99278819-referat-kulit (1)

33
BAB I PENDAHULUAN Candida albicans adalah flora normal pada saluran pencernaan, kemih, dan kulit manusia. Pada keadaan tertentu dapat menjadi patogen, menyebabkan lesi pada kulit, kuku, dan membran mukosa. Daerah intertriginosa adalah daerah yang paling sering terkena karena pada daerah ini organisme dapat berkembang. Daerah yang paling sering terkena adalah daerah perianal, lipatan paha, lipatan perut, lipatan payudara, daerah interdigitalis, lipatan kuku dan ketiak. Candida albicans adalah organisme oportunis yang bersifat patogen. Pada keadaan gangguan imunitas, atau pada keadaan yang memungkinkan candida untuk berkembang. Panas dan kelembaban adalah keadaan yang mendukung perkembangan candida. Gangguan keseimbangan selama menjalani terapi antibiotik juga menyebabkan perkembangan candida. Demikian juga dengan pH kulit yang tinggi. Popok, panty liner, dan produk-produk yang menyebabkan pembuntuan pori-pori kulit, dapat meningkatkan pH kulit dan dapat memudahkan infeksi kulit karena Candida albicans. Penggunaan buffer topical yang bersifat asam dapat berfungsi sebagai pencegahan pada serangan candida yang berulang. (1) 1

Upload: lyagopal

Post on 05-Aug-2015

86 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: 99278819-REFERAT-KULIT (1)

BAB I

PENDAHULUAN

Candida albicans adalah flora normal pada saluran pencernaan, kemih, dan kulit

manusia. Pada keadaan tertentu dapat menjadi patogen, menyebabkan lesi pada kulit,

kuku, dan membran mukosa. Daerah intertriginosa adalah daerah yang paling sering

terkena karena pada daerah ini organisme dapat berkembang. Daerah yang paling sering

terkena adalah daerah perianal, lipatan paha, lipatan perut, lipatan payudara, daerah

interdigitalis, lipatan kuku dan ketiak.

Candida albicans adalah organisme oportunis yang bersifat patogen. Pada

keadaan gangguan imunitas, atau pada keadaan yang memungkinkan candida untuk

berkembang. Panas dan kelembaban adalah keadaan yang mendukung perkembangan

candida. Gangguan keseimbangan selama menjalani terapi antibiotik juga menyebabkan

perkembangan candida. Demikian juga dengan pH kulit yang tinggi. Popok, panty liner,

dan produk-produk yang menyebabkan pembuntuan pori-pori kulit, dapat meningkatkan

pH kulit dan dapat memudahkan infeksi kulit karena Candida albicans. Penggunaan

buffer topical yang bersifat asam dapat berfungsi sebagai pencegahan pada serangan

candida yang berulang.(1)

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 DEFINISI(4)

1

Page 2: 99278819-REFERAT-KULIT (1)

Candidiasis adalah penyakit infeksi primer atau sekunder yang disebabkan oleh

jamur genus candida terutama Candida albicans. Penyakit ini dapat berjalan akut, sub

akut, atau kronik, terlokalisir pada kulit, mulut, tenggorokan, kulit kepala, vagina, jari,

kuku, bronchi, paru paru, dan saluran pencernaan, dan dapat pula sistemik mengenai

endokardium, meningen sampai septikemia. Candida tidak menyerang rambut.

II.2 SINONIM.(4) (6)

Nama lain dari candidiasis adalah candidosis, dermatokandidiasis,

bronchomikosis, micoticvulvovaginitis, muguet dan moniliasis. Istilah candidiasis

banyak digunakan di amerika, sedangkan di kanada dan negara negara di eropa seperti

Italy, Perancis dan Inggris menggunakan istilah candidosis

II.3 ETIOLOGI( 7)

Penyebab utama dari candidiasis adalah Candida albicans pada 70-80% kasus,

sampai dengan 90% kasus. Penyebab lainnya adalah Candida glabrata, Candida

parapsilosis sebagai penyebab endokarditis kandidiosis, dan sebagai penyebab

kandidiosis septikemia adalah Candida tropicalis. Yang lainnya adalah: C. krusei, C.

pseudotropicalis,

C. stellatoidea, C. guilliermondii, C. kefyr, C. zeylanoides, C. viswanathi, C. lusitanie, C.

dubliensis, dll.

Genus candida merupakan sel ragi uniselular yang termasuk termasuk dalam

fungi imperfecti atau deuteromycota, klas blastomycetes yang memperbanyak diri dengan

bertunas, famili cryptococcaceae. Genus ini terdiri dari lebih dari 150 spesies, yang

paling patogen adalah Candida albicans.

Candida hidup sebagai saprofit, merupakan flora normal pada mulut, tenggorokan

dan saluran pencernaan lainnya, vagina, kadang kadang pada daerah lipatan kulit dan

dibawah kuku jari tangan. Di alam bebas ditemukan pada tanah, atmosfir, air, serangga,

dan tumbuh tumbuhan. Jamur ini merupakan jamur bimorfik, yang bentuknya tergantung

lingkungannya. Bentuk micellium atau bentuk hifa ditemukan pada penyakit, karenanya

2

Page 3: 99278819-REFERAT-KULIT (1)

bentuk ini dianggap sebagai bentuk yang patogen, sedangkan bentuk ragi atau

clamidospora merupakan bentuk istirahat yaitu sebagai saprofit. Seluruh spesies candida

mempunyai kemampuan membentuk pseudomiscellia, kecuali Candida glabrata.(4)(6)

Candida adalah jamur seperti ragi yang dapat membentuk hyphae sejati dan

pseudohyphae. Candida pada umumnya terbatas pada manusia dan reservoir binatang;

bagaimanapun, mereka sering didapatkan dari lingkungan rumah sakit, seperti makanan,

loket pendaftaran, pendingin ruangan, lantai, respiraotr, dan pekerja medis. Candida

adalah organisme komensal pada kulit yang sakit dan mukosa saluran cerna, saluran

kemih, dan saluran nafas.

Candida juga berisi faktor virulensi mereka sendiri yang mudah dikenali.

Beberapa faktor virulensi yang meskipun tidak karakteristik dapat berperan pada

kemampuan mereka dalam menyebabkan infeksi. Faktor-faktor virulensi yang utama

adalah molekul permukaan yang memungkinkan pelekatan organisme ke struktur lain

(misalnya sel manusia, matriks ekstraseluler, alat-alat prostetik), asam proteases, dan

kemampuan untuk berubah menjadi bentuk hifa. Jenis Candida yang secara medis

penting meliputi yang berikut: ( 7)

Candida albicans, jenis yang paling umum dikenali ( 50-60%)

Candida glabrata ( 15-20%)

Candida parapsilosis ( 10-20%)

Candida tropicalis ( 6-12%)

Candida krusei ( 1-3%)

Candida kefyr (< 5%)

Candida guilliermondi (< 5%)

Candida lusitaniae (< 5%)Candida dubliniensis, terutama didapatkan

dari pasien yang positif HIV

C glabrata dan C albicans meliputi kira-kira 70-80% ragi yang didapat dari

pasien dengan kandidiasis invasif. C. glabrata telah menjadi penting baru-baru ini oleh

karena peningkatan insidensinya di seluruh dunia, dan jelas lebih tidak sensitif terhadap

azole dan amphotericin B.

3

Page 4: 99278819-REFERAT-KULIT (1)

C krusei penting karena resistensi intrimnsiknya terhadap ketoconazole dan

fluconazole ( Diflucan); terlebih lagi C. krusei juga lebih tidak peka terhadap semua

antifungals lain, mencakup itraconazole ( Sporanox) dan amphotericin B.

C lusitaniae juga merupakan spesies penting walaupun tidak umum seperti

beberapa spesies candida lainnya memiliki arti klinis penting sebab sering resisten

terhadap amphotericin B, walaupun tetap sensitif terhadap azoles dan echinocandins.

C parapsilosis merupakan spesies yang penting dipertimbangkan pada pasien

rawat inap dengan pemakaian kateter vaskuler.

C tropicalis telah dipertimbangkan sebagai penyebab penting candidemia pada

pasien dengan kanker (leukemia) dan pada pasien yang sudah menjalani pencangkokan

sumsum tulang.

II.4 PATOGENESA(4)(6)

Manifestasi klinis Candidiasis merupakan hasil interaksi antara patogenitas

candida dengan mekanisme pertahanan tuan rumah, yang berkaitan dengan faktor

predisposisi.

Infeksi Candida dapat terjadi, apabila ada faktor predisposisi baik endogen

maupun eksogen.

Faktor endogen :

1. perubahan fisiologik :

a. kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina

b. kegemukan, karena banyak keringat

c. debilitas

d. iatrogenik

e. endokrinopati, gangguan gula darah kulit

f. penyakit kronik : tuberkolosis, lupus eritematosus dengan keadaan imun

buruk

2. umur : orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status imunologik

tidak sempurna.

4

Page 5: 99278819-REFERAT-KULIT (1)

3. imunologik : penyakit genetic

Faktor eksogen :

1. iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan prespirasi meningkat

2. kebersihan kulit

3. kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan

memudahkan masuknya jamur

4. kontak dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis

Seperti infeksi jamur pada umumnya defek dari inang juga berperan penting dalam

perkembangan infeksi oleh Candida. Banyak defek dari inang dihubungkan dengan

infeksi oleh Candida(7).

Berikut adalah mekanisme pertahanan inang terhadap infeksi Candida dan defek pada

mekanisme tersebut yang memungkinkan infeksi oleh Candida:

Barier utuh/intak mukosa dan kulit - Luka, penggunaan kateter intravena, luka

bakar, ulserasi

Sel Fagosit - Granulocytopenia

Sel PMN – Penyakit granulomatosa kronis

Sel Monosit – Defisit Mieloperoksidase

Komplemen- Hipokomplemenemia

Immunoglobulin- Hipogammaglobulinemia

Kekebalan yang diperantarai sel (imunitas seluler) – Kandidasis mukokutaneus

kronis, Diabetes Mellitus, pengunaan cyclosporin A, Penggunaan kortikosteroid,

infeksi HIV

Bakteri pelindung mulosa dan kulit

Penggunaan antibiotika spektrum luas

Faktor Resiko yang dihubungkan dengan Candidiasis adalah sebagai berikut:

Granulositopenia

Pencangkokan Sumsum Tulang

5

Page 6: 99278819-REFERAT-KULIT (1)

Pencangkokan Organ (Hati, Ginjal)

Terapi intera-vena yang lama

Keganasan hematologis

Pemakaian Kateter Folley

Neoplasma solid

Kemoterapi dan terapi radiasi

Kortikosteroid

Antibiotika spektrum luas

Luka bakar

Rawat inap yang lama

Trauma berat

Infeksi bakteri

Tindakan bedah

Tindakan bedah saluran cerna

Alat akses intravaskuler sentral

Kelahiran prematur

Hemodialisis

II.5 GAMBARAN KLINIS (6,7,8,)

Infeksi yang disebabkan oleh spesies-spesies Candida dapat berupa sindroma

klinis yang luas sebagaimana akan dijelaskan kemudian. Gejala klinis dapat beragam

tergantung pada tipe infeksi dan tingkat imunosupresi inang berupa:

Sindroma Candidiasis Cutaneus

Candidiasis Cutaneus Generalisata (7,8):

6

Page 7: 99278819-REFERAT-KULIT (1)

Ini adalah suatu bentuk yang tidak biasa dari Candidiasis Cutaneus berupa

erupsi difusa pada tubuh, dada, dan ekstrimitas. Pasien memiliki riwayat pruritus

generalisata terutama di lipatan paha, daerah perianal, aksila, tangan, dan kaki.

Pada pemeriksaan fisik dijumpai ruam luas yang awalnya berupa vesikel-vesiket

tunggal an kemudian menyatu menjadi satu area lesi yang luas.

Merupakan candidiasis pada kulit glabrosa yang berasal dari perluasan

candidiasis intertriginosa atau mulut.

Penyakit ditemukan pada penderita dengan kondsi sistemik yang buruk

seperti pada diabetes, penderita dengan defek ektodermal dan debil.

Dapat pula terjadi pada orang yang berdiam lama dalam air, menggunakan

pakaian basah atau setelah aplikasi krim atau kompres pada seluruh tubuh dengan

oklusi sehingga penyakitnya disebut water-bath dermatitis

Lesi berbatas tegas, pada bagian tepi kadang-kadang ditemkuan vesikel.

Candidiasis Intertriginosa (7,4):

Pasien mempunyai riwayat intertrigo di lokasi pada permukaan kulit yang

tertutup dan menyediakan suatu lingkungan lembab serta hangat. Timbul ruam

kemarahan yang pruritik.Pada pemeriksaan fisik dijumpai ruam yang pada

awalnya berupa vesiko-pustula, dan kemudian membesar dan pecah menyebabkan

maserasi dan pembentukan fisura. Wilayah yang terkena memiliki batas cekung

dengan tepi putih berasal dari epidermis yang nekrotik mengitari dasar maserasi

kemerahan. Lesi-lesi satelit sering dijumpai dan dapat menyatu hingga

membentuk lesi yang lebih luas. Mengenai daerah lipatan kulit, terutama aksila,

inframama, umbilikus, lipatan gluteal, genitokrural, interdigital; dapat juga

mengenai daerah retroaurikuler, lipatan kulit perut dan glans penis

(balanopostitis).

Merupakan candidiasis terbanyak pada orang dewasa

7

Page 8: 99278819-REFERAT-KULIT (1)

Rekurensi sering terjadi

Pada lipatan paha sering merupakan perluasan dari infeksi pada vulva dan vagina

Lesi pada penyakit yang akut mula-mula kecil kemudian meluas, berupa vesikel

atau putul superfisial berdingding tipis, ukuran 2 – 4 mm, makula eritem, batas

tegas, sering terjadi erosi atau maserasi atau basah, ditemukan skuama kolaret.

Pada bagian tepi kadang-kadang tampak apul dan skuama. Di sekelilingnya

terdapat lesi-lesi satelit berupa vesikel atau pustul yang kecil.

Pada penyakit yang kronik, terdapat papul-papul, likenifikasi, hiperpigmentasi,

dan skuama.

Kelainan pada kulit menimbulkan keluhan gatal yang hebat, kadang-kadang

disertai rasa panas seperti terbakar pada sela jari disebut erosio intrdigitalis

blastomycetica, atau candidiasis interdigitalis. Banyak terdapat di daerah tropis,

terutama mengenai orang-orang yang dalam pekerjaannya sering berkontak

dengan air, misalnya: pada kaki tentara-merupakan penyakit infeksi terbanyak.

Pada sela jari tangan biasanya antara sela jari ke-tiga dan ke-empat, pada sela jari

kaki antara jari ke-empat dan ke-lima.

Kulit sela jari tampak eritem, terkelupas dan terjadi maserasi. Dapat ditemukan

fisura. Pada bentuk yang kronik, kulit sela jari menebal, lembab dan berwarna

putih. Sering disertai infeksi pada telapak kaki dan sisi lateral kaki.

Luka Kulit Metastatik :

Lesi kulit karakteristik muncul pada selkitar 10% pederita dengan

candidasis diseminata dan candidemia. Lesi-lesi dapat banyak ataupun sedikit.

Lesi-lesi tersebut umumnya dijelaskan berdifat eritematosa, solid, makronoduler

dan tidak disertai kalor. Specimen biopsi pada lesi-lesi tersebut menunjukkan sel-

sel ragi, hifa, pseudohifa, dan 50% kultur menunjukkan hasil yang positif.

8

Page 9: 99278819-REFERAT-KULIT (1)

Folikulitis Kandida :

Infeksi ditemukan sebagian besar di folikel rambut dan, jarang menjadi

luas.

Paronychia dan onychomycosis :

Seringkali paronikia dan onikomikosis dihubungkan dengan perendaman

tangan di air dan dengan Diabetes Mellitus. Pasien pernah mengalami area

eritematosa di sekitar dan di profunda dari kuku atau nail bed. Pemeriksaan fisik

mengungkapkan suatu area radang yang menjadi hangat, berkilauan, tegang,

eritematosa, dan dapat meluas secara ekstensif di bawah kuku. Itu dihubungkan

dengan paku sekunder yang mengentalkan, ridging, pelunturan, dan kerugian

paku sekali-kali. Keadaan ini dihubungkan dengan kondisi sekunder dimana kuku

mengalami penebalan, perubahan warna, serta sesekali tanggal.

Candidiasis Mucocutaneus Kronis(7,8)

Candidiasis Mucocutaneus Kronis menguraikan suatu kelompok Infeksi Candida

di kulit, kuku, dan mukosa yang cenderung kronis.

Kebanyakan infeksi dijumpai pada masa kanak-kanak atau dua dekade pertama

kehidupan, serangan pada orang-orang lebih tua dari 30 tahun jarang dijumpai.

Kebanyakan pasien bertahan hidup dan jarang mengalami infeksi jamur yang

meluas.Penyebab kematian yang paling umum adalah sepsis bakterial.

Candidiasis Mucocutaneus Kronis sering dihubungkan dengan endokrinopati

sebagaimana berikut:

Hypoparatiroidismus

Penyakit Addison

9

Page 10: 99278819-REFERAT-KULIT (1)

Hypotiroidismus

Diabetes Mellitus

Antibodi autoimun ke jaringan adrenal, tiroid, dan lambung

(sekitar 50%)

Timoma

Dysplasia gigi

Penyakit autoimun poliglanduler

Antibody terhadap sel pembentuk melanin

Pemeriksaaaan Fisik: Dijumpai lesi yang merusak struktur wajah, kulit kepala, tangan,

dan kuku. Seringkali dihubungkan dengan candidiasis oral (thrush) dan perleche:

Candidiasis oral (thrush) (6)

Biasanya mengenai bayi, tampak pesudomembran putih coklat muda kelabu yang

menutup lidah, paltum molle, pipi bagian dalam dan permukaan rongga mulut yang lain.

Lesi dapat terpisah-pisah, dan tampak seperti kepala susu pada rongga mulut. Bila

pseudomemnbran terlepas dari dasarnya tampak daerah yang basah dan merah.

Pada glositis kronis lidah tampak halus dengan papilla yang atrofi atau lesi berwarna

putih di tepi atau di bawah permukaan lidah. Bercak putih ini tidak tampak jelas bila

penderita sering merokok.

Perleche (6)

Lesi berupa fisura pada sudut mulut, lesi ini mengalami maserasi, erosi, basah, dan

dasrnya eritmatosa. Faktor predisposisi ialah defisiensi riboflavin.

II.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG dan HISTOPATOLOGI ( 7) ( 8)

Temuan Histologis:

10

Page 11: 99278819-REFERAT-KULIT (1)

Jaringan yang terfiksasi dapat diwarnai dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin. Hifa

jamur dapat pula ditunjukkan dengan pewarnaan PAS, metilen biru, atau Grocott silver-

methenamine. Gambaran klasik yang biasa ditemukan adalah spesies-spesies Candida

dalam bentuk sel ragi yang ovoid atau bulat, hifa, dan pseudohifa.

Diagnosa Laboratoris (8):

1). Material Klinis: kerokan kulit dan kuku, urin, sputum, dan usapan bronchial, cairan

serebrospinal, cairan pleura dan darah, biopsy jaringan dari beragam visera dan ujung

dalam kateter yang dipakai penderita

2). Penggunaan Mikroskop:

(a) kulit dan kuku diperiksa dengan KOH 10% dan tinta Parker atau calcofluor

white mounts;

(b) Eksudat dan cairan tubuh disentrifugasi terlebih dahulu baru kemudian

sediment yang didapatkan diperiksa dengan KOH 10% dan tinta Parker atau

calcofluor white mounts dan/atau pengecatan Gram; (c) irisan jaringan dicat

dengan pewarnaan PAS, Grocott’s methenamine silver (GMS) atau

pewarnaan Gram. Penemuan Candida dapat meleset pada sediaan jaringan

yang di-cat denga Hematoksilin-Eosin. Pada pemeriksaan hendaknya dicari

Candida dengan gambaran kumpulan sel-sel ragi (blastoconidia) yang kecil,

bulat atau oval, berdinding tipis dan bergerombol serta pseudohifa yang

bercabang-cabang. Pseudohifa Candida bisa jadi sulit dbedakan dengan hifa

Aspergilus manakala blastoconidia tidak tampak sebagaimana sering terjadi

pad biopsy jaringan hati

11

Page 12: 99278819-REFERAT-KULIT (1)

10%KOH yang memperlihatkan

sel ragi dan pseudohyphae dari suatu kerokan kulit

PAS yang memperlihatkan

sel ragi dan pseudohyphae dari spesimen urin

Interpretasi: temuan mikroskopis dari area tubuh yang steril, khususnya biopsi jaringan,

harus dianggap penting/bermakna walaupun kultur tidak dapat dilakukan. Tampilan

pseudohifa pada kerokan atau hapusan dari lesi kuaneus, oral, esophageal, dan vaginal

harus dianggap bermakna sesuai dengan manifestasi klinis dari diagnosa yang akan

ditegakkan walaupun penemuan sel-sel ragi saja pada tempat yang sama memiliki arti

diagnostik yang kecil. Pseudohifa tidak akan dijumpai pada hapusan jika C. glabrata

terlibat dalam infeksi dan penegakan diagnosa akan membutuhkan bukti tambahan yang

mendukung. Pemeriksaan mikroskopis pada cairan tubuh yang steril seperti cairan

serebrospinal, cairan sendi, badan kaca mata, dan cairan peritoneal agak kurang sensitive

dan hasil kultur yang positif akan diperlukan untuk penegakkan diagnosa.

12

Page 13: 99278819-REFERAT-KULIT (1)

3). Kultur: koloni berwarna putih hingga kekuningan dilapisi permukaan halus yang

glabrosa hinga berlilin.

Gambaran khas koloni lembab Candida

Interpretasi : kultur positif dari darah, cairan tubuh steril lainnya, ataupun biosi jaringan

harus dianggap signifikan. Sentrifugasi lisis saat ini dianggap sebagai metode isolasi

paling sensitive untuk Candida dalam darah. Hasil kultur yang positif dari spesimen tidak

steril seperti sputum, urin, kumbah bronchial, usapan esophageal, tinja dan hasil drainase

tindakan bedah dianggap memiliki arti diagnostic yang kecil. Hasil kultur dari lesi di

kulit atau membrana mukosa tanpa hasil pemeriksan mikroskopik yang mendukung juga

tidak bersifat diagnostic. Spesies-spesies Candida umumnya diisolasi dari mulut, vagina,

anus, dan yang agak jarang dari permukaan kulit lembab pada individu normal yang tidak

menderita kandidiasis.

4). Pemeriksaan Serologis: beragam pemeriksaan serologis telah digunakan umtuk

mendeteksi adanya antibodi terhadap Candida, mulai dari immunodiffusion sampai tes

yang lebih sensitive seperti counter immunoelectrophoresis (CIE), enzyme-linked

immunoabsorbent assay (ELISA), dan radioimmunoassay (RIA). Pemeriksaan serologis

tersebut kerap menunjukkan hasil negative pada penderita yang sistem kekebalannya

meurun, terutama di awal terjadinya infeksi. Terdapatnya empat atau lebih garis

precipitin pada pemeriksan mengunakan metode CIE dianggap bersifat diagnostik pada

pasien-pasien dengan faktor-faktor predisposisi.

13

Page 14: 99278819-REFERAT-KULIT (1)

Beragam tes yang bersifat immunologis maupun yang non-immunologis untuk

mendeteksi antigen yang bersirkulasi dalam darah juga telah dikembangkan. Pada tehnik

non-immunologis penggunaan gas liquid cromography (GLC) untuk mendeteksi derivat

mannose pada dinding sel maupun D-arabinitol, suatu produk metabolik, telah terbukti

paling berguna. Tes immunologis seperti ELISA atau RIA untuk mendeteksi adanya

antigen juga telah digunakan. Penggunaan latex agglutination test untuk antigen

glikoprotein telah terbukti paling berguna pada laboratorium yang kecil walaupun telah

dilaporkan adanya hasil yang beragam.

Perlu ditekankan bahwa intrpretasi hasil tes serologis, khususnya pada pasien yang

menderita neutropenia, sering slit dan harus dihubungkan dengan metode diagnosa lainnya.

Hasil positif-palsu maupun negatif-palsu kerap muncul. Hopwood dan Evans (1991) menyediakan

review yang sempurna tentang metode-metode serologis yang ada dewasa ini.

5). Identifikasi: genus Candida memiliki karakteristik blastoconidia yang bulat sampai

oval yang mereproduksi budding yang multilateral. Sebagian besar spesies Candida juga

memiliki karakteristik adanya pseudohifa yang terbentuk sempurna, walaupun kadang

ciri ini tidak dijumpai, khususnya pada spesies yang termasuk dalam genus Torulopsis,

arthroconidia, ballistoconidia dan pigmentasi koloni selalu tidak ditemukan.pada genus

Candida, fermentasi, asimilasi nitrat, dan asimilasi inositol dapat dijumpai, dapat tidak

dijumpai. Semua galur yang bersifat inositol-positif memproduksi pseudohifa.

II.7 DIAGNOSA BANDING

1. Eritrasma : lesi di lipatan, lesi lebih merah, batas tegas, kering, tanpa satelit,

pemeriksaan dengan sinar wood positif (coral red)

2. Dermatitis Intertriginosa

3. Dermatofitosis (tinea)

II.8 KOMPLIKASI

14

Page 15: 99278819-REFERAT-KULIT (1)

- Infeksi Sekunder memberi gambaran berupa pustula, ulserasi dengan nanah di

atasnya atau infiltrate di sekitar macula

- “Id eruption” berupa vesikula kecil 1-2 mm yang terletak di bawah epidermis

dengan lokasi pada ujung jari-jari tangan atau kaki di sebelah lateral. Keluhannya

gatal sekali.

II.9 PENATALAKSANAAN (1,7,8) :

Obat-obatan topikal yang diproduksi untuk tinea juga efektif terhadap candidiasis. Obat-

obatan yang dapat digunakan untuk terapi candidiasis diantaranya adalah clotrimazole,

econazole, ketoconazole, miconazole, oxiconazole, sulconazole, terconazole, ciclopirox

olamine, butenafine, terbinatine, nystatin, dan lotion amfoterin B topikal. Obat-obatan

seperti asam borat kadang masih digunakan

Perawatan Medik :

Pengobatan pada tiap infeksi Candida dapat sangat berbeda berdasarkan pada

lokasi anatomis infeksi, penyakit yang sedang diderita oleh pasien, status imunologi,

faktor-faktor resiko pasien terhadap infeksi, spesies Candida yang menjadi penyebab

infeksi, bahkan pada beberapa kasus kepekaan galur Candida tersebut trhadap obat-

obatan anti-jamur.

Pada bulan Januari 2004, Asosiasi Penyakit Menular Amerika menerbitkan

prosedur tetap pengobatan candidiasis terbaru. Rekomendasi terbaru ini mencantumkan

di dalamnya obat-obatan anti-jamur terbaru seperti caspofungin dan voriconazole pada

beberapa indikasi spesifik. Pilihan-pilihan terapi pada penatalaksanaan candidiasis yang

invasif dan candidemia semakin berkembang dengan adanya golongan terbaru dari

echinocandin.

Candidiasis Cutaneus : sebagian besar kasus Candidiasis Cutaneus yang

ditemukan dapat diterapi dengan clotrimazole, econazole, ciclopirox, miconazole,

15

Page 16: 99278819-REFERAT-KULIT (1)

ketoconazole, nystatin. Jika kasusnya adalah Paronikia maka aspek terpenting dari

terapi adalah drainase dari abses yang diikuti dengan pemberian anti-jamur per

oral baik menggunakan fluconazole maupun itraconazole. Pada kasus Candidiasis

cutaneus yang invasif, pada pasien buruk status imunologisnya, folikulitis, atau

onikomikosis, maka pemberian anti-jamur sistemik dianjurkan. Pada kasus

onikomikosis karena Candida, Itraconazole oral (Sporanox) menunjukkan

efektifitas terbaik. Itraconazole dapat diberikan sekali sehari selama 3-6 bulan,

atau dosis yang lebih tinggi diberikan selama 7 hari dan dilanjutkan setelah tiga

mingu tanpa terapi lalu diulang sampai siklus tersebut mencapai 3-6 bulan.

Candidiasis Mucocutaneus Kronis : Umumnya pasien Candidiasis Mucocutaneus

Kronis diterapi dengan golongan anti-jamur golongan azole secara per oral.

Dapat digunakan fluconazole 100-400 mg/hari atau itraconazole 200-600 mg/hari

sampai pasien membaik. Biasanya terapi awal ini diikuti dengan terapi

lanjutan/pemeliharaan dengan macam obat yang sama selamanya.

o Karena C. glabrata memiliki kepekaan yang rendah terhadap obat-

obatan anti-jamur maka infeksi oleh karena spesies ini memerlukan (1)

dosis harian lebih tinggi (800 mg/hari) dengan menggunakan

fluconazole, (2) caspofungin 70 mg intra-vena sebagai dosis awal

dilanjutkan dengan dosis harian 50 mg, (3) amphotericin B konvensional

(1 mg/kgBB/hari) ,dan (4) sediaan Amphotericin B dalam lemak 3-5

mg/kgBB/hari.

Terapi yang berhasil pada infeksi sistemik Candida yang serius memerlukan pemberian

terapi anti-jamu sedini mungkin. Terapi hendaknya segera dilaksanakan setelah

didapatkan hasil kultur yang tetap. Empat macam anti-jamur dapat diberikan pada

penatalaksanaan infeksi Candida. Golongan azole telah menjadi pilihan utama selama

beberapa tahun terakhir baik secara topical maupun sistemik. Polyene meliputi

amphotericin B, formula amphotericin B dalam lemak, dan nystatin topikal. Allylamin

termasuk didalamnya terbenafin topikal dan tablet oral. Golongan terbaru adalah triazole,

contohnya adalah posaconazole

16

Page 17: 99278819-REFERAT-KULIT (1)

Candidiasis pada pasien-pasien imunosupresi :

Infeksi pada pasien-pasien ini sering lebih berat dan umumnya tidak menunjukkan hasil

yang baik dengan menggunakan mikonazole topikal disamping sering pula tidak mungkin

untuk mengobati faktor predisposisi yang menyertainya. Fluconazole oral [100-400

mg/hari selama 1-2 minggu] kini merupakan obat pilihan untuk mengontrol kandidasis

orofaring pada penderita AIDS. Terapi maintenance yang tidak jelas memakai

Fluconazole [150-300 mg/minggu] bagaimanapun tetap dibutuhkan dan [pemberian dosis

intermiten sesuai kondisi klinis penderita kini disarankanuntuk mencegah kemunculan

resistensi beberapa galur C. albicans terhadap Fluconazole. Penderita candidiasis yang

invasif disertai neutropenia memerlukan terapi Amphotericin B dosis tinggi [1.0

mg/kg/hari] sering bersamaan dengan pemberian 5- Flucytosine [150 mg/kg/hari].

Kondisi darah dan susceptibility tests terhadap anti-jamur perlu dilakukan pada terapi

dengan 5-Flucytosine. Metode diagnostik yang ada saat ini sering tidak cukup untuk

mengungkapkan penyebab primer sehingga menimbulkan masalah diagnostik yang besar

pada klinisi. Terapi empiris memakai Amphotericin B biasanya diawali pada penderita

yang tidak menunjukkan demam yang resisten terhadap antibakterial lebih dari 72-96

jam. Fluconazole dosis tinggi [400-800 mg/hari] dan Amphotericin B Liposomal [3-5

mg/kg/hari] juga dilaporkan memberi hasil yang baik terutama pada kasus Caandidasis

hepatolienalis. Kombinasi Fluconazole dengan 5-Flucytosine atau Fluconazole dengan

Amphotericin B telah digunakan untuk terapi CAndidasis sistemik. Faktor pertumbuhan

haematopoietik seperti G-CSF, GM-CSF and M-CSF telah digunakan untuk merangsang

produksi neutrofil dan/atau monosit-makrofage agar sistem imun penderita dapat

ditingkatkan.

TINDAK LANJUT

Candidiasis Mukokutaneus

17

Page 18: 99278819-REFERAT-KULIT (1)

♦ Pasien dapat dirawat jalan. Pasien diminta kontrol apabila gejala

menetap atau memburuk.

♦ Bila mengalami kekambuhan, dapat dilaksanakan tes antibody HIV dan

dicari kondisi yang dapat menyebabkan status imunologi penderita

memburuk, keganasan/tumor solid, maupun Diabetes Mellitus.

Apabila tidak ditemukan penyebab yang jelas, pasien dapat

dikonsultasikan kepad ahli penyakit menular untuk pemeriksaan lebih

lanjut berkenaan dengan menurunnya sistem kekebalan perderita

tersebut.

TIPS UNTUK PENCEGAHAN CANDIDASIS

Mengurangi atau menghindari penggunaan gula (gula jagung, glukosa,

fruktosa, dan sukrosa). Gula membantu pertumbuhan gula. Kandungan gula

dapat dicermati pada setiap label kemasan makanan.

Mengurangi atau menghindari alcohol sebab alcohol dirubah oleh tubuh

menjadi gula dan membantu pertumbuhan Candida.

Produk susu dan yoghurt yang mengandung acidophilus – bakteri yang dapat

membantu tubuh mengeliminir Candida.

II.10 Prognosa ( 4, 7):

Prognosa dipengaruhi faktor-faktor seperti letak lesi, derajat dan macam

imunosupresi inang, waktu ditetapkannya diagnosa dan terapi. Semakin lama

18

Page 19: 99278819-REFERAT-KULIT (1)

terapi anti-jamur tertunda diberikan maka angka morbiditas serta mortalitas akibat

Candidiasis diseminata dan Candidemia akan semakin tinggi.

Candidiasis interdigitalis dengan predisposisi

sering berkontak dengan air, bahkan dapat sembuh

sendiri dengan menghindari faktor predisposisinya.

Candidiasis kutis generalisata sering resisten

terhadap pengobatan.

Candidiasis Mukokutaneus memiliki prognosa

yang sempurna, tanpa adanya mortalitas, atau

morbiditas yang minimal saja.

II.11 GAMBAR GAMBAR

Daerah perianal dan perineum yang lembab, gatal dan terdapat erosi (dengan lesi satelit). Atas ijin Matthew C. Lambiase, DO.

19

Page 20: 99278819-REFERAT-KULIT (1)

candidiasis.Interdigitalis

candidiasis Oral pada bayi baru lahir

candidiasis Oral pada pasien dengan keadaan immunosupresi

Candidiasis interdigitalis yang menyerupai tinea

Candidiasis perianal yang menyerupai tinea.

20

Page 21: 99278819-REFERAT-KULIT (1)

Candida onychomycosis pada pasien dengan keadaan immunosupresi.

III. KESIMPULAN

Candidiasis adalah penyakit infeksi primer atau sekunder yang disebabkan oleh

jamur genus candida terutama Candida albicans. Penyakit ini dapat berjalan akut, sub

akut, atau kronik, terlokalisir pada kulit, mulut, tenggorokan, kulit kepala, vagina, jari,

kuku, bronchi, paru paru, dan saluran pencernaan, dan dapat pula sistemik mengenai

endokardium, meningen sampai septikemia. Candida tidak menyerang rambut

Manifestasi klinis Candidiasis merupakan hasil interaksi antara patogenitas

candida dengan mekanisme pertahanan tuan rumah, yang berkaitan dengan faktor

predisposisi. Infeksi Candida dapat terjadi, apabila ada faktor predisposisi baik endogen

maupun eksogen.

Gejala klinis dapat beragam tergantung pada tipe infeksi dan tingkat imunosupresi

inang. Sindroma klinis dapat berupa sebagaimana berikut:

21

Page 22: 99278819-REFERAT-KULIT (1)

Sindroma Candidiasis Cutaneus: Candidiasis Cutaneus Generalisata,

Candidiasis Intertriginosa, Luka Kulit Metastatik, Folikulitis Kandida,

Paronychia dan onychomycosis.

Candidiasis Mucocutaneus Kronis

Candidiasis oral (thrush)

Perleche

Diagnosa Laboratoris :

1). Material Klinis: kerokan kulit dan kuku, urin, sputum

2). Penggunaan Mikroskop : kulit dan kuku diperiksa dengan KOH 10% dan tinta Parker

atau calcofluor white mounts. Pada pemeriksaan hendaknya dicari Candida

dengan gambaran kumpulan sel-sel ragi (blastoconidia) yang kecil, bulat atau

oval, berdinding tipis dan bergerombol serta pseudohifa yang bercabang-

cabang.

3). Kultur: koloni berwarna putih hingga kekuningan dilapisi permukaan halus yang

glabrosa hinga berlilin.

4). Pemeriksaan Serologis

Obat-obatan topikal yang diproduksi untuk tinea juga efektif terhadap candidiasis.

Obat-obatan yang dapat digunakan untuk terapi candidiasis diantaranya adalah

clotrimazole, econazole, ketoconazole, miconazole, oxiconazole, sulconazole,

terconazole, ciclopirox olamine, butenafine, terbinatine, nystatin, dan lotion amfoterin B

topikal. Golongan azole telah menjadi pilihan utama selama beberapa tahun terakhir baik

secara topical maupun sistemik : Itraconazole oral (Sporanox). Itraconazole diberikan

sekali sehari selama 3-6 bulan, atau dosis yang lebih tinggi diberikan selama 7 hari dan

dilanjutkan setelah 3 minggu tanpa terapi lalu diulang sampai siklus tersebut mencapai 3-

6 bulan.

22

Page 23: 99278819-REFERAT-KULIT (1)

IV. DAFTAR PUSTAKA

1. James William D; Berger Timothy G, Elston Dirk M: Candidiasis. In :Andrew’s

Disease of The Skin Clinical Dermatology; 10th edition, Canada: Saunders

Elsevier, 2006: 308-310

2. Fredberg Irwin M , Eisen Arthur Z, Wolff Klaus, Austen K Frank, Goldmith

Lowell A, Katz Stephen I: Cutaneus Candidasis. In: Fitzpatrick’s Dermatology in

General Medition; 6th edition, volume 2, New York: McGraw-Hill, 1999: 2010-

2014

3. Rippon John Willard: Intertgrinous Candidasis. In: Medical Mycology, The

Pathogenic Fungi and The Pathogenic Actinomycetes, 3rd edition; Philadelphia:

Saunders Company, 1998: 550-552

23

Page 24: 99278819-REFERAT-KULIT (1)

4. Ramali Lies Marlysa: Kandidiasis Kutan dan Mukokutan. Dlm: Dermatomikosis

Superfisialis Pedoman untuk Dokter dan Mahasiswa Kedokteran; Jakarta: Balai

Penerbit FK UI, 2004: 59-72

5. http:// www. Emedicine.com/derm/topic198.htm

6. Djuanda Adhi, Hamzah Mochtar, Aisah Siti ; Candidosis. In : Ilmu Penyakit dan

Kelamin, 3rd edition ; Jakarta ; Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999 :

103-106

7. http:// www. Emedicine.com/ MED/ topic264.html.

8. http:// www.mycology.adelaide.edu.au/ Mycoses/ Cutaneous/ Candidiasis/ index.

html

24