyai tekaan intraokuler
lebih tinggi di bandingkan kulit putih.
6 Genetik
Tekanan intraokuler pada populasi umum ada kaitannya dengan keturunan, keadaan ini di
buktikan dengan terdapatnya kecenderungan tekanan intraokuler yang lebih tinggi pada
sejumlah keluarga penderita glaukoma.
7 Kelainan refraksi
Terdapat hubungan antara miopia aksial dengan peninggian tekanan intraokuler. Dimana
dengan bertambahnya panjang sumbu bola mata akan menyebabkan meningkatnya tekanan
intraokuler.
PEMERIKSAAN
1.Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus optikus
macula dan pembuluh darah retina.
2.Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai mencurigakan apabila
berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi bila melebihi 25 mmhg.
3.Pemeriksaan lampu-slit.
5/11/2018 A - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/a5571fe1c49795991699aa47b 3/6
Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi oftalmik yaitu memperbesar kornea, sclera dan
kornea inferior sehingga memberikan pandangan oblik kedalam tuberkulum dengan lensa
khusus.
4.Pemeriksaan Ultrasonografi..
Ultrasonografi dalai gelombang suara yang dapat digunakan unutk mengukur dimensi dan
struktur okuler. Ada dua tipe ultrasonografi yaitu :
A-Scan-Ultrasan.
Berguna untuk membedakan tumor maligna dan benigna, mengukur mata untuk
pemsangan implant lensa okuler dan memantau adanya glaucoma congenital.
B-Scan-Ultrasan.
Berguana unutk mendeteksi dan mencari bagian struktur dalam mata yang kurang jelas
akibat adanya katarak dan abnormalitas lain.
4. PEMERIKSAAN TEKANAN INTRAOKULER
Bola mata dapat dipersamakan dengan suatu kompartemen tertutup dengan sirkulasi
akuos humor yang konstan. Cairan ini mempertahankan bentuk dan tekanan relatif didalam bola
mata. Tonometri adalah cara pengukuran tekanan intraokuler dengan memakai alat-alat
terkalibrasi yang melekukkan atau meratakan kornea. Makin tegang mata, makin besar gaya
yang diperlukan untuk mengakibatkan lekukan
Ada dua jenis tonometri yaitu tonometer indentasi dan tonometer aplanasi. Tonometer
indentasi yang dipakai adalah tonometer Schiotz yang digunakan untuk mengukur besarnya
5/11/2018 A - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/a5571fe1c49795991699aa47b 4/6
indentasi kornea yang dihasilkan oleh beban atau gaya yang telah ditentukan. Makin lunak mata,
makin besar lekukan yang diakibatkan pada kornea. Dengan makin kencangnya mata, makin
kurang lekukan kornea
terjadi dengan gaya yang sama. Berbeda dari tonometer Schiotz, tonometer aplanasi dapat
mengubah dan mengukur beban yang diberikan. Tekanan mata ditentukan oleh beban yang
diperlukan untuk meratakan kornea dengan beban standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pada tekanan intraokuler yang lebih rendah, lebih sedikit beban tonometer yang dibutuhkan
untuk mencapai derajat standar perataan kornea, dibanding dengan tekanan intraokuler yang
lebih tinggi. Karena kedua cara ini mempergunakan alat yang menempel pada kornea pasien,
maka diperlukan anastesi lokal dan ujung alat harus didesinfeksi sebelum dipakai dan sewaktu
menarik palpebra saat melakukan pemeriksaan, harus hati-hati agar jangan menekan bola matasehingga meningkatkan tekanannya.
4.1 Tonometer Schiotz
Keuntungan cara ini adalah kesederhanaannya, alatnya mudah dibawa. Alat ini dapat dipakai di
semua klinik atau bagian gawat darurat, di ruangan rawat rumah sakit, atau di kamar bedah.
Tonometer Schiotz adalah alat yang praktis bagi bukan spesialis mata, untuk mengukur tekanan
bola mata pada pasien yang disangkakan glaukoma dalam keadaan darurat.
Ketiga komponen terpisah tonometer harus dibersihkan, dirakit, dan dibongkar kembali setelah
pemakaian. Badan tonometer terdiri atas tabung penampung “plunger” yang dihubungkan
denagan skala pengukur dan jarum penunjuk. agang terpasang, yang dapat meluncur di luar laras
silinder, menunjang beban bila tidak menekan pada mata. “Pluger” adalah batang berujung
tumpul yang dimasukkan ke dalam selongsong tabung, yang dapat mundur maju. Satu ujungnya
menyentuh kornea, sedangkan ujung lainnya mengeser jarum skala pengukur. Beban 5,5 g
yang dipasang di ujung atas pluger (paling jauh dari pasien) agar tidak jauh dari bagian batang.
Pasien tidur telentang, dan diberi anestesi lokal pada kedua mata. Dengan pasien menatap lurus
ke depan, kelopak mata ditahan agar tetap terbuka dengan menarik kulit palpebra dengan hati-
hati pada pinggir orbita. Tonometer diturunkan oleh tangan lainnya sampai ujung cekung laras
5/11/2018 A - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/a5571fe1c49795991699aa47b 5/6
menyentuh kornea. Dengan gaya yang ditetapkan dengan beban terpasang, tonjolan pluger
berujung tumpul menekan pada kornea dan sedikit melekukkan pusat kornea. Tahanan kornea,
yang sebanding dengan tekanan intraokuler, akan mendesak pluger ke atas. Sewaktu bergeser
keatas didalam selongsong, pluger menggeser jarum
penunjuk skala. Makin tinggi tekanan intraokuler, makin besar tahanan kornea terhadap
indentasi, makin tinggi pula geseran pluger ke atas, sehingga makin jauh mengeser jarum
penunjuk skala.
Dipakai sebuah kartu konversi untuk menerjemahkan nilai pada skala ke dalam milimeter air
raksa. Jika mata kencang, diberikan tambahan beban (7,5 dan 10 gr) pada pluger untuk
menaikkan gaya pada kornea. Kalibrasi dilakukan dengan meletakkan tonometer pada blok metal
“berbentuk -kornea” yang akan mendefleksi jarum itu maksimal sehingga sesuai dengan “O”pada skala
4.2 Tonometer Applanasi
Tonometer applanasi Goldmann adalah tonometer yang dipasang pada slitlamp, untuk
mengukur besarnya beban yang diperlukan untuk meratakan apeks kornea dengan beban standar.
Pemeriksaan ini untuk mendapatkan tekanan intraokuler dengan menghilangkan pengaruh
kekakuan sklera (scleral
rigidity). Makin tinggi tekanan intraokuler, makin besar beban yang dibutuhkan. Tonometer
applanasi Goldmann lebih teliti dari pada tonometri Schiotz, jenis ini lebih disukai para
oftalmolog. Dengan alat ini tidak diperhatikan kekakuan sklera, karena pada tonometer
applanasi, prisma yang dipakai hanya menggeser cairan dalam bola mata sebesar 0,5 mm kubik
sehingga tidak terjadi pengembangan
sklera yang berarti seperti pada tonometer Shiotz yang terjadi pergerakan cairan dalam bola mata
sebesar 7 – 14 mm kubik sehingga kekakuan sklera memegangperanan dalam perhitungan tekanan
intraokuler. Setelah anastesi lokal dan pemberian fluoresein, pasien duduk didepan slitlamp dan
tonometer disiapkan. Agar dapat melihat fluoresein, dipakai filter biru cobalt dengan penyinaran
paling terang. Setelah memasang tonometer di depan kornea, pemeriksa melihat melalui slitlamp
okuler saat ujungnya berkontak dengan kornea. Sebuah per counterbalance yang dikendalikan
5/11/2018 A - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/a5571fe1c49795991699aa47b 6/6
dengan tangan mengubah-ubah beban yang diberikan pada ujung tonometer. Setelah
berkontak, ujung tonometer meratakan bagian tengah kornea dan menghasilkan garis fluorescein
melingkar tipis. Sebuah prisma di ujung visual memecah lingkaran ini menjadi dua setengah –
lingkaran yang tampak hijau melalui okuler slitlamp. Beban tonometer diatur secara manual
sampai kedua setengahlingkaran tersebut tepat bertindih. Titik akhir visual ini menunjukan
bahwa kornea telah didatarkan oleh beban standar yang terpasang. Jumlah beban yang
dibutuhkan untuk ini diterjemahkan skala menjadi bacaan tekanan dalam milimeter air raksa.
Sebuah tonometer applanasi listrik portable, Tonopen, telah diciptakan. Meskipun teliti, alat ini
memerlukan kalibrasi setiap hari. Tono-pen lebih mahal daripada tonometer Schhiotz sehingga
sedikit dijumpai dalam klinik dan bagian gawat darurat. Tonometer Perkins adalah sebuah
tonometer applanasi mekanik 5portabel dengan mekanisme yang mirip dengan tonometerGoldmann. Pneumotonometer adalah tonometer applanasi lain, terutama berguna untuk kornea
yang tidak rata.
4.3 Tonometri Non-kontak
Tonometer non-kontak (“hembusan-udara“) tidak seteliti tonometer applanasi. Dihembuskan
sedikit udara pada kornea. Udara yang terpantul dari permukaan kornea mengenai membran
penerima-tekanan pada alat ini. Metoda ini tidak memerlukan anestesi, karena tidak ada bagian
alat yang mengenai mata. Jadi dengan mudah dipakai oleh teknisi dan berguna dalam program
penyaringan