9adc1adc256d4834ba0e823db3122431bab6outlookkondisi ... · web viewbab vi outlook kondisi ekonomi...

18
Triwulan I 2009 BAB VI OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI A. PERTUMBUHAN EKONOMI Dampak krisis ekonomi dunia diperkirakan akan terasa semakin mendalam pada satu hingga dua triwulan kedepan. Perekonomian Banten pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 4,6%, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan ini. Perkiraan tersebut didasarkan pada beberapa indikator yang menunjukkan bahwa 98

Upload: others

Post on 22-Jan-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Triwulan I 2009

BAB VI OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI A. PERTUMBUHAN EKONOMIDampak krisis ekonomi dunia diperkirakan akan terasa semakin mendalam pada satu hingga dua triwulan kedepan. Perekonomian Banten pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 4,6%, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan ini. Perkiraan tersebut didasarkan pada beberapa indikator yang menunjukkan

98

Triwulan I 2009

bahwa konsumsi dan ekspor masih akan menghadapi perlambatan pada beberapa triwulan kedepan. Meskipun demikian, kegiatan investasi diperkirakan akan sedikit meningkat pada saat menjelang lahirnya pemerintah baru serta rencana percepatan proyek investasi pemerintah. Sementara itu, sektor industri di Banten sudah akan menghadapi kemerosotan permintaan khususnya permintaan dari luar negeri.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 diperkirakan akan berada pada kisaran 4,4%, atau di bawah pertumbuhan tahun 2008 sebesar 5,7%. Perlambatan tersebut terutama dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekspor dan impor yang hingga akhir tahun ini diperkirakan belum membaik seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang belum mengalami perubahan yang signifikan. Perkembangan konsumsi hingga akhir tahun masih melambat karena daya beli masyarakat yang mulai melemah terkait dengan banyaknya PHK atau merumahkan sebagian karyawan.

Jika tidak terjadi perubahan iklim usaha secara signifikan atau dikeluarkannya kebijakan stimulus fiskal yang dapat mendorong pemberdayaan sektor riil, diperkirakan kondisi perekonomian Banten hingga akhir tahun 2009 tidak lebih baik dibandingkan tahun 2008. Demikian pula dengan kondisi ekonomi dunia belum banyak berubah, diperkirakan permintaan komoditi ekspor industri yang berasal dari Banten belum akan kembali. Jika tidak terjadi terobosan ekspor seperti mencari komoditi baru atau pasar baru, maka diperkirakan kondisi ekspor hingga akhir tahun 2009 tidak lebih baik dibandingkan dengan tahun 2008.

Pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan II 2009 yang masih mengandalkan pada komponen konsumsi menyebabkan terjadinya perlambatan karena konsumsi luar negeri dan lokal cenderung mulai menurun meskipun masih berada pada level yang lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya di Indonesia. Kondisi ini setidaknya akan terus berlanjut hingga triwulan akhir 2009. Diharapkan akan terjadi perubahan cepat ke arah yang positif melalui kebijakan-kebijkan pemerintah untuk meningkatkan dan mempertahankan daya beli masyarakat. Meskipun melambat, pertumbuhan konsumsi sedikit tertolong dengan adanya rangkaian acara Pemilu yang dimulai pada awal triwulan II dan realisasi belanja daerah.

Tabel 6.1 Pertumbuhan ekonomi dan proyeksi pertumbuhan ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Banten

99

Triwulan I 2009

2008 2009I II III IV Total I II Total

Konsumsi 6.72 6.62 6.65 5.70 6.42 5.60 5.20 5.08 Investasi 5.07 4.87 4.77 3.50 4.55 3.40 3.60 3.60 Ekspor 7.90 8.00 6.80 5.75 7.11 5.00 4.50 4.20 Impor 8.45 7.90 6.00 5.80 7.04 5.60 5.00 4.84

P D R B 6.04 5.88 5.81 5.19 5.73 4.90 4.58 4.42

2008 2009

1. Sisi permintaan

100

Triwulan I 2009

Konsumsi pada triwulan II 2009 diperkirakan sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (5,6%) dengan laju pertumbuhan sebesar 5,2% (y-o-y). Perlambatan pertumbuhan konsumsi dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti prompt, hasil survei, dan informasi anekdotal yang menunjukkan bahwa trend pertumbuhan konsumsi diperkirakan melambat. Hasil survei yang menunjukkan bahwa pertumbuhan konsumsi sudah mulai menurun antara lain adalah indeks ekspektasi konsumen. Indeks ekspektasi konsumen menunjukkan bahwa konsumsi pada triwulan II 2009 mengalami penurunan. Penurunan terjadi terutama disebabkan oleh perlambatan pada indeks penghasilan.

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6

2007 2008 2009

Indeks Ekspektasi Konsumen

Indeks Ekspektasi Konsumen

Indeks

Grafik 6.1 Indeks Ekspektasi Konsumen

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6

2008 2009

Indeks Indeks Ekspektasi Penghasilan

Grafik 6.2 Indeks Ekspektasi Penghasilan

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2008 2009

Indeks Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi

Grafik 6.3 Indeks Ekspektasi Kondisi Perekonomian

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I

2006 2007 2008 2009

SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

Realisasi Ekspektasi

Grafik 6.4 Realisasi dan Ekspektasi Kegiatan Usaha

Investasi pada triwulan II 2009 diperkirakan sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (3,4%), dengan laju pertumbuhan 3,6%. Peningkatan ini diindikasikan oleh ekspektasi dunia usaha terhadap perekonomian yang masih membaik sebagaimana tercermin dalam indeks ekspektasi kondisi perekonomian. Sementara itu ekspektasi kegiatan usaha yang dihasilkan dari survei kegiatan dunia usaha (SKDU) menunjukkan arah positif meskipun sempat menurun di akhir tahun 2008. Di tengah lesunya perekonomian dunia, dunia usaha di Banten masih bergerak dengan berjalannya penyelesaian proyek pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah di wilayah Banten. Sektor tertentu dan strategis, seperti sub sektor pertambangan dan migas masih menjadi incaran investor asing termasuk di wilayah Banten.

Kajian Ekonomi Regional Banten

101

Triwulan I 2009

Sebaliknya, dunia usaha lokal (terutama di sektor properti) baru akan melakukan ekspansi pada triwulan III apabila kondisi sudah cukup kondusif.

Proyek pemerintah yang bersifat multiyears berupa proyek prasarana masih tetap berjalan bahkan progressnya dipercepat, antara lain proyek jalan tol lingkar selatan dan pembangunan pembangkit tenaga listrik di Labuan yang diperkirakan akan selesai pada tahun 2009. Kabupaten Tangerang yang baru kehilangan sebagian wilayahnya menjadi kota Tangerang Selatan, akan menjadikan kota Pagedangan sebagai pusat

102

Triwulan I 2009

pendidikan. Sebagai realisasinya, pada tahun ini akan dibangun fasilitas dan infrastruktur penunjang. Selain itu, proyek yang menunjang di Tangerang adalah dibangunnya Sport Center dan Jalan Tol Serpong Balaraja.

Beberapa prospek investasi yang bersifat multiyears dan yang menjadi andalan bagi pemerintah daerah karena memiliki prospek cerah adalah sebagai berikut :

1. Pelabuhan Internasional Bojonegara2. Energi panas bumi di gunung karang3. Jalan Tol Cilegon – Bojonegara4. Jalan Tol Serpong – Balaraja 5. Jembatan Tetap penghubung Jawa – Sumatera6. Pelabuhan Penyeberangan Lintas Margagiri – Ketapang7. Kilang Minak Bojonegara8. Storage BBM Bojonegara9. Water Supply Waduk Karian.

Ada beberapa pengembang yang masih optimis dan melanjutkan proyek yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya. Proyek yang terkait dengan investasi bangunan tersebut antara lain adalah berlanjutnya pembangunan properti Komplek Alam Sutera, Green Office BSD City dan Serpong Town Square di Serpong serta Bellanova Country Mall di Tangerang. Sementara itu peningkatan investasi dalam bentuk mesin dan peralatannya relatif masih terbatas yang antara lain disebabkan oleh masih belum optimalnya pertumbuhan pasar domestik dan luar negeri. Kenaikan permintaan oleh sebagian besar industri masih direspon melalui peningkatan penggunaan kapasitas.

Ekspor pada triwulan I 2009 diperkirakan tetap tumbuh, walaupun dengan laju pertumbuhan yang melambat yaitu dari 5,0 menjadi 4,5%. Perlambatan pertumbuhan ekspor Banten dipengaruhi oleh permintaan dunia yang menurun serta pasar dalam negeri yang walaupun meningkat tetapi tumbuh lambat. Dari hasil survei liaison diperoleh informasi bahwa beberapa perusahaan di bidang industri berat tidak lagi memperoleh pesanan dari luar negeri setelah bulan Juni 2009.

Sementara itu, impor di triwulan I 2009 diperkirakan tumbuh sedikit melambat dengan laju pertumbuhan dari 5,60% menjadi 5.0%. Faktor yang mempengaruhi perlambatan impor, baik impor yang berasal dari propinsi lain (domestik) maupun impor dalam rangka perdagangan internasional terutama adalah kondisi perekonomian nasional yang masih tumbuh melambat.

2. Sisi Penawaran

Kajian Ekonomi Regional Banten

103

Triwulan I 2009

Respon di sisi sektoral terhadap perkembangan di sisi permintaan tercermin pada perkembangan beberapa sektor ekonomi utama. Sektor-sektor ekonomi utama yang tumbuh relatif tinggi antara lain adalah sektor perdagangan; sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan; sektor transportasi dan komunikasi; dan sektor bangunan. Sedangkan sektor pertanian dan industri diperkirakan tumbuh relatif rendah.

Tabel 6.2 Pertumbuhan ekonomi dan proyeksi pertumbuhan ekonomi

104

Triwulan I 2009

2008 2009I II III IV Total I II Total

1. PERTANIAN 5.62 2.61 3.37 1.39 3.25 2.71 2.50 4.92 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 13.08 7.63 12.39 7.50 10.06 7.93 8.90 10.14 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 2.49 2.27 2.28 2.21 2.31 1.65 1.40 1.65 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 3.12 4.57 3.18 7.36 4.57 5.46 3.50 5.94 5. B A N G U N A N 10.63 14.97 7.74 0.33 7.92 5.42 7.30 9.02 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 13.60 11.96 9.47 9.11 10.95 7.85 8.00 7.26 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 6.07 6.63 9.46 7.08 7.34 8.09 9.00 6.18 8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 13.57 17.03 17.25 17.72 16.45 16.97 14.50 13.81 9. JASA-JASA 7.78 10.97 16.91 13.09 12.35 13.56 8.20 8.76

PDRB 6.04 5.88 5.81 5.19 5.73 4.90 4.58 4.42

Sektor2008 2009

Sektor Pertanian Sektor Pertanian pada triwulan I 2009 diperkirakan akan tumbuh sebesar 2,50%. Perkiraan pertumbuhan di sektor pertanian masih didukung oleh sub sektor tanaman pangan khususnya padi, dimana ada beberapa lokasi yang sudah menanam pada triwulan I 2009 dan akan panen pada akhir triwulan II 2009. Dari sasaran produksi padi seluruh Banten pada akhir tahun 2009 diperkirakan pada angka 5%. Selain itu, dikhawatirkan pada tahun 2009 ini akan terjadi musim kemarau yang agak panjang dari biasanya karena musim hujan pada awal tahun 2009 diperkirakan telah berkurang di awal Maret 2009, sehingga pertumbuhan di sub sektor padi yang merupakan sub sektor dominan di sektor pertanian tersebut akan sulit mencapai angka 5%.

Sektor IndustriSektor industri diperkirakan akan mengalami perlambatan. Diperkiraan laju pertumbuhannya pada triwulan II 2009 hanya sebesar 1,4%. Penurunan ini nampaknya akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2009. Sub sektor yang akan mengalami penurunan produksi khususnya terjadi pada industri kimia, tekstil, besi dan baja, mesin dan peralatan dan industri alas kaki. Dari data resmi yang telah dikeluarkan Disnaker Pemda Propinsi Banten, akan ada setidaknya sekitar 13.800 karyawan yang di PHK terutama berasal dari perusahaan industri dan kemungkinannya akan bertambah karena ada juga yang tidak melaporkan ke Disnaker. Penyebab penurunan pertumbuhan adalah meningkatnya biaya dan disisi lain permitaan lokal dan permintaan luar negeri menurun. Pasar domestik juga terdistorsi karena konsumsi lokal 78% dipenuhi oleh garmen impor termasuk impor ilegal. Begitu pula indikasi adanya impor ilegal produk baja dan turunannya karena sulitnya ke pasar negara maju yang terkena krisis.

Sementara itu, sedikitnya 420 industri dari 1200 industri di Tangerang terancam gulung tikar akibat kenaikan harga BBM. Sebagian besar adalah industri padat karya seperti tekstil, garmen dan sepatu. Ke 420 industri tersebut memiliki 15.000 karyawan. Selain itu, sudah ada pula perumahan karyawan di

Kajian Ekonomi Regional Banten

105

Triwulan I 2009

industri kimia dan besi baja termasuk pula di perusahaan sepatu.

Sektor BangunanSektor Bangunan diperkirakan tumbuh sebesar 7,3%, sedikit meningkat dengan tetap masih tingginya properti di kelas tertentu dan pembangunan proyek-proyek oleh pemerintah yang akan sudah diakselerasi sejak awal tahun. Hal tersebut didukung Pemda Banten yang memperoleh Daftar Isian Proyek dengan total relatif tinggi pada tahun 2009 yaitu mencapai Rp 10,3 triliun. Masih tingginya pertumbuhan di

106

Triwulan I 2009

sektor tersebut seiring dengan pertumbuhan yang terjadi di sub sektor perumahan, properti komersial dan infrastruktur termasuk beberapa pembangunan beberapa mega proyek. Beberapa proyek infrastruktur yang akan dibangun antara lain pembangunan tanggul dan bendungan di Pandeglang, yaitu di sepanjang sungai Ciliman dan Cilemer, pembangunan dermaga penyeberangan Margagiri senilai Rp 20 miliar yang diperkirakan selesai tahun 2008. Pembangunan dermaga ini diperkirakan akan mengurangi kepadatan dermaga Merak yang selama ini merupakan satu-satunya dermaga yang melayani penyeberangan pulau Jawa ke Sumatera.

Perbaikan infrastruktur yang bersifat rehabilitasi pada tahun 2008, terutama akan dilakukan perbaikan terhadap jalan-jalan yang rusak akibat banjir di seluruh Kabupaten/Kota di Banten. Di Serang sebanyak 11 ruas jalan akan diperbaiki yang meliputi Jl Serdang – Waringinkurung, Jl Ciruas – Ranjeng, Ciwuru Raya, Melati – Penacangan, Perum Korem Ciracas, Jl Makmur Jaya, Jl Masuk Permata, Jl Ki Fathoni Pegantongan, Jl Empat Lima dan Jalan Tb Ma’mun. Kerusakan jalan tol Bandara yang rusak akibat banjir Februari 2008 menyebabkan adanya investasi di bidang infrastruktur berupa perbaikan dan pelebaran Jalur Tol Sediatmo sepanjang 12 km dari Pluit menuju Kamal dengan nilai investasi Rp 260 miliar. Proyek tersebut dimulai Maret 2008 dan diperkirakan akan selesai selama 12 bulan.

Perkiraan pertumbuhan sektor bangunan, juga diwarnai oleh pertumbuhan yang pesat pada bidang perumahan. BTN cabang Cilegon Serang mencatat bahwa tahun 2009 diperkirakan tidak kurang dari 6.874 unit rumah akan dibangun di Banten, tidak termasuk perumahan di Kabupaten Tangerang. Hal tersebut dibuktikan dengan hadirnya 13 perumahan baru di Serang dan Cilegon.

Sektor Perdagangan Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran pada triwulan II-2009 diperkirakan meningkat (8,0%) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (7,8%). Sementara itu, pertumbuhan terjadi baik di sub sektor perdagangan besar maupun perdagangan kecil. Indikasi peningkatan antara lain adalah terjadinya peningkatan arus barang di pelabuhan. Sebagai informasi, arus bongkat muat yang terus meningkat di Pelabuhan Tanjung Priok tidak dapat ditampung oleh dua pelabuhan di Banten yaitu pelabuhan Mas Indah Kiat dan Pelabuhan PT Pelindo II Ciwandan. Saat ini perbandingan volume barang yang diekspor atau diimpor melalui pelabuhan di Banten dan Jakarta adalah 40:60, sedangkan berdasarkan nilai mencapai rasio 20:80. Untuk mengantisipasi kebutuhan bongkar muat kapal yang terus meningkat, telah dilakukan perluasan

Kajian Ekonomi Regional Banten

107

Triwulan I 2009

Pelabuhan Pelindo II di Ciwandan seluas 6 Ha. Sementara itu di Cilegon juga tengah dibangun Pelabuhan Kubangsari seluas 66 Ha yang diharapkan dapat melayani arus bongkar muat kapal yang tidak terserap di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Selain itu, perlu dilakukan perubahan administrasi yang bertaraf internasional untuk pelabuhan di Banten tersebut.

Sektor Listrik Sektor listrik diperkirakan tumbuh sebesar 5,04%, melambat dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya. Pada triwulan I 2009 telah dibangun gardu induk

108

Triwulan I 2009

di Balaraja untuk menyesuaikan pasokan listrik dari PLTU Labuan ke Tangerang dan Serang. Namun proses aliran listrik tersebut mengalami gangguan karena travo seberat 250 ton yang akan dipasang di Gardu Induk Ekstra Tegangan Tinggi Balaraja masih tertahan di Merak karena adanya gangguan teknis. Menurut perkiraan, jika masalah ini tidak segera diatasi maka pasokan listrik ke Tangerang dan Serang Timur sejak bulan Mei akan terganggu

Saat ini, proyek PLN Labuhan senilai Rp 4 triliun telah selesai 70% dan sudah memasuki pekerjaan tahap kedua yakni pembuatan boiler (pemanas cairan). PLTU yang berkekuatan 2x300 megawatt (MW) tersebut akan menyuplai aliran listrik ke daerah Jawa-Bali. PLTU yang direncanakan akan dibangun adalah PLTU Suralaya Baru dengan kapasitas 1 X 600 MW, dan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Suralaya unit VIII dengan kapasitas 630 MW yang tengah dibangun di Merak. Pembangunan PLTU di Banten tersebut merupakan bagian dari program Pemerintah untuk menambah pembangkit dengan kapasitas 10.000 MW.

Sektor PengangkutanSektor Pengangkutan diperkirakan tumbuh sedikit meningkat (9,0%) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (8,1%). Pertumbuhan di sub sektor transportasi dipastikan masih positif, antara lain dipengaruhi oleh pertumbuhan angkutan udara yang meningkat sejalan dengan adanya tambahan route penerbangan dari Jakarta dan tambahan jumlah armada oleh beberapa perusahaan penerbangan. Sektor angkutan laut meningkat dengan adanya tambahan 2 armada kapal RoRo yang melayani angkutan penyeberangan Merak-Bakaheuni. Jumlah kapal tersebut masih perlu ditambah mengingat dari 25 kapal yang ada, 5 diantaranya operasionalnya relatif minim karena sudah tua dan sering rusak. Sementara itu transportasi kereta api meningkat sejalan dengan adanya tambahan trayek baru KA Banten Ekspress.

Arus transportasi barang dan manusia juga semakin lancar dengan sudah dapat digunakannya jalan lingkar selatan (JLS) sepanjang 31 km senilai Rp 81 miliar dari Serpong menuju ibukota kabupaten Tangerang di Tigaraksa. Saat ini pemerintah sedang mengupayakan pembangunan KA Bandara dan jalur ganda Serpong – Rangkasbitung. Dalam jangka panjang, pemerintah pusat akan menghidupkan kembali jalur KA sepanjang 132 km dari Jakarta menuju pelabuhan Bojonegara. Jalur yang akan dioperasikan lagi meliputi jalur Rangkasbitung-Pandegelang-Labuhan sepanjang 56 km dan Rangkasbitung-Anyer sepanjang 76 km.

Kajian Ekonomi Regional Banten

109

Triwulan I 2009

Sementara itu, ditargetkan pada awal Agustus 2008  surat izin trace (bodi) jalan tol Kunciran-Bandara Soekarno-Hatta (BSH) sudah bisa dikeluarkan. Nantinya, jalan tol sepanjang lebih dari 26 kilometer itu akan melewati Perumahan Alam Sutera, Kunciran, Duta Bintaro, Perumahan Banjar Wijaya lalu tembus ke Batuceper hingga BSH. Proyek ini akan dikerjakan oleh perusahaan patungan antara PT Jasa Marga dan sebuah perusahaan asal Malaysia.

B. INFLASI 110

Triwulan I 2009

Inflasi regional Banten (q-t-q) pada triwulan II-2009 diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan angka inflasi diperkirakan mencapai 3,6% (q-t-q) dan secara tahunan 7,5%(y-o-y). Dengan adanya kemungkinan penurunan BI rate dan kondisi daya beli masyarakat yang mulai menurun diperkirakan tekanan inflasi akan cenderung menurun meskipun masih ada tekanan inflasi di kelompok bahan makanan dan makanan jadi. Selain itu, ekspektasi konsumen terhadap harga-harga untuk 3 dan 6 bulan ke depan terlihat menurun. Diperkirakan inflasi pada akhir tahun 2009 akan pada kisaran 6,5%±1%.

Tabel 6.3. Proyeksi Inflasi Banten Tahun 2009

Ekspektasi penurunan inflasi tersebut sejalan dengan peningkatan daya beli yang terjadi di Banten. Peningkatan daya beli tersebut tercermin antara lain dengan menurunnya jumlah penduduk miskin pada sebagian wilayah Banten. Di Cilegon, jumlah penduduk miskin yang tercatat sebagai penerima Bantuan Langsung Tunai menurun dari 20.902 tahun 2008 menjadi 20.831 tahun 2009.

Kajian Ekonomi Regional Banten

111