a. deskripsi pt. pg gorontalo dan petani...

33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi PT. PG Gorontalo Dan Petani Mitra 1. Perusahaan PT. PG. Gorontalo Gambaran umum perusahaan diperlukan dalam mengetahui profil perusahaan (company Profile). Berikut ini adalah gambaran umum perusahaan PT. PG. Gorontalo. 1.1 Sejarah singkat PT. PG. Gorontalo PT. PG. Gorontalo merupakan salah satu perusahaan agroindustri yang bergerak di bidang industri gula. Pada tahun 1990 sampai dengan 1996 perusahaan dikelola oleh Manajemen PT. Naga Manis Plantation, selanjutnya pada tahun 1997 sampai dengan 2003 di kelola oleh Manajemen PT. Rajawali Nusantara Indonesia, dan yang terakhir pada tahun 2004 sampai dengan sekarang ini di kelola oleh Manajemen PT. PG Gorontalo. Manajemen PT. PG. Gorontalo memiliki lahan potensial dari hak guna usaha (HGU) dan kerja sama operasional (KSO) dengan petani yang terbentuk dengan adanya kemitraan diharapkan dapat membantu perusahaan maupun petani tebu rakyat agar lebih membantu kesehjateraan petani. Kerja sama operasional (KSO) perusahaan ini pada dasarnya mempertemukan kepentingan bersama. Dengan tujuan untuk mencapai produksi yang setinggi-tingginya dan agar mensehjaterakan petani dan karyawan. 1.2 visi dan misi Visi : menjadi pabrik gula dengan produksi gula yang tinggi dan produktivitas gula per hektar tinggi, sedangakan Misi : 1. Perusahaan yang bermanfaat bagi semua pihak. 2. Memberi keuntungan kepada pemegang saham. 3. Meningkatkan kesehjateraan karyawan. Tujuan : 1. Menunjang program pembagunan daerah. 2. Konstribusi gula nasional dan daerah. 3. Membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesehjateraan karyawan dan masyarakat. 4.

Upload: dangtu

Post on 07-Mar-2019

587 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi PT. PG Gorontalo Dan Petani Mitra

1. Perusahaan PT. PG. Gorontalo

Gambaran umum perusahaan diperlukan dalam mengetahui profil

perusahaan (company Profile). Berikut ini adalah gambaran umum perusahaan

PT. PG. Gorontalo.

1.1 Sejarah singkat PT. PG. Gorontalo

PT. PG. Gorontalo merupakan salah satu perusahaan agroindustri yang

bergerak di bidang industri gula. Pada tahun 1990 sampai dengan 1996

perusahaan dikelola oleh Manajemen PT. Naga Manis Plantation, selanjutnya

pada tahun 1997 sampai dengan 2003 di kelola oleh Manajemen PT. Rajawali

Nusantara Indonesia, dan yang terakhir pada tahun 2004 sampai dengan sekarang

ini di kelola oleh Manajemen PT. PG Gorontalo.

Manajemen PT. PG. Gorontalo memiliki lahan potensial dari hak guna

usaha (HGU) dan kerja sama operasional (KSO) dengan petani yang terbentuk

dengan adanya kemitraan diharapkan dapat membantu perusahaan maupun petani

tebu rakyat agar lebih membantu kesehjateraan petani. Kerja sama operasional

(KSO) perusahaan ini pada dasarnya mempertemukan kepentingan bersama.

Dengan tujuan untuk mencapai produksi yang setinggi-tingginya dan agar

mensehjaterakan petani dan karyawan.

1.2 visi dan misi

Visi : menjadi pabrik gula dengan produksi gula yang tinggi dan

produktivitas gula per hektar tinggi, sedangakan Misi : 1. Perusahaan yang

bermanfaat bagi semua pihak. 2. Memberi keuntungan kepada pemegang saham.

3. Meningkatkan kesehjateraan karyawan. Tujuan : 1. Menunjang program

pembagunan daerah. 2. Konstribusi gula nasional dan daerah. 3. Membuka

lapangan kerja dan meningkatkan kesehjateraan karyawan dan masyarakat. 4.

Memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. 5. Pelayanan pada

pelanggan. 6. Meningkatkan mutu produk dengan pegolahan yang efesien dan

efektif. Adapun lokas i pabrik berada di kabupaten Gorontalo dan Boalemo.

1.3 Ketenagakerjaan PT. PG. Gorontalo

Ketenagakerjaan pada perusahaan PT. PG. Gorontalo terdiri dari karyawan

dan pekerja/buruh indusri. Karyawan terdiri atas manajemen 32 orang, staf

sebanyak 142 orang, non staf 561 orang , tenaga kerja harian sebanyak 706 orang,

tenaga kerja musiman sebanyak 370 orang, serta tenaga kerja penebang sebanyak

3300 orang. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja PT.PG Gorontalo berdasarkan jenisnya

Sumber:PT.PG.Gorontalo-Unit PG. Tolangohula,2013

Tabel diatas menunjukan bahwa total tenaga kerja internal perusahaan

sebesar 5,125 orang dengan jumlah tenaga kerja paling dominan yaitu “Harian”

yakni sebesar 706 orang sedangkan jumlah tenaga kerja terendah adalah

“Manajemen” dengan jumlah 46 orang. Adapun pekerja/buruh kasar industri

(tenaga kerja eksternal perusahaan) terdiri atas pekerja pada saat musim giling

yaitu sebanyak 3300 orang dan pekerja di luar musim dingin sebanyak 1000 orang

(untuk perawatan tanaman) yang umumnya berasal dari luar daerah gorontalo

yaitu dari Jawa.

1.4 Struktur Organisasi

Struktur organisasi pada PT.PG. Gorontalo terdiri atas General

Maneger,Deputy General Manager, Deputy General Manager terdiri dari

No Tenaga Kerja Jumlah(orang) Persentase(%)

1 Manajemen 46 2,52

2 Staf 142 7,78

3 Non Staf 561 30,73

4 Musiman 370 20,27

5 Harian 706 38,68

Total(orang) 1,852 100

Departemen Plantation, Departemen Factory. Divisi FA,FD & Legal terdiri dari

Asisten Manager Finance & Acconut, Asisten Werehouse & Finished Good,

Asisten Manager Legal & pertahanan, Asisten Manager Logistik. Divisi

Administrasi terdiri dari Asisten Manager General Affair, Asisten Manager HRD,

Asisten Manager Security, Dokter Perusahaan (poliklinik). Divisi Civil terdiri dari

Asisten Manager Civil. Asisten Manager Humas. Adapun Departemen Plantation

terdiri dari Divisi Rayon-1, Divisi rayon-2, Divisi Rayon-3, Divisi Harvesting,

Divisi Workshop, Divisi Risbang sedangkan Departemen Factory terdiri atas

Production Technical, Divisi Eng./Maintinance, Divisi Mill & Boiler, Divisi

Production, Asisten Manager Quality Control. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat

pada Gambar 2. Struktur Organisasi PT.PG Gorontalo sebagai berikut

Gambar 2. Struktur Organisasi PT. PG. Gorontalo – Unit PG Tolangohula.

Sumber :PT. PG. Gorontalo – Unit PG Tolangohula, 2013.

2. Petani Mitra Segar Sari

Identitas respoden merupakan latar belakang keadaan dari responden

sebagai tanggapan dan langkah selanjutnya dalam penelitian ini. Berdasarkan

GENERAL

MANAGER

DEPUTY

GENERAL

MANAGER

DEPARTEMEN

PLANTATION DEPARTEMEN

FACTORY

DIVISI

RAYON-1

DIVISI

RAYON-2

DIVISI

RAYON-3

DIVISI

HARVESTIN

G

DIVISI

WORKSHOP

DIVISI

RISBANG

PRODUCTION

TECHNICAL

DIVISI

PRODUCTION

DIVISI

ENG./MAINTINANCE

DIVISI

MILL & BOILER

DIVISI

FA, FD & LEGAL

DIVISI

ADMINISTRASI

DIVISI

CIVIL

ASISTEN

MANAGER

HUMAS

pengamatan di lokasi penelitian, maka diperoleh gambaran karakteristik respoden

yang terdiri dari umur, pendidikan,kepemilikan lahan, pengalaman bermitra.

2.1 Umur

mempunyai kondisi fisik yang kuat dan dapat menghasilkan umur

merupakan factor yang sangat berpengaruh dalam melakukan aktifitas kerja

khususnya bagi petani. Petani yang berusia produktif 17- 50 tahun lebih

cenderung produksi lebih banyak . dalam hal ini dapat di lihat pada tabel. 2 di

bawah ini.

Table 2. karakteristik responden berdasarkan umur masyarakat di PT.PG

Gorontalo Tahun 2013

No Umur (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 <15 0 0

2 15-50 24 80

3 >50 6 20

Total 30 100

Sumber: Data Primer 2013

Tabel 2. Menunjukan bahwa dari 30 responden 17-50 sebanyak 24 orang

atau 80 % yang memiliki usia produktif, ini menunjukkan bahwa petani

(responden) yang melakukan petani bermitra di PT.PG Gorontalo Kecamatan

Tolangohula didominasi yang usianya produktif (15-50 tahun). Yang berusia

<15tahun sebanyak 0 % orang belum produktif yang artinya mereka belum

melakukan petani bermitra sedangkan untuk umur >50 Tahun sebanyak 6 orang

atau 20 % tidak produktif artinya tenaga yang dimiliki tidak maksimal atau sudah

kurang aktifitas kerja dalam petani bermitra. Sehingga disimpulkan bahwa usia

responden yang melakukan petani bermitra di domonasi oleh usia 15-50 tahun

artinya tingkat produktifitas petani akan meningkat.

2.2 Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan factor penting dalam petani bermitra

banyaknya jumlah pendidikan lulusan SMP-SMA pada satu daerah menjadikan

petani bermitra dapat menyesuaikan atau beradaptasi dengan perkembangan ilmu

pegetahuan dan teknologi pada petani bermitra. Sedangkan tingkat pendidikan di

bawah SMP atau SD, menjadikan kurangnya pegetahuan bagi petani bermitra

dalam mencari informasi dari jejaring sosial dan pemerintah. Tingkat pendidikan

reponden di kecamatan tolangohula dapat di lihat pada tabel 3 sebagai berikut.

Tabel 3. Karakteristik Responden yang Bermitra dengan PT.PG. Gorontalo-

Unit Tolangohula berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 4 13,33

2 SD / Sederajat 17 56,66

3 SLTP / Sederajat 6 20

4 SLTA / Sederajat 3 10

Total 30 100

Sumber: Data Primer diolah 2013

Tabel 4 menujukkan bahwa tingkat pendidikan respoden di kecamatan

Tolangohula masih tergolong rendah, ini masih terlihat dalam respoden yang

melakukan petani bermitra terbanyak pedidikan SD/Sederajat sebanyak 17 orang

atau sebesar 56,66 %, sedangkan SLTA/Sederajat tergolong rendah hanya

sebanyak 3 orang atau 10 % . hal ini disebabkan oleh beberapa factor yaitu dengan

keinginan mereka memper oleh hasil Petani (uang) dengan cara cepat untuk

memenuhi kebutuhan mereka.

2.3 Pengalaman Bermitra

Pengalaman pribadi respoden, dalam hal ini di lihat dari lamanya repoden

bermitra dalam pemeliharaan tanaman tebu khususnya dalam program kemitraan

dengan PT.PG. Gorontalo-Unit Tolangohula. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Karakteristik Respoden yang Bermitra dengan PT.PG.Gorontalo-

Unit Tolangohula Berdasarkan Pengalaman Bermitra Tahun 2013

No Pengalaman Bermitra Jumlah Persentase

(Tahun) (orang) (%)

1 0 - 5 8 26,67

2 6 - 10 17 56,66

3 11 - 15 5 0,17

Total 30 100

Sumber: Data Primer Diolah 2013

Tabel 5. diatas, menunjukan bahwa pengalaman bermitra dengan PT. PG.

Gorontalo paling banyak yaitu kategori 6-10 tahun dengan persentase 56,66 %

sebanyak 17 orang sedangkan yang paling sedikit kategori 11-15 tahun yakni 5

orang dengan persentase 0,17 % dan 0-5 tahun sebanyak 8 orang dengan

persentase 26,67 %. Hal ini menunjukan bahwa pengalaman bermitra dengan PT.

PG. Gorontalo-Unit Tolangohula relatif baru.

B. Prosedur Kemitraan

Prosedur kemitraan adalah tata cara yang dilakukan oleh petani dengan

perusahaan dalam melakukan kerja sama agar dapat mengatur jalanya mitra.

Prosedur kemitraan yang dilakukan terdiri dari mekanisme kemitraan, tujuan

kemitraan, hak dan kewajiban dan bentuk pengawasan perusahaan.

1. Mekanisme kemitraan

Mekanisme kemitraan petani yakni harus memenuhi persyaratan untuk

petani. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengikuti kemitraan

pada PT. PG. Gorontalo-Unit Tolangohula.

a. Petani mempunyai lahan baik kontrak maupun milik sendiri lengkap dengan

perizinannya.

b. Petani mengajukan pendaftaran kerja sama dengan PT. PG. Gorontalo

dengan mencantumkan data seperti luas lahan, pembentukan kelompok,

persyratan teknis dan sarana-sarana pendukung lainya.

c. Pihak perusahaan melakukan pengamatan langsung ke lokasi untuk

meninjau layak tidaknya lahan yang tercantum dalam kerja sama opersional

(KSO).

d. Bukti perjanjian antara petani dengan perusahaan, dalam kerja sama

operasional (KSO). Pihak pertama tidak bertaggung jawab dan tidak dapat di

tuntut secara perdata maupun pidana atas pelanggaran / penyelewengan dana

bansos / guliran / dana lain oleh pihak kedua.

2. Tujuan Kemitraan

Tujuan perusahaan yang dicapai dalam membangun kemitraan yaitu agar

memberikan keutungan bagi kedua belah pihak sedangkan bentuk pembinaan

yang di berikan kepada petani berupa penyuluhan tentang cara menangani dan

teknis pemelihraan pada tanaman tebu.

PT. PG. Gorontalo juga mengembangkan kemitraan dengan tebu rakyat

yang di sebut plasma. Kemitraan yang dilakukan oleh perusahaan ini pada

dasarnya bertujuan mengembangkan petani kecil untuk maju bersama.

3. Keuntungan Kemitraan

Keuntungan kemitraan adalah salah satu yang diharapkan baik perusahaan

dan petani mitra dalam melakukan kemitraan. Adapun manfaat yang di rasakan

petani mitra yakni adanya jaminan pengadaan sarana produksi oleh perusahaan

inti seperti obat-obatan yang pembayaranya akan diperhitungkan pada penentuan

total biaya setelah panen, meningkatkan pengetahuan petani karena mendapatkan

bimbingan teknis dan manajemen tentang cara menanam tebu , adanya jaminan

pemasaran hasil dari perusahaan, dan jaminan pendapatan tambahan petani

plasma dari harga kesepakatan dari perusahaan.

Manfaat yang dirasakan perusahaan yakni terjadinya stabilitas produksi,

meningkatkan efesiensi dan kinerja perusahaan baik tenaga kerja maupun

permodaln dalam berusaha tanaman tebu dan menciptakan perluasan terhadap

produk sarana produksi yang dihasilkan oleh perusahaan.

4. Hak dan Kewajiban Kemitraan

Dalam pelaksanaan kemitraan antara petani mitra dengan PT. PG.

Gorontalo saling membutuhkan, memerlukan dan saling melengkapi oleh karena

itu di perlukan hak dan kewajiban antara sesama. Hak dan kewajiban kemitraan

antara petani mitra dengan PT. PG. Gorontalo-Unit Tolangohula tercantum dalam

pasal-pasal perjanjian, sebagai bagaimana uraian berikut yakni.

4.1 Pasal 2. Hak dan Kewajiban

1. Hak dan kewajiban pihak pertama:

a. Menetapkan jenis dan dosis pupuk yang digunakan pada kebun tebu pserta

TR-KSO. Penetapan tersebut berdasarkan hasil rekomendasi dari bagian

Research and Development PT. PG. Gorontalo.

b. Menetapkan harga tebu untuk musim giling tahun 2014 sesuai standard

formula perhitungan yang telah disepakati bersama sebelumnya dan harga

tebu akan tergantung pada:

- ketentuan persyratan teknis sesuai pasal 1 ayat 2 a.

- standard umur tebu yang di terima oleh pihak pertama, yaitu untuk

Ratoon minimum berumur 11 bulan dan untuk PC minimum berumur 12

bulan, dan jika tebu yang dikirim pihak kedua di luar standard umur

tersebut (kecuali ada SPT dari pihak pertama), maka pihak pertama akan

melakukan pemotongan terhadap harga tebu.

c. Menetapkan jadwal tebang sesuai dengan angka kemasakan tebu.

d. Menetapkan prosedur-prosedur untuk melancarkan operasional di lapangan.

e. Mengadakan penyuluhan mengenai isi dan maksud dari perjanjian ini serta

memberikan bimbingan teknis administrasi yang menyangkut bahan baku

teknis tanaman tebu kepada pihak kedua beserta anggotanya.

f. Membayar nilai tebu untuk musim giling tahun 2014 kepada ketua

kelompok atau anggotanya.

g. Menyerahkan hasil pemotongan hutang petani kepada pihak KPTR sesuai

surat kuasa pihak pertama.

2. Hak dan kewajiban pihak kedua dan anggota pihak kedua :

a. Berhak menerima penyuluhan dan bimbingan teknis dari pihak pertama

mengenai isi dan maksud dari perjanjian ini.

b. Berhak menerima hasil pemotongan hutang petani yang di potongkan/

dikumpulkan oleh pihak pertama pada setiap akhir bulan.

c. Berkewajiban mentaati segala peraturan dan prosedur serta melaksanakan

petunjuk teknis yang di tetapkan pihak pertama.

d. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan, keamanan tanaman tebu sampai

akhir tebangan dengan tenaga sendiri untuk mendapatkan hasil maksimal

dan jika tebunya tidak tertebang, maka menjadi tanggung jawab sepenuhnya

pihak kedua sendiri.

e. Bertanggung jawab penuh terhadap penggunaan dana Bansos dan dana

guliran yang diterima oleh pemerintah berikut segala resiko yang timbul atas

penyalahgunaan dana tersebut.

f. Berkewajiban untuk melunasi hutang-hutangnya pada tahun-tahun

sebelumnya yang masih di danai pihak pertama dengan pemotongan sisa

hasil usaha yang diterima.

g. Berkewajiban menebang dan mengirim sejumlah hasil tebangan dengan

mutu baik sesuai standar yang di tetapkan oleh pihak pertama dengan

menggunkan tenaga sendiri baik secara perorangan maupun kolektif.

h. Pihak KPTR membuat surat kuasa kepada pihak pertama untuk memotong

pinjaman anggota pihak kedua yang di biayai oleh KPTR.

i. Bertanggung jawab atas biaya dan kegiatan pelaksanaan tebang dan angkut.

j. Bertanggung jawab terhadap pengadaan dan penyaluran sarana produksi

seperti bibit dan pupuk. Apabila pihak kedua kesulitan dalam pengadaan

pupuk dan bila pihak pertama bisa membantu, maka akan di bantu.

Dari penjelasan pasal-pasal di atas Adapun hak dan kewajiban PT. PG. Gorontalo

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hak dan Kewajiban Petani Mitra dan PT.PG. Gorontalo

No Petani Mitra PT. PG. Gorontalo

Hak Kewajiban Hak Kewajiban

1. Menerima Berkewajiban Menetapkan Mengadakan

penyuluhan mentaati jenis dan dosis penyuluhan

dan bimbingan segala peraturan yang digunakan mengenai

teknis dan prosedur pada kebun tebu isi dan maksud

serta melaksanakan peserta TR-KSO, dari perjanjian

petunjuk teknis penetapan tersebut ini serta teknis

yang ditetapkan berdasarkan hasil tanaman tebu

oleh pihak pertama rekomendasi kepada pihak

dari bagian kedua besrta

Research and anggotanya.

Development

PT.PG.Gorontalo.

2. Berhak menerima Bertanggung Menetapkan jadwal Membayar

hasil pemotongan jawab terhadap tebang sesuai nilai tebu

hutang petani pengelolaan, dengan angka untuk musim

yang di potongkan keamanan kemasakan tebu. Giling tahun

di kumpulkan tanaman tebu 2014 kepada

oleh pihak pertama sampai akhir ketua

tebangan kelompok

dengan tenaga atau

sendiri untuk anggotanya.

mendapatkan hasil

maksimal sendiri.

Sumber: PT. PG. Gorontalo 2013

Berdasarkan Tabel 6 maka dapat di simpulkan hak dan kewajiban

berpengaruh pada kelangsungan kemitraan. Hal ini dapat di lihat pada tabel di atas

bahwa petani mitra berhak atas menerima bimbingan teknis dan lain-lain juga

bertaggung jawab atas pegolaan keamanan tanaman tebu sampai akhir tebang, dan

memberikan seluruh laporan kegiatan terhadap pemeliharaan tebu, mencatat data-

data harian secara seksama, sedangkan perusahan mempunyai hak dalam

menentukan jenis dan dosis yang digunakan pada tanaman tebu perserta TR-KSO

dan menentukan harga kesepakatan kontrak berhak menentukan jadwal tebang

sesuai dengan angka kemesakan tebu serta berkewajiban megadakan penyuluhan

megenai isi dan maksud dari perjanjian ini.

5. Perjanjian Kemitraan antara PT.PG Gorontalo Dengan Koperasi Petani Tebu

Rakyat.

Kedua belah pihak sepakat melakukan perjanjian kerjasama operasional

penanaman masa tanam 2013/2014, untuk selama satu musim tanam tebu giling

terhitung sejak pengolahan tanah untuk tebu tanaman petama (PC) atau tanaman

tebu keprasan (RC) dengan luas obyek dalam perjanjian ini. Adapun syarat-syarat

dan ketentuan yang harus di patuhi bersama adalah sebagai berikut:

5.1 Pasal I Syarat-Syarat Kepesertaan

1. Pembentukan kelompok

a. Petani peserta TR-KSO diwajibkan membentuk kelompok setiap

kelompok mempunyai kepengurusan minimal 3 (tiga) orang yang terdiri

dari ketua, sekretaris dan bendahara.

b. Penunjukkan pengurus kelompok merupkan hasil musyawarah anggota

yang di syahkan oleh kepala desa, pihak pertama dan pihak kedua.

c. Luas lahan kelompok minimal 10 ha dan jumlah kelompok disetiap desa

maksimal 2 kelompok.

2. Persyratan Teknis

a. Lahan yang diikutkan dalam program TR-KSO harus layak untuk tanaman

tebu dengan persyaratan antara lain:

- Tidak tergenang air

- Kemiringan tidak lebih dari 8%

- Tersedia jalan dan jembatan untuk angkutan tebu

- Naungan tanaman tahunan / tanaman lainya selain tebu diperbolehkan

maksimal sejumlah 4 pohon/ha

- Tidak akan di tumpang sarikan dengan tanaman lainnya.

b. Lahan tersebut merupakan milik anggota pihak kedua yang dibuktikan

dengan bukti kepemilikan dan menjamin lahan tidak bermasalah dengan

pihak lain. Apabila dalam pelaksanaan dalam perjanjian ini timbul

masalah yang menyangkut lahan tersebut maka sepenuhnya menjadi

tanggung jawab pihak kedua dan/atau anggotanya.

c. Pihak kedua beserta para anggotanya menyatakan sanggup dengan

sungguh-sungguh mengelola dan mengamankan tanaman tebu yang

diikutkan dalam program TR-KSO mulai dari awal pelaksanaan sampai

dengan selesai panen.

d. Luas lahan yang diajukan minimal 0,20 ha untuk perorangan dan minimal

10 ha untuk kelompok.

3. Persyaratan administrasi

a. Pihak kedua mengajukan permohonan kepesrtaan program TR-KSO secara

tertulis kepada pihak pertama dengan mlampirkan nama-nama ketua

kelompok atau para anggota, luas lahan dari masing-masing anggota

beserta lokasinya.

b. Masing-masing anggota kelompok wajib membubuhkan tanda tangan

dalam daftar tersebut diatas (pasal 1 ayat 3.a).

c. Pihak kedua besrta anggotanya diwajibkan menyerahkan foto copy :

- KTP yang masih berlaku

- Kartu keluarga

- Surat kepemilikan tanah

d. Setiap anggota pihak kedua menyediakan biaya pengganti sarana

administrasi sebesar Rp. 150.000,- per ha (seratus lima puluh ribu rupiah).

Biaya tersebut akan dipotong dari sisa hasil usaha yang di perolehnya dari

masing-masing anggota kelompok.

5.2 Pasal II Hak dan Kewajiban

1. Hak dan kewajiban pihak pertama:

a. Menetapkan jenis dan dosis pupuk yang di gunakan pada kebun tebu

pserta TR-KSO. Penetapan tersebut berdasarkan hasil rekomendasi dari

bagian Research and Development PT. PG. Gorontalo.

b. Menetapkan harga tebu untuk musim giling tahun 2014 sesuai standard

formula perhitungan yang telah di sepakati bersama sebelumnya dan harga

tebu akan tergantung pada:

- Ketentuan persyratan teknis sesuai pasal 1 ayat 2 a.

- Standard umur tebu yang di terima oleh pihak pertama, yaitu untuk

Ratoon minimum berumur 11 bulan dan untuk PC minimum berumur 12

bulan, dan jika tebu yang dikirim pihak kedua di luar standard umur

tersebut (kecuali ada SPT dari pihak pertama), maka pihak pertama akan

melakukan pemotongan terhadap harga tebu.

c. Menetapkan jadwal tebang sesuai dengan angka kemasakan tebu.

d. Menetapkan prosedur-prosedur untuk melancarkan operasional di

lapangan.

e. Mengadakan penyuluhan mengenai isi dan maksud dari perjanjian ini serta

memberikan bimbingan teknis administrasi yang menyangkut bahan baku

teknis tanaman tebu kepada pihak kedua beserta anggotanya.

f. Membayar nilai tebu untuk musim giling tahun 2014 kepada ketua

kelompok atau anggotanya.

g. Menyerahkan hasil pemotongan hutang petani kepada pihak KPTR sesuai

surat kuasa pihak pertama.

2. Hak dan kewajiban pihak kedua dan anggota pihak kedua :

a. Berhak menerima penyuluhan dan bimbingan teknis dari pihak pertama

mengenai isi dan maksud dari perjanjian ini.

b. Berhak menerima hasil pemotongan hutang petani yang di potongkan/

dikumpulkan oleh pihak pertama pada setiap akhir bulan.

c. Berkewajiban mentaati segala peraturan dan prosedur serta melaksanakan

petunjuk teknis yang di tetapkan pihak pertama.

d. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan, keamanan tanaman tebu sampai

akhir tebangan dengan tenaga sendiri untuk mendapatkan hasil maksimal

dan jika tebunya tidak tertebang, maka menjadi tanggung jawab

sepenuhnya pihak kedua sendiri.

e. Bertanggung jawab penuh terhadap penggunaan dana Bansos dan dana

guliran yang diterima oleh pemerintah berikut segala resiko yang timbul

atas penyalahgunaan dana tersebut.

f. Berkewajiban untuk melunasi hutang-hutangnya pada tahun-tahun

sebelumnya yang masih di danai pihak pertama dengan pemotongan sisa

hasil usaha yang diterima.

g. Berkewajiban menebang dan mengirim sejumlah hasil tebangan dengan

mutu baik sesuai standar yang di tetapkan oleh pihak pertama dengan

menggunkan tenaga sendiri baik secara perorangan maupun kolektif.

h. Pihak KPTR membuat surat kuasa kepada pihak pertama untuk memotong

pinjaman anggota pihak kedua yang di biayai oleh KPTR.

i. Bertanggung jawab atas biaya dan kegiatan pelaksanaan tebang dan

angkut.

j. Bertanggung jawab terhadap pengadaan dan penyaluran sarana produksi

seperti bibit dan pupuk. Apabila pihak kedua kesulitan dalam pengadaan

pupuk dan bila pihak pertama bisa membantu, maka akan di bantu.

5.3 Pasal III Penyediaan Dan Penyaluran Dana Serta Penarikan Pinjaman

1. Penyediaan dan penyaluran dana bansos/ guliran/ dana lainya serta

penarikan pinjaman dilakukan oleh pihak kedua sepenuhnya.

2. Pihak pertama tidak bertanggung jawab dan tidak dapat dituntut bai secara

perdata maupun pidana atas pelanggaran / penyelewengan dana bansos /

guliran / dana lain yang diterima oleh pihak kedua.

5.4 Pasal IV Masa panen

1. Pelaksanaan kegiatan tebang dan angkut sepenuhnya menjadi

tanggungjawab pihak kedua beserta anggotanya baik secara perorangan

maupun kolektif.

2. Sebelum penebangan dilaksanakan pihak kedua melalui pengurus kelompok

petani tebu harus mendapatkan surat perintah tebang (SPT) dari pihak

pertama, dalam hal ini menjadi kewajiban dan tanggung jawab bagian

tebang angkut.

3. Apabila pihak kedua menebang tebu tanpa surat perintah (SPT) dari pihak

pertama maka hasil produksi milik pihak kedua tidak dapat diterima oleh

pihak pertama.

4. Sebagai bukti penebangan pihak pertama akan menggeluarkan tiket

angkutan, yang nantinya sangat diperlukan untuk penimbangan tebu dan

perhitungan hasil yang diperoleh pihak kedua.

5. Untuk menjaga mutu tebu yang layak giling maka tebu yang ditebang harus

memenuhi kebutuhan sebagai berikut:

a. Bersih dari pucuk tebu.

b. Bersih dari daun tebu baik yang hijau maupun yang kering

c. Bersih dari tebu kering /mati.

d. Bersih dari akar-akar dan tanah

e. Bersih dari sogolan (anakan tebu tertier)

5.5 Pasal V Nilai Pengganti Tebu

1. Pembayaran nilai pengganti tebu diatur sebagai berikut

a. Rekap dan pembayaran SHU tebu dilakukan oleh pihak pertama apabila

petak kebun sudah selesai ditebang tuntas.

b. Pembayaran SHU tebu dapat dibayarkan sepenuhnya sesuai perhitungan

apabila ketua kelompok atau anggotanya tidak memiliki hutang baik pada

masa tebang tahun ini maupun tahun-tahun sebelumnya.

c. Penerima nilai pengganti tebu adalah petani pemilik tebu dengan

didampingi oleh ketua kelompok atau salah seorang penggurus kelompok

dengan membawa dengan menunjukan kartu tanda penduduk (KTP) asli

dan satu lembar foto-nya.

d. Untuk ketua kelompok yang anggotanya memiliki beberapa petak kebun

dalam 1(satu) wilayah KPTR , maka pembayaran tebu dapat dilakukan

apabila 50% dari luas total tanaman telah selesai ditebang. Dan akan

dibayar 755 dari hasil produksi yang telah tertebang tersebut, sedang

sisanya akan dibayar lunas setelah semua tanaman selesai tertebang. Hal

ini hanya berlaku bagi petani yang tidak memiliki sisa hutang pada tahun-

tahun sebelumnya.

2. Apabila syarat-syarat yang tertuang pada pasal 4 ayat (5) diatas tidak

terpenuhi maka pihak kedua beserta anggotanya bersedia dikenakan

potongan yang ditetapkan oleh pihak pertama sebagai berikut:

a. Tebu agak kotor nilai pengganti tebu dikurangi sebesar 5%

b. Tebu kotor nilai pengganti tebu dikurangi 7,5%

c. Tebu sangat kotor nilai pengganti tebu dikurangi 10%

3. Apabila terjadi kebakaran tebu tidak disenganja maupun tidak disengaja

diluar program tebu bakar yang telah ditentukan oleh pihak pertama maka

nilai tebu yang di tetapkan sesuai ayat (1) ayat 5 dalam perjanjian ini akan

dipotong dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Satu hari setelah kejadian kebakaran yang dibayar 90% dari nilai

pengganti tebu

b. Dua hari setelah kejadian kebakaran dibayar 80% dari nilai pengganti tebu

c. Tiga hari setelah kejadian kebakaran dibayar 50% dari nilai pengganti tebu

d. Empat hari setelah kejadian kebakaran tidak akan menerima pembayaran

pengganti nilai tebu.

4. Tebu yang dijamin mendapatkan nilai pengganti tebu dari pihak pertama

hanya tebu –tebu dari kebun yang luas dan lokasinya telah tercantum dalam

surat perjanjian ini dan memiliki nomor petak yang resmi.

5.6 Pasal VI Sanksi

1. Apabila hasil produksi dari pihak kedua dan atau anggotanya lebih dari 125

ton per hektare maka akan dilakukan pengukuran ulang. Dan jika hasil

pengukuran ulang ternyata luasan bertambah, maka pihak kedua akan

dikenakan biaya pengukuran sebesar Rp.200,000 / petak.

2. Apabila terdapat tanaman yang tumpang sari dengan tanaman tebu anggota

pihak kedua, maka pihak kedua bertanggung jawab atas hal tersebut dan

untuk tahun brikutnya anggota petani pihak kedua tida di perbolehkan

mengikuti program berikutnya (berhubungan dengan pasal 1 ayat 2 a)

3. Apabila pihak kedua dan atau anggotanya tidak dapat memenuhi kewajiban-

kewajiban seperti yang tercantum pada pasal-pasal perjanjian ini, maka

untuk tahun-tahun berikutnya pihak kedua tidak dapat mengikuti program

berikutnya.

5.7 Pasal VII Penyerhan Hasil Produksi

1. Penyerahan nilai hasil produksi (SHU) oleh pihak pertama kepada pihak

kedua atau anggotanya dilaksanakan secepatnya setelah perhitungan nilai

hasil produksi yang telah dilengkapi dengan dokumen pendukung diterima

oleh pihak pertama.

2. Pembyaran tersebut pada ayat 1 pasal 7 pada perjanjian ini dapat diundur

apabila:

a. Lampiran-lampiran pendukung perhitungan nilai hasil produksi belum

dilengkapi oleh pihak kedua

b. Terjadinya pengukuran ulang terhadap lahan yang terkait dengan ayat 1

pasal 6 dari perjanjian ini sehingga yang dibayarkan terlebih dahulu adalah

perhitungan SHU yang produksi tebunya tidak melebihi 125 ton/ha.

3. Untuk penggantian kepemilkan, pihak pertama mengadakan ketentuan-

ketentuan yang harus di taati oleh pihak kedua dan atau anggotanya, antara

lain; harus ada keepakatan antara yang menyerahkan dan menerima

tanggung jawab dalam surat pernytaan yang bermaterai, dan dibubuhi tanda

tangan kedua belah pihak dan diketahui oleh kepala desa setempat dan dua

orang saksi dengan di lampiri foto copy KTP kedua belah pihak

4. Pada waktu pembyarabn SHU bagi kelompok tani yang bersifat perorangan,

pihak kedua harus mengushakan petani yang terkait datang sendiri dengan

didampingi oleh salah seorang penggurus kelompok.

5. Dalam hal karena suatu halangan sehingga petani tidak dapat hadir dalam

penyerahan hasil produksi, maka dapat dibuat surat kuasa yang bermaterai

cukup, ditanda tangani oleh kedua belah pihak, ada 2(dua) orang saksi,

diketahui oleh pihak kedua.

5.8 Pasal VIII Masa Berlakunya Perjanjian

1. Perjanjian ini berlaku satu masa musim tebu giling yaitu masa tanam

2013/2014.

2. Perjanjian ini tidak akan berakhir sebelum waktunya, walaupun terjadi

mutasi salah satu pihak dan atau karena meninggalnya salah satu pihak yang

menandatangani perjanjian ini.

3. Perjanjian ini tidak dapat di batalkan baik secara sepihak maupun oleh pihak

manapun, tanpa adanya kesepakatan kedua belah pihak secara tertulis.

5.9 Pasal IX Lain-lain

1. Dokumen-dokumen, surat-surat dan lampiran-lampiran yang berhunbungan

dengan perjanjian inimerupakan suatu kestuan yang tidak dapat di pisahkan

dari perjanjian ini merupkan satu kestuan yang tidak dapat di pisahkan dari

perjanjian ini.

2. Apabila terjadi adanya tanaman digiling tebu masa tanam 2013/2014 milik

pihak kedua atau anggotanya yang tidak tertebang, disebabkan karena:

a. Terjadinya kerusakan pabrik sehingga giling 2014 tidak dapat dilanjutkan

b. Terjadinya situasi yang mendesak sehingga menyebabkan pabrik gula

tidak memungkinkan melanjutkan opersionalnya.

c. Terjadinya situasi iklim sosial yang menyebabkan kurangnya tenaga

tebang sehingga seluruh penebang tidak dapat diselesaikan

d. Kesalahan pihak kedua yang tidak mengikuti syarat-syarat prosedur dan

petunjuk teknis dari pihak pertama sehingga sampai akhir giling tanaman

tebu MT 2013/2014 belum layak atau tidak memungkinkan untuk di

tebang/digiling

Maka hal ini pihak kedua tidak dapat menuntut ganti rugi apapun kepada pihak

pertama. Seabagai penyelesaian sisa tebu yang belum tertebang akan diselesaikan

pada masa panen berikutnya (2015) dan merupakan prioritas penebang awal.

3. Pihak kedua akan membuat perjanjian tersendiri dengan ketua-ketua

kelompok atau anggotanya untuk penjabaran yang lebih rinci dari isi

perjanjian ini.

4. Hal-hal yang mungkin timbul, yang belum tercakup dalam perjanjian ini,

dan atau perubahanya akan diatur kemudian atas dasar mufakat kedua belah

pihak yang akan dituangkan dalam bentuk surat perjanjian tambahan yang

merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan dalam surat

perjanjian ini. Terhadap surat perjanjian ini, kedua belah pihak sepakat

untuk mengsampingkan ketentuan dalam pasal 1266dan 1267 kitab undang-

undang hukum perdata.

5.10 Pasal X Penyelesaian Perselisihan

1. perselisihan yang timbul sebagai akibat dari surat perjanjian ini akan

diselesaikan secara musyawarah untuk mencapai mufakat antara kedua belah

pihak.

2. Apabila dengan musyawarah tidak juga dicapai mufakat, maka kedua belah

pihak sepakat untuk menyelesaikan perselisihan melalui jalur hukum yang

berlaku

3. Mengenai surat perjanjian ini dan segala akibat pelaksanaanya, kedua belah

pihak sepakat untuk memilih tempat kedudukan hukum yang tetap dan tidak

berubah pada kantor panitera pengadilan negeri limboto.

Demikian surat perjanjian ini di tanda tangani oleh kedua belah pihak serta dibuat

dalam dua rangkap , bermaterai cukup dan masing-masing mempunyai kekuatan

yang sama.

6. Lahan Perkebunan Tebu

Lahan perkebunan tebu yaitu kepemilikan lahan, perjanjian resmi kerja

sama, lokasi lahan perkebunan adalah sebagai berikut.

1.1 Kepemilikan Lahan

Kepemilikan lahan adalah salah satu factor untuk pelaksanaan produksi

terutama dalam hal pemeliharaan tanaman tebu. Hal ini dapat dilihat pada

Gambar.

Gambar 3. Trend Karakteristik Respoden yang Bermitra dengan PT.PG.

Gorontalo-Unit Tolangohula status Lahan 2013.

Gambar 3 menunjukan bahwa status lahan terbanyak adalah kategori

pemilik yaitu sebanyak 29 orang lahan miliknya sendiri sedangkan yang paling

sedikit yaitu kategori kontrak yakni 1 orang. Hal ini menunjukan fakta di lapangan

bahwa yang paling banyak adalah lahan milik sendiri dari pada lahan kontrak, ini

membuktikan bahwa petani yang bermitra dengan PT. PG. Gorontalo-Unit

Tolangohula memiliki presentase yang baik dalam melakukan perjanjian

kemitraan kpemilikan lahan.

1.2 Perjanjian Resmi Kerja sama

Perjanjian resmi kerja sama adalah salah satu factor untuk melakukan

kerja sama kemitraan antara petani dengan perusahaan. Hal ini dapat dilihat pada

Gambar 4.

Gambar 4.Trend Perjanjian Resmi Kerja sama Antara Perusahaan

0

10

20

30

40

Memiliki Perjanjian Tidak Memiliki Perjanjian

Series1

Gambar 5 menunjukan bahwa perjanjian kerja sama adalah yang memiliki

perjanjian resmi 30 orang sedangkan yang tidak memiliki perjanjian tidak ada.

Hal ini menunjukan fakta di lapangan bahwa yang harus masuk dipetani bermtra

yaitu harus memiliki perjanjian Resmi dengan perusahaan.

1.3 Lokasi Lahan Perkebunan

Lokasi lahan perkebunan adalah salah satu sumberdaya yang langka, lahan

merupakan bagian dari bentang alam. Hal ini terlihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Trend responden Lokasi Lahan Perkebunan

Gambar 5. menunjukan lokasi lahan perkebunan adalah yang lahannya

tidak jauh dari lokasi pengolahan produksi tebu sebanyak 17 orang sedangkan

yang jauh lokasi pengolahan 13 orang dari 30 reponden. Hal ini menunjukan

fakta yang ada dilapangan bahwa yang tidak jauh dari lokasi pengolahan produksi

tebu sangat banyak.

2. Hubungan Antara Petani Dengan PT.PG.Gorontalo

Hubungan antara petani meliputi beberapa yaitu Petani dan perushaan

yang memiliki ikatan baik.pertemuan antara manajemen perusahaan dengan

petani, hadiah berprestasi untuk peningkatan produk

2.1 Petani dan Perusahaan yang memiliki ikatan baik

Perusahaan dan petani harus memiliki ikatan baik adalah salah satu factor

unuk melakukan kerja sama operasional petani mitra. Hal ini dilihat pada Gambar

6. Berikut ini

Gambar 6.Trend Responden Petani Dan Perusahaan Memiliki Ikatan

Gambar 6. Menunjukan petani dan perusahaan harus memiliki ikatan yang

baik antara petani bermitra dengan perusahaan PT.PG. Gorontalo dalam

melakukan perjanjian kemitraan yang terdiri dari 30 responden yang semuanya

memiliki ikatan yang baik.

2.2 pertemuan antara menejemen perusahaan dengan Petani

Perusahaan mengundang pertemuan antara menejemen dengan petani

bermitra adalah untuk melakukan bimbingan teknis kepada petani mitra. Dan

melihat beberapa respon petani mitra apakah perusahaan mengundang setiap rapat

atau pertemuan antara menejemen perusahaan. Hal ini dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Trend Responden pada Pertemuan Antara Menejemen

Perusahaan Dengan Petani

Hal ini menunjukan pertemuan bimbingan teknis dan penyuluhan antara

manajemen perusahaan dengan petani yang paling banyak yaitu di undang

senbanyak 24 orang sedangkan yang tidak diundang 6 orang yang artinya paling

banyak yang diundang perusahaan disetiap rapat atau pertemuan manajemen

Perusahaan

0

10

20

30

40

Tidak Memiliki Ikatan Yang Baik Memiliki Ikatan Yang Baik

Series1

2.3 Hadiah Berprestasi Untuk Peningkatan Produk Tebu

Hadiah berprestasi untuk peningkatan produk yaitu untk mengetahui

beberapa responden yang diberikan hadiah bagi petani bermitra yang berprestasi.

Hal ini di lihat pada Gambar 8. Berikut ini

Gambar 8.Trend Hadiah Berprestasi Untuk Peningkatan Produk

Pada gambar di atas hal ini menunjukan bahwa yang diberikan hadiah alat

semprotan rumput hanya 5 orang sedangkan yang tidak diberikan sebanyak 25

orang. Hal ini menunjukan bahwa kurang perhatian pemerintah kepada Petani

Mitra.

3. Dukungan Sarana Dan Prasarana Oleh Perusahaan

Dukungan sarana dan prasarana oleh perusahaan yaitu menyediakan

sarana jalan, produksi perusahaan sesuai mutu yang diharapkan, aliran dana dan

penyedia dana, perlindungan atas jamina kecelakaan.

3.1 Menyediakan Sarana Jalan Keperkebunan

Menyediakan sarana jalan keperkebunan merupakan suatu factor yang

sangat penting untuk melakukan perjanjian kerja sama. Dalam hal ini dapat

dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Trend Responden Menyediakan Sarana Jalan Keperkebunan

Pada Gambar diatas menunjukan yang menyediakan sarana jalan menuju

keperkebunan tebu sangat banyak yaitu 23 orang dibandingkan yang tidak

menyediakan sarana jalan menuju keperkebunan tebu hanya 7 orang. Hal ini

menunjukan bahwa fakta di lapangan sangat banyak respon petani yang

menyediakan sarana jalan.

3.2 Produksi Perusahaan Sesuai Mutu Yang Diharapkan

Produksi yang diterima perusahaan apakah sesuai mutu yang di harapkan

yang merupakan suatu factor yang sangat penting didalam melakukan kerja sama.

Hal ini dilhat pada gambar 10. Sebagai berikut

Gambar 10. Trend Responden Produksi Sesuai Mutu Yang Diharapkan

Pada gambar di atas menunjukan bahwa Produksi Perusahaan Sesuai Mutu

yang Diharapkan yaitu rendamennya sudah memenuhi 8% dari 30 responden

semuanya produksinya sesuai mutu yng diharapkan perusahaan PT. PG.

Gorontalo dalam melakukan perjanjian kemitraan sangat baik.

3.3 Aliran Dana Atau Penyedia Dana

Aliran dana atau penyedia dana kepada petani merupakan suatu factor

yang sangat penting untuk petani bermitra dalam melakukan perjanjian

Kemitraan. Hal ini dilihat pada Gambar 11. Sebagai berikut ini

Gambar 11. Trend Responden Aliran Dana Atau Penyedia Dana Kepada Petani

Pada gambar di atas menunjukan aliran dana petani atau penyedia dana

sampai saat ini sampai kepetani dengan jumlah dana yang dialirkan sesuai dengan

hasil panen yang dijual dilihat dari 30 responden aliran dana atau penyedia dana

sampai ke petani. Hal ini dilihat pada gambar di atas.

3.4 Perlindungan Atas Jaminan Kecelakaan

Perlindungan atas jaminan kecelakaan merupakan sangat penting bagi

petani mitra dalam melakukan pekejaan tanaman tebu. Dalam hal ini dilihat pada

gambar 12 sebagai berikut.

Gambar 12. Trend Responden Perlindungan Atas Jaminan Kecelakaan

Dari gambar diatas menunjukan perlindungan atas jamianan kecelakaan

adalah sangat penting untuk melakukan pekerjaan dalam Tanaman tebu

perlindungannya seperti adanya kecelakaan dalam melakukan pekerjaan tanaman

tebu. Di lihat dari 30 responden tidak ada perlindungan atas jaminan kecelakaan.

4. Persepsi

Ada beberapa persepsi yaitu Pola Inti plasma diapresiasi petani dan

perusahaan dan persepsi pemerintah adala sebagai berikut.

4.1 pola inti plasma diapresiasi petani dan perusahaan

Program pola inti plasma diapresiasi petani dan perusahaan merupkan

faktor yang sangat penting untuk melakukan perjanjian kemitraan. Hal ini dilihat

pada Gambar 13 sebagai berikut

Gambar 13. Trend Responden pola inti diapresiasi petani dan perusahaan

Dari gambar diatas menunjukan bahwa 30 responden pola inti diapresiasi

petani dan perusahaan yaitu dengan adanya perjanjian kerja sama antara petani

mitra. Hal ini menunjukan bahwa program pola inti plasma diapresiasi oleh petani

dan perushaan.

4.2 persepsi pemerintah

Persepsi pemerintah merupakan sangat penting untuk melakukan

perjanjian kemitraan. Hal ini dilihat pada Gambar 14 sebagai berikut

Gambar 14. Trend Responden Persepsi Pemerintah

Persepsi pemerintah adalah sangat penting untuk melakukan perjanjian

kemitraan dari 30 responden pemerintah memilki persepsi yang sama untuk

melakukan perjanjian kemitraan dengan adanya perjanjian kemitraan memiliki

persepsi yang sama . Hal ini di lihat pada gambar diatas.

C. Keuntungan Kemitraan

Dalam melakukan kemitraan tujuan utamanya yakni adanya saling

meguntungkan baik dari perusahaan maupun pada mitra kerja sama operasional

(KSO). Oleh karena itu perlu adanya analisis keuntungan dalam melakukan

kemitraan untuk mencapai suatu hubungan yang baik. Keuntungan ini di lihat dari

perusahaan maupun petani Mitra.

1. Keuntungan Untuk Perusahaan

Keutungan perusahaan dapat membantu kemajuan pada perusahaan dapat

di lihat dari pasokan produksi gula Pertahun, kualitas produk dan efesien

opersaional pada perusahaan PT. PG. Gorontalo.

1.1 Produksi Gula Pertahun PT. PG. Gorontalo

Berdasarkan hasil penelitian bahwa PT. PG Gorontalo pada tahun 2010

memproduksi gula sebesar 27.413,10 ton, pada tahun 2011 PT. PG. Gorontalo

memproduksi gula sebesar 32.226,20 ton, sedangakan pada tahun 2012 sebesar

31.848,00 ton, serta produksi pada tahun 2013 mencapai 40.000,00 ton. Hal ini

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Gambar 15. Trend Produksi Gula Empat Tahun Terakhir PT. PG. Gorontalo

Berdasarkan gambar 15 di atas, dapat disimpulkan bahwa produksi gula di PT.

PG. Gorontalo selalu kontinu atau berlanjut hal ini dapat dilihat pada produksi

pada tahun 2013 produksi gula 40.000,00 dan terendah pada tahun 2010

produksinya hanya 27.413,10 ton pertahun. Hal ini menjadi patokan keberhasilan

perusahaan dalam megelola pasokan produksi pertahun semakin meningkat.

1.2 Kualitas Produk

Pada umumnya kualitas produk ditentukan oleh pengaturan produksi. Hal

ini diterapkan untuk memperoleh jumlah produksi yang di kehendaki sesuai

dengan kapasitas dan kemampuan yang ada. Tebu yang akan di produksi sesuai

kesepakatan isi perjanjian. PT. PG.Gorontalo kebanyakan megambil keuntungan.

Pengaturan produksi ini tidak di pengaruhi oleh permintaan pasar, tapi merupakan

kerja sama operasional antara perusahaan dengan petani mitra. Pada umumnya

pengaturan produksi meliputi penempatan serta pemanenan hasil produksi.

Pengaturan produksi ini mempertimbangkan lokasi,dan skala pemeliharaan

kualitas yang ditampilkan. Hasil yang akan diperoleh dari tanaman tebu umumnya

relatif sama dan tidaknya tergantung bagaimana cara pemeliharaan yang baik dan

benar.

1.3 Efesiensi Operasional

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

45000

1 2 3 4

Tahun

Produksi

Biaya opersional meliputi biaya yang di keluarkan oleh pemeritah pusat

untuk petani mitra tidak melakukan usaha sendiri maupun dari perusahaan PT.

PG. Gorontalo sendiri karena dalam perjanjian kemitraan Tebu Rakyat(PC/RC)

antara PT.PG. Gorontalo dengan Koperasi Petani Tebu Rakyat pada pasal 2

penyediaan dan penyaluran dana bansos/guliran/dana lainya serta penarikan

pinjaman di lakukan oleh pihak kedua sepenuhnya dan pihak pertama tidak

bertanggung jawab dan tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana

atas pelanggaran/penyelewengan dana bansos/ guliran dana lain yang diterima

pihak kedua. Sehingga penggunaan biaya operasional lebih efesien dalam

pengelolaan tanaman tebu, efesien dalam waktu karena tidak menanggung dalam

biaya pasokan, dan juga efesien dalam penanggungan biaya.

Kemitraan yang di bangun oleh PT. PG. Gorontalo dan Petani Mitra ini

juga memiliki efesien pengaturan. Seperti pengaturan lahan, pupuk dan lain-lain.

Jika ada salah satu mitra yang yang lahannya sudah di genangi oleh air sudah

tidak layak lagi dipakai maka pihak perusahaan bersedia dengan ketentuan

pemitra harus mengajukan permohonan untuk tidak layak lagi di tanami tanaman

tebu.

2. Petani Mitra

Keberhasilan dari petani mitra dapat menjadikan keuntungan besar bagi

perusahaan maupun mitra. Adapun keuntungan petani dalam menjalankan

kemitraan meliputi lahan perkebunan tebu.

2.1 lahan perkebunan tebu

lahan perkebunan tebu yang akan di tanami tebu dalam petani mitra adalah

milik sendiri adapun salah satu seorang petani lahannya hanya kontrak dan

hasilnya di bagi sama dengan lahan yang di persyratkan oleh pihak perusahaan

yang telah telah memiliki perjanjian resmi antara pemilik dengan perusahaan

lahan perkebunan tebu tidak jauh dari lokasi pengolahan dan ada beberapa lahan

yang jauh dari lokasi pengolahan.

2.2 Pasokan Sarana Produksi Petani

Sarana produksi petani adalah salah satu bagian yang penting dalam

pemeliharaan petani tebu. Dalam melakukan kemitraan perlu adanya sarana

produksi tanaman tebu ditunjang dengan beberapa banyak populasi yang akan

dipelihara. Pasokan produksi mitra berasal dari pemerintah. Jumlah pengeluaran

dari tanaman tebu bibit, pupuk, dan lain-lain di lakukan setelah panen pada

tanaman tebu sudah mencapai ratoon ke empat atau rendamennya sudah menurun

dan tanahnya akan di bongkar kembali. Berikut adalah total jumlah pemasukan

obat-obatan,bibit kepada petani mitra tebu oleh pemerintah melalui KPTR.

Pemberian pupuk untuk tanaman tebu dapat mempengaruhi pemeliharaan

pada tanaman tebu karana jika tanaman tebu yang di pelihara banyak mengalami

kurang pertumbuhanya tebu yang akan dipakai harus melebihi jumlah yang

biasanya.

2.3 Manajemen

Manajemen Mitra meliputi perjanjian kemitraan tebu rakyat (PC/RC)

antara PT.PG Gorontalo dengan Koperasi Tebu rakyat. Adapun manajemen mitra

sampai permodalan mitra di tunjang oleh pemerintah dapat di lihat pada gambar 3.

Gambar 16. Struktur permodalan petani bermitra di PT.PG Gorontalo-unit

Tolangohula 2013.

Dari gambar 16 diatas maka dapat di jelaskan manajemen mitra sampai

permodalan kerja sama operasional petani mitra di PT. PG. Gorontalo meliputi

Pemerintah Dinas Perkebunan, koperasi tebu rakyat (KPTR), Kerja Sama

Operasional (KSO), Petani Bermitra.

PEMERINTAH

DINAS PERKEBUNAN

KPTR

KOPERASI TEBU RAKYAT

KSO

KERJA SAMA OPERASIONAL

OPERASIONALOPROPERASIO

NAL

PETANI

BERMITRA

2.4 pendapatan petani

Untuk melihat keuntungan secara finansial kemitraan antara petani mitra

dengan PT.PG.Gorontalo maka perlu diadakan analisis pendapatan usaha agar

dapat menghitung kebutuhan, modal, biaya, dan pendapatan yang di peroleh dari

hasil panen. Perhitungan pendapatan yang dikeluarkan pada penelitian ini adalah

salah satu mitra yang memiliki sampel 30 petani mitra dengan menghitung biaya

hasil panen yang dikeluarkan sampai pendapatan yang di terima selama proses

pemeliharaan berlangsung. Dilihat pada gambar 17 berikut ini.

Gambar 17. Trend Pendapatan Petani Mitra Pertahun

Pendapatan petani pertahun Rp 10.108.880,36 perorang itupun baru PC

(tanaman Pertama) belum RC (tanaman Berikutnya). Adapun biaya yang di

keluarkan sampai dengan pendapatan yakni di lihat pada lampiran 1. Rekapitulasi

perhitungan SHU TR 2012/2013 pengajuan ke akuntasi dan pendapatan petani

mitra.

D. Kemitraan

Bentuk pola kemitraan meliputi pola inti plasma, subkontrak, dagang

umum, keagenan, kerja sama operasional dan kemitraan saham. Pada kemitraan

yang di jalankan oleh PT.PG.Gorontalo merupakan kemitraan pola inti plasma

dimana perushaan sebagai inti dan petani adalah plasma. Kemitraan yang

terbentuk antara PT.PG. Gorontalo dengan petani mitra saling meguntungkan satu

sama lain dimana perusahaan sebagai pihak pertama. Selain itu kemitraan ini juga

di bentuk melalui petani-petani yang mampu mengembangkan usaha petani mitra

juga dapat dipercaya dalam melakukan perjanjian kontrak sehingga perusahaan

tidak begitu khawatir dengan pemeliharaan yang dilakukan oleh petani mitra

0

20000000

Pendapatan

Petani

Petani

sehingga kerja sama yang terjalin antara perushaan dengan petni mitra dapat

bertahan.

Pada umumnya kemitraan yang di lakukan bersifat tertutup dimana pihak

keduan atau petani mitra tidak diperbolehkan menjual hasil panen atau memasok

sarana produksi petani dari pihak selain PT.PG.Gorontalo. petani (plasma) bagi

perusahaan (inti) merupakan mitra kerja sama operasonal yang dipertahankan

hubunganya agar usaha kemitraan dapat terus berlanjut dan berkesinambungan.

Petani juga merupakan aset yang harus dikembangkan dan tambah jumlahnya,

karena salah satu indikator yang menjadi keberhasilan perusahaan di ukur dari

beberapa jumlah petani plasma yang dimiliki. Tentu saja petani bermitra yang

dimiliki perusahaan adalah petani yang baik dan berkualitas dalam melakukan

budidaya tanaman tebu. Telah membuat sistem dan prosedur penerimaan petni

mitra, sistem dan prosedur dalam perjanjian kemitraan dengan tujuan membuka

lapangan kerja dan meningkatkan kesehjateraan karyawan dan masyarakat.

Berdasarkan persyratan dan kewjiban bermitra, dimana perusahaan

PT.PG.Gorontalo penyedian sarana dan prasarana, pemilihan mutu produk yang di

harapkan perusahaan ini bertindak sebagai inti, sedangkan petani mitra dengan

jumlah yang cukup banyak dimana dalam proses pemeliharaan usaha di bantu

sepenuhnya oleh pemerintah dinas perkebunan maka petni mitra bertindak sebagai

plasma. Dengan demikian bentuk kemitraan antara petani tebu rakyat dengan

perusahaan PT.PG.Gorontalo-unit Tolangohula.