a. deskripsi pt. pg gorontalo dan petani...
TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi PT. PG Gorontalo Dan Petani Mitra
1. Perusahaan PT. PG. Gorontalo
Gambaran umum perusahaan diperlukan dalam mengetahui profil
perusahaan (company Profile). Berikut ini adalah gambaran umum perusahaan
PT. PG. Gorontalo.
1.1 Sejarah singkat PT. PG. Gorontalo
PT. PG. Gorontalo merupakan salah satu perusahaan agroindustri yang
bergerak di bidang industri gula. Pada tahun 1990 sampai dengan 1996
perusahaan dikelola oleh Manajemen PT. Naga Manis Plantation, selanjutnya
pada tahun 1997 sampai dengan 2003 di kelola oleh Manajemen PT. Rajawali
Nusantara Indonesia, dan yang terakhir pada tahun 2004 sampai dengan sekarang
ini di kelola oleh Manajemen PT. PG Gorontalo.
Manajemen PT. PG. Gorontalo memiliki lahan potensial dari hak guna
usaha (HGU) dan kerja sama operasional (KSO) dengan petani yang terbentuk
dengan adanya kemitraan diharapkan dapat membantu perusahaan maupun petani
tebu rakyat agar lebih membantu kesehjateraan petani. Kerja sama operasional
(KSO) perusahaan ini pada dasarnya mempertemukan kepentingan bersama.
Dengan tujuan untuk mencapai produksi yang setinggi-tingginya dan agar
mensehjaterakan petani dan karyawan.
1.2 visi dan misi
Visi : menjadi pabrik gula dengan produksi gula yang tinggi dan
produktivitas gula per hektar tinggi, sedangakan Misi : 1. Perusahaan yang
bermanfaat bagi semua pihak. 2. Memberi keuntungan kepada pemegang saham.
3. Meningkatkan kesehjateraan karyawan. Tujuan : 1. Menunjang program
pembagunan daerah. 2. Konstribusi gula nasional dan daerah. 3. Membuka
lapangan kerja dan meningkatkan kesehjateraan karyawan dan masyarakat. 4.
Memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. 5. Pelayanan pada
pelanggan. 6. Meningkatkan mutu produk dengan pegolahan yang efesien dan
efektif. Adapun lokas i pabrik berada di kabupaten Gorontalo dan Boalemo.
1.3 Ketenagakerjaan PT. PG. Gorontalo
Ketenagakerjaan pada perusahaan PT. PG. Gorontalo terdiri dari karyawan
dan pekerja/buruh indusri. Karyawan terdiri atas manajemen 32 orang, staf
sebanyak 142 orang, non staf 561 orang , tenaga kerja harian sebanyak 706 orang,
tenaga kerja musiman sebanyak 370 orang, serta tenaga kerja penebang sebanyak
3300 orang. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja PT.PG Gorontalo berdasarkan jenisnya
Sumber:PT.PG.Gorontalo-Unit PG. Tolangohula,2013
Tabel diatas menunjukan bahwa total tenaga kerja internal perusahaan
sebesar 5,125 orang dengan jumlah tenaga kerja paling dominan yaitu “Harian”
yakni sebesar 706 orang sedangkan jumlah tenaga kerja terendah adalah
“Manajemen” dengan jumlah 46 orang. Adapun pekerja/buruh kasar industri
(tenaga kerja eksternal perusahaan) terdiri atas pekerja pada saat musim giling
yaitu sebanyak 3300 orang dan pekerja di luar musim dingin sebanyak 1000 orang
(untuk perawatan tanaman) yang umumnya berasal dari luar daerah gorontalo
yaitu dari Jawa.
1.4 Struktur Organisasi
Struktur organisasi pada PT.PG. Gorontalo terdiri atas General
Maneger,Deputy General Manager, Deputy General Manager terdiri dari
No Tenaga Kerja Jumlah(orang) Persentase(%)
1 Manajemen 46 2,52
2 Staf 142 7,78
3 Non Staf 561 30,73
4 Musiman 370 20,27
5 Harian 706 38,68
Total(orang) 1,852 100
Departemen Plantation, Departemen Factory. Divisi FA,FD & Legal terdiri dari
Asisten Manager Finance & Acconut, Asisten Werehouse & Finished Good,
Asisten Manager Legal & pertahanan, Asisten Manager Logistik. Divisi
Administrasi terdiri dari Asisten Manager General Affair, Asisten Manager HRD,
Asisten Manager Security, Dokter Perusahaan (poliklinik). Divisi Civil terdiri dari
Asisten Manager Civil. Asisten Manager Humas. Adapun Departemen Plantation
terdiri dari Divisi Rayon-1, Divisi rayon-2, Divisi Rayon-3, Divisi Harvesting,
Divisi Workshop, Divisi Risbang sedangkan Departemen Factory terdiri atas
Production Technical, Divisi Eng./Maintinance, Divisi Mill & Boiler, Divisi
Production, Asisten Manager Quality Control. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat
pada Gambar 2. Struktur Organisasi PT.PG Gorontalo sebagai berikut
Gambar 2. Struktur Organisasi PT. PG. Gorontalo – Unit PG Tolangohula.
Sumber :PT. PG. Gorontalo – Unit PG Tolangohula, 2013.
2. Petani Mitra Segar Sari
Identitas respoden merupakan latar belakang keadaan dari responden
sebagai tanggapan dan langkah selanjutnya dalam penelitian ini. Berdasarkan
GENERAL
MANAGER
DEPUTY
GENERAL
MANAGER
DEPARTEMEN
PLANTATION DEPARTEMEN
FACTORY
DIVISI
RAYON-1
DIVISI
RAYON-2
DIVISI
RAYON-3
DIVISI
HARVESTIN
G
DIVISI
WORKSHOP
DIVISI
RISBANG
PRODUCTION
TECHNICAL
DIVISI
PRODUCTION
DIVISI
ENG./MAINTINANCE
DIVISI
MILL & BOILER
DIVISI
FA, FD & LEGAL
DIVISI
ADMINISTRASI
DIVISI
CIVIL
ASISTEN
MANAGER
HUMAS
pengamatan di lokasi penelitian, maka diperoleh gambaran karakteristik respoden
yang terdiri dari umur, pendidikan,kepemilikan lahan, pengalaman bermitra.
2.1 Umur
mempunyai kondisi fisik yang kuat dan dapat menghasilkan umur
merupakan factor yang sangat berpengaruh dalam melakukan aktifitas kerja
khususnya bagi petani. Petani yang berusia produktif 17- 50 tahun lebih
cenderung produksi lebih banyak . dalam hal ini dapat di lihat pada tabel. 2 di
bawah ini.
Table 2. karakteristik responden berdasarkan umur masyarakat di PT.PG
Gorontalo Tahun 2013
No Umur (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
1 <15 0 0
2 15-50 24 80
3 >50 6 20
Total 30 100
Sumber: Data Primer 2013
Tabel 2. Menunjukan bahwa dari 30 responden 17-50 sebanyak 24 orang
atau 80 % yang memiliki usia produktif, ini menunjukkan bahwa petani
(responden) yang melakukan petani bermitra di PT.PG Gorontalo Kecamatan
Tolangohula didominasi yang usianya produktif (15-50 tahun). Yang berusia
<15tahun sebanyak 0 % orang belum produktif yang artinya mereka belum
melakukan petani bermitra sedangkan untuk umur >50 Tahun sebanyak 6 orang
atau 20 % tidak produktif artinya tenaga yang dimiliki tidak maksimal atau sudah
kurang aktifitas kerja dalam petani bermitra. Sehingga disimpulkan bahwa usia
responden yang melakukan petani bermitra di domonasi oleh usia 15-50 tahun
artinya tingkat produktifitas petani akan meningkat.
2.2 Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan factor penting dalam petani bermitra
banyaknya jumlah pendidikan lulusan SMP-SMA pada satu daerah menjadikan
petani bermitra dapat menyesuaikan atau beradaptasi dengan perkembangan ilmu
pegetahuan dan teknologi pada petani bermitra. Sedangkan tingkat pendidikan di
bawah SMP atau SD, menjadikan kurangnya pegetahuan bagi petani bermitra
dalam mencari informasi dari jejaring sosial dan pemerintah. Tingkat pendidikan
reponden di kecamatan tolangohula dapat di lihat pada tabel 3 sebagai berikut.
Tabel 3. Karakteristik Responden yang Bermitra dengan PT.PG. Gorontalo-
Unit Tolangohula berdasarkan tingkat pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Tidak Sekolah 4 13,33
2 SD / Sederajat 17 56,66
3 SLTP / Sederajat 6 20
4 SLTA / Sederajat 3 10
Total 30 100
Sumber: Data Primer diolah 2013
Tabel 4 menujukkan bahwa tingkat pendidikan respoden di kecamatan
Tolangohula masih tergolong rendah, ini masih terlihat dalam respoden yang
melakukan petani bermitra terbanyak pedidikan SD/Sederajat sebanyak 17 orang
atau sebesar 56,66 %, sedangkan SLTA/Sederajat tergolong rendah hanya
sebanyak 3 orang atau 10 % . hal ini disebabkan oleh beberapa factor yaitu dengan
keinginan mereka memper oleh hasil Petani (uang) dengan cara cepat untuk
memenuhi kebutuhan mereka.
2.3 Pengalaman Bermitra
Pengalaman pribadi respoden, dalam hal ini di lihat dari lamanya repoden
bermitra dalam pemeliharaan tanaman tebu khususnya dalam program kemitraan
dengan PT.PG. Gorontalo-Unit Tolangohula. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Karakteristik Respoden yang Bermitra dengan PT.PG.Gorontalo-
Unit Tolangohula Berdasarkan Pengalaman Bermitra Tahun 2013
No Pengalaman Bermitra Jumlah Persentase
(Tahun) (orang) (%)
1 0 - 5 8 26,67
2 6 - 10 17 56,66
3 11 - 15 5 0,17
Total 30 100
Sumber: Data Primer Diolah 2013
Tabel 5. diatas, menunjukan bahwa pengalaman bermitra dengan PT. PG.
Gorontalo paling banyak yaitu kategori 6-10 tahun dengan persentase 56,66 %
sebanyak 17 orang sedangkan yang paling sedikit kategori 11-15 tahun yakni 5
orang dengan persentase 0,17 % dan 0-5 tahun sebanyak 8 orang dengan
persentase 26,67 %. Hal ini menunjukan bahwa pengalaman bermitra dengan PT.
PG. Gorontalo-Unit Tolangohula relatif baru.
B. Prosedur Kemitraan
Prosedur kemitraan adalah tata cara yang dilakukan oleh petani dengan
perusahaan dalam melakukan kerja sama agar dapat mengatur jalanya mitra.
Prosedur kemitraan yang dilakukan terdiri dari mekanisme kemitraan, tujuan
kemitraan, hak dan kewajiban dan bentuk pengawasan perusahaan.
1. Mekanisme kemitraan
Mekanisme kemitraan petani yakni harus memenuhi persyaratan untuk
petani. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengikuti kemitraan
pada PT. PG. Gorontalo-Unit Tolangohula.
a. Petani mempunyai lahan baik kontrak maupun milik sendiri lengkap dengan
perizinannya.
b. Petani mengajukan pendaftaran kerja sama dengan PT. PG. Gorontalo
dengan mencantumkan data seperti luas lahan, pembentukan kelompok,
persyratan teknis dan sarana-sarana pendukung lainya.
c. Pihak perusahaan melakukan pengamatan langsung ke lokasi untuk
meninjau layak tidaknya lahan yang tercantum dalam kerja sama opersional
(KSO).
d. Bukti perjanjian antara petani dengan perusahaan, dalam kerja sama
operasional (KSO). Pihak pertama tidak bertaggung jawab dan tidak dapat di
tuntut secara perdata maupun pidana atas pelanggaran / penyelewengan dana
bansos / guliran / dana lain oleh pihak kedua.
2. Tujuan Kemitraan
Tujuan perusahaan yang dicapai dalam membangun kemitraan yaitu agar
memberikan keutungan bagi kedua belah pihak sedangkan bentuk pembinaan
yang di berikan kepada petani berupa penyuluhan tentang cara menangani dan
teknis pemelihraan pada tanaman tebu.
PT. PG. Gorontalo juga mengembangkan kemitraan dengan tebu rakyat
yang di sebut plasma. Kemitraan yang dilakukan oleh perusahaan ini pada
dasarnya bertujuan mengembangkan petani kecil untuk maju bersama.
3. Keuntungan Kemitraan
Keuntungan kemitraan adalah salah satu yang diharapkan baik perusahaan
dan petani mitra dalam melakukan kemitraan. Adapun manfaat yang di rasakan
petani mitra yakni adanya jaminan pengadaan sarana produksi oleh perusahaan
inti seperti obat-obatan yang pembayaranya akan diperhitungkan pada penentuan
total biaya setelah panen, meningkatkan pengetahuan petani karena mendapatkan
bimbingan teknis dan manajemen tentang cara menanam tebu , adanya jaminan
pemasaran hasil dari perusahaan, dan jaminan pendapatan tambahan petani
plasma dari harga kesepakatan dari perusahaan.
Manfaat yang dirasakan perusahaan yakni terjadinya stabilitas produksi,
meningkatkan efesiensi dan kinerja perusahaan baik tenaga kerja maupun
permodaln dalam berusaha tanaman tebu dan menciptakan perluasan terhadap
produk sarana produksi yang dihasilkan oleh perusahaan.
4. Hak dan Kewajiban Kemitraan
Dalam pelaksanaan kemitraan antara petani mitra dengan PT. PG.
Gorontalo saling membutuhkan, memerlukan dan saling melengkapi oleh karena
itu di perlukan hak dan kewajiban antara sesama. Hak dan kewajiban kemitraan
antara petani mitra dengan PT. PG. Gorontalo-Unit Tolangohula tercantum dalam
pasal-pasal perjanjian, sebagai bagaimana uraian berikut yakni.
4.1 Pasal 2. Hak dan Kewajiban
1. Hak dan kewajiban pihak pertama:
a. Menetapkan jenis dan dosis pupuk yang digunakan pada kebun tebu pserta
TR-KSO. Penetapan tersebut berdasarkan hasil rekomendasi dari bagian
Research and Development PT. PG. Gorontalo.
b. Menetapkan harga tebu untuk musim giling tahun 2014 sesuai standard
formula perhitungan yang telah disepakati bersama sebelumnya dan harga
tebu akan tergantung pada:
- ketentuan persyratan teknis sesuai pasal 1 ayat 2 a.
- standard umur tebu yang di terima oleh pihak pertama, yaitu untuk
Ratoon minimum berumur 11 bulan dan untuk PC minimum berumur 12
bulan, dan jika tebu yang dikirim pihak kedua di luar standard umur
tersebut (kecuali ada SPT dari pihak pertama), maka pihak pertama akan
melakukan pemotongan terhadap harga tebu.
c. Menetapkan jadwal tebang sesuai dengan angka kemasakan tebu.
d. Menetapkan prosedur-prosedur untuk melancarkan operasional di lapangan.
e. Mengadakan penyuluhan mengenai isi dan maksud dari perjanjian ini serta
memberikan bimbingan teknis administrasi yang menyangkut bahan baku
teknis tanaman tebu kepada pihak kedua beserta anggotanya.
f. Membayar nilai tebu untuk musim giling tahun 2014 kepada ketua
kelompok atau anggotanya.
g. Menyerahkan hasil pemotongan hutang petani kepada pihak KPTR sesuai
surat kuasa pihak pertama.
2. Hak dan kewajiban pihak kedua dan anggota pihak kedua :
a. Berhak menerima penyuluhan dan bimbingan teknis dari pihak pertama
mengenai isi dan maksud dari perjanjian ini.
b. Berhak menerima hasil pemotongan hutang petani yang di potongkan/
dikumpulkan oleh pihak pertama pada setiap akhir bulan.
c. Berkewajiban mentaati segala peraturan dan prosedur serta melaksanakan
petunjuk teknis yang di tetapkan pihak pertama.
d. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan, keamanan tanaman tebu sampai
akhir tebangan dengan tenaga sendiri untuk mendapatkan hasil maksimal
dan jika tebunya tidak tertebang, maka menjadi tanggung jawab sepenuhnya
pihak kedua sendiri.
e. Bertanggung jawab penuh terhadap penggunaan dana Bansos dan dana
guliran yang diterima oleh pemerintah berikut segala resiko yang timbul atas
penyalahgunaan dana tersebut.
f. Berkewajiban untuk melunasi hutang-hutangnya pada tahun-tahun
sebelumnya yang masih di danai pihak pertama dengan pemotongan sisa
hasil usaha yang diterima.
g. Berkewajiban menebang dan mengirim sejumlah hasil tebangan dengan
mutu baik sesuai standar yang di tetapkan oleh pihak pertama dengan
menggunkan tenaga sendiri baik secara perorangan maupun kolektif.
h. Pihak KPTR membuat surat kuasa kepada pihak pertama untuk memotong
pinjaman anggota pihak kedua yang di biayai oleh KPTR.
i. Bertanggung jawab atas biaya dan kegiatan pelaksanaan tebang dan angkut.
j. Bertanggung jawab terhadap pengadaan dan penyaluran sarana produksi
seperti bibit dan pupuk. Apabila pihak kedua kesulitan dalam pengadaan
pupuk dan bila pihak pertama bisa membantu, maka akan di bantu.
Dari penjelasan pasal-pasal di atas Adapun hak dan kewajiban PT. PG. Gorontalo
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hak dan Kewajiban Petani Mitra dan PT.PG. Gorontalo
No Petani Mitra PT. PG. Gorontalo
Hak Kewajiban Hak Kewajiban
1. Menerima Berkewajiban Menetapkan Mengadakan
penyuluhan mentaati jenis dan dosis penyuluhan
dan bimbingan segala peraturan yang digunakan mengenai
teknis dan prosedur pada kebun tebu isi dan maksud
serta melaksanakan peserta TR-KSO, dari perjanjian
petunjuk teknis penetapan tersebut ini serta teknis
yang ditetapkan berdasarkan hasil tanaman tebu
oleh pihak pertama rekomendasi kepada pihak
dari bagian kedua besrta
Research and anggotanya.
Development
PT.PG.Gorontalo.
2. Berhak menerima Bertanggung Menetapkan jadwal Membayar
hasil pemotongan jawab terhadap tebang sesuai nilai tebu
hutang petani pengelolaan, dengan angka untuk musim
yang di potongkan keamanan kemasakan tebu. Giling tahun
di kumpulkan tanaman tebu 2014 kepada
oleh pihak pertama sampai akhir ketua
tebangan kelompok
dengan tenaga atau
sendiri untuk anggotanya.
mendapatkan hasil
maksimal sendiri.
Sumber: PT. PG. Gorontalo 2013
Berdasarkan Tabel 6 maka dapat di simpulkan hak dan kewajiban
berpengaruh pada kelangsungan kemitraan. Hal ini dapat di lihat pada tabel di atas
bahwa petani mitra berhak atas menerima bimbingan teknis dan lain-lain juga
bertaggung jawab atas pegolaan keamanan tanaman tebu sampai akhir tebang, dan
memberikan seluruh laporan kegiatan terhadap pemeliharaan tebu, mencatat data-
data harian secara seksama, sedangkan perusahan mempunyai hak dalam
menentukan jenis dan dosis yang digunakan pada tanaman tebu perserta TR-KSO
dan menentukan harga kesepakatan kontrak berhak menentukan jadwal tebang
sesuai dengan angka kemesakan tebu serta berkewajiban megadakan penyuluhan
megenai isi dan maksud dari perjanjian ini.
5. Perjanjian Kemitraan antara PT.PG Gorontalo Dengan Koperasi Petani Tebu
Rakyat.
Kedua belah pihak sepakat melakukan perjanjian kerjasama operasional
penanaman masa tanam 2013/2014, untuk selama satu musim tanam tebu giling
terhitung sejak pengolahan tanah untuk tebu tanaman petama (PC) atau tanaman
tebu keprasan (RC) dengan luas obyek dalam perjanjian ini. Adapun syarat-syarat
dan ketentuan yang harus di patuhi bersama adalah sebagai berikut:
5.1 Pasal I Syarat-Syarat Kepesertaan
1. Pembentukan kelompok
a. Petani peserta TR-KSO diwajibkan membentuk kelompok setiap
kelompok mempunyai kepengurusan minimal 3 (tiga) orang yang terdiri
dari ketua, sekretaris dan bendahara.
b. Penunjukkan pengurus kelompok merupkan hasil musyawarah anggota
yang di syahkan oleh kepala desa, pihak pertama dan pihak kedua.
c. Luas lahan kelompok minimal 10 ha dan jumlah kelompok disetiap desa
maksimal 2 kelompok.
2. Persyratan Teknis
a. Lahan yang diikutkan dalam program TR-KSO harus layak untuk tanaman
tebu dengan persyaratan antara lain:
- Tidak tergenang air
- Kemiringan tidak lebih dari 8%
- Tersedia jalan dan jembatan untuk angkutan tebu
- Naungan tanaman tahunan / tanaman lainya selain tebu diperbolehkan
maksimal sejumlah 4 pohon/ha
- Tidak akan di tumpang sarikan dengan tanaman lainnya.
b. Lahan tersebut merupakan milik anggota pihak kedua yang dibuktikan
dengan bukti kepemilikan dan menjamin lahan tidak bermasalah dengan
pihak lain. Apabila dalam pelaksanaan dalam perjanjian ini timbul
masalah yang menyangkut lahan tersebut maka sepenuhnya menjadi
tanggung jawab pihak kedua dan/atau anggotanya.
c. Pihak kedua beserta para anggotanya menyatakan sanggup dengan
sungguh-sungguh mengelola dan mengamankan tanaman tebu yang
diikutkan dalam program TR-KSO mulai dari awal pelaksanaan sampai
dengan selesai panen.
d. Luas lahan yang diajukan minimal 0,20 ha untuk perorangan dan minimal
10 ha untuk kelompok.
3. Persyaratan administrasi
a. Pihak kedua mengajukan permohonan kepesrtaan program TR-KSO secara
tertulis kepada pihak pertama dengan mlampirkan nama-nama ketua
kelompok atau para anggota, luas lahan dari masing-masing anggota
beserta lokasinya.
b. Masing-masing anggota kelompok wajib membubuhkan tanda tangan
dalam daftar tersebut diatas (pasal 1 ayat 3.a).
c. Pihak kedua besrta anggotanya diwajibkan menyerahkan foto copy :
- KTP yang masih berlaku
- Kartu keluarga
- Surat kepemilikan tanah
d. Setiap anggota pihak kedua menyediakan biaya pengganti sarana
administrasi sebesar Rp. 150.000,- per ha (seratus lima puluh ribu rupiah).
Biaya tersebut akan dipotong dari sisa hasil usaha yang di perolehnya dari
masing-masing anggota kelompok.
5.2 Pasal II Hak dan Kewajiban
1. Hak dan kewajiban pihak pertama:
a. Menetapkan jenis dan dosis pupuk yang di gunakan pada kebun tebu
pserta TR-KSO. Penetapan tersebut berdasarkan hasil rekomendasi dari
bagian Research and Development PT. PG. Gorontalo.
b. Menetapkan harga tebu untuk musim giling tahun 2014 sesuai standard
formula perhitungan yang telah di sepakati bersama sebelumnya dan harga
tebu akan tergantung pada:
- Ketentuan persyratan teknis sesuai pasal 1 ayat 2 a.
- Standard umur tebu yang di terima oleh pihak pertama, yaitu untuk
Ratoon minimum berumur 11 bulan dan untuk PC minimum berumur 12
bulan, dan jika tebu yang dikirim pihak kedua di luar standard umur
tersebut (kecuali ada SPT dari pihak pertama), maka pihak pertama akan
melakukan pemotongan terhadap harga tebu.
c. Menetapkan jadwal tebang sesuai dengan angka kemasakan tebu.
d. Menetapkan prosedur-prosedur untuk melancarkan operasional di
lapangan.
e. Mengadakan penyuluhan mengenai isi dan maksud dari perjanjian ini serta
memberikan bimbingan teknis administrasi yang menyangkut bahan baku
teknis tanaman tebu kepada pihak kedua beserta anggotanya.
f. Membayar nilai tebu untuk musim giling tahun 2014 kepada ketua
kelompok atau anggotanya.
g. Menyerahkan hasil pemotongan hutang petani kepada pihak KPTR sesuai
surat kuasa pihak pertama.
2. Hak dan kewajiban pihak kedua dan anggota pihak kedua :
a. Berhak menerima penyuluhan dan bimbingan teknis dari pihak pertama
mengenai isi dan maksud dari perjanjian ini.
b. Berhak menerima hasil pemotongan hutang petani yang di potongkan/
dikumpulkan oleh pihak pertama pada setiap akhir bulan.
c. Berkewajiban mentaati segala peraturan dan prosedur serta melaksanakan
petunjuk teknis yang di tetapkan pihak pertama.
d. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan, keamanan tanaman tebu sampai
akhir tebangan dengan tenaga sendiri untuk mendapatkan hasil maksimal
dan jika tebunya tidak tertebang, maka menjadi tanggung jawab
sepenuhnya pihak kedua sendiri.
e. Bertanggung jawab penuh terhadap penggunaan dana Bansos dan dana
guliran yang diterima oleh pemerintah berikut segala resiko yang timbul
atas penyalahgunaan dana tersebut.
f. Berkewajiban untuk melunasi hutang-hutangnya pada tahun-tahun
sebelumnya yang masih di danai pihak pertama dengan pemotongan sisa
hasil usaha yang diterima.
g. Berkewajiban menebang dan mengirim sejumlah hasil tebangan dengan
mutu baik sesuai standar yang di tetapkan oleh pihak pertama dengan
menggunkan tenaga sendiri baik secara perorangan maupun kolektif.
h. Pihak KPTR membuat surat kuasa kepada pihak pertama untuk memotong
pinjaman anggota pihak kedua yang di biayai oleh KPTR.
i. Bertanggung jawab atas biaya dan kegiatan pelaksanaan tebang dan
angkut.
j. Bertanggung jawab terhadap pengadaan dan penyaluran sarana produksi
seperti bibit dan pupuk. Apabila pihak kedua kesulitan dalam pengadaan
pupuk dan bila pihak pertama bisa membantu, maka akan di bantu.
5.3 Pasal III Penyediaan Dan Penyaluran Dana Serta Penarikan Pinjaman
1. Penyediaan dan penyaluran dana bansos/ guliran/ dana lainya serta
penarikan pinjaman dilakukan oleh pihak kedua sepenuhnya.
2. Pihak pertama tidak bertanggung jawab dan tidak dapat dituntut bai secara
perdata maupun pidana atas pelanggaran / penyelewengan dana bansos /
guliran / dana lain yang diterima oleh pihak kedua.
5.4 Pasal IV Masa panen
1. Pelaksanaan kegiatan tebang dan angkut sepenuhnya menjadi
tanggungjawab pihak kedua beserta anggotanya baik secara perorangan
maupun kolektif.
2. Sebelum penebangan dilaksanakan pihak kedua melalui pengurus kelompok
petani tebu harus mendapatkan surat perintah tebang (SPT) dari pihak
pertama, dalam hal ini menjadi kewajiban dan tanggung jawab bagian
tebang angkut.
3. Apabila pihak kedua menebang tebu tanpa surat perintah (SPT) dari pihak
pertama maka hasil produksi milik pihak kedua tidak dapat diterima oleh
pihak pertama.
4. Sebagai bukti penebangan pihak pertama akan menggeluarkan tiket
angkutan, yang nantinya sangat diperlukan untuk penimbangan tebu dan
perhitungan hasil yang diperoleh pihak kedua.
5. Untuk menjaga mutu tebu yang layak giling maka tebu yang ditebang harus
memenuhi kebutuhan sebagai berikut:
a. Bersih dari pucuk tebu.
b. Bersih dari daun tebu baik yang hijau maupun yang kering
c. Bersih dari tebu kering /mati.
d. Bersih dari akar-akar dan tanah
e. Bersih dari sogolan (anakan tebu tertier)
5.5 Pasal V Nilai Pengganti Tebu
1. Pembayaran nilai pengganti tebu diatur sebagai berikut
a. Rekap dan pembayaran SHU tebu dilakukan oleh pihak pertama apabila
petak kebun sudah selesai ditebang tuntas.
b. Pembayaran SHU tebu dapat dibayarkan sepenuhnya sesuai perhitungan
apabila ketua kelompok atau anggotanya tidak memiliki hutang baik pada
masa tebang tahun ini maupun tahun-tahun sebelumnya.
c. Penerima nilai pengganti tebu adalah petani pemilik tebu dengan
didampingi oleh ketua kelompok atau salah seorang penggurus kelompok
dengan membawa dengan menunjukan kartu tanda penduduk (KTP) asli
dan satu lembar foto-nya.
d. Untuk ketua kelompok yang anggotanya memiliki beberapa petak kebun
dalam 1(satu) wilayah KPTR , maka pembayaran tebu dapat dilakukan
apabila 50% dari luas total tanaman telah selesai ditebang. Dan akan
dibayar 755 dari hasil produksi yang telah tertebang tersebut, sedang
sisanya akan dibayar lunas setelah semua tanaman selesai tertebang. Hal
ini hanya berlaku bagi petani yang tidak memiliki sisa hutang pada tahun-
tahun sebelumnya.
2. Apabila syarat-syarat yang tertuang pada pasal 4 ayat (5) diatas tidak
terpenuhi maka pihak kedua beserta anggotanya bersedia dikenakan
potongan yang ditetapkan oleh pihak pertama sebagai berikut:
a. Tebu agak kotor nilai pengganti tebu dikurangi sebesar 5%
b. Tebu kotor nilai pengganti tebu dikurangi 7,5%
c. Tebu sangat kotor nilai pengganti tebu dikurangi 10%
3. Apabila terjadi kebakaran tebu tidak disenganja maupun tidak disengaja
diluar program tebu bakar yang telah ditentukan oleh pihak pertama maka
nilai tebu yang di tetapkan sesuai ayat (1) ayat 5 dalam perjanjian ini akan
dipotong dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Satu hari setelah kejadian kebakaran yang dibayar 90% dari nilai
pengganti tebu
b. Dua hari setelah kejadian kebakaran dibayar 80% dari nilai pengganti tebu
c. Tiga hari setelah kejadian kebakaran dibayar 50% dari nilai pengganti tebu
d. Empat hari setelah kejadian kebakaran tidak akan menerima pembayaran
pengganti nilai tebu.
4. Tebu yang dijamin mendapatkan nilai pengganti tebu dari pihak pertama
hanya tebu –tebu dari kebun yang luas dan lokasinya telah tercantum dalam
surat perjanjian ini dan memiliki nomor petak yang resmi.
5.6 Pasal VI Sanksi
1. Apabila hasil produksi dari pihak kedua dan atau anggotanya lebih dari 125
ton per hektare maka akan dilakukan pengukuran ulang. Dan jika hasil
pengukuran ulang ternyata luasan bertambah, maka pihak kedua akan
dikenakan biaya pengukuran sebesar Rp.200,000 / petak.
2. Apabila terdapat tanaman yang tumpang sari dengan tanaman tebu anggota
pihak kedua, maka pihak kedua bertanggung jawab atas hal tersebut dan
untuk tahun brikutnya anggota petani pihak kedua tida di perbolehkan
mengikuti program berikutnya (berhubungan dengan pasal 1 ayat 2 a)
3. Apabila pihak kedua dan atau anggotanya tidak dapat memenuhi kewajiban-
kewajiban seperti yang tercantum pada pasal-pasal perjanjian ini, maka
untuk tahun-tahun berikutnya pihak kedua tidak dapat mengikuti program
berikutnya.
5.7 Pasal VII Penyerhan Hasil Produksi
1. Penyerahan nilai hasil produksi (SHU) oleh pihak pertama kepada pihak
kedua atau anggotanya dilaksanakan secepatnya setelah perhitungan nilai
hasil produksi yang telah dilengkapi dengan dokumen pendukung diterima
oleh pihak pertama.
2. Pembyaran tersebut pada ayat 1 pasal 7 pada perjanjian ini dapat diundur
apabila:
a. Lampiran-lampiran pendukung perhitungan nilai hasil produksi belum
dilengkapi oleh pihak kedua
b. Terjadinya pengukuran ulang terhadap lahan yang terkait dengan ayat 1
pasal 6 dari perjanjian ini sehingga yang dibayarkan terlebih dahulu adalah
perhitungan SHU yang produksi tebunya tidak melebihi 125 ton/ha.
3. Untuk penggantian kepemilkan, pihak pertama mengadakan ketentuan-
ketentuan yang harus di taati oleh pihak kedua dan atau anggotanya, antara
lain; harus ada keepakatan antara yang menyerahkan dan menerima
tanggung jawab dalam surat pernytaan yang bermaterai, dan dibubuhi tanda
tangan kedua belah pihak dan diketahui oleh kepala desa setempat dan dua
orang saksi dengan di lampiri foto copy KTP kedua belah pihak
4. Pada waktu pembyarabn SHU bagi kelompok tani yang bersifat perorangan,
pihak kedua harus mengushakan petani yang terkait datang sendiri dengan
didampingi oleh salah seorang penggurus kelompok.
5. Dalam hal karena suatu halangan sehingga petani tidak dapat hadir dalam
penyerahan hasil produksi, maka dapat dibuat surat kuasa yang bermaterai
cukup, ditanda tangani oleh kedua belah pihak, ada 2(dua) orang saksi,
diketahui oleh pihak kedua.
5.8 Pasal VIII Masa Berlakunya Perjanjian
1. Perjanjian ini berlaku satu masa musim tebu giling yaitu masa tanam
2013/2014.
2. Perjanjian ini tidak akan berakhir sebelum waktunya, walaupun terjadi
mutasi salah satu pihak dan atau karena meninggalnya salah satu pihak yang
menandatangani perjanjian ini.
3. Perjanjian ini tidak dapat di batalkan baik secara sepihak maupun oleh pihak
manapun, tanpa adanya kesepakatan kedua belah pihak secara tertulis.
5.9 Pasal IX Lain-lain
1. Dokumen-dokumen, surat-surat dan lampiran-lampiran yang berhunbungan
dengan perjanjian inimerupakan suatu kestuan yang tidak dapat di pisahkan
dari perjanjian ini merupkan satu kestuan yang tidak dapat di pisahkan dari
perjanjian ini.
2. Apabila terjadi adanya tanaman digiling tebu masa tanam 2013/2014 milik
pihak kedua atau anggotanya yang tidak tertebang, disebabkan karena:
a. Terjadinya kerusakan pabrik sehingga giling 2014 tidak dapat dilanjutkan
b. Terjadinya situasi yang mendesak sehingga menyebabkan pabrik gula
tidak memungkinkan melanjutkan opersionalnya.
c. Terjadinya situasi iklim sosial yang menyebabkan kurangnya tenaga
tebang sehingga seluruh penebang tidak dapat diselesaikan
d. Kesalahan pihak kedua yang tidak mengikuti syarat-syarat prosedur dan
petunjuk teknis dari pihak pertama sehingga sampai akhir giling tanaman
tebu MT 2013/2014 belum layak atau tidak memungkinkan untuk di
tebang/digiling
Maka hal ini pihak kedua tidak dapat menuntut ganti rugi apapun kepada pihak
pertama. Seabagai penyelesaian sisa tebu yang belum tertebang akan diselesaikan
pada masa panen berikutnya (2015) dan merupakan prioritas penebang awal.
3. Pihak kedua akan membuat perjanjian tersendiri dengan ketua-ketua
kelompok atau anggotanya untuk penjabaran yang lebih rinci dari isi
perjanjian ini.
4. Hal-hal yang mungkin timbul, yang belum tercakup dalam perjanjian ini,
dan atau perubahanya akan diatur kemudian atas dasar mufakat kedua belah
pihak yang akan dituangkan dalam bentuk surat perjanjian tambahan yang
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan dalam surat
perjanjian ini. Terhadap surat perjanjian ini, kedua belah pihak sepakat
untuk mengsampingkan ketentuan dalam pasal 1266dan 1267 kitab undang-
undang hukum perdata.
5.10 Pasal X Penyelesaian Perselisihan
1. perselisihan yang timbul sebagai akibat dari surat perjanjian ini akan
diselesaikan secara musyawarah untuk mencapai mufakat antara kedua belah
pihak.
2. Apabila dengan musyawarah tidak juga dicapai mufakat, maka kedua belah
pihak sepakat untuk menyelesaikan perselisihan melalui jalur hukum yang
berlaku
3. Mengenai surat perjanjian ini dan segala akibat pelaksanaanya, kedua belah
pihak sepakat untuk memilih tempat kedudukan hukum yang tetap dan tidak
berubah pada kantor panitera pengadilan negeri limboto.
Demikian surat perjanjian ini di tanda tangani oleh kedua belah pihak serta dibuat
dalam dua rangkap , bermaterai cukup dan masing-masing mempunyai kekuatan
yang sama.
6. Lahan Perkebunan Tebu
Lahan perkebunan tebu yaitu kepemilikan lahan, perjanjian resmi kerja
sama, lokasi lahan perkebunan adalah sebagai berikut.
1.1 Kepemilikan Lahan
Kepemilikan lahan adalah salah satu factor untuk pelaksanaan produksi
terutama dalam hal pemeliharaan tanaman tebu. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar.
Gambar 3. Trend Karakteristik Respoden yang Bermitra dengan PT.PG.
Gorontalo-Unit Tolangohula status Lahan 2013.
Gambar 3 menunjukan bahwa status lahan terbanyak adalah kategori
pemilik yaitu sebanyak 29 orang lahan miliknya sendiri sedangkan yang paling
sedikit yaitu kategori kontrak yakni 1 orang. Hal ini menunjukan fakta di lapangan
bahwa yang paling banyak adalah lahan milik sendiri dari pada lahan kontrak, ini
membuktikan bahwa petani yang bermitra dengan PT. PG. Gorontalo-Unit
Tolangohula memiliki presentase yang baik dalam melakukan perjanjian
kemitraan kpemilikan lahan.
1.2 Perjanjian Resmi Kerja sama
Perjanjian resmi kerja sama adalah salah satu factor untuk melakukan
kerja sama kemitraan antara petani dengan perusahaan. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 4.
Gambar 4.Trend Perjanjian Resmi Kerja sama Antara Perusahaan
0
10
20
30
40
Memiliki Perjanjian Tidak Memiliki Perjanjian
Series1
Gambar 5 menunjukan bahwa perjanjian kerja sama adalah yang memiliki
perjanjian resmi 30 orang sedangkan yang tidak memiliki perjanjian tidak ada.
Hal ini menunjukan fakta di lapangan bahwa yang harus masuk dipetani bermtra
yaitu harus memiliki perjanjian Resmi dengan perusahaan.
1.3 Lokasi Lahan Perkebunan
Lokasi lahan perkebunan adalah salah satu sumberdaya yang langka, lahan
merupakan bagian dari bentang alam. Hal ini terlihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Trend responden Lokasi Lahan Perkebunan
Gambar 5. menunjukan lokasi lahan perkebunan adalah yang lahannya
tidak jauh dari lokasi pengolahan produksi tebu sebanyak 17 orang sedangkan
yang jauh lokasi pengolahan 13 orang dari 30 reponden. Hal ini menunjukan
fakta yang ada dilapangan bahwa yang tidak jauh dari lokasi pengolahan produksi
tebu sangat banyak.
2. Hubungan Antara Petani Dengan PT.PG.Gorontalo
Hubungan antara petani meliputi beberapa yaitu Petani dan perushaan
yang memiliki ikatan baik.pertemuan antara manajemen perusahaan dengan
petani, hadiah berprestasi untuk peningkatan produk
2.1 Petani dan Perusahaan yang memiliki ikatan baik
Perusahaan dan petani harus memiliki ikatan baik adalah salah satu factor
unuk melakukan kerja sama operasional petani mitra. Hal ini dilihat pada Gambar
6. Berikut ini
Gambar 6.Trend Responden Petani Dan Perusahaan Memiliki Ikatan
Gambar 6. Menunjukan petani dan perusahaan harus memiliki ikatan yang
baik antara petani bermitra dengan perusahaan PT.PG. Gorontalo dalam
melakukan perjanjian kemitraan yang terdiri dari 30 responden yang semuanya
memiliki ikatan yang baik.
2.2 pertemuan antara menejemen perusahaan dengan Petani
Perusahaan mengundang pertemuan antara menejemen dengan petani
bermitra adalah untuk melakukan bimbingan teknis kepada petani mitra. Dan
melihat beberapa respon petani mitra apakah perusahaan mengundang setiap rapat
atau pertemuan antara menejemen perusahaan. Hal ini dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Trend Responden pada Pertemuan Antara Menejemen
Perusahaan Dengan Petani
Hal ini menunjukan pertemuan bimbingan teknis dan penyuluhan antara
manajemen perusahaan dengan petani yang paling banyak yaitu di undang
senbanyak 24 orang sedangkan yang tidak diundang 6 orang yang artinya paling
banyak yang diundang perusahaan disetiap rapat atau pertemuan manajemen
Perusahaan
0
10
20
30
40
Tidak Memiliki Ikatan Yang Baik Memiliki Ikatan Yang Baik
Series1
2.3 Hadiah Berprestasi Untuk Peningkatan Produk Tebu
Hadiah berprestasi untuk peningkatan produk yaitu untk mengetahui
beberapa responden yang diberikan hadiah bagi petani bermitra yang berprestasi.
Hal ini di lihat pada Gambar 8. Berikut ini
Gambar 8.Trend Hadiah Berprestasi Untuk Peningkatan Produk
Pada gambar di atas hal ini menunjukan bahwa yang diberikan hadiah alat
semprotan rumput hanya 5 orang sedangkan yang tidak diberikan sebanyak 25
orang. Hal ini menunjukan bahwa kurang perhatian pemerintah kepada Petani
Mitra.
3. Dukungan Sarana Dan Prasarana Oleh Perusahaan
Dukungan sarana dan prasarana oleh perusahaan yaitu menyediakan
sarana jalan, produksi perusahaan sesuai mutu yang diharapkan, aliran dana dan
penyedia dana, perlindungan atas jamina kecelakaan.
3.1 Menyediakan Sarana Jalan Keperkebunan
Menyediakan sarana jalan keperkebunan merupakan suatu factor yang
sangat penting untuk melakukan perjanjian kerja sama. Dalam hal ini dapat
dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Trend Responden Menyediakan Sarana Jalan Keperkebunan
Pada Gambar diatas menunjukan yang menyediakan sarana jalan menuju
keperkebunan tebu sangat banyak yaitu 23 orang dibandingkan yang tidak
menyediakan sarana jalan menuju keperkebunan tebu hanya 7 orang. Hal ini
menunjukan bahwa fakta di lapangan sangat banyak respon petani yang
menyediakan sarana jalan.
3.2 Produksi Perusahaan Sesuai Mutu Yang Diharapkan
Produksi yang diterima perusahaan apakah sesuai mutu yang di harapkan
yang merupakan suatu factor yang sangat penting didalam melakukan kerja sama.
Hal ini dilhat pada gambar 10. Sebagai berikut
Gambar 10. Trend Responden Produksi Sesuai Mutu Yang Diharapkan
Pada gambar di atas menunjukan bahwa Produksi Perusahaan Sesuai Mutu
yang Diharapkan yaitu rendamennya sudah memenuhi 8% dari 30 responden
semuanya produksinya sesuai mutu yng diharapkan perusahaan PT. PG.
Gorontalo dalam melakukan perjanjian kemitraan sangat baik.
3.3 Aliran Dana Atau Penyedia Dana
Aliran dana atau penyedia dana kepada petani merupakan suatu factor
yang sangat penting untuk petani bermitra dalam melakukan perjanjian
Kemitraan. Hal ini dilihat pada Gambar 11. Sebagai berikut ini
Gambar 11. Trend Responden Aliran Dana Atau Penyedia Dana Kepada Petani
Pada gambar di atas menunjukan aliran dana petani atau penyedia dana
sampai saat ini sampai kepetani dengan jumlah dana yang dialirkan sesuai dengan
hasil panen yang dijual dilihat dari 30 responden aliran dana atau penyedia dana
sampai ke petani. Hal ini dilihat pada gambar di atas.
3.4 Perlindungan Atas Jaminan Kecelakaan
Perlindungan atas jaminan kecelakaan merupakan sangat penting bagi
petani mitra dalam melakukan pekejaan tanaman tebu. Dalam hal ini dilihat pada
gambar 12 sebagai berikut.
Gambar 12. Trend Responden Perlindungan Atas Jaminan Kecelakaan
Dari gambar diatas menunjukan perlindungan atas jamianan kecelakaan
adalah sangat penting untuk melakukan pekerjaan dalam Tanaman tebu
perlindungannya seperti adanya kecelakaan dalam melakukan pekerjaan tanaman
tebu. Di lihat dari 30 responden tidak ada perlindungan atas jaminan kecelakaan.
4. Persepsi
Ada beberapa persepsi yaitu Pola Inti plasma diapresiasi petani dan
perusahaan dan persepsi pemerintah adala sebagai berikut.
4.1 pola inti plasma diapresiasi petani dan perusahaan
Program pola inti plasma diapresiasi petani dan perusahaan merupkan
faktor yang sangat penting untuk melakukan perjanjian kemitraan. Hal ini dilihat
pada Gambar 13 sebagai berikut
Gambar 13. Trend Responden pola inti diapresiasi petani dan perusahaan
Dari gambar diatas menunjukan bahwa 30 responden pola inti diapresiasi
petani dan perusahaan yaitu dengan adanya perjanjian kerja sama antara petani
mitra. Hal ini menunjukan bahwa program pola inti plasma diapresiasi oleh petani
dan perushaan.
4.2 persepsi pemerintah
Persepsi pemerintah merupakan sangat penting untuk melakukan
perjanjian kemitraan. Hal ini dilihat pada Gambar 14 sebagai berikut
Gambar 14. Trend Responden Persepsi Pemerintah
Persepsi pemerintah adalah sangat penting untuk melakukan perjanjian
kemitraan dari 30 responden pemerintah memilki persepsi yang sama untuk
melakukan perjanjian kemitraan dengan adanya perjanjian kemitraan memiliki
persepsi yang sama . Hal ini di lihat pada gambar diatas.
C. Keuntungan Kemitraan
Dalam melakukan kemitraan tujuan utamanya yakni adanya saling
meguntungkan baik dari perusahaan maupun pada mitra kerja sama operasional
(KSO). Oleh karena itu perlu adanya analisis keuntungan dalam melakukan
kemitraan untuk mencapai suatu hubungan yang baik. Keuntungan ini di lihat dari
perusahaan maupun petani Mitra.
1. Keuntungan Untuk Perusahaan
Keutungan perusahaan dapat membantu kemajuan pada perusahaan dapat
di lihat dari pasokan produksi gula Pertahun, kualitas produk dan efesien
opersaional pada perusahaan PT. PG. Gorontalo.
1.1 Produksi Gula Pertahun PT. PG. Gorontalo
Berdasarkan hasil penelitian bahwa PT. PG Gorontalo pada tahun 2010
memproduksi gula sebesar 27.413,10 ton, pada tahun 2011 PT. PG. Gorontalo
memproduksi gula sebesar 32.226,20 ton, sedangakan pada tahun 2012 sebesar
31.848,00 ton, serta produksi pada tahun 2013 mencapai 40.000,00 ton. Hal ini
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Gambar 15. Trend Produksi Gula Empat Tahun Terakhir PT. PG. Gorontalo
Berdasarkan gambar 15 di atas, dapat disimpulkan bahwa produksi gula di PT.
PG. Gorontalo selalu kontinu atau berlanjut hal ini dapat dilihat pada produksi
pada tahun 2013 produksi gula 40.000,00 dan terendah pada tahun 2010
produksinya hanya 27.413,10 ton pertahun. Hal ini menjadi patokan keberhasilan
perusahaan dalam megelola pasokan produksi pertahun semakin meningkat.
1.2 Kualitas Produk
Pada umumnya kualitas produk ditentukan oleh pengaturan produksi. Hal
ini diterapkan untuk memperoleh jumlah produksi yang di kehendaki sesuai
dengan kapasitas dan kemampuan yang ada. Tebu yang akan di produksi sesuai
kesepakatan isi perjanjian. PT. PG.Gorontalo kebanyakan megambil keuntungan.
Pengaturan produksi ini tidak di pengaruhi oleh permintaan pasar, tapi merupakan
kerja sama operasional antara perusahaan dengan petani mitra. Pada umumnya
pengaturan produksi meliputi penempatan serta pemanenan hasil produksi.
Pengaturan produksi ini mempertimbangkan lokasi,dan skala pemeliharaan
kualitas yang ditampilkan. Hasil yang akan diperoleh dari tanaman tebu umumnya
relatif sama dan tidaknya tergantung bagaimana cara pemeliharaan yang baik dan
benar.
1.3 Efesiensi Operasional
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
45000
1 2 3 4
Tahun
Produksi
Biaya opersional meliputi biaya yang di keluarkan oleh pemeritah pusat
untuk petani mitra tidak melakukan usaha sendiri maupun dari perusahaan PT.
PG. Gorontalo sendiri karena dalam perjanjian kemitraan Tebu Rakyat(PC/RC)
antara PT.PG. Gorontalo dengan Koperasi Petani Tebu Rakyat pada pasal 2
penyediaan dan penyaluran dana bansos/guliran/dana lainya serta penarikan
pinjaman di lakukan oleh pihak kedua sepenuhnya dan pihak pertama tidak
bertanggung jawab dan tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana
atas pelanggaran/penyelewengan dana bansos/ guliran dana lain yang diterima
pihak kedua. Sehingga penggunaan biaya operasional lebih efesien dalam
pengelolaan tanaman tebu, efesien dalam waktu karena tidak menanggung dalam
biaya pasokan, dan juga efesien dalam penanggungan biaya.
Kemitraan yang di bangun oleh PT. PG. Gorontalo dan Petani Mitra ini
juga memiliki efesien pengaturan. Seperti pengaturan lahan, pupuk dan lain-lain.
Jika ada salah satu mitra yang yang lahannya sudah di genangi oleh air sudah
tidak layak lagi dipakai maka pihak perusahaan bersedia dengan ketentuan
pemitra harus mengajukan permohonan untuk tidak layak lagi di tanami tanaman
tebu.
2. Petani Mitra
Keberhasilan dari petani mitra dapat menjadikan keuntungan besar bagi
perusahaan maupun mitra. Adapun keuntungan petani dalam menjalankan
kemitraan meliputi lahan perkebunan tebu.
2.1 lahan perkebunan tebu
lahan perkebunan tebu yang akan di tanami tebu dalam petani mitra adalah
milik sendiri adapun salah satu seorang petani lahannya hanya kontrak dan
hasilnya di bagi sama dengan lahan yang di persyratkan oleh pihak perusahaan
yang telah telah memiliki perjanjian resmi antara pemilik dengan perusahaan
lahan perkebunan tebu tidak jauh dari lokasi pengolahan dan ada beberapa lahan
yang jauh dari lokasi pengolahan.
2.2 Pasokan Sarana Produksi Petani
Sarana produksi petani adalah salah satu bagian yang penting dalam
pemeliharaan petani tebu. Dalam melakukan kemitraan perlu adanya sarana
produksi tanaman tebu ditunjang dengan beberapa banyak populasi yang akan
dipelihara. Pasokan produksi mitra berasal dari pemerintah. Jumlah pengeluaran
dari tanaman tebu bibit, pupuk, dan lain-lain di lakukan setelah panen pada
tanaman tebu sudah mencapai ratoon ke empat atau rendamennya sudah menurun
dan tanahnya akan di bongkar kembali. Berikut adalah total jumlah pemasukan
obat-obatan,bibit kepada petani mitra tebu oleh pemerintah melalui KPTR.
Pemberian pupuk untuk tanaman tebu dapat mempengaruhi pemeliharaan
pada tanaman tebu karana jika tanaman tebu yang di pelihara banyak mengalami
kurang pertumbuhanya tebu yang akan dipakai harus melebihi jumlah yang
biasanya.
2.3 Manajemen
Manajemen Mitra meliputi perjanjian kemitraan tebu rakyat (PC/RC)
antara PT.PG Gorontalo dengan Koperasi Tebu rakyat. Adapun manajemen mitra
sampai permodalan mitra di tunjang oleh pemerintah dapat di lihat pada gambar 3.
Gambar 16. Struktur permodalan petani bermitra di PT.PG Gorontalo-unit
Tolangohula 2013.
Dari gambar 16 diatas maka dapat di jelaskan manajemen mitra sampai
permodalan kerja sama operasional petani mitra di PT. PG. Gorontalo meliputi
Pemerintah Dinas Perkebunan, koperasi tebu rakyat (KPTR), Kerja Sama
Operasional (KSO), Petani Bermitra.
PEMERINTAH
DINAS PERKEBUNAN
KPTR
KOPERASI TEBU RAKYAT
KSO
KERJA SAMA OPERASIONAL
OPERASIONALOPROPERASIO
NAL
PETANI
BERMITRA
2.4 pendapatan petani
Untuk melihat keuntungan secara finansial kemitraan antara petani mitra
dengan PT.PG.Gorontalo maka perlu diadakan analisis pendapatan usaha agar
dapat menghitung kebutuhan, modal, biaya, dan pendapatan yang di peroleh dari
hasil panen. Perhitungan pendapatan yang dikeluarkan pada penelitian ini adalah
salah satu mitra yang memiliki sampel 30 petani mitra dengan menghitung biaya
hasil panen yang dikeluarkan sampai pendapatan yang di terima selama proses
pemeliharaan berlangsung. Dilihat pada gambar 17 berikut ini.
Gambar 17. Trend Pendapatan Petani Mitra Pertahun
Pendapatan petani pertahun Rp 10.108.880,36 perorang itupun baru PC
(tanaman Pertama) belum RC (tanaman Berikutnya). Adapun biaya yang di
keluarkan sampai dengan pendapatan yakni di lihat pada lampiran 1. Rekapitulasi
perhitungan SHU TR 2012/2013 pengajuan ke akuntasi dan pendapatan petani
mitra.
D. Kemitraan
Bentuk pola kemitraan meliputi pola inti plasma, subkontrak, dagang
umum, keagenan, kerja sama operasional dan kemitraan saham. Pada kemitraan
yang di jalankan oleh PT.PG.Gorontalo merupakan kemitraan pola inti plasma
dimana perushaan sebagai inti dan petani adalah plasma. Kemitraan yang
terbentuk antara PT.PG. Gorontalo dengan petani mitra saling meguntungkan satu
sama lain dimana perusahaan sebagai pihak pertama. Selain itu kemitraan ini juga
di bentuk melalui petani-petani yang mampu mengembangkan usaha petani mitra
juga dapat dipercaya dalam melakukan perjanjian kontrak sehingga perusahaan
tidak begitu khawatir dengan pemeliharaan yang dilakukan oleh petani mitra
0
20000000
Pendapatan
Petani
Petani
sehingga kerja sama yang terjalin antara perushaan dengan petni mitra dapat
bertahan.
Pada umumnya kemitraan yang di lakukan bersifat tertutup dimana pihak
keduan atau petani mitra tidak diperbolehkan menjual hasil panen atau memasok
sarana produksi petani dari pihak selain PT.PG.Gorontalo. petani (plasma) bagi
perusahaan (inti) merupakan mitra kerja sama operasonal yang dipertahankan
hubunganya agar usaha kemitraan dapat terus berlanjut dan berkesinambungan.
Petani juga merupakan aset yang harus dikembangkan dan tambah jumlahnya,
karena salah satu indikator yang menjadi keberhasilan perusahaan di ukur dari
beberapa jumlah petani plasma yang dimiliki. Tentu saja petani bermitra yang
dimiliki perusahaan adalah petani yang baik dan berkualitas dalam melakukan
budidaya tanaman tebu. Telah membuat sistem dan prosedur penerimaan petni
mitra, sistem dan prosedur dalam perjanjian kemitraan dengan tujuan membuka
lapangan kerja dan meningkatkan kesehjateraan karyawan dan masyarakat.
Berdasarkan persyratan dan kewjiban bermitra, dimana perusahaan
PT.PG.Gorontalo penyedian sarana dan prasarana, pemilihan mutu produk yang di
harapkan perusahaan ini bertindak sebagai inti, sedangkan petani mitra dengan
jumlah yang cukup banyak dimana dalam proses pemeliharaan usaha di bantu
sepenuhnya oleh pemerintah dinas perkebunan maka petni mitra bertindak sebagai
plasma. Dengan demikian bentuk kemitraan antara petani tebu rakyat dengan
perusahaan PT.PG.Gorontalo-unit Tolangohula.