repository.unpar.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4007 › ... akuntansi...
TRANSCRIPT
KONSEP
AKUNTANSI KOPERASI
Oleh :
Biro Tuginau
N!K.: 21094
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG 1998
,
KONSEP
AKUNTANSI I(OPERASI
Oleh :
Hiro Tugiman
NIK.: 21094
Ieee,) r·c.'&(fC I PE"
\('('O(
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KATOLIK I'ARAHYANGAN
BANDUNG 1998
KATA PENGANTAR
Puji syukur kchadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang tclah mcmbcrikan bcrkah
rahmat, karunia-Nya sClia akal budi, schingga penulis dapat mcnyelcsaikan pcnclitian
scsuai dengan Sural Penugasan Dckan Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan
nomor: 09/0llKtrJI998 tanggal 9 Janllari 1998.
Kopcrasi scbagai salah satu pclakll ekonomi. Dalam pengclllbangannya ban yak
mengalallli halllbatan antara lain Illasalah pcnnodalan dan l11anajcl11cn yang di dalal11nya
mcnyangkut masalah pCl11bukuan atau sistclll akllntansi. schingga Illclldorollg penulis untllk
Illclakukan pcnclitian sistclll akllntansi badan usaha kopcrasi
Dalal11 tlliisan ini, pcnulis kcmukakan suatll hasil pClllikiran scrta hasil pcnclitiall
yang l11cnyangkut Illasalah pcmbukuan (akuntansi) untuk kopcrasi. Pcnclitiall ini pcnulis
lakukan scbagai konscp pcngembangan akuntansi, dalalll rangka pclaksanaan Tr~jhanna
Pcrguruan Tinggi selakll dosen pada Universitas Katolik P'.II-ahyangan dcngan
pcngclllbangan illllll akuntansi serta dapat mcnal11bah pcngctahuan tcntang pcrkopcrasii\l1.
Di sal11ping itu, untuk mcmberikan sllmbang saran kcpada pihak yang tcrkait dalam
pcngcmbangan dan pcmbinaan koperasi.
Tulisan ini beljudul : " KOl1sep Akul1tallsi Koperasi ", yang bcrisikan 'pcl1likiran
dan langkah konkrit dalam pengcmbangan perkoperasian.
Dalam kesempatan ini pcnulis ucapkan tcrima kasih kcpada Bapak Dckan beserta
selurub civitas Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan, yang banyak
mcmberikan dukungan, sehingga tulisan ini dapat penulis seJesaikan dengan lancal'. Ucapan
tcrima kasih tak lupa pcnulis sampaikan kepada rckan-rekan di Program Pascas31jana
Universitas Padjadjaran yang tclah bersedia untuk mcngadakan pcmbahasan tulisan ini.
Semoga (ulisan ini dapat l11cmbcrikan sumbangan bagi pcngcmbangan ilmu
pengctahuan khususnya bidang akuntansi.
:3andung, Mei 199R
Hiro Tugiman
NIL: 21094
DAFTAR lSI
Kata Pengantar .............. .
Daftar lsi . .
BAB I~ PENDAHULUAN
BAB II U MUM ..
BAB III
BAB IV
BAB V
2.2 Dasar
2.3 Karakteristik Koperasi
2.4 Karakteristik Pelaporan Keuangan Koperasi .
2.5 TUJuan Pelaporan Keuangan Koperasi .
2.6 Perlunya Kebijakan Akuntansi .
2.7 Perubahan Kebijakan Akuntansi ...
LAPORAN KEUANGAN ..
3.1 Entitas Akuntansi .
3.2 Laparan Keuangan .
3.3 Penyajian Laporan Keuangan .
3.4 Laporan Keuangan Interim ...... .
3.5 Laporan I<euangan Konsolidasi .
PENDAPATAN.
4.1 Pengertian .
4.2 Pengelompokan ................. .
4.3 Pengakuan dan Pengukuran
4.4 Penyajian dan Pengungkapan
BEBAN
5.1 Pengertian ................... .
5.2 Pengelompokan.
5.3 Pengakuan dan Pengukuran .
5.4 Kapitalisasi Beban .
5.5 Penyajian dan Pengungkapan .
Halaman
ii
1
5
5
5
5
8 ,
9
10
11
11
11
12
15
16
17
17
.17
.. 18
..... 19
20
.... 20
21
21
.22
22
II
BABVI AKTIVA
6.1
6.2
6.3
64
Aktiva Lancar
Investasi Jangka Panjang ............. .
Aktiva Tetap ....
Aktiva Dalam Konstruksi .
6.5 Aktiva Tidak Berwujud .
6.6 Aktiva Lainnya ...
BAB VII KEWAJIBAN.
7.1 Kewajiban Jangka Pendek ...
7.2 Kewajiban Jangka Panjang .
7.3 Kewajiban Lainnya .
BAB VIII E K U I T AS.
BAB IX
8.1 Pengertian.
8.2 Pengelompokan.
8.3 Pengakuan dan Pengukuran .
84 Penyajian dan Pengungkapan .
TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING
Pengertian .
24
24
28
31
36
38
41
44
.44
. ..... 46 , 48
·51
51
52
52
54
55
.................................................... 55 9.1
9.2
9.3
Jenis Transaksi .................................................................... .. 55
55
56
57
Pengakuan dan Pengukuran ......... ..
94 Penyajian .....
9.5 Pengungkapan .....
BAB X KONTIJENSI DAN PERISTIWA SETELAH TANGGAL NERACA ... 58
10.1 Pengertian. ............................... 58
10.2 Pengakuan dan Pengukuran ........... .. 58
10.3 Penyajian dan Pengungkapan .. 59
III
BAB XI TRANSAKSI LUAR BIASA ..
11 .1 Pengertian
60
......... 60
11.2 Pengakuan dan Pengukuran ................... . .. . . . . ...... 60
11.3 Penyajian dan Pengungkapan
BAB XII" PERPAJAKAN.
12.1 Pajak Penghasilan Badan ..
12.2 Pajak Penghasilan Perorangan .
12.3 Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah .
12.4 Pajak Bum; dan Bangunan
12.5 Bea Meterai .
12.6 Retribusi.
Daftar Pustaka .
4
60
61
61
62
62
63
64
64
65
IV
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak Republik tercinta ini merdeka di dalam Undang-Undang Dasar 1945 dengan
tegas dikatakan bahwa perekonomian hendak dikembangkan sebagai usaha bersama.
Itulah secara umum diungkapkan dalam Pasal33 UUD 1945 . . Meski sudah berjalan lebih dari limapuluh tahun, mengapa usaha bersama yang
berbentuk koperasi ini belum berkembang dengan baik seperti usaha swasta ?
Oleh karena itu koperasi harus dibangun agar menjadi usaha yang tanggUh. Rilus A.
Kinseng (Kompas, 12 Juli 1995) memberikan contoh dan gambaran lentang kopersi di , Negeri Belanda.
Bagaimana membangun koperasi yang langguh? Unluk me mba has ini Rilus
mengambil koperasi di Belanda sebagai conloh karena kebetulan RHus pernah
mempelajarinya dan melihat langsung koperasi di sana ketika mengikuti Training In
Rural Extension and teaching di Belanda tahun 19891 90.
Koperasi memegang peranan yang sangat penting di kalangan pelani dan pekebun
bunga di Belanda. Tidak heran kalau - karena di sana koperasinya bersifalsingle
purpose - para pelani dan pekebun bunga di Belanda umumnya menjadi anggota dari
minimum tiga atau em pat koperasi.
Dari segi pangsa pasar, koperasi sangat dominan di beberapa sektor. Pada tahun
1988, misalnya, koperasi pertanian dan hortikullura menguasai 90 persen dari kredil
yang disalurkan ke sektor pertanian dan hortikultura.
Selain ilu, 91 per~en dari produksi keju, 95 persen dari produksi mentega, 86 persen
penyaluran susu, 80 persen penjualan buah-buahan dan sayuran, dan 92 persen
penjualan bunga dikuasai koperasi. Untuk kentang, keadaannya malah lebih
spektakulair yakni 100 persen dari kentang yang diproses dikuasai koperasi. Pangsa
pasar yang paling kecil adalah di bidang pemasaran telur, yakni 18 persen.
Koperasi perkreditan merupakan tulang punggung pembangunan pertanian dan
koperasi pertanian di Belanda. Salah satu bank terkenal di Belanda, Rabobank,
merupakan pusat koperasi perkreditan. Friesland Bank di Provinsi Friesland juga
merupakan bank koperasi.
Kekurangan modal sering ditunjuk sebagai penyebab ketidak berhasilan koperasi di
Indonesia. Sebenarnya koperasi di Belanda juga dimulai dengan modal yang sangat
mintm. Sebagai contoh pada awalnya bank perkreditan tani di Belanda beroperasi
sangat sederhana ; berkantor di rumah pribadi salah seorang pengurus atau kasirnya.
Bahkan hingga tahun 1956 saja masih ada bank perkreditan ini yang tidak menerima
honor apa··apa. Hanya juru bayar (kasir) saja yang mendapatkan honor.
Demikian juga koperasi penyalur sarana produksi pertanian. Pengurus koperasi
mengumpulkan pesanan kebutuhan pupuk dari anggota, lalu mengund,%ng para
penyalur untuk mengikuti tender. Tender dimenangkan oleh penyalur yang menawarkan
harga terrendah. Pada saat pesanan tersebut datang ke desa, para petani anggota
berkumpul untuk mengambil bag ian masing-masing, dan membayar secara tunai.
Dengan cara ini koperasi tidak memerlukan gudang dan staf maupun modal kerja.
Dari sini dapat dilihat, dengan modal kecilpun sebenarnya dapat dibangun koperasi
yang tangguh. Bukanlah koperasi itu memang lebih diperlukan oleh " kaum yang tidak
punya modal ?"
Faktor fundamental yang maha penting yang menentukan keberhasilan koperasi
adalah adanya kesadaran dan pengertian dari masyarakat itu sendiri, bahwa mereka
memerlukan koperasi. Faktor ini merupakan necessary condition untuk keberhasilan
koperasi.
Koperasi di Belanda tadi, misa[nya, memang didirikan karena para petani dan
pekebun bunga itu merasa membutuhkan. Secara individual, mereka mempunyai posisi
sangat lemah berhadapan dengan para pembe[i hasil pertanian. Mereka membentuk
koperasi untuk meningkatkan posisi tawar menawar mereka.
Koperasi di negara kita kebanyakan " dibentuk dari atas " dan bahkan tidak jarang
pembentukan koperasi ini dimanfaatkan sebagai a[at be[aka. [a tidak tumbuh dari
bawah sebagai manivestasi dari dorongan dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Hal ini
terjadi antara lain koperasi merupakan a[at / kepanjangan tangan pemerintah untuk
digunakan da[am rangka mensukseskan berbagai program.
Selain itu, sebagai suatu indikator keberhasilan pemerintah atau alat legitimasi,
pembangunan koperasi lebih dititik beratkan pada pencapaian kuantitas ketimbang
kualitas. Yang sangat penting pula, nampaknya pihak penguasa masih setengah
setengah dalam membangun koperasi.
Selain itu kadang kala kita juga terjebak dalam " ketergesaan " dan sering
mer<dengar komentar kurang lebih begini : " Kalau memunggu para petani atau nelayan
sadar dan merasa membutuhkan koperasi, sampai kapan? Padahal sebenarnya
mereka membutuhkan sekarang juga untuk memperbaiki taraf hidup mereka ".
Akibatnya pembangunan koperasi tetap saja dilakukan oleh / dari atas.
Padahal dari uraian di atas, yang maha penting untuk dilakukan oleh pihak " luar "
adalah menumbuhkan kebutuhan untuk berkoperasi atau meyakinkan mesyarakat
bahwa koperasi merupakan alat perjuangan yang ampuh. Jika hal ini sudah tercipta,
lahirnya suatu koperasi, tinggal masalah waktu dan teknis. Pihak luar tinggal'membantu
untuk merealisasikan kebutuhan tersebut menjadi kenyataan. Seperti di Belanda, pihak
luar seperti organisasi petani, guru, instruktur pertanian, bahkan tuan tanah turut
membantu" mengkonversi" kebutuhan aktual para petani itu menjadi kopecasi.
Jadi, peranan pihak luar mestinya lebih sebagai motivator, fasilitator, serta mitra
kerja. Ibarat membangun rumah, yang dilakukan oleh pihak luar adalah membangkitkan
kesadaran bahwa masyarakat memerlukan rumah itu, dan kemudian membantu mereka
membangunnya.
Oi Belanda dikenal istilah dualism of the co-operatives. Oi satu sisi, koperasi
mempunyai hubungan sosial dengan para anggota, di sisi yang lain, dalam berhadapan
dengan pasar, ia menampakkan wajah yang persis sam a dengan perusahaan swasta
yang berorien!asi pada keuntungan. Maka kalau kita mengunjungi tempat pelelangan
sayuran dan bunga di Rabobank, misalnya, kita akan melihat institusi itu dikelola secara
sanga! profesional seperti perusahaan swasta.
Barangkali kita memang harus meniru kiat koperasi di Belanda itu agar koperasi di
Indonesia dapat memainkan peranan yang berarti di tengah sistem kapitalisme yang
terlanjur kita tempuh ini.
Munculnya koperasi, sesungguhnya merupakan koreksi seka\igus " perlawanan "
terhadap kapitalisme yang menggilas " orang kecil" tanpa ampun. Kini kita melihat
bahwa kapitalisme di negara kita juga sudah berkembang dengan pesat. Banyak usaha
kecil atau perorangan semakin kurang potensi, kurang kemampuan, serta kurang relasi
yang dimiliki seseorang sehingga semakin sulit untuk bertahan.
Oengan demikian, sesungguhnya sekarang ini merupakan masa-masa di mana
koperasi mesti mampu tampil sebagai alternatif, sehingga tercipta keadaan yang jauh
lebih adil dan makmur. Bukankah ini diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 ?
Penulis sebagai orang" luar" mencoba memberikan sumbangan pemikiran kepada
Manajemen Koperasi " dalam bidang akuntansi, agar koperasi dapat dikelola
berdasarkan prinsip-prinsip akllntansi yang lajim.
Prinsip-prinsip akuntansi koperasi ini merupakan sumbangsih penulis dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam membangun bidang akuntansi
koperasi.
Dalam bab II sampai dengan bab XII penulis kemukakan materi akuntansi koperasi
secara garis besar yang meliputi ; umum, laporan keuangan, pendapatan, beban, aktiva,
kewajiban, ekuitas, transaksi dalam mata uang asing, kontijensi dan peristiwa setelah
tanggal neraca, transaksi luar biasa, dan perpajakan.
BAB II
UMUM
2.1 Dasar
Penetapan Kebijakan Akuntansi Koperasi dilingkungan bad an-bad an usaha didasari
oleh pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
1. Keberadaan dan pengembangan koperasi merupakan amanat pasal 33 Undang
Undang Dasar 1945.
, 2. Pasal 35 U!ldang-Undang !lomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, pengurus
berkewajiban menyusun laporan keuangan yang memuat sekurang-kuranghya:
a. Perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca dan perhitungan hasil usaha
komperatif serta penjelasan atas dokumen terse but.
b. Keadaan dan usaha koperasi serta hasil usaha yang dicapai.
3. Ikatan Akuntansi Indonesia sebagai institusi yang otoritatif dan kompeten pada
bidang akuntansi di Indonesia telah menetapkan Standar Akuntansi Keuangan
sebagai pengembangan Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 yang harus dijadikan
acuan oleh dunia usaha di Indonesia dalam melaksanakan kegiatan akuntansi
termasuk penyusunan laporan keuangan, terhitung untuk penyusunan laporan yang
mencakupi periode'laporan yang dimulai pad a atau setelah tanggal 1 Januari 1995.
2.2 KARAKTERISTIK KOPERASI
1. Koperasi dilingkungan badan usaha adalah beranggotakan orang-orang yang
merupakan usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan.
2. Arah koperasi fungsional dilingkungan badan-badan usaha :
a. Menumbuhkan kemampuan perekonomian masyarakat.
b. Meningkatkan peranan yang lebih besar dalam perekonomian Nasional, serta
mewujudkan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan karyawan.
c. Memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dalam meningkatkan produktivitas
peningkatan kegiatan ekonomi dan pendapatan para karyawan khususnya dan
masyarakat pad a umulllnya.
3. Keanggotaan koperasi bersifat sukarela yang terdiri dari karyawan aktif perusahaan
dan atau perorangan sesuai anggaran dasar dan anggaran rUlllah tarrgga. (
4. Kegiatan usaha koperasi dilakukan dalam suatu sistem jaringan usaha koperasi.
5. Kegiatan non usaha koperasi dilakukan dalalll suatu ikatan dengan para
anggotanya.
6. Dalam menjalankan usahanya koperasi karyawan dapat Illendirikan dan memiliki
perusahaan atau unit-unit usaha yang langsung berada dibawah tanggungjawab dan
pengawas pengurus koperasi yang mendirikan, koperasi beserta perusahaan atau
unit-unit usaha yang dimilikinya Illerupakan suatu kesatuan akuntansi.
2.3 KARAKTERISTIK PELAPORAN KEUANGAN KOPERASI
1. Laporan Keuangan Koperasi adalah laporan keuangan yang disusun untuk dapat
Illenggambarkan posisi keuangan, Ilasil usaha, dan arus kas perusahaan secara
keseluruhan (corporate) sebagai pertanggungjawaban pengurus atas pengelolaan
keuangan koperasi yang ditujukan terutailla untuk pertanggungjawaban kepada
anggota.
2. Laporan Laba Rugi menyajikan hasil akhir yang disebut sisa hasil usaha (SHU). Sisa
hasil usaha koperasi dapat berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota
dan bukan anggota. Pada rapat anggota tahunan sisa hasil usaha ini diputuskan
untuk dibagi sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam undang-undang dan
anggaran dasar koperasi. Sebagai acuan komponen pembagian SHU adalah
sebagai berikut :
a. Cadangan koperasi
b. Anggota sebanding dengan jasa yang diberikan
c. Dana pengurus
d. Dana pegawail karyawan
e. Dana pendidikan koperasi
f. Dana sosial , 9 Dana pembangunan daerah kerja.
3. Pemakai utama dari laporan keuangan koperasi adalah para anggota koperasi itu
sendiri serta para pejabat pembina. Pemakai lainnya yang mempunyai kepentingan
terhadap koperasi diantaranya calon anggota koperasi, bank, kreditur dan kantor
pajak.
4. Kepentingan pemakai utama laporan keuangan koperasi terutama adalah :
a. Menilai pertanggungjawaban pengurus
b. Menilai prestasi pengurus
c. Menilai manfaat yang diberikan koperasi terhadap anggotanya
d. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan jumlah sumber daya, karya dan
jasa yang akan diberikan kepada koperasi.
5. Modal koperasi terdiri dan dipupuk dari simpanan-simpanan, pinjaman-pinjaman,
penyisihan dari hasil usahanya termasuk cadangan serta sumber-sumber lain.
Simpanan anggota dalam koperasi terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib dan
simpanan sukarela. Simpanan sukarela dapat berasal dari bukan anggota.
Cadangan koperasi dipupuk melalui penyisihan sisa hasil usaha dan cara-cara lain
yang ditetapkan dalam anggaran dasar. Cadangan dalam koperasi dimaksudkan
untuk memupuk modal koperasi sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi.
7
Cadangan koperasi bukan milik anggota koperasi dan tidak boleh dibagikan kepada
anggota walaupun diwaktu pembubaran. IsWah permodalan koperasi, dengan
demikian, tidak hanya mencakupi modal yang disetor oleh anggota. Permodalan
dalam koperasi meliputi seluruh sumber pembelanjaan koperasi, yang dapat bersifat
permanen atau sementara. Pihak-pihak yang mempunyai klaim terhadap sumber
daya koperasi terdiri dari kreditur; anggotal pemilik dan badan usaha koperasi itu
sendiri. Struktur klaim yang demikian menunjukkan bahwa koperasi mempunyai
eksistensi tersendiri, terpisah dengan anggota-anggotanya.
6. Pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan
penyusutan-penyusutan dan beban-beban dari tahun buku yang bersangkutan
disebut sisa hasil usaha. Sesuai dengan karakteristik koperasi, sisa hasil usaha
berasal dari hasil usaha yang diselenggarakan untuk anggota dan jU9il bukan
anggota.
7. Keanggotaan pada koperasi tidak dapat dipindahtangankan dengan dalih apapun.
Kowajiban anggota untuk menanqqunq keruqian yang diderita koperasi baik yang
timbul pada penutupan tahun buku maupun pada saat pembubaran dapa.t ditetapkan
terbatas atau tidak terbatas. Dalam hal tanggungan anggota ditetapkan terbatas,
maka kerugian hanya dapat dibebankan pad a kekayaan koperasi (dalam bentuk
cadangan yang telah dipupuk) dan kepada anggota sebesar jumlah tanggungan
yang ditetapkan dalam anggaran dasar.
2.4 TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN KOPERASI
1. Laporan Keuangan Koperasi dapat menyediakan informasi yang berguna bagi
pemakai utama dan pemakai lainnya unluk :
a. Mengetahui manfaat yang diperoleh dengan menjadi anggota koperasi.
b. Mengetahui prestasi keuangan koperasi selama suatu periode dengan sisa hasil
usaha dan manfaat keanggotaan koperasi sebagai ukuran.
c. Mengetahui sumber daya ekonomis yang dimiliki koperasi, kewajiban dan
kekayaan bersih, dengan pemisahan antara yang berkaitan dengan anggota dan
bukan anggota.
d. Mengetahui transaksi, kejadian dan keadaan yang mengubah sumber daya
ekonomis, kewajiban dan kekayaan bersih, dalam suatu periode, dengan
pemisahan antara yang berkaitan dengan anggota dan bukan anggota.
e. Mengetahui informasi penting lainnya yang mungkin mempengaruhi likuiditas
dan solvabilitas koperasi.
2. Informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan seperti dimaksud dalam paragraf
0.1 diantaranya adalah : ,
a. Sumber daya ekonomis yang dimiliki koperasi
b. Kewajiban yang harus dipenuhi oleh koperasi
c. Kekayaan bersih yang dimiliki oleh anggota dan koperasi itu sendiri
d. Transaksi, kejadian dan keadaan yang terjadi dalam suatu p,,:riode yang
mengubah daya ekonomis, kewajiban dan kekayaan bersih koperasi.
e. Sumber dan penggunaan dana serta informasi-informasi lain yang mungkin
mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas koperasi.
Informasi-informasi yang disajikan dalam laporan keuangan koperasi sedapat
mung kin memisahkan antara aktivitas yang dilakukan dengan anggota dan bukan
anggota.
2.5 PERLUNYA KEBIJAKAN AKUNTANSI
Tujuan yang ingin dicapai melalui penetapan kebijakan akuntansi adalah sebagai
berikut :
1. Sebagai pemilihan dan penjabaran lebih lanjut dari standar-standar yang terdapat
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang dipandang paling tepat untuk
diterapkan dalam penyelenggaraan akuntansi dan penyusunan laporan k(~uangan
koperasi, setelah sebelumnya mempertimbangkan praktek akuntansi yang lazim
dalam dunia usaha penyelenggaraan koperasi serta kekhususan kondisi badan
usaha koperasi.
2. Sebagai acuan dalam penyusunan pedoman akuntansi (accounting manual) yang
akan dipergunakan dalam mengakuntansikan transaksi-transaksi keuangan Badan
lJsaha Koperasi sesuai prinsip-prinsip yang lazim.
2.6. PERU BAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI
Salah satu tujuan ditetapkannya kebijakan akuntansi adalah agar lerpelihara konsistensi
dan keseragaman perlakuan akuntansi terlladap suatu transaksi perus~haafl. Namun
demikian hal ini tidak menutup kemungkinan adanya perubahani penyempurnaan sesuai
perkembangan keadaan. Penetapan atas perubahan kebijakan akuntansi ini oiatuf oleh
ketua koperasi .
10
BAB III
LAPORAN KEUANGAN
3.1 Entitas Akuntansi
1. Penetapan unit organisasi sebagai' entitas akuntansi adalah dimaksudkan agar
terdapat ketegasan fungsi dari masing-masing unit organisasi baik dari segi
penyelenggaraan. penyusunan laporan keuangan sebagai alat pertanggung
jawaban, maupun misinya dalam hubungan dengan pencapaian tujuan bad an usaha
koperasi.
, 2. Unit-unit organisasi yang ditetapkan sebagai entitas akuntansi adalah unit organisasi
koperasi dimasing-masing badan usaha koperasi.
3.2 Laporan Keuangan
1. Laporan keuangan disusun untuk mencerminkan posisi keuangan pada tanggal
tertentu, hasil usaha dan arus kas perusahaan selama periode tertentu.
2. Laporan Keuangan setiap entitas akuntansi dalam badan usaha koperasi harus
disusun dengan menggunakan kebijakan, sistem dan prosedur akuntansi yang
sama.
3. Laporan Leuangan Koperasi bukan merupakan laporan keuangan konsolidasi dari
koperasi-koperasi.
4. Posisi keuangan koperasi tercermin pada neraca, sedangkan sisa hasil usaha
tercermin pada perhitungan hasil usaha. Istilah perhitungan hasil usaha sebagai
pengganti istilah laporan laba rugi sangat dianjurkan mengingat manfaat dari usaha
koperasi tidak semata-mata diukur dari laba, tetapi lebih ditekankan pada manfaat
bagi anggota. Oleh karena itu koperasi tidak menggunakan istilah laba atau rugi
melainkan hasil usaha.
5. Oleh karena rapat anggota tahunan memutuskan pembagian sisa hasil usaha dan
untuk itu diperlukan informasi ten tang likuiditas, maka seharusnya koperasi
menyajikan laporan arus kas.
6. Oleh karena transaksi yang berhubungan dengan perubahan kekayaan bersih sering
terjadi, maka seharusnya laporan keuangan koperasi dilengkapi dengan laporan
perubahan kekayaan bersih sebagai laporan keuangan tambahan.
7. Oleh karena kegiatan koperasi cenderung lebih banyak ditujukan kepada
kepentingan anggola baik sebagai pemilik maupun pelanggan, maka seharusnya
laporan keuangan yang diterbitkan oleh koperasi dapat menyajikan hak dan
kewajiban anggota beserta hasil usaha dari dan untuk anggota di samping yang
berasal dari bukan anggota.
8. Penggabungan dua badan hukum koperasi dalam satu badan hukum koperasi perlu
memperhatikan nilai aktiva bersih yang riil bilamana perlu melakukan penilaian
kembali.
3.3 Penyajian Laporan Keuangan
1. Laporan Keuangan terdiri dari :
a. N era c a;
b. Laporan Perhitungan Hasil Usaha;
c. Laporan Arus Kas;
d. Catatan atas Laporan Keuangan.
e. Laporan perubahan kekayaan bersih.
2. Laporan Keuangan disajikan secara komparatif berurutan untuk dua periode
akuntansi terakhir.
3. Neraca disusun untuk mencerminkan posisi keuangan koperasi pad a tanggal
tertentu, terdiri dari unsur aktiva, kewajiban dan ekuitas.
12
a. Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh badan usaha koperasi yang
diperoleh dari transaksi atau kejadian masa lalu, yang memberikan manfaat
ekonomi dimasa depan. Aktiva disajikan dalam Neraca berdasarkan urutan
likuiditas dimulai dari yang paling likuid.
b. Kewajiban adalah hutang bad an usaha koperasi yang timbul dari transaksi atau
kejadian masa lalu, yang untuk pelunasannya mengakibatkan arus keluar
sumber daya koperasi. Kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan jangka
waktu pelunasannya dimulai dari yang jangka waktu penyelesaiannya paling
pendek.
c. Ekuitas adalah hak residual alas akllva perusahaan setelah dikurangi seillua
kewajiban. Ekuitas disajikan dalam neraca setelah pos kewajiban.
{
4. Laporan Perhitungan Hasil Usaha disajikan dengan meillisahkan pos penghasilan
dan beban yang berasal dari kegialan yang diselenggarakan untuk anggota dan
bukan anggota, pos penghasilan dan beban yang berasal dari kegiatan penunjang
lainnya serta laba rugi yang timbul dari transaksi yang bersifat luar biasa (extra
ordinary).
a. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selailla periode
akuntansi dalam bentuk penambahan aktiva, atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berkaitan dengan kontribusi
penanam modal. Penghasilan terdiri dari unsur pendapatan (revenue) dan
keuntungan (gain).
b. Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban
yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak berkaitan dengan peillbagian
kepada anggola.
5. Alokasi pendapatan dan beban kepada anggota dan bukan anggota pada
perhitungan hasil usaha berdasarkan perbandingan manfaat yang diterima oleh
anggota dan bukan anggota. Dalalll hal cara deillikian sulit dilaksanakan alokasi
dapat dilakukan secara sistematik dan rasional. Metode alokasi pendapatan dan
beban harus diungkapkan dalalll catatan atas laporan keuangan.
13
6. Laporan Arus Kas disusun dengan maksud untuk mencerminkan arus masuk kas
dan arus keluar kas, yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas atau setara kas yang menilai penggunaan arus
kas tersebut.
a. Kas terdiri dari saldo kas, rekening giro dan setara kas. Setara Kas adalah
• investasi yang sangat likuid, berjangka waktu maksimal 1 (satu) bulan dan dapat
dicairkan tanpa menimbulkan risiko perubahan nilai yang signifikan. Perubahan
diantara pos dalam unsur kas atau setara kas tidak diperhitungkan sebagai arus
kas.
b. Laporan arus kas disusun menurut sumber dan penggunaan kas dari aktivitas
operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.
c. Arus Kas dari aktivitas operasi adalah aliran penerimaan dan pengeluaran kas
yang berhubungan dengan aktivitas operasi koperasi sebagai badan usaha .
d. Arus Kas dari aktivitas investasi adalah aliran penerimaan dan pengeluaran kas
yang berhubungan dengan aktivitas investasi koperasi dan bertujuan untuk
menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.
e. Arus Kas dari aktivitas pendanaan adalah aliran penerimaan dan pengeluaran
kas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi ekuitas dan
pinjaman badan usaha Koperasi.
7. Catatan Atas Laporan Keuangan disusun dengan maksud untuk mengungkapkan
hal-hal yang berkaitan dengan :
a. Kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan sebagai dasar penyusunan
laporan keuangan.
b. Rincian dan penjelasan masing-masing pos laporan keuangan.
c. Informasi tambahan lainnya yang diperlukan untuk memberikan penjelasan lebih
lanjut atas pos laporan keuangan tertentu.
8. Laporan Perubahan Kekayaan Bersih disajikan sebagai Laporan Keuangan
tam bahan, antara lain:
a. Kekayaan bersih koperasi terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, donasi,
cadangan koperasi, dan sisa hasil usaha yang belum dibagi. Setiap bentuk balas
jasa atas simpanan pokok d3'n simpanan wajib yang diberikan oleh koperasi
kepada anggota diperlakukan sebagai pembagian sisa hasil usaha kepada
anggota.
b. Simpanan pokok dan simpanan wajib disajikan di neraca sesuai dengan jumlah
uang yang telah menjadi kewajiban untuk disetorkan. Simpanan pokok dan
simpanan wajib yang belum disetor disajikan sebagai pengurang terhadap
simpanan yang bersangkutan. ,
c. Cadangan koperasi yang berasal dari pembagian sisa hasil usaha: disajikan
sejumlah akumulasi pembagian sisa hasil usaha periode-periode lalu. Cadangan
yang berasal dari penyisihan dana dalam rangka program khusus, disajikan
sebesar jumlah yang menjadi hak koperasi.
3.4 Laporan Keuangan Interim
1. Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan sebelum suatu
tahun buku berakhir, yang disusun secara 6 (enam) bulanan oleh setiap entitas
akuntansi serta dipandang sebagai bagian integral dari laporan keuangan tahunan.
2. Laporan keuangan interim disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang
sama dengan penyusunan laporan keuangan tahunan. Perubahan kebijakan
akuntansi yang terjadi pada periode interim yang bersangkutan maupun periode
interim sebelumnya, serta pengaruhnya terhadap periode interim berikutnya harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan interim.
3. Pos luar biasa, kejadian yang tidak biasa dan tidak sering terjadi yang berpengaruh
material terhadap hasil usaha harus dilaporkan dan diungkapkan secara terpisah
dalam laporan hasil usaha interim.
3.5 Laporan Keuangan Konsolidasi
1. Laporan keuangan konsolidasi merupakan gabungan laporan keuangan Badan
Usaha Koperasi dengan anak perusahaan sebagai satu kesatuan ekonomi.
2. Laporan keuangan konsolidasi disusun apabila bad an usaha koperasi memiliki
Qenyertaan pada anak perusahaan lebih dari 50% saham anak perusahaan yang
bersangkutan.
3. Dalam hal disusun laporan keuangan konsolidasi maka laporan keuangan gabungan
sebelum konsolidasi hanya bersifat sebagai informasi tambahan.
4. Laporan keuangan anak perusahaan yang dikonsolidasi harus disusufl dengan
menggunakan kebijakan akuntansi yang sama dengan yang digunakan perusahaan
induk. Apabila terdapat perbedaan dalam kebijakan akuntansi, maka perlu dilakukan
penyesuaian terlebih dahulu. Dalam hal ini penyesuaian tidak dapat dilakukan, maka
perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasi.
5. Tanggal penyusunan laporan keuangan anak perusahaan yang dikonsolidasi harus
sama dengan tanggal laporan keuangan perusahaan.
6. Dalam proses penyusunan laporan keuangan konsolidasi semua transaksi keuangan
yang terjadi dengan anak perusahaan harus dieliminasikan, baik yang menyangkut
penyertaan pada anak perusahaan maupun keuntungan atau karugian yang terjadi
dari transaksi penjualan dan pembelian dengan anak perusahaan.
7. Laporan keuangan koperasi bukan merupakan laporan keuangan konsolidasi dari
koperasi-koperasi. Dalam hal terjadi penggabungan dua atau lebih koperasi menjadi
satu badan hukulll koperasi, maka dalam penggabungan tersebut perlu
meillperhatikan nilai aktiva bersih yang riil dan bilaillana perlu melakukan penilaian
kembali.
8. Dalam hal koperasi mempunyai perusahaan dan unit-unit usaha yang berada
dibawah satu pengelolaan, maka disusun laporan keuangan konsolidasi atau laporan
keuangan gabungan.
BAB IV PENDAPATAN
4.1 Pengertian
1. Pendapatan Usaha adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan
penyelenggaraan Badan Usaha Koperasi baik usaha dari Anggota maupun dari
" usaha non anggota. Pendapatan usaha dari anggota meliputi pendapatan penjualan
barang toko, Pendapatan usaha simpan pinjam, pendapatan kredit barang dan
pendapatan operasi lainnya. Pendapatan usaha dari non anggota meliputi
pendapatan pengadaan, pendapatan penjualan barang toko, dan pendapatan
operasi lainnya.
2. Pendapatan Nonusaha adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiata[1 bukan
usaha, yang antara lain berupa pendapatan penggantian biaya dari
penyelenggaraan 100in, l>ullga, denda, laba penjualan aktiva, dan laba selisih kurs.
4.2 Pengelompokan
Pendapatan yang diperoleh badan usaha koperasi dikelompokkan menjadi ;
1. Pendapatan Usaha terdiri dari :
a. Pendapatan usaha dari anggota ;
1) Pendapatan penjualan barang toko;
2) Pendapatan usaha simpan pinjam ;
3) Pendapatan usaha kredit barang ;
4) Pendapatan operasi lainnya.
b. Pendapatan usaha dari non anggota ;
1) Pendapatan pengadaan ;
2) Pendapatan penjualan barang toko ;
3) Pendapatan operasi lainnya.
2. Pendapatan Nonusaha
4.3 Pengakuan dan Pengukuran
1. Pada prinsipnya pendapatan diakui pada saat kemungkinan besar manfaat ekonomi
akan diterima dan dapat diukur secara andal sebesar yang menjadi hak perusahaan.
2. Pendapatan usaha yang dilaksanakan dari dan atau anggota diatur sebagi berikut :
a. Pendapatan usaha simpan pinjam berupa jasa bunga diakui sebagai pendapatan
pad a periode berjalan pada saat terjadinya peralihan hak pemilikan uang dari
koperasi kepada anggotanya bersamaan dengan munculnya piutang dan
dikaitkan dengan waktu periodik sebesar yang menjadi hak periodik
bersangkutan.
b. Pendapatan I<rcdit bLlrLlng diLlkui p3d3 S33t terjadinya peralihan hak kcpcrnilikan
harang dari koperasi kepada anggotanya yang dinyatakan dalam' perjanjian
hersamaan dcngLln bcrkur3ngnY3 persediaan barang.
c. Pendapatan toko yang timbul dari penjualan barang kebutuhan ang.Qota secara
tunai diakui pad a saat transaksi penjualan bersamaan dengan berkurangnya
persediaan di taka.
d. Pendapatan penjualan kartu telepon umum, bila ada, berupa penjualan kredit
kepada anggota diakui pad a saat terjadinya transaksi penjualan sesuai be rita
acara sebesar harga jual kartu tidak termasuk PPN.
e. Pendapatan operasi lainnya berupa pendapatan usaha koperasi kepada
angg6tanya yang tidak materiil diakui pad a saat terjadinya transaksi.
3. Pendapatan usaha koperasi yang dilaksanakan diluar kepentingan anggota (non
anggota) antara lain:
a. Pendapatan pengadaan berupa hasil usaha pengadaan barang-barang dengan
pihak luar diakui pad a saat barang diterima oleh pemesan bersamaan dengan
terbitnya surat tagihan.
b. Penjualan barang taka berupa hasil penjualan barang taka kepada pihak lain di
taka milik kaperasi diakui saat terjadinya transaksi penjualan barang toko
bersamaan dengan pencatatan berkurangnya persediaan barang toko.
c. Pendapatan operasi lainnya berupa pendapatan hasil usaha koperasi dengan
pihak lain yang nilainya tidak materiil, diakui pada saat terjadinya transaksi.
4. Dalam hal informasi jumlah pendapatan sampai dengan akhir periode tertentu belum
diketahui maka dapat dilakukan pengakuan pendapatan pada peri ode tersebut
berdasarkan estimasi yang layak.
5. Selisih antara hasil penjualan surat berharga dengan harga perolehannya diakui
sebagai laba atau rugi penjualan surat berharga pada periode terjadinya pe~jualan.
6. Pendapatan nonusaha diatur sebagai berikut :
a. Pendapatan Nonusaha yang dapat dikaitkan dengan waktu diakui secara
periodik sebesar yang menjadi hak periode yang bersangkutan.
b. Pendapatan nonusaha yang tidak dapat dikaitkan dengan waktu diakui pada saat
terjadinya sebesar jumlah yang harus diterima.
4.4 Penyajian dan Pengungkapan
1. Pendapatan disajikan dalam laporan hasil usaha sesuai dengan pengelompokannya.
2. Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan meliputi:
a. Metode estimasi pendapatan (dalam hal dilakukan pengestimasian pendapatan).
b. Rincian pendapatan diperoleh dari pelaksanaan usaha kepada anggota dan non
anggota.
BAB V
B E BAN
5.1 Pen 9 e r t ian
1. Seban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu peri ode akuntansi dalam
Qentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva, atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal.
2. Serdasarkan manfaatnya, pengorbanan yang terjadi pada suatu periode dapat
diklasifikasikan sebagai revenue expenditure atau capital expenditure.
, d. RuvulJuu uXfJundiluru Illcrup<lk<ln pcngorl)Cln<ln Y<lIlCj rnernberikan manfaat
dalam menghasilkan pendapatan untuk periode berjalan.
b. Capital expenditure merupakan pengorbanan yang akan memberikan manfaat
dalam menghasilkan pendapatan untuk beberapa periode.
3. Seban usaha adalah beban yang terjadi dalam rangka penyelenggaraan usaha
koperasi dan kegiatan penunjang lainnya.
4. Seban operasi dan pemeliharaan adalah beban usaha yang terjadi dalam rangka
pengoperasian dan pemeliharaan aktiva tetap yang dimiliki atau digunakan oleh
Sadan usaha koperasi. Seban operasi dan pemeliharaan meliputi penggunaan
barang dan atau jasa, beban pegawai, serta beban umum dan administrasi.
5. Beban Penyusutan, Amortisasi, dan Penyisihan :
a. Seban penyusutan adalah beban usaha yang terjadi dari alokasi harga perolehan
aktiva tetap selama masa manfaat ekonomisnya.
b. Seban amortisasi adalah beban usaha yang terjadi dari alokasi harga perolehan
aktiva tidak berwujud dan beban yang ditangguhkan selama manfaat
ekonomisnya.
20
c. Beban penyisihan adalah be ban usaha yang timbul karena penurunan manfaat
ekonomi persediaan suku cadang atau kemungkinan tidak tertagihnya piutang.
6. Beban pemasaran adalah beban usaha yang terjadi dalam rangka memasarkan
usaha koperasi dan jasa penunjang lainnya. Beban pemasaran meliputi penggunaan
oarang dan atau jasa, beban pegawai, serta beban umum dan administrasi untuk
kegiatan pemasaran.
7. Beban umum dan administrasi adalah beban usaha yang terjadi karena kegiatan
yang bersifat umum dan manajerial dan tidak dapat diidentifikasi sebagai beban
operasi dan pemeliharaan, beban pemasaran atau beban penyusutan, amortisasi
dan penyisihan. ,
8. Beban nonusaha adalah beban yang tidak dapat dikelompokkan sebagai beban
usaha. Beban ini antara lain meliputi beban bunga, selisih kurs, dan rugi penukaran
atau penjualan aktiva.
5.2 Pengelompokan
Beban dikelompokkan menjadi :
1. Beban usaha terdiri dari :
a. Beban operasi dan pemeliharaan.
b. Beban penyusutan, amortisasi, dan penyisihan.
c. Beban pemasaran.
d. Beban umum dan administrasi.
2. Beban nonusaha.
5.3 Pengakuan dan Pengukuran
1. Seluruh beban kecuali beban penyusutan, amortisasi, dan penyisihan diakui pad a
saat terjadinya sebesar kas yang dikeluarkan atau sebesar harga barang dan atau
jasa yang dikonsumsi.
21
2. Beban penyusutan, amortisasi, dan penyisihan diakui secara periodik sebesar
alokasi harga perolehan atau penurunan manfaat ekonomi atau kemungkinan tidak
tertagihnya piutang pada periode berjalan.
5.4 Kapitalisasi Beban
1. Beban yang memberikan manfaat dalam menghasilkan pendapatan untuk beberapa
periode dan memenuhi syarat kapitalisasi, harus dikapitalisasi. Kapitalisasi dilakukan
dengan cara menambahkan jumlah beban ke dalam harga perolehan aktiva dan
diikuti dengan penyesuaian beban penyusutan sesuai dengan umur -ekon«misnya.
Apabila be ban terse but tidak dapat diidentifikasi langsung terhadap aktivanya maka
diperlakukan sebagai beban yang ditangguhkan.
2. Syarat Kapitalisasi beban adalah sebagai berikut :
a. Syarat kualitatif yaitu beban yang tidak bersifat rutin dan:
1) Memberikan manfaat lebih dari satu periode; atau
2) Menambah umur ekonomis; atau
3) Menambah kapasitas; atau
4) Meningkatkan kualitas pelayanan.
b. Syarat kuantitatif yaitu tingkat besaran pengeluaran sesuai dengan batasan
materialitas yang ditetapkan.
3. Kapitalisasi beban dilakukan apabila memenuhi syarat kualitatif dan kuantitatif.
5.5 Penyajian dan Pengungkapan
1. Beban disajikan dalam laporan sisa hasil usaha sesuai dengan pengelompokannya.
2. Beban usaha perlu dialokasikan menjadi beban anggota dan bukan anggota . . Sedapal mungkin alokasi didasarkan atas perbandingan jumlah manfaat yang
diterima. Tetapi. apabila hal demikian sulit dilaksanakan. maka alokasi clapat
clilakukan secara sistematik clan rasional.
3. Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan meliputi:
a. Metoda pengakuan beban. , b. Kebijakan kapitalisasi beban.
c. Melode alokasi beban anggota dan bukan anggota.
23
6.1 AKTIVA LANCAR
1. Pengertian
BABVI
AKTIVA
a. Aktiva Lancar adalah aktiva yang dapat direalisasikan dalam satu periode , akuntansi dan yang tidak dibatasi penggunaan atau penarikannya.
b. Kas adalah uang tunai dan yang dapat dipersamakan dengannya serta saldo
rekening giro untuk membiayai kegiatan badan usaha koperasi.
c. Investasi jangka pendek adalah investasi yang bersifat sementara untuk
memanfaatkan dana yang belum dipergunakan dengan jangka waktu paling lama -
satu tahun tidak dimaksudkan diperjual belikan. Investasi jangka pende'k antara
lain berbentuk deposito dan pembelian surat berharga dan simpanan sukarela
pada bad an usaha koperasi lainnya.
d. Piutang usaha kepada anggota adalah tagihan yang timbul kepada anggota yang
dihasilkan dari kegiatan transaksi usaha atau penyaluran bantuan pinjaman yang
jangka waktunya sesuai usaha normal, bila jangka waktu penagihimnya lebih
dari 1 (satu) tahun atau siklus usaha normal diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan.
e. Piutang usaha kepada non anggota adalah tagihan yang timbul dari transaksi
usaha kepada pihak lain diluar anggota Koperasi yang jangka waktunya sesuai
usaha normal, bila jangka waktu penagihannya lebih dari 1 (satu) tahun atau
siklus usaha normal diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
f. Piutang nonusaha adalah piutang yang tidak termasuk dalam piutang usaha
badan usaha koperasi.
g. Persediaan barang adalah semua barang milik badan usaha koperasi yang
disimpan di gudang atau tempat penyimpanan lain yang ditunjuk, yang
dimaksudkan untuk dijual kembali pad a setiap waktu sebagai usaha pokok
badan usaha koperasi.
h. Barang dalam perjalanan eks Impor adalah barang eks impor milik badan usaha
koperasi yang belum dinyatakan diterima.
i. Pan jar adalah pembayaran kepada pihak intern badan usaha koperasi yang
sifatnya sementara dan harus diselesaikan dalam periode berjalan.
j. Uang muka adalah pembayaran kepada pihak lain di luar badan usaha koperasi
yang sifatnya sementara yang akan diperhitungkan kemudian.
k. Pajak dibayar dimuka adalah pajak yang telah disetor ke kas negara dan akan
diperhitungkan dalam SPT Masa atau SPT Tahunan, yang meliputi pajak
penghasilan badan dan PPN Masukan yang dapat dikreditkan.
I. Biaya dibayar dimuka adalah biaya yang pembayarannya telah diiakukan pada
periode berjalan tetapi manfaat keekonomiannya dinikmati pada periode yang
akan datang yang jangka waktunya dapat diketahui secara pasti.
m. Pendapatan yang masih harus diterima adaiah bagian pendapatan' periode
berjalan yang belum diterima sampai pada akhir periode yang bersangkutan.
2. Pengelompokan
Aktiva lancar dikelompokkan sebagai berikut :
Kas & bank
Investasi jangka pendek
Piutang usaha anggota
Piutang usaha non anggota
Piutang non usaha
Persediaan barang
Aktiva lancar lainnya :
Panjar
Uang muka
Pajak dibayar dimuka
Biaya dibayar dimuka
Pendapatan yang masih harus diterima
25
3. Pengakuan dan Pengukuran
a. Kas diakui sebesar nitai norninal uang tunai atau yang dapat dipersarnakan
dengannya serta rekening giro di bank.
b. Deposito diakui pada saat penanaman dana deposito sebesar nilai norninal.
c. Surat berharga diakui pad a saat dibeli atau diperoleh hak kepernilikannya sebesar
harga perolehannya yaitu harga surat berharga dan seluruh biaya yang dapat
diidentifisikan terhadap surat berharga terse but.
d. Sirnpanan sukarela diakui pada saat penyirnpanan dana sebesar nilai norninal.
<
e. Piutang usaha anggota dan piutang usana non anggota diakui pada sa at sebesar
jurnlah tagihan yang rnenjadi hak badan usaha koperasi.
f. Piutang non usalla diakui pada saat tirnbulnya hak tagihan badan usaha koperasi
kepada pihak lain sebesar jurnlah yang rnenjadi hak badan usaha koperasi.
g. Persediaan barang yang berasal dari pengadaan atau pernbelian diakui pada saat
barang dinyatakan diterirna sebesar harga perolehannya yaitu harga barang
ditarnbah biaya-biaya lain yang dapat diidenlifisikan kepada barang tersebut.
Perhitungan harga satuan persediaan barang dilakukan dengan rnenggunakan
rnetode prepetual yang lazirn berlaku secara konsisten.
h. Persediaan barang yang berasal dari bonus pengadaan dan hibah diakui pada saal
barang dinyatakan diterirna dan dinilai sebesar harga pasarnya atau harga taksiran
yang wajar apabita harga pasar tidak diperoleh. Penerirnaan ini diperlakukan sebagai
pendapatan non usalla.
I. Barang dalarn perjalanan eks Irnpor diakui pad a saat invoice diterirna sebesar harga
barang dalarn invoice. Biaya-biaya lain yang rnenarnbah harga perolehan diakui
pada saat terjadinya transaksi.
j. Panjar dan uang muka diakui pada saat dilakukan pembayaran sebesar jumlail yang
dibayarkan.
k. Pendapatan yang masih harus diterima diakui pada saat diperoleh informasi
mengenai jurnlail pendapatan yang masiil harus diterima atau pada saat pisah batas
sebesar pendapatan yang menjadi hak periode berjalan.
I. Pajak dibayar dimuka diakui pada saat dilakukan penyetoran ke kas negara sebesar . jumlail yang disetor.
m. Biaya dibayar dimuka diakui pad a saat dilakukan pembayaran sebesar jumlah yang
dibayarkan dan dilakukan penyesuaian pad a akilir periode.
4. Pen y i s i !l a n
a. Piutang usaha kepada anggota dan non anggota disisihkan sejumlah tertel'ltu dari
saldo akilir piutang yang ditetapkan oleil pengurus bad an usaila koperasi.
b. Piutang non usaha yang timbul dan diragukan pembayarannya disisiilkan dengan
mempertimbangkan tingkat kolektibilitasnya.
c. Persediaan barang disisihkan sesuai dengan taksiran penurunan manfaat ekonornis
dalam periode yang bersangkutan dengan pengelompokan sebagai berikut :
1) Barang laku
2) Kurang laku
3) Tidak laku
4) Rusak
5. Penyajian dan Pengungkapan
-a. Aktiva lancar disajikan dalam neraca sesuai dengan pengelompokan dan
likuiditasnya, dimulai dari yang paling likuid.
b. Piutang usaila dan piutang non usaila disajikan dalam Ner8C8 sebeS8r jumlail yang
diilarapkan dapal tertagiil (net realizable value).
c. Sural berharga disajikan dalam neraca dengan menggunakan !larga peroleilan.
d. Hal-ilal yang perlu diungkapkan dalam catatan alas laporan keuangan melipuli:
27
1. Harga perolehan dan harga pasar surat berharga ;
2. Metode penyisihan piutang dan persediaan barang serta biaya penyisihan pada
periode berjalan ;
3. Penghapusbukuan piutang dan persediaan barang yang dilakukan pada periode
berjalan ;
4. Jumlah persediaan barang yang tidak terjual dalam satu tahun atau lebih ;
~. Jumlah dan jenis aktiva lancar yang dijadikan jaminan kepada pihak lain.
6. Piutang usaha dan non piutang usaha yang jatuh tempo lebih dari satu periode
akuntansi atau satu tahun.
6.2 INVESTASI JANGKA PANJANG
, 1. Pengertian
a. Investasi jangka panjang adalah penyertaan badan usaha koperasi pada badan
usaha koperasi lainnya dan pad a badan usaha bukan koperasi atau penanaman
dalam surat berharga yang tidak dimaksudkan untuk diperjual beliki~m, bersifat
permanen, jangka waktu tidak dibatasi, umurnya tidak tergantung pad a ketentuan
yang berlaku dan relatif jangka panjang dan lebih dititik beratkan sebagai ikatan
dalam sistem jaringan usaha antara lain:
1) Simpanan pokok pada koperasi sekunder
2) Simpanan wajib pada koperasi sekunder
3) Sa ham
4) Obligasi
untuk memperoleh pendapatan dan membentuk dana untuk berbagai tujuan khusus.
b. Metode ekuitas (Equity Method) adalah metode akuntansi yang mencatat investasi
pada mulanya sebesar biaya perolehan (cost) dan selanjutnya disesuaikan untuk
perubahan dalam bagian pemilikan perusahaan atas aktiva bersih investee yang
terjadi setelah perolehan. Sisa hasil usaha badan usaha koperasi yang berasal dari
investasi jangka panjang merefleksikan bagian badan usaha koperasi atas laba atau
rugi investee.
c. Metode biaya (Cost method) adalah metode akuntansi yang mencatat investasi
sebesar biaya perolehan. Penghasilan diakui oleh perusahaan apabila investee
mendistribusikan laba bersih yang berasal dari laba setelah tanggal perolehan.
d. Simpanan pokok pada koperasi sekunder adalah sejumlah uang yang sama
banyaknya yang dibayarkan oleh' anggota kepada koperasi sekunder pada saat
Qlasuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama
anggota yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi sekunder.
e. Simpanan wajib pada koperasr sekunder adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak
harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi sekunder dalam
waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama
koperasi yang bersangkutan masih menjadi anggota.
f. Saham adalah surat tanda ikut serta memasukan modal ke dalam perusahaan yang
mengeluarkan surat tersebut.
g. Obligasi adalah surat tanda pengakuan berhutang oleh perusah,aan yang
mengeluarkan surat tersebut kepada pemegang (pemilik) sural dengan
kesanggupan membayar kembali pada suatu waktu tertentu dan membayar bunga
tertentu pada setiap waktu tertentu.
2. Pen gel 0 m p 0 k a n
Investasi Jangka Panjang dikelompokkan menjadi :
a. Simpanan pokok pada koperasi sekunder
b. Simpanan wajib pada koperasi sekunder
c. Tabungan dana pengembangan koperasi
d. Sa ham
e. 0 b I i gas i
f. Investasi jangka panjang lainnya.
29
3. Pengakuan dan Pengukuran
a. Simpanan pokok pada koperasi sekunder diakui dan dicatat pada saat kewajiban
untuk menyetor telah terjadi dengan menggunakan cost method.
b. Simpanan wajib pada koperasi sekunder diakui dan dicatat pada saat kewajiban
IJntuk menyetor telah terjadi dengan menggunakan cost method.
c. Pad a prinsipnya investasi jangka panjang dinilai berdasarkan harga perolerlannya,
yaitu harga beli ditamball biaya-biaya yang dapat diidentifikasikan antara lain komisi
broker, jasa bank, dan pungutan bursa efek.
d. Investasi jangka panjang pad a sallam dan obtigasi yang diperoleh- dengan cara
ditukar dengan aktiva lain, diakui pada saat aktiva penukar diserahkan sebesar
harga pasar aktiva yang diserahkan atau harga pasar sahami obligasi yang diterima,
apabila harga pasar aktiva yang diserahkan tidak dapat diperoleh. Selisih yang
terjadi antara nilai buku dengan harga pasar aktiva yang diserahkan atau harga
pasar sahami obligasi yang diterima, diakui sebagai laba rugi periode berj!3lan.
e. Selisih antara hasil penjualan bersih dengan nilai tercatat investasi jangka panjang
diakui sebagai laba rugi periode berjalan.
4. Metode Pencatatan
a. Investasi jangka panjang pada saham yang persentase kepemilikannya kurang dari
20% dari jumlah saham investee yang bere-dar dicatat dengan menggunakan
Metode Biaya.
b. Investasi jangka panjang pad a saham yang persentase kepemilikannya mencapai
20% atau lebih dari jumlah saham in vestee yang beredar dicatat dengan
menggunakan metode ekuitas.
c. Pencatatan investasi jangka panjang dilakukan secara individual.
30
5. Penyajian dan Pengungkapan
a. Investasi jangka panjang disajikan dalam Neraca sesuai dengan
pengelompokkannya.
b. Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan meliputi:
1) Kebijakan penentuan nilai tercatat ;
2) Jumlah penghasilan dari investasi ;
3) Harga pasar investasi yang dimiliki.
6.3 A K T I V ATE TAP
1. Pengertian
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi badan us~ha koperasi
dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal badan usaha
koperasi, serta mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi atau
satu tahun.
2. Pengelompokan
Aktiva tetap dilkelompokan sebagai berikut :
a. Tan a h
b. G e dun 9
c. Kendaraan bermotor
d. Alat pengolah data
e. Perlengkapan kantor
3. Pp.np.ntuan Satuan Pp.ncatatan (Unitisasi)
Satuan pencatatan untuk aktiva tetap di bawah ini ditentukan sebagai berikut :
a. Tanah
1. per lokasi
, 2. per perolehan
b. Gedung
1 . per lokasi
2. per perolehan
3. per fungsi
c. Kendaraan bermotor
1. per lokasi
2. per perolehan
3. per jenis/ perangkat
d. Alat pengolah data
1. per lokasi
2. per jenis
0 d. [1er t8hIJn [1eroleh8n.
4. Pengakuan dan Pengukuran
a. Harga Perolehan
1. Pad a prinsipnya aktiva tetap dinilai berdasarkan harga perolehannya yaitu harga
barang dan jasa serta seluruh biaya yang terjadi sampai aktiva tetap siap
digunakan, kecuali pajak-pajak yang dapat dikreditkan. Khusus aktiva tetap
tanah harga perolehannya meliputi biaya pembebasan, biaya pematangan, biaya
pensertifikatan dan biaya pengurusan pertama kali.
32
2. Aktiva tetap yang diperoleh dari pembelian diakui pada saat aktiva tetap yang
bersangkutan dinyatakan diterima sebesar harga perolehannya.
3. Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara dibangun, baik dibangun sendiri
(swakelola) maupun pengadaan yang bersifat turnkey project, diakui pada saat
aktiva tetap yang bersangkutan siap digunakanl dioperasikan dan dinilai sebesar
akumulasi biaya aktiva dalam konstruksi (ADK)-nya. , 4. Aktiva tetap yang diperoleh dari hibah atau bonus diakui pada sa at aktiva tetap
yang bersangkutan dinyatakan diterima sebesar harga pasarnya atau harga
taksiran apabila harga pasarnya tidak dapat diperoleh. [Jerolehan ini
dlperlakukan sebagai pendapatan nonusaha.
5. Aktiva tetap yang diperoleh melalui cara pembayaran angsuran (installment
method) diakui pada saat aktiva tetap dinyatakan diterima sebesar 1~lai tunai
seluruh pembayaran yang harus dilakukan.
6. Aktiva tetap yang diperoleh melalui sewa guna usaha (financial/ capital lease)
diakui pada saat aktiva tetap dinyatakan diterima sebesar nilai tunai angsuran
ditambah nilai tunai opsi pembelian pad a akhir masa sewa guna usah-a.
7. Aktiva tetap yang diperoleh dari mutasi (pengiriman dari kantor lain) diakui pad a
saat aktiva tetap dinyatakan diterima sebesar nilai bukunya dengan mencatat
harga perolehan, akumulasi penyusutan, dan umur ekonomisnya.
8. Aktiva tetap yang diperoleh dari kredit kompensasi pemakai diakui pada saat
dilakukan serah terima dari mitra kerja kepada perusahaan berdasarkan be rita
acara, dan dinilai sebesar harga yang disepakati oleh kedua belah pihak.
9. Aktiva tetap yang diperoleh dari pertukaran dengan aktiva tetap lain yang sejenis
diakui pada saat terjadinya pertukaran sebesar nilai buku aktiva tetap yang
dilepas ditambah dengan jumlah kas yang dikeluarkan.
10. Aktiva tetap yang diperoleh dari pertukaran aktiva tetap lain yang tidak sejenis
diakui pada saat terjadinya pertukaran sebesar harga pasar aktiva tetap yang
dilepas atau aktiva tetap yang diterima, mana yang paling andal. Selisih antara
harga pasar tersebut dengan nilai buku aktiva tetap yang dilepas diakui sebagai
laba atau rugi periode berjalan.
33
b. Penambahan Harga Perolehan
1. Pengeluaran beban setelah perolehan dapat menambah harga perolehan aktiva
tetap apabila pengeluaran tersebut memenuhi syarat kapitalisasi beban.
2. Dalam hal kapitalisasi beban ·dilakukan terhadap aktiva tetap yang telah habis
'- umur ekonomisnya maka harus diikuti dengan penetapan kembali umur
ekonomis dan beban penyusutan periode selanjutnya.
c. Pengurangan Harga Perolehan
Pengurangan harga perolehan suatu aktiva tetap dapat terjadi apabira bagian suatu
aktiva tetap dimutasikan. Jumlah pengurangan harga perolehannya ditetapkan
secara proporsional dari harga perolehan aktiva tetap yang bersangkutan:
5. Pen y u s uta n
1. Penyusutan dilakukan selama umur ekonomis (masa manfaat) aktiva tetap dengan
menggunakan metode garis lurus (straight line method).
2. Aktiva tetap yang rusak dan usang bukan karena sebab luar biasa, nilai bukunya
setelah dikurangi Rp. 1,00 (satu rupiah) diakui sebagai beban penyusutan periode
berjalan, dan pencatatannya dialihkan dalam kelompok aktiva lainnya.
3. Aktiva tetap yang musnah, hilang, atau rusak karena sebab luar biasa, nilai bukunya
setelah dikurangi Rp. 1,00 (satu rupiah) diakui sebagai rugi luar biasa periode
berjalan, dan pencatatannya dialihkan kedalam kelompok aktiva Lainnya.
4. Masa manfaat (umur ekonomis) aktiva tetap ditetapkan sebagai berikut :
a. Gedung 20 tahun
b. Alat pengolah data 5 tahun
c. Kendaraan bermotor 5 tahun
d. Inventaris 5 tahun
6. Penghapusbukuan
Penghapusbukuan aktiva tetap hanya dapat dilakukan setelah mendapat ijin dari pihak
yang berwenang. Nilai buku aktiva tetap yang dihapusbukukan diakui sebagai beban
nonusaha periode berjalan.
" 7. Penilaian Kembali (Revaluasi)
Penilaian kembali aktiva tetap hanya dimungkinkan apabila sudah diperoleh dasar yang
otoritatif. Selisih yang timbul sebagai akibat adanya penilaian kembali dibukukan
sebagai "Selisih penilaian kembali aktiva tetap" yang merupakan bagian dari ekuitas.
,
8. Penyajian dan Pengungkapan
a. Aktiva tetap disajikan dalam neraca sesuai pengelompokannya.
b. Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan meliputi:
1. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan harga perolehan.
2. Masa manfaat serta metode dan tarif penyusutan aktiva tetap.
3. Perubahan jumlah harga perolehan yang memperlihatkan penyebabnya antara
lain:
a) Penambahan dan pelepasan aktiva tetap ;
b) Penilaian kembali yang dilakukan ;
c) Reklasifikasi aktiva tetap ;
d) Kapitalisasi beban.
4. Aktiva tetap hasil kerjasama dan aktiva tetap yang dijaminkan.
6.4 AKTIVA DALAM KONSTRUKSI
1. Pengertian
a. Aktiva dalam konstruksi (ADK) adalah aktiva yang sedang dalam proses
pembangunan menjadi aktiva tetap.
b. ADK dalam perjalanan eks impor adalah barang pembangunan eks impor milik
Badan Usaha Koperasi perusahaan yang belum dinyatakan dapat diterima.
c. Biaya tidak langsung proyek (BTLP) adalah biaya-biaya yang tidak dapat secara
lang sung diidentifikasikan dengan pembangunan aktiva telap lertentu, namun
merupakan bagian dari harga perolehan aktiva tetap. Biaya-biaya terseb~t antara
lain biaya bunga selama masa konstruksi, commitmen fee, management fee,
exposure fee, biaya pelatihan (training cost), factory inspection, biaya
perencanaan, pengawasan, peresmian proyek, gaji pegawai, dan biaya lain
termasuk pajak atau bea yang harus dibayar kepada negara, kecuali pajak yang
dapat dikreditkan.
2. Pengakuan dan Pengukuran
a. Pada prinsipnya ADK dinilai sebesar biaya pembangunannya yaitu harga barang/
peralatan, harga jasa pemasangan/ instalasi dan jasa lainnya, dan biaya tidak
langsung proyek, kecuali pajak-pajak yang dapat dikreditkan.
b. ADK dalam perjalanan eks Impor diakui pad a saat invoice diterima sebesar
harga barang dalam invoice. Pajak-pajak yang tidak dapat dikreditkan, bea
masuk dan biaya lain yang dikeluarkan sehubungan dengan pengadaan barang
dimaksud sampai dengan dinyatakan dapat diterima, merupakan bag ian dari
harga perolehan.
c. Nilai ADK yang berasal dari ADK dalam perjalanan eks Impor diakui pad a saat
barang eks impor dinyatakan diterima di lokasi pembangunan sebesar nilai ADK
dalam perjalanan eks impor yang dapat diterima.
36
d. Nilai ADK yang berasal dari jasa instalasi (works) diakui pada saat invoice jasa
diterima sebesar nilai tagihan penyelesaian atau pada saat terbit be rita acara
tingkat penyelesaian pekerjaan sebesar persentase penyelesaian. mana yang
lebih andal.
e. Nilai ADK yang berasal dari biaya tidak langsung proyek (BTLP) diakui secara
" periodik atau pad a saat suatu ADK dialihkan ke aktiva tetap sebesar alokasi
proporsional berdasarkan nilai kontrak.
f. ADK swakelola diakui pada saat persediaan dikeluarkan dari gudang dan atau
pertanggungan panjar kerja sebesar harga persediaan dan atau pertanggungan.
g. Relokasi bagian suatu ADK dial(ui pada sa at rcaliSaSlrlY3 sebeS31 prol<orsi nilai
ADK yang bersangkutan.
3. Pen 9 a I I han
Pengalihan ADK menjadi aktiva tetap dilakukan pada saat aktiva yang dibangun siap
untuk digunakanl dioperasikan.
4. Penyajian dan Pengungkapan
a. ADK disajikan dalam neraca dalam kelompok aktiva tetap.
- b. Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan meliputi:
1. Kebijakan penilaian ADK ;
2. Rincian ADK per kelompok ADK ;
3. Penambahan jumlah ADK dan pengalihan ke aktiva tetap yang dilakukan
pada periode berjalan ;
4. Jumlah bunga yang dikapitalisasikan menjadi ADK ;
5. Metode alokasi BTLP.
6.5 AKTIVA TIDAK BERWUJUD
1. Pengertian
Aktiva tidak berwujud (A TB) adalah aktiva tidak lancar dan tidak berbentuk yang
memberikan hak keekonomian dan hukum kepada perusahaan dan dalam laporan
I>euangan tidak dicakup secara terpisah dalam klasifikasi aktiva yang lain. Salah satu
karakteristik A TB yang paling penting adalah tingkat ketidakpastian mengenai nilai
dan manfaatnya di kemudian hari. ATB antara lain dapat berbentuk hak paten, hak
cipta, franchise, merk dagang dan goodwill
2. Pengelompokan
ATB dikelompokan berdasarkan cara perolellan yaitu :
a. A T8 yang diperoleh dari pihak lain dan
b. ATB yang dikembangkan sendiri.
3. Pengakuan dan pengukuran
a. ATB yang diperoleh dengan cara membeli dari pihak luar, diakui pada saat
terjadi pengalihan hak kepemilikan sebesar harga beli ditambah biaya-biaya lain
yang terjadi sampai A T8 yang bersangkutan siap dimanfaatkan.
b. ATB yang diperoleh dengan cara dikembangkan sendiri diakui pada saat ATB
yang bersangkutan siap dimanfaatkan yang dibuktikan dengan adanya sertifikasi
sebesar biaya-biaya yang terjadi untuk pengembangannya.
4. A mo r tis a s i
a. ATB diamortasi selama masa manfaatnya dengan menggunakan metode garis
lurus (straight line method).
38
b. Masa manfaat ATB ditetapkan sebagai berikut :
1. A TB yang dapat diidentifikasi masa manfaatnya diamortisasi selama masa
manfaat A TB yang bersangkutan maksimal 20 tahun.
2. A TB yang tidak dapat diidentifikasi masa manfaatnya diamortisasi maksimal
selama 8 tahun.
5. Penghapusbukuan
Dalam hal suatu A TB tidak lagi memberikan manfaat keekonomian bagi perusahaan
maka ATB yang bersangkutan dihapusbukukan. Nilai bukunya diakui sebagai beban
periode berjalan.
6. Penyajian dan Pengungkapan
1. A TB disajikan dalam neraca sesuai dengan pengelompokannya.
2. Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan meliputi:
a. Kebijakan penentuan masa manfaat dan metode amortisasi.
b. Jumlah penghapusbukuan ATB dalam periode berjalan.
7. Riset dan Pengembangan
a. Pen 9 e r t ian
1. Riset adalah penelitian yang orisinal dan terencana yang dilaksanakan
dengan harapan memperoleh pengetahuan dan pemahaman teknis atau
ilmiah yang baru.
2. Pengembangan adalah penerapan hasil rise! a!au pengetahuan lain ke dalam
suatu rencana a!au desain un!uk menghasilkan bahan, ala!, produk, proses,
sistem atau jasa, sebelum dimulainya produksi komersial atau pemakaian.
b. Pengakuan dan Pengukuran .
1. Biaya riset dan biaya pengembangan mencakup semua biaya yang secara
langsung dapat distribusikan ke kegiatan riset dan pengembangan atau yang
dapat dialokasikan menuru! dasar yang wajar pada kegiatan tersebut.
2. Komponen biaya riset dan biaya pengembangan meliputi :
, a. gaji dan biaya pegawai lainnya ;
b. biaya bahan dan jasa ;
c. biaya penyusutan properti dan peralatan ;
d. biaya overhead;
e. biaya lain yang terkait (amortisasi paten dan lisensi).
3. Biaya rise! diakui sebagai be ban dalam periode terjadinya dan tidak boleh
diakui sebagai aktiva pada periode berikutnya.
4. Biaya Pengembangan diakui sebagai ATB pada saat diperoleh sertifikasi
yang di!erbitkan oleh lembaga atau unit kerja yang berhak, bila memenuhi
semua kri!eria berikut :
a. Produk atau proses dapat didefinisikan dengan jelas dan biaya-biaya yang
terjadi dapat diiden!ifikasi secara terpisah dan diukur secara andal.
b. Kelayakan teknis dari produk atau proses dapat ditunjukkan.
c. Perusahaan bermaksud untuk memproduksi atau mamasarkan, atau
menggunakannya.
d. Tersedia pasar untuk produk atau proses, a!au jika akan digunakan
sendiri, kegunaannya untuk perusahaan dapat ditunjukkan.
e. Tersedia sumber daya untuk menyelesaikan, memasarkan, dan
menggunakan prod uk atau proses terse but.
5. Dalam hal biaya pengembangan tidak memenuhi kriteria tersebut diatas
maka diperlukan sebagai beban pada periode berjalan. Biaya pengembangan
yang telah diakui sebagai' beban tidak boleh diakui sebagai aktiva pada
• periode berikutnya.
c. Amortisasi Biaya Pengembangan
1. Biaya pengembangan yang diakui sebagai ATB diamortisasi secara periodik
dengan menggunakan metode garis lurus.
2. Saldo biaya pengembangan harus segera diperlakukan sebagai beban pada
periode berjalan apabila diketahui sudah tidak lagi memenuhi kriteria kapitalisasi
6.6 AKTIVA LAINNYA
1. Pengertian
a. Aktiva lainnya adalah aktiva yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai aktiva
lancar, investadi jangka panjang, aktiva tetap, dan aktiva tidak berwujud.
b. Kas yang dibatasi penggunaannya adalah kas yang dicadangkan untuk tujuan
tertentu sehingga tidak dapat digunakan untuk kepentingan selain yang telah
ditentukan dalam keputusan pencadangannya.
c. Beban yang ditangguhkan adalah biaya yang telah terjadi dan memberikan
manfaat keekonomian pada periode berjalan dan beberapa periode selanjutnya
yang tidak dapat diketahui secara pasti, antara lain biaya konsultan.
41
d. Piutang yang diberikan jangka panjang adalah tagihan jangka panjang yang
timbul dari transaksi bantuan Perusahaan Induk kepada anggota koperasi
maupun non anggota dengan maksud untuk bantuan modal.
2. Pengelompokan
Aktiva lainnya dikelompokkan sebagai berikut :
a. Kas yang dibatasi penggunaannya (sinking fund) ;
b. Beban yang ditangguhkan ;
c. Aktiva tetap yang rusak dan usang ;
d. Piutang yang dibebankan jangka panjang ;
3. Pengakuan dan Pengukuran
a. Kas yang dibatasi penggunaannya diakui pada sa at berlakunya keputusan
pembatasan kas sebesar jumlah kas yang ditetapkan untuk dibatasi
penggunaannya.
b. Beban yang ditangguhkan diakui pada saat terjadinya sebesar kas yang
dikeluarkan atau harga barang dan atau jasa yang dikonsumsi.
c. Aktiva tetap yang rusak dan usang diakui pada saat suatu aktiva tetap
dinyatakan rusak atau usang dan nilai bukunya ditetapkan sebesar Rp. 1,00
(satu rupiah).
d. Semua jenis beban yang ditangguhkan diamortisasi maksimal selama 5 (lima)
tahun dengan menggunakan metode garis lurus (straight line).
e. Piutang yang diberikan jangka panjang diakui pada saat terjadinya penyaluran
kas ke anggota atau pihak lain sesuai perjanjian dengan penyandang dana.
4. Pcnyajian dan Pcngungkapan
a. Aktiva lainnya disajikan dalam neraca sesuai dengan pengelompokannya.
b. Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan meliputi:
1. Kebijakan pengklasifikasian suatu aktiva sebagai aktiva lainnya.
2. Kebijakan dan metode amortisasi beban yang ditangguhkan.
3. Rincian komponen aktiva lainnya.
4. Tujuan pembatasan kas.
BAB VII
KEWAJIBAN
7.1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
1. I;'engertian
a. Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang diharapkan akan dilunasi
dalam waktu satu sahun.
b. Kewajiban kepada anggota adalah kewajiban yang timbul karena adanya
kewajiban pembayaran kepada para anggota atau transaksi-transaki Iqin yang
bersifat sementara.
e. Kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo adalah bagian kewajiban
jangka panjang yang akan dilakukan pembayarannya dalam waktu satu tahun
setelah tanggal neraea antara lain hutang kepada perusahaan, I:utang unit
usaha, misalnya kartu telepon umum.
d. Kewajiban pengadaan adalah kewajiban yang timbul karena pembelian barang
dan atau jasa.
e Beban yang masih harus dibayar adalah beban periode berjalan yang akan
dilakukan pembayarannya dalam waktu satu tahun setelah tanggal neraea.
f. Kewajiban pajak adalah kewajiban yang timbul dari transaksi yang merupakan
obyek pajak yang belum disetor ke kas negara.
g. Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban jangka pendek yang tidak
termasuk kedalam kewajiban jangka pendek tersebut diatas, antara lain bunga
yang harus dibayar, titipan eicilan bantuan perumahan, bila ada.
h. Dana SHU adalah dana yang timbul dari sisa hasil usaha yang akan
direalisasikan pemanfaatannya dalam waktu satu tahun setelah tanggal neraea.
2. Pengelompokan
Kewajiban jangka pendek dikelompokkan sebagai berikut :
a. Kewajibanl hutang kepada anggotal hutang kepada non anggota ;
b. Kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempol hutang kepada perusahaan ;
G. Kewajiban pengadaan ;
d. Beban yang masih harus dibayar ;
e. Kewajiban pajak;
f. Kewajiban jangka pendek lainnya.
3. Pengakuan dan Pengukuran
a. Kewajibanl hutang kepada anggota diakui pada saat pengakuan 'kewajiban
kepada anggota.
b. Kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo diakui pad a saat pisah batas
sebesar bag ian kewajiban jangka panjang yang akan dilakukan pembayarannya
dalam waktu satu tahun setelah tanggal neraca.
c. Kewajiban pengadaan diakui pad a saat pengakuan aktivanya sebesar harga
barang dan atau jasa yang diterima.
d. Beban yang masih harus dibayar diakui pad a saat terjadinya beban atau pad a
saat pisah batas sebesar beban periode berjalan yang belum dilakukan
pembayarannya.
e. Kewajiban pajak diakui pad a saat dilakukan pemungutan pajak atau pada saat
timbulnya kewajiban untuk menyetor sebesar jumlah yang dipungut atau jumlah
yang harus disetor.
f. Kewajiban jangka pendek lainnya diakui sebagai berikut :
45
1. Kewajiban bunga diakui pada saat pengakuan beban bunga sebesar beban
bunga periode berjalan yang belum dilakukan pembayarannya.
2. Dana-dana eks SHU yang belum dibagi diakui pada saat deklarasi
pembagian hasil usaha sebesar bagian hasil usaha yang diperuntukkan bagi
dana tersebut.
4. Penyajian dan Pengungkapan
a. Kewajiban jangka pendek disajikan dalam Neraca sesual dengan
pengelompokannya.
b. Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan meliputi:
1. Dana SHU yang belum dibagi.
2. Kewajiban yang tirnbul dengan perusallaan.
7.2 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
1. Pengertian
a. Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban kepada kreditur yang jangka waktu
penyelesaiannya lebih dari satu periode akuntansi atau satu tahun.
b. Tabungan wajib perumahan (TWP), bila ada, adalah uang simpanan yang
pemanfaatannya untuk bantuan kepada pegawai dalam pemilikan rumah dan
pengel11baliannya dilakukan pada saal pegawai yang bersangkutan pensiuni
berhenti.
c. Pinjal11an dari perusahaan atau kantor adalah kewajiban kepada perusahaan
atau kantor yang til11bul sebagai tindak lanjut penerusan pinjaman jangka
panjang.
46
2. Pengakuan dan Pengukuran
a. Pinjaman dari perusahaan atau kantor diakui pada saat penerimaan sebesar kas
atau aktiva yang diterima.
b. Kewajiban jangka panjang pembelian angsuran diakui pada saat penerimaan
sebesar nilai tunai seluruh angsuran yang akan dibayarkan.
c. Kewajiban jangka panjang sewa guna usaha diakui pada saat penerimaan aktiva
sebesar nilai tunai seluruh angsuran yang akan dibayarkan ditambah dengan
nilai tunai opsi pembelian pada akhir masa sewa guna usaha.
d. Kewajiban jangka panjang obligasi dinyatakan sebesar nilai nominal obligasi.
Discount atau premium dan semua biaya yang timbul berkenaah dengan
penerbitan obligasi diakui sebagai beban ditangguhkan dan diamortisasi atau
pendapatan ditanggullkan dan dialokasi selama umur obligasi. Beban bunga
yang timbul sehubungan dengan penjualan obligasi disajikan sebag?i kewajiban
jangka pendek.
e. Kewajiban jangka panjang kompensasi diakui pada saat diterimanya aktiva tetap
yang berasal dari kerjasama kompensasi sebesar nilai aktiva tetap yang
diterima.
3. Pelunasan Kewajiban Jangka Panjang
Sebelum dilakukan pelunasani pembayaran, maka bag ian dari kewajiban jangka
panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun setelah tanggal neraca
dialihkan menjadi bag ian kewajiban jangka pendek, kecuali jika pelunasannya
dengan menimbulkan kewajiban jangka panjang lainnya.
47
4. Penyajian dan Pengungkapan
a. Kewajiban jangka panjang disajikan dalam neraca setelah kewajiban jangka
pendek sesuai dengan pengelompokannya.
b. Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan meliputi:
1. Jumlah kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo yang akan dilunasi
dengan kewajiban jangka panJang lainnya.
2. Metode amortitasi yang dianut dan dilaksanakan dengan konsisten.
7.3 KEWAJIBAN LAINNYA
1. Pengertian
a Kewajiban lainnya adalah kewajiban yang secara layak tidak dapat
dikelompokkan baik sebagai kewajiban jangka pendek maupun sebagai
kewajiban jangka panjang.
b. Simpanan sukarela adalah jumlah nilai uang yang dibayarkan oleh anggota atau
non anggota pada setiap saat atas kehendaknya. Simpanan Sukarela dapat
diambil kembali pada setiap saat dengan mendapat imbalan jasa sesuai
perjanjian. Simpanan sukarela dari anggota dianggap lebih bersifat sebagai
kewajiban daripada sebagai modal.
c. Titipan anggota adalah kas yang diterima dari anggota yang belum jelas
peruntukannya.
d. Pendapatan yang ditangguhkan adalah pendapatan yang bukan merupakan hak
periode berjalan.
48
e. Pendapatan yang diterima dimuka adalah pendapatan yang telah diterima pada
periode berjalan tetapi merupakan pendapatan periode berikutnya.
f. Uang jaminan adalah kas yang diterima dari mitra usaha sebagai jaminan karena
adanya suatu perikatan.
g. Kewajiban kontinjensi adalah kewajiban yang timbul karena terjadinya suatu
peristiwa yang kemungkinan besar menimbulkan kerugian.
2. Pengelompokan
KcwCljibCln 13innY3 dikelompokkcln Sp.hnOni hp.riklJt :
a. Sil11panan sukarela,
b. Titipan anggota,
c. Pendapatan yang diterima dil11uka,
d. Uang jaminan,
e. Kewajiban kontinjensi.
3. Pengakuan dan Pengukuran
a. Simpanan sukarela dikaui sebagai kewajiban pada saat penerimaan nilai tunai
kas, simpanan sukarela dapat disajikan sebagai kewajiban jangka pendek atau
jangka panjang sesuai dengan jatuh temponya.
b. Titipan anggota diakui sebagai kewajiban pada saat dan sebesar kas yang
diterima.
c. Pendapatan diteril11a dimuka diakui pada saat dan sebesar kas atau aktiva
bukan kas diterima, yang pada akhir periode dilakukan penyesuaian.
49
d. Uang jaminan diakui pad a saat dan sebesar kas yang diterima.
e. Kewajiban kontinjensi diakui pada saat penyusunan laporan keuangan tahunan
sebesar kerugian yang diestimasikan berdasarkan informasi yang tersedia.
4. Penyajian dan Pengungkapan
a. Kewajiban lainnya disajikan dalam neraca setelah kewajiban jangka panjang.
b. Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan meliputi:
1. Pengungkapan uang jaminan.
2. Rincian kewajiban lainnya.
50
8.1 Pen 9 e r t ian
BAB VIII
EKUITAS
1. fOkuitas adalah bagian dari hak anggota dalam badan usaha koperasi yaitu selisih
antara aktiva dan kewajiban. Ekuitas berasal dari simpanan anggota dan hasil usaha
koperasi. Ekuitas akan berkurang terutama dengan adanya penarikan kembali
simpanan oleh anggota, pembagian keuntungan atau karena kerugian.
2. Modal Dasar Koperasi adalah jumlah modal yang ditetapkan dalam anggaran dasar
yang terdiri dari simpanan pokok dan simpanan wajib.
3. Modal yang berasal dari simpanan dapat berbentuk :
a. Simpanan pokok yaitu jumlah nilai uang tertentu yang sama banyaknya yang
wajib diserahkan kepada koperasi pada waktu masuk menja?i anggota.
Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih
menjadi anggota koperasi.
b. Simpanan wajib yaitu jumlah nilai uang tertentu yang harus dibayar oleh anggota
dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib dapat diambil kembali
dengan cara dan waktu yang ditentukan.
4. Selisih penilaian kembali aktiva tetap adalah unsur ekuitas yang berasal dari selisih
antara nilai buku aktiva tetap dengan nilai revaluasi.
5. Modal donasi adalah unsur ekuitas yang berasal dari sumbangan pihak ketiga bukan
sebagai anggota dan tidak menimbulkan kewajiban.
6. Sisa hasil usaha adalah akumulasi sisa hasil usaha periodik setelah
memperhitungkan pembagian sisa hasil usaha dan koreksi sisa hasil usaha periode
lalu, baik yang dicadangkan unluk tujuan tertontu moupun sebagai sisa hosil usoha
yang belum dibagikan.
7. Modal cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil
usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup
kerugian koperasi bila diperlukan.
8.2 Pengelompokan
Ekuitas dikelompokkan menjadi :
1. Modal Simpanan :
a. Simpanan pokok,
b. Simpanan pokok belum disetor,
c. Simpanan pokok disetor,
d. Simpanan wajib,
e. Simpanan wajib belum disetor,
f. Simpanan wajib disetor.
2. Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tatap :
3. Modal donasi ;
4. Sisa hasil usaha yang belum dibagi ;
5. Modal cadangan.
8.3 Pengakuan dan Pengukuran
1. Modal simpanan diakui sesuai dengan jumlah uang yang telah menjadi kewajiban
untuk disetorkan, simpanan pokok dan simpanan wajib yang belum disetorkan
disajikan sebagai pengurang terhadap simpanan yang bersangkutan. Penerimaan
penyetoran modal simpanan diakui sebesar :
a. Jumlah uang yang diterima. Dalam hal penyetoran modal simpanan dalam
bentuk mata uang asing dikonversikan dalam mata uang rupiah dengan kurs
resmi yang berlaku pada tanggal setoran, kecuali jika pemerintah menetapkan
kurs tetap. Selisih yang timbul dari transaksi tersebut dinyatakan sebagai selisih
kurs atas modal sendiri dan dicatat dalam akun tambahan modal.
b. Pembayaran simpanan pokok dan simpanan wajib anggota dapat dilakukan
dengan cara angsuran yang jumlah dan lamanya ditetapkan dalam anggaran
dasar atau ketentuan lainnya. Simpanan pokok dan simpanan wajib tersebut
tersebut dapat dikompensasikan dengan jasa modal dan! atau jasa usaha dari
bag ian sisa hasil usaha anggota yang bersangkutan.
c. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih
menjadi anggota koperasi.
d. Simpanan wajib dapat diambil kembali dengan cara dan waktu yang ditentukan.
2. Selisih penilaian kembali aktiva tetap diakui sebagai bagaian ekuitas. pad a saat
dilakukan pengakuan atas revaluasi aktiva tetap sebesar selisih antara nilai revaluasi
dengan nilai buku aktiva tetap.
3. Modal donasi diakui sebagai bag ian ekuitas pada sa at diterima penyerahan
kepemilikan sebesar kas atau harga pasar aktiva bukan kas yang diterima.
4. Sisa hasil usaha yang belum dibagi diakui pada saat sebelum diterimanya
keputusan rapat anggota sebesar akumulasi hasil usaha yang ditetapkan sebagai
saldo sisa hasil usaha tahun berjalan.
5. Modal cadangan diakui sebesar akumulasi pembagian sisa hasil usaha yang
besarnya ditetapkan dalam rapat anggota dan dimaksudkan untuk pemupukan
modal dan menutup kerugian, sehingga tidak boleh dibagikan kepada anggota walau
pada waktu pembubaran sekalipun.
53
8.4 Penyajian dan Pengungkapan
1. Ekuitas disajikan dalam neraca sesuai dengan pengelompokannya.
2. Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam catatan alas laporan keuangan melipuli:
q. Jumlah modal simpanan yang ditetapkan dalam anggaran dasar.
b. Perubahan atas jumlah modal.
c. Bentuk dan sumber modal donasi serta penjelasan lain yang dipandang perlu.
d. Laporan perubahan kekayaan bersih perlu disiapkan sebagai laporan keuangan
tambahan.
54
BAB IX
TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING
9.1 Pen 9 e r t ian
1. tylata uang asing adalah mata uang selain mata uang rupiah.
2. Transaksi dalam mata uang asing adalah transaksi yang membutuhkan
penyelesaian dalam satuan mata uang asing.
9.2 Jenis Transaksi
Jenis transaksi dalam mata uang aSing antara lain:
1. Membeli atau menjual barang atau jasa ;
2. Meminjam (hutang) atau meminjamkan (piutang) dana;
3. Menjadi suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam mata uang asing yang belum
terlaksana ;
4. Memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban ;
5. Pertukaran dua mata uang asing melalui pembelian tunai dengan penjualan kembali
secara berjangka atau sebaliknya ;
6. Penyertaan pada entitas asing ;
7. Transaksi hedging.
9.3 Pengakuan dan Pengukuran
1. Pengakuan awal terhadap transaksi dalam mata uang asing dicatat dengan
menggunakan kurs spot (spot rate) yaitu kurs pada saat terjadinya transaksi.
Transaksi perolehan dicatat dengan menggunakan kurs jual dan transaksi pelepasan
dengan menggunakan kurs beli.
55
2. Untuk keperluan perhitungan kewajiban perpajakan yang berkaitan dengan transaksi
mata uang asing, digunakan kurs yang ditetapkan pemerintah dalam bidang
perpajakan.
3. Selisih kurs yang timbul dalam transaksi mata uang asing diakui sebagi laba rugi
periode berjalan.
4. Selisih kurs dapat diperlakukan sebagai penambah nilai aktiva jika memenuhi
persyaratan komulatif sebagai berikut :
a. Terjadi devaluasi atau depresiasi yang luar biasa.
b. Tidak tersedia fasilitas hedging kewajiban dalam mata uang aSiAg yaJlg timbul
dari perolehan aktiva tersebut.
c. Nilai aktiva tercatat setelah penyesuaian tidak melebihi jumlah terendah antara
biaya pengganti (replacement cost) dan jumlah yang dapat diperoleh kembali
(amount recoveraiJIe) dari penjualan atau penggunaan aktiva tersebut.
5. Selisih kurs tunai (spot rate) dan kurs masa depan (forward rate) yang terjadi dalam
transaksi valuta berjangka diakui sebagai diskonto atau premi pad a saat terjadi
transaksi sebesar selisih antara kurs saat transaksi dengan yang ditetapkan untuk
masa depan.
9.4 Pen y a j ian
1. Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing disajikan dalam mata
uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca yaitu kurs beli untuk pas
aktiva dan kurs jual untuk pas kewajiban. Selisih kurs yang terjadi diakui sebagai
laba rugi periade berjalan.
2. Pos non moneter disajikan dalam neraca dengan menggunakan kurs tanggal
transaksi.
56
3. Diskonto atau premi yang terjadi karena transaksi valuta berjangka dilakukan
amortisasi.
9.5 Pengungkapan
1. Ijal-hal yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan meliputi :
a. Jumlah beda kurs yang diperhitungkan dalam laba neto atau kerugian untuk
periode tersebul ;
b. Beda kurs netlo yang diklasifikasikan dalam kelompok ekuitas sebagai suatu
unsur terpisah, dan rekonsiliasi bed a kurs tersebut pada awal dan -akhir periode;
c. Jumlah bed a kurs yang timbul selama periode, yang termasuk dalam nilai
tercatat suatu aktiva sesuai dengan perlakuan alternatif yang diijinkan ;
d. Pemilihan alternatif pembebanan beda kurs terhadap nilai tercatat aktiva tetap
karena devaluasi.
e. Kebijakan manajemen risiko mata uang asing.
57
BAB X
KONTINJENSI DAN PERISTIWA SETELAH
TANGGALNERACA
10.1 Pengertian
1. Kontinjensi adalah kemungkinan akan terjadi suatu peristiwa di masa yang akan
datang yang dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian bagi perusahaan.
Misalnya pengambilalihan asset, kemungkinan kerugian karena diperkirakan
adanya akuisisi, proses tuntutan hukum lewat pengadilan, garansi atas kerusakan
prod uk, dan kemungkinan terjadinya pembayaran bunga pesanan indent yang tidak
dapat dipenuhi.
2. Peristiwa setelah tanggal neraca dimaksudkan sebagai peristiwa yang terjadi antara
tang gal neraca dan tang gal penerbitan laporan keuangan yang menimbulkan
keuntungan atau kerugian bagi badan usaha koperasi.
3. Peristiwa setelah tanggal neraca dapat dibedakan dalal1l 2 (dua) tipe :
a. Peristiwa yang memberikan bukti lanjutan dari kondisi yang telah ada pada
tanggal neraca ;
b. Peristiwa yang merupakan kondisi yang terjadi setelah tanggal neraca.
10.2 Pengakuan danPengukuran
1. Kontinjensi yang kemungkinan besar akan mengakibatkan kerugian bagi badan
usaha koperasi, diakui pada saat penyusunan laporan keuangan tahunan sebesar
kerugian yang diestimasikan berdasarkan informasi yang tersedia.
2. Kerugian kontinjensi yang diestil1lasi harus memperhitungkan kel1lungkinan adanya
tuntutan balik yang dapat l1lenguntungkan perusahaan.
3. Laba kontinjensi yang kemungkinan besar terjadi tidak diakui sebagai bag ian dari
laba tetapi hanya dilakukan pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan.
4. Penyesuaian (adjustment) terhadap aktiva dan kewajiban dilakukan apabila
diperoleh bukti dari lanjutan dari kondisi yang telah ada pada tanggal neraca.
10.3 Penyajian dan Pengungkapan
1. Kontinjensi disajikan dalam neraca sebagai bag ian dari Kewajiban Lainnya.
2. Hal-hal yang harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan meliputi :
a. Jenis kontinjensi, faktor yang mempengaruhi ketidakpastiannya, dan estimasi
dampak keuangannya ;
b. Jenis peristiwa yang menunjukkan kondisi yang terjadi setelah tanggal neraca
dan estimasi dampak keuangannya.
59
11.1 Pengertian
BAB XI
TRANSAKSI LUAR BIASA
Tl;ansaksi luar biasa adalah transaksi yang kejadiannya tidak dapat diduga sebelumnya
dan tidak terjadi secara berulang, dan bukan merupakan kegiatan normal perusahaan
yang mengakibatkan keuntungan atau kerugian.
11.2 Pengakuan dan Pengukuran
1. Keuntungan luar biasa diakui pada saat diterimanya informasi mengenai kepastian
keuntungan luar biasa sebesar jumlah keuntungan yang diperoleh.
2. Kerugian luar biasa diakui pada saat diperolehnya informasi mengenai kepastian
kerugian luar biasa sebesar jumlah kerugian yang teljadi. Apabila jU:lllah kerugian
tidak dapat diketahui secara pasti, maka ditentukan dengan taksiran.
11.3 Penyajian dan Pengungkapan
1. Keuntungan dan kerugian luar biasa disajikan dalam laporan sisa hasil usaha secara
terpisah setelah penyajian pendapatan dan beban usaha dan nonusaha.
2. Keuntungan dan kerugian luar biasa harus diungkapkan dalam catatan atas laporan .
keuangan, baik mengenai jumlah maupun jenis transaksinya.
60
BAB XII
PERPAJAKAN
12.1 Pajak Penghasilan (PPh) Badan
1. ,PPh Badan adalah pajak yang dikenakan terhadap setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh perusahaan baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah
kekayaan perusahaan.
2. Pad a prinsipnya penghitungan hutang PPh Badan didasarkan pada perhitungan
hasil usaha perusahaan sesuai dengan ketentuan perpajakan.
3. Untuk keperluan penghitungan beban penyusutan dan amortisasi dalam rangka
menghitung hutang PPh Badan, sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku,
aktiva digolongkan menurut umur ekonomisnya sebagai berikut :
a. Golongan I, adalah aktiva yang mempunyai umur ekonomis 4 tahun.
b. Golongan II, adalah aktiva yang mempunyai umur ekonomis 8 tahun.
c. Golongan III, adalah aktiva yang mempunyai umur ekonomis 16 tahun.
d. Golongan bangunan, adalah aktiva yang mempunyai umur ekonomis 20tahun.
4. Penghitungan PPh Badan dalam laporan sisa hasil usaha berdasarkan laba
akuntansi.
5. Selisih antara jumlah PPh Badan menu rut laba akuntansi dngan hutang PPh Badan
menurut fiskal yang disebabkan oleh perbedaan waktu (timing differences), dicatat
dengan metode pajak ditangguhkan dan diperlakukan sebagai PPh Badan yang
ditangguhkan.
6. Bagian PPh Badan yang dipungut oleh pihak lain (PPh pasal 22, 23 dan 24) dan
yang disetor sendiri secara bulanan (PPh pasal 25), diakui pada saat dipungut atau
disetor dan perlakukan sebagai Pajak Dibayar Dimuka.
61
7. Bagian PPh badan yang be[um disetor disajikan da[am ke[ompok kewajiban pajak.
8. Ha[-ha[ yang per[u diungkapkan da[am catatan atas [aporan keuangan me[iputi:
a. Rincian PPh Badan yang ditangguhkan. dan
b. Rekonsiliasi taksiran PPh Badan dan PPh Badan aktua[ (hutang PPh Badan).
12.2 >. Pajak Penghasilan (PPh) Perorangan
1. PPh Perorangan ada[ah pajak yang dikenakan terhadap setiap penamb8han
kemampuan ekonomis (yang menjadi obyek PPh) yang dipero[eh Wajib Pajak. baik
yang berasa[ dari Indonesia maupun dari [uar Indonesia. yang dapat dipakai atau
Illenaillbah kekayaan w8jib P8j8k yana hp.rsanakutsn; misa[nya PPh atos
penghasilan pegawai alau [IU/IUI.
2. Pungutan PPh atas penghasi[an pegawai atau pihak lain o[eh perusahaan diakui
pad a saat dan sebesar kas yang diterima dan diper[akukan sebagai bagian dari
kewajiban pajak.
3. PPh yang dipungut dari pegawai atau pihak lain disajikan da[am ke[ompok kewajiban
pajak.
12.3 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (pPn BM)
1. PPN ada[ah pajak yang dikenakan terhadap penyerahan barang dan atau jasa kena
pajak. dan impor barang kena pajak.
2. PPN terdiri dari :
a. PPN Masukan ada[ah pajak yang disetor dan dipungut o[eh perusahaan
sehubungan dengan pengadaan atau pembe[ian barang dan atau jasa kena
pajak baik dari da[am negeri maupun dari impor.
b. PPN Ke[uaran ada[ah pajak yang dipungut perusahaan sehubungan dengan
penyerahan barang maupun jasa [ainnya.
62
3. PPN Masukan diakui sebagai kewajiban pajak pada saat dilakukan pembayaran
barang dan atau jasa kena pajak sebesar jumlah PPN yang dipungut atas
pembayaran tersebut.
4. PPN Masukan yang tidak dapat dikreditkan (non-refundable), diperlakukan sebagai
Beban Pajak atau penambahan harga perolehan aktiva.
5. PPN Masukan yang dapat dikreditkan (refundable) sepanjang diizinkan oleh
Pemerintah diperlakukan sebagai pajak dibayar di muka dan akan diperhitungkan
dengan PPN Keluaran.
6. Terhadap PPN Masukan impor barang yang ditanggung pemerintah !idak dilakukan
pencatatatan akuntansi, kecuali ditetapkan lain oleh pemerintah.
7. PPN Keluaran diakui sebagai kewajiban pajak pada saa! kas diterima.
8. PPn BM adalah pajak yang dikenakan atas pembelianl konsumsi barang yang
menurut peraturan perpajakan dikategorikan sebagai barang mewah.
9. PPn BM diperlakukan sebagai penambahan harga perolehan barang. Apabila
perusahaan sebagai pemungut maka PPn BM diakui sebagai kewajiban pajak pada
saat dipungut.
10. Pajak pertambahan nilai yang dipungut disajikan secara tersendiri dalam kelompok
kewajiban pajak.
12.4 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
1. Pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah pajak yang dikenakan terhadap tanah dan
bangunan.
2. PBB diperlakukan sebagai beban pajak pada saa! periode berjalan sebesar jumlah
yang ditetapkan oleh fiskus pad a saat diterima surat pemberitahuan pajak terhutang.
63
DAFTAR PUSTAKA
1. Adisaputra, Gunawan dan Marwan, Asri, Anggaran Perusahaan, Yogyakarta, BPFE UGM,1981.
2. 'Eldin S. Hendriksen, Accounting Theory, Richard D Irwin, Inc 4'" edition, 1982.
3. Fred Weston, James and F. Bringham, Manajement Keuangan, terjemahan, Jakarta, Erlangga, 1987.
4. IAI, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta, Sale mba Empat, 1994.
5. Matz and Usry, Cost Accounting Planning and Control, Ohio, South Western Publishing.Co, 1987
6. Munawir. S, Drs, Akt, Analisa Laporan Keuangan, Yogyakarta, Liberty, 1986
7. Rilus A. Kinseng, Membangun Koperasi Yang Tangguh, Kompas 12 Juli 1995.
8. Smith, James and Skousen, Intermediate Accounting, Ohio, South Western Publishing Co, 8'" edition, 1984
9. Thomas L Wheelen and J David Hunger, Strategic Management and Business Policy, Canada, Wesley Publishing Companay, 2nd edition, 1986.
10. Philip E. Fess and Carl S. Warren, Accounting Principles, 17th ed 1993.
11. Weygandt, Donald E Kieso and Walter G. Kell, Accounting Principles, 4'" ed, 1996.
65