› xmlui › bitstream... · 10. bab iimelalui tawar menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk...
TRANSCRIPT
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. KAJIAN PUSTAKA
2.1.1. Manajemen Pemasaran (Marketing Management)
Manajemen adalah suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.
Manajemen tidak hanya dilakukan oleh suatu perusahaan, tetapi juga dalam kehidupan
sehari-hari seperti mengatur diri sendiri, keluarga, kelompok atau organisasi lainnya.
Dengan manajemen yang baik maka setiap kegiatan dalam proses mencapai tujuan
bisa berjalan secara efektif dan efisien. Untuk lebih jelasnya berikut definisi
manajemen menurut beberapa ahli :
Menurut Nickels dan McHugh (1997) dalam buku Sule dan Saefullah
(2010:6), Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan
organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian orang – orang serta sumber daya organisasi lainnya.
Selanjutnya menurut Siswanto (2013:5) Manajemen adalah seni dan ilmu dalam
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian, dan pengendalian terhadap
orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan. Sedangkan Menurut Husaini
(2014:6), manajemen dalam arti luas adalah perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli diatas maka dapat
disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu
melalui kegiatan orang lain yang terdiri dari tindakan – tindakan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian orang – orang serta sumber daya
organisasi lainnya.
Menurut Siswanto (2013:11), tujuan manajemen adalah sesuatu yang ingin
direalisasikan, yang menggambarkan cakupan tertentu dan menyarankan pengarahan
kepada usaha seorang manajer, sehingga dapat diambil empat elemen pokok, yaitu :
1. Sesuatu yang ingin direalisasikan (goal),
2. Cakupan (scope),
3. Ketetapan (definitness),
4. Pengarahan (direction).
Perusahaan yang sukses saat ini besar atau kecil, pencari laba atau nirlaba,
domestik atau global benar – benar fokus pada konsumennya dan berkomitmen pada
pemasaran. Pemasaran berupaya menarik konsumen dengan menjanjikan nilai yang
14
unggul dan tetap mempertahankan konsumen lama dengan memberikan kepuasan.
Agar sukses, perusahaan harus benar – benar berfokus pada pasar. Philip Kotler
(2012) menyatakan, pemasaran adalah fungsi bisnis yang mengidentifikasi keinginan
dan kebutuhan yang belum terpenuhi sekarang dan mengukur seberapa besar pasar
yang akan dilayani, menentukan pasar sasaran mana yang paling baik dilayani oleh
organisasi, dan menentukan berbagai produk, jasa dan program yang tepat untuk
melayani pasar tersebut.
Dengan demikian, pemasaran berperan sebagai penghubung antara kebutuhan
masyarakat dengan pola jawaban ekonomik yang diperlukan. Pentingnya pemahaman
tentang konsumen dapat ditemukan pada definisi pemasaran (marketing), yaitu
kegiatan manusia yang ditujukan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui
proses pertukaran. Dari definisi ini muncul dua kegiatan pemasaran yang utama.
Pertama, pemasar berusaha untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran
mereka. Kedua, pemasaran meliputi studi tentang proses pertukaran dimana terdapat
dua pihak yang mentransfer sumber daya diantara keduanya. Bagi para pemasar untuk
menciptakan pertukaran yang berhasil, mereka harus memahami faktor – faktor yang
mempengaruhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Proses pemasaran dimulai jauh sebelum barang – barang diproduksi, dan tidak
hanya berakhir pada penjualan saja tetapi kegiatan pemasaran harus memberikan
kepuasan kepada konsumen. Dengan adanya kepuasan maka konsumen
berkecenderungan akan membeli kembali barang – barang dipasarkan oleh produsen.
Tujuan utama dari kegiatan pemasaran adalah menciptakan kondisi yang saling
menguntungkan dalam jangka panjang antara sebuah entitas dan publik (individual
dan organisasi) dimana mereka berinteraksi (Kerin & Peterson, 2015:1). Selain tujuan
dalam manajemen pemasaran juga harus memiliki sasaran, sasaran dari pemasaran
adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai superior, menetapkan harga
menarik, mendistribusikan produk dengan mudah, mempromosikan secara efektif
serta mempertahankan pelanggan yang sudah ada dengan tetap memegang prinsip
kepuasan pelanggan (Shinta Agustina, 2011:1).
Pemasaran yang baik bukanlah sebuah kebetulan, melainkan hasil dari
perencanaan dan pelaksanaan yang cermat. Pemasaran merupakan seni sekaligus ilmu,
ada ketegangan yang terus menerus antara sisi terformulasikannya dan sisi kreatifnya
sehingga dengan demikian dibutuhkan suatu wadah manajemen pemasaran untuk
menangani kegiatan tersebut. Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan,
15
penerapan, dan pengendalian program – program yang dirancang untuk menciptakan,
membangun, dan mempertahankan pertukaran yang saling menguntungkan dengan
pembeli sasaran dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Proses itu melibatkan lebih
dari sekedar mendapat cukup pelanggan bagi output perusahaan saat ini. Lebih dari
sekedar merancang strategi untuk menarik konsumen baru dan menciptakan transaksi
dengan mereka, perusahaan sekarang ini berfokus pada mempertahankan pelanggan
saat ini dan membangun hubungan jangka panjang melalui penawaran nilai dan
kepuasan yang unggul bagi pelanggan. Berikut ini akan dijelaskan beberapa definisi
manajemen pemasaran menurut para ahli :
Menurut Ben M. Enis dalam Buchari Alma (2011:130), Marketing
management is the process of increasing the effectiveness and or efficiency by wich
marketing activities are perfrmed by individuals or organizations. Manajemen
pemasaran adalah proses untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas dari kegiatan
pemasaran yang dilakukan oleh individu atau oleh perusahaan.
Selanjutnya yang disebut dengan manajemen pemasaran adalah suatu usaha
untuk merencanakan, mengimplementasikan (yang terdiri dari kegiatan
mengorganisaikan, mengarahkan, mengkoordinir) serta mengawasi atau
mengendalikan kegiatan pemasaran dalam suatu organisasi agar tercapai tujuan
organisasi secara efesien dan efektif (Shinta Agustina, 2011:1).
Pengertian lainnya dikemukakan oleh Armstrong dan Kotler (2012:29) yang
menyatakan bahwa manajemen pemasaran adalah serangkaian proses yang dilakukan
oleh perusahaan untuk menciptakan suatu nilai bagi para pelanggan dan membangun
hubungan yang kuat dengan mereka agar tercipta suatu nilai dari para pelanggan
tersebut. Sementara menurut Kotler dan Keller (2012:5), Manajemen pemasaran
adalah seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta
menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan
mengomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.
Suparyanto & Rosad (2015:3) mengatakan bahwa manajemen pemasaran
adalah ilmu yang mempelajari tentang perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
terhadap barang dan jasa, penetapan harga, pelaksanaan distribusi, aktivitas promosi,
yang dilakukan oleh orang tertentu dengan proses tertentu, yang ditunjang dengan
bukti fisik untuk menciptakan pertukaran guna memenuhi kebutuhan atau keinginan
pelanggan, sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan.
16
Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen
pemasaran adalah proses penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
program – program untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas dari kegiatan
pemasaran serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan
mengomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. Manajemen harus memahami bahwa
rencana pemasaran merupakan sebuah panduan untuk menerapkan pembuatan
keputusan pemasaran bukanlah dokumen yang tidak penting ataupun selalu sama.
Proses manajemen pemasaran melibatkan lebih dari sekedar mendapat cukup
pelanggan bagi output perusahaan saat ini. Lebih dari sekedar merancang strategi
untuk menarik konsumen baru dan menciptakan transaksi dengan mereka, perusahaan
sekarang ini berfokus pada mempertahankan pelanggan saat ini dan membangun
hubungan jangka panjang melalui penawaran nilai dan kepuasan yang unggul bagi
pelanggan. Perusahaan yang sukses saat ini besar atau kecil, pencari laba atau nirlaba,
domestik atau global benar – benar fokus pada konsumennya dan berkomitmen pada
pemasaran. Pemasaran berupaya menarik konsumen dengan menjanjikan nilai yang
unggul dan tetap mempertahankan konsumen lama dengan memberikan kepuasan.
Agar sukses, perusahaan harus benar – benar berfokus pada pasar. Pemasaran adalah
proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang
mereka ingin dan butuhkan melalui penciptaan dan pertukaran barang dan nilai dengan
pihak lain (Kotler dan Armstrong, 2012).
2.1.2. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Marketing Mix Secara bahasa adalah Bauran Pemasaran, sedangkan menurut
istilah marketing Mix adalah strategi pemasaran yang dilaksanakan secara terpadu
atau strategi pemasaran yang dilakukan secara bersamaan dalam menerapkan elemen
strategi yang ada dalam marketing Mix itu sendiri. Bauran pemasaran adalah salah
satu konsep utama dalam pemasaran modern. Bauran pemasaran adalah perangkat alat
pemasaran taktis yang dapat dikendalikan, yang dipadukan oleh perusahaan untuk
menghasilkan respon yang diinginkan dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri
dari segala sesuatu yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi permintaan produknya.
Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong dalam bukunya Principle of
Marketing (2012:62) mengungkapkan bahwa marketing mix adalah kumpulan alat
pemasaran taktis terkendali yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan
tanggapan yang diinginkan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya.
17
Sementara menurut Philip Kotler dan Kevin Keller dalam bukunya Marketing
Management (2012:47), mendefinisikan bauran pemasaran sebagai seperangkat alat
pemasaran perusahaan menggunakan untuk mengejar tujuan pemasarannya di pasar
sasaran.
Marketing mix terdiri dari empat variabel yang dikenal sebagai “empat P”,
namun seiring berkembangnya jaman makin modern, kini marketing mix menambah
tiga strategi menjadi “tujuh P”, yaitu :
1. Produk (Product)
Adalah kombinasi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan dan
ditawarkan kepada pasar untuk mendapatkan perhatian, agar produk yang dijual
mau dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi suatu keinginan
atau kebutuhan dari konsumen. Bauran produk mempunyai sarana – sarana yaitu:
mutu, ciri khas, gaya merk dagang, pembukus, pelayanan dan jaminan. Produk
merupakan elemen penting dalam sebuah program pemasaran. Strategi produk
dapat mempengaruhi strategi pemasaran lainnya. Pembelian sebuah produk bukan
hanya sekedar untuk memiliki produk tersebut tetapi juga untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen.
2. Harga (Price)
Sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau
menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual
melalui tawar menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama
terhadap semua pembeli. Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh
pelanggan untuk memperoleh produk. Varibel ini mempunyai sarana – sarana
yaitu : daftar harga, potongan harga, syarat kredit dan periode pembayaran.
3. Tempat (Place)
Tempat diasosiasikan sebagai saluran distribusi yang ditujukan untuk mencapai
target konsumen. Sistem distribusi ini mencakup lokasi, transportasi,
pergudangan, dan sebagainya. Tempat termasuk aktivitas perusahaan untuk
membuat produk tersedia bagi konsumen sasaran. Variable ini mempunyai sarana
– sarana seperti lokasi, transportasi, persediaan barang distributor dan pengecer.
Distribusi berkaitan dengan kemudahan memperoleh produk di pasar dan tersedia
saat konsumen mencarinya. Distribusi memperlihatkan berbagai kegiatan yang
dilakukan perusahaan untuk menjadikan produk atau jasa diperoleh dan tersedia
bagi konsumen sasaran.
18
4. Promosi (Promotion)
Sebagai salah satu cara pemasaran untuk mengkomunikasikan dan menjual suatu
produk kepada konsumen yang berpotensi. Promosi berarti aktivitas yang
mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk
membelinya. Adapaun sarana – sarana yang terkandung didalamnya adalah
periklanan, personal selling, promosi penjualan publisitas.
5. Partisipan (People)
Yang dimaksud partisipan disini adalah karyawan penyedia jasa layanan maupun
penjualan, atau orang – orang yang terlibat secara langsung maupun tidak
langsung dalam proses layanan itu sendiri.
6. Proses (Process)
Proses adalah kegiatan yang menunjukkan bagaimana pelayanan diberikan kepada
konsumen selama melakukan pembelian barang. Pengelola usaha melalui front
liner sering menawarkan berbagai macam bentuk pelayanan untuk tujuan menarik
konsumen. Fasilitas jasa konsultasi gratis, pengiriman produk, credit card, card
member dan fasilitas layanan yang berpengaruh pada image perusahaan.
7. Lingkungan Fisik (Physical Evidence)
Lingkungan fisik adalah keadaan atau kondisi yang didalamnya juga termasuk
suasana. Karakteristik lingkungan fisik merupakan segi paling nampak dalam
kaitannya dengan situasi. Yang dimaksud dengan situasi ini adalah situasi dan
kondisi geografi dan lingkungan institusi, dekorasi, ruangan, suara, aroma,
cahaya, cuaca, pelatakan dan layout yang nampak atau lingkungan yang penting
sebagai obyek stimuli.
Program pemasaran efektif mencampurkan semua elemen bauran pemasaran
kedalam program terkoordinasi yang dirancang untuk mencapai sasaran pemasaran
perusahaan dengan menyerahkan nilai kepada konsumen.
2.1.3. Restoran
Restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara
komersial, yang menyelenggarakan. Pelayanan dengan baik kepada semua tamunya
baik berupa makan maupun minum. Restoran ada yang berlokasi dalam suatu hotel,
kantor maupun pabrik, dan banyak juga yang berdiri sendiri di luar bangunan itu.
Menurut para ahli restoran dapat didefinisikan seperti dibawah ini :
19
Menurut Endar dan Sri (2002), "Restoran adalah suatu tempat yang identik
dengan meja – meja yang tersusun rapi, dengan kehadiran orang, timbulnya aroma
semerbak dari dapur dan pelayanan para pramusaji, berdentingnya bunyi-bunyian
kecil karena persentuhan gelas – gelas kaca, porselin, menyebabkan suasana hidup di
dalamnya."
Menurut Powers (2003), Restoran adalah setiap tempat umum yang khusus
menjual makanan untuk dikonsumsi di suatu tempat. Walker (2008), Restoran adalah
salah satu tempat dimana pengunjung dapat menggunakan alat indra untuk menikmati
pelayanan tertentu. Ninemeier dan Hayes (2006), Restoran adalah suatu operasi
layanan makanan yang mendatangkan keuntungan yang mana basis utamanya
termasuk di dalamnya adalah penjualan makanan / minuman kepada individu –
individu dan tamu – tamu dalam kelompok kecil. Dan menurut Soekresno (2002),
Restoran adalah suatu usaha komersial yang menyediakan jasa pelayanan makan dan
minum bagi umum dan dikelola secara profesional.
Sementara menurut Marsum W.A (2005) definisi restoran adalah suatu tempat
atau bangunan yang diorganisasikan secara komersial, yang menyelenggarakan
pelayanan dengan baik kepada semua tamu, baik berupa kegiatan makan maupun
minum. Definisi lain menurut Marsum (2005), restoran merupakan suatu tempat atau
bangunan yang diorganisir secara komersil, yang menyelenggarakan pelayanan
dengan baik kepada semua konsumennya baik berupa makanan minuman.
Dari definisi – definisi menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan Restoran
adalah tempat untuk menjual makanan dan minuman yang mengutamakan fasilitas dan
pelayanan yang ramah sebagai nilai jualnya walaupun harga yang ditawarkan bisa
lebih mahal.
Tujuan operasi restoran adalah untuk mencari untung sebagaimana yang
dijelaskan oleh Prof. Vanco Christian dari School Hotel Administration di Cornell
University. Selain bertujuan bisnis atau mencari untung, membuat puas para tamu pun
merupakan tujuan operasi restoran yang utama. Secara umum, restoran merupakan
tempat yang dikunjungi orang untuk mencari berbagai macam makanan dan minuman.
Restoran biasanya juga menyuguhkan keunikan tersendiri sebagai daya tariknya, baik
melalui menu masakan, hiburan maupun tampilan fisik bangunan. Di dalam bisnis ini
terjadi semacam barter antara pembeli dengan penjual, dalam hal ini antara produk
jasa dengan uang. Barter ini tidak akan berjalan mulus kalau petugas – petugas yang
yang akan menangani pelayanan tidak seleksi secara cermat, di didik dan dilatih
20
dengan baik, diajar berkomunikasi serta dikoordinasikan dengan teliti serta
dipersiapkan dengan kesungguhan hati.
Restoran berarti uang, karena itu kita harus tahu pasti bagaimana
mengelolanya, bagaimana cara membuat tamu – tamu senang dan puas sehingga
mereka selalu berkeinginan untuk menjadi langganan restoran kita. Banyak hal yang
harus kita ketahui. Banyak usaha dan upaya yang harus kita tempuh agar tujuan
operasi restoran dapat terwujud dengan baik.
2.1.3.1. Jenis – Jenis Restoran
Klasifikasi restoran lainnya adalah (Indrayana, 2006:32), resto atau restoran
dikelompokkan menjadi beberapa jenis menurut kegiatan dan makanan atau minuman
yang disajikan.
1. A’la Carte restaurant
Restoran yang menyajikan menu lengkap dan merupakan restoran tanpa aturan
mengikat atau bebas.
2. Table d’hotel
Restoran dengan menu lengkap dan menyajikan setiap setiap menu berurutan
dari menu pembuka sampai penutup. Biasanya restoran ini sangat berhubungan
dengan hotel.
3. Coffee Shop atau brasserie
Coffee Shop atau brasserie adalah suatu restoran yang pada umumnya
berhubungan dengan hotel, suatu tempat dimana tamu bisa mendapatkan makan
pagi, makan siang dan makan malam secara cepat dengan harga yang cukupan.
Pada umumnya sistem pelayanannya adalah dengan American Service dimana
yang diutamakan adalah kecepatannya. Ready on plate service, artinya makanan
sudah diatur dan disiapkan diatas piring. Kadang – kadang penyajiannya
dilakukan dengan cara Buffet atau prasmanan.
4. Caffe shop
Merupakan tempat makan dan minum yang menyuguhkan suasana santai tanpa
aturan yang mengikat dan biasanya menyuguhkan racikan kopi sebagai menu
spesial diluar makanan – makanan kecil atau makanan siap saji.
5. Cafetaria or Café
Cafetaria atau cafe adalah suatu restoran kecil yang mengutamakan penjualan
cake (kue – kue), sandwich (roti isi), kopi, teh dan minuman ringan. Pilihan
21
makanannya terbatas dan tidak menjual minuman yang beralkohol, biasanya erat
hubungannya dengan kantor serta menyuguhkan suasanan santai atau tidak
resmi.
6. Canteen
Canteen adalah restoran yang berhubungan dengan kantor, pabrik, atau sekolah,
tempat dimana para pekerja dan para pelajar bisa mendapatkan makan siang dan
coffee break, yaitu acara minum kopi disertai makanan kecil untuk selingan jam
kerja, jam belajar ataupun dalam acara rapat – rapat dan seminar dengan harga
yang terjangkau.
7. Continental restaurant
Continental Restaurant adalah suatu restoran yang menitik beratkan hidangan
continental pilihan dengan pelayanan elaborate atau megah. Suasananya santai,
susunannya agak rumit, disediakan bagi tamu yang ingin makan secara santai
atau relax dan memberikan kebebasan bagi pengunjungnya untuk memilih
bahkan mengiris makanan yang dipesannya sendiri.
8. Carvery
Carvery adalah suatu restoran yang sering berhubungan dengan hotel dimana
para tamu dapat mengiris sendiri hidangan panggang sebanyaknya yang mereka
inginkan dengan harga hidangan yang sudah ditetapkan serta menyajikan
makanan dan minuman sederhana.
9. Discotheque or Night Club or Pub
Night Club/Super Club ialah suatu restoran yang pada umumnya mulai dibuka
menjelang larut malam, menyediakan makan malam bagi tamu – tamu ingin
santai. Tempat makan dan minum yang menyuguhkan suasanan hingar binger
musik sebagai daya tariknya. Biasanya menyuguhkan makanan dan minuman
cepat saji dan menjual minuman beralkohol.
10. Fish and chip shop
Fish and Chip Shop ialah suatu restoran yang banyak terdapat di Inggris, dimana
kita dapat membeli macam – macam kripik (chips) dan ikan goreng, biasanya
berupa ikan Cod, dibungkus dalam kertas dan dibawa pergi. Jadi makanannya
tidak dinikmati di tempat itu.
11. Grill room
Grill Room (Rotisserie) adalah suatu restoran yang menyediakan bermacam-
macam daging panggang. Pada umumnya antara restoran dengan dapur dibatasi
22
oleh sekat dinding kaca sehingga para tamu dapat memilih sendiri potongan
daging yang dikehendaki dan melihat sendiri bagaimana memasaknya. Grill
Room kadang – kadang disebut juga sebagai Steak House.
12. Inn Tavern
Inn Tavern ialah suatu restoran dengan harga cukupan yang dikelola oleh
perorangan di tepi kota. Suasananya dibuat sangat dekat dan ramah dengan tamu
– tamu, sedangkan hidangannya pun lezat.
13. Pizzeria
Pizzeria adalah suatu restoran yang khusus menjual pizza. Kadang – kadang juga
berupa spaghetti serta makanan khas Italia yang lain.
14. Pan Cake House or Creeperie
Pan Cake House or Creperie ialah suatu restoran yang khusus menjual Pan
Cake serta Crepe yang diisi dengan berbagai macam manisan di dalamnya.
15. Snack Bar
Snack Bar adalah semacam restoran cukupan yang sifatnya tidak resmi dengan
pelayanan cepat, dimana para tamu mengumpulkan makanan mereka diatas baki
yang diambil dari atas counter dan kemudian membawanya ke meja makan. Para
tamu bebas memilih makanan yang disukainya. Makanan yang disediakan pada
umumnya adalah hamburger,sausages dan sandwich.
16. Specialty restaurant
Specialty Restaurant adalah restoran yang suasana dan dekorasi seluruhnya
disesuaikan dengan tipe khas makanan yang disajikan atau temanya. Restoran –
restoran semacam ini menyediakan masakan Cina, Jepang, India, Italia dan
sebagainya. Pelayanannya sedikit banyak berdasarkan tata cara negara tempat
asal makanan special itu dan biasanya memiliki citarasa yang berbeda dengan
restoran lain.
17. Terrace restaurant
Terrace Restaurant adalah suatu restoran yang terletak di luar ruangan, namun
pada umumnya masih berhubungan dengan hotel maupun restoran induk. Di
negara – negara Barat pada umunya restoran tersebut hanya buka pada waktu
musim panas saja.
18. Gourment restaurant
Gourmet Restoran ialah suatu restoran yang menyelenggarakan pelayanan
makan dan minum untuk orang – orang yang berpengalaman luas dalam bidang
23
rasa makanan dan minuman. Keistimewaan restoran ini ialah makanan dan
minumannya yang lezat – lezat, pelayanannya megah dan harganya cukup
mahal.
19. Family restaurant
Family Type Restaurant ialah suatu restoran sederhana yang menghidangkan
makanan dan minuman dengan harga tidak mahal, terutama disediakan untuk
tamutamu keluarga maupun rombongan dengan harga yang tidak mahal serta
menyuguhkan suasana nyaman dan santai.
20. Main dining room
Main Dining Room ialah suatu restoran atau ruang makan utama yang pada
umumnya terdapat di hotel – hotel besar, dimana penyajian makanannya secara
resmi, pelan tapi pasti terikat oleh suatu peraturan yang ketat. Pelayanannya bisa
mempergunakan pelayanan ala Perancis atau Rusia. Tamu – tamu yang hadir
pun pada umumnya berpakaian resmi atau formal.
2.1.3.2. Kafe
Caffe adalah suatu usaha dibidang makanan yang dikelola secara komersial
yang menawarkan pada para tamu makanan atau makanan kecil dengan pelayanan
dalam suasana tidak formal tanpa diikuti suatu aturan atau pelayanan yang baku
(sebagaimana sebuah exlusive dinning room), jenis – jenis makanan atau harganya
lebih murah karena biasanya beroperasi selama 24 jam, dengan demikian dapat
dipastikan sebuah kafe akan tetap buka ketika restoran – restoran lainnya sudah tutup
(Sugiarto:2006).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kafe adalah tempat minum yang
pengunjungnya dapat memesan minuman, seperti kopi, teh, bir, dan kue – kue. Kafe
berasal dari bahasa Perancis cafe. Arti secara harfiah adalah (minuman) kopi, tetapi
kemudian menjadi tempat dimana seseorang bisa minum – minum, tidak hanya kopi,
tetapi juga minuman lainnya termasuk minuman beralkohol rendah. Namun di
Indonesia, kafe berarti semacam tempat sederhana, tetapi cukup menarik dimana
seseorang bisa makan makanan ringan (id.wikipedia.org, 2017).
Menurut Marsum (2005) Kafe adalah tempat untuk makan dan minum sajian
cepat saji dan menyuguhkan suasanan santai atau tidak resmi, selain itu juga
merupakan suatu tipe dari restoran yang biasanya menyediakan tempat duduk didalam
dan diluar restoran. Kebanyakan kafe tidak menyajikan makanan berat namun lebih
24
berfokus pada menu makanan ringan seperti kue, roti, sup, dan minuman. Kafe
pertama kali muncul di daerah barat, biasanya kafe menyediakan menu yang lebih
sedikit dibandingkan dengan restoran. Tetapi kafe menawarkan suasana relaksasi bagi
para konsumennya yang merasa lelah dan jenuh.
Fungsi penting dari kafe pada adalah yaitu sebagai tempat dimana orang –
orang pergi untuk berkumpul, bercengkrama, menulis, membaca, bermain atau ketika
menghabiskan waktu baik dalam kelompok maupun secara invidu.
2.1.3.3. Bauran Pemasaran Restoran (Marketing Mix Restaurant)
Kotler (2012) berpendapat bahwa Marketing mix (bauran pemasaran) adalah
seperangkat alat pemasaran yang digunakan terus menerus untuk mencapai tujuan
pemasaran di pasar sasaran. Meliputi, produk (product), harga (prize), tempat (place),
dan promosi (promotion). Mengacu pada Walker (2008:118) Marketing mix restoran
meliputi :
a. Place (Tempat)
Tempat atau lokasi dari sebuah restoran merupakan salah satu faktor yang sangat
penting di dalam kesuksesan sebuah restoran. Visibilitas, Akses yang baik,
kenyamanan, tepi jalan, dan tempat parkir merupakan unsur – unsur dari
kesuksesan lokasi.
b. Product ( Produk)
Produk dari suatu restoran adalah pengalaman. Paket makanan yang lengkap,
minuman, pelayanan, suasana, dan kenyamanan untuk memuaskan pelayanan para
tamu dan membuat pengalaman yang tidak terlupakan sehingga para tamu akan
ingin kembali lagi.
c. Price (Harga)
Harga adalah satu-satunya hasil pendapatan yang dihasilkan dalam variable mix.
Harga dipengaruhi oleh campuran variabel lainnya. Untuk penjelasannya apabila
restoran memiliki biaya sewa yang mahal maka harga akan naik kecuali volume
sangat tinggi.
d. Promotion (Promosi)
Promosi ialah suatu aktivitas dimana pemilik restoran berusaha untuk membujuk
konsumen untuk datang ke restoran tidak hanya menjadi pembeli pertama tetapi
juga menjadi pelanggan tetap. Promosi mencakup komunikasi, berusaha untuk
menginformasikan dan membujuk pelanggan. Mengacu pada unsur – unsur dari
25
promotion mix menurut Peter and Donnelly (2011:12) empat diantaranya adalah
bentuk komunikasi nonpersonal (iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat,
dan penjualan langsung), dan personal selling, yang merupakan bentuk
komunikasi personal.
a. Iklan (Advertising)
Iklan merupakan sesuatu bentuk komunikasi non personal yang dibayar suatu
organisasi. Untuk menginformasikan mengenai produknya, atau kegiatannya
yang ditransmisikan melewati media massa kepada target audience.
b. Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Promosi penjualan adalah kegiatan atau materi yang menawarkan pelanggan,
tenaga penjualan, atau reseller sebuah bujukan langsung untuk membeli
produk.
c. Penjualan Pribadi (Personal Selling)
Personal selling ialah komunikasi tatap muka dengan pembeli – pembeli
yang potensial untuk memberikan informasi kepada mereka dan membujuk
mereka untuk membeli produk.
d. Hubungan Masyarakat ( Public Relation)
Hubungan Masyarakat ialah salah satu bentuk komunikasi non personal yang
bertujuan untuk mempengaruhi tingkah laku, perasaan dan opini dari baik
dari pelanggan, bukan pelanggan, pemegang saham, pemasok, tenaga kerja.
Bentuk populernya yakni adalah publisitas, yang merupakan bentuk dari
komunikasi non personal yang tidak dibayar mengenai organisasi dan
produknya yang ditransmisikan melewati media massa dalam bentuk berita.
e. Penjualan langsung (Direct Marketing)
Penjualan langsung mengunakan bentuk langsung komunikasi dengan
customer. Penjualan langsung didapat dari bentuk direct mail, online
marketing, katalog, telemarketing, dan respon iklan secara langsung.
2.1.4. Sosial Media
Social media merupakan sarana bagi konsumen untuk berbagi teks, gambar,
audio, dan informasi video dengan satu sama lain dan dengan perusahaan dan
sebaliknya.
26
2.1.4.1 Pengertian Sosial Media
Media sosial adalah sekelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun atas
dasar ideologis dan teknologi web 2.0, yang memungkinkan terjadi penciptaan dan
pertukaran yang dihasilkan dari pengguna konten (Kaplan dan Haenlein, 2010). Neti
(2011) menyatakan bahwa media sosial merupakan media untuk interaksi sosial
dengan menggunakan teknik penerbitan sangat mudah diakses dan terukur. Media
sosial menggunakan teknologi berbasis web untuk mengaktifkan komunikasi ke dialog
interaktif.
Pengertian media sosial menurut Philip Kotler dan Kevin Keller dalam
bukunya Marketing Management (2012:568), media sosial merupakan sarana bagi
konsumen untuk berbagi teks, gambar, audio, dan informasi video dengan satu sama
lain dan dengan perusahaan dan sebaliknya. Dikutip dari jurnal berjudul Social media
meets hotel revenue management : Opportunities, issues and unanswered questions
(2011:293-305), Media sosial merujuk kepada sekelompok aplikasi berbasis internet
yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran informasi.
Menurut Zarella (2011:51) social media atau yang sering disebut jejaring
sosial adalah situs yang menjadi tempat orang – orang berkomunikasi dengan teman –
teman mereka, yang mereka kenal di dunia nyata dan dunia maya. Situs – situs
jejaring sosial sangat bermanfaat bagi pegawai pemasaran karena menyediakan
sejumlah layanan untuk berinteraksi dengan pelanggan, misalnya melalui plug-in
application, group dan fan page.
Pada intinya dengan sosial media kita dapat melakukan berbagai aktivitas dua
arah dalam berbagai bentuk pertukaran, kolaborasi, dan saling berkenalan dalam
bentuk tulisan, visual, maupun audio visual. Media sosial mempercepat percakapan
sebagai lawan media tradisional, yang memberikan konten tetapi tidak memungkinkan
konsumen media, seperti pembaca, pemirsa atau pendengar untuk berpartisipasi dalam
pengembangan dan penyebaran konten. Media sosial memungkinkan pemasar untuk
membentuk suara publik dan kehadiran di web dan memperkuat kegiatan komunikasi
lainnya. Menurut Philip Kotler dan Kevin Keller dalam bukunya Marketing
Management (2012:568-570), Ada tiga platform utama untuk media sosial :
1. Online Communities and forums
Online communities and forums dibentuk oleh konsumen dan sekelompok
konsumen tanpa adanya pengaruh iklan dan afiliasi perusahaan atau
mendapatkan dukungan dari perusahaan di mana anggota yang tergabung dalam
27
online communities dapat berkomunikasi dengan perusahaan dan satu anggota
dengan anggota lainnya melalui posting, instant messaging, dan chat discussions
tentang minat khusus yang berhubungan dengan produk dan merek.
2. Blog-gers
Blog merupakan catatan jurnal online atau dicari yang diperbaharui secara
berkala. Ada tiga juta pengguna blog dan mereka sangat bervariasi, beberapa
pribadi untuk teman – teman dekat dan keluarga, lainnya dirancang untuk
menjangkau dan mempengaruhi khalayak luas.
3. Social networks
Social networks merupakan kekuatan yang penting dalam kegiatan pemasaran
baik business to customer dan business to business. Social networks dapat
berupa situs jejaring sosial seperti Facebook, Instagram, Linkedln, Path dan
Twitter. Jaringan yang berbeda menawarkan manfaat yang berbeda untuk
perusahaan.
2.1.4.2 Instagram
Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan pengguna
mengambil foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan
jejaring sosial lainnya seperti Facebook, Twitter, Foursquare, Tumblr, dan Flickr yang
tersedia di halaman Intagram untuk membagi foto tersebut. Ciri khas dari Instagram
adalah hasil fotonya yang berupa persegi, mirip dengan produk Kodak Instamatic dan
gambar – gambar yang dihasilkan oleh foto Polaroid, berbeda dengan kamera modern
yang biasanya memiliki bentuk persegi panjang atau dengan rasio perbandingan
bentuk 16:9.
Instagram dirancang oleh CEO dari Burbn, Inc. yaitu Kevin Systrom dan Mike
Krieger, dua sarjana dari Stanford University di Amerika Serikat. Instagram
diciptakan oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger, Mereka berdua meluncurkan
Instagram pada bulan Oktober 2010. Layanan Instagram yang tadinya masih berupa
aplikasi smartphone ini mendapatkan popularitas yang tinggi dalam waktu cepat,
dengan lebih dari 100 juta pengguna yang terdaftar (dan sekitar 90 juta pengguna aktif
bulanan) per Januari 2013. Ini berarti hanya dalam kurun waktu 3 tahun saja, jumlah
pengguna Instagram sudah mencapai ratusan juta. Instagram saat ini dapat diakses
melalui Apple App Store and Google Play. Pada awalnya Instagram hanya tersedia
untuk smartphone milik Apple, seperti: iPhone, iPad, dan iPod Touch. Kemudian
28
sejak bulan April 2012, fasilitas Instagram mulai diintegrasikan untuk ponsel kamera
Android sehingga pengguna Android pun bisa mulai menggunakan Instagram untuk
aktivitas sharing foto mereka.
Pada Desember 2010, Instagram memiliki 1 juta pengguna terdaftar. Pada Juni
2011 Instagram mengumumkan telah memiliki 5 juta pengguna dan jumlah tersebut
terus naik melewati angka 10 juta pada bulan September di tahun yang sama. Bulan
April 2012, diumumkan bahwa lebih dari 30 juta akun telah aktif di Instagram. Pada
bulan Juli 2011, Instagram mengumumkan bahwa 100 juta foto telah diunggah ke
platform layanan dan jumlah tersebut terus meningkat hingga mencapai angka 150
juta pada bulan Agustus 2011. Data terakhir yang diumumkan secara oleh Instagram
pada bulan Maret 2013 adalah tercapainya angka 100 juta pengguna aktif yang
menjadikan Instagram menjadi salah satu jejaring sosial media dengan jumlah
pengguna terbanyak. Jumlah tersebut terus bertambah hingga saat penelitian ini
dilakukan.
Salah satu survey yang dilakukan oleh situs Social On The Rocks, sebuah web
terkemuka untuk gadget & technology yang berbasis di Amerika Serikat, menemukan
bahwa sebanyak 67% pengguna Instagram merupakan warga dengan usia produktif
18-34 tahun. Terdapat lebih banyak pengguna wanita (55%) daripada pengguna laki-
laki yang jumlahnya sebesar 45%. Hal tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh
kecenderungan wanita untuk lebih terbuka dalam berbagi kehidupan pribadinya di
dalam media jejaring sosial, dibandingkan dengan laki – laki yang lebih tertarik pada
kebutuhan yang berhubungan dengan karir / portfolio (McCune, 2011:65).
Kelebihan Instagram sebagai Media Online Shop :
1. Tidak Berbayar
Untuk menggunakan Instagram, anda tidak perlu membayar, cukup
mendownload atau membuka langsung situsnya. Oleh karena itu, banyak online
shop memilih Instagram sebagai media promosi dan penjualan.
2. Banyak Digunakan
Sejak rilis di sistem Android pada 2013, pengguna Instagram di Indonesia
semakin banyak hingga saat ini. Ini tentu menjadi lahan yang menguntungkan
bagi para pembisnis online shop untuk memulai memasarkan produknya melalui
Instagram.
29
3. Mudah Digunakan
Kemudahan yang ditawarkan Instagram menjadikannya media yang cepat
menarik minat masyarakat untuk menggunakannya. Memposting foto/video,
memfollow, mengomentari, memberi like, hingga searching sesuai hashtag pun
dapat dilakukan dengan sangat mudah.
4. Promosi yang Mudah
Anda dapat melakukan berbagai cara promosi dengan sangat mudah melalui
Instagram. Misalnya, dengan menggunakan hashtag, menggunakan jasa
endrosement, atau juga metode paid promote / shout for shout program.
5. Media Utama berupa Foto
Sebagai medai sosial yang unggul dalam hal posting melalui foto, membuat
Instagram memberikan tampilan dan kualitas foto yang baik, yang tentu saja
sangat cocok untuk media promosi online shop yang biasanya sangat
mengandalkan foto produk.
6. Koneksi dengan Sosial Media lain
Kelebihan Instagram yang memberikan koneksi dengan beberapa sosial media,
membuat kemudahan tersendiri untuk para pembisnis online shop. Jadi anda
dapat menghemat waktu karena tidak perlu melakukan posting berkali-kali di
media sosial lain.
Kekurangan Instagram sebagai Media Online Shop :
1. Harus Update secara Berkala
Hampir sama seperti Twitter, Instaram memiliki timeline yang juga berjalan
sangat cepat. Hal ini membuat penggunanya khususnya online shop harus
sesering mungkin melakukan posting foto/video agar produk dapat dilihat oleh
konsumen.
2. Spamming
Kemudahan yang diberikan Instagram dalam hal berinteraksi, membuat
Instagram sangat rawan spamming. Biasanya spamming banyak terlihat pada
bagian komentar.
3. Transaksi yang Kurang Praktis
Instagram memang tidak dirancang sebagai medai jual beli, jadi wajar ketika
proses transaksinya kurang praktis ketika ada konsumen yang akan membeli
barang. Oleh karena itu, untuk pemilik online shop jangan lupa menyertakan
kontak pada bagian profile dan caption pada setiap postingan.
30
4. Persaingan yang Ketat
Saat ini, online shop di Instagram sudah semakin menjamur. Hal ini membuat
persaingan juga semakin ketat karena konsumen akan dapat dengan mudah
menemukan online shop sejenis dengan milik anda. Oleh karena itu, pelayanan
yang ramah serta harga dan kualitas barang yang baik adalah kunci utamanya.
2.1.4.3 Sosial Media Marketing
Social media marketing terdiri dari upaya untuk menggunakan media sosial
guna membujuk konsumen suatu perusahaan, untuk menggunakan produk dan / atau
layanan yang berharga (Ward, 2010). Social Media Marketing adalah jenis model
pemasaran internet untuk mencapai tujuan pemasaran dengan berpartisipasi dalam
berbagai jaringan media sosial. Sosial media alat pemasaran umum meliputi BBS,
micro blogging, blog, SNS, gambar, video, dan sebagainya (Maoyan et al., 2014).
Menurut Neti (2011:4) Social Media Marketing adalah pemasaran
menggunakan komunitas online, jaringan sosial, blog pemasaran dan banyak lagi.
Sosial media pemasaran bukan hanya tentang muncul pada frontpage Digg atau situs
berita sosial lainnya. Ini adalah proses strategis dan metodis untuk mendirikan
pengaruh, reputasi dan merek perusahaan dalam masyarakat dari pelanggan potensial,
pembaca atau pendukung.
Menurut Neti (2011) keuntungan yang dimiliki melalui social media marketing
adalah pertama, social media marketing menyediakan jendela kepada pemasar tidak
hanya produk dan atau jasa saat ini tetapi mendengarkan keluhan serta saran dari
konsumen; kedua social media marketing memudahkan pemasar untuk
mengidentifikasikan berbagai peer groups atau influencers diantara berbagai
kelompok; ketiga penggunaan social media marketing dapat dikatakan berbiaya nol
karena kebanyakan situs jejaring sosial tidak berbayar.
2.1.4.4 Dimensi Sosial Media Marketing
Menurut Zarella (2011), menyatakan bahwa terdapat empat sub dimensi dari
sosial media marketing, yaitu :
1. Context : “How we frame our stories.” Adalah bagaimana kita membentuk
sebuah cerita atau pesan (informasi) seperti bentuk dari sebuah pesan itu sendiri,
penggunaan bahasa maupun isi dari pesan tersebut.
31
2. Communication: “The practice of sharing our sharing story as well as listening,
responding, and growing.” Adalah bagaimana berbagi cerita atau pesan
(informasi) sebaik kita mendengar, merespon dan tumbuh dengan berbagai cara
yang membuat pengguna merasa nyaman dan pesan tersampaikan dengan tepat,
baik secara lisan ataupun tidak langsung (melalui media).
3. Collaboration: “Working together to make things better and more efficient and
effective.” Adalah bagaimana bekerja sama untuk membuat segala hal menjadi
lebih baik. Yaitu dengan kerja sama antara sebuah akun atau perusahaan dengan
penggunanya di media sosial untuk membuat hal baik lebih efektif dan lebih
efisien, untuk mencapai tujuan bersama.
4. Connection: “The relationships we forge and maintain.” Adalah bagaimana
memelihara hubungan yang telah terbina. Bisa dengan melakukan sesuatu yang
bersifat berkelanjutan sehingga pengguna merasa lebih dekat dengan perusahaan
pengguna media sosial.
2.1.5. Produk (Product)
Menurut Kotler dan Keller (2012), produk adalah elemen kunci dalam
keseluruhan penawaran pasar. Selain itu produk dapat pula didefinisikan sebagai
persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Kotler
& Armstrong (2012:266) mengungkapkan bahwa produk merupakan segala sesuatu
yang dapat ditawarkan kepada pasar agar menarik perhatian, akuisisi, penggunaan,
atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan. Produk
mencakup lebih dari sekadar barang – barang yang berwujud (tangible).
Stanton (dalam Alma, 2011:139) mengatakan bahwa produk adalah
seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud yang meliputi warna,
harga, prestige pabrik dan retailer, pelayanan pabrik serta pelayanan retailer, yang
diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginannya.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka produk didefinisikan sebagai
kumpulan dari atribut – atribut ang nyata maupun tidak nyata, termasuk di dalamnya
kemasan, warna, harga, kualitas dan merek ditambah dengan jasa dan reputasi
penjualannya.
2.1.5.1. Tingkatan Produk
Stanton (dalam Sunyoto, 2014:70) menjelaskan bahwa tingkatan produk yaitu :
32
1. Produk Inti (core product)
Produk inti terdiri dari manfaat inti untuk pemecahan masalah yang dicari
konsumen ketika mereka membeli produk atau jasa.
2. Produk Aktual (actual product)
Seorang perencana produk harus menciptakan produk aktual (actual product)
disekitar produk inti. Karakteristik dari produk aktual diantaranya, tingkat
kualitas, nama merek, kemasan yang dikombinasikan dengan cermat untuk
menyampaikan manfaat inti (Kotler dan Armstrong, 2012).
3. Produk Tambahan
Produk tambahan harus diwujudkan dengan menawarkan jasa pelayanan
tambahan untuk memuaskan konsumen, misalnya dengan menanggapi dengan
baik claim dari konsumen dan melayani konsumen lewat telepon jika konsumen
mempunyai masalah atau pertanyaan (Kotler dan Keller, 2012).
2.1.5.2. Atribut Produk
Menurut Kotler dan Armstrong (2012) beberapa atribut yang menyertai dan
melengkapi produk adalah :
1. Merek (branding)
Merek (brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau
kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau
jasa dari satu atau kelompok penjual dan membedakannya dari produk pesaing.
Pemberian merek merupakan masalah pokok dalam strategi produk. Pemberian
merek itu mahal dan memakan waktu, serta dapat membuat produk itu berhasil
atau gagal. Nama merek yang baik dapat menambah keberhasilan yang besar
pada produk (Kotler dan Armstrong, 2012).
2. Pengemasan (packing)
Pengemasan (packing) adalah kegiatan merancang dan membuat wadah atau
pembungkus suatu produk. Pengemasan melibatkan merancang dan membuat
wadah atau pembungkus suatu produk.
3. Kualitas Produk (product quality)
Menurut Kotler and Armstrong (2012) arti dari kualitas produk adalah “the
ability of a product to perform its functions, it includes the product’s overall
durability, reliability, precision, ease of operation and repair, and other valued
attributes” yang artinya kemampuan sebuah produk dalam memperagakan
33
fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas, reliabilitas, ketepatan,
kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga atribut produk lainnya.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Kualitas Produk
(Product Quality) adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan
fungsinya meliputi, daya tahan keandalan, ketepatan kemudahan operasi dan
perbaikan, serta atribut bernilai lainnya. Untuk meningkatkan kualitas produk
perusahaan dapat menerapkan program ”Total Quality Manajemen (TQM)”.
Selain mengurangi kerusakan produk, tujuan pokok kualitas total adalah untuk
meningkatkan nilai konsumen.
Menurut Tjiptono (2008), kualitas mencerminkan semua dimensi penawaran
produk yang menghasilkan manfaat (benefits) bagi pelanggan. Kualitas suatu
produk baik berupa barang atau jasa ditentukan melalui dimensi-dimensinya.
Dimensi kualitas produk menurut Tjiptono (2008) adalah :
a. Performance (kinerja)
Yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti (core product) yang dibeli,
misalnya kecepatan, konsumsi bahan bakar, jumlah penumpang yang dapat
diangkut, kemudahan dan kenyamanan dalam mengemudi dan sebagainya.
b. Features (fitur)
Yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap, misalnya kelengkapan interior
dan eksterior seperti dash board, AC, sound system, door lock system, power
steering, dan sebagainya.
c. Reliability (reliabilitas)
Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai,
misalnya mobil tidak sering ngadat/ macet/ rewel/ rusak.
d. Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi)
Yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-
standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya standar keamanan dan
emisi terpenuhi, seperti ukuran as roda untuk truk tentunya harus lebih besar
daripada mobil sedan.
e. Durability (daya tahan)
Berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan.
Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis penggunaan
mobil.
f. Aesthetics (estetika)
34
Yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Misalnya bentuk fisik mobil
yang menarik, model atau desain yang artistik, warna, dan sebagainya.
g. Perceived quality (kesan kualitas)
Perceived quality adalah kesan kualitas suatu produk yang dirasakan oleh
konsumen. Dimensi Kualitas ini berkaitan dengan persepsi konsumen
terhadap kualitas sebuah produk ataupun merek. Misalnya ponsel iPhone,
mobil Toyota, kamera Canon, printer Epson dan jam tangan Rolex yang
menurut kebanyakan konsumen merupakan produk yang berkualitas.
h. Serviceability
Serviceability adalah kemudahan layanan atau perbaikan jika dibutuhkan.
Hal ini sering dikaitkan dengan layanan purna jual yang disediakan
olehprodusen seperti ketersediaan suku cadang dan kemudahan perbaikan
jika terjadi kerusakan serta adanya pusat pelyanan perbaikan (Service
Center) yang mudah dicapai oleh konsumen.
2.1.5.3. Klasifikasi Produk
Menurut Tjiptono (2008) klasifikasi produk bisa dilakukan atas berbagai
macam sudut pandang. Berdasarkan berwujud tidaknya, produk dapat diklasifikasikan
kedalam dua kelompok utama yaitu barang dan jasa. Ditinjau dari aspek daya
tahannya, terdapat dua macam barang, yaitu :
1. Barang Tidak Tahan Lama (nondurable goods)
Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis
dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Contohnya adalah sabun,
minuman dan makanan ringan, kapur tulis, gula dan garam.
2. Barang Tahan Lama (durable goods)
Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa bertahan
lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya untuk pemakaian normal
adalah satu tahun atau lebih). Contohnya antara lain TV, lemari es, mobil, dan
komputer.
2.1.6. Kualitas Makanan
2.1.6.1. Definisi Kualitas
Kualitas atau mutu merupakan hal yang menjadi tolak ukur penilaian baik dan
buruknya yang dapat mempengaruhi suatu produk atau jasa. Setiap individu
35
mempunyai pandangan dan tolak ukur terhadap kualitas produk dan jasa yang berbeda
– beda. Hal ini dikarenakan karena kualitas mempunyai banyak dimensi, tergantung
setiap individu yang menilainya. Menurut Kotler dan Keller (2012:153) “quality is the
totality of features and characteristic of product or services that bear on its ability to
satisfy stated or implied needs.” Kualitas adalah totalitas fitur dan karakteristik dari
produk atau layanan yang menanggung pada kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.
Selanjutnya menurut ISO 9000 dalam buku Rambat Lupiyoadi (2014:212),
Kualitas adalah perpaduan antara sifat dan karakteristik yang menentukan sejauh mana
keluaran dapat memenuhi persyaratan kebutuhan pelanggan. Pelanggan yang
menentukan dan menilai sampai seberapa jauh sifat dan karakteristik tersebut
memenuhi kebutuhannya. Sedangkan menurut Garvin dan Davis (1994) dalam buku
Nasution (2010:3), kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, manusia / tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi
atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
Dari definisi kualitas yang ada, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kualitas
menjadi pengaruh yang besar terhadap daya jual beli suatu produk atau jasa terhadap
konsumen. Tolak ukur suatu kualitas terhadap produk dan jasa di tentukan oleh
kebutuhan dari konsumen itu sendiri, maka setiap perusahaan harus mengetahui
kebutuhan dari pangsa pasar perusahaan tersebut.
Keunggulan produk dapat diukur melalui tingkat kepuasan pelanggan.
Keistimewaan suatu produk dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu :
a. Keistimewaan langsung adalah kepuasan pelanggan yang diperoleh secara
langsung dengan mengkonsumsi produk yang memiliki karakteristik unggul
seperti produk tanpa cacat, keterandalan, dan lain – lain.
b. Keistimewaan atraktif adalah kepuasan pelanggan yang lebih besar pada
pelanggan dibandingkan keistimewaan langsung. Misalnya : bank yang buka
dihari Minggu, pelayanan 24 jam tanpa biaya.
Melalui hal diatas, maka dapat ditarik kesimpulan pengertian pokok dari
kualitas, yaitu :
a. Kualitas terdiri dari sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan langsung
maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dan dengan
demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk itu.
b. Kualitas terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau kerusakan.
36
2.1.6.2. Kualitas Makanan
Kualitas tidak hanya pada jasa namun juga merupakan aspek penting dalam
produk makanan. Pelanggan yang datang untuk menikmati makanan tentunya akan
mengharapkan makanan yang berkualitas dimanapun mereka makan. Kualitas
makanan mengacu pada karakteristik makanan yang membuatnya diterima oleh
pelanggan. Ini termasuk faktor eksternal seperti penampilan, tekstur, rasa dan prosedur
pengolahan makanan / resep. Kualitas makanan merupakan kondisi penting untuk
memenuhi kepuasan dan ekspektasi pelanggan yang datang. Dengan pentingnya
kualitas makanan bagi suatu restoran tentunya restoran harus dapat memantau kualitas
makanan yang mereka sajikan agar dapat terus memenuhi ekspektasi pelanggan.
Restoran yang ingin melakukan layanan memuaskan bagi pelanggannya hanya perlu
memperhatikan kualitas layanan, harga dan kualitas makanan.
Menurut Kotler dan Armstrong (2012) kualitas produk adalah Karakteristik
dari produk atau jasa yang pada kemampuannya menanggung janji atau sisipan untuk
memuaskan kebutuhan pelanggan. Di penelitian ini yang dicari adalah kualitas produk
makanan. Sedangkan menurut Margareta dan Edwin (2012), kualitas makanan
merupakan peranan penting dalam pemutusan pembelian konsumen, sehingga dapat
diketahui bila kualitas makanan meningkat, maka keputusan pembelian akan
meningkat juga. Sementara menurut Dita (2010) kualitas produk makanan memiliki
pengaruh terhadap kepuasan pelanggan, sehingga akan lebih baik bila dapat
meningkatkan dan mempertahankan kualitas produk makanan sebagai dasar strategi
pemasaran.
Konsumen memiliki sejumlah alasan dalam memutuskan untuk kembali ke
sebuah restoran. Alasan utama konsumen untuk kembali ke restoran adalah kualitas
makanan yang baik dan bahan makanan yang segar (Brumback 1998; dalam Soriano
2002). Meski seringkali salah satu cara utama untuk mengevaluasi kualitas makanan
bagi konsumen adalah melalui desain menu makanan, sebab menu secara efektif akan
menjadi alat penjual bagi sektor restoran (Bowen dan Morris 1995; dalam Soriano
2002). Standar kualitas makanan meskipun sulit untuk didefinisikan dan tidak dapat
diukur secara mekanik, masih dapat dievaluasi lewat nilai nutrisinya, tingkat bahan
yang digunakan, rasa dan penampilan dari produk. Meskipun ada perbedaan pendapat
mengenai pengaplikasian kriteria – kriteria tersebut pada setiap makanan. Beberapa
faktor yang mempengaruhi pendapat masing – masing orang tentang kriteria tersebut
37
antara lain usia, latar belakang budaya dan sosial, ekonomi, pengalaman masa lalu
yang berkaitan dengan makanan, pendidikan dan pengetahuan ilmiah serta emosi
(Widjaja, 2006:39).
Selain rasa yang enak dan penampilan yang mendukung, kualitas suatu
makanan yang baik juga dilihat dari segi kesehatan dan kebersihannya. Menurut
Knight (2005:259-268) ada empat faktor yang harus dilakukan, yaitu :
a. Perlindungan makanan
Program kebersihan makanan dapat diawali dari :
- Pembelian bahan makanan
Bahan makanan harus dibeli dari suplier yang juga mengoperasikan
kebersihan fasilitas. Pembeli harus mengetahui kondisi kebersihan dari bahan
makanan yang dibeli. Hanya bahan makanan yang sehat dan bersih saja yang
boleh dibeli.
- Penyimpanan bahan makanan
Menjelaskan tempat dimana makanan disimpan sebelum dipersiapkan,
disajikan atau sebelum disajikan. Kebersihan tempat harus dijaga, karena jika
terkontaminasi akan menimbulkan penyakit pada seseorang yang memakan
makanan tersebut. Dalam penyimpanan bahan makanan tersebut tidak boleh
tepat diletakkan dilantai, berdekatan dengan tembok, serta disimpan dengan
suhu yang sesuai untuk setiap jenis makanan.
- Persiapan makanan
Dalam mempersiapkan atau memproses makanan, hendaknya menjaga
kebersihan peralatan, individu, dan tempat.
b. Kebersihan individu (Personal hygiene)
Menjaga kebersihan individu, karena kebersihan individu yang baik akan
menampilkan kesehatan yang baik dan kondisi kerja yang efisien serta efektif
Selain itu, hal ini juga membantu menghindari dan mencegah penyakit.
c. Kebersihan fasilitas dan perlengkapan
Menjaga kebersihan fasilitas dan perlengkapan, keduanya sangat penting ditinjau
dari sudut pandang dan estetika kesehatan. Kebersihan ini meliputi :
- Kebersihan permukaan tempat
Menjaga kebersihan lantai, tembok dan langit – langit.
- Ventilasi dan penerangan yang baik
38
Ventilasi dan penerangan yang ada adalah aspek yang penting dalam
membersihkan fasilitas dan perlengkapan. Ventilasi yang baik dapat
menghindari panas yang berlebihan, bau yang menyengat serta gas yang
membahayakan.
- Pembuangan sampah
Sampah sebaiknya ditutup rapat – rapat agar tidak mengundang lalat atau
hewan lain serta bau yang tidak enak.
- Kebersihan fasilitas pendukung
Menjaga kebersihan fasilitas pendukung seperti tempat cuci tangan, toilet, dan
lain – lain.
- Kebersihan peralatan
Menjaga kebersihan peralatan sehingga membantu mencegah penyaluran
bakteri.
d. Mencegah timbulnya hewan pengerat dan serangga
Dengan melakukan pembasmian terhadap binatang pengerat sepeti tikus dan
serangga. Dengan menjaga kebersihan akan mengurangi timbulnya hewanhewan
yang disebutkan diatas.
2.1.6.3. Dimensi Kualitas Makanan
Menurut West, Wood dan Harger, Gaman dan Sherrington serta Jones dalam
Margaretha dan Edwin (2012:1) secara garis besar faktor – faktor yang mempengaruhi
food quality adalah sebagai berikut :
1. Warna (Color)
Warna dari bahan – bahan makanan harus dikombinasikan sedemikian rupa
supaya tidak terlihat pucat atau warnanya tidak serasi. Kombinasi warna sangat
membantu dalam selera makan konsumen. Contohnya dalam penyajian steak,
untuk memberi variasi warna daging diberi sayuran seperti wortel, sayuran hijau
dan kentang.
2. Penampilan (Appearance)
Di dalam menyusun suatu hidangan perlu diperhatikan penampilannya.
Hidangan harus diatur, disusun dengan rapi, seni dan baik agar benar – benar
menarik sehingga menimbulkan selera makan bagi para tamu. Ungkapan “looks
good enough to eat” bukanlah suatu ungkapan yang berlebihan. Makanan harus
baik dilihat saat berada di piring, dimana hal tersebut adalah suatu faktor yang
39
penting. Kesegaran dan kebersihan dari makanan yang disajikan adalah contoh
penting yang akan mempengaruhi penampilan makanan baik atau tidak untuk
dinikmati.
3. Porsi (Serving)
Dalam setiap penyajian makanan sudah ditentukan porsi standarnya yang
disebut standard portion size. Standard portion size didefinisikan sebagai
kuantitas item yang harus disajikan setiap kali item tersebut dipesan. Manajemen
dianjurkan untuk membuat standard portion size secara jelas, misalnya berapa
gram daging yang harus disajikan atau beberapa potong sosis yang harus ada
dalam satu porsi.
4. Bentuk (Design)
Bentuk makanan memainkan peranan penting dalam daya tarik mata. Bentuk
makanan yang disajikan hendaknya bervariasi, tidak boleh monoton untuk
segala hidangan hidangan, baik pembuka, hidangan utama, maupun hidangan
penutup, misalnya wortel yang dipotong dengan bentuk dice atau biasa disebut
dengan potongan dadu digabungkan dengan selada yang dipotong chiffonade
yang merupakan potongan yang tidak beraturan pada sayuran.
5. Temperatur (Temperature)
Artinya di dalam menyajikan makan harus diperhatikan suhunya. Makanan
panas harus disajikan dalam keadaan benar – benar panas, dengan piring yang
panas. Untuk makanan dingin harus disajikan dalam keadaan dingin dengan
piring atau tempat yang dingin pula. Banyak restoran yang lebih mementingkan
bagaimana hidangan dapat cepat dijual sehingga mereka tidak memperdulikan
bagaimana konsistensi ataupun temperatur makanan yang telah ditetapkan.
Konsumen menyukai variasi temperatur yang didapatkan dari makanan satu
dengan lainnya. Temperatur juga bisa mempengaruhi rasa, misalnya rasa manis
pada sebuah makanan akan lebih terasa saat makanan tersebut masih hangat,
sementara rasa asin pada sup akan kurang terasa pada saat sup masih panas.
6. Tekstur (Texture)
Di dalam menyajikan menu lengkap harus ada hidangan yang ringan (yaitu
hidangan pembuka), ada hidangan yang agak berat (yaitu sop), dilanjutkan
dengan hidangan yang paling berat (hidangan utama), dan kemudian disusul
dengan hidangan yang ringan lagi, yakni dessert (atau hidangan penutup). Jadi
tidak boleh menyajikan hidangan yang berat – berat semua sehingga tidak
40
termakan lagi oleh tamu. Sebaliknya juga tidak boleh menyajikan hidangan yang
ringan semua. Textur atau susunan dapat pula diartikan sebagai upaya menyusun
suatu hidangan yang lengkap yang memperhatikan adanya hidangan. Ada
banyak tekstur makanan antara lain halus atau tidak, cair atau padat, keras atau
lembut, kering atau lembab. Tingkat tipis dan halus serta bentuk makanan dapat
dirasakan lewat tekanan dan gerakan dari reseptor di mulut.
7. Aroma (Flavour)
Di dalam menyusun suatu hidangan perlu di perhatikan juga aromanya. Aroma
adalah reaksi dari makanan yang akan mempengaruhi konsumen sebelum
konsumen menikmati makanan, konsumen dapat mencium makanan tersebut.
Makanan yang disajikan harus sedap atau harum aromanya sehingga lebih
membangkitkan selera makan para tamu. Menurut penyelidikan ternyata bahwa
daya penarik lewat mata lebih kuat dari pada daya penarik lewat bau harum
makanan itu.
8. Tingkat kematangan (Level of Maturity)
Tingkat kematangan makanan akan mempengaruhi tekstur dari makanan.
Misalnya wortel yang direbus cukup akan menjadi lunak dari pada wortel yang
direbus lebih cepat. Untuk makanan tertentu seperti steak setiap orang memiliki
selera sendiri – sendiri tentang tingkat kematangan steak.
9. Rasa (Taste)
Titik perasa dari lidah adalah kemampuan mendeteksi dasar yaitu manis, asam,
asin, pahit. Dalam makanan tertentu empat rasa ini digabungkan sehingga
menjadi satu rasa yang unik dan menarik untuk dinikmati. Tentunya dalam
menyediakan suatu hidangan rasa makanan harus enak dengan baunya yang
sedap. Meskipun rasa bersifat relatif namun makanan dengan rasa yang enak
dapat menjadi unsur penting dalam kualitas makanan.
2.1.7. Perilaku Konsumen
Perilaku Konsumen menurut (Schiffman dan Kanuk, 2007) adalah perilaku
yang ditunjukkan konsumen dalam pencarian akan pembelian, penggunaan,
pengevaluasian, dan penggantian produk dan jasa yang diharapkan dapat memuaskan
kebutuhan konsumen. Selain itu, (Kotler dan Armstrong, 2010 menyebutkan bahwa
perilaku konsumen mengacu pada akhir dari perilaku pembelian konsumen individu
41
maupun rumah tangga yang membeli suatu barang atau jasa untuk konsumsi pribadi.
Dan semua proses tersebut akan membentuk suatu pasar.
The American Marketing Association mendefinisikan perilaku konsumen
sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan
dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya. Dalam kata lain perilaku
konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang
dilakukan saat proses konsumsi (Peter & Olson, 2010:5). Sementara menurut
Abdullah dan Tantri (2012:111) perilaku konsumen adalah tingkah laku dari
konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli,
menggunakan, mengevaluasi, dan memperbaiki suatu produk dan jasa.
Tujuan kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi konsumen untuk bersedia
membeli barang dan jasa perusahaan (disamping barang lain) pada saat mereka
membutuhkan. Hal ini sangat penting bagi manajer pemasaran untuk memahami
tingkah laku konsumen sehingga perusahaan dapat mengembangkan, menentukan
harga, mempromosikan, dan mendistribusikan produknya secara lebih baik. Dengan
mempelajari perilaku konsumen, manajer akan mengetahui kesempatan baru yang
berasal dari belum terpenuhinya kebutuhan dan kemudian mengidentifikasinya untuk
mengadakan segmentasi pasar.
Proses pengambilan keputusan pembelian suatu barang atau jasa akan
melibatkan berbagai pihak, sesuai dengan peran masing – masing. Peran yang
dilakukan tersebut adalah :
1. Initiator, adalah individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu.
2. Influencer, adalah individu yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
Informasi mengenai kriteria yang diberikan akan dipertimbangkan baik secara
sengaja atau tidak.
3. Decider, adalah yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa yang
akan dibeli, bagaimana membelinya.
4. Buyer, adalah individu yang melakukan transaksi pembelian sesungguhnya.
5. User, yaitu individu yang mempergunakan produk atau jasa yang dibeli.
2.1.7.1. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Pembelian konsumen amat dipengaruhi oleh karakteristik budaya, sosial,
pribadi, dan psikologis. Sebagian besar, pemasar tidak dapat mengendalikan faktor –
faktor seperti itu, tetapi mereka harus dapat memperhitungkan semuanya. Adapun
42
penjelasan dari faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah sebagai
berikut :
1. Faktor Budaya
Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial merupakan hal yang sangat penting dalam
perilaku pembelian.
a. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling dasar.
Masing – masing budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih menampakkan
identifikasi dan sosialisai khusus bagi para anggotanya. Budaya dibentuk
dimulai dari lahir sampai menjadi besar dalam satu lingkungan masyarakat
dimana ia akan mempelajari perangkat nilai – nilai dasar, persepsi –
persepsi, pilihan – pilihan yang dianjurkan dan perilaku, melalui proses
memasyarakat yang melibatkan keluarga dan lembaga – lembaga pokok
yang lain.
b. Setiap budaya terdiri dari kelompok – kelompok yang lebih kecil atau
disebut sub budaya dan masing – masing mengandung ciri dan sosialisasi
anggota yang lebih khusus. Sub-budaya mencangkup kebangsaan, agama,
kelompok, ras, dan wilayah geografis. Ketika subkultur menjadi besar dan
cukup makmur, para pengusaha sering merancang program pemasaran
secara khusus untuk melayani mereka. Program – program tersebut dikenal
sebagai pemasaran keanekaragaman (diversity marketing).
c. Pada dasarnya semua masyarakat manusia memiliki stratifikasi sosial.
Stratifikasi tersebut kadang – kadang berbentuk sistem kasta dimana para
anggota kasta yang berbeda diasuh dengan mendapatkan peran tertentu
dan mereka tidak dapat mengubah keanggotaan kastanya. Kelas sosial
adalah pembagian dalam suatu masyarakat yang relatif homogen dan
permanen yang disusun secara hierarkis dan memiliki anggota yang
mempunyai nilai – nilai, minat dan perilaku yang sama.
2. Faktor Sosial
Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor – faktor sosial
seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial. Kelompok acuan
seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap
muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang tersebut.
Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang dinamakan
kelompok keanggotaan. Beberapa kelompok keanggotaan merupakan kelompok
43
primer, seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja, yang berinteraksi
dengan seseorang secara terus menerus dan informal, seperti keluarga, teman,
tetangga, dan rekan sekerja. Dan ada beberapa dari kelompok ini yang termasuk
dalam kelompok sekunder, yang mempunyai interaksi lebih formal dan kurang
biasa. Ini mencakup organisasi seperti kelompok keagamaan, asosiasi
profesional, dan serikat pekerja.
Anggota keluarga dapat amat mempengaruhi tingkah laku pembeli. Karena
keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam
masyarakat. Pemasar lebih tertarik dalam peran dan pengaruh dari suami, isteri,
dan anak – anak dalam melakukan pembelian berbagai produk dan jasa.
Keterlibatan suami – isteri amat bervariasi, hal ini bisa dilihat dalam kategori
produk dan menurut tahap proses pembelian. Peran pembelian akan berubah
dengan berubahnya gaya hidup konsumen. Seseorang yang menjadi anggota
kelompok seperti keluarga, klub, organisasi, akan mendapatkan posisi yang
ditentukan dalam bentuk peran dan status. Peran itu sendiri terdiri dari aktivitas
yang diharapkan dan dilakukan seseorang dinilai dari orang – orang yang ada
disekitarnya. Setiap peran akan mempengaruhi tingkah laku membelinya. Setiap
peran akan membawa status yang mencerminkan penghargaan yang akan
diberikan oleh masyarakat. Orang sering kali memilih produk yang
menunjukkan statusnya dalam masyarakat.
3. Faktor Pribadi
Faktor pembelian juga dipengaruhi karaketristik pribadi. Karaketristik tersebut
meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup,
serta kepribadian dan konsep diri pembeli. Orang mengubah barang dan jasa
yang mereka beli selama masa hidupnya. Selera akan makanan, pakaian, perabot
dan rekreasi, sering kali berhubungan dengan umur. Membeli juga dibentuk oleh
tahap daur hidup keluarga, dimana tahap – tahap yang mungkin dilalui oleh
keluarga akan disesuaikan dengan kedewasaannya. Pemasar sering kali
menentukan sasaran pasar dalam bentuk tahap daur hidup dan mengembangkan
produk yang sesuai serta rencana pemasaran untuk setiap tahap. Tahap – tahap
daur hidup keluarga tradisional meliputi bujangan dan pasangan muda dengan
anak. Akan tetapi, dewasa ini pemasar semakin banyak melayani tahap alternatif
nontradisional yang jumlahnya bertambah, seperti pasangan yang tidak menikah,
44
pasangan yang menikah dikemudian hari, pasangan tanpa anak, orang tua
tunggal, orangtua dengan anak dewasa yang pulang lagi kerumah, dan lain–lain.
Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi terhadap barang dan jasa yang
dibelinya. Pekerja kasar cenderung membeli lebih banyak pakaian untuk bekerja,
sedangkan pekerja kantor membeli lebih banyak jas dan dasi. Pemasar akan
berusaha mengenali kelompok pekerjaan yang mempunyai minat diatas rata –
rata akan produk dan jasa mereka. Sebuah perusahaan bahkan dapat melakukan
spesialisasi dalam memasarkan produk menurut kelompok pekerjaan tertentu.
Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar produk
yang peka terhadap pendapatan mengamati kecenderungan dalam pendapatan
pribadi. tabungan, dan tingkat minat. Bila indikator ekonomi menunjukkan
resesi, pemasar dapat mengambil langkah – langkah untuk merancang ulang,
memposisikan kembali, dan mengubah harga produknya.
4. Faktor Psikologis
Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama :
motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan sikap. Seseorang
mempunyai kebutuhan setiap suatu saat. Ada kebutuhan biologis, yang muncul
dari keadaan yang tegang seperti lapar, haus, atau merasa tidak nyaman. Yang
lain adalah kebutuhan psikologis. yang muncul dari kebutuhan akan pengakuan,
penghargaan, atau rasa memiliki. Kebanyakan dari kebutuhan ini tidak cukup
kuat untuk memotivasi seseorang supaya bertindak setiap suatu saat. Kebutuhan
berubah menjadi motif kalau merangsang sampai tingkat intensitas yang
mencukupi. Motif (dorongan) adalah kebutuhan yang cukup menekan untuk
mengarahkan seseorang mencari cara untuk memuaskan kebutuhan tadi.
Seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak. Bagaimana orang tersebut
bertindak dipengaruhi oleh persepsinya mengenai situasi. Dua orang dengan
motivasi yang sama dan dalam situasi yang sama mungkin mengambil tindakan
yang jauh berbeda kerena mereka memandang situasi secara berbeda. Persepsi
adalah proses yang dilalui orang dalam memilih, mengorganisasikan, dan
menginterprestasikan informasi guna membentuk gambaran yang berarti
mengenai dunia.
45
2.1.7.2. Perilaku Pembelian Konsumen
Perilaku pembelian berbeda diantara pasta gigi, raket tenis, kamera yang mahal
dan mobil baru. Keputusan yang lebih rumit biasanya melibatkan lebih banyak pelaku
dan lebih banyak kesadaran pembeli. Ada empat tipe perilaku pembelian konsumen
(Kotler dan Armstrong, 2012), yaitu :
1. Perilaku Pembelian Kompleks
Konsumen berada dalam Perilaku Pembelian yang Kompleks ketika mereka
sangat terlibat dalam pembelian dan mempunyai persepsi yang signifikan
mengenai perbedaan diantara merek. Konsumen mungkin akan terlibat secara
mendalam ketika produk tersebut mahal, beresiko, jarang dibeli, dan
menunjukkan ekspresi diri. Umumnya konsumen harus mempelajari banyak hal
mengenai kategori produk tersebut. Pembeli tersebut akan melalui proses
pembelajaran, pertama mengembangkan keyakinan mengenai produk, kemudian
sikap, dan kemudian melakukan pilihan pembelian dengan penuh pertimbangan.
2. Perilaku Pembelian Pengurangan Disonansi
Perilaku Pembelian Pengurangan Disonansi terjadi ketika konsumen mempunyai
keterlibatan yang tinggi dengan pembelian yang mahal, tidak sering atau beresiko,
namun melihat sedikit perbedaan antar merek. Contoh, konsumen yang membeli
karpet, memiliki keterlibatan yang tinggi karena mahalnya dan karena merupakan
ekspresi diri. Akan tetapi, pembeli mungkin menganggap kebanyakan merek
karpet dalam kisaran harga yang sama mempunyai kualitas yang sama. Dalam
kasus itu, karena persepsi mengenai perbedaan merek tidak terlalu besar, pembeli
mungkin berkeliling berbagai toko untuk melihat barang apa saja yang tersedia,
namun membeli secara relatif cepat. Setelah pembelian, konsumen akan
mengalami disonansi setelah pembelian (postpurchase dissonance) ketika mereka
menyadari kekurangan tertentu dari karpet yang dibeli atau mendengar hal yang
lebih baik dari merek yang tidak dibelinya.
3. Perilaku Pembelian Kebiasaan
Perilaku Pembelian Kebiasaan terjadi dalam kondisi dimana konsumen
mempunyai keterlibatan rendah dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antar merek. Contoh, garam. Konsumen mempunyai keterlibatan yang rendah
terhadap kategori produk itu, mereka hanya pergi ke toko kemudian mengambil
satu merek. Jika mencari merek tertentu, itu hanyalah karena kebiasaan bukan
karena kesetiaan terhadap merek tertentu. Konsumen tampaknya mempunyai
46
keterlibatan yang rendah terhadap produk yang harganya rendah dan yang secara
teratur dikonsumsi.
4. Perilaku Pembelian Pencarian Variasi
Konsumen berada pada Perilaku Pembelian Pencarian Variasi dalam situasi
ketika konsumen mempunyai keterlibatan yang rendah tetapi mempersepsikan
adanya perbedaan merek yang signifikan. Dalam kasus seperti itu, konsumen
sering kali beralih merek. Contoh, pada saat membeli kue, seorang konsumen
terkadang memilih sejumlah keyakinan, memilih kue tanpa banyak evaluasi,
kemudian mengevaluasi merek tersebut pada saat pengkonsumsian. Tetapi lain
kali, konsumen mungkin akan mengambil merek lain yang setara karena
kebosanan atau semata-mata ingin mencoba sesutau yang berbeda. Penggantian
merek terjadi karena variasi sematamata dan bukan karena ketidakpuasan.
2.1.8. Minat Beli Konsumen
Minat merupakan salah satu aspek psikologis yang mempunyai pengaruh
cukup besar terhadap perilaku dan minat juga merupakan sumber motivasi yang akan
mengarahkan seseorang dalam melakukan apa yang mereka lakukan. Minat beli
merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap mengkonsumsi. Menurut
Kinnear dan Taylor minat membeli adalah merupakan bagian dari komponen perilaku
konsumen dalam sikap mengkonsumsi, kecenderungan responden untuk bertindak
sebelum keputusan membeli benar – benar dilaksanakan. Minat beli diartikan sebagai
sebuah keinginan konsumen untuk membeli sebuah produk atau jasa. Minat beli
muncul ketika seseorang telah mendapatkan informasi yang cukup mengenai produk
yang diinginkan.
Menurut Chinomona (2013:3) minat beli merupakan kemungkinan konsumen
akan membeli sebuah produk atau jasa. Sebuah peningkatan dalam minat beli berarti
peningkatan pada kemungkinan dilakukan pembelian. Minat beli di artikan sebagai
sebuah keinginan konsumen untuk membeli sebuah produk atau jasa. Minat beli
muncul ketika seseorang telah mendapatkan informasi yang cukup mengenai produk
yang diinginkan.
Sedangkan menurut Rehman et. Al(2014:2) Minat beli adalah rencana untuk
melakukan pembelian produk setelah preferensi konsumen terbentuk yang mungkin
akan menimbulkan minat beli. Model yang relevan digunakan untuk mengukur minat
47
beli adalah model AIDA yang merupakan akronim dari Attention, Intention, Desire,
dan Action.
Minat memiliki sifat dan karakter khusus sebagai berikut :
1. Minat bersifat pribadi (individual), ada perbedaan antara minat seseorang dan
orang lain.
2. Minat menimbulkan efek diskriminatif.
3. Erat hubungannya dengan motivasi, mempengaruhi dan dipengaruhi motivasi.
4. Minat merupakan sesuatu yang dipelajari, bukan bawaan lahir dan dapat berubah
tergantung pada kebutuhan, pengalaman, dan mode.
Adapun faktor – faktor yang meliputi minat sebagai berukut :
1. Kebutuhan fisik, sosial, dan egoitis.
2. Pengalaman.
Minat digambarkan sebagai situasi seseorang sebelum melakukan tindakan
yang dapat dijadikan dasar untuk memprediksi perilaku atau tindakan tersebut, minat
beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli
produk tertentu serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode
tertentu, dapat dikatakan bahwa minat beli merupakan pernyataan mental dari diri
konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek
tertentu (Yudrik Jahja, 2011:63-64). Menurut Augusty Ferdinand (2006:129) minat
beli dapat diidentifikasi melalui indikator – indikator sebagai berikut :
1. Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli sesuatu, hal
ini dipengaruhi oleh adanya keinginan membeli setelah melihat di akun media
sosial, munculnya keinginan untuk membeli karena adanya respon positif di akun
media sosial, dalam hal ini instagram.
2. Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk
kepada orang lain.
3. Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang
memiliki prefrensi utama pada produk tersebut. Prefrensi ini hanya dapat diganti
jika terjadi sesuatu dengan produk prefrensinya.
4. Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu
mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi
untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.
Pemahamam terhadap perilaku konsumen tidak lepas dari minat membeli,
karena minat membeli merupakan salah satu tahap yang pada subyek sebelum
48
mengambil keputusan untuk membeli. Titik tolak memahami pembeli adalah model
rangsangan-tanggapan (stimulus-response model) apa yang didengar oleh telinga apa
yang dilihat oleh mata apa yang dicium oleh hidung itulah yang disebut stimulus
(Thamrin Abdullah dan Francis Tantri 2013:112).
Rangsangan pemasaran dan lingkungan masuk ke dalam kesadaran pembeli.
Karakteristik dan proses pengambilan keputusan pembeli menghasilkan keputusan
pembelian tertentu. Iklan berbagai macam produk yang ditayangkan adalah stimulus
yang dirancang khusus oleh produsen agar menarik perhatian konsumen. Produsen
mengharapkan konsumen menyukai iklan produknya, kemudian menyukai produknya
dan membelinya, kemudian menyukai produknya dan membeli (Ujang Sumarwan,
2014:95).
Menurut Kotler, Bowen, dan Makens terdapat dua faktor yang mempengaruhi
minat beli seseorang dalam proses pengambilan keputusan pembelian, yaitu situasi
tidak terduga (Unexpected situation) dan sikap terhadap orang lain (Respect to Others)
(Adiztya Wibisaputra, 2011:29).
2.1.8.1 Dimensi Minat Beli Konsumen
Model yang relevan digunakan untuk mengukur minat beli adalah model
AIDA yang sering disebut A-A Procedure atau Attention or Action Procedure. AIDA
merupakan akronim dari Attention, Intention, Desire, dan Action. Rehman et al.
(2014:2) menjabarkan tahap – tahap dalam pengukuran menggunakan model AIDA,
yaitu :
1. Awareness
Adalah tahap pertama dari model hierarki, dimana mulai timbul kesadaran
mengenai sebuah produk, dalam tahap ini, pemasar memperkenalkan produk,
jasa dan berbagai informasi mengenai produknya. Berdasarkan Baca et al. dalam
Rehman et al. (2014:2) kesadaran atau awareness adalah tahap kognitif untuk
menarik konsumen dan tahap pertama dalam proses komunikasi.
2. Interest
Iklan dari sebuah produk atau jasa bertujuan untuk menciptakan ketertarikan
atau interest oleh pembaca karena menciptakan ketertarikan adalah prioritas
pemasar. Pembelian secara terus menerus atau continous buying terhadap suatu
produk menunjukan ketertarikan konsumen (Ghirvu dalam Rehman et al.
2014:2).
49
3. Desire
Adalah tahap ketiga dari model hierarki yang menunjukan tahap pembentukan
keinginan konsumen untuk membeli sebuah produk atau jasa. Dari sudut
pandang pemasaran, desire merupakan seberapa besar keinginan untuk memiliki
sebuah produk. Menciptakan keinginan atau desire adalah hal yang diutamakan
oleh pemasar, dimana mereka menjelaskan keunggulan fitur dan kehebatan dari
produk mereka. Dalam tahap ini, pemasar mencoba memberikan penjelasan
yang mendalam mengenai sebuah produk kepada konsumen (Rowley dalam
Rehman, 2012:3).
4. Action
Dalam tahap keempat dari model hierarki, konsumen sudah siap melakukan
transaksi untuk memenuhi keinginan terhadap produk tersebut. Pemasaran yang
efektif menciptakan perasaan positif yang mengarahkan pada pembelian produk
yang diiklankan.
2.1.9. Hubungan antara Sosial Media Marketing dengan Minat Beli
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Giri Maulana Arief (2015) menunjukkan
bahwa komunikasi pemasaran online dan iklan online efektif dalam mempromosikan
produk dan minat pembelian produk melalui platform media sosial instagram. Secara
simultan dan signifikan sosial media marketing memiliki pengaruh terhadap minat beli
konsumen.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ayinda Fajriani (2016)
menunjukan bahwa pemasaran melalui sosial media marketing instagram memberikan
dampak yang positif terhadap minat beli konsumen, dimana faktor tersebut menjadi
signifikan mempengaruhi orang untuk menambah minat belinya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maoyan, Zhujunxuan dan Sangyang
(2014) menunjukkan bahwa pemasaran media sosial merangsang faktor eksternal dan
kemudian mempengaruhi faktor persepsi batin konsumen, pada akhirnya, itu akan
mempengaruhi niat beli konsumen.
Seperti yang telah dijelaskan oleh Rossiter dan Percy (Kotler dan Keller,
2012:482) mengidentifikasi empat tujuan dari komunikasi pemasaran yang salah
satunya adalah Social Media Marketing, sebagai berikut :
50
1. Category Need : Membangun kategori produk atau jasa yang diperlukan untuk
menghapus atau memenuhi perbedaan yang dirasakan antara motivasi saat ini dan
keadaan motivasi yang diinginkan.
2. Brand Awareness : Membina kemampuan konsumen untuk mengenali atau
mengingat merek dalam kategori, secara cukup rinci untuk melakukan pembelian.
3. Brand Attitude : Membantu konsumen mengevaluasi apa yang dirasakan merek
untuk memenuhi kebutuhan yang relevan saat ini.
4. Brand Purchase Intention : Menggerakan konsumen untuk memutuskan untuk
membeli merek atau mengambil tindakan membeli merek yang terkait.
Jadi, hubungan antara Social Media Marketing dengan Brand Purchase
Intention (Minat Beli) adalah Social Media Marketing dapat menggerakan konsumen
untuk memutuskan membeli merek atau mengambil tindakan membeli merek yang
terkait serta akan menumbuhkan minat beli dari konsumen tersebut.
2.1.10. Hubungan antara Kualitas Makanan dengan Minat Beli
Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, Nurul Istikomah (2010)
menyatakan bahwa kualitas makanan mempunyai pengaruh paling dominan dalam
mempengaruhi keputusan konsumen untuk melakukan pembelian produk. Hal tersebut
sesuai juga dengan beberapa hasil penelitian lainnya. Domingo Riberio Soriano (2012)
menyatakan bahwa kualitas makanan mempunyai pengaruh yang paling dominan
dalam mempengaruhi keputusan konsumen untuk kembali ke restoran yang diikuti
oleh kualitas pelayanan, harga, dan tempat.
West, Wood, dan Harger dalam Setiawan dan Japarianto (2012), kualitas
makanan merupakan peranan penting dalam pemutusan pembelian konsumen.
Sehingga dapat diketahui bila kualitas makanan meningkat, maka keputusan
pembelian akan meningkat juga. Meilani dan Simanjuntak (2012) dalam jurnalnya,
dikatakan bahwa produk adalah strategi yang penting untuk dapat tetap kompetitif
dalam menghadapi segala hal dari peningkatan maupun penurunan permintaan yang
sering terjadi di dalam bisnis. Memberikan kualitas yang terbaik adalah suatu
keharusan bagi setiap pelaku usaha, semakin baik kualitas produk yang diberikan
maka semakin berminat melakukan pembelian.
Jadi, hubungan antara Kualitas Makanan dengan Minat Beli Konsumen adalah
Kualitas Makanan memberikan dampak positif yang signifikan dimana dapat
menggerakan konsumen untuk memutuskan pembelian kembali suatu produk.
51
Semakin meningkat kualitas makanan yang diberikan, maka akan semakin meningkat
juga pembelian yang dilakukan.
2.2. KERANGKA PEMIKIRAN
Berdasarkan telaah teoritis yang dikembangkan diatas, maka dibangunlah suatu
kerangka pemikiran yang dijadikan pedoman cara berfikir peneliti untuk menjawab
permasalahan penelitian. Dalam kerangka pemikiran tersebut terdapat dua variable
independen yaitu Media Sosial Instagram (X1) dan Kualitas Makanan (X2) yang
nantinya akan dikembangkan menjadi beberapa variable sesuai dengan dimensinya
masing – masing. Sedangkan variabel dependen meliputi Minat Beli Konsumen (Y)
pada Kafe Windy Point of Punclut.
Adapun kerangka pemikiran dari permasalahan tersebut dapat dibuatkan
paradigma penelitian seperti gambar dibawah ini :
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
Dari model diatas dapat dijelaskan bahwa Minat Beli Konsumen sebagai
variabel terikat (dependent variable) dipengaruhi oleh Sosial Media Instagram dan
Kualitas makanan sebagai variabel bebas (independent variable). Penelitian ini akan
melihat sejauh mana kekuatan variabel – variabel bebas baik secara bersama-sama
maupun secara parsial mempengaruhi minat beli konsumen.
Minat Beli (Y)
1. Awareness
2. Interest
3. Desire
4. Action
Rehman et. al (2014)
Kualitas Makanan (X2)
1. Color
2. Appearance
3. Serving
4. Design
5. Temperature
6. Texture
7. Flavour
8. Level of Maturity
9. Taste
Margaretha dan Edwin (2012)
Social Media Marketing (X1)
1. Context
2. Communication
3. Collaboration
4. Connection
Zarella (2011)
H1
H2
H0
52
2.3. HIPOTESIS PENELITIAN
Dalam suatu penelitian, perumusan suatu hipotesis sangat penting. Hipotesis
adalah kesimpulan sementara dan masih perlu diuji kebenarannya. Adapun hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Sosial Media Marketing Instagram berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Minat Beli Konsumen.
H2 : Kualitas Makanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Minat Beli
Konsumen.