walhi environmental outlook 2016
DESCRIPTION
A snapshot of Indonesian environmental condition in 2015 and what it would look like in the coming year.TRANSCRIPT
Ekseku&f Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
WALHI
Pengantar
• Tahun 2015, tahun penagihan janji-janji perubahan
• Mengurai situasi lingkungan hidup sepanjang 2015
• 2015: Satu tahun pemerintahan Jokowi • Isu sentral 2015: Kebakaran hutan, kejahatan
korporasi dan ujian penegakan hukum • Janji membangun dari pinggiran masih
menempuh jalan panjang
Agenda dan Kebijakan Global 2015
• Agenda Sustainable Development Goals (SDG) – Kemiskinan dan ketimpangan menjadi keprihatinan
global – Pertumbuhan ekonomi bagi negara berkembang vs
krisis lingkungan hidup – SDGs memuat 17 Tujuan dan 169 target untuk
periode 15 tahun 2015-2030 – Agenda lingkungan hidup SDG: pola konsumsi dan
produksi, konservasi sumber air minum, perubahan iklim, konservasi ekosistem dan konservasi sumberdaya laut
• Agenda COP 21 UNFCCC Paris – Paris Agreement, kenaikan temperatur global
maksimal 2 derajat Celsius, kewajiban tiap negara membatasi kenaikan temperatur maksimal 1,5 derajat Celsius
– Kritik WALHI dan FoE Internasional thdp Paris Agreement: penurunan emisi drastis negara maju, kompensasi atas kerusakan, dukungan finansial bagi negara rentan, legally binding untuk kewajiban pelaporan pendanaan negara maju, mekanisme pasar merajalela
Kebijakan Nasional dan Implikasinya
• Pelemahan KPK dan kaitannya dengan korupsi dan mafia sumberdaya alam
• Data ICW, total kerugian negara akibat korupsi di sektor SDA mencapai Rp.616,3 Triliun
• Paket kebijakan ekonomi: kemudahan perizinan investasi vs pelemahan proses perizinan terkait lingkungan hidup dan SDA
• Pilkada serentak di tengah kabut asap: perlu mengkritisi pengeluaran izin2
Lembaga Kerugian (Triliun) Penyebab
Koalisi Anti Mafia Kehutanan (2014)
201 Tujuh kasus dugaan korupsi di sektor kehutanan, perkebunan dan pertambangan
Koalisi Anti Mafia Kehutanan (2013)
1,92 Lima kasus dugaan korupsi: 1 dugaan suap penerbitan izin pertambangan, 3 dugaan korupsi pada sektor perkebunan dan 1 dugaan korupsi pada sektor kehutanan.
Kementrian Kehutanan (2011)
273 Pembukaan 727 unit perkebunan dan 1722 unit pertambangan yang dinilai bermasalah di 7 Provinsi di Indonesia
Kementrian Kehutanan (2003)
7,2 Praktik illegal logging, penyelundupan kayu dan peredaran kayu illegal di Papua, Kaltim, Kalbar, Kalteng, Sulteng, Riau, NAD, Sumut, dan Jambi
Komisi Pemberantasan Korupsi (2010)
15,9 Tidak segera ditertibkannya penambangan tanpa izin pinjam pakai di dalam kawasan hutan di 4 provinsi di Kalbar, Kalteng, Kalsel dan Kaltim
Badan Pemeriksa Keuangan (2013)
0,1 Menambang dan eksplorasi sampai eksploitasi di kawasan hutan tanpa izin dan tidak ada izin pinjam pakai kawasan hutan.
Human Rights Watch (2013)
75,28 Kejahatan di sektor kehutanan
Human Rights Watch (2009)
20 Kejahatan di sektor kehutanan
Indonesia Corruption Watch (2009)
20 Potensi kerugian keuangan negara dari PNBP sektor kehutanan yang tidak disetor (Dana Reboisasi dan Provisi Sumber Daya Hutan) selama 2004-2007
Satuan Tugas Mafia Hukum
1,9 Akibat beroperasinya 14 perusahaan kehutanan yang dinilai bermasalah di Provinsi Riau
Total 616,3 !
• Perpanjangan moratorium: Inpres no 8/2015 masih memberikan banyak pintu untuk laju ekspansi praktik land banking korporasi, dengan adanya pengecualian untuk yang sudah memiliki izin prinsip.
• Analisa WALHI: Selama masa moratorium terjadi pelepasan kawasan hutan untuk pemenuhan permintaan wilayah administrasi daerah dalam bentuk Area Peruntukan Lain (APL) seluas 7,7 juta hektar di 20 Provinsi
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
1,800,000
Aceh Sumut Sumbar Riau Kepri Jambi Sumsel Babel Bengkulu Kalbar Kalteng Kalsel Kal&m Sulut Sulbar Sulteng Sultra Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
Pelepasan Kawasan Hutan Per Provinsi
Luas/Ha
Pelepasan Kawasan Hutan per Propinsi
0
100
200
300
400
500
600
700
Kalteng Kal&m Kalbar Kalsel Sulteng Riau Jambi Jabar
Perusahaan yang diduga merambah kawasan hutan
Perusahaan Perkebunan Perusahaan Tambang
Perambahan Kawasan Hutan oleh Korporasi per Propinsi
• Penghentian penebangan hutan alam sesungguhnya tidak terjadi, karena pemerintah menerbitkan perubahan kriteria kawasan hutan untuk HTI dari hutan kritis ke hutan alam,
• PP 06 tahun 2007 jo 03 tahun 2008 menjadi pintu perluasan penerbitan izin HTI di hutan alam.
• Selama masa moratorium penerbitan izin HTI dengan luas mencapai 1.131.165 Hektar terjadi dari tahun 2011 hingga 2013
Trend: Land banking berkedok Restorasi Ekosistem
IUPHHK-RE bisa menjadi praktik land banking berkedok Restorasi Ekosistem, dipakai para pelaku bisnis sumber daya alam untuk masuk bisnis carbon trade, dan green washing perkebunan kelapa sawit, dimana klaim restorasi ekosistem akan menutup mata konsumen negara tujuan ekspor CPO akan dampak buruk perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Kontradiksi dalam Upaya Penurunan Emisi GRK
• Target INDC menurunkan emisi karbon 29% pada kontradiktif dengan karbon yang dihasilkan dari pembakaran batubara, yang justru meningkat 2 kali lipat dari 201 juta tCO2 pada 2015 menjadi 383 juta tCO2 pada 2024.
• Pembajakan agenda kedaulatan energi menggunakan energi terbarukan yang hanya difokuskan pada agrofuel –dan lebih terutama lagi berasal dari sawit, yang dalam pengembangannya justru sumber emisi (deforestasi, pembakaran, dll)
Perlindungan Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil Masih Jauh dari Harapan
• Dibukanya penguasaan peisisir dan pulau kecil bagi korporasi melalui skema perizinan dalam UU 27/2007, yaitu Izin Lokasi dan Izin Pengelolaan, setelah dibatalkannya HP3 oleh MK, dihidupkan kembali oleh Fraksi di DPR.
• Program Kementerian Kelautan dan Perikanan tentang Blue and Helathy Ocean terancam gagal dengan maraknya penambangan di pulau-pulau kecil dan proyek-proyek reklamasi di berbagai wilayah di Indonesia
ProvinsiDIAceh,pesisirpantai .mur mendapatancaman kerusakankarena akibat ekspansiperkebunan sawit sertaj a l u r t r a n s p o r t a s ipengangkutan batubarauntuk kebutuhan PLTUy a n g s e m a k i nm e n u r u n k a n d a y adukung lingkungan danjuga pemabangunan-pembangunan dermagayang terus mengurangiekosistemmangrove;
Provinsi Sumatera Barat,Pulau Pagai Utara dan PulauP a g a i S e l a t a n k i n itereksploitasi oleh HPH PT.Minas Pagai Lumber, padahalpulautersebutberukurankecilyang seharusnya .dak layakuntuk HPH. Pulau Sipora jugatermasuk pulau kecil dans e b e n t a r l a g i a k a ntereksplo i tas i HPH yangsedangdalampengurusan izink a r e n a . d a k j e l a s n y aperencanaan zonasi wilayahperairandanpulau-pulaukecildiKab.KepulauanMentawai;
Prov ins i Sumatera Utara ,wilayah tangkap tradisionalmenjadi jalur pengangkutanbatubarauntukkebutuhanPLTUdi Kec. Pangkalansusu danpengerukan yang dilakukan jugatelahmencemariwilayah pesisirsejak September 2014 sehinggaak.vitas nelayan tradisionalmenjadi terganggu bahkanterjadinya penurunan jumlahhasil tangkapan serta ekspansikebun sawit illegal yang turutmempersulit kehidupan dimasyarakat pesisir. NelayanT a n j u n g B a l a i h a r u sberkompe.si dengan nelayan-nelayan illegal (asing) yangmenangkap secara bebas diperairan Indonesia dan secarateknologitakmamputersaingi;
P rov i n s i Kepu lauanB a n g k a B e l i t u n g ,nelayan-nelayan Kec.Mentok, Bangka Barath a r u s b e r h a d a p a nd e n g a n K a p a l I s a pP r o d u k s i ( t amban g.mah) untuk melindungiwilayah tangkapmereka.Hampa r an t e r umbukarang yang menjadisumber produksi ikankian tercemari denganpencemaran dari kapalisap tersebut sehinggan e l a y a n s e m a k i nm e n u r u n h a s i lt a n g k a p a n n y a d a nb a h k a n t e r a n c a mkehilanganprofesi;
ProvinsiDKI Jakarta, reklamasi Teluk Jakarta jugamelahirkanpersoalan bagi nelayan-nelayan di sekitar pantai utara yangsemakin mempersempit akses nelayan terhadap wilayah lautdansekitar16.000nelayanakansalingberebutanaksesuntukbertahanhidup.Pemukimannelayanakanmenjadikumuhjikakelak infrastruktur telah terbangundanmenjadi rentanuntukdisingkirkan.Reklamasipanturadenganrencana luas5.100haterdapat 17 daratan yang akan dibangun dan semakinmenghalangiaksesnelayan;
Provinsi Banten, sekitar 360 KK nelayan Desa Lontar,Serangharusberhadapandenganperusahaan tambangpasir laut yang beraki.vitas dan mencemari wilayahtangkap nelayan. Penurunan dras.s hasil tangkapannelayan, kini berpengaruh pada kehidupan sosialmereka dan secara ekonomi semakin kesulitan untukmencukupi biaya hidup. Reklamasi di Kota Tangerangjugamemberikanpersoalantersendiriyangrencananyaakanmenghasilkanlahanseluas7500hektar;
Provinsi Jawa Barat, pesisir utaraJawaBaratbentukancamannyadidominasi abrasi akibat sektorindustri dan juga reklamasi,termasuk pencemaran akibattumpahan batubara dan minyakyang kemudian mempengaruhis umbe r - sumbe r k eh i dupanmasyarakat pesisir. Sementara dipesisir selatan di dominasi olehak.vitas pertambangan pasir besid a n s emak i n mengganggukehidupan nelayan dan jugamasyarakat pesisir. Ekosistemmangrove yang menjadi sasaranterdampak dan paling rentankerusakannya, sedikitnya ada 14,8ribu hektar wilayah pesisir yangkiniberadadalamkondisikri.sdansekitar 36.000 jiwa masyarakatyang terdampak dari kerusakantersebut;
P r o v i n s i B a l i , r e n c a n aReklamasi Teluk Benoa olehPT. TWBI te lah menjadikeresahan komunitas nelayandisekitarnya. Sedikitnya adasekitar 15.000 jiwa yang akanm e n j a d i m a s y a r a k a tterdampak atas reklamasit e r s e bu t , d a r i r e n c an areklamasi 1.200 hektar yangkemudian terakomodir dalamPerpres No. 51 Tahun 2014adalah 700 hektar yangsebelumnya areal tersebutsebagaiarealperlindunganlautdengan ekosistem mangroveyangmasihtersisa;
Provinsi Nusa TenggaraBarat, sektor pariwisatajustru menjadi ancamanbaginelayan-nelayanlokalkarena sudah terkaplingo l e h r e n c a n apembangunan hotel danfasil itas lainnya yangkemudian mempersempitr u a n g d a n a k s e smasyarakat terhadapwilayah tangkap, bahkanpemukiman-pemukimanmasyarakat juga sudahterkapling. Investasi ITCDjuga masih bergejolakkarena pihak investormenguasai 1.250 hektarwilayahpesisir;
Provinsi Kalimantan Timur,wilayah pesisir Handil Barusepanjang4kilometer yangdi dominasi mangrove, kinis emak i n k r i . s k a renad a m p a k a k . v i t a spengeboran minyak BlokMahakam dan nelayan-nelayan semakin kesulitankarenaperaturanzonasiolehp e r u s a h a a n . S u n g a iMahakam yang bermuara diD e l t a M a h a k am j u g as emak in k r i . s k a renamenjadi satu-satunya ruanguntuk ak.vitas distribusibatubara, CPO dan kayu-kayu gelondongan danterindikasi ikan-ikan telahtercemarlogamberat;
Provinsi Kalimantan Barat,nelayan-nelayan Kubu Rayas emak in menu run ha s i lt angkapannya (Ren jong )karena masuknya kapal-kapal(Andon) sekitar 40 unit dariluar dan semakin massifberoperasi di perairan KubuR a y a s e r t a e k s p l o i t a s imangrove oleh perusahaanyang membutuhkan bahanbaku dari mangrove untukberproduksi. Nelayan-nelayandaratdiDanauLaitdanDanauSentarum juga semakin kri.sa k i b a t p e c ema r a n d a r iperusahaan-perusahaan sawitd a n p emb u k a a n l a h a nperkebunan;
Provinsi Sulawesi Selatan,proyekreklamasiyangberjalansekitar3tahunterakhirdiKotaMakasar turut mempersulitk eh idupan ne l a yan danekosistem mangrove semakinsulit dipertahankan. Sedikitnya14 perusahaan yang eksis(proyek CPI, GMTDC, dan lain-lain)yangakanmenimbundariutara ke selatan sepanjang 35km dengan t a r ge t l u a sreklamasi seluas 3.430 hektardengan kondisi sekarangbahwa 60% terumbu karangsudah rusak . Tumpahanminyakakibatak.vitasPT.ValeIndonesia di perairan Kec.Mal i l i juga mempersu l i tkehidupan sekitar 300nelayandi Desa Pasi-Pasi dan DesaL am p i a s e b a g a i p u s a tp e n a m p u n g a n m i n y a k(PelabuhanMangsaPoint);
Provinsi Sulawesi Tenggara,proyek-proyek reklamasi jugamarak direncanakan seiringpemekaranwilayahyangpusatpemerintahannya berbasis diwilayah pesisir. Kota Kendari,KotaBau-Bau,KotaKolakadanK o l a k a U t a r a u n t u kpengembanganpembangunan.Maraknya pertambangan danperkebunan sawit , turutmengkapling wilayah-wilayahpesisir untuk membangunfasilitasi pengangkutan berupadermaga/je. yang kemudianmeng can cam e ko s i s t emmangrovedanterumbukarangsebagai basis-basis wilayaht a n g k a p n e l a y a n y a n gkemudian berdampak padamenurunnyahasiltangkapan;
ProvinsiSulawesiBarat,prosesreklamasiseluas8,3hektardiKotaMamujusebagaipengembangan pembangunan wilayah pemerintahan dan ak.vitas penangkapanikandenganmenggunakanbomdanbius jugamasihmasihmarakdilakukandandidominasi oleh nelayan-nelayan luar daerah. Belummaksimalnya pengawasan olehpihak terkait serta belum dilakukan penetapan zonasi wilayah perairan, membuatkehidupannelayanlokalsemakinterancam;
Provinsi Sulawesi Utara, persoalan reklamasi terus menjadi bahansorotannelayan-nelayanlokalkhususnyadiKotaManadodansekitarnyayang dikembangkan menjadi pusat bisnis seluas 114 hektar dan 36hektardiwilayahMinahasa.Kemudianrencanareklamasi2000hektardiKotaBitungsebagaiKawasanEkonomiKhususdankerusakan-kerusakanekosistem mangrove, padang lamun terumbu karang lainnya karenaak.vitas industri perikanan dan pertambangan, seper. yang terjadi diPulau Bangka, Minahasa Utara. Sedikitnya sekitar 1600 jiwa yangterancam kehidupannya oleh ak.vitas pertambangan di pulau kecil.IllegalfishingjugamasihterjadidiperairanperbatasanantaraIndonesiadan Philipine yang memberikan pengaruh pada tangkapan nelayan-nelayankepulauanSangihedanTalaud;
ProvinsiMalaukuUtara,persoalanreklamasijugaterjadidiKota Ternate sebagai pusat kota pemerintahan untukpengembangan wilayah dan nelayan-nelayan di PulauTidore kebanyakan gulung .kar karena .ngginya biayaoperasional yang kemudian .dak sebanding dengan hasiltangkapan,khsusnyaikancakalang;
Wilayah Kelola Rakyat: Tumbuh diantara KeCdakpasCan Perlindungan
• WALHI mendorong pendekatan yang lebih konprehensif melalui instrumen wilayah kelola rakyat (WKR), dimana aspek tata kuasa dan tata kelola yang menjadi konsern advokasi selama ini diperkuat dengan instrumen tata produksi dan tata konsumsi.
• Agenda pembangunan masayarakat perdesaan yang digawangi oleh Kementerian Desa, Transmigrasi dan PDT (selanjutnya disebut dalam dokuemn ini Kementerian Desa) harus mengacu pada nilai dan kearifan masyarakat setempat, prinsip-prinsip keadilan ekologi, keberlanjutan, dan gotong royong sebagai ekstraksi dari nilai dasar yang berada di masyarakat.
Kebijakan alokasi wilayah hutan seluas 12,7 juta hektar yang menjadi bagian dari implementasi program Nawa Cita pemerintah saat ini harus dipandang sebagai upaya untuk: 1. Memberikan jaminan kepastian hak rakyat atas
sumber daya alamnya 2. Melakukan perlawanan terhadap kemiskinan
yang banyak terjadi di dalam dan sekitar wilayah hutan;
3. Perlindungan lingkungan hidup (hutan) dan menjawab tantangan perubahan iklim
• Masyarakat Nusantara di Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan – padi, 4.000-an ton dalam satu musim panen
• Masyarakat Sungai Tohor, Riau – sagu basah, 300-500 ton per bulan
• Masyarakat Besipae, Timor Tengah Selatan, NTT – memperbaiki ekosistem 2.000-an hektar untuk berproduksi
• Masyarakat Kubung, Lemandau, Kalimantan Tengah – menjaga wilayah dengan aturan adat dari ekspansi sawit dan tambang
Wilayah Kelola Rakyat: Membangun dari Pinggiran, Membangun
Komunitas yang Berproduksi
Bencana Ekologis, Masih Terjadi
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
Jan Feb Mart April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nop Des Total
Bencana Ekologis Tahun 2015
Banjir Longsor Desa/Kel Kecamatan Korban Jiwa
Jmlh Bencana Jmlh Desa/Kel Terlanda
Jmlh Kec Terlanda
Jmlh Korban Jiwa
Kejadian Bencana Ekologis Tahun 2015
580
2463
1106
226
Jumlah Korban Jiwa
449
60 131 166
JUMLAH KORBAN JIWA BERDASAR JENIS BENCANA TAHUN 2015
Banjir Longsor
Kejadian Bencana Ekologis dan Korban Jiwa
Bencana Ekologis: Masih akan Ada • Merujuk pada data kehutanan tahun 2013: luas hutan dan lahan
kritis seluas 20,9 juta ha, izin pemanfatan hasil kayu hutan alam seluas 14,019 juta ha, dan pelepasan kawasan hutan seluas 6 juta ha untuk perkebunan dan transmigrasi. Sementara laju kemampuan pemerintah merehabilitasi kawasan darat hanya mencapai 105 ha pertahun.
• Pada objek daerah aliran sungai (DAS) masih terjadi kerusakan di 32 DAS besar a.l Ciliwung, Citarum, Serayu, Brantas, Jeneberang, Kapuas, Wamena dan Sentani. Dan kerusakan pada sub-DAS sebagaimana terjadi pada Cikeas dan Cikaniki wilayah Nanggung dan Cibadak, Kabupaten Bogor. Daerah-dareah yang dilalui oleh DAS dan sub-DAS di atas merupakan areal yang kerap dilanda banjir
Penegakan Hukum yang Tidak Berkeadilan
• Kadaluwarsa Gugatan Memberi Jalan Industri PT. Semen Indonesia
• Polda Jabar Membuka Kembali Kasus Tambang di Wilayah Perhutani
• Putusan Ganjil Mahkamah Agung tentang Qanun Tata Ruang Aceh
• Putusan Kasasi Mengancam Pejuang Lingkungan melawan penghancuran mata air Gemulo di Batu, Malang
• Pengadilan meloloskan korporasi pembakar hutan di PN Palembang
• Jalan sulit dan hak atas informasi di Bengkulu
Demokratisasi dan HAM Masih Berwajah Buram
ANCAMAN TERHADAP ECO-DEFENDER Dalam tempo 5 Tahun, 2010 sampai 2015, Serangkain kekerasan dan kriminalisasi dilakukan Korporasi sektor SDA Terhadap Aktivis dan Masyarakat Korban.
Tercatat dari data kasus yang didampingi WALHI 5 tahun Terakhir, 773 Orang Mengalami Kriminaalisasi, 233 Mengalami Penganiayaan dan 28 orang Meninggal Dunia.
112
123
172
255
81
30
2
88
92
3
7
41
1
9
12
2
2
2
0 50 100 150 200 250 300
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Meninggal Penganiayaan Penangkapan
KONFLIK DAN KORBAN 2015
Papua
Kalbar
Sulb
ar
Sulse
l
Sultr
a
Jatim
Jate
ng
Jabar
Lam
pung
Bengkulu
Sum
sel
Jam
bi
Sum
ut
Tota
l
1 1 1 1
4
1 1 1
3
1 1 1 1 1
5
1 1 1 1
3
7
Konflik 2015 Tambang Hutan Sawit Tanah
Papua
Kalbar
Sulb
ar
Sulse
l
Sultr
a
Jatim
Jate
ng
Jabar
Lam
pung
Bengkulu
Sum
sel
Jam
bi
Sum
ut
Tota
l
6
16
1 4 2 1
30
3 1
10
1 1
12
28
41
12
1
13
1 1 2
Korban Konflik 2015
Penahanan Penganiayaan Penembakan Pembunuhan
Sumber: KPA, 2016
Rekomendasi • Komitmen global harus diturunkan dalam kebijakan
dalam negeri juga mampu menjawab problem struktural bangsa ini, mulai dari ketimpangan penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam/agraria, hingga pembenahan tata kelola sda kita yang masih berbasis lahan dan bertumpu pada industri ekstraktif. Paradigma ekonomi dan pembangunan harus berubah. Dari mainstream pertumbuhan, menjadi berkeadilan dan berkeberlanjutan
• Komitmen “Hutan untuk Rakyat” à langkah-langkah kerja harus segera dilakukan oleh pemerintah, antara lain menyelesaikan konflik agraria dan mempercepat kebijakan redistribusi hutan untuk rakyat melalui skema yang lebih sederhana, terintegrasi dalam data spasial (one map policy),
• Upaya di atas merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari upaya untuk mewujudkan percepatan pengakuan wilayah adat dan perluasan wilayah kelola rakyat.
• Mensinergikan kebijakan redistribusi hutan untuk rakyat dengan upaya penguatan masyarakat desa dan wilayah perdesaannya
• Memastikan perlindungan wilayah-wilayah kelola nelayan dan eksosistem-ekosistem penting, seperti mangrove, padang lamun dan terumbu karang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ancaman dan tekanan proyek reklamasi, kegiatan pertambangan, perkebunan, pencemaran limbah, perairan serta pariwisata berbasis penguasaan wilayah perairan.
• Untuk mencegah dan mengurangi risiko bencana khususnya yang diakibatkan karena pembangunan berisiko tinggi, maka pemerintah pusat dan propinsi perlu melakukan audit dan memperketat perzinan, melakukan monitoring dan meminta laporan secara berkala kepada pelaku usaha.
• Pemerintah segera megeluarkan kebijakan perlindungan wilayah-wilayah yang unik dan penting, seperti kawasan karst, gambut, mangroves dari industri ekstraktif.
• Pada aspek penegakan hukum lingkungan, mengacu pada berbagai kasus lingkungan hidup yang begitu sulit mencapai keadilan di ruang pengadilan umum, maka ditolaknya keseluruhan gugatan KLHK melawan PT. BMH harus menjadi momentum untuk terus mendorong lahirnya peradilan lingkungan hidup.
• Pemerintah segera melakukan langkah-langkah pemenuhan komitmen Presiden, untuk membentuk peradilan lingkungan hidup (disampaikan pada saat berkunjung ke kantor WALHI pada bulan Mei 2014 lalu).
Terima Kasih
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
Eksekutif Nasional Jl. Tegal Parang Utara 14,
Jakarta 12790
www.walhi.or.id