repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 5887... · web view...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PENGARUH KEBIJAKAN PENAGIHAN SISTEM REMINDING CALL TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA
PADA PT. TELKOM AREA KTI
Sebagai salah satu persyaratan untuk memperolehGelar Sarjana Ekonomi
Disusun dan diajukan oleh
ANDRI ANIS ANWARA 2 1 1 0 6 7 18
Kepada
JURUSAN MANAJEMENFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR
2013
i
ii
iii
iv
PRAKATA
Puji Syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini merupakan tugas akhir untuk
mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada jurusan Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin. Adapun judul skripsi ini adalah
“Pengaruh Kebijakan Penagihan Sistem Riminding Call Terhadap Pendapatan Usaha Pada PT Telkom Area KTI”.
Ucapan terima kasih setulus-tulusnya pada orang tua penulis Ayahanda
Dr. dr. H. Anis Irawan Anwar, Spkk dan Ibunda Dra. Hj. Selviani Anis, dan
tak lupa pula Oma Hj. Isye Anwar dan Alm. Opa Prof. dr. H. Anwar Makatutu, Spkk atas semua dukungan dan harapan mulia yang diberikan
kepada penulis selama ini.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari masukan, arahan, dorongan,
dukungan serta bimbingan yang diberikan oleh banyak pihak, karena itu penulis
ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :
Prof. Dr. H. Cepi Pahlepi, S.E., M.Si. selaku Pembimbing I dan Drs. Kasman Damang, M.E selaku Pembimbing II Skripsi atas segala waktu
yang diluangkan untuk membimbing penulis.
Staf Dosen, Staf Jurusan Manajemen, serta Staf Akademik Fakultas
Ekonomi Universitas Hasanuddin diantaranya Dr. Yunus Amar, Dr. Muhammad Ismail Pabo, Bu Sahari Bulan, Pak Nur, dan Pak Aris.
Terima kasih atas bantuannya selama ini.
Segenap Pimpinan beserta staf PT. TELKOM Area KTI yang telah
banyak membantu dalam memberikan informasi berkaitan dengan
penelitian ini.
Saudara dan saudariku, Asvina Anis Anwar, Asvira Anis Anwar, dan
Asvika Anis Anwar. Keluarga besar saya, Om Anas Iswanto Anwar, Om Ayub Irmadani
Anwar, Tante Ita Isdiana Anwar, Om Adib Isnaeni Anwar, Om Azir
Iswandi Anwar, Adwin Pratama, Anin Darayani, Alya Deliana, Aldi
v
Ansari, Aditya Anwar, Audi Anwar, Dila Anwar, Adenia Anisa, Winda
Brisbania, Ian Anwar, Afif Anwar, Tata dan Rara.
Seluruh teman-teman Angkatan 2006 dan 2007 mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin, khususnya Musharfan Suneth S.E, Fuad Randy S.E, Bung Armin S.E, Fadli Rizky S.E, Kanda Ari S.E, Bang Ronald S.E, Zulhaidir S.E, Faizal A S.E, Dedi S.E, Sutrisno S.E, Bagas S.E, ade Adnan S.E, kawan Mbuty S.E, Melissa Rizky S.E, Anty S.E, Asty S.E, Aisah S.E, Akbar Haliq SH, Fachrul Rizky SH, and Mujahid Akbar Suneth SH, Thanks for all the
support.
Teman-teman organisasi P.O.S dan Karimun Club-Makassar.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini tentunya masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan berbagai macam kritik dan saran demi
kemajuan peneliti di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap
semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang telah
membacanya.
Makassar, 14 Mei 2013
Andri Anis Anwar
vi
ABSTRAK
Pengaruh Kebijakan Penagihan Sistem Reminding Call terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha pada PT.TELKOM Area KTI
Andri Anis AnwarCepi Pahlevi
Kasman Damang
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (perusahaan yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi) telah mengolah segala sumber daya untuk mengoptimalkan konsep Collection Management sehingga dapat memberikan kepuasan dan loyalitas pelanggan dan pada akhirnya akan menyumbangkan penerimaan kas melalui peningkatan pancairan piutang usaha perusahaan tentunya diibaratkan sebagai asupan darah yang segar dan beroksigen bagi manusia. Terkait dengan strategis penagihan yang telah dijalankan oleh BillCo (PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Area KTI), pada penelitian kali ini hanya membatasi masalah pada kebijakan penagihan untuk diukur pengaruhnya terhadap peningkatan pendapatan usaha. Setelah mengobservasi, penulis berkesimpulan bahwa kebijakan penagihan belum optimal dilakukan padahal kegiatan ini sangat berpeluang untuk menunjang proses pendapatan karena melakukan kontak komunikasi dengan pelanggan. Kebijakan penagihan yang dimaksud meliputi pengelolaan system informasi tagihan melalui penyediaan dokumentasi dan informasi yang jelas, tepat waktu, akurat, dan relevan tentang berapa jumlah tagihan yang harus dibayar pelanggan, bagaimana membayarnya, dimana saja bisa membayarnya tepat waktu atau sebelum periode isolir atau jatuh tempo. Namun dari beberapa kebijakan penagihan yang di lakukan, media sistem yang paling banyak membutuhkan sumber daya adalah kebijakan pegihan melalui sistem reminding call. Sistem reminding call yang telah dikelola PT.TELKOM Area KTI melalui BillCo perlu di analisa lebih lanjut tingkat efektifitas dan efesiensinya, Apabila sistem ini dikelola dan dilaksanakan secara efektif dan efesien, maka seharusnya dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan pendapatan usaha yang keberhasilannya dapat diukur melalui tanggapan pelanggan selaku responden penelitian terhadap penerapan kebijakan penagihan ini.
Kata kunci: Syarat Kebijakan Pengihan Sisten Reminding Call, Prosedur Kebijakan Pengihan Sisten Reminding Call, peningkatan pendapatan usaha
vii
ABSTRACT
Influence Policy Reminding Call Billing System to Increase Business Revenue at KTI Area PT.TELKOM
Andri Anis AnwarCepi Pahlevi
Kasman Damang
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (a company engaged in telecommunications services) has to process all the resources to optimize the concept of Collection Management so as to give customer satisfaction and loyalty, and ultimately will contribute cash receipts through the company's accounts receivable increased pancairan certainly be described as a fresh blood supply and oxygen for humans. Associated with strategic billing has been run by BillCo (PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Area KTI), the present study only limit the issues on billing policies to quantify its effect on increasing revenue. After observation, the authors concluded that the optimal collection policy has not done yet this activity is very likely to support the process of revenue due to make contact with customer communication. Billing policy may include billing information system management through the provision of documentation and information that is clear, timely, accurate, and relevant about the number of bills to be paid by customers, how to pay, which can be paid on time or before the maturity period or isolir. However, from a billing policy that is done, the media system that requires the most resources are pegihan policy through reminding system call. Call reminding system that has run through BillCo PT.TELKOM KTI area needs further analysis and the effectiveness efesiensinya, If the system is managed and carried out effectively and efficiently, then it should be able to give effect to the increase in revenue that success can be measured through customer feedback respondents as a study of the application of this billing policy.
Key words: Terms Policies Billing System Reminding Call, Procedure Policies Penagihan system Reminding Call, increase the operating revenues
viii
DAFTAR ISI Halaman
Halaman Judul ................................................................................................iHalaman Persetujuan ...................................................................................iiHalaman Pengesahan ..................................................................................iiiHalaman Pernyataan Keaslian ....................................................................ivPrakata............................................................................................................vAbstrak ........................................................................................................viiAbstract .....................................................................................................viiiDaftar Isi ....................................................................................................... ixDaftar Gambar ..............................................................................................xiDaftar Tabel...................................................................................................xii
BAB I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................5
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................6
1.4 Sistematika Pembahasan.........................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Bahasan Teoritis .......................................................................................9
2.1.1 Manajemen kas..................................................................................9
2.1.2 Penagihan .......................................................................................12
2.1.3 Sistem .............................................................................................17
2.1.4 Piutang.............................................................................................19
2.2 Kerangka Pemikiran ..................................................................................22
........................................................................................................................
2.3 Hipotesis Penelitian....................................................................................24
BAB III. METODE PENELITIAN3.1 Lokasi dan Objek Penelitian..................................................................25
3.2 Jenis dan Sumber Data..........................................................................25
3.3 Populasi dan Sample...............................................................................27
ix
3.4 Metode Pengumpulan Data......................................................................29
3.5 Cara Pengolahan Data Primer.................................................................31
3.6 Metode Analisis Data...............................................................................32
3.7 Defenisi Operasional................................................................................41
BAB IV HASIL PEMBAHASAN4.1 Deskriptif Data...........................................................................................44
4.1.1 Analisis dan Pembahasan Karakteristik Responden............................44
4.1.2 Deskriptif Variabel Penelitian..............................................................48
4.2 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas..................................................................57
4.2.1 Uji Validitas.......................................................................................57
4.2.2 Uji Reliabilitas....................................................................................59
4.3 Hasil Analisa Regresi Pengaruh Kebijakan Sistem Reminding
Call terhadapPeningkatan Pendapatan Usaha PT. Telkom Area
KTI............................................................................................................61
4.3.1 Koefisien Determinasi.......................................................................62
4.3.2 Uji F (simultan).................................................................................63
4.3.3 Uji T (Parsial)...................................................................................66
BAB V PENUTUP5.1 Kesimpulan ...........................................................................................71
5.2 Saran......................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman2.1 Alur Kerangka Pemikiran Penelitian......................................................22
xi
DAFTAR Tabel
Halaman3.1 Variabel Penelitian....................................................................................434.1 Komposisi responden menurut Jenis kelamin.............................................454.2 Komposisi responden menurut usia...........................................................454.3 Komposisi responden menurut perkerjaan.................................................464.4 Komposisi responden menurut Pendidikan Terakhir...................................464.5 Komposisi responden menurut Belanja Telekomunikasi per-bulan ..............474.6 Komposisi responden Menurut Produk Tekom yang digunakan selama
ini............................................................................................................484.7 Tanggapan responden tentang syarat kebijakan penagihan
system reminding call................................................................................524.8 Tanggapan responden tentang prosedur kebijakan penagihan
system reminding call................................................................................544.9 Tanggapan responden tentang pengaruh sistem reminding
call Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha...........................................564.10 Uji Validitas Pertanyaan.............................................................................584.11 Uji Reliabilitas Kuesioner............................................................................604.12 Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Berganda..............................................614.13 Model Summary .......................................................................................634.14 Rekapitulasi Hasil Anova............................................................................644.15 Hasil Uji T .................................................................................................67
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Semakin tingginya tingkat persaingan yang diiringi dengan semakin
kompleksnya tuntutan pelanggan akan pilihan produk serta layanan dewasa ini,
mendorong setiap perusahaan untuk menyusun strategis penjualan sekaligus
pengelolaan keuangan berupa manajemen kas yang tepat . Kualitas penjualan
dapat dikatakan baik apabila perjuangan tersebut yang menghasilkan
penerimaan kas berupa pendapatan bagi perusahaan. Target penjualan yang
tercapai bahkan tingkat penjualan yang tinggi tidak akan ada artinya apabila
pada akhirnya, perusahaan kesulitan mempercepat penerimaan kas melalui
pencairan piutangnya yang ada pada pelanggan. Fungsi penjualan tidak dapat
sendiri dengan hanya mencapai target dan kinerja yang menunjukkan
eksistensi keberhasilan perusahaan. Perusahaan harus mampu
menyeimbangkan antara kinerja penjualan dan tingkat pencairan piutang usaha
dari pelanggan. Artinya perusahaan harus dapat menggunakan strategi
penjualan atau pemasaran sama baiknya dengan strategi mengelola
manajemen kas.
Berbagai metode penerimaan berupa penagihan ke pelanggan dan
pengeluaran yang digunakan perusahaan untuk memperbaiki efisiensi
2
manajemen kasnya membentuk dua sisi dari mata yang sama. Kedua sisi
tersebut menimbulkan dampak gabungan atas keseluruhan efesiensi
manajemen kas. Ide umum yang dapat diambil perusahaan untuk mendapatkan
manfaat bagi kelancaran operasional perusahaan adalah dengan
”mempercepat” penerimaan
kas dan “memperlambat” pengeluaran kasnya. ( Van Home & Machowicz, 2005
: 332). Perusahaan cenderung ingin mempercepat proses penagihan atau
pencairan piutangnya agar dapat menggunakan uangnya lebih dini. Sebaliknya
perusahaan ingin menunda membayar hutang usahanya dengan terus
mempertahankan hutang perusahaan pada pemasok yang belum dibayar, agar
dapat menggunakan sebaik mungkin uang yang dimilikinya.
Menyadari hal tersebut, saat ini banyak perusahaan lebih memilih cara
pertama dengan alasan mudah dilakukan sekaligus dapat dikendalikan, yakni
mempercepat proses penagihan ke pelanggan agar menunjang penerimaan
kasnya. Sehingga, banyak perusahaan mulai memberi porsi dan menaruh
perhatian besar terhadap pengelolaan kebijakan penagihan piutang usaha.
Strategi kebijakan penagihan merupakan salah satu bentuk pengelolaan
piutang dan professional tentunya akan membantu manajemen arus kas yang
lebih baik, bahkan membuat keputusan–keputusan penting yang arahnya untuk
meningkatkan performans atau kinerja keuangan perusahaan. Inilah yang
akhirnya dikenal dengan Konsep Manajemen Penagihan (Collection
Management) yang memiliki dua tujuan utama, yakni untuk membina hubungan
baik dengan pelanggan sekaligus memperoleh keuntungan dari aspek financial
bagi perusahaan, ( KD TELKOM No.03/Tahun 1999)
3
Bahkan untuk perusahaan yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi,
seperti PT Telekomunikasi Indonesia Tbk ( selanjunya di singkat PT.TLEKOM )
telah mengelola segala sumber daya untuk mengotimalkan konsep Collection
Management sehingga dapat memberikan kepuasan dan loyalitas pelanggan
dan pada akhirnya akan menyumbangkan penerimaan kas melalui
peningkatan pancairan piutang usahanya. Pencairan piutang usaha
perusahaan tentunya diibaratkan sebagai asupan darah yang segar dan
beroksigen bagi manusia . Tanpa pencairan piutang usaha tentunya perusahan
akan cepat kolaps bahkan menemui kebangkrutan.
Secara umum, piutang timbul akibat penjualan barang dan jasa oleh
perusahaan tanpa penerimaan terlebih dahulu atau denga kata lain timbul
akibat dari adanya kebijakan kredit yang dberikan perusahaan. Perusahaan
memiliki hak untuk menagih piutangnya kepada pihak lain dalam hal ini kepada
pelanggannya. Pembayaran piutang oleh pelanggan menjadi suatu hal yang
sangat penting karena secara otomatis akan menambah jumlah kas
perusahaan. Selanjutnya, menurut Wilson & Campbell yang diterjemahkan oleh
Tjintjin F. Tjendra ( 2002 : 418)
“Ditinjau dari cara pendekatan manajemen preventif maka ada 3 (tiga)
bidang pengendalian yang umum pada titik mana dapat diambil tindakan untuk
mewujudkan pengendalian piutang dengan tujuan peningkatan pencairan
piutang usaha. Ketiga bidang tersebut adalah : (1) Pemberian kredit dagang ;
(2) Penagihan (Collection) ; serta (3) Penetapan dan penyelenggaraan
pengendalian internal yang layak.”.
4
Dalam penulisan skripsi ini akan banyak bersinggungan dengan bidang
pengendalian penagihan. Demikian juga PT.TELKOM, sebagai perusahaan
jasa telekomunikasi incumbent dan terbesar di negeri ini, PT.TELKOM semakin
serius dan matang untuk mengelola konsep colletion management-nya. Hal ini
bisa dilihat dengan terbentuknya Unit Billing & Colletion (UBC) sejak
pertengahan tahun 2006. Kemudian sejak tanggal 1 September 2010,
organisasi UBC bertransformasi dan berubah nama menjadi BillCo yang berada
dibawah Divisi Finance, Billing & Colletion Center ( yang selanjutnya disebut
FBCC).
BillCo bertugas untuk mengawasi keseluruhnya proses billing ( membuat
tagihan pemakaian jasa telekomunikasi yang digunakan pelanggan) sekaligus
proses collection (mengumpulkan pembayaran pemakaian jasa telekomunikasi
dari pelanggan). Kedua proses ini membutukan dukungan teknologi dan
pelayanan yang handal untuk memudahkan pengelolaan, validasi dan evaluasi
proses yang telah dijalankan, sekaligus memberikan jaminan kepada
pelanggan akan keakuratan hasil billing pemakaian jasa telekomunikasdi dan
proses penagihannya.
Terkait dengan strategis penagihan yang telah dijalankan oleh BillCo,
pada penelitian kali ini penulis hanya membatasi masalah pada kebijakan
penagihan untuk diukur pengaruhnya terhadap peningkatan pencairan piutang
usaha. Setelah mengobservasi, penulis berkesimpulan bahwa kebijakan
penagihan belum optimal dilakukan padahal kegiatan ini sangat berpeluang
untuk menunjang proses pencairan piutang karena melakukan kontak
5
komunikasi dengan pelanggan. Kebijakan penagihan yang dimaksud meliputi
pengelolaan sistem informasi tagihan melalui penyediaan dokumentasi dan
informasi yang jelas, tepat waktu, akurat, dan relevan tentang berapa jumlah
tagihan yang harus dibayar pelanggan, bagaimana membayarnya, dimana saja
bisa membayarnya serta pengelolaan sistem remending pembayaran dapat
membayar tepat waktu atau sebelum periode isolir atau jatuh tempo. Saat ini,
BillCo telah melakukan kebijakan penagihan antara lain melalui media 109, call
center 147, letter, Out Bond Call (OBC) berupa reminding call, Broadcast SMS
serta Electronic Billing Statement (EBS) atau email. Namun dari beberapa
kebijakan penagihan tersebut, media sistem yang paling banyak membutuhkan
sumber daya adalah kebijakan pegihan melalui sistem reminding call.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka penulis
berkesimpulan bahwa sistem reminding call yang telah dikelola PT.TELKOM
Area KTI melalui BillCo perlu di analisa lebih lanjut tingkat efektifitas dan
efesiensinya, Apabila sistem ini dikelola dan dilaksanakan secara efektif dan
efesien, maka seharusnya dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan
pencairan piutang usaha yang keberhasilannya dapat diukur melalui tanggapan
pelanggan selaku responden penelitian terhadap penerapan kebijakan
penagihan ini. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam
bentuk kuesioner kepada pelanggan PT.TELKOM area KTI dalam rangka
penyususnan skripsi yang diberi judul :
“Pengaruh Kebijakan Penagihan Sistem Reminding Call terhadap
Peningkatan Pendapatan Usaha pada PT.TELKOM Area KTI.”
6
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas,
maka penulis akan membatasi masalah yang akan menjadi pokok penelitian :
Sejauh manakah pengaruh kebijakan penagihan sisterm reminding call yang
diterapkan PT.TELKOM Area KTI terhadap pelanggannya dalam meningkatan
pendapatan PT.TELKOM ?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penulisan
1.3.1. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kebijakan penagihan sisterm
Reminding Call yang diterapkan PT.TELKOM Area KTI terhadap
pelanggannya dalam meningkatan pencairan piutang usahanya?
1.3.2. Kegunaan Penulisan
a) Bagi Penulis
Hasil penelitian ini akan memberikan wawasan pengetahuan tentang
masalah yang diteliti sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas
mengenai” Pengaruh Kebijakan Penagihan Sistem Reminding
Call terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha pada PT.TELKOM
Area KTI” baik secara teori maupun secara praktek. Tulisan hasil
dari penelitian ini juga sebagai salah satu syarat akademik dalam
menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar.
7
b.) Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran jajaran Manajemen Finance, Billing & Collection Center
PT.TELKOM Area KTI, dalam rangka perbaikan dan pengembangan
praktek-praktek dan kegiatan operasional yang selama ini sudah
dikerjakan dan dianggap memadai, namun perlu ditingkatkan.
c). Bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan
Tulisan penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan untuk
meningkatkan wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang
layanan PT.TELKOM, bahkan dapat menjadi salah satu landasan
teori bagi para mahasiswa atau akademik yang ingin melakukan
penelitian dengan masalah yang sama
1.4 Sistematika Penulisan
Untuk kemudahan dalam memahami tulisan penelitian ini, maka penulis
menyampaikan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I, yaitu Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penulisan, serta Sistematika
Penulisan.
BAB II, menjelaskan Landasan Teori yang terdiri dari Bahasan Teoritis,
Kerangka Pemikiran, dan Hipotetsis.
BAB III, membahas tentang Metode Penelitian yang terdiri dari Lokasi dan
Obyek Penelitian berupa Sejarah Perkembangan Perusahaan,
Visi Misi, Jajaran Komisari dan Direksi Perusahaan, Struktur
8
Organisasi sekaligus Uraian Pekerjaan dan Tanggung jawab,
Jenis dan Sumber Data, Populasi dan Sampel, Metode
Pengumpulan Data, Metode Analisis Data, serta Defenisi
Operasional Variabel Peneltian.
BAB IV, menguraikan tentang Gambaran Umum Perusahaan tempat
peneliti mengadakan penelitian.
BAB V, menjabarkan Hasil Penelitan skripsi berupa Analisa dan
Pembahasan
BAB VI, berisi tentang Kesimpulan Hasil Penelitian dan saran-saran yang
bersifat membangunan bagi Manajemen Perusahaan.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Bahasan Teoritis
2.1.1 Manajemen Kas
Menurut Van horen dan machowicz ( 2005;331), “ manajemen kas
melibatkan penagihan, pengeluaran, dan invetasi sementara kas yang efisien”.
Bagian bendahara perusahaan biasanya bertanggung jawab atas sistem
manajemen kas perusahaan. Anggaran kas yang prosesnya teknis akan
memberitahu seberapa banyak kas yang ingin dimiliki, kapan kemungkinan
akan didapat, dan untuk seberapa lama. Jadi anggaran tersebut berfungsi
sebagai dasar untuk perkiraan dan pengendalian kas.
Selain anggaran kas, perusahaan juga membutuhkan informasi yang
sistematis atas kas serta berbagai sistem pengendalian. Bagi perusahaan
besar, informasi tersebut biasanya berbasis komputer. Merupakan hal yang
penting untuk mendapatkan informasi berupa laporan sesering mungkin,
biasanya bersifat harian bahkan dapat setiap saat, atas saldo kas di setiap
rekening bank perusahaan, atas pengeluaran kas, saldo rata-rata harian, dan
atas posisi surat berharga perusahaan yang dapat diperjualbelikan, serta
laporan terinci atas perubahan posisi ini. Semua informasi tentang penerimaan
dan pengeluaran utama kas ini sangat penting jika perusahaan ingin mengelola
10
kasnya secara efesien, artinya perusahaan dapat memberikan ketersediaan
kas yang aman dan nyaman serta penghasilan dari investasi yang wajar atas
investasi sementara kas.
Berbagai metode penerimaan berupa penagihan ke pelanggan dan
pengeluaran yang digunakan perusahaan untuk memperbaiki efisiensi
manajemen kasnya membentuk dua sisi dari mata uang yang sama. Kedua sisi
tersebut menimbulkan dampak gabungan atas keseluruhan efisiensi
manajemen dengan: mempercepat “penerimaan kas” dan “memperlambat
pengeluaran kas”(Van Home &Machhowics, 2005 : 332). Perusahaan
cenderung ingin mempercepat proses penagihan atau pencairan piutangnya
agar dapat menggunakan uangnya lebih dini.Sebaliknya perusahaan ingin
menunda membayar hutang perusahaan pada pemasok yang belum dibayar,
agar dapat menggunakan sebaik mungkin uang yang dimilikinya.
Dari duakeinginan besar tersebut, hanya percepatan penagihan yang
akan dibahas secara detil oleh penulis.Percepatan penagihan meliputi berbagai
langkah yang dilakukan perusahaan dari saat perusahaan atau jasa dijual
hingga saat pembayaran dari pelanggan didapat serta menjadi dana yanag
dapat digunakan dari perusahaan menurut Van Home dan Machhowiz :
“Sejumlah metode didesain untuk mempercepat proses penagihan ini
dengan melakukan salah satu atau lebih dari hal-hal berikut ini : (1)
memulai pembuatan dan pengiriman faktur / infoice ; (2) mempercepat
11
pengiriman pembayaran dari pelanggan ke perusahaan; dan (3)
mengurangi waktu pembayaran untuk perusahaan yang belum dapat
dicairkan .”
Salah satu cara yang paling nyata namun paling mudah dilupakan oleh
perusahaan untuk mempercepat penagihan piutangnya adalah dengan
mengirimkan faktur ke pelanggan sedini mungkin. Mengingat para pelanggan
memiliki kebiasaan membayar yang berbeda. Beberapa dari mereka membayar
tagihannya pada tanggal batas diskon atau pada tanggal jatuh tempo terakhir
(atau bahkan setelah jatuh tempo), sementara yang lainnya akan membayar
segera setelah menerima faktur. Defenisi faktur menurut Van Home &
Machowicz (2005:332) adalah “tagihan penjualan barang atau jasa yang
diserahkan ke pembeli berupa daftar berbagai hal yang dibeli atau dipakai,
harga serta syarat penjualannya.”.
Dalam segala kondisi percepatan pembuatan dan pengiriamn faktur
akan menghasilkan pembayaran yang lebih cepat karena penerimaan faktur
yang lebih awa. Tagihan terkomputerisasi dapat digunakan untuk
melaksanakan hal ini. Selain itu, beberapa perusahaan berpendapat lebih baik
menyerahkan faktur dengan barang dagangan atau jasa, mengirim faktur
melalui faks, atau bahkan meminta pembayaran dimuka berupa deposit.
Tagihan pelanggan juga dapat ditiadakan secara keseluruhan melalui
penggunaan otorisasi pendebitan awal ( preauthorized debit). Untuk menempuh
cara ini, perusahaan akan meminta kesediaan pelanggan untuk
menandatangani kesepakatan, sehingga perusahaan secara otomatis mendbit
12
rekening bank pelanggan. Pengertian otorisasi pendebitan awal adalah
“Transpfer dana dari rekening bank pembayar pada tanggal tertentu ke
rekening bank pihak penerima pembayaran; transfer yang dimualai oleh pihak
penerima bayaran dengan otoritas di muka dari pihak pembayar.” (Van Home &
Machowicz, 2005 : 334).
2.1.2. Penagihan
2.1.2.1 Pengertian Penagihan
Pengertian tagihan atau invoce atau faktur menurut kamus perbankan
adalah
“ Pernyataan tertulis dari penjual kepada pembeli mengenai barang yang
dijual, jumlah, kualitas, dan harganya yang dapat dijadikan pegangan
oleh pembeli untuk meneliti barang yang dibelinya.:” (Putri, 2009:187)
Proses penagihan merupakan proses umum yang dilakukan hampir
semua jasa kecuali jika jasa tersebut disediakan gratis atau cuma-cuma.
Tagihan yang tidak akurat, meragukan tidak terbaca, atau tidak lengkap dapat
memberikan kesempatan yang sangat besar untuk mengecewakan pelanggan
yang mungkin saja hingga saat itu sudah sangat puas dengan pengalaman
mereka menikmati jasa tersebut.
Defenisi penagihan menurut Lovelock dan Wrriht ( 1999:194) adalah
sebagai berikut :
“Sekumpulan jasa pelengkap yang memudahkan pembelian dengan
menyediakandokumentasi yang jelas, tepat waktu, akurat, dan relevan
13
tentang apa yang harus dibayar pelanggan, ditambah dengan informasi
tentang bagaimana membayarnya.”
Sedangkan pengertian penagihan yang dijelaskan oleh Aliminsyah dan
Pandji ( 2006:72) adalah :
“proses menagih kepada pihak yang wajib membayar ( tertagih)
berdasarkan suatu warkat ( cek, wesel, surat utang, dan lain-lain) untuk
kepentingan dan atas risiko pihak yang mempunyai tagihan”.
Selanjutnya, Alimsyah dan Pandji menjelaskan bahwa dalam penagihan
biasanya terdapat istilah jangka waktu penagihan berupa jumlah hari rata –
rata antara waktu pengajuan tagihan sampai waktu pembayaran.
Sementara menurut Krismaidji dalam Qusosi (2005;8) , penagihan
adalah
“Pembuatan faktur penjualan yang berisi jumlah yang harus di bayar dan
ke mana harus mengirimkan pembayaran tersebut jenis – jenis sistem
penagihan yang diklasifikasikan Krismiadji adalah :
1. Post – bilingyakni faktur penjualan dibuat setelah bill of lading di
terima dari bagian pengiriman.
2. Pre-billing yaitu faktur penjualan dibuat ( namun belum dikirimkan)
segera setelah pesanan penjualan disetujui, sedangkan file
persediaan piutang dan buku besar dimutakhirkan (up-date) pada
saat yang sama.
14
Dari beberapa pengertian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
penagihan merupakan proses pelengkap pembelian produk atas jasa berupa
informasi yang jelas, tepat waktu, akurat dan relevan yang menyampaikan
jumlah yang harus dibayar, cara bayar, tempat membayar, dan jatuh tempo
pembayaran.
2.1.2.2 Kebijakan Kredit dan Penagihan
Kondisi ekonomi, penetapan harga produk atau jasa, kualitas suatu
produk atau jasa, dan kebijakan kredit dan penagihan perusahaan adalah
berbagai pengaruh utama dalam tingkat piutang usaha perusahaan. Semua
pengaruh tersebut kecuali yang terakhir, umumnya diluar pengendalianmanajer
keuangan. Akan tetapi seperti juga aktiva lancar lainnya.manajer tersebut dapat
mengubah tingkat piutang dalam menyeimbangkan keuntungan dan kerugian
antara profitabilitas dan risiko.
Untuk menerapkan kebijakan kredit dan penagihannya.
“Suatu perusahaan akan melibatkan beberapa keputusan penting ( Van Home &
Machowitc, 2005 : 381 ), antara lain : (1) Kualitas minimum kredit atau standart kredit
yang akan diterima; (2) Lamanya periode kredit berupa lamanya waktu kredit yang
diberikan ke seorang pelanggan untuk membayar tagihannya; (3) Periode dan jumlah
diskon tunai yang dapat dimanfaatkan pelanggan jika melakukan pembayaran secara
dini dan tepat waktu: (4) Syarat khusus lainnya, seperti perjanjian secara musiman
berupa syarat kredit yang mendorong pembeli produk musiman menyetujui pembelian
awal sebelum periode puncak penjualan dan untuk menunda pembayaran hingga
setelah periode puncak penjualan; (5) Tingkat pengeluaran untuk penagihan yang
ditetapkan akan kerugian akibat piutang tak tertagih.”
Dalam setiap keputusan tersebut, harus melibatkan perbandingan atas
15
berbagai peluang keuntungan dari perubahan kebijakan dengan biaya
perubahan tersebut. Kebijakan kredit dan penagihan yang optimal adalah hasil
dari margin keuntungan yang sama dengan margin biaya. Agar dapat
memaksimalkan laba yang meningkatkan akibat dari kebijakan kredit dan
penagihan, perusahaan harus menggunakan secara bergantian berbagai
kebijakan tersebut sehingga mencapai solusi yang maksimal.
2.1.2.3. Kebijakan dan Prosedur Penagihan
Perusahaan menentukan kebijakan penagihan keseluruhannya dengan
menggabungkan berbagai prosedur penagihan yang di terapkannya. Prosedur
– prosedur ini meliputi berbagai hal seperti surat, facsimile, panggailan telepon,
kunjungan pribadi ke pelanggan, dan tindakan hukum jika terjadi piutang
macet . salah satu variabel kebijakan utama adalah jumlah uang yang di
keluarkan untuk prosedur penagihan. Dengan kata lain, semakin besar jumlah
relatif yang dikeluarkan, semakin rendah porporsi kerugian akibat piutang tak
tertagih dan semakin pendek rata-rata penagihan, jika semua hal lainnya tetap
sama .
Akan tetapi, hubungan tersebut tidaklah linear . pengeluaran awal
penagihan cenderung akan menyebabkan sedikit penurunan dalam kerugian
akibat piutang tak tertagihan. Tambahan pengeluaran mulai memiliki pengaruh
yang singifikan hingga pada titik tertentu dan akan cenderung memiliki sedikit
pengaruh untuk mengurangi kerugian tersebut lebih jauh. Oleh karenanya,
piutang hanya bagus jika di bayar oleh pelanggan, sehingga perusahaan tidak
16
perlu menunggu terlalu lama sebelum akhirnya memulai prosedur penagihan .
namun , jika perusahaan memulai prosedur penagihan tersebut terlalu awal ,
maka perusahaan justru dapat membuat marah dan kecewa para perlanggan
yang sebenarnya baik namun untuk beberapa alasan, pelanggan cenderung
gagal membayar pada waktu jatuh tempo. Apapun alasannya, perusahan harus
memperhatikan dan membentuk kebijakan prosedur penagihan dengan benar,
sistematis, efektif agar dapat mencapai hasil yang optimal.
Awal kebijakan dan prosedur penagihan yang biasanya dipakai oleh
perusahaan yakni melalui panggilan telepon dengan tujuan untuk
menyampaikan informasi besarnya tagihan atau pembayaran sekaligus
menanyakan mengapa pembayaran belum dilakukan. Kemudian, seringkali
didiringi dengan surat kepada pelanggan yang mungkin pada akhirnya
dibuatkan surat susulan yang nadanya agak tegas kepada pelanggan. Jika
langkah ini belum berhasil, maka perusahaan akan menggunakan personel
penagihan yang secara khusus akan melakukan kunjungan kepelanggan
sekaligus membicarakan upaya penagihan yang telah jatuh tempo.
Dan juga memang membutuhkan, perusahaan akan menyewa jasa pengacara
atau konsultan hukum untuk ,membantu menghubungi pelanggan.
Jika semua hal tersebut gagal, tagihan tersebut dapat dialihkan
keperusahaan penagihan. Namun, memakai jasa perusahaan penagihan akan
menimbultkan biaya yang cukup mahal, seringkali satu setengah kali jumlah
piutang perushaan, tetapi prosedur ini dapat dijadikan satu-satunya alternatif
17
yang layak terutama untuk jumlah piutang yang kecil. Dan pada akhirnya
perusahaan dapat menempuh tindakan hukum melalui pengadilan dengan
konsekuensi biaya yang ditimbulkan sangat mahal, bahkan terkadang tidak
jelas tujuannya serta kurang manusiawi, dan justru dapat mengarahkan
tagiahan tersebut kea rah tuntutan kebangkrutan. Pada akhirnya, ketika
pembayaran tidak bisan didapatkan, kompromi untuk penyelesaian mungkin
memberikan persentase penagihan yang lebih tinggi.
2.1.3 Sistem
2.1.3.1. Defenisi Sistem
Defenisi sistem perlu dibedakan antara pengertian sistem itu sendiri dan
pengertian prosedur, agar dapat diperoleh gambaran yang jelas mengenai
berbagai sistem yang menghasilakn output yang diolah dalam sistem informasi.
Defenisi sistem dan prosedur menurut Suasanto dan Midjan ( 2003 :4)
adalah sebagai berikut :
“Sistem adalah suatu jaringan pekerjaan yang berhubungan dengan prosedur-
prosedur yang erat hubungannya satu sama lain yang dikembangkan menjadi
suatu skema untuk melaksankan sebagian besar aktivitas perusahaan,
sedangkan prosedur adalah suatu urutan pekerjaaan tata usaha ( clerical
operations) yang biasanya melibatkan beberapa petugas didalam suatu bagian
atau lebih yang diadakan untuk menjamin pelaksanaan yang seragam dari
transaksi-transaksi yang berulang-ulang dalam perusahaan.”
18
Sedangkan defenisi sistem dan prosedur menurut Mulyadi ( 2001:5)
adalah sebagai berikut :
‘Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang
terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan, sedangkan
prosedur adalah suatu kegiatan klarikal, biasanya melibatkan beberapa
orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin
penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi
berulang-ulang.”
Sementara menurut Hall ( 2007:6), istilah sistem dapat diaplikasikan
secara lebih luas. Beberapa sistem terjadi secara alami, sementara lainnya
merupakan buatan. Semua mahluk hidup, tumbuhan dan binatang adalah
contoh dari sistem alami. Sedangkan sistem buatan dibauat oleh manusia .
Sehingga defenisinya : “sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen
atau subsistem yang saling berhubungan yang berfungsi dengan tujuan yang
sama”
Dari defenisi-defenisi yang dijabarkan diatas, penulis dapat mengambil
kesimpulan bahkan suatu sistem terdiri dari beberapa komponen atau
subsistem fdalam bentuk prosedur yang saling berhubungan, berkaitan dan
terintegrasi untuk melaksnakan tujuan dan kegiatan tertentu.
2.1.3.2. Sifat-sifat Sistem
Sifat-sifat dari Sistem menurut Susanto dan Midjan ( 2003 : 2-3) adalah
sebagai berikut :
19
a) Memiliki tujuan ( objective), yaitu target atau sasaran akhir yang ingin
dicapai oleh suatu sistem.
b) Adanya kegiatan Input – Process – Output, berupa masukan yang diolah
untuk menghasilkan berbagai keluaran.
c) Adanya lingkungan ( environment) dan batas ( boundary), dimana setiap
sistem secara physic memiliki batas ( boundary) yaitu garis abstraksi
yang memisahkan sistem dari lingkungannya.
Sedangkan lingkungan (environment) adalah faktor – faktor di luar
sistem yang mempengaruhi sistem
d) Adanya subsistem ( subsystems ) , yaitu komponen atau bagian dari
suatu sistem , subsistem ini bisa fisik maupun abstrak .
e) Adanya saling ketergantungan , di mana setiap sistem memiliki
ketergantungan antara berbagai sub sistem dan hubungan antar sub
sistem membentuk suatu jaringan sistem (system network ) . dan adanya
hubungan satu sama yang lain dari masing-masing sub sistem interface .
konsep dari saling ketergantungan ini sebagai dasar untuk mempelajari
sistem informasi dan jaringan komunikasi ( local area network ) .
f) Setiap sistem memiliki keterbatasan internal maupun ekstenal yaitu di
batasi secara physic maupun peraturan – peraturan .
g) Adanya pengendalian (controls ) , artinya setiap sistem harus dapat
menata dan mengendalikan sub sistemnya agar dapat mencapai tujuan .
2.1.4 Piutang
2.1.4.1. Pengertian Piutang
20
Setiap transaksi kredit , pada dasarnya melibatkan dua pihak . pihak
pertama adalah pihak kreditur yang menjual barang atau jasa . penjualan
tersebut akan menimbulkan piutang bagi kreditur . pihak kedua adalah pihak
debitur yang melakukan pembelian , sehingga menimbulkan utang bagi pembeli
tersebut . menurut prinsip akuntansi Indonesia , piutang dalam arti sempit yaitu
hanya menunjukkan tagihan yang akan dilunasi dengan uang
Jenis pengertian lain dari pada piutang juga dijabarkan oleh horngren
dan harison (2007;436)
Piutang adalah klaim moneter terhadap pihak lain. Terdapat dua jenis
utama piutang yakni : (1) Piutang Usaha; dan (2) Wesel Tagih. Piutang
usaha ( account receivable ) juga di sebut piutang dagang yang
merupakan jumlah yang harus ditagih dari pelanggan
Sementara menurut Warren ,dkk (2005;392) istilah piutang adalah
sebagai berikut :
“Piutang ( receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap
pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya.
Piutang biasanya memiliki bagian yang signifikan dari total aktiva lancar
perusahaan,:
Kemudian menurut Van Holen & Machowicz (2005:372) :
“ Piutang usaha adalah jumlah uang yang masih belum dibayar ke
perusahaan oleh para pelanggan yang telah membeli barang & jasa
secara kredit. Sebagai aktiva lancar, akun piutang usaha juga disebut
piutang ( receivables).”
Sedangkan pengertian Piutang Usaha menurut Keputusan Direksi
21
PT.TELKOMKD 32/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan
Piutang Usaha adalah :
“Tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dihasilkandari kegiatan
atau usaha penjualan Jastel ( jasa telekominikasi), termasuk tagihan
kepada penyelenggaraan lain yang timbul akibat interkoneksi switch
( yang bersifat trafik) maupun non-switch yang bersifat sarana
telekominikasi.”
Dengan demikian, penulis dapat membuat kesimpulan atas pengertian
piutang usaha yakni jumlah tagihan yang harus dibebankan kepada
pelanggan sebagai akibat penggunaan atau pemakaian barang atau jasa
yang diusahakan oleh perusahaan.
2.1.4.2 Jenis-jenis Piutang
Menurut Prinsip Akuntasi Indonesia, piutang dapat digolongkan sebagai
berikut :
1) Piutang Usaha, merupakan segala tagihan dari penjualan barang-barang
atau jasa yang dilakukan secara kredit oleh perusahaan.
2) Piutang lain-lain, merupakan tagihan yang tidak berasal dari penjualan.
Sedangkan oleh Warren, dkk (2005:392) menghasilkan piutang menjadi 3
(tiga)kelompok :
1). Piutang Usaha
22
Transaksi paling umum yang menciptakan piutang adalah penjualan barang
dagang atau jasa kredit. Piutang akan dicatat dengan mendebet akun
piuatng usaha. Piutang usaha semacam ini normalnya akan tertagih dalam
waktu yang relatif pendek, seperti 30 atau 60 hari. Piutang usaha
diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar.
2). Wesel Tagih
Wesel Tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan disaat
perusahaan telah menerbitkan surat utang normal. Sepanjang wesel tagih
diperkirakan akan tertagih dalam setahun, maka biasanya diklasifikasikan
dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel biasanya digunakan untuk
periode kredit lebih dari 60 hari
.3). Piutang Lain-lain
Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika
piutang ini diharapkan akan tertagih dalam waktu satu tahun, maka piutang
tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari
satu tahun, maka piutang diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan
dilaporkan dibawah judul investasi. Piutang lain-lain ini meliputi piutang
bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan.
23
2.2 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1.
Alur Kerangka Pemikiran Penelitian
Adapun Arti Alur Kerangka Pikiran Penelitian adalah sebagai berikut :
1 PT. TELELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk Area KTI adalah
PT.TELEKOMIKASI INDONESIA TbkAREAKTI
MANAJEMEN KAS
COLLECTION STRATEGI
COLLECTION POLICYKEBIJAKAN
CUSTUMER CARING SISTEM REMENDING CALLKEPADA PELANGGAN
SYARAT SISTEMREMENDING
CALL
PROSEDUR SISTEM REMENDING CALL
PENCAIRAN PIUTANG USAHAPT.TELEKOMUNIKASI
24
perusahaan yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi Area Kawasan
Timur Indonesia.
2 Manajemen Kas adalah pengaturan / pengelola kas oleh bendahara
perusahaan yang melibatkan penagihan, pengeluaran, dan investasi
secara kas yang efesien.
3 Collection Policy adalah Kebijakan dalam melakukan penagihan
( Colletion Policy ). Meliputi :Reminding Call, remending SMS,
Remending Email / letter,serta melewati 90 hari.
4 Costumer Caring adalah Setiap kegiatan pengelolaan pelayanan
pelanggan seperti memahami, memberi perhatian, memberikan
komitmen, melakukan komunikasi yang bertujuan untuk meningkatkan
kepuasan dan loyalitas pelanggan.
5 Sistem Remending Call Kepada Pelanggan adalah prosedur yang saling
berhubungan dan terintegrasi dengan suatu system aplikasi dan media
telepon dengan tujuan untuk meningkatkan pelanggan sekaligus
menyampaikan informasi yang akurat dan dibutuhkan pelanggan pada
periode dan waktu tertentu.
6 Syarat Sistem Remending Call adalah :
a. Kualitas Operator Remending Call (Ramah saat menelpon
pelanggan)
b. Waktu Remending Call ( Tidak meremending call disaat libur atau
hari raya)
c. Wawasan Produk
25
7 Prosedur Sistem Remending Call adalah Perusahaan menentukan
kebijakan penagihan keseluruhannya dengan menggabungkan berbagai
prosedur penagihan yang diterapkannya . Prosedur – prosedur ini
meliputi berbagai hal seperti : Surat, Facsimile, Panggilan Telepon,
Kunjungan Pribadi ke Pelanggan, dan Tindakan Hukum jika terjadi
piutang macet.
8 Pencaiaran Piutang Usaha PT.TELEKOM Area KTI adalah Pembayaran
tagihan oleh Pelanggan TELKOM terhadap PT.TELKOM AREA KTI
2.3. Hipotesis
Dengan mengacu pada tujuan penelitian yang telah dikemukakan serta
teori yang melandasi berdasarkan uraian dari kerangka pikir yang dirumuskan
diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Diduga bahwa kebijakan penagihan sistem reminding call kepada pelanggan
PT.TELKOM Area KTI memiliki pengaruh signifikan atau tidak
signifikanterhadap peningkatan pencairan piutang usaha pada PT.TELKOM
Area KTI.”
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. LokasidanObyekpenelitian
Dalam tugas penelitian ini penulis memilih obyek tugas mengenai
“Pengaruh Kebijakan Penagihan Sistem Reminding Call terhadap
Peningkatan Pendapatan Usaha padaPT.TELKOM Area KTI”. PT.TELKOM
merupakan perusahaan persero sekaligus Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bergerakdalambidang penyelenggaraan jasa penyedia layanan dan
jaringan telekomunikasi di Indonesia dan berkantor pusat di Jalan Japati No.1
Bandung, Jawa Barat. Sedangkan untuk di Makassar, berkantor cabang sesuai
Divisi Wilayah Operasional Kawasan Timur Indonesia di Jalan Andi Pangeran
Pettarani No.2 Makassar.
3.2. JenisdanSumber Data
3.2.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
(Kuncoron, 2009;145) data Kualitatif, adalah data yang tidak dapat diukur dalam
skala numerik. Namun, karena dalam statistic semua data harus dalam bentuk
angka, maka data kualitatif umumnya dikuantitatifkan agar dapat diproses lebih
lanjut. Caranya adalah dengan mengklasifikasikan dalam bentuk kategori, yakni
27
dengan data ordinal, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kategori, namun
posisi data tidak sama derajatnya karena dinyatakan dalam skala peringkat.
3.2.2. Sumber Data
Sedangkan sumber data ( Hanke & Reitsch dalam Kuncoro, 2009;148)
yang dipakai dalam melakukan penelitian ini adalah :
a). Data internal yang berasal dari dalam organisasi atau perusahaan yakni PT.
TELKOM Area KTI berupa gambaran umum perusahaan, struktur
organisasi, uraian pekerjaan, tugas dan wewenang, serta prosedur
penerapan kebijakan penagihan sisten reminding call maupun informasi lain
yang menyangkut kebijakan atau aturan dasar yang digunakan oleh
perusahaan.
b). Data primer yaitu data yang diperoleh dengan survey lapangan yang
menggunakan semua metode pengumpulan data original. Jenis data yang
dihasilkan adalah data secara kuantitatif dan kualitatif berupa jawaban
kuesioner responden penelitian dalam hal ini pelanggan PT.TELKOM Area
KTI yang merasakan langsung kebijakan penagihan berupa sistem
reminding call.
c). Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga
pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyararakat pengguna data.
Untuk data sekunder ini berupa data Laporan Dashboard Pencapaian setiap
kegiatan Reminding Call yang diambil dari Aplikasi Caring Management
System ( CMC) PT.TELKOM Area KTI.
28
3.3 Populasi dan Sampel
Sugiyono memberikan pengertian populasi sebagai berikut (2004:117) :
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.”
Sementara menurut Kuncoro (2009:123) “populasi adalah suatu
kelompok dari elemen penelitian dimana elemen adalah unit terkecil yang
merupakan sumber dari data yang diperlukan. Jumlah pelanggan PT.TELKOM
Area KTI saat dilakukan penelitian sekitar 800.000-an pelanggan, dimana
pelanggan tersebut tersebar dalam 10 area pelayanan. Dalam penelitian ini,
tidak semua pelanggan PT.TELKOM Area KTI dijadikan populasi penelitian,
mengingat banyaknya populasi sehingga akan menyita biaya, waktu dan
tenaga peneliti. Sehingga, yang menjadi populasi penelitian ini adalah hanya
pelanggan PT.TELKOM Area KTI yang merasakan langsung adanya kebijakan
penagihan sistem reminiding call yang diterapkan oleh PT.TELKOM Area KTI
dengan kriteria dan karakteristik pelanggan sebagai berikut :
a. Pelanggan PT.TELKOM Area KTI dengan produk telepon rumah dan
atau speedy, bukan Flexi
29
b. Pelanggan PT.TELKOM Area KTI yang tidak direminding SMS atau tidak
direminding email
c. Pelanggan PT . TELKOM Area KTI yang di reminding call minimal
satu kali dalam sebulan selama tiga bulan terakhir secara berturut –
turut ( data reminding call yang di ambil adalah bulan
Oktober ,Nopember dan Desember 2012)
d. Pelanggan PT .TELKOM Area KIT yang di reminding call dengan hasil
call adalah tersambung bukan status RNA (Ringing No Ansewer)
e. PT . TELKOM area KIT yang di reminding call dengan hasil call adalah
tersambung dan terjaring melalui salah satu atau semua dari tahapan
caring -11 ,caring-12 dan caring -13 (KD TELKOM NO 10 /Tahun 2007).
Berdasarkan kriteria populasi yang dijabarkan di atas , maka jumlah
pelanggan TELKOM Area KIT yang di tetapkan sebagai populasi sebanyak
3200 pelanggan yang tersebar dalam 10 area pelayanan yakin Ambon , Bali ,
Kendari, Kupang , Makassar , Manado , Mataram , Palu , Papua dan Pare -
Pare
Sehingga untuk mendapatkan sampel yang dapat menggambarkan
populasi , maka dalam penentuan sampel penelitian ini di gunakan rumus solvin
(dalam syofian siregar (2010;149) sebagai berikut :
n=__N___ …………………………………………………………… (I) 1 + Ne
Dimana :
n = jumlah sampel
30
N = jumlah populasi
e = perkiraan tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel yang masih
dapat ditolerir
Dari jumlah populasi tersebut dengan perkiraan tingkat kesalahan akibat
ketidaktelitian sebesar 10%, maka dengan menggunakan rumus diatas, akan
diperoleh sampel sebesar 100 orang melalui perhitungan sebagai berikut :
n = __3.200__________ 1 + 3.200(0.1) = 96.97 = 100
Dalam penelitian ini ,desain sampel yang di gunakan adalah desain
probalitas .Definisi sampel probabilitas .menurut kuncoro (2009;127) adalah
“setiap sampel dipilih berdasarkan prosedur seleksi dan memiliki peluang yang
sama untuk dipilih”. Alasan peneliti menggunakan desain ini dengan
pertimbangan akurasi lebih tepat, penerimaan hasilnya dapat secara universal
dan kemampuan generalisasinya baik.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Dalam mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk
melaksanakan penelitian pada Kantor PT.TELKOM Area KTI di Unit Payment &
Colletion Area KTI, penulis melakukan jenis-jenis penelitian sebagai berikut :
3.4.1. Penelitian Lapangan
31
Penelitian lapangan yaitu melakukan penelitian langsung pada
perusahaan yang menjadi obyek penelitian sehingga diperoleh data dan
informasi yang diperlukan. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan
meliputi ;
a). Kuesioner, yaitu suatu teknik pengumpulan informasi dalam hal ini data
primer yang memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan,
perilaku, dan karakteristik beberapa orang yang bisa terpengaruh oleh
sistem yang diajukan dan sudah ada. Kuesioner ini dibagikan dalam
bentuk daftar pertanyaan dengan maksud mengetahui respon
pelanggan PT.TELKOM Area KTI terhadap penerapan kebijakan
penagihan sistem reminding call.
b). Wawancara, yakni teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
tanya jawab langsung dengan pejabat yang berwenang yang ada dalam
perusahaan yang dijadikan obyek penelitian. Dari hasil wawancara,
penulis akan memperoleh data mengenai gambaran umum, dan sejarah
perusahaan, struktur organisasi, uraian tugas dan wewenang, kebijakan
dan prosedur yang menyangkut Sistem Reminding Call yang telah
diterapkan oleh perusahaan ke pada pelanggannya selaku obyek
penelitian.
c) Observasi, yaitu teknik pengumpulan data sekunder yang dilakukan
dengan pengamatasan secara langsung terhadap aktivitas perusahaan
yang erat kaitannya dengan Manajemen Kas berupa percepatan
penagihan ke pelanggan sekaligus Customer Caring yang diterapkan
32
oleh perusahaan agar memiliki pengaruh terhadap peningkatan
pendapatan usaha perusahaan.
3.4.2. Penelitian Kepustakaan
Penelitian Kepustakaan, yaitu dengan cara mengumpulkan bahan-bahan
dengan cara membaca buku serta bahan bacaan yang dapat menjadi bahan
referensi yang memiliki hubungan dengan teori serta maslah yang sedang
diteliti. Jenis penelitian ini dibutuhkan sebagai panduan di dalam melakukan
penelitian lapangan, agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Serta dapat
dijadikan sebagai dasar perbandingan terhadap keadaan praktek di lapangan.
3.5. Cara Pengolahan Data Primer
Data primer dalam penelitian ini berupa jawaban kuesioner dari
responden dalam hal ini pelanggan PT.TELKOM Area KTI. Cara pengolahan
data ini meliputi beberapa tahap, yaitu :
1) Editing yaitu dari data yang telah di kumpul kan dilakukan pernilahan –
penilahan untuk menjaga validitas , reabilitas dan akurasinya .
2) Coding dan scoring , dari data yang telah di edit tersebut dilakukan
pemberian kode dan sekor sesuai dengan klasifikasi data yang telah
di tentukan .
3) Tabulasi / entry data yakin proses penempatan data telah di edit serta
di beri kode dan skor ke dalam bentuk table dengan menggunakan
33
bantuan komputer program SPSS 16.0. hal ini didasar kan oleh 2
pertimbangan yakni untuk mempercepat proses analisis serta di
harapkan memberikan hasil yang akurat dan tepat .
3.6Metode Analisis Data
3.6.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian dan penyusunan
skripsi ini adalah metode penelitian deskriptif sebagaimana yang dikemukakan
oleh Nazir (2003:54)
“ Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, untuk kondisi, suatu penelitian ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang yang bertujuan untuk
memberikan gambaran mengenai perusahaan khususnya mengenai
aspek-aspek yang sedang diteliti dan melakukan hubungan terhadap
variabel yang diteliti.”
Sedangkan menurut Kuncor(2009:12), definisi penelitian deskriptif
adalah sebagai berikut :
“Penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis
atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek
penelitian. Tipe yang paling umum dari penelitian deskriptif ini
meliputi penilaian sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi,
keadaan, ataupun prosedur.”
34
Dalam melakukan penelitian, dibutuhkan data dan informasi yang
sesuai dengan masalah yang diteliti, sehingga data yang diperoleh cukup
lengkap sebagai dasar dalam membahas masalah yang ada dalam penelitian.
Data deskriptif pada umumnya dikumpulkan melalui daftar pertanyaan dalam
survey atau kuesioner, wawancara ataupun observasi.
Setidaknya terdapat dua manfaat didalam menggunakan penelitian
dengan metode deskriptif. Pertama, untuk studi dalam bidang bisnis terutama
digunakan sebagai dasar pengembalian keputusan bisnis. Kedua, studi
deskriptif diperlukan untuk mengenali distibusi dan perilaku data yang dimiliki.
3.6.2 Teknik pembuatan skala
Kegiatan yang di lakukan dalam merancang angket peneilitian ini adalah
menentukan skala pengukuran terhadap variabel –variabel yang terlibat dalam
penelitian ,yang harus disesuaikan dengan cara analisis yang digunakan.
Dalam mengelola data , penulis menggunakan bantuan tabel-tabel agar dapat
mempermudah dalam melihat kumpulan data serta skor masing –masing
responden .
Dalam penelitian ini skala yang di gunakan adalah likert. Menurut syofian
skala likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap pendapat
dan persepsi seseorang tentang suatu obyek atau fenomena tertentu
(2010;138) skala likert yang di gunakan penulis adalah bentuk pernyataan
positif yang terdiri dari 5 (lima ) butir alternatif jawaban yang di susun bertingkat
dengan pemberian bobot nilai sebagai berikut :
1. untuk jawaban sangat setuju di beri bobot 5
35
2. untuk jawaban setuju di beri bobot 4
3. untuk jawaban ragu-ragu di beri bobot 3
4. untuk jawaban tidak setuju di beri bobot 2
5. untuk jawaban sangat tidak setuju di beri bobot 1
Kemudian untuk menentukan nilai rata-rata untuk masing-masing butir
pertanyaan , maka di gunakan rumus;
Rata – rata [ x ] =∑ x1-fi = ………………………………………………( II )
Keterangan :
XI = nilai pengukuran ke –i
Fi = frekuensi kelas i
n = banyaknya pengamatan
Interval = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah = 5-1 = 0,8 Banyaknya Kelas
Dengan menggunakan skala likert , maka variabel yang akan diukur
dijabarkan dari variabel menjadi indikator ,kemudian dari indikator menjadi sub
indikator dapat dijadikan tolak ukur untuk membuat suatu pertanyaan /
pernyataan yang perlu di jawab oleh responden.
3.6.3 Pengujian Instrumen
Kuesioner sebagai instrument pengumpulan data yang merupakan
penjabaran dari indicator variabel, sebelum digunakan untuk mengumpulkan
data di lapangan terlebih dahulu harus diuji tingkat validasi dan realibilitasnya.
Validitas menunjukkan sejauh mana instrument dapat digunakan untuk
mengukur apa yang hendak diukur, sedangkan rumen realibilitas menunjukkan
36
sejauh mana instrument pengukur dapat dipercaya dan diandalkan ( Sugiyono,
2004:173). Oleh karena itu, setelah instrument itu valid dan reliable, maka
dapat digunakan untuk mengumpulkan data di lapangan.
3.6.3.1. Pengujian Validitas
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas
konstrak (construct validity). Menurut Azwar (2001:67) pengujian validitas
konstrak diutamakan dalam pengembangan dan evaluasi terhadap suatu
konsep dan teori. Suatu instrument penelitian dikatakan valid menurut Syofian
Siregar (2010:164), Jika :
1) Koefisien korelasi product moment melebihi 0,3
2) Koefisien korelasi product moment > r table ( α, n-2) dimana n adalah
jumlah sampel.
3) Nilai Sig.≤α
Sebelum kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data, terlebih
dahulu diuji validitasnya kepada responden dengan menggunakan rumus teknik
Korelasi Product Moment ( Sugiono, 2004:255) sebagai berikut :
r = N ( ∑ XY ) – ( ∑ X ∑ Y ) …………………………………………… ( III )
√ ( N ( ∑X 2 ) – ( ∑X 2 )( N ∑Y2 ) – ( ∑Y) 2 )
Keterangan :
r = koefisien validasi item yang dicari
X = skor yang diperoleh dari subjek tiap item
Y = skor yang diperoleh dari subyek seluruh item
∑X = jumlah skor dalam distribusi X
∑Y = jumlah skor dalam distribusi Y
37
∑X2 = jumlah kuadrat pada masing-masing skor X
∑Y2 = jumlah kuadrat pada masing-masing skor Y
N = jumlah responden
3.6.3.2 Pengujian Reliabilitas
Uji reliabilitas instrumen penelitian kali ini menggunakan teknik
pengukuran reliabilitas alpha cronbach . menurut syofian siregar (2010 ;
175 ) , kriteria suatu instrumen penelitian di katakan reliable dengan
menggunakan teknik ini, koefisien reliabilitas (α) >0,6. Tahapan perhitungan uji
reliabilitas dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach, yaitu;
1) Menentukan nilai varians setiap butir pertanyaan
α = ∑ X – ( X ) 2 ………………………………………….. ( IV ) n
2) Menentukan nilai varians total
α = ∑X - ( X)2 …………………………………………….( V) n
3) Menentukan reliabilitas instrument
r = [ k ] [ 1 -[ ∑ α ] …………………………………………….. ( VI )
Dimana :
n = jumlah sampel
X = nilai skor yang dipilih
α = variasi total
∑α = jumlah variasi butir
k = jumlah butir pertanyaan
r = koefisien rehabilitas Instrumen
38
Untuk kemudahan, maka perhitungan dengan menggunakan rumus di
atas di lakukan dengan bantuan komputer program SPSS versi 16.0. dengan
menggunakan metode konsistensi internal .
3.6.4. Teknik Analisis Data
Untuk perhitungan statistik dalam penelitian ini di gunakan
program SPSS versi 16,0 dengan teknik analisis data yang di uraikan
sebagai berikut :
3.6.4.1. Analisis regresi linier berganda
Model ini di pilih untuk mengetahui hubungan variabel tergantung
dengan variabel bebasnya serta mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel bebas (x) baik secara bersama –sama maupun secara parsial. Menurut
Rangkuti (1997: 23-25) formulasi regresi linear berganda adalah sebagai
berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + ei ……………………………………… ( VII )
Dimana :
Y = Peningkatan Pendapatan Usaha
X1 = Syarat kebijakan penagihan sistem reminding call
X2 = Prosedur kebijakan penagihan sistem reminding call
b = Koefisien regresi
c = Variabel penganggu
39
I = 1,96 (jika derajat signifikan sebesar 5 % )
3.6.4.2 Koefisien Korelasi Parsial (r)
Untuk menganalisis secara parsial atau analisis pengaruh dominan,
maka alat uji yang digunakan adalah koefiesin korelasi parsial (r) atau koefisien
regresi berganda (β) . Koefisien tersebut merupakan alat uji untuk mengetahui
dan mengukur variabel – variabel yang mempunyai keeratan pengaruh
terhadap terikat (Y) secara parsial . Pengujian ini menggunakan uji t dengan
melihat apakah nilai-nilai koefisien yang di peroleh berbeda secara signifikan
atau tidak antara t hitung dan t tabel pada tingkat keyakinan 5% (α=0,05).
Rumus yang digunakan menurut Rangkuti (2002:155), adalah:
t(βi) = __ bi_ __ ……………………………………………. ( VIII ) SE(bi)
Keterangan :
βi = Koefisien regresi
SE ( βi ) = Standrat error koefien regresi
Adapun criteria penilaiannya adalah :
Menetapkan variabel yang bermakna dengan membandingkan t hitung
dengan t tabel, apabila t hitung > t tabel hitung maka signifikan.
Dari variabel yang bermakna, dipilih variabel yang dominan.
40
Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi masing-masing variabel bebas
dan yang paling menentukan ( dominan ) pengaruhnya terhadap variabel terikat
suatu model regresi linier, maka digunakan koefisien Beta ( Beta Coefficent)
untuk setiap variabel yang distandarsasi. Nilai beta ( β) terbesar menunjukkan
bahwa variabel bebas tersebut mempunyai pengaruh yang dominan terhadap
variabel terikat.
3.6.4 Pengujian Hipotesis
3.6.5.1. Pengujian Hipotesis Pertama dengan Skala Mean (Skala Rata-
Rata)
Sebelumnya telah dikemukakan bahwa skala yang digunakan dalam
penelitian ini melalui kuesioner adalah skala likert. Skala likert yang digunakan
penulis adalah bentuk pernyataan positif yang terdiri dari 5 (lima) butir
alternative jawaban yang disusun bertingkat dengan pemberian bobot nilai
sebagai berikut :
Untuk jawaban “Sangat Setuju” diberi bobot 5
Untuk jawaban” Setuju “ diberi bobot 4
Untuk jawabn “ Ragu-ragu “ diberi bobot 3
Untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju” diberi bobot 2
Untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju” diberi bobot 1
41
Kemudian untuk menentukan nilai rata-rata untuk masing-masing butir
pertanyaan, maka digunakan rumus II. Kemudian menetukan jumlah intervalnya
dengan cara sebagai berikut :
Interval = Nilai Tertinggi- Nilai Terendah = 5 - 1 = 0,8Banyaknya Kelas 5
Setelah besarnya interval diketahui, kemudian dibuat rentang skala
sehingga dapat diketahui tanggapan responden dimana melalui letak rata-rata
penelitian responden terhadap masing-masing butir pertanyaan dan pernyataan
yang diberikan. Rentang skala yang dimaksud adalah :
1,00 – 1,79 = Sangat Tidak Baik
1,80 – 2,59 = Tidak Baik
2,60 – 3,39 = Kurang Baik
3,40 – 4,19 = Baik
4,20 – 5,00 = Sangat Baik
3.6.5.2. Pengujian Hipotesis Koefisien Korelasi Berganda
melalui Uji F
Untuk menganalisis secara simultan digunakan alat uji koefisien korelasi
berganda (R) dan koefisien determinasi berganda ( R2 ). Koefisien tersebut
digunakan untuk mengetahui keeratan pengaruh antara variabel bebas (X)
terhadap variabel terikat (Y) secara simultan dengan melihat apakah nilai
42
koefisien yang diperoleh berbeda secara signifikan atau tidak dengan
menggunakan uji F antara F hitung dengan Ftabel pada tingkat keyakinan 5%
(α = 0,05). Rumus yang digunakan menurut Rangkuti (2002:155) adalah
sebagai berikut :
Fhitung = R2(n−k−1)
k (1−R¿¿2)¿ ……………………………………………….(IX)
Keterangan :
R2 = Koefisien determinasi
k = Jumlah variabel bebas
n = Jumlah sampel
F = Uji hipotesis
3.7. Defenisi Operasional Variabel
3.7.1. Operasional Varisbel Penelitian\
Berdasarkan hipotesis yang telah penulis utarakan sebelumnya,
maka akan terdapat 3 (tiga) variabel utama yang digunakan, yaitu :
1. Syarat kebijakan penagihan sistem reminding call merupakan variabel X1.
Sedangkan prosedur kebijakan penagihan sistem reminding call menjadi
variabel X2. Variabel X1 dan X2 merupakan variabel bebas atau independen
variabel yaitu variabel yang keberadaanya tidak dipengaruhi oleh variabel
lain dan merupakan faktor penyebab yang dapat mempengaruhi variabel
tidak bebas atau dependen variabel. Konsep variabel Kebijakan Penagihan
43
Sistem Reminding Call merupakan kebijakan penagihan dengan syarat dan
prosedur untuk mempercepat penerimaan kas yang berasal dari pelanggan
dengan memanfaatkan media telepon sebagai perangkat utama untuk
menyampaikan informasi tagihan yang akurat, lengkap serta bermanfaat
untuk pelanggan. Adapun indicator variabel dari Sistem Reminding Call
adalah kualitas operator reminding call, kontinuitas reminding call, waktu
reminding call, adanya informasi yang akurat dan lengkap, adanya
feedback dari pelanggan.
2. Peningkatan pendapatan usaha, sebagai variabel Y yakni variabel tidak
bebas ( terikat atau dependen variabel), yaitu variabelb yang keberadaanya
dipengaruhi oleh variabel sebelumnya. Konsep variabel Peningkatan
Pendapatan Usaha merupakan salah satu bentuk percepatan penerimaan
kas perusahaan melalui jumlah tagihan yang harus dibebankan kepada
pelanggan sebagai akibat adanya penggunaan atau pemakaian barang
atau jasa yang diusahakan oleh perusahaan.
Jadi, kebijakan penagihan sistem reminding call yang dilaksanakan
secara efektif dan efesien seharusnya mempunyai pengaruh dalam
memperbaiki tingkat pendapatan usaha, sedangkan peningkatan pendapatan
usaha akan tercipta apabila syarat dan prosedur kebijakan penagihan sistem
reminding call dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien.
3.7.2. Pengukuran Variabel Penelitian
Ketika variabel diatas diukur dengan menggunakan skala pengukuran
44
ordinal dengan menggunakan kuesioner sebagai instrument untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Berikut ini akan
diihkstisarkan variabel, beserta indikatornya, skala pengukuran serta instrument
yang digunakan :
Tabel 3.1. Variabel Penelitian
Variabel Indikator SkalaPengukuran
Instrumen
IndependenSyarat KebijakanPenagihan SistemReminding Call(X1)
Kualtas operatorreminding call
Waktu reminding call Ordinal Kuestioner
IndependenProsedur KebijakanPengihan SistenReminding Call (X2)
Kontinuitas reminding call
Adanya informasi yang akurat dan lengkap
Adanya feedback dari pelanggan
Ordinal Kuesioner
DependenPeningkatan Pendapatan Usaha (Y)
Percepatan pembayaran tagihan oleh pelanggan sehingga mempercepat penerimaan kas perusahaan
Ordinal Kuesioner
45
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
4.1. Deskriptif Data
4.1.1. Analisis dan Pembahasan Karakteristik Responden
Pada bab ini, penulis akan menguraikan dan mengemukakan hasil penelitian
yang telah dilakukan melalui penyebaran kuesioner terhadap pelanggan
PT.Telkom area KTI sebanyak 100 sampel pelanggan. Format kuesioner
yang disebarkan dilampirkan pada bagian akhir penulisan skripsi ini
(Lampiran I). penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
tangggapan pelanggan dengan adanya penerapan system Reminding Call
sekaligus mengukur tinggkat efektifitas dan efesiensi system tersebut dan
pada akhirnya mengetahui pengaruh salah satu kebijakan penagihan
terhadap peningkatan pendapatan usaha pada PT. Telkom Area KTI melalui
teknis analisis regresi.
Penelitian yang melibatkan langsung pelanggan PT.Telkom Area KTI
merupakan pelanggan yang pernah merasakan langsung system ini selama
tiga bulan berturut-turut yakni bulan September – Desember 2012.
46
Penyebaran kuesioner dilakukan secara serentak di kota Makassar dengan
komposisi penyebaran disusaikan jumlah populasi. Adapun karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, belanja
telekomunikasi per-bulan dan produk Telkom yang digunakansaat ini dapat
dilihat pada tabel 4.1 sampai dengan tabel 4.6.
1. Komposisi Responden Menurut Jenis Kelamin
Dari penyebaran kuesioner dapat diketahui komposisi responden menurut jenis
kelamin yang disajikan pada tabel 4.1. berikut ini :
Tabel 4.1
Komposisi Responden Menurut Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)1 Pria 37 372 Wanita 63 63
Total 100 100Sumber : Data primer (kuesioner), diolah 2012
Berdasarkan hasil olahan data mengenai karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin pada tabel 4.1 diatas, maka responden paling banyak
adalah perempuan adalah 63%, sedangkan jumlah pelanggan laki-laki sebanyak
34 %.
2. Komposisi Responden Menurut Usia
Tabel 4.2
Komposisi Responden Menurut Usia
No Usia Jumlah (orang)
Persentase (%)
1 < 25 tahun 18 182 25 tahun - 35 tahun 22 22
47
3 36 tahun - 45 tahun 29 294 46 tahun - 55 tahun 26 265 > 56 tahun 5 5
Total 100 100%Sumber : Data primer (kuesioner), diolah 2012
Dari karakteristik responden menurut tingkat usia, responden
terbanyak adalah mereka yang memiliki tingkat usia antara 36 - 45 tahun
sebanyak 29 responden (29%). Sehingga dapat dikatakan pada PT.
Telkom area KTI lebih banyak pelanggan yang berumur antara 36 - 45
tahun.
3. Komposisi Responden Menurut Pekerjaan
Tabel 4.3
Komposisi Responden Menurut Pekerjaan
No Perkerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 PNS 19 192 Karyawan Swasta 21 213 Wiraswasta/Pengusaha 32 324 Ibu Rumah Tangga 16 165 Lainnya 12 12
Total 100 100%Sumber : Data primer (kuesioner), diolah 2012
Dari karakteristik responden menurut pekerjaan, responden
terbanyak adalah mereka yang berkerja pada wiraswasta/pengusaha
sebanyak 32 responden (32%), disusul mereka yang berkerja sebagai
karyawan swasta sebanyak 21 responden (21%), kemudian PNS
sebanyak 19 responden (19%), dan ibu rumah tangga sebanyak 16
responden (16%) serta lainnya sebanyak 12 reponden (12%). Sehingga
48
dapat dikatakan pada PT. Telkom area KTI lebih banyak pelanggan yang
berpotensi sebagai wiraswasta / pengusaha
4. Komposisi Responden Menurut Pendidikan Terakhir
Tabel 4.4
Komposisi Responden Menurut Pendidikan Terakhir
No Pendidikan Terakhir Jumlah (orang) Persentase (%)
1 SD/SMP - - 2 SMA atau sederajat 38 383 Diploma I / Diploma 2 2 24 Diploma 3 atau Sederajat 15 155 S1/S2/S3 45 456 Lainnya - -
Total 100 100%Sumber : Data primer (kuesioner), diolah 2012
Dari karakteristik responden menurut pendidikan terakhir,
responden terbanyak adalah mereka yang berpendidikan S1/S2/S3
sebanyak 45 responden (45%), disusul mereka yang berpendidikanSMA
atau sederajat sebanyak 38 responden (38%), kemudian Diploma 3 atau
sederajat sebanyak 15 responden (15%), dan Diploma 1/Diploma 2
sebanyak 2 responden (2%). Sehingga dapat dikatakan pada PT. Telkom
area KTI lebih banyak pelanggan yang pendidikan terakhir S1/S2/S3.
4. Komposisi Responden Menurut Belanja Telekomunikasi per-bulan
Tabel 4.5
Komposisi Responden Menurut Belanja Telekomunikasi per-bulan
No Belanja Telekomunikasi Jumlah Persentase
49
perbulan (orang) (%)1 <Rp100.000 6 62 Rp 100.000-200.000 19 193 Rp 200.000-500.000 32 324 Rp 500.000-1.000.000 33 335 >Rp 1.000.000 10 10
Total 100 100Sumber : Data primer (kuesioner), diolah 2012
Dari karakteristik responden menurut Belanja Telekomunikasi per-
bulan, responden terbanyak adalah mereka yang pengeluarannya berada
pada Rp 500.000-1.000.000sebanyak 33 responden (33%), disusul
mereka yang pengeluarannya berada pada Rp 200.000-500.000
sebanyak 32 responden (32%), kemudian Rp 100.000-200.000 sebanyak
19 responden (19%), dan >Rp 1.000.000 sebanyak 10 responden (10%)
serta <Rp100.000sebanyak 6 responden (6%). Sehingga dapat dikatakan
pada PT. Telkom area KTI lebih banyak pelanggan yang Belanja
Telekomunikasi per-bulannya pada kisaran Rp 500.000-1.000.000.
5. Komposisi Responden Menurut Produk Telkom yang digunakan selama
ini.
Tabel 4.6
Komposisi Responden Menurut Produk Telkom yang digunakan selama
ini
NoProduk Telkom Yang
DigunakanJumlah (orang)
Persentase (%)
1 Telepon Rumah saja 6 62 Telepon Rumah dan Speedy 21 213 Telepon Rumah dan Flexi 34 34
4Telepon Rumah, Speedy, &
Flexi 39 395 Lainnya - -
Total 100 100Sumber : Data primer (kuesioner), diolah 2012
50
Dari karakteristik responden menurut Produk Telkom yang
digunakan selama ini, responden terbanyak adalah mereka yang
menggunakan produk telepon rumah, speedy, & flexisebanyak 39
responden (39%), disusul mereka yang menggunakan produk telepon
rumah, dan flexi sebanyak 34 responden (34%), yang menggunakan
produk telepon rumah dan speedy sebanyak 21 responden (21%), dan
yang menggunakan produk telepon rumah saja sebanyak 6 responden
(6%). Sehingga dapat dikatakan pada PT. Telkom area KTI lebih banyak
pelanggan yang menggunakan produk telepon rumah, speedy, & flexi
selama ini sebanyak 39 responden (39%).
4.1.2. Deskripsi Variabel Penelitian
Deskripsi penelitian adalah hasil penelitian yang menjelaskan
mengenai syarat dan prosedur kebijakan sistem Reminding Call terhadap
peningkatan pendapatan usaha pada PT. Telkom area KTI berdasarkan
tanggapan pelanggan sebagai kelayakan responden dalam memberikan
informasi terhadap pertanyaan kuesioner yang diajukan sesuai tingkat
substansi pemahaman responden.
Kesimpulan dari tanggapan responden dalam hal ini pelanggan
PT. Telkom Area KTI dapat dilihat rata-rata untuk masing-masing butir
pertanyaan. Nilai rata-rata (mean) tersebut akan menghasilkan skala
interval untuk menunjukan letak rata-rata penilaian responden terhadap
masing-masing butir pertanyaan atau pernyataan yang diberikan.
Sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan mengenai tanggapan
51
responden termasuk kesimpulan tentang tingkat efektifitas dan efesiensi
syarat dan prosedur kebijakan penagihan sistem reminding call. Skala
yang digunakan untuk melihat tanggapan pelanggan terhadap syarat dan
prosedur sistem reminding calldan peningkatan pendapatan usaha adalah
skala Likert.
Untuk memudahkan penilaian dari jawaban responden, maka
dibuat kriteria penilaian sebagai berikut :
Sangat Setuju (SS) : diberi bobot 5
Setuju (S) : diberi bobot 4
Ragu-ragu (RG) : diberi bobot 3
Tidak Setuju (TS) : diberi bobot 2
Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi bobot 1
Langkah selanjutnya adalah mencari rata-rata dari setiap jawaban
responden untuk memudahkan penilaian dari rata-rata tersebut, maka
dibuat interval sebesar 5. Rumus yang digunakan menurut Riduwan
(2010 : 73) adalah sebagai berikut :
P =
Keterangan :
Rentang : Nilai Tertinggi – Nilai Terendah
Banyak Kelas Interval : 5
Berdasarkan rumus di atas, maka kita dapat menghitung panjang
kelas interval sebagai berikut:
RentangBanyak Kelas Interval
52
P = =
P = 0,8
Setelah menghitung interval dari kriteria penilaian maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
4,20 – 5,00 = Sangat Baik (SB)
3,40 – 4,19 = Baik (B)
2,60 – 3,39 = Kurang Baik (KB)
1,80 – 2,59 = Tidak Baik (TB)
1,00 – 1,79 = Sangat Tidak Baik (STB)
Variabel bebas adalah Syarat Kebijakan Penagihan Sistem Reminding
Call (X1), dan Prosedur Kebijakan Penagihan Sistem Reminding Call (X2), serta
sebagai variabel terikat (Y) yaitu Pengaruh Sistem Reminding Call Teradap
Peningkatan Pendapatan Usaha, akan dijelaskan di bawah ini:
A. Tanggapan Responden tentang Syarat Kebijakan Penagihan Sistem
Reminding Call( X1)
Bagian pertama kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan
responden mengenai syarat system reminding call sekaligus mengukur
tingkat efektifitas dan efesiensi pengelolaan system reminding call oleh
PT. Telkom Area KTI khususnya berkaitan dengan pemenuhan syarat
dari system ini. Detil jawaban responden dapat di tunjukan pada tabel
4.7 berikut ini:
5- 15
53
Tabel 4.7
Tanggapan Responden tentang Syarat Kebijakan Penagihan Sistem Reminding
Call ( X1)
PernyataanTanggapan Responden
STS TS RG S SS Total Mean KesimpulanOperator yang reminding call
informasi tagihan bersikap ramah dan simpatik.
Frek - 3 17 57 23 100
4 Baik / Efesien dan efektif% - 3 17 57 23 100
Skor - 6 51 228 115 400Operator yang reminding call
informasi tagihan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
dan suara yang jelas.
Frek - 8 9 65 18 100
3.93 Baik / Efesien dan efektif
% - 8 9 65 18 100
Skor - 16 27 260 90 393
Operator yang reminding call informasi tagihan memiliki wawasan tentang produk &
layanan Telkom
Frek - 4 23 62 11 100
3.8 Baik / Efesien dan efektif
% - 4 23 62 11 100
Skor - 8 69 248 55 380
Telkom tidak mereminding call informasi tagihan disaat-saat jam-jam sibuk atau jam kerja
pelanggan
Frek - 4 20 71 5 100
3.77 Baik / Efesien dan efektif
% - 4 20 71 5 100
Skor - 8 60 284 25 377
Telkom tidak mereminding call informasi tagihan disaat jam
istirahat atau jam tidur pelanggan
Frek - 3 16 45 36 100
4.14 Baik / Efesien dan efektif
% - 3 16 45 36 100
Skor - 6 48 180 180 414
Telkom tidak mereminding call informasi tagihan disaat hari
libur atau hari raya
Frek - 8 9 65 18 100
3.93 Baik / Efesien dan efektif% - 8 9 65 18 100
Skor - 16 27 260 90 393Dengan adanya system
reminding call pelanggan tidak pernah menerima informasi
tagihan yang terlambat.
Frek - 4 23 62 11 100
3.8 Baik / Efesien dan efektif
% - 4 23 62 11 100
Skor - 8 69 248 55 380
Sumber : Data primer (kuesioner), diolah 2012
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa item yang menjadi
persyaratan system reminding call pada umumnya mendapattanggapan
54
yang baik dari responden, bahkan untuk item yang berhubungan dengan
Telkom tidak mereminding call informasi tagihan disaat jam istirahat atau
jam tidur pelanggan mendapat tanggapan baik dari pelanggan. Namun
jika dari nilai rata-rata terendah, tanggapan responden mengenai kualitas
petugas operator reminding call terkait Telkom tidak mereminding call
informasi tagihan disaat-saat jam-jam sibuk atau jam kerja pelanggan
mendapatkan tanggapan terendah sebesar 3,77. Namun secara umum,
jika di ambil nilai rata-rata adalah sebesar 3,91. Sehingga nilai interval ini
menunjukkan bahwa penerapan syarat system reminding call yang
dilakukan PT. Telkom Area KTI kepada pelanggannya sudah berjalan
efektif dan efesien.
B. Tanggapan Responden tentang Prosedur Kebijakan Penagihan Sistem
Reminding Call( X2)
Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan responden
mengenai prosedur kebijakan penagihan sistem reminding call yang
selama ini diterapkan oleh PT. Telkom Area KTI untuk pelanggannya.
Detil jawaban responden dari pertanyaandapat di tunjukan pada tabel
4.8 berikut ini:
55
Tabel 4.8Tanggapan Responden tentang Prosedur Kebijakan Penagihan Sistem Reminding
Call( X2 )
PernyataanTanggapan Responden
STS TS RG S SS Total Mean Kesimpulan
Telkom rutin mereminding call informasi tagihan setiap awal bulan setelah terbit tagihan.
Frek 6 13 57 24 100
3.99 Baik / Efesien dan efektif
% 6 13 57 24 100
Skor 12 39 228
120 399
Telkom masihmereminding call informasi tagihan yang belum
bayar setelah pelanggan diisolir.
Frek 5 20 52 23 100
3.93 Baik / Efesien dan efektif
% 5 20 52 23 100
Skor 10 60 208
115 393
Sistem reminding call dapat memberikan informasi
tagihan yang akurat dan rinci
Frek 7 9 54 30 100
4.07 Baik / Efesien dan efektif
% 7 9 54 30 100
Skor 14 27 216
150 407
Sistem reminding call informasi tagihan juga memberikan informasi mengenai cara
pembayaran dan lokasi loket pembayaran.
Frek 1 7 25 48 19 100
3.77 Baik / Efesien dan efektif
% 1 7 25 48 19 99
Skor1
14 75 192 95 377
Sistem reminding call memberikan informasi tanggal jatuh tempo, aturan isolir dan besarnya denda jika pelanggan
membayar melewati tanggal jatuh tempo.
Frek 2 26 52 20 100
3.9 Baik / Efesien dan efektif
% 2 26 52 20 100
Skor
4 78 208
100 390
Pelanggan dapat menyampaikan feedback berupa informasi
multikontaknya(email & nomor telpon lain) melalui operator
reminding call
Frek 10 19 56 15 100
3.76 Baik / Efesien dan efektif
% 10 19 56 15 100
Skor
20 57 224 75 376
Pelanggan dapat member saran mengenai sistem reminding call
atau melaporkan gangguan layanan dan produk Telkom
melalui operator reminding call.
Frek 3 16 45 36 100
4.14 Baik / Efesien dan efektif
% 3 16 45 36 100
Skor 6 48 180
180 414
Sumber : Data primer (kuesioner), diolah 2012
56
Menurut tabel diatas, secara umum prosedur system reminding call
mendapat tanggapan yang baik dari pelanggan. Respon yang baik ini
terutama berkaitan dengan informasi tagihan yang disampaikan sudah
akurat dan rinci termasuk kerutinan dalam menyampaikan informasi
tagihan di awal bulan. Namun terdapat 2 (dua) item pernyataan berupa
prosedur system reminding call yang mendapat tanggapan kurang bagus
dari pelanggan, kedua prosedur ini adalah Sistem reminding call
informasi tagihan juga memberikan informasi mengenai cara
pembayaran dan lokasi loket pembayaran serta prosedur perlunya
penyampaian feedback dari pelanggan berupa email dan nomor telepon
lain yang bias dihubungi. Namun secara keseluruhan penerapan
prosedur system reminding call telah berjalan baik (efektif dan efesien).
Hal ini dibuktikan dengan mean nilai interval dari nilai rata-rata untuk 7
(tujuh) pertanyaan adalah sebesar 3,94.
C. Tanggapan Responden tentang Pengaruh Sistem Reminding Call
Teradap Peningkatan Pendapatan Usaha
Pada bagian ini, kuesioner bertujuan untuk mengetahui respon
pelanggan berkaitan dengan pengaruh sistem reminding call terhadap
percepatan pembayaran tagihan pelanggan yang pada akhirnya
meningkatkan pendapatan usaha pada PT. Telkom Area KTI. Detil
pernyataan pada bagian ketiga kuesioner sekaligus rekapitulasi jawaban
responden dijabarkan pada tabel 4.9 berikut ini:
57
Tabel 4.9Tanggapan Responden tentang Pengaruh Sistem Reminding Call Teradap
Peningkatan Pendapatan Usaha ( Y )
PernyataanTanggapan Responden
STS TS RG S SS Total Mean KesimpulanDengan system reminding call, pelanggan menerima informasi
tagihan yang lebih cepat, sehingga pelanggan ingin segera membayar
tagihan.
Frek 3 7 66 24 100
4.11 Baik / Efesien dan efektif
% 3 7 66 24 100Skor 6 21 26
4120
411
Dengan system ini, pelanggan menerima info tagihan yang akurat, yakni jumlahnyatidak selisih dengan
loket pembayaran, sehingga pelanggan tidak ragu melunasi
pembayarannya.
Frek 16 58 26 100
4.1 Baik / Efesien dan efektif
% 16 58 26 100Skor 48 23
2130
410
Melalui sistem reminding call, diperoleh informasi mengenai
alternative cara pembayaran dan lokasi loket pembayaran sehingga
pelanggan mudah untuk melakukan pembayaran.
Frek 1 18 57 24 100
4.04 Baik / Efesien dan efektif
% 1 18 57 24 100Skor 2 54 22
8120
404
Dengan system reminding call, pelanggan mudah memperoleh informasi tentang tanggal jatuh tempo, aturan isolir dan denda sehingga membantu pelanggan untuk membayar tagihan tepat
waktu
Frek 4 12 58 26 100
4.06 Baik / Efesien dan efektif
% 4 12 58 26 100Skor 8 36 23
2130
406
Melalui system reminding call, pelanggan dibantu untuk
mengingatkan tagihannya yang belum lunas sehingga pelanggan
merasa prioritas untuk segera melunasi tagihannya.
Frek 3 16 45 36 100
4.14 Baik / Efesien dan efektif
% 3 16 45 36 100Skor 6 48 18
0180
414
Dengan system reminding call, pelanggan tidak ingin
meningggalkan piutang yang akan merugikan Telkom.
Frek 3 17 57 23 100
4 Baik / Efesien dan efektif
% 3 17 57 23 100Skor 6 51 22
8115
400
Dengan adanya system reminding call pelanggan merasa dilayani
dengan baik oleh Telkom, sehingga ingin menjadi pelanggan setia
Telkom.
Frek 3 17 57 23 100
4 Baik / Efesien dan efektif
% 3 17 57 23 100Skor 6 51 22
8115
400
58
Sumber : Data primer (kuesioner), diolah 2012
Berdasarkan data diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa tanggapan
pelanggan mengenai pengaruh system reminding call terhadap
percepatan pembayaran tagihan adalah baik. Bahkan hamper 92%
pelanggan setuju bahwa system reminding call dapat membantu
pelanggan untuk mengingatkan tagihannya yang belum dibayar,
sehingga pelanggan merasa prioritas untuk melunasi tagihannya.
4.2 Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas
4.2.1 Uji Validitas
Pada uji validitas, variable dinyatakan valid bila r hitung > r tabel.
Dengan demikan semua variable dapat dinyatakan valid, karena
masing-masing variable yang diuji memiliki koefisien kolerasi (r thitung)
lebih besar dari r tabel. Untuk menentukan valid atau tidaknya variable,
selanjutnya dicari r tabel pada tabel r (lampiran 3). Nilai r tabel dapat
dicari menggunakan persamaan:
r tabel = jumlah responden (n) – 2
= 100 – 2
= 98 maka r tabel adalah 0,197
Dari hasil diatas maka di dapatkan koefisien korelasi sudah
dianggap memuaskan jika r tabel = 0,197. Uji validitas butir angket
variabel bebas dan variabel terikat menggunakan bantuan program SPSS
20.0 for windows.
59
Dari 21 pertanyaan yang diperoleh, semua pertanyaan dinyatakan
valid dan dapat digunakan untuk melakukan penelitian, seperti pada tabel
4.10 di bawah :
Tabel 4.10
Uji Validitas Pertanyaan
No Butir Pertanyaan Kuesioner Corrected item totalcorrelation r tabel Keterangan
1 Operator yang reminding call informasi tagihan bersikap ramah dan simpatik 0,607 0,197 Valid/Sahih
2Operator yang reminding call informasi
tagihan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan suara yang jelas.
0,762 0,197 Valid/Sahih
3Operator yang reminding call informasi
tagihan memiliki wawasan tentang produk & layanan Telkom
0,872 0,197 Valid/Sahih
4Telkom tidak mereminding call informasi
tagihan disaat-saat jam-jam sibuk atau jam kerja pelanggan
0,836 0,197 Valid/Sahih
5Telkom tidak mereminding call informasi tagihan disaat jam istirahat atau jam tidur
pelanggan0,604 0,197 Valid/Sahih
6 Telkom tidak mereminding call informasi tagihan disaat hari libur atau hari raya 0,762 0,197 Valid/Sahih
7Dengan adanya system reminding call
pelanggan tidak pernah menerima informasi tagihan yang terlambat.
0,872 0,197 Valid/Sahih
8Telkom rutin mereminding call informasi tagihan setiap awal bulan setelah terbit
tagihan0,449 0,197 Valid/Sahih
9Telkom masihmereminding call informasi
tagihan yang belum bayar setelah pelanggan diisolir
0,549 0,197 Valid/Sahih
10 Sistem reminding call dapat memberikan informasi tagihan yang akurat dan rinci 0,478 0,197 Valid/Sahih
11Sistem reminding call informasi tagihan
juga memberikan informasi mengenai cara pembayaran dan lokasi loket pembayaran.
0,389 0,197 Valid/Sahih
60
12
Sistem reminding call memberikan informasi tanggal jatuh tempo, aturan isolir
dan besarnya denda jika pelanggan membayar melewati tanggal jatuh tempo.
0,445 0,197 Valid/Sahih
13
Pelanggan dapat menyampaikan feedback berupa informasi multikontaknya(email &
nomor telpon lain) melalui operator reminding call
0,414 0,197 Valid/Sahih
14
Pelanggan dapat member saran mengenai sistem reminding call atau melaporkan gangguan layanan dan produk Telkom
melalui operator reminding call
0,465 0,197 Valid/Sahih
15
Dengan system reminding call, pelanggan menerima informasi tagihan yang lebih cepat, sehingga pelanggan ingin segera
membayar tagihan.
0,233 0,197 Valid/Sahih
16
Dengan system ini, pelanggan menerima info tagihan yang akurat, yakni
jumlahnyatidak selisih dengan loket pembayaran, sehingga pelanggan tidak
ragu melunasi pembayarannya
0,347 0,197 Valid/Sahih
17
Melalui sistem reminding call, diperoleh informasi mengenai alternative cara
pembayaran dan lokasi loket pembayaran sehingga pelanggan mudah untuk
melakukan pembayaran
0,369 0,197 Valid/Sahih
18
Dengan system reminding call, pelanggan mudah memperoleh informasi tentang tanggal jatuh tempo, aturan isolir dan denda sehingga membantu pelanggan untuk membayar tagihan tepat waktu
0,339 0,197 Valid/Sahih
19
Melalui system reminding call, pelanggan dibantu untuk mengingatkan tagihannya
yang belum lunas sehingga pelanggan merasa prioritas untuk segera melunasi
tagihannya.
0,358 0,197 Valid/Sahih
20Dengan system reminding call, pelanggan tidak ingin meningggalkan piutang yang
akan merugikan Telkom0,488 0,197 Valid/Sahih
21
Dengan adanya system reminding call pelanggan merasa dilayani dengan baik
oleh Telkom, sehingga ingin menjadi pelanggan setia Telkom
0,488 0,197 Valid/Sahih
Sumber : Data primer (kuesioner), diolah 2012
Dari ketiga tabel diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa semua
pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid atau sahih dan tidak ada yang
gugur, karena r hitung > r tabel, dimana r tabel = 0,197. Sehingga
61
instrument ini dianggap dapat digunakan untuk analisis data selanjutnya.
4.2.2 Uji Reliabilitas
Prosedur pengujian reliabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah koefisien reliabilitas alpha.Datauntuk menghitung koefisien
reliabilitas alpha diperoleh melalui penyajian satu bentuk skala yang
dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok responden (single-trial
administration). Teknik yang digunakan adalah teknik koefisien alpha dari
Cronbach. Teknik koefesien alpha untuk menguji reliabilitas alat ukur
dihitung dengan bantuan program SPSS version 20.0 for windows.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan seperti nampak pada tabel 4.11
di bawah bahwa dari semua pertanyaan dalam kuesioner diperoleh semua
pertanyaan reliabel dengan standar Cronbach Alpha yang digunakan
adalah 0,60
Tabel 4.11
Uji Reliabilitas Kuesioner
Variabel Cronbach 's Alpha r tabel Keterangan
X1 .919 0,60 Reliabel
X2 .642 0,60 Reliabel
Y .609 0,60 Reliabel
Sumber : Data primer (kuesioner), diolah 2012
Berdasarkan uji reliabilitas dari ketiga variable diatas, diperoleh hasil
koefisien Alpha Cronbach-nya melebihi 0,60, artinya semua pernyataan
62
yang ada pada masing-masing variable yang disampaikan melalui
kuesioner tidak ada yang tidak reliable sehingga dapat digunakan untuk
analisis selanjutnya sesuai kebutuhan peneliti.
4.3 Hasil Analisa Regresi Pengaruh Kebijakan Sistem Reminding Call
terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha pada PT. Telkom Area KTI.
Berdasarkan data penelitian yang dikumpulkan baik untuk variabel
terikat (Y) maupun Variabel bebas (X1 danX2) yang diolah dengan
menggunakan bantuan programSPSS version 20.0 for windows, maka
diperoleh hasil perhitungan regresi linear berganda sebagai berikut :
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 11.511 2.145 5.367 .000
X1 .384 .050 .585 7.723 .000
X2 .233 .064 .275 3.625 .000
a. Dependent Variable: Y
Tabel 4.12Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Berganda
Coefficients(a)
Pada tabel korelasi menunjukkan suatu hubungan. Korelasi antara
Pendapatan Usaha dengan syarat system reminding call dan Pendapatan
Usaha dengan prosedur system reminding call.
Dari tabel di atas dapat diperoleh persamaan regresi linear sebagai berikut :
63
Y= 11.511+ 0,384 X1 + 0,233 X2
Persamaan regresi di atas terdapat nilai 0 atau nilai konstanta
sebesar 11,511. Hal ini menunjukkan bahwa jika variabel independen dianggap
konstan, maka syarat system reminding calldan prosedur system reminding
callberpengaruh terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha adalah sebesar
11,511.Selain itu persamaan regresi linier berganda di atas, terdapat nilai
koefisien regresi variabel bebas X adalah positif. Nilai koefisien X yang positif
artinya apabila terjadi perubahan pada variabel X, akan menyebabkan
perubahan secara searah pada variabel Y.
Koefisien Regresi X1 (syarat system reminding call) sebesar
0,384berarti bahwa jika X1 (syarat system reminding call) naik sebesar satu
satuan, akan memberikan pengaruh terhadap Y (Peningkatan Pendapatan
usaha) sebesar 0,384 satuan, dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap
konstan.
Koefisien Regresi X2 (prosedur system reminding call) sebesar
0,233 yang berarti bahwa jika X2 (prosedur system reminding call) naik
sebesar satu satuan, akan memberikan pengaruh terhadap Y (Peningkatan
Pendapatan usaha) sebesar 0,233 satuan, dengan asumsi bahwa variabel lain
dianggap konstan.
4.3.1 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Besarnya
64
koefisien determinasi dapat dilihat pada r square dan dinyatakan dalam
presentase. Hasil koefisen determinasi dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 4.13Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted RSquare
Std. Error of theEstimate
1 .669a .447 .436 2.038a Predictoris:(Constant), X1, X2
b Dependen variabel:Peningkatan Pendapatan usahaSumber : Data Diolah, 2012
Hasil perhitungan regresi dapat diketahui bahwa nilai R
Square adalah 0,447. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar
44,7%Pendapatan usahapada PT. Telkom Area KTIdipengaruhi oleh
dimensi kebijakan penagihan system reminding call yaitu: syarat
system reminding calldan prosedur system reminding callSedangkan
sisanya sebesar 55,3% dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang
tidak diteliti.
4.3.2 Uji F (Simultan)
Uji simultan atau uji F merupakan uji secara bersama – sama untuk
menguji signifikan pengaruh variabel Kebijakan penagihan Sistem
Reminding Call yang terdiri atas syarat sistem reminding calldan
prosedur sistem reminding callterhadap bersama–sama variabel
Peningkatan Pendapatan usaha.
65
Tabel 4.14Rekapitulasi hasil ANOVA
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square
F Sig.
1 Regression
ResidualTotal
325.84
0
402.91
0
2
9
7
9
162.9204.154
39.223 .000b
a.Predictors: (Constant), X1, X2
b.Dependen Variabel : Peningkatan Pendapatan usahaSumber : Data Diolah, 2012
Berdasarkan hasil regresi dari tabel di atas menunjukkan Fhitung
sebesar 39.223 sedangkan hasil Ftabel 3,09. Hal ini berarti Fhitung> Ftabel
(39.223>3,09) signifikan. Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa
Kebijakan Penagihan Sistem Reminding Call yang terdiri atas syarat
sistem reminding calldan prosedur sistem reminding callsecara simultan
mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel
Pendapatan usaha.
Langkah – langkah untuk melakukan uji F sebagai berikut:
a. Hipotesis
Ho=Kebijakan Penagihan Sistem Reminding Call secara simultan
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
66
Pendapatan usaha.
Ha =Kebijakan Penagihan Sistem Reminding Callsecara simultan
mempunyai pengaruh yang signifikan Pendapatan usaha.
b. Tingkat signifikan
Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 (α = 5%) dan pada
tabel 4.14tingkat signifikan sebesar 0,000 atau sebesar 0%.
Artinya bahwa variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen dengan tingkat signifikannya sebesar 0%.
c. Menentukan Ftabel
Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95% dengan tingkat
kesalahan α= 0,05, df dapat ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut :
df1 = k = 5
df2 = n – k – 1 = 100 – 2– 1 – 1 =96
Keterangan :
n = sampel
k = variabel bebas
maka Ftabel= 3,09
Ketentuan penerimaan hipotesis yaitu
Ha ditolak bila sig > 0,05 atau Fhitung< Ftabel
Ha diterima bila sig ≤ 0,05 atau Fhitung> Ftabel
Membandingkan Fhitungdengan Ftabel
67
Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 4.14 bahwa hasil
dari Fhitung yaitu sebesar 39.223dan Ftabel 3,09, nilai Fhitung> Ftabel. Oleh
karena Fhitung> F tabel, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang
signifikan antara X1, X2 terhadap Y, hal ini menunjukkan bahwa
perubahan naik turunnya variabel kebijakan penagihan system
reminding call berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan
usaha.
Berdasarkan pengujian statistik dengan metode uji F, dimana
tingkat signifikan diperoleh lebih kecil yakni 0% dari standar signifikan
yakni 5% atau 0,05% dan perbandingan antara Fhitung dan Ftabel, dimana
Fhitung sebesar 39.223 lebih besar dari Ftabel yakni 3,09, maka dapat
disimpulkan bahwa Ha diterima atau Kebijakan Penagihan Sistem
Reminding Callsecara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan
Peningkatan PendapatanUsaha.
4.3.3 Uji T (Parsial)
Pengujian ini untuk melihat sejauh mana pengaruh secara
sendiri – sendiri 1variabel X terhadap variabel Y. Ketentuan t tabel
(Nurgiyantoro, 2004:192);
Df = N – k – 1
= 100-2-1
= 97
68
Analisis 2 jalur = 0,05/2
= 0,025
Berarti batas x = 0,025 s/d 0,05
Jadi nilai t tabel = 1,984
Ketentuan penerimaan hipotesis yaitu :
Ho ditolak bila sig > 0,05 atau thitung< ttabel
Ha diterima bila sig ≤ 0,05 atau thitung> ttabel
Tabel 4.15Hasil Uji T
Model
UnstandardizedCoefficients
Standardized
CoefficientsT Sig.B Std.
ErrorBeta
1 (Constant) 11.511 2.145 5.367 .000
X1 .384 .050 .585 7.723 .000X2 .233 .064 .275 3.625 .000
a.Predictors: (Constant), X1, X2
b.Dependen Variabel : Peningkatan Pendapatan usahaSumber: Data diolah, 2012
Hasil uji t dari syarat sistem reminding calldan prosedur sistem
reminding call, diperoleh nilai sig. Lebih kecil (<) dari 0,05 dan t hitung> t
tabel, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa syarat sistem
reminding calldan prosedur sistem reminding callberpengaruh signifikan
terhadap Pendapatan usaha secara parsial diterima.
69
Untuk menguji apakah ada pengaruh masing – masing variabel
terhadap Pendapatan usaha, maka dilakukan uji t (uji parsial) dengan
tingkat kepercayaan 95% dengan mengunakan formulasi sebagai
berikut :
a. Uji hipotesis variabel Syarat SistemReminding Call(X1)
Uji hipotesis untuk variabel syarat sistem reminding call(X1)
terhadap peningkatan pendapatan usaha, dapat dijelaskan dengan
hipotesis sebagai berikut :
1. Ho : β1 = 0 (tidak ada pengaruh antara X1 terhadap Y)
Ha : β1 = > 0 (ada pengaruh antara X1 terhadap Y)
2. Level of cinvidence = 95% dengan tingkat kesalahan α = 0,05
3. Daerah kritis (t tabel = 1,984) ( t hitung X1 = 7.723)
Oleh karena thitung7.723> ttabel 1,984, maka dapat dikatakan
terdapatpengaruh yang nyata antara variabel syarat sistem
reminding call dengan tingkat pendapatan usaha dan
menunjukkan X1, berpengaruh signifikan terhadap tingkat
pendapatan usaha.
Apabila kita melakukan analisis berdasarkan hasil penelitian
yang terdapat pada tabel 4.15, kita dapat melihat pengaruh syarat
sistem reminding call dengan memerhatikan nilai thitungdan tingkat
signifikan dari variabel tersebut.
70
Berdasarkan tingkat signifikan, apabila tingkat signifikan berada
dibawah atau lebih kecil dari 5%, maka variabel berpengaruh
terhadap variabel dependen dan begitupula sebaliknya. Dari hasil
penelitian diperoleh tingkat singnifikan sebesar 0,00 atau 0,1%. Jadi
dapat dikatakan bahwa tingkat signifikan variabel syarat sistem
reminding callberada di bawah standar, artinya variabel ini memiliki
pengaruh terhadap variabel dependen.Dari penjelasan hasil statistik
dari penelitian, dapat disimpulkan bahwa benar syarat sistem
reminding callmemiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan
usaha.
b. Uji hipotesis untuk variabel prosedur sistem reminding call(X2)
Uji hipotesis untuk variabel prosedur sistem reminding call(X2)
terhadap tingkatpendapatan usaha, dapat dijelaskan dengan hipotesis
sebagai berikut :
1. Ho : β2 = 0 (tidak ada pengaruh antara X2 terhadap Y)
Ha : β2> 0(ada pengaruh antara X2 terhadap Y)
2. Level of cinvidence = 95% dengan tingkat kesalahan α = 0,05
3. Daerah kritis (t tabel = 1,984) ( t hitung X2 = 3.625)
Oleh karena t hitung 3.625 > t tabel 1,984, maka dapat
dikatakan terdapat pengaruh yang nyata antara variabel
prosedur sistem reminding call dengan tingkat pendapatan
71
usaha dan menunjukkan X2, berpengaruh signifikan
terhadap tingkat pendapatan usaha.
Apabila kita melakukan analisis berdasarkan hasil penelitian
yang terdapat pada tabel 4.15, kita dapat melihat pengaruh prosedur
sistem reminding call dengan memerhatikan nilai thitung dan tingkat
signifikan dari variabel tersebut.
Berdasarkan tabel 4.15, thitunguntuk variabel prosedur sistem
reminding call sebesar 3.625. Untuk mengetahui variabel ini dengan
menggunakan thitung, maka kita harus membandingkanantara thitung dan
ttabel. Apabila thitung> ttabel, maka variabel tersebutpunya pengaruhterhadap
variabel dependen.
Perbandinganthitung dan t tabel dapat kita lihat bahwa nilai thitung>
dari nilai ttabel, yakni 3.625> 1,984. Jadi berdasarkan perbandingan nilai
thitung dan ttabel,dapat disimpulkan variabel prosedur sistem reminding call
memiliki pengaruh terhadap tingkat pendapatan usaha.
Berdasarkan tingkat signifikan, apabila tingkat signifikan berada
dibawah atau lebih kecil dari 5%, maka variabel berpengaruh terhadap
variabel dependen dan begitupula sebaliknya. Dari hasil penelitian
diperoleh tingkat singnifikan sebesar 0,000 atau 0,1%. Jadi dapat
dikatakan bahwa tingkat signifikan variabel prosedur sistem reminding
callberada di bawah standar, artinya variabel ini memiliki pengaruh
terhadap variabel dependen.
72
Dari penjelasan secara teori dan hasil statistik dari
penelitian, dapat disimpulkan bahwa benar prosedur sistem reminding
call memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan
usaha.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan hasil penelitian yang
telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Berdasarkan hasil uji simultan (uji F) bahwa Kebijakan Penagihan Sistem
Reminding Call yang dilihat dari 2 dimensi; Syarat Sistem Reminding Call
dan Prosedur Sistem Reminding Callmempunyai pengaruh signifikan
terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha PT. TELKOM Area KTI.
sedangkan berdasarkan Hasil uji parsial (uji t) menunjukkan bahwa
variabel Syarat Sistem Reminding Call dan Prosedur Sistem Reminding
Callberpengaruh signifikan terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha
PT. TELKOM Area KTI.
2. Dari ke-2 (kedua) dimensi Kebijakan Penagihan Sistem Reminding Call,
yang memberikan pengaruh paling dominan adalah dimensi Syarat
Sistem Reminding Call. Dilihat dari nilai koefisien regresi paling besar
73
dari kedua variabel di atas.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat disajikan beberapa saran-saran yaitu sebagai berikut :
1. Disarankan kepada pihak manajemen perusahaanPT. TELKOM Area KTI
agar dalam meningkatkan Kebijakan Penagihan Sistem Reminding Call
maka perlu mempertahankan Syarat Sistem Reminding Calldan selain itu
perlu didukung dengan Prosedur Sistem Reminding Call.
2. Disarankan pula untuk penelitian selanjutnya agar dapat menambah variabel
lain diantaranya pengembangan menuju penyempurnaan system
penagihan berupa alternative cara/metode bayar melalui CA, ATM,
Internet Banking, Autodebet, dan Credit Card.
74
DAFTAR PUSTAKA
Aliminsyah, pandji, 2006. Kamus Isitilah Keuangan dan Perbankan. Yrama
Widya. Bandung
Awaluddin, dkk. 2010. Modal Pelatihan Collection Management. http;//e-
learning.telkom.co.id. PT.Telkom TBK, Bandung
Hall, james a. 2007. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi Empat Buku Satu
Salemba Empat. Jakarta
Horngren dan harison. 2007. AKUNTANSI, Edisi Tujuh jilid satu. Erlangga,
Jakarta
Husein umur, 2007. Metode PENELITIAN UNTUK SKRIPSI DAN TESIS
BISNIS. Raja Garfindo Persada. Jakarta.
La mijan dan azhar susanto, 2003. SISTEM INFORMASI AKUNTANSI 1;
PENDEKATAN MANUAL PENYUSUNAN METODE DAN PROSEDUR,
Edisi Delapan. Lingga Jaya. Bandung
Laudon, Kenneth c, 2008. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN MENGELOLA
PERUSAHAAN DIGITAL, Edisi kesepuluh. Salemba Empat. Jakarta
Lovelock, wright, 1999. MANAJEMEN PEMASARAN JASA. Indeks. Jakarta
Moh. nazir, 2003. METODOLOGI PENELITIAN. Penerbit Ghalia. Jakarta
Mudrajad kuncoro, 2009. METODE RISET UNTUK BISNIS DAN EKONOMI,
Edisi tiga Erlangga. Jakarta.
Mulyadi, 2001. SISTEM INFORMASI AKUNTANSI, Edisi kelima. Penerbit STIE
YKPN. Yogyakarta
Putri, trikalokah, 2009. KAMUS PERBANKAN. Mitra Pelajar. Yogyakarta.
Qusosi, 2005. PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW). Sinar
Grafika. Jakarta .
75
Sugiyono, 2004. STATISTIKA UNTUK PENELITIAN cetakan kelima alfabeta.
Jakarta
Syaifuddin azwar ,2001 RELIABILITAS DAN VALIDITAS. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta
Syofian siegar, 2010. STATISIKA DESKRIPTIFA UNTUK PENELITIAN. Raja
Grafindo Persada. Jakarta