web viewakuntansi sumber dana. disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah akuntansi...
TRANSCRIPT
Akuntansi Sumber Dana
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Perbankan
Dosen : Dr. Nugraha, SE, Akt, M.Si
Disusun oleh :
Aditya Nugraha (0703792)
Elva Alviya F (0806418)
Lina Winarsih (0803021)
Mahesha Desta P (0800999)
Rosdianica Dewi L (0806304)
Vienanty Rahmawati M (0800241)
JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur syukur kehadirat Ilahi Rabbi, karena atas berkat dan
karunia Nya lah akhirnya salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Perbankan,
bertajuk Akuntansi Sumber Dana.
Adapun Makalah ini berisi tentang materi Akuntansi Sumber Dana yang
terdiri atas Surat Berharga yang Diterbitkan, Pinjaman yang Diterima, Kewajiban
Lain-lain, Pinjaman Subordinasi, Modal Pinjaman, dan Modal Bank, selain itu
tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu dalam rangka memperdalam
pemahaman terhadap sumber sumber dana yang diterima oleh bank.
Layaknya segala sesuatu yang ada di bumi ini, maka tidak ada yang
sempurna. Begitu juga dengan makalah ini, yang masih banyak memiliki
kekurangan. Untuk itu, segala saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan. Agar dimasa yang akan datang kami bisa mempersembahkan makalah
yang lebih baik. Akan tetapi mudah-mudahan makalah ini sedikitnya dapat
memberikan manfaat untuk kita semua. Amiin
Bandung, Maret 2011
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Pembatasan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
1.4 Metode Penulisan...........................................................................................2
1.5 Sistematika Penulisan.....................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................4
2.1 Surat Berharga yang Diterbitkan....................................................................4
2.1.1 Surat Berharga........................................................................................4
2.1.2 Akuntansi Untuk Penerbitan SBPU.........................................................6
2. 2.Pinjaman yang Diterima................................................................................7
2.2.1 Jenis Pinjaman yang Diterima.................................................................7
2.2.2 Akuntansi untuk Pinjaman yang Diterima..............................................8
2.3 Kewajiban Lain-lain.....................................................................................12
2.3.1 Pendapatan yang diterima dimuka.........................................................13
2.3.2 Selisih hutang pajak...............................................................................14
2.3.3 Biaya yang masih harus dibayar............................................................14
2.4 Pinjaman Subordinasi...................................................................................15
2.4.1 Akuntansi Untuk Pinjaman Subordinasi...............................................15
2.4.2 Penyajian Dalam Neraca.......................................................................16
2.5 Modal Pinjaman............................................................................................16
2.5.1 Ciri-Ciri Modal Pinjaman......................................................................17
2.5.2 Akuntansi modal pinjaman....................................................................18
ii
2.5.2 Pengungkapan Dalam Neraca................................................................20
2.6 Modal Bank..................................................................................................21
2.6.1 Komponen modal bank..........................................................................21
2.6.2 Akuntansi untuk modal..........................................................................21
BAB III KESIMPULAN........................................................................................25
3.1 Kesimpulan...................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
iii
BAB I
PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang menjalankan operasi sebagai
intermediasi antara masyarakat yang kelebihan dana dan masyarakat yang
kekurangan dana. Dalam menjalankan operasinya itu bank melakukan kegiatan
penghimpunan dan penyaluran dana. Penghimpunan dana yang berasal dari
masyarakat digunakan bank untuk disalurkan kepada masyarakat lain yang
kekurangan dana. Dana masyarakat yang dihimpun disimpan dalam rekening
kredit bank karena pada dasarnya dana simpanan dari masyarakat adalah hutang
yang harus dibayar.
Semua bank berlomba menghimpun dana dari masyarakat yang nantinya akan
disalurkan kembali kepada masyarakat bagi yang membutuhkan baik untuk tujuan
produktif maupun konsumtif. Karena bagi bank dana merupakan persoalan yang
paling utama tanpa adanya dana bank tidak akan berfungsi sebagaimana layaknya.
Sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam memperoleh dana dalam
rangka membiayai kegiatan operasinya. Untuk menopang kegiatan bank sebagai
penjual uang (memberikan pinjaman), bank harus lebih dulu membeli uang
(menghimpun dana) sehingga dari selisih bunga tersebutlah bank memperoleh
keuntungan. Dana bisa berasal dari bank itu sendiri (modal sendiri, yaitu setoran
modal dari para pemilik atau bank mengeluarkan atau menjual saham baru kepada
pemilik baru atau cadangan-cadangan laba yang belum digunakan), dari
masyarakat luas (simpanan tabungan, rekening giro, deposito) dan dana yang
bersumber dari lembaga lain (Kredit likuiditas dari Bank Indonesia, Pinjaman
antar bank, Pinjaman dari bank-bank luar negeri, Surat Berharga Pasar Uang)
Dana dalam bank adalah hutang bank kepada masyarakat atau pihak lainnya
yang akan dibukukan disisi passiva atau sebelah kanan neraca. Karena sifatnya
1
sebagai hutang, maka rekening dana ini akan bertambah disebelah kredit dan
berkurang di sebelah debet. Rekening dana bank merupakan rekening permanen
atau real yang selalu akan disajikan pada neraca secara kumulatif. Terhadap
komponen dana ini bank akan dibebankan dengan sejumlah bunga yang akan
dicatat sebagai biaya bunga pada ikhtisar laba rugi bank. Suku bunga yang
dibebankan akan beragam-ragam sesuai dengan jenis dana yang dimiliki oleh
suatu bank.
1.2 Pembatasan Masalah
Dalam makalah ini dibahas mengenai Akuntansi sumber dana bank akan
tetapi dibatasi hanya akuntansi sumber dana bank yaitu berupa :
1. Surat Berharga yang Diterbitkan
2. Pinjaman yang Diterima
3. Kewajiban Lain-lain
4. Pinjaman Subordinasi
5. Modal Pinjaman
6. Modal Bank.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yakni :
1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Perbankan
2. Menambah pengetahuan serta wawasan mengenai sumber-sumber
penerimaan dana bank
3. Memberikan gambaran tentang sistem akuntansi bank dalam
penerimaan dana
1.4 Metode Penulisan
Penyususan makalah ini menggunakan metode studi pustaka, yakni mencari
informasi dari buku-buku dan artikel-artikel terkait permasalahan yang
dibahas dalam makalah ini
2
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN : Latar Belakang, Pembatasan Masalah,
Tujuan Penulisan, Metode Penulisan,
Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI : Surat Berharga yang Diterbitkan,
Pinjaman yang Diterima, Kewajiban Lain-
lain, Pinjaman Subordinasi, Modal
Pinjaman, Modal Bank.
BAB III KESIMPULAN
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Surat Berharga yang Diterbitkan
2.1.1 Surat BerhargaSurat Berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi,
sekuritas kredit, atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu
kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar
modal dan pasar uang (Dunil Z : 2004).
Salah satu sumber dana yang dimiliki oleh bank adalah dengan menjual
surat pengakuan hutang atau surat berharga yang telah diterbitkan dan ditanda
tangani oleh nasabahnya yang belum mampu melunasi hutangnya. Surat
pengakuan hutang dari nsabah ini dianggap sebagai aktiva oleh bank yang
menerimanya dan dengan demikian dapat diperjualbelikan.
** Prosedur Penerbitan Surat Berharga
Berikut ini contoh jenis-jenis surat berharga yang diperjualbelikan di pasar
uang
1. Treasury Bills (T-Bills)
T-Bills merupakan instrument utang yang diterbitkan oleh pemerintah
atau Bank Sentral atas unjuk dengan jumlah tertentu yang akan dibayarkan
kepada pemegang pada tanggal yang telah ditetapkan.
2. Commercial Paper
4
Bank Penerbit Surat Berharga Bank Pembeli Surat Berharga
Nasabah Penerbit Surat Berharga
Commercial Paper (CP) pada dasarnya merupakan promes yang tidak
disertai dengan jaminan (unsequred promissory notes), diterbitkan oleh
perusahaan untuk memperoleh dana jangka pendek dan dijual kepada investor
dalam pasar uang. Penerbit berjanji akan membayar sejumlah tertentu uang
pada saat jatuh tempo. Penerbit CP adalah perusahaan yang mempunyai
kredibilitas tinggi.
3. Sertifikat Deposito atau negotiable certificate of deposit (CD)
Deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan.
Jadi mempunyai ciri pokok dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan
sebelum jangka waktu jatuh temponya.
4. Banker’s Acceptance (BA)
BA adalah time draft (wesel berjangka) yang ditarik oleh seorang
eksportir atau importir atas suatu bank untuk membayar sejumlah barang atau
untuk membeli valuta asing. Apabila bank menyetujui wesel tersebut, bank
akan menstempel dengan kata ”accepted” di atas wesel tersebut dan
memprosesnya. Dengan demikian bank yang menerima dan memproses
tersebut memiliki suatu janji atau jaminan tak bersyarat untuk membayar
sebesar nilai nominal aksep tersebut pada saat jatuh tempo.
5. Bill of Exchange
Bill of Exchange atau wesel adalah suatu perintah tertulis tak bersyarat
yang ditujukan oleh seseorang kepada pihak lainnya untuk membayar
sejumlah uang pada saat diperlihatkan atau pada tanggal tertentu kepada
penarik atau order atau pembawa.
6. Repurchase Agreement (Repo)
Repo adalah transaksi jual beli surat-surat berharga disertai dengan
perjanjian bahwa penjual akan membeli kembali surat-surat berharga yang
dijual tersebut pada tanggal dan dengan harga yang telah ditetapkan lebih
dahulu.
7. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
5
SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu
pendek.
8. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
SBPU adalah surat-surat berharga berjangka pendek yang dapat
diperjualbelikan secara diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga
diskonto yang ditunjuk oleh Bank Indonesia. SBPU sama halnya dengan
SBI merupakan instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka ekspansi
moneter oleh BI dengan menetapkan tingkat diskonto SBPU.
9. Call Money (Interbank Call Money Market)
Call Money adalah penempatan atau peminjaman dana jangka pendek
(dalam hitungan hari) antar bank.
2.1.2 Akuntansi Untuk Penerbitan SBPU
Contoh kasus penerbitan SBPU :
Seorang nasabah bank omega membuat surat pengakuan hunting atas
pinjaman yang telah diterima sebesar Rp 80.000.000,00 beserta bunga Rp
20.000.000,00 atau keseluruhan sebesar Rp 100.000.000,00 dengan suku bunga
14% setahun jangka waktu 6 bulan, kemudian pada hari yang sama dijual oleh
Bank Omega kepada Bank Indonesia dan dibebankan diskonto 13,5% setahun.
Hasil penjualan dibukukan untuk rekening giro Bank Omega pada Bank
Indonesia.
Jawab (pencatatan oleh Bank Omega) :
a. Pada waktu menerima surat berharga pengakuan hutang dari
nasabah :
D : Surat Berharga Rp 100.000.000
K : Debitur Rp 80.000.000
K : Pendapatan bunga debitur yg diterima dimuka Rp 20.000.000
6
b. Pada waktu surat berharga didiskontokan :
Diskonto : 13,5% X 6/12 X Rp 100.000.000 = Rp 6.750.000
D : BI – Giro Rp 93.250.000
D : Diskonto SBPU yg belum diamortisasi Rp 6.750.000
K : Surat Berharga – SBPU Rp 100.000.000
c. Jurnal diskonto dalam sebulan :
D : Diskonto SBPU yg belum diamortisasi Rp 1.125.000,00
K : Biaya Diskonto Rp 1.125.000,00
d. Pada waktu jatuh tempo (pencatatan pada Bank Omega) :
D : Surat Berharga – SBPU Rp 100.000.000,00
D : Kas/Giro nasabah Rp 100.000.000,00
K : Surat Berharga Rp 100.000.000,00
K : BI – Giro Rp 100.000.000,00
2. 2.Pinjaman yang DiterimaSelain dana masyarakat yang lazimnya diserap oleh bank, seringkali suatu
bank menerima pinjaman dari pihak ketiga yang bukan nasabah perorangan,
seperti lembaga keuangan di dalam atau luar negeri, pemerintah atau lembaga
lainnya. Pinjaman ini akan menambah komponen dana suatu bank disisi passiva.
Dari segi penggolongan hutang, lazimnya dana dalam bentuk pinjaman yang
diterima ini akan dibukukan sebagai hutang jangka panjang. Dana ini memiliki
bunga dan harus diadministrasikan setiap kali jatuh tempo. Jadi pinjaman yang
diterima adalah fasilitas pinjaman yanq diterima dari bank atau pihak lain
termasuk dari Bank Indonesia baik dalam rupiah maupun dalam mata uang asing,
dan harus dibayar bila telah jatuh waktu. Dalam pengertian pinjaman yang
diterima tidak termasuk pinjaman subordinasi.
2.2.1 Jenis Pinjaman yang DiterimaJenis pinjaman yang diterima oleh suatu bank terdiri dari beberapa
ragam pinjaman antara lain:
7
1. Pinjaman jangka panjang dari bank lain. Pinjaman dari bank lain yang
sifatnya jangka panjang lazimnya berupa penerbitan surat berharga dari
bank yang menerima pinjaman, baik dalam bentuk Sertifikat Deposito,
Commercial Paper, atau bentuk lainnya.
2. Pinjaman dari luar negeri yang disalurkan kepada pemerintah untuk
kemudian diteruskan kepada bank pelaksana. Pinjaman yang diterima dari
suatu lembaga di luar negeri yang disalurkan melalui pemerintah sebelum
diterima oleh bank pelaksana lazimnya dikenal dengan nama Two Step
Loan. Disebut Two Step Loan karena pinjaman yang diberikan oleh
kreditur luar negeri ini akan diterima oleh pemerintah sebagai penjamin
pinjaman tersebut untuk kemudian disalurkan kepada bank-bank pelaksana
untuk dipergunakan menyalurkan kredit perbankan.
3. Obligasi
4. Pinjaman dalam rangka pembiayaan bersama satu atau beberapa proyek.
2.2.2 Akuntansi untuk Pinjaman yang Diterima
A. Pinjaman dari Bank Lain
Pinjaman dari bank lain dapat diwujudkan dalam bentuk Sertifikat
Deposito, Commercial Paper dan surat berharga lainnya. Contoh:
Bank Omega Kantor Pusat memutuskan untuk meminjam dana dari Bank ABC
sebesar Rp 30 M dan untuk itu Bank Omega menerbitkan Sertifikat Deposito
dengan jangka waktu 3 tahun. Suku bunga sebesar 15% setahun. Dana diterima
Bank Omega dalam bentuk rekening giro pada Bank ABC. Oleh Bank Omega
Kantor Pusat akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut.
D: Bank Lain-Giro (Bank ABC) Rp 30.000.000.000
K: Pinjaman yang Diterima Sertifikat Deposito 3 Tahun Rp 30.000.000.000
Setahun kemudian, dimana Sertifikat tersebut belum jatuh waktu, Bank
Omega Kantor Pusat harus memperhitungkan bunga selama 12 bulan pertama
sebesar Rp 4.500.000. Ayat jurnal yang dicatat oleh Bank Omega Kantor Pusat
sebagai berikut.
8
Bank PenerimaPemerintahBank Pemberi Pinjaman RIPinjaman di Dalam negeri LN
Sebagai Bank Penerima Kredit TSL
cabang cabang
Sebagai Penjamin dan Penyalur TSL
Bank LN
Lembaga LN
Pemerintah
D: Biaya Bunga Pinjaman yang Diterima-SD Rp 4.500.000
K: Bank Lain-Giro (Bank ABC) Rp 4.500.000
Pelaksanaan pemakaian dana pinjaman ini dapat saja dilakukan oleh
kantor cabang. Sebagai contoh, Bank Omega kantor cabang Jakarta hendak
mempergunakan dana dari pinjaman tersebut sebesar Rp 1 M, dan memohon agar
Kantor Pusat untuk memakai dana tersebut, oleh Kantor Pusat mentrasfer dana
tersebut ke kantor cabang melalui Bank Indonesia setempat. Ayat jurnal sebagai
berikut:
D: RAK-Cabang Jakarta Rp 1.000.000.000
K: Bank Lain-Giro (Bank ABC) Rp 1.000.000.000
Sedangkan oleh kantor cabang Jakarta akan membukukan transaksi ini
sebagai berikut:
D : Bank Indonesia-Giro Rp 1.000.000.000
K : RAK-Kantor Pusat Rp 1.000.0000.000
B. Two Step Loan
Proses terjadinya TSL ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
Akuntansi untuk penerimaan dana TSL harus diadministrasikan oleh
Kantor Pusat dan akan dibukukan kedalam rekening Pinjaman Yang Diterima-
9
TSL. Rekening ini merupakan hutang jangka panjang bagi bank yang
bersangkutan.
Contoh, Bank Omega mendapatkan pinjaman melalui pemerintah RI dari
Bank of Japan sebesar Rp 12 M yang disalurkan melalui BI. Oleh Kantor Pusat
akan dijurnal sebagai berikut:
D : Bank Indonesia-Giro Rp 12.000.000.000
K : Pinjaman yang Diterima-TSL Rp 12.000.000.000
Pada jatuh waktu pinjaman TSL ini, rekening TSL akan didebetkan
dengan jumlah yang sama dan tidak akan tampak lagi pada neraca Bank Omega.
C. Obligasi
Salah satu sumber dana yang sebaiknya dikembangkan oleh bank adalah
dari penjualan surat berharga obligasi. Pengadministrasian penerbitan obligasi ini
harus diketahui oleh Kantor Pusat sebagai dasar pengelolaan dana bank.
Penjualan obligasi dapat saja dilakukan di cabang. Pencairan obligasi pada saat
jatuh waktu dapat dilakukan di cabang-cabang.
Contoh, Kantor Pusat Bank Omega menerbitkan 1000 lembar obligasi @
Rp 1.000.000 dengan suku bunga 12% setahun. Cabang Jakarta berhasil menjual
seluruh obligasi kepada masyarakat. Oleh Kantor cabang Jakarta transakasi ini
akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut:
D: Kas Rp 1.000.000.000
K : Hutang obligasi Rp 1.000.000.000
Pada saat sebulan kemudian, Kantor cabang Jakarta akan menyisihkan
biaya bunga obligasi bulan pertama sebesar 1% , ayat jurnalnya sebagai berikut.
D: Biaya Bunga Obligasi Rp 10.000.000
K : Hutang Bunga Obligasi Rp 10.000.000
Bila ada nasabah yang telah membeli obligasi dari cabang Jakarta
sebanyak 10 lembar @Rp 1 juta dengan suku bunga 12% setahun datang ke
cabang Surabaya hendak mencairkan obligasi tersebut pada akhir bulan kedua
sebelum bunga dibayarkan. Cabang Surabaya akan bertindak hanya sebagai
10
cabang pembayar. Pembayaran dilakukan dengan terlebih dahulu memeriksa
keabsahan dokumen atau bilyet obligasi yang dimiliki oleh nasabah yang
bersangkutan dan pembayaran bunga yang telah dilakukan. Oleh cabang
Surabaya akan dibukukan melalui perhubungan antar kantor sebagai berikut:
D : RAK-Cabang Jakarta Rp 10.100.000
K: Kas Rp 10.100.000
Oleh cabang Jakarta sebagai cabang penjual obligasi akan dibukukan
sebagai berikut:
D: Biaya Bunga Obligasi Rp 100.000
D: Hutang Obligasi Rp 10.000.000
K : RAK-Cabang Surabaya Rp 10.100.000
D. Pinjaman untuk Pembiayaan Bersama
Kewenangan pemberian pinjaman untuk tujuan pembiayaan bersama
proyek-proyek tertentu tetap berada pada kantor pusat. Untuk setiap kali diterima
dana pinjaman untuk tujuan pembiayaan bersama akan dibukukan ke dalam
rekening Pinjaman Yang Diterima-Pembiayaan Bersama. Rekening ini akan tetap
outstanding disebelah passiva hingga proyek yang dibiayai selesai dan pinjaman
dilunasi oleh bank.
Proses pinjaman yang diterima dalam rangka pembiayaan dapat dijabarkan
pada gambar berikut ini:
Sebagai contoh, Bank Omega hendak membiayai sebuah proyek sebesar
Rp 300 M. Untuk memenuhi kebutuhan dana ini telah bersedia dua buah bank
11
Penerima kredit Bank Koordinator Penyalur Bank Penyalur
Pembiayaan Kredit Modal
Mendapat dana dan
mempergunakan
Menyalurkan pembiayaan bersama
Dana Sendiri
Menyediakan Dana
Menyediakan Dana
Penerima KreditPemberi Dana
Proyek Menerima dan mempergunakan
Bank A
Bank B
Bank C
lain: Bank ABC dan Bank XYZ dengan masing-masing sumbangan modal Rp 100
M. Jadi besarnya dana pinjaman yang diterima untuk tujuan pembiayaan bersama
ini sebesar Rp 200 juta yang disediakan langsung dalam rekening giro dimasing-
masing bank, sedangkan sisanya menjadi beban Bank Omega. Untuk mencatat
transaksi ini, oleh Bank Omega kantor pusat akan dibukukan sebagai berikut:
D : Bank Lain-Giro (Bank ABC) Rp 100.000.000
D: Bank Lain-Giro ( Bank XYZ) Rp 100.000.000
K : Pinjaman yang Diterima Pembiayaan Bersama Rp 200.000.000
Dengan demikian Bank Omega, dalam kasus ini akan tetap bertanggung
jawab terhadap kredit yang diberikan, karena Bank Omega telah menerima dana
dari bank-bank penyalur dana dan dana tersebut dikuasai langsung oleh Bank
Omega.
Dalam hal pembiayaan bersama ini dilakukan langsung dari bank pemberi
dana kepada penerima kredit, maka tanggung jawab atas kredit yang diberikan
tersebut dibagi atas dasar banyaknya kredit yang telah diserahkan oleh masing-
masing bank. Proses ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Dalam hal proses pembiayaan seperti tersebut diatas, Bank Omega tidak
pernah akan menerima pinjaman yang diterima dari bank manapun, dan tidak
akan muncul dalam neraca.
2.3 Kewajiban Lain-lain
Dalam kelompok passiva terdapat beberapa pos yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam kelompok pos sumber dana bank, salah satunya pos
kewajiban lain-lain. Jenis kewajiban lain-lain antara lain adalah pendapatan yang
12
diterima di muka, biaya listrik, biaya telepon, dan lain sebagainya yang belum
dibayar, setoran jaminan L/C atau garansi bank yang jumlahnya relatif kecil,
hutang pajak penghasilan yang dihitung berdasarkan laba kena pajak dengan
perhitungan pajak penghasilan berdasarkan laba akuntansi yang disebabkan oleh
pos tidak lancar (saldo kredit). Penyajian kewajiban lain-lain adalah sejumlah
kewajiban bruto bank kepada bank lain.
2.3.1 Pendapatan yang diterima dimuka
Pendapatan yang diterima dimuka, meliputi jumlah uang atau aktiva lain
yang diperoleh tetapi belum diakui sebagai pendapatan untuk periode yang
bersangkutan, seperti pendapatan sewa jangka panjang yang diterima dimuka,
uang muka kontrak pemberian jasa jangka panjang dan lain sebagainya.
Penyajian pendapatan yang ditangguhkan atau diterima dimuka ini akan
disajikan ke dalam hutang lancar.
Contoh, apabila Bank Omega menempatkan dananya pada bank ABC
dalam bentuk sertifikat berjangka yang bunganya diterima dimuka sebesar Rp
200jt suku bunga 14,4% setahun dengan jangka waktu 6 bulan. Pembayaran
dilakukan dengan bilyet giro Bank Indonesia. Ayat jurnal untuk mencatat
transaksi ini sebagai berikut :
Karena penerimaan bunga dimuka selama 6 bulan mendatang telah
diterima sekarang sebesar Rp 14.400.000, maka setiap bulannya harus
dialokasikan sebesar Rp 2.400.000 kedalam rekening pendapatan. Ayat jurnal
untuk mencatat alokasi pendapatan ini adalah sebagai berikut :
Ayat jurnal ini dibuat setiap bulan hingga saldo kewajiban tersebut nihil.
13
D : Bank Lain – sertifikat berjangka ..................................... Rp 200.000.000
K : Bunga sertifikat berjangka yang diterima dimuka .......... Rp 14.400.000
K : Bank Indonesia ............................................................... Rp 185.600.000
D : Bunga sertifikat berjangka yang dibayar dimuka .......... Rp 2.400.000
K : Pendapatan bunga sertifikat berjangka ......................... Rp 2.400.000
Contoh lain yang serupa adalah penerimaan hasil sewa jangka panjang
yang diterima dimuka untuk beberapa bulan mendatang, uang jaminan jangka
panjang yang diterima dari langganan, hutang direksi bank atau perusahaan
afiliasi, dan pos-pos yang tidak dapat dikelompokkan kedalam salah satu dana
bank.
2.3.2 Selisih hutang pajak
Seringkali perhitungan pajak dilakukan dimuka sebelum adanya koreksi
atau penyesuaian terhadap laporan laba rugi. Pajak penghasilan yang telah
dihitung berdasarkan laba sebelum koreksi akan menyebabkan perbedaan dengan
perhitungan pajak penghasilan yang dihitung atas dasar laporan laba rugi setelah
koreksi. Selisih perhitungan ini akan menyebabkan koreksi terhadap hutang pajak
yang telah dihitung semula.
Contoh, apabila perhitungan pajak berdasarkan laporan laba rugi yang
belum dikoreksi adalah sebesar Rp 120 milyar * 35% atau sebesar Rp 42 milyar.
Kemudian setelah adanya koreksi terhadap pos-pos pendapatan dan biaya
diketahui bahwa laba koreksi sebesar Rp 98 milyar. Dengan demikian, terhadap
hutang pajak penghasilan harus dikoreksi sebagai berikut
Hutang pajak semula ............................................ = Rp 42.000.000.000
Perhitungan PPh sebenarnya :
Rp 98.000.000.000*35% ............................ = Rp 34.300.000.000
Koreksi kelebihan pajak ....................................... = Rp 7.700.000.000
Ayat jurnal untuk mencatat koreksi pajak ini adalah sebagai berikut :
Dengan dibukukannya ayat jurnal koreksi ini, hutang pajak
kembali menjadi yang sebenarnya yaitu Rp 34,3 milyar begitu juga dengan biaya
pajaknya.
2.3.3 Biaya yang masih harus dibayar
14
D : Hutang pajak penghasilan ................................................. Rp 7.700.000.000
K : Biaya pajak penghasilan .................................................... Rp 7.700.000.000
Pos-pos kewajiban lainnya yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
kelompok sumber dana biaya yang masih harus dibayar. Contoh, biaya bunga
simpanan berjangka yang dihitung setiap tanggal jatuh waktu. Bunga yang belum
diambil oleh para pemilik simpanan berjangka ini akan dibukukan debet sebagai
biaya bunga dan kredit bunga simpanan berjangka yang masih harus dibayar
2.4 Pinjaman Subordinasi
Pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang diperoleh berdasarkan suatu
perjanjian antara bank dengan pihak lain yang hanya dapat dilunasi apabila bank
telah memenuhi persyaratan tertentu
Pelunasan atas kewajiban ini baru dapat dilakukan apabila seluruh dana atau
simpanan yang ada dalam bank dalam hal terjadi likuidasi telah dilunasi. Saldo
dari pinjaman subordinasi ini disajikan dalam bentuk neraca.
2.4.1 Akuntansi Untuk Pinjaman Subordinasi
Akuntansi untuk pinjaman subordinasi dibedakan antara penerimaan
pinjaman, perhitungan bunga dan pelunasannya.
A. Penerimaan Pinjaman Subordinasi
Contoh, Bank Omega menerima pinjaman subordinasi sebesar Rp. 400 juta.
Oleh Bank Omega akan dicatat sebagai berikut :
D : Bank Indonesia – Giro Rp. 400.000.000
K : Pinjaman Subordinasi Rp. 400.000.000
Rekening ini akan tetap outstanding selama belum ada pelunasan yang
dilakukan oleh Bank Omega.
B. Perhitungan Bunga
15
Contoh, apabila pinjaman subordinasi sebesar 12% setahun, maka beban
selama tahun pertama menjadi sebesar Rp. 48 juta dan harus dibukukan sebagai
beban bunga periode penjualan. Ayat jurnalnya sebagai berikut :
D : Biaya Bunga Pinjaman Subordinasi Rp. 48.000.000
K : Bunga Yang Masih Harus Dibayar Rp. 48.000.000
Rekening bunga yang masih harus dibayar merupakan kewajiban lain yang
akan dikelompokan kedalam hutang lancar.
C. Pelunasan Pinjaman Subordinasi
Dalam hal terjadi pelunasan pinjaman subordinasi yang baru atau hanya dapat
dilakukan oleh Bank Omega setelah memenuhi persyaratan tertentu, akan dicatat
oleh bank dengan cara mengurangi rekening pinjaman tersebut apabila pelunasan
dilakukan secara berkala atau menghapus rekening tersebut dalam hal terjadi
pelunasan seluruhnya.
Contoh apabila pinjaman subordinasi diatas dilunasi sebesar Rp. 300 juta atas
beban rekening giro Bank Omega pada bank lain, akan dibukukan dengan ayat
jurnal sebagai berikut :
D : Pinjaman Subordinasi Rp. 300.000.000
K : Bank Lain – Giro Rp. 300.000.000
Dengan dibukukannya ayat jurnal diatas, sisa pinjaman subordinasi akan
berjumlah sebesar Rp. 100 juta.
2.4.2 Penyajian Dalam Neraca
Pinjaman subordinasi disajikan dalam neraca sebesar saldo pinjaman
subordinasi yang belum dilunasi pada tanggal laporan, yakni pada saat
penyusunan neraca. Apabila bank memiliki pinjaman subordinasi dalam valuta
asing, maka akan dijabarkan kedalam Rupiah dengan mempergunakan kurs
tengah pada tanggal laporan. Pengungkapan ini wajib dilakukan oleh setiap bank
16
yang memiliki pinjaman subordinasi. Dari contoh diatas sisa pinjaman sebesar Rp.
100 juta akan tampak pada neraca bank.
2.5 Modal Pinjaman
Modal pinjaman adalah pinjaman yang didukung dengan menggunakan
instrumen yang disebut capital notes, loan stock atau warkat lain yang
dipersamakan dengan itu, dan mempunyai sifat modal sendiri.
Modal bank dewasa kini telah diatur jumlahnya minimum oleh Bank
Indonesia, selaku otoritas moneter perbankan, Jumlah minimum modal yang harus
disetor oleh tiap jenis bank bermacam-macam. Jumlah minimum modal yang
ditempatkan untuk bank umum tahun 2011 adalah sebesar Rp 100 miliar. Bukan
hanya sekedar jumlah modal minimum yang harus dimiliki pada waktu hendak
mendirikan bank, tetapi juga perbandingan antara jumlah komponen modal
terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) juga telah diatur oleh Bank
Indonesia. Perbandingan ini dikenal dengan rasio kecukupan modal atau yang
biasa dikenal Capital Adequacy Ratio (CAR ) yang pada tahun 2011 sebesar
8%.
Jadi pada dasarnya, bank harus menciptakan kualitas aktiva produktif yang
baik agar dapat menciptakan pendapatan yang meningkat dan dengan demikian
17
Keputusan Untuk Investasi dalam Aktiva Produktif
Kualitas Aktiva Produktif Baik
Baik Pendapatan Meningkat
Pendapatan Meningkat
Laba Usaha Naik
Laba Usaha Naik
MODAL
laba usaha menjadi semakin besar. Laba usaha ini yang akan menjadi komponen
yang akan memperbesar modal bank. Bila laba usaha setiap tahunnya besar, bila
tidak semuanya dibagikan kepada pemegang saham, maka akan terjadi
penumpukan laba yang ditahan yang semakin besar dari satu periode ke periode
lainnya. Dengan demikian ia akan mempebesar modal sehingga CAR menjadi
semakin besar
2.5.1 Ciri-Ciri Modal Pinjaman
Modal pinjaman memiliki ciri antara lain sebagai berikut:
1. Tidak di jamin oleh bank penerbit (issuer) dan sifatnya dipersamakan
dengan modal (subordinated) serta telah dibayar penuh.
2. Tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiaitif pemilik (pemegang
capital notes).
3. Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah
kerugian bank melebihi laba ditahan dan cadangan-cadangan yang
termasuk modal inti, meskipun bank belum dilikuidasi.
4. Pembayaran bunga dapat di tangguhkan apabila bank dalam keadaan
rugi atau labanya tidak mencukupi untuk membayar bunga tersebut.
2.5.2 Akuntansi modal pinjaman
Transaksi modal pinjaman dengan penerbitan warkat (loan stock atau capital
notes) harus dicatat oleh bank menurut nilai nominalnya. Apabila dalam
mengupayakan penerbitan modal pinjaman ini terdapat biaya-biaya, tersebut tidak
perlu diperlakukan sebagai beban dalam periode berjalan dimana modal pinjaman
tersebut diterbitkan. Semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan akan ditangguhkan
dan diamortisasikan secara sistematis selama taksiran jangka waktu modal
pinjaman tersebut.
Biaya-biaya yang timbul karena penerbitan modal pinjaman dapat
ditangguhkan dan diamortisasi selama jangka waktu selama-lamanya 5 tahun.
18
Akuntansi untuk modal pinjaman ini dibedakan antara penerbitan, perhitungan
bunga, amortisasi biaya, dan pelunasan.
A. Penerbitan.
Contoh, apabila bank oma menerbitkan capital notes sebanyak 100 lembar @
Rp. 4 juta atau sebesar Rp. 400 juta untuk mendapatkan modal pinjaman. Suku
bunga sebesar 12 persen setahun. Jangka waktu 4 tahun. Modal pinjaman ini
diterima untuk keuntungan rekening giro bank oma pada bank opa. Biaya-biaya
untuk pengurusan penerbitan modal ini telah dikeluarkan sebesar Rp. 20 juta
tunai. Ayat jurnal untuk mencatat transaksi ini sebagai berikut:
D: Bank lain-giro Rp. 400.000.000
D: Biaya penerbitan modal pinjaman di bayar dimuka Rp. 20.000.000
K: modal pinjaman Rp. 400.000.000
K: kas Rp. 20.000.000
Biaya penerbitan yang dibayar dimuka sebesar Rp. 20 juta akan
diamortisasikan paling lama selama 4 tahun kedalam rekening biaya.
B. Amortisasi biaya.
Amortisasi biaya penerbitan ini dilakukan selama 4 tahun, yaitu selama Rp.
20 juta dibagi 4 tahun, atau sebesar Rp. 5 juta setahunnya. Ayat jurnal untuk
mencatat amortisasi ini sebagai berikut:
D: biaya penerbitan modal pinjaman Rp. 5.000.000
K: biaya penerbitan modal pinjaman Dibayar dimuka Rp. 5.000.000
Amortisasi biaya ini terus dilakukan hingga jangka waktu pinjaman habis
selama 4 tahun.
C. Perhitungan bunga.
Beban bunga tahunan sebesar 12 persen dari pokok pinjaman sebesar Rp. 400
juta akan di bukukan kedalam perhitungan laba rugi. Beban bunga ini harus
19
dibayar oleh bank oma sepanjang bank oma memperoleh laba. Dalam hal bank
oma tidak memperoleh laba atau labanya tidak mencukupi untuk membayar bunga
tersebut, maka pembayaran bunga dapat ditangguhkan.
Biaya bunga dibayar tunai, ayat jurnal yang harus dibuat oleh bank oma bila
bank oma mendapatkan laba adalah sebagai berikut.
D: Biaya bunga modal pinjaman Rp. 48.000.000
K: Kas Rp. 48.000.000
Bila bank oma tidak mampu untuk membayar bunga modal pinjaman ini yang
disebabkan karena laba tidak mencukupi atau terdapat saldo rugi, maka ayat jurnal
penangguhan bunga ini dapat dilakukan sebagai berikut.
D: biaya bunga modal pinjaman Rp. 48.000.000
K: bunga modal pinjaman yang ditangguhkan Rp. 48.000.000
Pada saat bank oma mampu untuk melunasi kewajiban ini, maka rekening
bunga modal pinjaman yang di tangguhkan akan didebetkan atau dinihilkan
sebesar jumlah yang dibayar.
D. Pelunasan.
Dalam hal bank oma hendak melunasi seluruh modal pinjaman, maka terlebih
dahulu seluruh penangguhan biaya bunga harus dilunasi baru kemudian pokok
pinjaman.
Contoh, apabila bank oma hendak melunasi seluruh hutang modal pinjamannya
sebesar Rp. 400 juta atas beban rekening giro pada bank indonesia, akan di
bukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut.
D: Modal pinjaman Rp. 400.000.000
K: Bank indonesia-giro Rp. 400.000.000
2.5.2 Pengungkapan Dalam Neraca
20
Dalam menyajikan data modal pinjaman dalam laporan keuangan, data yang
perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan berkenan dengan modal
pinjaman adalah sebagai berikut.
1. Persyaratan modal pinjaman.
2. Jumlah lembar.
3. Nama pemegang atau pemilik warkat modal pinjaman.
4. Hak dan kewajiban bank dan pemegang warkat modal pinjaman.
Penyajian dalam neraca harus dilakukan sebesar nilai nominal dari warkat
yang telah diterbitkan.
2.6 Modal Bank
Modal bank merupakan hak pemilik bank kepada bank yang bersangkutan.
Modal bank ini juga merupakan hutang bank kepada para pemiliknya, oleh karena
itu disajikan sebagai salah satu komponen passive disebelah kanan neraca. Modal
bank merupakan modal awal pada saat pendirian yang jumlahnya telah ditetapkan
dalam suatu ketentuan atau pendirian bank.
2.6.1 Komponen modal bankAda beberapa komponen modal bank dalam neraca antara lain : modal
saham yang ditempatkan dan disetor, modal sumbangan, laba ditahan dengan
tujuan, laba ditahan tanpa tujuan, penilaian kembali aktiva tetap, dan modal
sumbangan (modal donasi)
Penyetoran modal dari para pemilik perusahaan tidak harus melalui tunai.
Setoran modal dapat juga berupa penyerahan barang-barang modal, dan jenis
penyetoran lainnya.
2.6.2 Akuntansi untuk modalAkuntansi untuk transaksi modal meliputi penyetoran modal, penyisihan laba
usaha setelah pajak untuk tujuan tertentu atau cadangan, penambahan modal dari
pihak lainnya.
A. Saat penyetoran dana modal
21
Sebagai contoh apabila pada saat mendirikan bank omega, dilakukan setoran
sebagai modal saham dari pemiliknya dalam bentuk :
Uang tunai langsung pada rekening giro Bank Indonesia sebesar Rp.
40.000.000.000
Gedung kantor di Jakarta senilai Rp. 18.000.000.000.
Inventaris kantor senilai Rp. 300.000.000.
Kendaraan Rp. 100.000.000.
Oleh Bank Omega – Jakarta akan dibukukan seluruhnya sebagai penyetoran
modal bank sebesar Rp. 58,4 milyar dengan ayat jurnal sebagai berikut :
D : Bank Indonesia – Giro Rp 40.000.000.000.
D : Aktiva Tetap – Gedung Rp. 18.000.000.000
D : Aktiva Tetap – Inventaris Kantor Rp. 300.000.000
D : Aktiva Tetap – Kendaraan Rp. 100.000.000
K : Modal Saham Rp. 58.400.000.000
B. Penyisihan Laba Usaha Bank
Setiap akhir periode, setelah mengetahui hasil bersih hasil usaha laba atau laba
bersih bank, Bank Omega akan menyisihkan sejumlah labanya untuk keperluan
tujuan khusus. Penyisihan ini bukan berarti menyisihkan sebagian uang tunai
untuk membayar atau memenuhi kewajiaban tertentu dikemudian hari. Penyisihan
ini hanyalah cara untuk mengalokasikan laba untuk tidak dibagikan kepada para
pemegang saham atau karyawan saham atau karyawan dalam bentuk dividen
maupun bonus.
Sebagai contoh, apabila pada akhir tahun bank omega mendapatkan laba
sebesar Rp24.000.000.000 dan diputuskan oleh direksi untuk mencadangkan
sebagai berikut.
Pembagian Laba = Rp. 5.000.000.000
Pembayaran hutang jangka panjang = Rp. 2000.0000.000
22
Oleh Bank Omega dibukukan :
D : Ikhtisar Laba Rugi – Laba Tahun Berjalan Rp. 24.000.000.000
K : Laba Ditahan PenyisihanPembagian Laba Rp. 5.000.000.000
K : Laba Ditahan – pembayaran Hutang Jangka Panjang Rp.
2.000.000.000
K : Laba Ditahan – Tanpa Tujuan Rp. 17.000.000.000
Rekening Laba Ditahan untuk tujuan, pembagian laba dan pembayaran
hutang jangka panjang, dalam istilah akuntansinya dikenal dengan appropriated
retained earnings, sedangkan laba ditahan tanpa tujuan dikenal dengan
unappropriated retained earnings.
C. Penambahan dan Pengurangan Lainnya
Komponen modal juga dapat bertambah karena penjualan saham yang dapat
dijual diatas harga nominalnya, sehingga tercipta adanya agio saham(premium).
Bila harga jual dibawah nilai nominalnya akan terdapat disagio saham (discount).
Premium diatas saham akan menambah komponen modal, sedangkan discount
atas saham akan mengurangi modal.
Sebagai contoh, apabila nilai nominal saham bank omega sebesar Rp.
1.000.000. dan dijual sebanyak 200 lembar dengan kurs sebesar 102 persen tunai
maka oleh Bank Omega akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut.
D : Kas Rp 204.000.000
K : Modal Saham Rp 200.000.000
K : Agio Saham Rp. 4.000.000
Selain agio dan disagio saham, komponen lain yang akan menambah
komponen modal adalah komponen yang diterima dari sumbangan, atau dikenal
modal sumbangan (donated capital).Biasanya modal sumbangan diterima dalam
bentuk natura atau barang yang dinilai menurut harga atau nilai pasar dari aktiva
23
tersebut pada saat diterima. Sebesar nilai pasar yang ditaksir ini akan dicatat
sebagai aktiva pada neraca dan sebagai modal sumbangan pada kelompok modal.
Sebagai contoh, apabila Bank Omega menerima hibah dalam bentuk
seperangkat computer IBM sistim 4341 dari sebuah perusahaan besar di Jakarta,
nilai pasarnya ditaksir sebesar Rp. 400.000.000. Oleh Bank Omega akan
dibukukan sebagai berikut.
D : Aktiva Tetap – Komputer Rp. 400.000.000
K : Modal Sumbangan Rp 400.000.000
Dengan diterimanya modal sumbangan, komponen modal akan semakin
bertambah dan dengan demikian akan memperbesar rrasio kecukupan modal atau
CAR
24
BAB III
KESIMPULAN3.1 Kesimpulan
Sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam memperoleh dana
dalam rangka membiayai kegiatan operasinya. Untuk menopang kegiatan bank
sebagai penjual uang (memberikan pinjaman), bank harus lebih dulu membeli
uang (menghimpun dana) sehingga dari selisih bunga tersebutlah bank
memperoleh keuntungan. Dana bisa berasal dari bank itu sendiri (modal sendiri,
yaitu setoran modal dari para pemilik atau bank mengeluarkan atau menjual
saham baru kepada pemilik baru atau cadangan-cadangan laba yang belum
digunakan), dari masyarakat luas (simpanan tabungan, rekening giro, deposito)
dan dana yang bersumber dari lembaga lain (Kredit likuiditas dari Bank
Indonesia, Pinjaman antar bank, Pinjaman dari bank-bank luar negeri, Surat
Berharga Pasar Uang) .
Diantara sumber dana yang lainnya, diantaranya:
1. Surat berharga yang diterima
2. Pinjaman yang diterima
3. Kewajiban lain-lain
4. Pinjaman subordinasi
5. Modal Pinjaman
6. Modal Bank
Tetapi dari beberapa sumber dana yang disebutkan di atas, ada beberapa
kelompok yang tidak dimasukkan ke dalam kelompok sumber dana dalam neraca.
25
DAFTAR PUSTAKA
Lapoliwa, N & Kuswandi, S.2000.Akuntansi Perbankan:Akuntansi transaksi Bank dalam Valuta Rupiah. Jakarta: Institut Bankir Indonesia
Nur Heriyanto, Dodik Setiawan. (2009). SURAT BERHARGA (Sebuah Pengantar). [Online]. Tersedia: http://dodiksetiawan.wordpress.com/2009/04/07/surat-berharga/ [17 Maret 2011]
Purnomo , Herdaru. (2011). BI: Modal Minimum Bank Dinaikkan di Atas Rp 125 Miliar. [Online].= Tersedia: http://www.detikfinance.com/read/2011/02/18/172547/1573916/5/bi-modal-minimum-bank-dinaikkan-di-atas-rp-125-miliar .[ 19 Maret 2011]
Z, Dunil. (2004). Kamus Istilah Perbankan Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
______. (2010). PSAK 31 Akuntansi Perbankan (Accounting for Bank). [Online]. Tersedia: http://slidepajak.wordpress.com/2010/04/07/psak-31-akuntansi-perbankan-accounting-for-bank/ [17 Maret 2011]
_____. (1994). PSAK No. 31 Akuntansi Perbankan.[Online]. Tersedia: http://xa.yimg.com/kq/groups/23376985/149790678/name/PSAK31AkuntansiPerbankan.pdf [17 Maret 2011]
_____, (2010). Revisi Akuntansi Perbankan. .[Online]. Tersedia: http://endah26.wordpress.com/2010/05/12/revisi-akuntansi-perbankan/[17
26