a. latar belakang masalaheprints.umm.ac.id/34434/1/jiptummpp-gdl-sitifitria-45766-2-babi.pdf ·...

17
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada hakekatnya perjudian merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma agama, moral, kesusilaan maupun hukum, serta membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. 1 Menurut Kartini Kartono dalam bukunya Pathologi Sosial menjelaskan bahwa perjudian merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat, satu bentuk pathologi sosial. 2 Meskipun demikian, berbagai macam dan bentuk perjudian dewasa ini sudah demikian merebak dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, baik yang bersifat terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Ditinjau dari segi manapun, perjudian selalu menimbulkan keresahan pada masyarakat baik dampaknya bisa kita lihat secara langsung maupun tidak langsung. Jika keadaan ini dibiarkan berlarut-larut maka akan menjadi suatu keadaan yang sangat memprihatinkan. Keadaan yang demikian inilah yang menuntut perhatian dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, KUHP sebagai hukum positif di Indonesia telah mengatur mengenai tindak pidana perjudian yang tertuang didalam Pasal 303 yang isinya sebagai berikut : 1. Diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau pidana denda paling banyak dua puluh lima juta rupiah, barang siapa tanpa izin : a. Dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk permainan judi dan menjadikannya sebagai pencarian atau dengan sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu ; 1 Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian. 2 Kartini Kartono. 1981. Pathologi Sosial. Rajawali. Jakarta. Hal. 51.

Upload: others

Post on 08-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada hakekatnya perjudian merupakan perbuatan yang bertentangan dengan

norma agama, moral, kesusilaan maupun hukum, serta membahayakan bagi

penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.1 Menurut Kartini

Kartono dalam bukunya Pathologi Sosial menjelaskan bahwa perjudian

merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat, satu bentuk pathologi sosial.2

Meskipun demikian, berbagai macam dan bentuk perjudian dewasa ini sudah

demikian merebak dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, baik yang bersifat

terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Ditinjau dari segi manapun,

perjudian selalu menimbulkan keresahan pada masyarakat baik dampaknya bisa

kita lihat secara langsung maupun tidak langsung. Jika keadaan ini dibiarkan

berlarut-larut maka akan menjadi suatu keadaan yang sangat memprihatinkan.

Keadaan yang demikian inilah yang menuntut perhatian dari berbagai pihak.

Sehubungan dengan itu, KUHP sebagai hukum positif di Indonesia telah

mengatur mengenai tindak pidana perjudian yang tertuang didalam Pasal 303

yang isinya sebagai berikut :

1. Diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau pidana

denda paling banyak dua puluh lima juta rupiah, barang siapa tanpa izin :

a. Dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk

permainan judi dan menjadikannya sebagai pencarian atau dengan

sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu ;

1 Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian.

2 Kartini Kartono. 1981. Pathologi Sosial. Rajawali. Jakarta. Hal. 51.

2

b. Dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada

khalayak umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta

dalam perusahaan untuk itu, dengan tidak peduli apakah untuk

menggunakan kesempatan adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya

sesuatu tata-cara ;

c. Menjadikan turut serta pada permainan judi seperti pencarian.

1. Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam

menjalankan pencariannya, maka dapat dicabut haknya untuk

menjalankan pencarian itu.

2. Yang disebut permainan judi adalah adalah tiap-tiap permainan,

dimana pada umumnya kemungkinan mendapat untung tergantung

pada peruntungan belaka juga karena pemainnya lebih terlatih atau

lebih mahir. Disitu termasuk segala pertaruhan tentang keputusan

perlombaan atau permainan lain-lainnya yang tidak diadakan antara

mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala

pertaruhan lainnya.

Selain itu UU No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian dimana UU

ini berasal dari KUHP pasal 303 bis, yang berbunyi :

Pasal 1

Menyatakan semua tindak pidana perjudian sebagai kejahatan.

Pasal 2

1. Merubah ancaman hukuman dalam pasal 303 (1) KUHP, dari hukuman

selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-

banyaknya sembilan puluh ribu rupiah menjadi hukuman penjara selama-

lamanya sepuluh tahun atau dendasebanyak-banyaknya dua puluh lima

juta rupiah.

2. Merubah ancaman hukuman dalam Pasal 542 ayat (1) Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana dari hukuman kurungan selama-lamanya satu

bulan atau denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah,

menjadi hukuman penjara selama-lamanya empat tahun ataudenda

sebanyak-banyaknya sepuluh juta rupiah.

3. Merubah ancaman hukuman dalam Pasal 542 ayat (2) Kitab Undang-

undang Hukum Pidana, dari hukuman kurungan selama-lamanya tiga

bulan atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah

menjadi hukuman penjara selama-lamanya enam tahun atau denda

sebanyak-banyaknya lima belas juta rupiah.

4. Merubah sebutan pasal 542 menjadi pasal 303 bis.

Berdasarkan kedua peraturan diatas, keberadaan UU No 7 tahun 1974

Tentang Penertiban Perjudian mempertegas Pasal 303 KUHP dengan

3

memperberat hukuman bagi para pelaku tindak pidana perjudian. Hal tersebut

menunjukkan komitmen pemerintah dalam memberantas tindak pidana perjudian.

Sementara itu mengenai pengertian perjudian sendiri memiliki banyak

pengertian, beberapa pengertian perjudian tersebut yakni :

a. Perjudian adalah permainan dimana pemain bertaruh untuk memilih satu

pilihan diantara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang

benar dan menjadi pemenang, pemain yang kalah taruhan akan

memberikan taruhannya kepada sipemenang, pertaruhan dan jumlah

taruhan ditentukan sebelum pertandingan dimulai.3

b. Pengertian lain mengenai perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja,

yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai,

dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada

peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan dan kejadian-

kejadian yang tidakbelum pasti hasilnya.4

c. Sementara itu dalam KUHP Pasal 303 ayat (3) menyatakan bahwa yang

dimaksud dengan permainan judi adalah tiap-tiap permainan, dimana

pada umumnya kemungkinan mendapat untung tergantung pada

peruntungan belaka juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih

mahir”...5

Memang ironisnya sekalipun secara eksplisit hukum menegaskan bahwa

segala bentuk judi telah dilarang dengan tegas dalam Undang-Undang, namun

segala bentuk praktik perjudian menjadi diperbolehkan jika ada “izin” dari

pemerintah. Izin yang dimaksudkan terdapat dalam peraturan Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 303 bis ayat 1 poin ke-2 yang berbunyi :

“barangsiapa ikut serta main judi di jalan umum atau di pinggir jalan umum

atau ditempat yang dapat dikunjungi umum, kecuali kalau ada izin dari

penguasa yang berwenang yang telah memberi izin untuk mengadakan

perjudian itu”

3 M. Sudradjat Bassar. 1986. Tindak-Tindak Pidana Tertentu. Remadja Karya. Bandung. Hal.

179.

4 Kartini Kartono. Op.Cit.Hal 52.

5 Pasal 303 ayat 3 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

4

Berdasarkan isi pasal 303 bis tersebut diatas, dalam bukunya Kartini

Kartono, “Pathologi Sosial” menjelaskan bentuk-bentuk perjudian yang memiliki

izin dari pemerintah atau penguasa, sehingga dalam prakteknya menjadi legal.

Kegiatan perjudian yang legal tersebut memiliki lokasi resmi, dijamin keamanan

beroperasi, dan diketahui khalayak umum. Bentuk perjudian yang dilegalisasi

oleh pemerintah ini bertujuan untuk mendapatkan dana keuangan untuk

pembangunan atau dana sosial. Berikut ini beberapa contoh judi legal di

Indonesia:

1. Casino-casino dan Petak sembilan di Jakarta, Sari Empat di Jl. Kelenteng

Bandung

2. Toto (totalisator) Grey Hound di Jakarta (telah ditutup oleh pemerintah

DKI)

3. Undian Harapan yang sudah berubah menjadi Undian Sosial Berhadiah ;

pusatnya ada di Jakarta. Sedang di Surabaya ada undian “Sampul

Rejeki”, “Sampul Borobudur” (di Solo), “Sampul Danau Toba” (di

Medan), “Sampul Sumber Harapan” (di Jakarta). Semuanya

berhadiahkan 80jt Rupiah.6

Namun berdasarkan keputusan pemerintah mulai tanggal 1 April 1981

sesuai dengan PP No. 9 Tahun 1981 Tentang Pelaksanaan Penertiban Perjudian

telah melarang segala bentuk perjudian. Dengan demikian tidak ada lagi perjudian

yang diizinkan, sehingga segala jenis perjudian merupakan tindak pidana

kejahatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 7 Tahun

1974 tentang Penertiban Perjudian.

Sementara itu yang terjadi dalam masyarakat umumnya pada rakyat kecil

dan kelas menengah, perjudian tersebut berbentuk permainan sederhana pada

umumnya seperti judi dadu, jiki, kletekan, kartu remi, judi togel, dsb dengan

6 Kartini Kartono. Op.Cit.Hal.56

5

taruhan kecil-kecilan. Hal tersebut biasanya mereka lakukan hanya untuk

menghibur diri dan mereka menganggap hanya suatu bentuk permainan saja.

Perlu diketahui masyarakat bahwa Permainan Judi ( hazardspel ) mengandung

unsur :

a. adanya pengharapan untuk menang,

b. bersifat untung-untungan saja,

c. ada insentif berupa hadiah bagi yang menang, dan

d. pengharapan untuk menang semakin bertambah jika ada unsur

kepintaran, kecerdasan dan ketangkasan.7

Awalnya permainan judi tersebut hanya sebagai permainan atau kesibukan

pengisi waktu senggang guna menghibur hati, namun lambat laun ditambahkan

unsur baru untuk merangsang kegairahan bermain dan menaikkan ketegangan

serta pengharapan untuk menang yakni dengan menggunakan barang taruhan

berupa uang atau benda-benda bernilai guna lainnya.

Seseorang melakukan perjudian dengan berbagai macam motif yang melatar

belakangi, biasanya karena suatu hobi atau kesenangan saja. Namun disisi lain

seseorang menganggap perjudian tersebut sebagai suatu sumber penghasilan,

karena dalam setiap permainan mereka menaruh harapan semu untuk

melipatgandakan uangnya. Berbagai alasan ekonomi menjadi alasan mereka

berjudi, karena gaji yang amat minim, kondisi hidup yang tidak menentu, depresi

ekonomi yang terasa mencekik, dan tidak adanya harapan untuk hari esok, serta

karena apatisme dan ketidaktahuan dengan cara bagaimana mereka harus

memperbaiki taraf kehidupan keluarga dan diri sendiri dalam krisis ekonomi.

7 Ilman Hadi.2009.Permainan Yang Memenuhi Unsur Pidana Judi.

http://www.hukumonline.com/diakses tanggal 10 februari 2016.

6

Faktor tersebut mendorong seseorang untuk berjudi untuk mendapatkan uang

secara instan.

Hal tersebut jika dibiarkan jelas akan meresahkan, mengingat akibat yang

ditimbulkan dari tindak perjudian tersebut sangat merugikan bagi pelaku,

keluarganya, maupun orang lain. Karena segenap harta kekayaan bahkan kadang

kala juga anak istri habis di pertaruhkan di meja judi. Juga oleh nafsu berjudi

orang berani menipu, mencuri, korupsi, merampok dan membunuh orang lain

untuk mendapatkan uang guna bermain judi. Akibat yang buruk inilah yang

mengkhawatirkan, sehingga perlu adanya tindakan tegas guna mencegah dan

memberantas tindak perjudian ini agar tidak semakin merajalela. Upaya tersebut

memerlukan adanya kerja sama antar berbagai pihak. Tidak hanya Kepolisian dan

instansi-instansi terkait, melainkan juga elemen-elemen yang terdapat dalam

masyarakat agar penyelesaiannya bisa menyentuh berbagai dimensi kehidupan

sosial masyarakat yang fundamental sehingga upaya penegakan hukum

merupakan hal-hal yang benar-benar adil.

Dalam persepektif hukum, judi adalah suatu perbuatan yang melanggar

hukum bagaimanapun bentuknya, dan aturannya pun sudah jelas dituangkan

dalam KUHP Pasal 303 dan UU No 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian

yang mengaturnya secara jelas dan tegas bahwa hal tersebut melanggar ketentuan

yang berlaku. Untuk itu apabila ada yang melakukan perjudian akan ditindak

sesuai dengan ketentuan Undang-Undang yang berlaku, karena pada dasarnya

hukum itu mempunyai sifat atau karakter memaksa, tidak berlaku surut (retro

aktif), mengikat, umum (berlaku untuk semua orang), abstrak (mengatur hal-hal

7

yang belum terkait dengan kasus konkret), imperatif (harus ditaati mengikat dan

memaksa) dan fakultatif (melengkapi subsidair dan depositif). Tanpa ada hal lain

atau unsur lain yang meringankan tindak kejahatan seseorang walaupun itu yang

melakukan adalah penegak hukum sendiri.

Sekalipun dalam aturannya berbentuk demikian, namun sering kali kita

jumpai ketidaksesuaian dengan fakta yang ada. Salah satunya wilayah yang akan

dijadikan obyek penelitian oleh penulis, yakni di wilayah Mojokerto, Jawa Timur

tepatnya di Desa Kembang Ringgit, Kecamatan Pungging. Permainan judi di

wilayah ini sudah hampir menjadi suatu kebiasaan bagi masyarakatnya apalagi

saat adanya acara “Bersih Desa”. Judi yang dilakukan umumnya dalam bentuk

permainan dadu dan kartu remi yang merupakan jenis permainan yang banyak

digemari oleh masyarakat. Kegiatan tersebut dilakukan secara beramai-ramai oleh

masyarakat tanpa adanya rasa takut apabila ada razia dari pihak yang berwajib.

Padahal dalam aturan dan ketentuannya yaitu pasal 303 KUHP dan UU No 7

Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian menjelaskan bahwa perbuatan tersebut

jelas tindak pidana yang melanggar hukum dan harus dilakukan tindakan tegas

terhadap pelaku.

Dari sinilah masalah yang patut untuk disoroti, apakah memang karena

masyarakat tidak mengerti hal tersebut melanggar aturan yang berlaku dalam

KUHP dan menganggap hal tersebut sebagai hiburan atau tradisi semata karena

hanya satu tahun sekali acara bersih desa tersebut diadakan. Ataukah memang

mereka memiliki baking dari pihak tertentu yang melindungi mereka dan

8

menjamin keamanannya, sehingga mereka tidak khawatir ataupun was-was jika

terjadi razia.

Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik akan masalah perjudian

yang dilakukan ditempat umum pada saat acara bersih desa khususnya di Desa

Kembang Ringgit, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto. Dari masalah

tersebut penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai perbuatan perjudian di

tempat umum dan akan dipergunakan sebagai karya tulis hukum dengan

mengangkat judul “Analisis Pasal 303 Ayat 3 KUHP tentang Perbuatan

Melanggar Hukum Tentang Tindak Pidana Perjudian Tanpa Izin yang

Dilakukan Di Tempat Umum Dalam Acara Bersih Desa (Studi Di Wilayah

Hukum Polres Mojokerto)”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang diketahui/dipahami oleh masyarakat Desa Kembang, Ringgit

Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto tentang perjudian?

2. Bagaimana peran tokoh masyarakat di Desa Kembang Ringgit, Kecamatan

Pungging, Kabupaten Mojokerto dalam menanggulangi tindak pidana

perjudian yang dilakukan ditempat umum saat adanya acara bersih desa?

3. Apa pertimbangan Polisi Reserse dan Kriminal dalam melakukan

penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana perjudian yang dilakukan

9

di tempat umum dalam acara bersih desa di wilayah hukum Polres

Mojokerto?

4. Tindakan hukum apa yang dilakukan Polisi untuk mencegah adanya tindak

pidana perjudian yang dilakukan di tempat umum dalam acara bersih desa di

wilayah hukum Polres Mojokerto?

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan hukum ini yaitu :

1. Ingin mengetahui apa yang diketahui/dipahami masyarakat di wilayah Desa

Kembang Ringgit, Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto mengenai

tindak pidana perjudian.

2. Ingin mengetahui bagaimana peran tokoh masyarakat di Desa Kembang

Ringgit, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto dalam menanggulangi

tindak pidana perjudian yang dilakukan ditempat umum saat adanya acara

bersih desa.

3. Untuk mengetahui pertimbangan hukum yang diambil oleh Polisi Reserse

dan Kriminal dalam melakukan penegakan hukum terhadap tindak pidana

perjudian yang dilakukan ditempat umum dalam acara bersih desa di

wilayah hukum Polres Mojokerto.

4. Untuk mengetahui tindakan hukum yang dilakukan polisi untuk mencegah

adanya tindak pidana perjudian yang dilakukan di tempat umum dalam

acara bersih desa di wilayah hukum Polres Mojokerto.

10

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dalam skripsi ini mencakup

manfaat akademis dan manfaat praktis, sebagai berikut :

1. Manfaat Akademis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademis,

dengan memberikan sebuah wawasan baru atau memberikan gambaran yang

berguna bagi pengembangan dan penelitian secara lebih jauh terhadap ilmu

hukum, sehingga diharapkan akan mendapatkan hasil yang bermanfaat dan

berguna untuk masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi sumbangsih pemikiran terhadap

pemecahan masalah penegakan hukum terhadap tindak pidana perjudian yang

marak terjadi khususnya di wilayah Mojokerto. Hal yang meresahkan apabila

tidak adanya suatu tindakan tegas agar tercipta suatu kehidupan masyarakat yang

aman, damai dan sejahtera. Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan menjadi

acuan atau untuk bahan penelitian lanjutan bagi yang membutuhkan.

E. KEGUNAAN PENELITIAN

Dengan tercapainya penelitian ini, maka Penulis berharap penelitian ini dapat

memberikan beberapa kegunaan diantaranya :

1. Bagi penulis, merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk

mengumpulkan data sebagai bahan penyusunan skripsi guna melengkapi

11

persyaratan untuk mecapai gelar kesarjanaan dibidang ilmu hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang. Serta sebagai

penambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang permasalahan yang

diteliti oleh penulis.

2. Sebagai bentuk kontribusi pemikiran bagi aparatur hukum, khususnya

kalangan praktisi hukum sebagai sarana untuk menambah wawasan serta

penegakan hukum terhadap tindak pidana perjudian tanpa izin saat yang

marak terjadi khususnya di wilayah Mojokerto.

F. METODE PENULISAN

Untuk memperoleh data-data yang dihubungkan dengan penulisan skripsi

ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut :

1. Metode Pendekatan

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis, maka penulis

menggunakan metode pendekatan Yuridis Sosiologis atau pendekatan lapangan.

Pendekatan yuridis sosiologis yaitu dalam menjawab permasalahan digunakan

sudut pandang hukum dimana pembahasan didasarkan berbagai peraturan

perundangan yang berlaku dan kesesuaiannya dengan kenyataan atau fenomena

yang terjadi dalam lingkup masyarakat.8 Penelitian lapangan ini merupakan

metode untuk menemukan secara spesifik dan realis tentang apa yang sedang

terjadi ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Jadi, mengadakan penelitian

lapangan mengenai beberapa masalah aktuil yang kini sedang terjadi dan

8 Bambang Waluyo. 2002. Penelitian Hukum Dalam Peraktek. Sinar Grafika Pusat. Jakarta.

Hal. 223.

12

mengekspresikan diri dalam bentuk gejala atau proses sosial. Pada prinsipnya

penelitian lapangan bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam

masyarakat9. Dalam penelitian ini penulis meneliti dan menganalisis Pasal 303

ayat 3 KUHP tentang tindak pidana perjudian tanpa izin yang dilakukan ditempat

umum dalam acara bersih desa di wilayah hukum Polres Mojokerto.

2. Penentuan Lokasi

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan berkaitan dengan

permasalahan dan pembahasan penulisan skripsi ini, maka penulis memilih

penelitian di Wilayah Hukum Polres Mojokerto tepatnya di Desa Kembang

Ringgit Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto. Alasan pemilihan lokasi

tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa kegiatan perjudian marak terjadi di

wilayah tersebut, apalagi saat ada acara bersih desa, masyarakat secara terang-

terangan melakukan perjudian disekitar lokasi acara bersih desa. Oleh sebab itu

penulis memilih lokasi diwilayah tersebut karena dirasa akan mempermudah

dalam mendapatkan data serta informasi yang diperlukan berkaitan dengan

penulisan skripsi ini.

3. Sumber Data

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan dan penelitian ke

lapangan dengan menggunakan 3 jenis data, yaitu:

a. Sumber Data Primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber

penelitian baik berupa wawancara langsung dengan pihak-pihak yang terkait

9 Mardalis. 1938. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta Maret 1989 .Hal 28.

13

dengan permasalahan serta berupa dokumen lainnya yang diperoleh dari

Polres Mojokerto.

b. Sumber Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui kepustakaan yang relevan

yaitu Kitab Undang-Undang Hukum, literatur, jurnal, internet, serta

peraturan-peraturan yang ada relevansinya dengan materi yang dibahas.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan Data yang diharapkan, maka penulis melakukan

pengumpulan data dengan 2 cara yaitu melalui metode penelitian lapangan dan

metode penelitian kepustakaan.

1) Teknik Pengumpulan Data Primer

a. Interview / Wawancara

Interview/wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

melakukan Tanya jawab dengan pihak pihak yang terkait dan yang di anggap

mengetahui pada permasalahan yang di angkat oleh penulis. Interview atau

Wawancara dilakukan terhadap narasumber yaitu :

1. Pihak Kepolisian

Nama : Budi Santoso, SH.

Kedudukan : Kepala Unit (Kanit) Reskrim

Pangkat : AKP (Ajun Komisaris Polisi)

2. Tokoh Masyarakat

a) Nama : Bpk. Wiyanto

14

Jabatan : Lurah Desa Kembang Ringgit

Alamat : Dsn. Bajangan RT 09 RW 02 Ds. Kembang Ringgit, Kec.

Pungging, Kab. Mojokerto.

b) Nama : Bpk. Dariyo

Jabatan : Ketua RT. 01 RW 08 Ds. Kembang Ringgit

Alamat : Dsn. Bajangan RT 01 RW 08 Ds. Kembang Ringgit, Kec.

Pungging, Kab. Mojokerto.

c) Nama : Bpk. H. Satukar

Jabatan : Ketua RW. 08 Desa Kembang Ringgit

Alamat : Dsn. Bajangan RT 01 RW 08 Ds. Kembang Ringgit, Kec.

Pungging, Kab. Mojokerto.

3. Masyarakat

a) Nama : Bpk. Supri

Pekerjaan : Supir

Alamat : Dsn. Ringgit RT 01 RW 04 Ds. Kembang Ringgit, Kec.

Pungging, Kab. Mojokerto.

b) Nama : Bpk. Eko

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Dsn. Kembangan RT 05 RW 03 Ds. Kembang Ringgit,

Kec. Pungging, Kab. Mojokerto.

c) Nama : Bpk. Parman

Pekerjaan : Wiraswasta

15

Alamat : Dsn. Bajangan RT 01 RW 08 Ds. Kembang Ringgit, Kec.

Pungging, Kab. Mojokerto.

d) Nama : Bpk. Jamin

Pekerjaan : Petani

Alamat : Dsn. Kembangan RT 09 RW 02 Ds. Kembang Ringgit,

Kec. Pungging, Kab. Mojokerto.

e) Nama : Bpk. Bejo

Pekerjaan : Petani

Alamat : Dsn. Ringgit RT 02 RW 04 Ds. Kembang Ringgit, Kec.

Pungging, Kab. Mojokerto.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara penulis mengambil data dengan mempelajari

dokumen-dokumen dan arsip-arsip yang diberikan oleh pihak yang terkait, dalam

hal ini pihak Polres Mojokerto.

2) Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Metode penelitian kepustakaan merupakan penelitian yang dilakukan untuk

mengumpulkan sejumlah data dengan cara membaca dan menelusuri literatur-

literatur yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

5. Teknik Analisa Data

Teknik yang di pakai oleh penulis dalam permasalahannya yaitu

menggunakan metode deskriptif kualitatif yang berarti menjabarkan atau

16

menguraikan dari suatu hasil penelitian ke dalam sebuah tulisan, dengan

menggunakan data yang bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtut, logis,

tidak tumpang tindih, dan efektif. Sehingga memudahkan dalam pemahaman dan

interpretasi data.10

Dalam hal ini penulis menjabarkan atau menguraikan hasil

wawancara dan dokumentasi dari pihak polres Mojokerto, tokoh masyarakat Desa

Kembang Ringgit, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto, dan masyarakat

Desa Kembang Ringgit, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto sdalam

bentuk tulisan sehingga mudah dimengerti dan dipahami.

G. SISTEMATIKA PENELITIAN

Secara keseluruhan penelitian ini disusun secara sistematis dan secara

berurutan sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas dan terarah, adapun

sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. BAB I : PENDAHULUAN

Dalam penelitian ini Penulis membagi pendahuluan dalam beberapa sub bab

diantaranya terdiri dari latar belakang, sebagai penjelasan dan pengantar dalam

permasalahan yang diangkat oleh Penulis. Rumusan masalah dibagi menjadi

empat permasalahan, yang akan menjadi fokus permasalahan dalam penulisan ini.

Tujuan, merupakan penyampaian yang akan dilakukan oleh Penulis dalam

membuat penelitian hukum ini. Manfaat penelitian yang terdiri dari aspek

akademis dan aspek praktis yang menjadi suatu penjelasan mengenai siapa dan

apa saja yang akan mendapatkan manfaat dari penelitian ini, serta kegunaan

10Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum.Citra Aditya Bakti. Bandung.

Hal 172.

17

penelitian. Metode Penulisan yang digunakan oleh Penulis merupakan yuridis

normatif yang akan dilakukan dengan cara melakukan studi kepustakaan dalam

melakukan Analisis Terhadap Pasal 303 Ayat 3 KUHP Tentang Tindak Pidana

Perjudian Di Tempat Umum Dalam Acara Bersih Desa (Study Di Wilayah

Hukum Polres Mojokerto).

2. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam tinjauan pustaka maka batasan yang dibuat oleh Penulis dengan

menggunakan beberapa terminologi, akan diuraikan dan dijabarkan sesuai dengan

kajian pustaka yang ada beserta pendapat para ahli yang akan didapatkan oleh

penulis dalam penelitian kepustakaan.

3. BAB III : PEMBAHASAN

Bab ini adalah inti dari penulisan hukum yang dibuat oleh Penulis, dalam

bab pembahasan maka semua pokok permasalahan yang diangkat oleh penulis

akan diuraikan dan dijabarkan secara jelas oleh Penulis sesuai dengan sumber

yang didapatkan oleh Penulis.

4. BAB IV : PENUTUP

Kesimpulan dan saran dari pembahasan yang dilakukan oleh Penulis

terhadap permasalahan yang diangkat terdapat dalam bab penutup yang akan

menjadi masukan bagi instansi penegak hukum yang berkaitan dengan

permasalahan dalam penulisan ini.