a - materi filsafat hukum - buku.doc

Upload: joke-punuhsingon

Post on 06-Jul-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    1/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    BAB IPENGERTIAN, TEMPAT DAN MANFAAT

    FILSAFAT HUKUMA. Pengertian Filsafat

    Kata bahasa Indonesia ”filsafat” merupakan terjemahan dari kata bahasaLatin ” philosophia” dan bahasa Inggris ” philosophy ”. Kata-kata bahasa Latin danInggris tersebut mempunyai akar kata pada kata bahasa Yunani  philosophia  dan

     philosophos;  philo  berarti pencari atau pencinta dan sophos yang berarti hikmat,kebijaksanaan, pengetahuan. ilsafat !philosophia" lantas berarti cinta akankebijaksanaan atau pengetahuan. #adi, secara harafiah, filsafat menunjuk kepadakegiatan mencintai atau mencari kebijaksanaan atau pengetahuan. $eorang filsufadalah seorang pencinta kebijaksanaan. Ia merasa diri tidak atau belum memilikikebijaksanaan, karena itu ia mencarinya. %an, pencariannya itu dituntun olehketerbukaannya untuk bertanya terus menerus. Ia bertanya karena rasa heran dankagum, rasa ingin tahu lebih untuk memuaskan dahaga intelektual. &'ertanya”memang merupakan ciri khas suatu pengembaraan dalam rangka mencari

    kebenaran atau kebijaksanaan.(

    Pytag!ras !)*+-)++ $", dijuluki sebagai orang yang pintarbijaksana,dengan ucapannya yang terkenal sebagai berikut “consisted in knowing that hewas ignorant and that he should therefore not be colled wise, but a lover of wisdom” !yang ia tahu ialah, bah/a ia tidak tahu, oleh sebab itu janganlah disebut ia berilmu,tetapi seorang pencinta ilmu".

    %alam arti praktis, filsafat mengandung makna alam berpikiralam pikir.0amun filsafat ialah berpikir secara mendalam atau radikal. 1adikal berasal darikata radix , yang artinya &akar”. aka berpikir secara radikal berarti berpikir sampai

    keakar-akarnya, dan sungguh-sungguh terhadap hakikat sesuatu. 2akikat artinya,kebenaran atau kenyataan yang sebenarnya. %alam Kamus 3mum 'ahasaIndonesia karangan ".#.S. P!er$a%ar&inta , mengartikan filsafat sebagaipengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas, hukum dan sebagainya daripada segala yang ada di alam semesta ataupunmengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu.

    4engertian menurut beberapa sarjana dan filsuf, seperti (. 4ara filsuf Yunani dan 1oma/i, antara lain

    a. Plat!  !567-85* $", filsafat ialah ilmu pengetahuan yang bersifat

    untuk mencapai kebenaran yang asli.b. Arist!teles  !8*6-866 $", filsafat ialah ilmu pengetahuan yang

    meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika,logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan sostetika.

    1 Yong Ohoitimur, Pengantar Berfilsafat, Yayasan Gapura, Jakarta, 1997, hal. 3.

    1

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    2/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    c. 'i(er! !(+9-:+58 $", filsafat ialah ibu dari semua ilmu pengetahuanlainnya. ilsafat ialah ilmu pengetahuan terluhur dan keinginan untukmendapatkannya.

    6. 4ara filsuf abad pertengahan, seperti a. Des(artes !()9-(9)+", filsafat ialah kumpulan segala pengetahuan

    di mana

    #a/abannya termasuk dalam bidang etafisika.!6" =pakah yang seharusnya kita kerjakan >

    #a/abannya termasuk pada bidang ?tika.!8" $ampai di manakah harapan kita >

    #a/abannya termasuk pada bidang =gama.!5" =pakah yang dinamakan manusia itu >

    #a/abannya termasuk pada bidang =ntropologie.B. Pengertian Te&*at Serta Manfaat Filsafat H)+)&

    . Pengertian Filsafat H)+)&'ila kita kaji kepustakaan mengenai filsfat hukum, akan kita temukan

    berbagai definisi, perumusan, ataupun uraian yang diutarakan oleh parapenulisnya. P)rna%i P)r-a(ara+a   dan S!er!n! S!e+ant!  dalam bukunya1enungan

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    3/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    enurut 0an A*el%!!rn  !(7)", menguraikan sebagai berikut”ilsafat hukum menghendaki ja/aban atas pertanyaan =pakah hukum> Iamenghendaki agar kita berpikir masak-masak tentang tanggapan kita danbertanya pada diri sendiri, apa yang sebenarnya yang kita tanggap tentang”hukum”. %apat, hanya,tak dapat ia memberikan ja/aban yang serba memuaskan karena ia tak laindaripada ja/aban yang sepihak, karena ilmu pengetahuan hukum hanya

    melihat gejala-gejala hukum belaka. Ia tak melihat ”hukum”; ia hanya melihatapa yang dapat dilihat dengan pancaindera, bukan melihat dunia hukum yangtak dapat dilihat, yang tersembunyi di dalamnya; ia semata-mata melihathukum sebagai dan sepanjang ia menjelma dalam perbuatan-perbuatanmanusia, dalam kebiasaan-kebiasaan hukum. Kaidah-kaidah hukum termasukdunia yang lain daripada kebiasaan-kebiasaan hukum; kaidah hukum takmasuk dunia kenyataan, dunia sein, dunia alam !natuur ", tetapi termasuk dunianilai, termasuk dunia sollen dan mogen, jadi termasuk dunia yang lain daripadadunia penyelidik ilmu pengetahuan. %i mana ilmu pengetahuan hukum

    berakhir, di sanalah mulai filsafat hukum; ia mempelajari pertanyaan-pertanyaan yang tak terja/ab oleh ilmu pengetahuan. #umlah pertanyaantersebut tak terhingga banyaknya, ilmu pengetahuan tak memberi ja/aban satupun atas pertanyaan hukum tersebut. $egala pertanyaan hukum dapatmerupakan obyek pertimbangan filsafat, sebagaimana juga S!(rates membuathal-hal dari hidup sehari-hari yang biasa sebagai titik pangkal dari pandangan-pandangan filsafatnya. =kan tetapi, ahli filsafat hukum pada hakikatnya lebihsuka mempelajari pertanyaan-pertanyaan yang terpenting. =pa yang dimaksuddengan itu merupakan pula suatu penilaian yang di dalamnya, pandangan

    seorang penyelidik memegang peranan yang penting. Keadaan /aktu dapatmempengaruhi pandangan itu sepanjang ia dapat membuat pertanyaan-pertanyaan yang tertentu menjadi masalah-masalah yang penting. =kan tetapi,ada juga pertanyaan-pertanyaan yang pokok, yang ja/abannya rupa-rupanyamerupakan permulaan dari segala kepandaian yuridis, dan justru karena itusukar. 4ertanyaan-pertanyaan yang timbul dengan mendesak pada tiap-tiapmanusia yang memikirkan keadilan dan ketidakadilan, dan yang juga dipelajarioleh ahli-ahli pikir yang besar-besar dan setiap Aaman. Kita akan berhentisebenarnya pada masalah pokok tentang filsafat hukum itu, tentunya bukan

    untuk segera memberi ja/aban, melainkan hanya dengan harapan,membangkitkan perhatian untuk soal itu.”

    1umusan lain adalah dari E. Utre(t  dalam buku 4engatar dalam2ukum Indonesia !(99". Ia mengetengahkan sebagai berikut &ilsafat hukummemberi ja/aban atas pertanyaan-pertanyaan seperti =pakah hukum itusebenarnya> !persoalan adanya dan tujuan hukum" =pakah sebabnya kitamenaati hukum> !persoalan berlakunya hukum" =pakah keadilan yang

    3

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    4/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    menjadi ukuran untuk baik-buruknya hukum itu> !persoalan keadilan hukum".Inilah pertanyaan-pertanyaan yang sebetulnya juga dija/ab oleh ilmu hukum.=kan tetapi, bagi orang banyak ja/aban ilmu hukum tidak memuaskan. Ilmuhukum sebagai suatu ilmu empiris hanya melihat hukum sebagai suatu gejalasaja, yaitu menerima hukum sebagai suatu gegebenheit  belaka. ilsafat hukumhendak melihat hukum sebagai kaidah dalam arti kata ethische wardeoordeel .ilsafat hukum berusaha membuat dunia Betis yang menjadi latar belakang

    yang tidak dapat diraba oleh pancaindera dengan !ilmu" politik hukum. ilsafathukum berusaha mencari suatu rechtsideaal  yang dapat menjadi Bdasar umumBdan BetisB !ethische" bagi berlakunya sistem hukum positif bagi masyarakat!seperti Grundnorm  yang telah digambarkan oleh sarjana hukum bangsa#erman yang menganut aliran-aliran 0eo-Kantianisme". ilsafat pada umumnyamencari etiche  dan ideale levenshouding  yang dapat menjadi dasar tetappetunjuk-petunjuk hidup kita. 4ada Aaman sekarang, khusus di #erman dan di=merika $erikat ada perhatian besar terhadap filsafat hukum. %i Indonesia adakecenderungan untuk mendasarkan pelajaran hukum sebanyak-banyaknya

    atas filsafat.3raian lainnya tentang filsafat hukum adalah dari K)s)&a%i

    P)%!se$!!, yang mengajukan beberapa pertanyaan penting yang harusdiselidiki oleh filsafat hukum. 4ertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan,karena sifatnya yang sangat mendasar, tidak dapat dija/ab oleh ilmupengetahuan hukum. =dapun pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakanadalah sebagai berikut ”%an sekali mempersoalkan hal-hal dari ilmu hukum,dekatlah orang kepada pertanyaan-pertanyaan seperti =pakah tujuan darihukum itu> =pakah semua syarat keadilan> =pakah keadilan itu>

    'agaimanakah hubungannya antara hukum dan keadilan> %enganpertanyaan-pertanyaan demikian orang sudah mele/ati batas-batas ilmupengetahuan hukum sebagaimana arti laAimnya, dan menginjak lapanganBfilsafat hukumB sebagai ilmu pengetahuan filsafat.

    3raian lengkap dikemukakan oleh L. Ben%er 1.P  !(5*" sebagaiberikut ”ilsafat hukum adalah suatu ilmu yang merupakan bagian dari filsafat.ilsafat itu terdiri dari berbagai bagian. $alah satu bagian utamanya adalahfilsafat moral, yang disebut juga etika. Cbyek dari bagian utama ialah tingkahlaku manusia dari segi baik dan buruk yang khas, yang ditemukan dalam

    tingkah laku manusia, yaitu baik atau buruk menurut kesusilaan. enurutkeyakinan saya, filsafat hukum adalah bagian dari filsafat moral atau etikauntuk pendapat ini saya juga dapat menyampaikan bukti-bukti yangmeyakinkan. 0amun saya sama sekali tidak meminta agar para pembacamenerima dalil bah/a filsafat hukum itu merupakan bagian dari etika, sebelumdiyakinkan oleh bukti-buktinya. =kan tetapi, untuk sementara dalil ini sayakemukakan begitu saja karena bagi mereka yang membaca dan mempelajari

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    5/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    bahasan ini akan bermanfaat bila sejak semula telah mengetahui di manatempat filsafat hukum dalam kerangka keseluruhan filsafat. engapa buktinyabaru akan dikemukakan kemudian> Cleh karena untuk pembuktian diperlukanpengertian yang baik tentang hukum, pengertian yang baik tentang apa hukumitu. #ustru untuk keperluan itulah maksud pembahasan ini. 4ara pembaca akanmelihat bah/a dalil tersebut logis dan dengan jelas sekali merupakankesimpulan dari bab-bab yang kami yakinkan mengenai hakikat. %alam bab

    terakhir hal itu dapat kami cukupkan dengan menunjukkan bah/a daliltersebut, dengan logika yang tidak dapat disangkal, merupakan kesimpulandari yang akan kami tetapkan melalui argumentasi-argumentasi.

    $ifat khas dari filsafat ialah bah/a ilmu itu membahas masalah-masalah yang sifatnya umum. Cbyek filsafat hukum pun, karenanya, adalahhukum yang demikian. Ia memasalahkan hakikat hukum, alasan terdalam darieksistensinya !tujuan, subyek, pembuat", sifat-sifatnya. 'ukan mengenaihukum ini atau hukum itu, misalnya hukum 'elanda atau hukum 1oma/i,bukan mengenai hukum pidana, tetapi mengenai hukum an sich. Cleh sebab

    itu, kesimpulan-kesimpulan filsafat hukum berlaku umum bagi setiap hukum.$ebab, apa yang baik bagi hukum, dengan sendirinya baik juga bagi hukum'elanda dan hukum Dina, bagi hukum perdata dan hukum pidana. ilsafathukum hanya membahas satu bagian saja dari hukum, yaitu bagian yangpaling umum dari hukum, dalam hukum alam !natuurrecht " dan hukum positif.'agian yang paling umum ini berlandaskan hakikat hukum itu sendiri danmengarah kepada dua kategori hukum yang keduanya masih sangat umum,yang masing-masing secara tersendiri dibahas langsung oleh filsafat hukum.Itulah sebabnya setelah membahas masalah umum dari hukum tanpa

    pembedaan, filsafat hukum juga mengajukan pertanyaan apa hukum alam!natuurrecht " itu; apa hakikatnya, alasan eksistensinya, sifat-sifatnya.Kemudian ia juga menja/ab pertanyaan-pertanyaan yang sama yangmengenai hukum positif.

    3ntuk memperoleh pengertian yang tepat mengenai sifat filsafathukum, pengertian yang baik mengenai perbedaan yang ada di antara ilmu inidi antara ilmu-ilmu yang lain yang menunjukkan kesamaan, tidak sedikitbantuannya.

    4ertama-tama adalah ilmu hukum yang merupakan mata kuliah yang

    paling penting yang diajarkan di setiap fakultas hukum. $ubyek ilmu ini bukanuntuk mengetahui apa hukum itu !quid just >", melainkan untuk mengetahui apaisi perundang-undangan tertentu !quid yuris>" :Kebanyakan mengenai yangsekarang berlaku di siniE. =pa yang kini sesungguhnya berlaku di 0ederlandsebagai hukum 'agaimana hukum 0ederland itu harus diartikan danditerapkan> Itu sebabnya hukum 0ederland itu harus diartikan dan diterapkan>Itu sebabnya pada berbagai /aktu dan tempat, subyek ilmu hukum itu

    !

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    6/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    berbeda-beda. #a/aban atas pertanyaan B=pa yang kini berlaku sebagaihukum di sini>B di negeri yang sama pada Aaman 2ammurabbi berbeda dengan

     ja/aban sekarang. %emikian juga ja/aban sekarang di 0ederland berbedadengan di Dina. #a/aban yang diajukan filsafat hukum setiap /aktu dan dimana pun sama, setidak-tidaknya bila ja/aban itu benar. #a/aban yang tepatatas pertanyaan apa hukum itu, hanya bisa satu. #ika ada ja/aban yang isinyasatu sama lain tidak sama, pastilah sekurang-kurangnya satu di antaranya

    salah.$ejarah hukum dengan cara yang lain lagi dibedakan dari filsafat

    hukum. $esungguhnya tugasnya adalah memastikan apa yang pada masa-masa lampau berlaku sebagai hukum pada satu bangsa atau pada semuabangsa; ia juga menyelidiki hubungan yang mungkin ada di antara berbagaisistem hukum atau berbagai undang-undang, yang satu sama lain telah salingmengikuti. #adi, sejarah hukum menggarap yang beraneka ragam, berbagaibentuk yang dalam perkembangan Aaman menampakkan gejala BhukumB.ilsafat hukum justru mencari yang dalam berbagai hukum adalah sama, yaitu

    yang hakiki dan yang tidak dapat berubah dalam hukum. %engan ini tentu sajakami tidak bermaksud menyatakan bah/a sejarah hukum bukan alat pembantuyang penting untuk mendapatkan data, yang berguna sebagai titik tolak dandasar untuk penyelidikan filsafat mengenai apa yang disebut hukum.

    0ampaknya hampir tidak perlu menunjukkan perbedaan antara filsafathukum dan sejarah filsafat hukum. Ilmu yang terakhir ini tidak menanyakanBapa hukum ituB, tetapi Bbagaimana orang lain dalam perjalanan sejarahmenja/ab pertanyaan apa hukum ituB. Falaupun tidak diragukan bah/apengetahuan tentang sejarah suatu ilmu memberikan banyak dukungan dalam

    mempelajari ilmu itu, dan lebih-lebih sebagai pengetahuan ilmiah yangberkaitan !memiliki hubungan keluarga" sukar ditinggalkan, di antara keduailmu itu toh ada perbedaan hakiki. Yang pertama adalah filsafat, yang keduaadalah sejarah. Yang pertama mencari kebenaran mengenai hukum, yangkedua mencari pendapat-pendapat mengenai hukum, tanpa menghiraukan apapendapat-pendapat itu menyatakan atau tidak. enganggap filsafat padaumumnya dan filsafat hukum pada khususnya sebagai pengetahuan tentangpendapat-pendapat yang dianut dalam berbagai Aaman adalah kesalahan yangsangat serius, yang dalam Aaman ini banyak dilakukan, /alaupun itu dilakukan

    oleh para ahli filsafat kenamaan.$tudi perbadingan hukum juga sedikit berbeda dengan filsafat hukum.

    Ia menetapkan tugasnya untuk memperbandingkan sistem-sistem hukum yangada, yang ditetapkan dalam perundang-undangan, baik yang ada pada masalampau yang berlaku di berbagai negara, agar dengan demikian dapatmengenal unsurnya yang, di mana ada hukum, selalu dan di manapun dapatditemukan. %engan cara ini memang berbagai data yang bagi ahli filsafat

    "

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    7/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    hukum besar manfaatnya, dapat dikumpulkan. 0amun, studi ini bukanlahfilsafat hukum yang sesungguhnya.

    Lebih sukar lagi untuk menyatakan dengan tepat, apa yang harusdiartikan dengan ajaran hukum umum !algemene rechtsleer ". 0amanya agakkabur. 'iasanya ajaran hukum umum diartikan sebagai pengantar ilmu hukumpositif yang biasa dan, di samping tafsiran dan keterangan mengenai istilah-istilah, juga tak dapat dihindari mengandung penjelasan-penjelasan yang

    termasuk ke dalam filsafat hukum. emang, ajaran hukum yang paling umumtidak lain adalah filsafat hukum.

    Kebutuhan akan, dan dorongan kepada, filsafat sangat manusia/i,sehingga mereka yang dengan sadar mengecualikan filsafat pun menggantinyadengan sesuatu yang semacam. =jaran hukum umum adalah substitusi darifilsafat hukum. 'ebagai masalah filsafat dikemukakan /alaupunpembahasannya tidak selalu sedalam yang diperlukan filsafat.

    $ebenarnya terlalu berlebihan untuk mengemukakan juga teologi disini. =kan tetapi keperluannya untuk menyingkirkan kesalahpahaman memaksa

    kami mengemukakannya. =rti teologi yang setap-tepatnya adalah ilmu yangbersandar pada kebenaran yang di/ahyukan

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    8/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    pembahasan filsafat. $esungguhnya ciri filsafat ialah bah/a ia membahasmasalah-masalah umum dengan bantuan akal yang /ajar. #uga masalah-masalah mengenai

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    9/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    kini berlaku di 0ederland karena itu adalah hukum, yang selalu dan di manapun berlaku.

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    10/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    dengan yang lebih sederhana, mengkaji manusia dari segi inti dan dasar yangsedalam-dalamnya.

    4ada mula orang berfilsafat, perhatian para filsuf lebih lanjut kepada alamsemesta itu sendiri. 4ada Aaman purbakala, filsuf-filsuf kenamaan pada Aaman ini!pra-$ocrates" seperti Tales, Ana2i&an%r!s, Ana2i&enes, Pitag!ras, danlain-lain, mencoba mencari inti alam semesta. Tales yang hidup pada tahun 965-)5* $ berpendapat bah/a inti alam semesta itu adalah air. Ana2i&an%r!s

    mengatakan teapeiron yang menjadi inti alam, yaitu suatu Aat yang tidak tentu sifat-sifatnya. $edangkan Ana2i&enes !)+-)6* $" menyebutkan udara. Yang sangatberbeda sekali pendapatnya ialah Pitag!ras. enurutnya, yang menjadi dasardari segala sesuatunya adalah bilangan.6

    %engan mengambil obyek filsafat yang bukan manusia, sudah barangtentu tidak akan sampai pada uraian mengenai hukum dari segi filsafatnya. 'arusetelah masa S!(rates, yang juga dimulai oleh filsuf besar ini, perhatian para filsuftertuju pada manusia sebagai obyek filsafat mereka. $egala segi dari mahlukmanusia ini dicoba dikaji. Dara berpikirnya menghasilkan filsafat logika, karya

    seninya melahirkan filsafat estetika, tingkah lakunya diselidiki oleh filsafat etika.$egala upaya manusia dalam upaya mencapai tujuan hidupnya menghasilkancabang-cabang filsafat lainnya seperti filsafat negara, filsafat politik, filsafatekonomi, filsafat hukum, dan lain-lain.

    2ukum adalah sesuatu yang berkenaan dengan manusia. 2anya adahukum jika ada manusia, yaitu manusia dalam pergaulannya dengan yang lain.=kibat kebergantungan hukum pada manusia ini, maka hanya mungkin orangberfilsafat tentang hukum apabila terlebih dahulu berfilsafat tentang manusia.$ebab, salah satu aspek dari manusia yang sangat erat kaitannya adalah tingkah

    lakunya. elalui filsafat tingkah laku ini, atau filsafat etika, lalu orang berfilsafattentang hukum. %engan demikian, dalam pohon filsafat manusia, maka filsafat etikamerupakan salah satu cabangnya, sedangkan filsafat hukum lebih lanjut merupakancabang dari filsafat etika ini atau merupakan salah satu ranting dari filsafat manusiatadi.

    $ering kali juga orang mengatakan bah/a filsafat manusia itu merupakangenus filsafat, sedangkan filsafat etika adalah species filsafat yang memiliki filsafathukum sebagai sub species-nya. ilsafat hukum mempelajari sebagian dari tingkahlaku manusia, yaitu tingkah laku !atau perbuatan" yang akibatnya diatur oleh

    hukum.8

    D. Manfaat Filsafat H)+)&$ering kali orang beranggapan bah/a mempelajari filsafat hukum sama

    saja dengan mempelajari filsafat, sukar dihayati dan tidak terlihat manfaatnya

    2  $ili %as&i'i, 'an (ra )hania %as&i'i, Pengantar *ilsafat +ukum, an'ar a&u, Ban'ung, 2--2,

    hal. 13.3 $ili %as&i'i, asar/asar *ilsafat +ukum, 0et.2, P) lumni, Ban'ung, 19#!, hal. !/7.

    1-

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    11/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    secara langsung. =nggapan ini ada benarnya, terutama bagi mereka yang tergolongpraktisi hukum, yaitu yang tugasnya melaksanakan hukum positif. 'agi mereka inimanfaat filsafaat hukum paling tidak adalah untuk mengimbangai efek darispesialisasi yang sempit yang diperoleh mereka disebabkan oleh adanya programspesialisasi yang dimulai di fakultas-fakultas hukum pada tahun keempat.

    'agi mereka yang bergerak di dunia teoretisi dan yang tugas pokoknyadalam lingkup pembentukan atau pembinaan hukum, amatlah besar mempelajari

    filsafat hukum. %an lagi pada de/asa ini tampaknya harus dikesampingkananggapan bah/a tidak ada guna praktisnya mempelajari filsafat hukum apabilakenyataan menunjukkan bah/a semenjak pertengahan abad kedua puluh, melaluiajaran-ajaran %ociological $urisprudence dan !ragmatic egal &ealism ditonjolkanperanan hukum yang semakin meningkat, yaitu bukan semata-mata menjagaketertiban dan me/ujudkan keadilan saja, melainkan juga dapat berfungsi sebagaialat pembaharuan dalam masyarakat !a tool of %ocial 'ngineering".

    %alam hubungan manfaat dan keguanaan filsafat hukum serta sukartidaknya mempelajarinya, dikutip di ba/ah ini pendapat L. Ben%er 1.P., sebagai

    berikut Apakah Filsafat Hukum itu Sukar?4ertanyaan ini tidak ditujukan kepada para pembaca yang telah menikmati

    pendidikan filsafat yang mendalam. #uga tulisan ini tidak semata-mata ditujukankepada mereka, bahkan tidak diutamakan bagi mereka.

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    12/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    filsafat mengenai hukum yang diperoleh dengan cara demikian tidak sama sekalisempurna.

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    13/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    'ah/a pelukis itu tidak perlu mengetahui susunan catnya hanya benar jika ia tidakperlu membuat sendiri cat itu. Ini hanya terjadi bila cat itu benda alam, yaituditemukan di alam dalam keadaan siap pakai, atau jika ada orang lain yangmemproduksi cat itu sehingga pelukis dapat dilengkapi dengan cat yang baginyatidak bisa tidak harus ada. =kan tetapi, dalam hal yang terakhir, maka orang lain ituharus memiliki pengetahuan yang diperlukan mengenai susunan cat itu, dan dalammengembangkan seninya, si pelukis bergantung pada orang itu. %ari perbandingan

    tersebut dapat diambil kesimpulan bah/a ahli hukum itu tidak perlu memilikipengetahuan mengenai apa hukum itu bila hukum ditemukan siap pakai di alam,atau dibuat oleh orang lain yang harus tahu apa hukum itu, dan syarat-syarat apayang harus dipenuhi oleh hukum yang dibuatnya supaya benar-benar adil. Karenaitu, ahli hukum dapat menunggu sampai hukum itu diberikan orang lain kepadanya,dan ia dapat merasa puas dengan menerapkan hukum itu dengan tepat padakehidupan praktis. $etiap ahli hukum akan segera mengakui bah/a hukum, yangdengan studi hukum yang diambilnya dan diterapkannya, sama sekali tidakdisajikan siap pakai oleh alam. #elas ia merupakan sesuatu yang, setidak-tidaknya

    sebagian besar, dibuat oleh manusia. #adi, pertanyaannya adalah $iapakah yangmembuat hukum itu> =pakah ahli hukum atau orang lain, misalnya ahli filsafat>#uga di sini ahli hukum tidak akan ragu-ragu sejenak pun untuk mendapat

     ja/abannya, dan mengatakan 2ukum dibuat oleh para ahli hukum. 2ukum positifadalah pekerjaan orang-orang dari ilmu hukum. erekalah yang di sini dan di manapun dan sekarang, dengan cara membuat, mengubah dan memperbaikiperundang-undangan, membuat dan menyempurnakan hukum.

    %engan menetapkan hal ini sebagai kebenaran yang diterima umum kamitidak ingin menyatakan bah/a setiap ahli hukum akan meminta untuk turut serta

    bekerja dalam penciptaan hukum. =kan tetapi, penciptaan, pengembangan danperbaikan hukum memang karya para ahli hukum. 4engetahuan hukum, yangdengan taraf yang tinggi dimiliki pembuat undang-undang sendiri, atau yang dimilikiorang lain sehingga, dengan cara menggunakan mereka sebagai penasihat ataupembantu, pembuat undang-undang dapat memiliki pengetahuan itu, memegangperanan yang memimpin dalam pembuatan hukum atau undang-undang. embuatundang-undang dan menciptakan hukum adalah fungsi ahli hukum, salah satufungsinya yang tertinggi; dan untuk itu hanya ahli-ahli terbaik di antara mereka yangakan diminta membuatnya.

    %ari sini ternyata ketidaktepatan ungkapan ahli hukum tidak perlu tahuapa hukum itu, seperti pelukis tidak perlu tahu apa cat itu. 4elukis tidak dituntutuntuk membuat cat, tetapi hanya untuk menggunakan cat. $ebaliknya para ahlihukum dituntut untuk membuat hukum !menyempurnakan, memperbaiki,mempertahankan mutunya jika keadaan kehidupan berubah dan untukmenerapkannya". $ekarang nampaknya tidak sulit bagi kita untuk memahamibah/a seseorang yang harus membuat dan menyempurnakan sesuatu tidak dapat

    13

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    14/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    bersikap acuh tak acuh terhadap pertanyaan apa benda yang harus dibuatnya itu;dengan perkataan lain, ia harus mengenal hakikat, tujuan, dan sifat-sifat benda itu.#ika tugas saya membangun usaha pertanian yang baik dan sesempurna-sempurnya, maka yang pertama kali harus saya ketahui adalah apa usahapertanian itu. Crang yang tidak mengenal dan membuat rencana, maka sama besarkemungkinannya bah/a rencana yang dikemukakannya itu merupakan rencanausaha pertanian, rencana sebuah toko, satu buah pabrik cerutu. 2al yang sama

    berlaku bagi hukum. $eseorang yang harus membuat atau menyempurnakanhukum, sendirian atau bersama orang lain, harus tahu apa hukum itu. #ika tidak,ada resiko mereka tidak dapat melaksanakan tugasnya, dan yang dihasilkan bukanhukum, melainkan sesuatu yang mungkin ada bagiannya yang mirip hukum, tetapisebenarnya bukan hukum; ada resiko pekerjaannya itu bukan menyempurnakanhukum yang ada, melainkan merusak dan memperburuknya.

    #ustru sifat hukumlah yang menja/ab pertanyaan-pertanyaan umummengenai hukum, mengenai hakikat dan sifat-sifatnya. Cleh karena itu filsafathukum bermanfaat dan diperlukan oleh ahli hukum. $atu-satunya cara bagi ahli

    hukum agar terbebas dari bekutuhan itu, serta membuatnya sedikit-banyak dapatmeninggalkan pengetahuan filsafat hukum, ialah dengan seumur hidupnyamembatasi diri pada sebagai tugas yang memperuntukkan bagi para ahli hukum,yaitu pada pencari keterangan tentang undang-undang yang dibuat orang lain, danmenerangkannya.

    3ntuk tugas yang tertinggi dan termulia bagi sarjana hukum, filsafat hukumitu sangat besar manfaatnya, dan sungguh-sungguh tidak dapat ditinggalkan.$ejarah menunjukan bah/a hukum selalu mendapat pengaruh besar dari sistem-sistem filsafat yang sedang disukai dan sedang berkuasa. 4engaruh ini dapat juga

    baik atau buruk akibatnya, sesuai dengan benar atau tidaknya pendapat-pendapatdalam bidang filsafat hukum, dari para ahli yang berpengaruh.

    =kan tetapi di lain pihak, orang dapat juga berlebihan dengan kenyataanbah/a bagi ahli hukum praktis yang baik, bagi pengacara atau hakim, filsafathukum itu mutlak tidak dapat ditinggalkan.

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    15/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    dapat menja/abnya. engenai kebenaran adalah sesuatu yang mulia dan agungsehingga orang yang benar-benar mulia selalu mendapat kegembiraan dankepuasan karenanya.

    BAB IISE#ARAH PERKEMBANGAN DAN RUANG LINGKUP

    FILSAFAT HUKUMA. Seara Per+e&-angan Filsafat H)+)&

    %i salam kepustakaan filsafat !hukum", terdapat berbagai periodisasi ataupembabakan perkembangan filsafat !hukum" dari dahulu hingga saat ini. 4adaumumnya pembabakan itu terdiri dari. 3a&an *)r-a+ala  a. asa Yunani(" asa pra-$ocrates !G )++ $"

    4ada masa ini diperkirakan belum ada filsafat hukum karena perhatianpara filsuf lebih ditujukan kepada alam semesta, yaitu apa sesungguhnya yangmenjadi inti alam semesta itu. #a/aban terhadapnya berbeda-beda. ilsuf Tales

    mengatakan air, Ana2i&an%r!s  to apeiron, yaitu suatu Aat yang tak tertentu sifat-sifatnya, Ana2i&enes  mengatakan udara, sedangkan Pitag!ras  menja/abbilangan. ilsuf lainnya seperti Hera+lit!s berpendapat bah/a apilah yang menjadiinti alam semesta. 4erihal manusia, tingkah laku !etika", dan hukum, belummemperoleh perhatian. anusia dianggap oleh mereka sebagai bagian dari alamsemesta. Kalaupun berbicara tentang hukum, maka hukum yang dimaksud adalahhukum dalam arti keharusan alamiah. #adi, hukum tidak terbatas pada masyarakatmanusia, tetapi meliputi semesta alam. 2ukum yang dikenal adalah hukum alam. %iantara para filsuf alam tersebut di atas, Pitag!raslah yang mulai menyinggung

    tentang manusia. enurutnya, tiap manuai memiliki ji/a yang selalu berada dalamproses katarsis, yaitu pembersihan diri. $etiap kali ji/a memasuki tubuh manusia,manusia harus membersihkan diri agar ji/a tadi dapat masuk ke dalamkebahagiaan. #ika dinilai tidak cukup melakukan katarsis, ji/a tadi akan memasukilagi tubuh manusia yang lain.5 

    6" asa $ocrates, 4lato dan =ristoteles.

     $ili %as&i'i, asar/asar *ilsafat +ukum, 0et.2, P) lumni, Ban'ung, 19#!, hal. 11.

    1!

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    16/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    'eberapa penulis sejarah filsafat hukum mengungkapkan bah/aS!(rates-lah yang mula pertama berfilsafat tentang manusia. $egala aspektentang manusia menjadi obyek pembicaraannya. %iperkirakan filsafat hukum lahirpada masa ini dan berkembang mencapai puncak kegemilangannya melalui filsuf-filsuf besar setelah S!(rates, yaitu Plat!, Arist!teles, dan filsuf-filsuf lainnya diAaman Yunani dan 1oma/i. %i antara kedua masa tersebut, masa Yunanimerupakan masa yang amat subur bagi pertumbuhan filsafat hukum. =lasannya

    ialah ”kecenderungan-kecenderungan untuk berpikir spekulatif serta persepsiintelektualnya untuk menyadari adanya tragedi kehidupan manusia serta konflik-konflik dalam kehidupan dunia ini, seperti telihat pada karya-karya filsafat dankesusasteraannya, Yunani memberi saham yang besar ke arah pemikiran tentanghukum yang bersifat teoretis. %engan kecenderungan berpikir yang demikian itu,orang Yunani melihat bagaimana timbul dan berkembangnya polis, yaitu negarakota di masa itu. Kekacauan-kekacauan sosial, konflik-konflik di dalamnya,bergantian pemerintah yang begitu sering, masa-masa tiranik dan kese/enang-

     /enangan, yang semua terjadi pada masa itu, memberikan bahan yang banyak

    sekali bagi pemikiran yang bersifat spekulatif mengenai persoalan-persoalanhukum dalam masyarakat. %engan demikian orang pun didorong dengan kuat untukmemikirkan problem yang abadi mengenai hubungan antara hukum positif dengankeadilan yang abadi itu, sehingga memberikan sumbangan pemikiran Yunani didalam dunia teori hukum”.)

    8" asa $toaasa ini ditandai dengan adanya maAhab St!a , yaitu suatu maAhab yang

    mempunyai kebiasaan memberi pelajaran di lorong-lorong tonggak !stoa".9 4emikirutamanya yang juga bertindak sebagai pemimpin maAhab adalah filsuf 3en!.

    %engan mengambil sebagian ajaran =ristoteles, yaitu bah/a akal manusia itumerupakan bagian dari rasio alam, dikembangkan suatu pemikiran hukum alamyang bersumber dari akal ketuhanan !logos di mana manusia dimungkin hidupmenyesuaikan diri padanya". 2ukum alam itu merupakan dasar segala hukumpositif. 4andangan $toa kemudian amat berpengaruh pada filsuf 1oma/i sepertiSene(a, Mar()s A)reli)s, dan juga 'i(er!.

    b. asa 1oma/i4ada masa ini perkembangan filsafat hukum tidak segemilang pada masa

    Yunani. 4ara ahli filsafat 1oma/i lebih memusatkan perhatiannya pada masalah

    bagaimana hendak mempertahankan ketertiban di seluruh ka/asan Kekaisaran1oma/i yang sangat luas itu. ereka menuntut untuk lebih banyakmenyumbangkan konsep-konsep dan teknik-teknik yang berkaitan dengan hukum

    ! at&ipto %ahar'&o, (lmu +ukum, P) lumni, Ban'ung, 19#2, hal. 22"/227." J.J. on 4hmi', hli/ahli Pikir Besar )entang 5egara 'an +ukum 6ari Plato ampai ant8,

    4et. , ter&emahan %. iratno, &amalu''in t. ingomangkuto, 'an &ama'i, P) Pem:angunan,

    Jakarta, 19"!, hal.#.

    1"

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    17/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    positif, seperti bidang-bidang kontrak, kebendaan, dan ajaran-ajaran tentangkesalahan.7  0amun sumbangan pemikiran para filsuf masa ini, seperti P!ly-i)s,'i(er!, Sene(a, Mar()s A)reli)s, dan lain-lain, masih banyak pengaruhnyahingga saat ini.

    4. A-a% Pertengaana. asa gelap

    asa ini dimulai dengan runtuhnya Kekaisaran 1oma/i akibat serangan

    bangsa lain yang dianggap terbelakang, yang datang dari utara, yaitu yang disebutsuku-suku Hermania.

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    18/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    besarnya kekuasaan Hereja sehingga manusia merasa dirinya tidak berarti tanpa

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    19/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    sosial budaya, peranan hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat, dan lain-lain, menjadi obyek pembahasan para ahli hukum.

    engenai masalah ruang lingkup pembahasan filsafat hukum tersebut,dalam kepustakaan seringkali dikacaukan dengan banyaknya peristilahan yangdigunakan, terutama dibelahan dunia =nglo-$akson, seperti di =merika $erikat,dan Inggris. $elain istilah !hilosophy of law   atau legal philosophy , dikenal jugaistilah lain seperti  jurisprudence  dan legal theory . 'eberapa penulis tidak

    membedakan arti ketiga istilah tersebut seperti ternyata dari obyek pembahasanyang sama yang dikajinya. =kan tetapi ada pula yang membedakannya /alaupunsukar untuk memberikan batas-batasnya yang tegas. Khusus yang berhubungandengan istilah jurisprudence ini, yang banyak digunakan oleh para penulis hukum di=merika, Inggris dan negara-negara lainnya yang menggunakan bahasa Inggrissebagai bahasa pengantarnya, dianggap perlu penjelasan lebih lanjut dari segipengertian, ruang lingkup, klasifikasi, dan manfaat mempelajarinya.

    4ada 'ab berikut ini akan diuraikan pemikiran hukum yang berkembang didunia =nglo $akson !khususnya di negeri Inggris dan =merika $erikat" yang

    ternyata agak berbeda dengan ?ropa Kontinental. %i belahan dunia =nglo $aksonini sebagaimana dapat dikaji pada berbagai literatur yang ada, tidak membedakansecara tegas pengertian seperti filsafat hukum, teori hukum, dan lain sebagainya.0amun tampaknya penggunaan istilah & jurisprudence” lebih laAim daripada& philosophy of law ” atau &theory of laws” dan &legal theory ”.

    19

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    20/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    BAB IIIPENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT HUKUM

    A. PengertianIstilah ” jurisprudence” berasal dari kata Latin juris yang artinya hukum, dan

     prudence yang berarti pengetahuan. %engan demikian jurisprudens dapat diartikansebagai pengetahuan tentang hukum. $eperti diketahui, kata hukum itu sendirimemiliki berbagai konotasi. %alam hubungan dengan filsafat !teori" hukum, katahukum dikaitkan dengan pengertian abstrak. #adi bukan dalam pengertian yangbersifat kongkret seperti misalnya dalam bentuk perundang-undangan.

    engenai persoalan perumusan atau definisi, tidak terdapat kata sepakat.ereka yang menolak memberikan perumusan, seperti yang dikatakan oleh

    'arles '!n$ay, alasannya ialah karena selain istilah jurispruden itu tidak dapatmencakup keseluruhan materinya. $ehingga banyak penulis di bidang ini tidakmengemukakan suatu perumusan terlebih dahulu. ereka menerangkan pengertianfilsafat !teori" hukum dengan uraian yang cukup panjang, dan menyerahkan kepadapembacanya untuk masing-masing membuat perumusannya sendiri.

    4endapat #!n 'i*&an Gray dinilai lebih modern karena dariperumusannya dapat ditangkap bah/a telah terjadi suatu perubahan pendekatanterhadap apa yang dimaksudkan dengan filsafat *teori+ hukum itu. 4erubahan ini, disamping disebabkan oleh perkembangan di bidang ilmu-ilmu sosial, juga

    disebabkan oleh adanya penekanan penyelidikan kepada masalah pola tingkahlaku hukum yang bersifat faktual. $eperti diketahui, pengaruh adanya pendekatanbaru ini melahirkan di bidang teori hukum, adanyaa. sociological jurisprudence, yaitu teori hukum yang menekankan

    studi tentang bekerjanya hukum secara aktual dalam suatu masyarakattertentu.

    9 .. arkar, ummary of almon';s Jurispru'en4e, thir' e'ition, Bom:ay, )ripathi.

    2-

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    21/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    b. comparative jurisprudence, yaitu pengetahuan tentangperbandingan sistem-sistem hukum.

    4erubahan pendekatan tersebut di atas sangat mempengaruhi penulis-penulis filsafat *teori+ hukum  setelah itu. R.M.M. Dias  misalnya, secara empirisdengan mengkaji sistem hukum Inggris, mencoba mencari ja/ab atas beberapapertanyaan sepertia. aktor-faktor apakah yang menjadi dasar berlakunya hukum>

    b. aktor-faktor apakah yang mendasari hukum itu sehingga secara terus-menerus dapat berlaku>

    c. 'agaimana cara kerjanya>d. %apatkah hukum itu dikembangkan>(+

    $edangkan #)li)s St!ne !(96" melukiskan filsafat !teori" hukum itusebagai pemikiran para ahli hukum, penafsiran para ahli hukum tentang ajaran-ajaran, teori-teori dan teknik hukum yang bersumber dari pengetahuan disiplin-disiplin ilmu masa kini yang bukan hukum.

    B. R)ang Ling+)* Penyeli%i+an Filsafat :te!ri; H)+)&=pa yang menjadi ruang lingkup penyelidikan filsafat !teori" hukum, hingga

    saat ini juga masih dipersoalkan para ahlinya. 'ah/a belum terdapat kata sepakat,untuk mudahnya dapat dilihat materi yang dibahas pada literatur-literatur yangmenggunakan kata jurispruden sebagai judulnya.

    L!r% Ll!y% !f Ha&*stea%, dalam "ntroduction to $urisprudence,membahas !secara garis besarnya" !(" 0ature of jurisprudence; !6" eaning ofla/; !8" 0atural la/; !5" 4ositi@ism, analytical jurisprudence and the consept of la/;!)" 4ure theory of la/; !9" $ociological school; !7" =merican realism; !*"

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    22/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    *3=+ 'xtention of rights2 *31+ -he concept of property2 *33+ -he concept of possession2 *34+ aw of procedure5

    '. Klasifi+asi Bi%ang Filsafat :te!ri; H)+)&#!n A)stin !(*86" menggolongkan filsafat !teori" hukum sebagai berikut

    (. 'xpositorial jurisprudence, yaitu mengkaji hukum sebagaimana adanya !as it is";

    6. :encorial jurisprudence, mengkaji hukum sebagaimana seharusnya !as it right to be".

    =nalisis #!n A)stin  dikenal sebagai pendekatan analitis !analytical approach", yakni menganalisis struktur formal hukum beserta konsep-konsepnya.4endekatan ini banyak diikuti oleh penulis-penulis filsafat !teori" hukum. Kemudian,seperti yang digunakan oleh Sal&!n% dan H!llan%, pendekatan seperti ini dikenalpula sebagai pendekatan teoretis dan filosofis.

    Sal&!n% mengemukakan penggolongan yang lain, yaitua.  nalytical jurisprudence, yaitu analisis dari prinsip-prinsip utama hukum tanpa

    memperhatikan aspek hirtoris maupun aspek etisnya.b. ?istorical jurisprudence, yaitu tentang perkembangan konsep hukum yang

    fundamental;c. 'thical jurisprudence, yaitu studi mengenai kegunaan dan tujuan yang harus

    dicapai oleh hukum.$ecara tidak langsung G.".  Pat!n  !()(8" mengemukakan tentang

    adanya tiga golongan filsafat !teori" hukum yang menurut pendapatnya ketiganyasedang berselisih paham mengenai apa yang menjadi obyek utama pembahasanfilsafat !teori" hukum. Ketiga golongan itu adalah

    a. !ure science of law  yang mengonsentrasikan penyelidikannya pada teori-teorihukum yang bersifat abstrak, yaitu berusaha menemukan elemen-elemen dariilmu hukum murni berupa faktor-faktor yang diakui keberadaannya secarauni@ersal, terlepas dari preferensi, pandangan yang etis, dan sosiologis.

    b. @unctional *sociological+ jurisprudence  yang menganggap pandangan  purescience of law  sebagai amat terbatas dikaitkan dengan kehadiran hukum itu,sesungguhnya berfungsi untuk menyelesaikan berbagai masalah sosial.enurut para pengikut aliran ini, &Ae can understand what a thing is only if weexamine what is does.”

    c. -heological jurisprudence yang menganggap lingkup penyelidikan filsafat !teori"hukum adalah bah/a hukum itu merupakan produk dari pemikiran manusiayang berkaitan erat dengan tujuannya. 4ertanyaan yang harus dija/ab dalamhal ini ialah apakah yang menjadi tujuan utama dari hukum. 4endekatan filsafat!teori" hukum ini filosofis.

    D. Keg)naan Me&*elaari Filsafat :te!ri; H)+)&

    22

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    23/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    $eringkali orang berpendapat bah/a mempelajari filsafat !teori" hukum itumemiliki nilai praktis yang sangat terbatas. Cleh A.K. Sar+ar((, dikemukakan bah/a

     /alaupun filsafat !teori" hukum itu bersifat abstrak dan teoretis untuk dipelajari,kegunaannya ialah

    (. filsafat *teori+ hukum merupakan obyek studi yang menarik yang hanya dapatdicapai oleh mereka yang sungguh-sungguh ingin mempelajarinya. $pekulasidan teori memiliki daya tarik alami, apa pun obyeknya. #ika seseorang dapat

    berspekulasi tentang hakikat cahaya, mengapa tidak mengenai hakikat hukum>6.4enelitian-penelitian di bidang filsafat !teori" hukum memiliki manfaat bagi

    disiplin-disiplin ilmu lainnya. 4emantulannya meliputi keseluruhan sepertikedokteran, hukum, politik dan pemikiran-pemikiran sosial.

    8. filsafat *teori+ hukum  juga memiliki nilai praktis. %i bidang hukum, generalisasibermakna kemajuan-kemajuan atau perkembangan. 2al ini dapat menyatukanatau menyarankan penggunaan konsep-konsep dasar yang sama gunamendasari berbagai faktor sosial dan membuka jalan bagi penyelesaianberaneka ragam masalah sosial dengan hanya menggunakan satu teknik. #adi,

    kompleksitas hukum lebih dapat dikendalikan dan lebih rasional, yaitu teoridapat membantu dalam praktek.

    5. filsafat *teori+ hukum  juga memiliki nilai pendidikan. %i sini penalaran konsep-konsep hukum lebih mempertajam teknik yang dimiliki para ahli hukum itusendiri.

    ). filsafat *teori+ hukum akan memba/a para ahli hukum dari cara berpikir hukumsecara formal ke realitas sosial. Ini berarti bah/a dalam penerapan hukumperjanjian, misalnya, para ahli hukum memerlukan pengetahuan-pengetahuandi bidang ekonomi, kriminologi, pidana, psikiatri, sosiologi, dan sebagainya.

    9.4ada akhirnya, filsafat *teori+ hukum dapat memba/a para ahli hukum untukmelihat jauh ke depan. $udah barang tentu pula akan lebih menyadarkan paraahli hukum dalam kebijaksanaan hukumnya. ereka akan selalumenyesuaikan kebijaksanaan itu dengan keperluan-keperluan sosial yangaktual, dan menghindarkan sebanyak mungkin pemujaan terhadap hal-halyang silam.

    11  .. arkar, ummary of almon;s Jurispru'en4e, thir' e'iton, Bom:ay= )ripathi, 19#2, hal.

    3.

    23

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    24/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    BAB I0APAKAH HUKUM ITU

    A. Pen%efinisian H)+)&$atu masalah yang belum mencapai kata putus di antara para ahli hukum

    ialah tentang pendefinisian hukum. 2ingga saat ini pendapat tentang perlunya suatudefinisi hukum masih dipertentangkan orang. =danya definisi akan membantumereka yang baru mempelajari hukum menunjukkan jalan !open the way ", ke arah

    mana ia harus berjalan. Karena bertindak sebagai pembuka jalan inilah, definisihukum itu dianggap oleh sebagain para ahli hukum sebagai amat berharga danperlu.

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    25/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    oleh mereka yang ingin mengetahui hukum terletak pada bah/a, tidak sepertigunung yang dapat dilihat, hukum tidak dapat dilihat.

    %i pihak lain kita masih ingat apa yang dikatakan oleh I&&an)el Kant. %iaberkata, Noch suchen die juristen eine Befinition Cu ihrem /egriffe von &echt , yang

     jika diterjemahkan berbunyi

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    26/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    6. 2ukum sebagai disiplin, yakni suatu sistem ajaran tentang kenyataan ataugejala-gejala yang dihadapi.

    8. 2ukum sebagai kaidah, yakni pedoman atau patokan sikap tindak atau perilakuyang pantas atau diharapkan.

    5. 2ukum sebagai tata hukum, yakni struktur dan proses perangkat kaidah-kaidahhukum yang berlaku pada suatu /aktu dan tempat tertentu serta berbentuktertulis.

    ). 2ukum sebagai petugas, yakni pribadi-pribadi yang merupakan kalangan yangberhubungan erat dengan penegakan hukum !law enforcement officer ".

    9. 2ukum sebagai keputusan penguasa, yakni hasil proses diskresi yangmenyangkut pengambilan keputusan yang didasarkan pada hukum, jugadidasarkan pada penilaian pribadi.

    7. 2ukum sebagai proses pemerintahan, yakni proses hubungan timbal balikantara unsur-unsur pokok dari sistem kenegaraan.

    *. 2ukum sebagai sikap tindak atau perilaku ajeg !teratur", yaitu perilaku yangdiulang-ulang dengan cara yang sama, yang bertujuan untuk mencapai

    kedamaian.. 2ukum sebagai jalinan nilai-nilai, yakni jalinan dari konsepsi-konsepsi abstrak

    dalam diri manusia tentang apa yang dianggap bagik !sehingga harus dianutiatau ditaati" dan apa yang dianggap buruk !sehingga harus dihindari".(9

    enurut L. Ben%er 1.P. yang mengutip pendapat T!&as A6)in!,sebagaimana disadur oleh Lili Rasi%i,  dan Ira Tania Rasi%i, dalam bukunya4engantar ilsafat 2ukum, mengatakan dalam dalam catatan II, bah/a &2ukumadalah suatu pekerjaan yang diterapkan kepada orang lain.(7  %engan perkataanlain, hukum ada bila ada sesuatu pekerjaan !melakukan atau tidak melakukan" dari

    seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, yaitu dalam hubunganditerapkannya menjadi miliknya. #adi, apakah objek dari hubungan yang kita sebuthukum itu> $uatu pekerjaan, suatu perbuatan atau tidak-berbuat, dari orang lain”.

    $ebelumnya, dalam catatan I disebutkan bah/a &Cbjek yang sebenarnyadari hukum itu bukan benda malainkan sesuatu dalam perbuatan orang lain yanghidup bersama kita, juga besar manfaatnya untuk mengerti dan menerangkanungkapan-ungkapan tertentu yang sering dipakai dan sangat terkenal.

    B. Kai%a H)+)& %an Kai%a S!sial Lainnya %i dalam suatu masyarakat yang oleh Ma( I/er !-he Aeb of Government ,

    ()5" digambarkan sebagai sarang laba-laba !web", terdapat berbagai kaidah yangmengatur hubungan antar indi@idu yang bertujuan untuk tercapainya kedamaian,ketertiban, dan kesejahteraan. $eperti diketahui terdapat berbagai ragam

    1"  Purna'i Pur:a4araka 'an oe&ono oekanto, en'i/en'i (lmu +ukum, lumni, Ban'ung, 4et.

    ((, 19#2 hal 13/1.17  Prof. %. $ili %as&i'i, +., .os., $$., 'an (ra )hania %as&i'i, +, Pengantar *ilsafat

    +ukum, 4. an'ar a&u, Ban'ung, 2--2, hal. 1"3.

    2"

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    27/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    kepentingan yang melekat kepada masing-masing indi@idu tersebut yang bersifatsejajar !sama", berlainan, atau berla/anan dalam usahanya memenuhi apa yangdisebut sebagai kebutuhan pokok maupun kebutuhan sekundernya. %an agardalam memenuhi kebutuhan tersebut tidak terjadi ekses-ekses dalam masyarakatakibat adanya benturan-benturan, terutama antara kepentingan-kepentingan yangsaling berla/anan, diperlukan adanya kaidah-kaidah tersebut agar segalasesuatunya berjalan tertib dan teratur.

    %alam hubungan pergaulan antar manusia, manusia memperolehpengalaman dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. 4engalaman-pengalaman ini menciptakan nilai-nilai, baik yang bersifat positif maupun negatif,yang lalu menjadi suatu patokan bagi mereka tentang apa yang baik yang harusdiikuti, dan apa yang dianggap buruk yang harus dihindari. $ikap-sikap manusiakemudian membentuk kaidah-kaidah karena manusia cenderung untuk hidupteratur dan pantas. Kehidupan yang teratur dan sepantasnya menurut manusiaadalah berbeda-beda; oleh karena itu diperlukan patokan yang berupa kaidah.%engan demikian dapatlah dikatakan bah/a kaidah merupakan patokan atau peri

    kelakuan yang diharapkan.M!(tar K)s)&aat&a%a  !(*+", menyebutkan tiga macam kaidah, yaitu

    kaidah hukum, kesusilaan, kesopanan. Sati*t! Raar%!  mengemukakan tigamacam pula, tetapi agak berlainan, yaitu kaidah kebiasaan, hukum, dankesusilaan(*, sedangkan S!er!n! S!e+ant!  !(*+" menyebutkan kaidah-kaidahkepercayaan, kesusilaan, kesopanan, dan hukum sebagai kaidah yang mengaturpergaulan hidup manusia. %engan berpegang pada uraian Sati*t! Raar%!,dijelaskan lebih lanjut makna dari masing-masing kaidah atau tatanan tersebut,sebagai berikut

    )aidah kebiasaan, terdiri dari norma-norma yang hubungannya dengankenyataan dekat sekali. Kaidah ini merupakan kaidah yang diangkat dari duniakenyataan, yaitu apa yang biasa dilakukan oleh orang-orang. 3ntuk diterimamenjadi suatu kaidah, diperlukan suatu ujian keteraturan, keajegan, dan kesadaranmasyarakat untuk menerimanya. Karena sifatnya sedemikian, maka tengganganantara ideal dan kenyataan dalam kaidah kebiasaan ini merupakan yang terbesar

     jika dibandingkan dengan kedua kaidah sosial lainnya. $ebabnya, unsur idealdalam kaidah ini sangat kecil atau sedikit sekali. Cleh karena norma kebiasaan itusekedar mengangkat perbuatan-perbuatan yang memang laAim dilakukan sehari-

    hari menjadi norma, maka dipandang dari kedua tatanan lainnya, yangmenghormati dunia norma sebagai hasil karya manusia untuk membimbingmasyarakat menuju kepada keadaan dan tingkah laku manusia sesuai dengan ide-ide tertentu, tatanan kebiasaan dinilai banyak mengandung norma yang tidaksesuai hukum atau kesusilaan.

    1# at&ipto %ahar'&o, (lmu +ukum, P). lumni, Ban'ung, 19#2 hal. 1!.

    27

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    28/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    )aidah hukum 4ada kaidah ini terlihat adanya suatu pergeseran, yaituterjadinya suatu proses penjauhan dan pelepasan diri dari tatanan yang berpegangpada kenyataan sehari-hari !tatanan kebiasaan" /alau berjalannya proses ini belumberlaku secara seksama. Diri yang menonjol dari hukum mulai tampak padapenciptaan norma-norma hukum yang &murni”, yaitu yang dibuat secara sengajaoleh suatu badan perlengkapan dalam masyarakat yang khusus ditugasi untukmenjalankan penciptaan atau pembuatan hukum itu. 0orma-norma hukum ini,

    menurut Ra%-r)(  !(9((8", termasuk ke dalam golongan norma-norma yanglahir dari kehendak manusia karena yang menentukan jenis ketertiban itu adalahmasyarakat sendiri, yang dalam hal ini di/akili oleh anggota-anggotanya yangberhimpun dalam satu atau lain badan yang tugasnya menentukan norma-normaapa yang akan diciptakan.

    'erbeda dengan kaidah lainnya, kaidah hukum memiliki kemandiriandalam berhadapan dengan ideal dan kenyataan, yaitu memiliki posisi yang mampumengambil jarak antara ideal dan kenyataan.

    )aidah kesusilaan  merupakan suatu kaidah yang dalam hubungannya

    dengan dunia ideal dan kenyataan berada dalam posisi sebaliknya daripada kaidahkebiasaan. Kaidah kesusilaan berpegang sepenuhnya kepada dunia ideal yangsifatnya abstrak, yang perlu di/ujudkan dalam masyarakat. Idelah yang merupakantolok ukur tatanan ini untuk menilai tingkah laku anggota-anggota masyarakat.%engan demikian, perbuatan yang bisa diterima oleh tatanan tersebut hanyalahyang sesuai dengan idealnya tentang manusia.

    '. Ber-agai Te!ri Tentang H)+)&$epanjang sejarah hukum, dimulai dari Aaman Yunani1oma/i hingga

    hari ini, kita dihadapkan kepada adanya berbagai teori tentang hukum yang lahir

    pada setiap babak dari perjalanan sejarah hukum termaksud. $udah menjadi suatupendapat yang diterima umum bah/a suatu teori hukum tidaklah dapat dilepaskandari lingkungan Aamannya &Ia sering kita lihat sebagai suatu ja/aban yangdiberikan terhadap permasalahan hukum atau menggugat suatu pikiran hukumyang dominan pada suatu saat. Cleh karena itu, sekalipun ia berkeinginan untukmengutarakan suatu pikiran secara uni@ersal, tetapi alangkah baiknya apabila kitasenantiasa /aspada, bah/a teori itu mempunyai latar belakang pemikiran yangsedemikian itu. $ehubungan dengan keadaan yang sedemikian itu sudahseharusnya kita tidak melepaskan teori-teori itu dari kategorisasi /aktu

    pemunculannya, seperti teori-teori yang lahir pada abad kesembilan belas atauabad kedua puluh. Kita sebaiknya memahaminya dengan latar belakang yangdemikian itu, oleh karena teori-teori yang lahir pada abad kesembilan belas,misalnya, menggarap persoalan-persoalan pada masa itu dan yang bukanmerupakan karakteristik persoalan untuk abad kedua puluh.”( 

    19 at&ipto %ahar'&o, (lmu +ukum, P). lumni, Ban'ung, 19#2 hal. 22!.

    2#

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    29/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    'eberapa contoh dapat dikemukakan, sebagai berikut 4ada Aaman1oma/i, misalnya, para pemikir hukum lebih dipusatkan perhatiannya kepadasituasi pada /aktu itu ketika 1oma/i ingin melaksanakan pemerintahannya diseluruh /ilayah jajahannya secara efektif. $umbangan yang harus dimainkan olehpara pemikir tersebut di atas ialah bagaimana dapat menciptakan suatu ketentuanyang dapat diberlakukan untuk semua /ilayah 1oma/i yang sangat luas.Karenanya, jika dibandingkan dengan para rekannya di masa Yunani, para pemikir

    hukum 1oma/i lebih terpusatkan perhatiannya pada usaha menja/abpermasalahan hukum yang timbul pada /aktu itu secara praktis.

    Dontoh lain lagi ialah situasi yang terjadi pada abad ke-(. Diri yangmenonjol pada abad ini ialah perkembangan di dunia ekonomi yang menggalakkan!optimisme", dibarengi dengan kedudukan negara yang semakin kuat dan kukuhdalam hal mengontrol dan mengarahkan masyarakat ke arah yang dikehendakinya.4ada masa ini lahir aliran positi@isme !analitis maupun murni" yang menekankanpentingnya kedudukan negara sebagai pembentuk hukum, buah pikiran #!nA)stin maupun Hans Kelsen dinilai banyak pengaruhnya pada dunia ilmu maupun

    teori hukum, baik pada masa tersebut maupun sesudahnya.0amun, hendaknya pula diperhatikan bah/a selain buah pikiran yang

    selaras dengan situasi yang mendukungnya, terdapat pula buah-buah pikiran lainyang justru merupakan penentangan terhadap situasi itu, dan berusaha untukmengubahnya. asih pada abad ke-(, selain tampil #!n A)stin  denganpositi@isme dan analitisnya, lahir pula ajaran sejarah yang didasarkan atas pahamromantisme yang dipelopori 'arl /!n Sa/igny dan P)(ta . =jaran ini merupakanpenentangan terhadap teori positi@isme analitis, dan berusaha meyakinkan duniailmu hukum bah/a Bas &echts wird nicht gemacht, es ist und wird mit dem volke,

    katanya. 'uah pikiran Sa/igny, /alaupun tidak sepenuhnya berhasil melumpuhkanpikiran pisiti@isme hukum, pengaruhnya sangat luas dan dasar-dasar pikirannyabanyak menjadi landasan hukum positif beberapa negara !Indonesia, misalnyayang pada Aaman 2india 'elanda memberlakukan hukum adat bagi golonganIndonesia asli". $elain itu ajaran Sa/igny  ini dijadikan dasar pula untuk ajaran-ajaran yang beraliran sosiologis yang kemudian muncul dan merupakan teorihukum yang dominan pada abad ke-6+. 4emahaman sejarah hukum, nampaknya,tidak dapat kita kesampingkan dalam mencoba menghayati suatu teori hukum.

    Kita mengenal berbagai klasifikasi teori hukum yang dibuat oleh para

    penulis hukum. N!rtr!*, misalnya. engklasifikasikan ajaran atau teori hukum kedalam  positivisme hukum, pragmatic legal realism, neo.)antian dan  )elsenianethical jurisprudence, functional anthropological dan sociological jurisprudence, danhukum alam !Lili 1asjidi, (*666". Frie%&ann membagi aliran tersebut atas aliranhukum alam, aliran yang berdasarkan pada filsafat masalah keadilan, aliran yangdidasarkan pada pengaruh perkembangan masyarakat terhadap hukum, aliranpositi@isme dan positi@isme hukum, dan aliran yang didasarkan atas kegunaan dan

    29

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    30/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    kepentingan. S!er!n! S!e+ant!  !(*+87-57" menyebutkan maAhab formalitas,maAhab sejarah dan jurisprudence, dan aliran realisme hukum. Sati*t! Raar%!!(*6669-676", mengetengahkan teori-teori Yunani dan teori hukum murni,pendekatan-pendekatan sejarah dan antroplogis, dan pendekatan-pendekatansosiologis. $elain itu ada pula yang mengklasifikasikan aliran-aliran tersebut hanyake dalam yang paling berpengaruh saja, yaitu aliran hukum alam, aliran hukumpositif, maAhab sejarah, sociological jurisprudence, dan pragmatic legal realism !Lili

    1asjidi, (*)67".. Aliran H)+)& Ala&

    Yang dimaksud dengan hukum alam menurut ajaran ini ialah hukumyang berlaku uni@ersal dan abadi. enilik sumbernya, hukum alam ini ada yangbersumber dari

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    31/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    7" $ebagai dasar ketertiban internasional, hukum alam terus-menerusmemberikan ilham kepada kaum stoa, ilmu dan filsafat hukum 1oma/i,pendeta-pendeta dan Hereja-gereja pada =bad 4ertengahan dan lain-lain.

    *" %engan melalui teori-teori L!(+ dan Paine, hukum alam memberikandasar kepada filsafat perseorangan dalam konstitusi =merika $erikat danundang-undang dasar negara-negara modern lainnya.

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    32/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    sistem yang logis, tetap, dan bersifat tertutup !closed logical system". 2ukumsecara tegas dipisahkan dari moral, jadi dari hal yang berkaitan dengankeadilan, dan tidak didasarkan atas pertimbangan atau penilaian baik buruk.$elanjutnya A)stin membagi hukum itu atasa. 2ukum ciptaan

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    33/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    Latar belakang ajaran hukum murni ini sesungguhnya merupakansuatu pemberontakan yang ditujukan terhadap ilmu hukum yang ideologis,yaitu yang hanya mengembangkan hukum itu sebagai alat pemerintahandalam negara-negara totaliter.

    %asar-dasar pokok teori hukum murni Hans Kelsen, menurutFre%&ann, adalah sebagai berikuta.

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    34/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    =liran utilitarianisme dipelopori oleh #ere&y Benta&  !(75*-(7*8",#!n St)art Mill  !(*+9-(*78" dan R)%!lf /!n #ering  !(*++-(**".6+  4arapenganut aliran utulitarianisme mempunyai prinsip bah/a manusia akanmelakukan tindakan-tindakan untuk mendapatkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan mengurangi penderitaan.

    #ere&y Benta&  menerapkan salah satu prinsip dari aliran3tilitarianism ke dalam lingkungan hukum, yaitu manusia akan bertindak untuk

    mendapatkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan mengurangipenderitaan. 3kuran baik-buruknya suatu perbuatan manusia tergantungkepada apakah perbuatan itu mendatangkan kebahagiaan atau tidak.6(

    4emidanaan, menurut Benta&, harus bersifat spesifik untuk tiap kejahatan,dan berapa kerasnya pidana itu tidak boleh melebihi jumlah yang dibutuhkanuntuk mencegah dilakukannya penyerangan-penyerangan tertentu.4emidanaan hanya bisa diterima apabila ia memberikan harapan bagitercegahnya kejahatan yang lebih besar.66 =jaran seperti ini didasarkan atashedonistic utilitarianism.

    Benta& selanjutnya berpendapat bah/a pembentuk undang-undanghendaknya dapat melahirkan undang-undang yang dapat mencerminkankeadilan bagi semua indi@idu. %engan berpegang pada prinsip tersebut di atas,perundangan itu hendaknya dapat memberikan kebahagiaan yang terbesarbagi sebagian besar masyarakat !the greates happiness for the greatest number ".

    #!n St)art Mill  memiliki pendapat yang sejalan dengan #ere&yBenta&. Kesamaan pendapat itu terletak bah/a suatu perbuatan ituhendaknya bertujuan untuk mencapai sebanyak mungkin kebahagiaan.

    enurut #!n St)art Mill, sumber dari kesadaran keadilan itu bukan terletakpada kegunaan, melainkan pada rangsangan untuk mempertahankan diri danperasaan simpati.

    enurut #!n St)art Mill, &keadilan bersumber pada naluri manusiauntuk menolak dan membalas kerusakan yang diderita, baik oleh diri sendiriataupun oleh siapa saja yang mendapatkan simpati dari kita. 4erasaankeadilan akan memberontak terhadap kerusakan, penderitaan, tidak hanyaatas dasar kepentingan indi@idual, melainkan lebih luas dari itu, sampai kepadaorang-orang lain yang kita samakan dengan diri kita sendiri. 2akikat keadilan,

    dengan demikian, mencakup semua persyaratan moral yang sangat hakiki bagikesejahteraan umat manusia.68

    2- +. Aainu''in li, *ilsafat +ukum, inar Grafika, Jakarta, 2--", hal. !9.21   oer&ono oekanto, *aktor/*aktor Yang emperngaruhi Penegakan +ukum, %a&a

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    35/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    'erbeda dengan Benta&, R)%!lf /!n #ering  dikenal sebagaipengasas teori yang disebut &social utilitarianism” !sedangkan Benta&individual utilitarianism".

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    36/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    menghentikan gerakan kodifiklasi di negara tersebut untuk lebih-kurang satuabad lamanya.

    4ada bagian lain dari karangannya itu /!n Sa/igny menegaskan intiajarannya bah/a das &echt wird nicht gemacht, est ist und wird mit dem >olkeJ hukum itu tidak dibuat, tetapi tumbuh dan berkembang bersama masyarakat.4andangannya bertitiktolak bah/a di dunia ini terdapat banyak bangsa, dantiap-tiap bangsa tadi memiliki >olksgeist  J ji/a rakyat. #i/a ini berbeda, baik

    menurut /aktu maupun tempat. 4encerminannya nampak padakebudayaannya masing-masing yang berbeda-beda. 2ukum bersumber dari

     ji/a rakyat ini; oleh karena itu hukum itu akan berbeda pada setiap /aktu dantempat.

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    37/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    melalui tiga cara, yaitu fiksi, eMuity !N hak kekayaan",dan perundangan.4endapat terakhir inilah yang oleh beberapa penulis hukum digunakan untukmembedakan Maine  dengan Sa/igny. =gaknya Maine  tidakmengesampingkan peranan perundangan dan kodifikasi dalam pengembanganhukum pada masyarakat yang telah maju.

    Falaupun teori hukum /!n Sa/igny dan pengikut-pengikutnya cukupluas pengaruhnya, tetap terdapat kelemahannya. Yang terpenting adalah tidak

    diberikannya tempat bagi ketentuan yang sifatnya tertulis !perundang-undangan". 'agaimanapun dalam masyarakat modern, ketentuan yangbetuknya tertulis diperlukan demi adanya kepastian hukum, dan terutamasekali untuk menghindarkan tindakan se/enang-/enang dari kekuasaan yangbersifat absolute. Kelemahan lainnya terletak pada konsepsinya tentangkesadaran hukum yang sifatnya sangat abstrak. #uga mengenai ji/a rakyat,konsepsinya tidak memuaskan banyak pihak. 0!n Sa/igny  menyebutkanbah/a hukum yang baik adalah yang bersumber dari ji/a rakyat ini, tetapidalam sebuah tulisannya yang lain, yang membahas tentang hukum 1oma/i,

    dia mengatakan bah/a hukum 1oma/i merupakan hukum terbaik.

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    38/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    perbedaan cara pendekatan antara keduanya. $osiologi hukum itu merupakancabang sosiologi yang mempelajari pengaruh timbal- balik antara hukum danmasyarakat dengan titik tolak pendekatannya dari masyarakat ke hukum,sedangkan sociological jurisprudence  merupakan suatu teori hukum yangmempelajari pengaruh hukum terhadap masyarakat, dan sebagainya, denganpendekatan dari hukum ke masyarakat. $eperti diketahui ajaran pokok dariE)gen Erli( yang sangat berpengaruh itu bertolak dari anggapan bah/a

    terdapat perbedaan antara hukum positif di satu pihak dengan hukum yanghidup dalam masyarakat !living law " di lain pihak. $elanjutnya Erli(berpendapat bah/a hukum positif akan memiliki daya berlaku yang efektifapabila berisikan, atau selaras dengan hukum yang hidup dalam masyarakattadi. %an di samping itu, pusat perkembangan hukum pada /aktu sekarangdan juga pada /aktu yang lain, tidak terletak pada perundang-undangan, tidakpada ilmu hukum, ataupun pada keputusan hakim, tetapi pada masyarakat itusendiri.

    %engan berpegang pada ajaran tersebut, R!s(!e P!)n%

    berpendapat bah/a hukum harus dilihat sebagai sesuatu lembagakemasyarakatan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial.$elain itu, dianjurkan untuk mempelajari hukum sebagai suatu proses !law inaction", yang dibedakannya dengan hukum yang tertulis !law in books".6*

    Inti pemikiran maAhab ini bah/a yang baik adalah hukum yang sesuaidengan hukum yang hidup dalam masyarakat.6 enurut A(&a% Ali, terdapatpersamaan antara positi@isme hukum dan sosiologi hukum yaitu keduanyamerumuskan perhatiannya pada hukum tertulis atau perundang-undangan.8+

    =. Aliran Realis&e H)+)&

    'eberapa tokoh terkenal disebut-sebut sebagai pendasar aliran ini,ialah #!n 'i*&an Gray, 1li/er "en%ell H!l&es, Karl Lle$ellyn, #er!&eFran+, "illia& #a&es, dan lain-lain. 'eberapa penulis memasukkan pulaR!s(!e P!)n%  ke aliran ini selain sebagai pendasar aliran sociological 

     jurisprudence. 2al ini barangkali berkaitan dengan anggapannya yang tidakmengesampingkan faktor akal dalam pembentukan hukum sebagaimana yangdikemukakan oleh aliran positi@isme hukum dan teori lainnya yang terkenal,bah/a hukum itu merupakan alat untuk membangun masyarakat ! law is a tool of social engineering". 4endapatnya yang pertama di atas ada baiknya

    dikemukakan lebih lengkap. enurut R!s(!e P!)n%, kedua konsepsi masing-masing alian, yaitu aliran positi@isme hukum dan aliran sejarah, adakebenarannya. 2anya hukum yang sanggup menghadapi ujian akal dapat

    2#  Prof. oe&ono oekanto, +., , *aktor/*aktor Yang empengaruhi Penegakan +ukum,

    %a&a

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    39/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    hidup terus. Yang menjadi unsur-unsur kekal dalam hukum itu hanyalahpertanyaan-pertanyaan akal yang berdiri di atas pengalaman dan diuji olehpengalaman.

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    40/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    ekonomi, kualitas indi@idual hakim, terhadap penyelesaian hal-hal penting bagi jutaan orang selama ratusan tahun. $olgan terkenal dari #!n 'i*&an Grayialah  ll the law is judge.made law  !sumber hukum utama adalah putusan-putasan hakim".

    $elain di =merika $erikat, di $kandina@ia pun berkembang aliran yangsemacam yang dipelopori oleh A2el Hegerstr!&, 1li/er(r!na . L)nste%t, danR!ss. Diri-ciri gerakan ini ialah menolak berlakunya suatu hukum alam,

    merupakan filsafat yang mengkritik metafisika umum.

    BAB 0BEBERAPA PERMASALAHAN >ANG DIKA#I FILSAFAT HUKUM

    A. Masala H)+)& %an Ke+)asaan2ubungan hukum dangan kekuasaan dapat dirumuskan secara singkat

    dalam slogan sebagai berikut &2ukum tanpa kekuasaan adalah angan-angan,kekuasaan tanpa hukum adalah kelaliman”.8(

    %alam penerapannya, hukum memerlukan suatu kekuasaan untukmendukungnya. Diri utama inilah yang membedakan antara hukum di satu pihak

    dengan norma-norma sosial lainnya dan norma agama. Kekuasaan itu diperlukankarena hukum bersifat memaksa.

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    41/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    terakhir ini dikatakan sebagai memiliki kesadaran hukum yang tinggi di lingkungananggota-anggotanya.

    2ukum itu sendiri sebenarnya juga adalah kekuasaan.86  2ukummerupakan salah satu sumber daripada kekuasaan, di samping sumber-sumberlainnya seperti kekuatan !fisik dan ekonomi", ke/iba/aan !rohaniah, intelegensiadan moral". $elain itu hukum pun merupakan pembatas bagi kekuasaan olehkarena kekuasaan itu mempunyai sifat yang buruk yaitu selalu merangsang

    pemegangnya untuk ingin memiliki kekuasaan yang melebihi apa yang dimilikinya.Dontoh populer misalnya, sepak terjang para raja absolut dan diktator.

    'aik buruknya suatu kekuasaan, tergantung dari bagaimana kekuasaantersebut dipergunakan. =rtinya, baik buruknya kekuasaan senantiasa harus diukurkegunaannya untuk mencapai suatu tujuan yang sudah ditentukan atau disadarioleh masyarakat terlebih dahulu.88

    =ntara hukum dan kekuasaan terdapat hubungan yang erat. Pe*er8a+mengemukakan, adanya hubungan ini dapat diperlihatkan dengan dua cara sebagaiberikut di ba/ah ini85

    :ara !ertama dengan menelaahnya dari konsep sanksi. =danya perilakuyang tidak mematuhi aturan-aturan hukum menyebabkan diperlukan sanksi untukmenegakkan aturan hukum itu tadi. Karena sanksi dalam kenyataannya merupakansuatu kekerasan, maka penggunaannya memerlukan legitimasi yuridis!pembenaran hukum" agar menjadikannya sebagai kekerasan yang sah. Legitimasiyuridis yang dapat diberikan untuk membenarkan digunakannya sanksi sebagaikekerasan yang sah adalah fakta, bah/a perilaku ketidakpatuhan terhadap hukumtersebut merupakan bentuk pertama dari kekerasan yang harus ditanggulangi yaituditindak atau ditiadakan dan jika mungkin dicegah. 4enanggulangan terhadap

    bentuk pertama daripada kekerasan itu adalah dengan menggunakan sanksisebagai bentuk kekerasan kedua yaitu kekerasan yang sah. %ipergunakannyasanksi sedemikian menyebabkan sanksi tersebut harus ditetapkan oleh sisitematuran hukum itu sendiri. =gar sanksi dapat berfungsi dengan baik sehinggasemua sistem aturan hukum dapat berdaya guna serta berhasil guna makadiperlukan adanya kekuasaan !force" yang memberikan dukungan tenaga maupunperlindungan bagi sistem aturan hukum berikut dengan sanksi tersebut.

    :ara kedua  dengan menelaahnya dari konsep penegakan konstitusi.

    4embinaan sistem aturan-aturan hukum dalam suatu negara yang teratur adalahdiatur oleh hukum itu sendiri. 4erihal ini biasanya tercantum dalam konstitusi darinegara yang bersangkutan. 4enegakan konstitusi itu, termasuk penegakan

    32  ?an pel'oorn, Pengantar (lmu +ukum, Pra'nya Paramita, Jakarta, 197", hal. "#.33  oer&ono oekanto, Pengantar osiologi +ukum, Bhratara arya ksara, Jakarta, 1977, hal.

    19.3  rif hi'arta, +ukum 'an ekuasaan.

    1

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    42/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    prosedur yang benar dalam pembinaan hukum itu tadi mengasumsikandigunakannya kekuatan !force".

    Kekuatan !force" yang diperlukan ini, dalam kenyataannya dapat ber/ujudsebagaia. Keyakinan moral dari masyarakat.b. 4ersetujuan !konsensus" dari seluruh rakyat.c. Ke/iba/aan dari seorang pemimpin kharismatik.

    d. Kekuatan semata-mata yang se/enang-/enang !kekerasan belaka".e. Kombinasi dari faktor-faktor tersebut di atas.

    B. H)+)& Se-agai Alat Pe&-aar)an Dala& Masyara+at4emikiran tentang hukum sebagai alat pembaharuan dalam masyarakat

    berasal dari R!s(!e P!)n% dalam bukunya yang terkenal ” n "ntroduction to the!hilosophy of aw ” !()5". %engan disesuaikan dengan situasi dan kondisi diIndonesia, konsepsi &aw as a tool of social engineering” yang merupakan intipemikiran dari aliran !ragmatic egal &ealism itu, oleh M!(tar K)s)&aat&a%a 8)

    kemudian dikembangkan di Indonesia melalui akultas 2ukum 3ni@ersitas4adjadjaran. enurutnya, konsepsi hukum sebagai &sarana” pembaharuanmasyarakat Indonesia lebih luas jangkauan dan ruang lingkupnya daripada di=merika $erikat tempat kelahirannya. =lasannya. Cleh karena lebih menonjolnyaperundang-undangan dalam proses pembaharuan hukum di Indonesia !/alauyurisprudensi memegang peranan pula" dan ditolaknya aplikasi mekanismedaripada konsepsi tersebut yang digambarkan akan mengakibatkan hasil yangsama daripada penerapan paham legisme yang banyak ditentang di Indonesia.$ifat mekanisme itu nampak dengan digunakannya istilah &tool ” oleh R!s(!e

    P!)n%. Itulah sebabnya M!(tar K)s)&aat&a%a   cenderung menggunakan&sarana” daripada alat.

    2ukum yang digunakan sebagai sarana pembaharuan itu dapat berupaundang-undang atau yurisprudensi atau kombinasi keduanya. =gar supaya dalampelaksanaan perundang-undangan yang bertujuan untuk pembaharuan itu dapatberjalan sebagaimana mestinya, hendaknya perundang-undangan yang dibentuk itusesuai dengan apa yang menjadi inti pemikiran aliran %ociological $urisprudenceyaitu hukum yang baik hendaknya sesuai dengan hukum yang hidup di dalammasyarakat.

    'eberapa contoh perunbdang-undangan yang berfungsi sebagai saranapembaharuan dalam arti merubah sikap mental masyarakat tradisional ke-arahmodern, misalnya larangan pengayauan di Kalimantan, larangan penggunaankoteka di Irian #aya, keharusan pembuatan sertifikat tanah dan banyak lagi

    3!  o4htar usumaatma'&a, +ukum, asyarakat 'an Pem:inaan +ukum 5asional, Bina4ipta,

    Ban'ung, hal.9.

    2

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    43/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    terutama di bidang penanaman modal asing, hukum dagang dan perdata lainnyayang bukan hukum perdata keluarga yang masih dianggap sensitif sifatnya.a. H)+)& %an Nilai5Nilai S!sial B)%aya 

    =ntara hukum di satu pihak dengan nilai-nilai sosial budaya di lainpihak terdapat kaitan yang erat. 2al ini telah dibuktikan berkat penyilidikanbeberapa ahli antropologi hukum baik bersifat perintis seperti Sir Henry Maine,A.M. P!st dan >!sef K!ler maupun Malin!$s+i dan R.H. L!%i$ di abad ini.

    Kaitan eratnya adalah bah/a hukum yang baik tidak lain adalah hukum yangmencerminkan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

    Indonesia masa kini berada pada masa transisi yaitu sedang terjadiperubahan nilai-nilai dalam masyarakat dari nilai-nilai yang bersifat tradisionalke nilai-nilai yang modern. 0amun masih terjadi persoalan, nilai-nilai manakahyang hendak ditinggalkan dan nilai-nilai baru mana yang akanmenggantikannya. $udah barang tentu dalam proses perubahan ini akanbanyak dihadapi hambatan-hambatan yang kadang-kadang akan menimbulkankeresahan-keresahan maupun kegoncangan di dalam masyarakat. M!(tar

    K)s)&aat&a%a  misalnya, mengemukakan beberapa hambatan utama seperti jika yang akan diubah itu identik dengan kepribadian nasional., sikap golonganintelektual dan pimpinan masyarakat yang tidak mempraktekkan nilai-nilai yangdianjurkan di samping sifat heterogenitas bangsa Indonesia, yang baik tingkatkemajuannya, agama serta bahasanya berbeda satu sama lainnya.89

    -. A*a+a Se-a-nya 1rang Menaati H)+)&ilsafat hukum mencoba mencari dasar kekuatan mengikat daripada

    hukum, yaitu apakah ditaatinya hukum itu disebabkan oleh karena hukum itudibentuk oleh pejabat yang ber/enang atau memang masyarakat mengakuinya

    karena dinilai hukum tersebut sebagai suatu hukum yang hidup di dalammasyarakat itu>87

    %alam hubungan dengan pertanyaan yang pertama, terdapatbeberapa teori penting yang patut diketengahkana"

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    44/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    d"

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    45/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    &4ada mulanya manusia itu hidup dalam suasana belum omniumcontra omnes !the war of all against all ", selalu dalam keadaan berperang.=gar tercipta suasana damai dan tenteram, lalu diadakan perjanjian diantara mereka ! pactum unionis". $etelah itu disusul perjanjian antarasemua dengan seseorang tertentu ! pactum subjectionis" yang akandiserahi kekuasaan untuk memimpin mereka. Kekuasaan yang dimiliki olehpemimpin ini adalah mutlak.

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    46/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    perasaan hukum setiap indi@idu yaitu perasaan bagaimana seharusnyahukum itu.

    =pa yang diartikan sebagai perasaan hukum itu>

    Pr!f. Kra--e  mencoba menja/ab dengan mengetengahkanperumusan baru yaitu bah/a hukum itu berasal dari perasaan hukum

    bagian terbesar dari anggota masyarakat jadi bukan perasaan hukumsetiap indi@iduO

    $eorang muridnya yang terkenal Pr!f. Mr. R. Kranen-)rg dalambukunya ”!ositief &echt an &echtsbewustCijn” !(6*" berusahamembelanya dengan teorinya yang terkenal ”asas keseimbangan”!evenredigheids postulat ".

    (. A*a+a Se-a-nya Negara Bera+ Meng)+)& Sese!rangKita mengenal beberapa teori, seperti teori kedaulatan

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    47/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    hukumpun yang berlaku jika tidak dikehendaki oleh negara.55  %alam kaitandengan hukuman, hukum ciptaan negara itu adalah hukum pidana.

    Falaupun terdapat berbagai teori seperti tersebut di atas,sesungguhnya hak negara untuk menghukum seseorang didasari pemikiranbah/a negara memiliki tugas berat yaitu berusaha me/ujudkan segala tujuanyang menjadi cita-cita dan keinginan seluruh /arganya. 3saha-usaha yangberupa hambatan-hambatan, penyimpangan-penyimpangan terhadap

    per/ujudan tujuan tadi patut dicegah dengan memberikan hukuman kepadapelakunya. 2anya dengan cara demikian negara dapat melaksanakantugasnya sebagaimana mestinya.

    %. Eti+a %an K!%e Eti+ Pr!fesi H)+)&'anyak dari aspek-aspek terpenting dari tatanan masyarakat untuk

    sebagian besar bergantung pada berfungsinya profesi-profesi dengan baik.4rofesi-profesi dalam sistem sosial okupasi !pekerjaan" menempati kedudukanyang sangat strategis.

    Kata profesi dan profesional sesungguhnya memiliki beberapa arti.

    4rofesi dalam percakapan sehari-hari dapat diartikan sebagai pekerjaan !tetap"untuk memperoleh nafkah !'elanda baab, Inggris job atau occupation", baiklegal maupun tidak. 4rofesi diartikan sebagai setiap pekerjaan untukmemperoleh uang. %alam artian lebih teknis, profesi diartikan sebagai setiapkegiatan tertentu untuk memperoleh nafkah yang dilaksanakan secaraberkeahlian yang berkaitan dengan cara berkarya dan hasil karya yangbermutu tinggi, dengan imbalan bayaran yang tinggi. Keahlian diperoleh le/atproses pengalaman, dengan belajar di lembaga pendidikan tertentu, latihanintensif, atau paduan dari ketiganya.

    %itinjau dari segi pengertian ini, sering dibedakan pengertianprofesional dengan profesionalisme sebagai la/an dari amatir dan amatirisme,

     juga sering dikatakan pekerjaan tetap sebagai la/an dari pekerjaan sambilan.Kriteria inti untuk mengkualifikasi suatu okupasi sebagai suatu profesi

    yakni preofesi mensyaratkan pendidikan teknik yang formal dilengkapi dengancara pengujian yang terinstitusionalisasikan edukasi pendidikannya dankompetensi orang-orang hasil didikannya. 4engujian para calon pengembanprofesi sangat mengutamakan e@aluasi rasionalitas kognitif yang diterapkanpada bidang khusus tertentu karenanya sangat menekankan unsur intelektual.

    Kriteria yang kedua yakni penguasaan tradisi kultural dalammenggunakan keahlian tertentu serta keterampilan dalam penggunaan tradisitertentu. %alam lingkungan suatu profesi berlaku suatu sistem nilai yangberfungsi sebagai standar normatif yang harus menjadi kerangka orientasidalam pengembanan profesi yang bersangkutan.

     oehino, (lmu 5egara, $i:erty, Yogyakarta, 19#-, 4et.(, hal. 1!.

    7

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    48/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    Ketiga., untuk menjamin bah/a kompetensi dari suatu kompleksokupasi !sistem sosial pekerjaan" akan digunakan dengan cara-cara yangsecara sosial bertanggungja/ab, maka haruslah memiliki sejumlah saranainstitusional, berupa organisasi profesi, etika, dan kode etik profesi denganprosedur penegakannya, serta cara rekrutasi pengemban profesi.

    %ari kriteria inti tadi, secara umum dapat dikatakan bah/a profesimenunjuk pada kompleks okupasional yang disiplin-disiplin intelektual di

    sekitarnya meliputi humaniora, ilmu alan dan ilmu-ilmu sosial, terorganisasikan,serta sistem-sistem kultural !nilai-nilai" yang diolah oleh dan di dalam kompleksokupasi tersebut.

    Diri khusus profesi sebagai suatu sistem okupasional menurut Tal(!ttPars!ns adalah bah/a profesi tidak berorientasi pada disinterestedness !tidakmengejar untung". asyarakat akan memandang para pengemban profesisebagai orang yang me/ujudkan pelayanan daripada orang yang mencarikeuntungan bagi diri sendiri. $ikap ini yang menjadi standar normatif bagi parapengemban profesi dalam mengemban profesinya.

    Diri kedua adalah rasionalitas dalam artian mela/an tradisionalisme.Kebenaran obyektif dijadikan standar normatif tertentu yang termasuk ke dalamruang lingkup suatu penelitian ilmiah. 1asionalitas berusaha mencapaipertimbangan ilmiah.

    Diri ketiga ”$pesifitas fungsional”. %engan bertumpu pada kompetensiteknikal yang superior, para pengemban profesi memiliki dan menjalankanke/iba/aan !otoritas" dalam masyarakat. Ctoritas fungsional ditandai olehspesifitas fungsi yang merupakan unsur esensial pada pola profesional.$eorang profesional dianggap memiliki otoritas hanya pada bidangnya.

    Diri keempat &3ni@ersalisme”. 4engambilan keputusan pada landasanpertimbangan profesional didasarkan pada permasalahannya, bukan pada&siapa” atau pada keuntungan yang dapat diperoleh. 3ni@ersalitas menjunjungtinggi obyekti@itas sebagai la/an dari subyekti@itas !partikularisme".

    enurut Dietri( R)es(e&eyer  dalam ”awyers and Boctors” “:omparation of -wo !rofessions”, profesi adalah pekerjaan pelayanan yangmenerapkan seperangkat pengetahuan sistematika !ilmu" pada masalah-masalah yang sangat rele@an bagi nilai-nilai utama dari masyarakat.asyarakat a/am tidak mampu menilai karya profesional. Karena itu

    dibutuhkan pengendalian diri secara indi@idual bagi para pengemban profesiuntuk tetap berpegang kuat pada nilai-nilai dan norma-norma yang menji/aitugas para pengemban profesi. 0ilai-nilai dan norma-norma ini kemudiandiinstitusionalisasikan dalam struktur dan kultur dari profesi yang bersangkutan,sehingga pengendalian secara indi@idual diperkuat oleh penga/asan formaldan informal oleh komunitas seja/at. $ebagai imbalan, masyarakat

    #

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    49/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    memberikan pri@ilese, dan melindungi otonomi profesi terhadap penga/asandan campur tangan a/am.

    e. Eti+a Pr!fesi, K!%e Eti+ %an Lan%asannya $eorang pengemban profesi harus dapat memutuskan apa yang

    harus dilakukan dalam melaksanakan tindakan pengembanan profesionalnya.2ubungan antara pengemban profesi dan pasien atau kliennya adalahhubungan profesional, hubungan antar subyek pendukung nilai, karena itu

    secara pribadi ia bertanggungja/ab atas mutu pelayanan jasa yangdijalankannya.

    $ecara formal yuridis kedudukan pengemban profesi dan kliennyaadalah sama. 0amun secara sosio psikologis dalam hubungan ini terdapatketidakseimbangan disebabkan oleh ketidakmampuan pasien atau klien untukdapat menilai secara obyektif pelaksanaan kompetensi teknikal pengembanprofesi yang dimintai pelayanan profesionalnya. #adi hubungan horisontalantara pengemban profesi dan kliennya sesungguhnya hanyalah merupakanhubungan kepercayaan. Karenanya dalam menjalankan pelayanan profesional,

    para pengemban profesi dituntut untuk menji/ai dengan sikap etis tertentu.$ikap etis inilah yang dinamakan etika profesi.

    2ubungan antara

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    50/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    3ntuk me/ujudkan ketertiban yang berkeadilan, hukum merupakan saranayang me/ujud dalam pelbagai kaidah perilaku kemasyarakatan yang disebutkaidah hukum. Keseluruhan kaidah hukum positif yang berlaku dalam suatu,masyarakat tersusun dalam suatu sistem yang sebut tata hukum. =da danberfungsinya tata hukum dengan kaidah-kaidah hukumnya serta penegakannyamerupakan produk dari perjuangan manusia dalam upaya mengatasi masalah-masalah kehidupan. %alam dinamika kesejahteraan manusia, hukum dan tata

    hukumnya tercatat sebagai salah satu faktor yang sangat penting dalam prosespengadaan dan penghalusan dari budi manusia.

    $alah satu fungsi kemasyarakatn agar kehidupan manusia tetapbermartabat adalah dengan menyelenggarakan dan menegakkan ketertiban yangberkeadilan dalam kehidupan bersama sebagai suatu kebutuhan dasar manusia.%alam kehidupan sehari-hari pada tingkat peradaban yang telah majemuk, fungsikemasyarakatan penyelenggaraan dan penegakan ketertiban yang berkeadilan inidi/ujudkan profesi hakim. H.F.M. 'r!&-ag  dalam makalahnya yang berjudul”notities over de juridiche opleiding” !(76" yang mengklasifikasikan peran

    kemasyarakatan profesi hukum itu ke dalam empat bidang karya hukum, yakni(. penyelesaian konflik secara formal !peradilan";6. pencegahan konflik !legal drafting, legal advice";8. penyelesaian konflik secar informal; dan5. penerapan hukum di luar konflik.

    #abatan-jabatan seperti hakim, dan notaris termasuk profesi hukum masakini yang me/ujudkan bidang karya hukum secara khas.a. Ha+i&

    3ntuk menyelesaikan konflik kepentingan yang sering terjadi dalam

    masyarakat dengan baik dan secara teratur demi terpeliharanya ketertiban yangberkedamaian di dalam masyarakat, diperlukan adanya suatu institusi!kelembagaan" khusus yang mempu menyelesaikan masalah secara tidak memihak!imparsial" dengan berlandaskan patokan-patokan yang berlaku secara obyektif.%alam negara modern, penyelesaian konflik ini dilakukan melalui proses formalyang panjang yang dimulai dengan perang tanding dan ”goodsoordeel ” !ordeal "le/at penyelesaian oleh pimpinan masyarakat lokal, dengan kepastian yangberkeadilan. %ari sini terbentuklah institusi peradilan lengkap dengan aturan-aturanyang prosedural dan jabatan-jabatan yang berkaitan yaitu hakim, ad@okad, dan

     jaksa, dengan /e/enang pokok yang disebut ke/enangan !kekuasaan"kehakiman, untuk melakukan tindakan pemeriksaan, penilaian, dan penetapan nilaiperilaku manusia tertentu serta menentukan nilai suatu situasi kongkret danmenyelesaikan persoalan !konflik" yang ditimbulkannya secara imparsialberdasarkan hukum !patokan obyektif". %alam kenyataan kongkret pengambilankeputusan dalam me/ujudkan ke/engan kehakiman dilaksanakan oleh pejabatlengkap lembaga peradilan yang disebut hakim.

    !-

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    51/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

  • 8/18/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU.doc

    52/80

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    menyimpang dari kondisi ideal, dapat saja terjadi justru hasil karya yang berkualitasrendah yang dapat dicapai dengan cara yang bertentangan dengan keharusanmenghasilkan pengakuan yang berlebihan. 2al ini dengan sendirinya akanmendorong lahirnya perilaku yang menyimpang dari pola-pola institusional dalamskala yang besar. $ituasi seperti ini dapat menimbulkan gejala komersialisme danketidakjujuran misalnya dalam mengemban profesi kedokteran dan profesi hukum.

    Crang pada umumnya akan merasakan kepuasan jika berhasil

    menjalankan pola-pola perilaku yang dianggap benar !diterima" oleh masyarakat,sebaliknya merasa malu jika tidak berhasil !gagal" menjalankannya. ekanismeperilaku yang mengintegrasikan kepuasan indi@idual dan ekspektasi !harapan"kemasyarakatan akan berfungsi secara mulus jika terjadi keselarasan antara hasilkarya obyektif dan landasan serta lambang-lambang rekognisi. #ika keselarasan inimengalami gangguan, orang akan merasa kehilangan rasa aman dan berada dalamsituasi konflik. $eorang yang berpegang teguh pada hasil karya obyektif yang