documenta

6
 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEKANAN INTRAOKULER Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan intraokuler antara lain: 1 Usia Masih banyak pertentangan mengenai pengaruh usia terhadap perubahan tekanan intraokuler. Umumnya usia muda mempunyai tekanan yang lebih rendah di banding populasi umum, sedangkan pada orang tua peninggian tekanan intraokuler mempunyai hubungan dengan tekanan darah yang meninggi, frekuensi nadi dan obesitas. Dengan peningkatan usia pengeluaran aliran akuos humor menurun. Studi Histologi menghubungkannya dengan perubahan pada jaringan trabekula, termasuk penebalan dan penggabungan lapisan trabekula, degenerasi kollagen dan fibril elastik, akumulasi kollagen, hilangnya sel-sel endotel, hiperpigmentasi sel-sel endotel, akumulasi organel intraselluler, akumulasi dan perubahan matriks ekstraselluler dan berkurangnya jumlah vakuola raksasa. 2 Jenis kelamin Tidak banyak ditemui perbedaan tekanan intraokuler antara pria dan wanita. Umumnya wanita usia menopause mempunyai tekanan intraokuler yang relatif lebih tinggi di bandingkan pria dengan umur y ang sama, dalam hal ini mungkin disebabkan oleh faktor- faktor hormonal 3 Musim Adanya pengaruh musim berhubungan dengan tekanan intraokuler pernah dilaporkan dimana pada bulan   bulan musim dingin tekanan intraokuler manusia lebih tinggi yang mungkin disebabkan oleh perubahan tekanan atmosfer . 4 Variasi diurnal Variasi diurnal merupakan perubahan keadaan tekanan intraokuler setiap hari. Pada orang normal mempunyai variasi 3   6 mmHg antara tekanan intraokuler terendah dan tertinggi, sedang pada penderita glaukoma dapat lebih tinggi lagi. Umumnya tekanan intraokuler meninggi pada tengah hari dan lebih rendah pada malam hari. Ini di hubungkan dengan

Upload: aisyah-aditia-p

Post on 12-Jul-2015

109 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/11/2018 A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/a5571fe1c49795991699aa47b 1/6

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEKANAN INTRAOKULER

Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan intraokuler antara lain:

1 Usia

Masih banyak pertentangan mengenai pengaruh usia terhadap perubahan tekanan

intraokuler. Umumnya usia muda mempunyai tekanan yang lebih rendah di banding

populasi umum, sedangkan pada orang tua peninggian tekanan intraokuler mempunyai

hubungan dengan tekanan darah yang meninggi, frekuensi nadi dan obesitas. Dengan

peningkatan usia pengeluaran aliran akuos humor menurun. Studi Histologi

menghubungkannya dengan perubahan pada jaringan trabekula, termasuk penebalan dan

penggabungan lapisan trabekula, degenerasi kollagen dan fibril elastik, akumulasi kollagen,

hilangnya sel-sel endotel, hiperpigmentasi sel-sel endotel, akumulasi organel intraselluler,

akumulasi dan perubahan matriks ekstraselluler dan berkurangnya jumlah vakuola raksasa.

2 Jenis kelamin

Tidak banyak ditemui perbedaan tekanan intraokuler antara pria dan wanita. Umumnya

wanita usia menopause mempunyai tekanan intraokuler yang relatif lebih tinggi di

bandingkan pria dengan umur yang sama, dalam hal ini mungkin disebabkan oleh faktor-

faktor hormonal

3 Musim

Adanya pengaruh musim berhubungan dengan tekanan intraokuler pernah dilaporkan dimana

pada bulan – bulan musim dingin tekanan intraokuler manusia lebih tinggi yang mungkin

disebabkan oleh perubahan tekanan atmosfer .

4 Variasi diurnal

Variasi diurnal merupakan perubahan keadaan tekanan intraokuler setiap hari. Pada orang

normal mempunyai variasi 3 – 6 mmHg antara tekanan intraokuler terendah dan tertinggi,

sedang pada penderita glaukoma dapat lebih tinggi lagi. Umumnya tekanan intraokuler

meninggi pada tengah hari dan lebih rendah pada malam hari. Ini di hubungkan dengan

5/11/2018 A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/a5571fe1c49795991699aa47b 2/6

variasi diurnal kadar kortisol plasma, dimana puncak tekanan intraokuler sekitar tiga sampai

empat jam setelah puncak kadar kortisol plasma.

5 Ras

Adanya keterkaitan antara ras tertentu dengan tekanan intraokuler telah diperkuat dengan

adanya laporan yang menyatakan bahwa orang kulit hitam mempunyai tekaan intraokuler

lebih tinggi di bandingkan kulit putih.

6 Genetik 

Tekanan intraokuler pada populasi umum ada kaitannya dengan keturunan, keadaan ini di

buktikan dengan terdapatnya kecenderungan tekanan intraokuler yang lebih tinggi pada

sejumlah keluarga penderita glaukoma.

7 Kelainan refraksi

Terdapat hubungan antara miopia aksial dengan peninggian tekanan intraokuler. Dimana

dengan bertambahnya panjang sumbu bola mata akan menyebabkan meningkatnya tekanan

intraokuler.

PEMERIKSAAN

1.Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus optikus

macula dan pembuluh darah retina.

2.Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai mencurigakan apabila

berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi bila melebihi 25 mmhg.

3.Pemeriksaan lampu-slit.

5/11/2018 A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/a5571fe1c49795991699aa47b 3/6

Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi oftalmik yaitu memperbesar kornea, sclera dan

kornea inferior sehingga memberikan pandangan oblik kedalam tuberkulum dengan lensa

khusus.

4.Pemeriksaan Ultrasonografi..

Ultrasonografi dalai gelombang suara yang dapat digunakan unutk mengukur dimensi dan

struktur okuler. Ada dua tipe ultrasonografi yaitu :

  A-Scan-Ultrasan.

Berguna untuk membedakan tumor maligna dan benigna, mengukur mata untuk 

pemsangan implant lensa okuler dan memantau adanya glaucoma congenital.

  B-Scan-Ultrasan.

Berguana unutk mendeteksi dan mencari bagian struktur dalam mata yang kurang jelas

akibat adanya katarak dan abnormalitas lain.

4. PEMERIKSAAN TEKANAN INTRAOKULER

Bola mata dapat dipersamakan dengan suatu kompartemen tertutup dengan sirkulasi

akuos humor yang konstan. Cairan ini mempertahankan bentuk dan tekanan relatif didalam bola

mata. Tonometri adalah cara pengukuran tekanan intraokuler dengan memakai alat-alat

terkalibrasi yang melekukkan atau meratakan kornea. Makin tegang mata, makin besar gaya

yang diperlukan untuk mengakibatkan lekukan

Ada dua jenis tonometri yaitu tonometer indentasi dan tonometer aplanasi. Tonometer

indentasi yang dipakai adalah tonometer Schiotz yang digunakan untuk mengukur besarnya

5/11/2018 A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/a5571fe1c49795991699aa47b 4/6

indentasi kornea yang dihasilkan oleh beban atau gaya yang telah ditentukan. Makin lunak mata,

makin besar lekukan yang diakibatkan pada kornea. Dengan makin kencangnya mata, makin

kurang lekukan kornea

terjadi dengan gaya yang sama. Berbeda dari tonometer Schiotz, tonometer aplanasi dapat

mengubah dan mengukur beban yang diberikan. Tekanan mata ditentukan oleh beban yang

diperlukan untuk meratakan kornea dengan beban standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pada tekanan intraokuler yang lebih rendah, lebih sedikit beban tonometer yang dibutuhkan

untuk mencapai derajat standar perataan kornea, dibanding dengan tekanan intraokuler yang

lebih tinggi. Karena kedua cara ini mempergunakan alat yang menempel pada kornea pasien,

maka diperlukan anastesi lokal dan ujung alat harus didesinfeksi sebelum dipakai dan sewaktu

menarik palpebra saat melakukan pemeriksaan, harus hati-hati agar jangan menekan bola matasehingga meningkatkan tekanannya.

4.1 Tonometer Schiotz

Keuntungan cara ini adalah kesederhanaannya, alatnya mudah dibawa. Alat ini dapat dipakai di

semua klinik atau bagian gawat darurat, di ruangan rawat rumah sakit, atau di kamar bedah.

Tonometer Schiotz adalah alat yang praktis bagi bukan spesialis mata, untuk mengukur tekanan

bola mata pada pasien yang disangkakan glaukoma dalam keadaan darurat.

Ketiga komponen terpisah tonometer harus dibersihkan, dirakit, dan dibongkar kembali setelah

 pemakaian. Badan tonometer terdiri atas tabung penampung “plunger” yang dihubungkan

denagan skala pengukur dan jarum penunjuk. agang terpasang, yang dapat meluncur di luar laras

silinder, menunjang beban bila tidak menekan pada mata. “Pluger” adalah batang berujung

tumpul yang dimasukkan ke dalam selongsong tabung, yang dapat mundur maju. Satu ujungnya

menyentuh kornea, sedangkan ujung lainnya mengeser jarum skala pengukur. Beban 5,5 g

yang dipasang di ujung atas pluger (paling jauh dari pasien) agar tidak jauh dari bagian batang.

Pasien tidur telentang, dan diberi anestesi lokal pada kedua mata. Dengan pasien menatap lurus

ke depan, kelopak mata ditahan agar tetap terbuka dengan menarik kulit palpebra dengan hati-

hati pada pinggir orbita. Tonometer diturunkan oleh tangan lainnya sampai ujung cekung laras

5/11/2018 A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/a5571fe1c49795991699aa47b 5/6

menyentuh kornea. Dengan gaya yang ditetapkan dengan beban terpasang, tonjolan pluger

berujung tumpul menekan pada kornea dan sedikit melekukkan pusat kornea. Tahanan kornea,

yang sebanding dengan tekanan intraokuler, akan mendesak pluger ke atas. Sewaktu bergeser

keatas didalam selongsong, pluger menggeser jarum

penunjuk skala. Makin tinggi tekanan intraokuler, makin besar tahanan kornea terhadap

indentasi, makin tinggi pula geseran pluger ke atas, sehingga makin jauh mengeser jarum

penunjuk skala.

Dipakai sebuah kartu konversi untuk menerjemahkan nilai pada skala ke dalam milimeter air

raksa. Jika mata kencang, diberikan tambahan beban (7,5 dan 10 gr) pada pluger untuk 

menaikkan gaya pada kornea. Kalibrasi dilakukan dengan meletakkan tonometer pada blok metal

“berbentuk -kornea” yang akan mendefleksi jarum itu maksimal sehingga sesuai dengan “O”pada skala

4.2 Tonometer Applanasi

Tonometer applanasi Goldmann adalah tonometer yang dipasang pada slitlamp, untuk 

mengukur besarnya beban yang diperlukan untuk meratakan apeks kornea dengan beban standar.

Pemeriksaan ini untuk mendapatkan tekanan intraokuler dengan menghilangkan pengaruh

kekakuan sklera (scleral

rigidity). Makin tinggi tekanan intraokuler, makin besar beban yang dibutuhkan. Tonometer

applanasi Goldmann lebih teliti dari pada tonometri Schiotz, jenis ini lebih disukai para

oftalmolog. Dengan alat ini tidak diperhatikan kekakuan sklera, karena pada tonometer

applanasi, prisma yang dipakai hanya menggeser cairan dalam bola mata sebesar 0,5 mm kubik 

sehingga tidak terjadi pengembangan

sklera yang berarti seperti pada tonometer Shiotz yang terjadi pergerakan cairan dalam bola mata

sebesar 7 – 14 mm kubik sehingga kekakuan sklera memegangperanan dalam perhitungan tekanan

intraokuler. Setelah anastesi lokal dan pemberian fluoresein, pasien duduk didepan slitlamp dan

tonometer disiapkan. Agar dapat melihat fluoresein, dipakai filter biru cobalt dengan penyinaran

paling terang. Setelah memasang tonometer di depan kornea, pemeriksa melihat melalui slitlamp

okuler saat ujungnya berkontak dengan kornea. Sebuah per counterbalance yang dikendalikan

5/11/2018 A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/a5571fe1c49795991699aa47b 6/6

dengan tangan mengubah-ubah beban yang diberikan pada ujung tonometer. Setelah

berkontak, ujung tonometer meratakan bagian tengah kornea dan menghasilkan garis fluorescein

melingkar tipis. Sebuah prisma di ujung visual memecah lingkaran ini menjadi dua setengah – 

lingkaran yang tampak hijau melalui okuler slitlamp. Beban tonometer diatur secara manual

sampai kedua setengahlingkaran tersebut tepat bertindih. Titik akhir visual ini menunjukan

bahwa kornea telah didatarkan oleh beban standar yang terpasang. Jumlah beban yang

dibutuhkan untuk ini diterjemahkan skala menjadi bacaan tekanan dalam milimeter air raksa.

Sebuah tonometer applanasi listrik portable, Tonopen, telah diciptakan. Meskipun teliti, alat ini

memerlukan kalibrasi setiap hari. Tono-pen lebih mahal daripada tonometer Schhiotz sehingga

sedikit dijumpai dalam klinik dan bagian gawat darurat. Tonometer Perkins adalah sebuah

tonometer applanasi mekanik 5portabel dengan mekanisme yang mirip dengan tonometerGoldmann. Pneumotonometer adalah tonometer applanasi lain, terutama berguna untuk kornea

yang tidak rata.

4.3 Tonometri Non-kontak 

Tonometer non-kontak (“hembusan-udara“) tidak seteliti tonometer applanasi. Dihembuskan

sedikit udara pada kornea. Udara yang terpantul dari permukaan kornea mengenai membran

penerima-tekanan pada alat ini. Metoda ini tidak memerlukan anestesi, karena tidak ada bagian

alat yang mengenai mata. Jadi dengan mudah dipakai oleh teknisi dan berguna dalam program

penyaringan