a. latar belakang - mrbudisantoso's blog · khusus tentang kaitannya dengan balai pendidikan...

18
- 1 - A. Latar Belakang DED German merupakan salah satu lembaga non profit berupaya untuk bekerja sama melalui pengembangan pelayanan personil. Personil yang akan mendukung atau melayani adalah pakar yang profesional dan berpengalaman. Di antara tujuannya adalah mendukung pembangunan berkelanjutan dan melestarikan sumber daya alam. Selanjutnya, berdasarkan pada sasaran-sasaran deklarasi milenium September 2000 (eight goals with 21 targets) serta deklarasi Paris tanggal 2 Maret 2005 tentang efektifitas bantuan kerjasama (meningkatkan bantuan yang lebih efektif), maka DED-German memiliki acuan utama : a) Pengelolaan hasil lebih ditekankan pada hasil-hasil pengembangan; b) Memberlakukan tanggung jawab yang lebih kepada mitra (mitra lokal) yang punya kepemilikan (ownership); dan c) Integrasi dengan mitra (negara donor mengaitkan dengan strategi-strategi pihak mitra). Sebelum itu, perlu diketahui bahwa perubahan iklim (climate change) yang dipacu oleh pemanasan global yang menimbulkan berbagai permasalahan telah memicu berbagai pihak untuk dapat menanggulangi bahaya yang dapat mengancam kehidupan manusia, salah satu upaya yang ditempuh dengan adanya sistem perdagangan karbon. Protokol Kyoto menawarkan tiga mekanisme fleksibel untuk membantu Negara-negara industri menekan laju emisi karbon yaitu : a) Implementasi bersama (join implementation); b) Perdagangan Karbon Internasional (International Carbon Trading); dan c) Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism). Banyak pemerintahan yang melakukan negosiasi akan perubahan iklim memandang REDD (Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation) sebagai jalan yang relatif murah untuk mengurangi emisi global dan menghendaki agar ini dimasukkan dalam kesepakatan baru yang akan disetujui dalam pertemuan puncak iklim di Kopenhagen bulan Desember 2009 mendatang. Pertemuan puncak iklim di Bali pada bulan Desember 2007 memberi lampu hijau bagi dimasukkannya REDD dalam kesepakatan Kopenhagen yang akan mulai berlaku 2012 setelah berakhirnya kesepakatan Kyoto yang saat ini berlaku. Bagaimana persiapan untuk REDD, antara lain termasuk: mengidentifikasi kepemilikan hutan dan hak para pengguna, termasuk masyarakat adat; memetakan hutan dan sumber daya hutan, termasuk stok karbon, dan data dasar rujukan emisi karbon sebelumnya akibat deforestasi and degradasi; memutuskan siapa yang perlu mendapat kompensasi karena tidak melakukan deforestasi;

Upload: hanhu

Post on 02-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

- 1 -

A. Latar Belakang DED German merupakan salah satu lembaga non profit berupaya untuk bekerja sama melalui pengembangan pelayanan personil. Personil yang akan mendukung atau melayani adalah pakar yang profesional dan berpengalaman. Di antara tujuannya adalah mendukung pembangunan berkelanjutan dan melestarikan sumber daya alam. Selanjutnya, berdasarkan pada sasaran-sasaran deklarasi milenium September 2000 (eight goals with 21 targets) serta deklarasi Paris tanggal 2 Maret 2005 tentang efektifitas bantuan kerjasama (meningkatkan bantuan yang lebih efektif), maka DED-German memiliki acuan utama :

a) Pengelolaan hasil lebih ditekankan pada hasil-hasil pengembangan; b) Memberlakukan tanggung jawab yang lebih kepada mitra (mitra lokal) yang

punya kepemilikan (ownership); dan c) Integrasi dengan mitra (negara donor mengaitkan dengan strategi-strategi

pihak mitra). Sebelum itu, perlu diketahui bahwa perubahan iklim (climate change) yang dipacu oleh pemanasan global yang menimbulkan berbagai permasalahan telah memicu berbagai pihak untuk dapat menanggulangi bahaya yang dapat mengancam kehidupan manusia, salah satu upaya yang ditempuh dengan adanya sistem perdagangan karbon. Protokol Kyoto menawarkan tiga mekanisme fleksibel untuk membantu Negara-negara industri menekan laju emisi karbon yaitu :

a) Implementasi bersama (join implementation); b) Perdagangan Karbon Internasional (International Carbon Trading); dan c) Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism).

Banyak pemerintahan yang melakukan negosiasi akan perubahan iklim memandang REDD (Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation) sebagai jalan yang relatif murah untuk mengurangi emisi global dan menghendaki agar ini dimasukkan dalam kesepakatan baru yang akan disetujui dalam pertemuan puncak iklim di Kopenhagen bulan Desember 2009 mendatang. Pertemuan puncak iklim di Bali pada bulan Desember 2007 memberi lampu hijau bagi dimasukkannya REDD dalam kesepakatan Kopenhagen yang akan mulai berlaku 2012 setelah berakhirnya kesepakatan Kyoto yang saat ini berlaku. Bagaimana persiapan untuk REDD, antara lain termasuk:

mengidentifikasi kepemilikan hutan dan hak para pengguna, termasuk masyarakat adat;

memetakan hutan dan sumber daya hutan, termasuk stok karbon, dan data dasar rujukan emisi karbon sebelumnya akibat deforestasi and degradasi;

memutuskan siapa yang perlu mendapat kompensasi karena tidak melakukan deforestasi;

- 2 -

menyetujui perundang-undangan dan lembaga apa yang diperlukan untuk mengatur REDD di tingkat nasional and lokal, termasuk menentukan siapa yang mempunyai hak atas karbon;

menentukan aspek-aspek teknis seperti bagaimana mempersiapkan skenario data dasar rujukan di masa mendatang yang dapat dipakai untuk mengukur pengurangan emisi;

menyetujui bagaimana mengukur dan melakukan verifikasi atas pengurangan dan sistem bagi pendistribusian manfaat;

menyetujui pembuatan keputusan partisipatif dan sistem pembagian manfaat.

Pada bagian lain, tahun 2008 Menteri Kehutanan Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor : P. 68/Menhut-II/2008 tentang Penyelenggaraan Demonstration Activities Pengurangan Emisi Karbon dari Deforestasi dan Degradasi Hutan, yang antara lain di dasarkan pada upaya tindak lanjut Keputusan para pihak Konvensi Perubahan Iklim ke-13 di Bali-Indonesia telah menetapkan kebijakan untuk mengurangi emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan. Setelah itu, pada tahun 2009 menetapkan Peraturan Nomor : P.30/Menhut-II/2009 Tentang Tata Cara Pengurangan Emisi DariI Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD), sebagai tindak lanjut Keputusan Konferensi Negara Pihak (Parties) Konvensi Perubahan Iklim, maka Departemen Kehutanan telah menetapkan kebijakan untuk meningkatkan kegiatan pengelolaan hutan lestari dalam rangka pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD). Memperhatikan situasi serta kondisi di atas dan terkait dengan tugas dan fungsi Pusat Diklat Kehutanan beserta BDK Samarinda yang diberi amanah pembangunan Sumberdaya Manusia (SDM) Kehutanan yang menguasai dan mampu memanfaatkan IPTEK dalam pengurusan hutan secara adil dan lestari yang didasari iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka belum lama ini telah ditanda tangani Memorandum of Understanding (MoU) bersama DED-German.

Khusus tentang kaitannya dengan Balai Pendidikan dan pelatihan Kehutanan Samarinda (BDK Samarinda/BDKS) yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 6173/Kpts-II/2002 tanggal 10 Juni 2002, dalam mengemban amanahnya telah memiliki Visi dan Misi, sebagaimana di bawah : Visi : “Menjadi lembaga diklat kehutanan yang tangguh dalam rangka mewujudkan sumberdaya manusia kehutanan yang profesional dan berakhlak mulia”. Misi : 1. Menyelenggarakan diklat kehutanan bagi aparatur kehutanan dan non aparatur 2. Menyelenggarakan kerjasama dan kemitraan dengan pihak lain dalam rangka

mengembangkan tenaga kediklatan dan program diklat di tingkat regional 3. Menyelenggarakan administrasi dan manajemen umum pemerintahan lingkup

Balai Diklat Kehutanan Samarinda

- 3 -

Wilayah Pelayanan BDK Samarinda adalah 91 instansi yang menangani pengurusan hutan dan kehutanan di Pulau Kalimantan (4 Propinsi), yaitu : a) Provinsi Kaltim : 32 Instansi b) Provinsi Kalsel : 20 Instansi c) Provinsi Kalteng : 20 Instansi d) Provinsi Kalbar : 19 Instansi Jumlah pejabat fungsional Widyaiswara dan instruktur di BDK Samarinda pada waktu ini adalah 22 orang. Khusus tentang Sarana dan Prasarana Utama di Hutan Diklat BDK Samarinda (seluas ± 4.390 ha), untuk digunakan / dimanfaatkan sebagai sarana utama praktik-praktik pembelajaran di dalamnya antara lain terdapat :

No S A R A N A UNIT KAPASITAS

B. Workshop DED-German bersama BDK Samarinda Sebagaimana Surat Perintah Kepala Pusat Diklat Kehutanan Tanggal 28 Mei 2009,

Nomor PT.239/Dik-2/2009 dan Surat Nomor S.556/Dik-2/2009 tentang pembuatan

strategic planning penguatan kapasitas BDK Samarinda pada bidang Climate

Change and REDD pada tanggal 31 Mei 2009 sampai dengan 5 Juni 2009, maka

bersama Tim DED-German telah dilaksanakan kegiatan tersebut di Samarinda.

Sebelum menguraikan hasil-hasil yang didapat di Samarinda, kiranya perlu

dikemukakan bahwa penugasan di atas telah sesuai dengan Keputusan Kepala

Pusat Diklat Kehutanan Nomor SK.17/Dik-1/2009 tanggal 6 April 2009 tentang Tim

Kerjasama Teknik Luar Negeri Berdasarkan Jenis Kegiatan, diantaranya ditetapkan

1. Ruang kelas 2 lokal 60 orang

2. Asrama 1 unit 60 orang

3. Ruang makan dan dapur 1 unit 60 orang

4. Rumah jaga 1 unit 4 orang

5. Gudang 1 unit -

6. Bak penampungan air 1 unit 2.000 M3

7. Pompa air 1 unit -

- 4 -

bahwa perencanaan kegiatan terkait DED-German ditetapkan Saudara DR. Ir. Iwan

Setiawan, MSc. dan Saudara Ir. Priyambudi Santoso, MSc.

Workshop DED Jerman dengan BDK Samarinda dilaksanakan mulai Senin 1 Juni

2009 s.d. Kamis 4 Juni 2009 diikuti 2 Tim, rincian daftar peserta adalah :

1. Mr.Heinz Terhorst 2. Mrs. Dorothea Otremba 3. Mr. Andreas Schumacher 4. Priyambudi Santoso 5. Tafnaldi 6. Yanti Sofia 7. David Suwito 8. Agus Widoyoko 9. Rudiyono 10.. M. Amin. AK 11. Sarrang Massora 12. Tony Supriadi 13. Enggar Setiabudi 14. Setya Gunawan 15. Kepala Seksi Sarana Hutan Diklat 16. KSBTU BDK Samarinda.

1) Rincian Kegiatan : Introduction / Perkenalan

Kesepakatan Aturan Workshop

Presentasi Pengenalan BDK Samarinda (BDKS)

Mengenal Program DED

Penjelasan Program, Prosedur, dan Desain/Proses Program

Penyusunan Output Kerjasama DED-BDK Samarinda

Diskusi Penyusunan Batasan Sistem

Pembuatan Judul program

Membuat Pendayagunaan Program

Perumusan Manfaat

Perumusan Resiko dan Side Effects

Perumusan Dampak

Perumusan INDIKATOR, akan diselesaikan di Pusdiklat Kehutanan di Bogor

- 5 -

2) Beberapa Norma/Aturan Workshop : Handphone must be silent (no ringing, and vibration only),

Bila ingin bertanya, bisa langsung dengan mengangkat tangan terlebih

dahulu,

Tepat Waktu/on time,

Kalau ada tugas yang belum selesai di ruangan, maka bisa diselesaikan di

rumah (homework),

Perlu Notulensi (ditetapkan untuk a/n Mr. David),

Perlu ice-breaker (untuk menambah semangat untuk a/n Ibu Yanti)

3) Perencanaan Berorientasi Pada Hasil : Penjelasan program, prosedur, dan desain proses di dalam program keikiutsertaan

DED-German di dasarkan pada perencanaan stratejik, sebagai gambaran pikir

adalah pada 2 gambar skematik berikut :

- 6 -

4) Penyusunan OUTPUT Kerjasama DED - BDK Samarinda : Kelompok I 1. Triner/Widyaiswara BDK Samarinda berhasil meningkatkan kompetensi dalam : a. Aplikasi GIS bidang Kehutanan

b. Inventory Karbon Hutan c. Penyusunan Kurikulum Diklat d. Metode pembelajaran

2. Hutan Diklat a. Kawasan terkelola dengan baik b. Konflik di hutan diklat terkelola baik c. terbentuk KTH di hutan diklat

Kelompok II 1. Peningkatan kapasitas dan kompetensi para WI , instruktur, guru dan pengelola diklat dalam diklat pengelolaan hutan termasuk REDD issues bagi aparatKehutanan dan Masyarakat 2. Tersedianya sarana belahar lapangan untuk untuk diklat teknis kehutanan

Kelompok III Terciptanya hutan diklat BDK sebagai pilot project REDD Proses : pengelolaan Hutan Diklat Input : Climate Change

Kelompok IV 1. Adanya widyaiswara dan instruktur BDK

Samarinda yang ahli GIS, teknologi ukur, dan inventory karbon

2. Tersedianya laboratorium GIS yang memadai

3. Mantapnya fungsi Hutan Diklat BDK Samarinda

4. Tercapainya SM Kehutanan bertaraf Internasional

- 7 -

Kelompok V : Tersedianya Hutan Diklat yang standar untuk dapat dioptimalkan sebagai sarana praktek diklat

Kelompok VI Terbentuknya sebuah rancangan Diklat Climate Change (kurikulum, pengajar, desain diklat dan sarana pendukung)

Kesimpulan OUTPUT untuk BDK Samarinda : A. Peningkatan kapasitas dan kompetensi Widyaiswara, Instruktur dan Guru

di Balai Diklat Kehutanan Samarinda (BDKS). 1. Sampai dengan tahun 2012 tersusun instrumen IKD Pengelolaan Hutan

Lestari dan REDD (Reducing Emission from Deforestation and Forest

Degradation/Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan),

yang sah dan dapat diaplikasikan. (O.1. = output 1). 2. Sampai dengan tahun 2013 tersusun Kurikulum dan Sillabus, Modul, dan

Bahan Ajar, serta desain Diklat Pengelolaan Hutan Lestari dan REDD.

(O.2. = output 2) 3. Sampai dengan 2012 tersedia konsep dan dapat diimplementasikan ToT

(Training of Trainers) Pengelolaan Hutan Lestari dan REDD. (O.3. =

output 3)

B. Areal Hutan Diklat (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus/KHDTK) BDK Samarinda. 1. Sampai dengan tahun 2013 tersedia Master Plan Hutan Diklat BDK

Samarinda yang telah mewadahi kegiatan Pengelolaan Hutan Lestari dan

REDD, yang sah dan dapat diimplementasikan. (O.4. = output 4)

UOTPUTS in English version : 1. A concept TOT for Trainers, Teachers, and Instruktors on Sustainable forest

managemen and Cilmate Change issues is available, approved and being

implemented.

- 8 -

2. An Instrument for Training Need Assessment (TNA) for sustainable forest

Managemen and REDD is validated and applicable until 2012.

3. A design of curriculum, modules and training material for sustainable forest

managemen and Climate Change is available by 2013.

4. A Training forest Master plan which considers climate change is revised,

approved and implemented by 2013.

5) Analisis Kelompok Sasaran :

a. PELAKSANA 1. Pusat Diklat Kehutanan

2. Balai Diklat Kehutanan Samarinda

3. DED-German

b. PERANTARA 1. Widyaiswara

2. Instruktur

3. Pengelola Diklat

c. KELOMPOK SASARAN 1. Pegawai Kehutanan

2. Masyarakat

d. PELAKU TERKAIT 1. Dinas Kehutanan Propinsi

2. Dinas Kehutanan Kutai

3. BPKH

4. BPDAS

5. BKSDA

6. UNMUL

7. LSM

- 9 -

6) Hasil Diskusi tentang Batasan Sistem :

7) Pembuatan Judul Program :

“Peningkatan Kapasitas BDK Samarinda terhadap REDD” atau di singkat

“Pentas BtR” Increased capacities of BDKS regarding REDD

- 10 -

8) Pembuatan Pendayagunaan Program :

English version and in Bahasa Indonesia :

1) Sampai tahun 2012 Widyaiswara dan Instruktur BDKS telah memiliki /

memanfaatkan kompetensi untuk melatih diklat pengelolaan hutan lestari dalam

rangka menyikapi issue REDD. (P.1. = Pendayagunaan 1) 2) Pada tahun 2013 BDK Samarinda telah menggunakan hutan diklat sebagai area

percontohan untuk praktek pelatihan pengelolaan hutan lestari dan isu

perubahan Iklim. (P.2. = Pendayagunaan 2)

1. Until 2013 the BDK Samarinda Trainers and instructors have the competencies to

carry out training on sustainable forest management and climate change issues.

2. By 2013 BDK Samarinda actively uses the training forest as a demonstration area

for practical training in sustainable forest management (SFM) and climate

change issues.

9) Perumusan Maanfaat : Pegawai kehutanan setelah mengikuti diklat memiliki kompetensi SFM dan

memfasilitasi secara aktif pelaksanaan REDD di tempat kerja masing-masing

bersama masyarakat. Masyarakat mulai menerapkan kegiatan rehabilitasi,

konservasi dan perlindungan hutan. (M.1. = Manfaat 1)

Trained forestry staff actively apply the acquinted theoretical and

practical competencing on climate change related SFM in close

collaboration. The communities started to rehabilitation, conservation,

and protection activities.

- 11 -

10) Perumusan Resiko dan Side Effect : Perihal Resiko Efek Samping Negative

Output 1

O.1

1. Dana

2. SDM (kurangnya motivasi pengembangan instrument TNA)

3. Data dan Informasi tidak valid

Output 2

O.2

1. Dana tersedia kurang

2. Mutasi staff

Materi dan bahan ajar digunakan oleh organisasi lain

Output 3

O.3

1. Dana tersedia tidak mencukupi

2. Konsep TOT BDK kurang mendapat dukungan dari instansi terkait

Output 4

O.4

1. Kurangnya dukungan dari masyarakat dalam pengembangan master plan hutan diklat

2. Prioritas/kebijakan BDK Samarinda berubah

Pendayagunaan 1

P.1

WI dan Instruktur tidak mendapat pelatihan dari tenaga ahli yang sesuai

Pendayagunaan 2

P.2

Kebijakan/Perbedaan kepentingan

Manfaat 1

M.1

1. Pegawai yang sudah ikut diklat tidak ditempatkan sesuai kompetensi

2. Masyarakat tidak mendapat dukungan pihak terkait untuk menerapkan rehabilitasi, konservasi dan perlindungan hutan

- 12 -

11) RESIKO :

O.1. - dana

- data dan informasi tdk actual / factual

- motivasi rendah

O.2. - dana

- mutasi / rolling staf

O.3 - dana

- konsep TNA tidak didukung Stake holder

O.4 - dukungan masyarakat kurang

- kebijakan prioritas berobah-obah-

P.1 - motivasi

- policy

P.2 - hasil ToT pindah / tdk dimanfaatkan

- motivasi, dedikasi, loyalitas kurang

M.1 - penempatan lulusan diklat tidak sesuai tugas

- masyarakat lulusan diklat tidak disupport oleh lingkungan untuk implementasi SFM

12) Perumusan Dampak :

“Improved Sustainable Forest Management practices in

Kalimantan result in Reduced Emision from Degradation

and Deforestation (REDD)”.

- 13 -

13) Perumusan Beberapa Indikator :

a. Output 2 (O.2.), maka rumusan Indikator-nya;

Sebelum tahun 2012 telah disyahkan oleh PUSDIKLAT KEHUTANAN dokumen kursil, modul, bahan ajar serta desain diklat PHL yang meliputi bidang rehabilitasi, konservasi dan perlindungan dan REDD yang mencakup metodologi perhitungan karbon stock dan mekanisme kompensasinya untuk pelatihan petugas kehutanan dan masyarakat di wilayah pelayanan BDK Samarinda

b. Output 4 (O.4.), maka rumusan Indikator-nya;

Dokumen rencana pengelolaan Hutan Diklat BDKS jangka pendek/menengah yang telah disepakati oleh masyarakat, pemerintah kabupaten dan provinsi disyahkan oleh PUSDIKLAT KEHUTANAN dan dokumen rencana pengelolaan jangka panjang disyahkan oleh Sekretaris Jenderal Dephut dan dapat diimplementasikan secara partisipatif pada tahun 2013.

c. Pendayagunaan 1 (P.1.), maka rumusan Indikator-nya;

20 Widyaiswara dan 2 Instruktur BDKS telah memiliki kompetensi/tersertifikasi oleh lembaga nasional/internasional untuk melatih Pengelolaan Hutan Lestari dalam rangka menyikapi issu REDD sampai tahun 2012

d. Pendayagunaan 2 (P.2.), maka rumusan Indikator-nya;

Sampai akhir tahun 2012 telah terbangun pengelolaan Hutan Diklat (seluas ± 4.394ha) secara collaboratif bersama masyarakat dan pemerintah kabupaten/provinsi dan seluas 2000 ha dapat digunakan sebagai „Demonstration Activity“ dari PHL dan REDD

e. Manfaat (M.1.), maka rumusan Indikator-nya;

Mulai tahun 2013, sebanyak ”x” pegawai kehutanan dan ”y” tokoh masyarakat di wilayah pelayanan BDKS memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam rangka mendukung PHL dan memfasilitasi secara aktif pelaksanaan REDD .

- 14 -

14) Sistem basic pemantauan/ monitoring (satu contoh):

C. Penutup Workshop DED Jerman dengan BDK Samarinda yang dilaksanakan mulai Senin

1 Juni 2009 s.d. Kamis 4 Juni 2009, dan “Workshop on DED-German PM&E and

Monitoring with Pusat Diklat Kehutanan in Bogor on June 8 and 9, 2009”

menghasilkan perencanaan program yang pada akhirnya ingin menjadikan Balai

Diklat Kehutanan Samarinda adalah “Center of excellent” , maka judul program

yang didapatkan adalah :

- 15 -

Peningkatan Kapasitas BDKS terhadap REDD disingkat

“Pentas BtR”.

Increased capacities of BDKS regarding REDD. Secara skema, program yang didapat adalah :

Yang tidak dapat ditinggalkan adalah hal-hal yang dapat saya temui serta dirasakan selama mengikuti tim DED-German, untuk itu saya sarankan kepada Pusat Diklat Kehutanan khususnya, yaitu sebagai berikut :

a. Dengan semakin berkembangnya kerjasama (dukungan-dukungan) lembaga/institusi dari luar negeri terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi serta misi Pusat Diklat Kehutanan adalah merupakan hal yang baik. Akan tetapi, sebagaimana norma yang ada, baik secara internasional (misalnya Deklarasi Paris 2005) yang harus menjadi pegangan bersama, maka norma-

- 16 -

norma minimal internal (mitra/ownership) yang telah ada (termasuk pedoman/standar pembiayaannya) penting dan perlu dipedomani bersama. Untuk itu Pusat Diklat Kehutanan perlu menerapkan bagi semua dukungan/kerjasama bagi semua lembaga/institusi luar negeri pada waktu awal kesepakatan kerja.

b. Selanjutnya, kemauan bersama yang amat baik (joint decision / melalui bertemunya program dari buttom-up and top-down) di Samarinda dan Bogor untuk membawa Balai Diklat Kehutanan Samarinda sebagai “Center of excellent” pada diklat-diklat climate-change dan REDD maka selain dukungan moral yang penuh, amat diperlukan adanya rencana penganggaran yang memadai untuk itu yang benar-benar diprogramkan oleh Pusat Diklat Kehutanan bersama BDK Samarinda.

c. Perlu segera ada forum (workshop) lebih lanjut oleh DED-German bersama Pusat Diklat Kehutanan guna memfinalisasi program di atas s/d alat-alat untuk monitoring dan evaluasinya, sehingga akan bisa secepatnya mendukung implementasinya.

Reference Departemen Kehutanan, 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.

30/Menhut-II/2009. /Menhut-II/2009 Tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD).

Down to Earth No.79, November 2008. Tekanan atas REDD. DTE 79 - November 2008

Tekanan atas REDD.htm

FORDA-Ministry of Forestry, 2008. Reducing Emissions From Deforestation and Forest Degradation In Indonesia. IFCA Consolidation Report. Gedung Manggala Wanabakti. Jakarta-Indonesia.

Mangunjaya, F.M., 2007. Perubahan Iklim dan Potensi Hutan Indonesia.

http://korantempo.com/korantempo/2007/02/07/Opini/krn,20070207,60.id.html.

Napitupulu, J.P., 2007. Sistem Pengelolaan Hutan Upaya Penurunan emisi Carbon

Pengembangan Proyek CDM. Makalah. Jogjakarta.

- 17 -

DEPARTEMEN KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

Jalan Gunung Batu Kotak Pos 141 Bogor 16610, E-Mail [email protected] Telp. (0251) 312841 – 313622 Fax. 323565

Laporan

Hasil Perencanaan Program Kegiatan Yang Berorientasi Pada Hasil,

serta Pentingnya Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi

di Balai Diklat Kehutanan Samarinda

(Strategic planning penguatan kapasitas BDK Samarinda pada bidang Climate Change and REDD pada tanggal 31 Mei 2009 sampai dengan 5 Juni 2009, dan Workshop on DED-German PM&E and Monitoring with Pusat Diklat Kehutanan

in Bogor on June 8 and 9, 2009)

Oleh :

Priyambudi Santoso (Widyaiswara Utama – Pusat Diklat Kehutanan)

Bogor, Juli 2009

- 18 -

NOTA DINAS

Bogor, 2 Juli 2009

Dari : Ir. Priyambudi Santoso, MSc. (Widyaiswara Utama) Perihal : Laporan Singkat mengikuti/menyertai Tim DED-German ke Samarinda s/d

Workshop di Bogor tanggal 8 – 9 Juni 2009. Kepada Yth. : Bapak kapus Diklat Kehutanan Lampiran : 1 (satu) berkas

Dengan hormat;

Sehubungan dengan Surat Perintah Bapak Kepala Pusat Diklat Kehutanan tanggal 28 Mei 2009 Nomor PT.239/Dik-2/2009 dan Surat Nomor S.556/Dik-2/2009 tentang workshop pembuatan planning penguatan kapasitas BDK Samarinda, serta Undangan Kapus Diklat Kehutanan tentang ”Workshop on DED-German PM&E with Pusat Diklat Kehutanan in Bogor, June 8 and 9, 2009”, maka terlampir saya sampaikan laporan hasil secara singkat, dengan harapan bermanfaat untuk pengembangan lebih lanjut.

Perlu saya utarakan beberapa saran-masukan kepada Bapak Kapus karena pengalaman selama ± 10 hari mengikuti/menyertai Tim DED, yaitu sebagaimana saya tuliskan pada laporan pada bagian/bab PENUTUP.

Demikian penyampaian saya, kiranya bermanfaat dan atas perhatian Bapak saya ucapkan terima kasih.

Yang melaporkan,

Ir. Priyambudi Santoso, MSc. Widyaiswara Utama Tembusan kepada Yth.:

1. Pak DR. Iwan Setiawan selaku Ketua Tim Kerjasama (Keputusan Kapus Diklat Kehutanan No SK.17/Dik-1/2009 tanggal 6 April 2009);

2. Pak Heinz Terhorst (DED-German) di Jakarta (e-mail : [email protected]).