98-222-1-sm

11
PERBEDAAN EFEKTIFITAS TEKNIK BACK-EFFLUERAGE DAN TEKNIK COUNTER-PRESSURE TERHADAP TINGKAT NYERI PINGGANG KALA I FASE AKTIF PERSALINAN (STUDI PADA IBU BERSALIN DI RSUD AMBARAWA KAB. SEMARANG) Retno Krestanti Raras Nastiti *) Sri Rejeki, M.Kep., Sp.Mat. **), Ulfa Nurullita, SKM., M.Kes.***) *) Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang **)Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhamadiyah Semarang ***)Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhamadiyah Semarang ABSTRAK Penanganan dan pengawasan nyeri persalinan terutama pada kala I fase aktif sangat penting, karena ini sebagai titik penentu apakah seorang ibu bersalin dapat menjalani persalinan normal atau diakhiri dengan suatu tindakan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan efektifitas teknik Back-Effleurage dan teknik Counter-Pressure terhadap tingkat nyeri pinggang kala I fase aktif persalinan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian pre-eksperimen dengan pendekatan one group pretest dan posttest design. Sampel dalam penelitian ini adalah 48 responden yang dipilih secara accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada penurunan nilai nyeri setelah intervensi sebanyak 3,27. Uji Mann-Whitney menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara efektifitas teknik Back-Effleurage dan teknik Counter-Pressure terhadap tingkat nyeri pinggang kala I fase aktif persalinan dengan nilai p (0,046<0,05). Dari kedua teknik tersebut yang lebih efektif dalam mengurangi nyeri pinggang persalinan adalah teknik Counter-Pressure dengan hasil nilai mean 3,63 > mean teknik Back-Effleurage 2,92. Penelitian ini memberikan rekomendasi kepada perawat/bidan agar dapat membantu memenuhi kebutuhan ibu akan rasa nyaman dalam pengontrolan nyeri saat memberikan pertolongan persalinan. Kata kunci : Back-Effleurage, Counter-Pressure, nyeri pinggang, dan kala I persalinan ABSTRACT The maternity pain handling and control is very important especially during the first active phase, since it becomes the point to determine whether a woman in labor can have a normal labor process or has to end up with medical care action. The purpose of this research is to understand the difference of technique between Back-Effleurage technique and Counter-Pressure technique in reducing the waist pain during the first phase of labor process. The methodology used in this research is pre-experiment research which adopts one group pretest and post test design approach. The sample in this research takes 48 respondents that are chosen based on accidental sampling. The result of this research shows that the reduction value of pain occurs after 3.27 intervention attempts. The Mann-Whitney test indicates that there is significant difference found between Back-Effleurage technique and Counter-Pressure technique towards waist pain reduction in the first active phase of labor process with the value of p (0.046<0.05). Of those two techniques, the more effective one in reducing the labor waist pain is the Counter-Pressure technique with the mean value of 3.63 that is higher than the Back-Effleurage technique with the mean value of 2.92. This research gives the recommendation for nurses or midwifes to provide the maternal needs of convenience by delivering their assistance and controlling the pain during the labor process. Key words: Back-Effleurage, Counter-Pressure, waist pain, and during the first phase of labor process.

Upload: rizka-hayyu-nafiah

Post on 28-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

gfretrye

TRANSCRIPT

Page 1: 98-222-1-SM

PERBEDAAN EFEKTIFITAS TEKNIK BACK-EFFLUERAGE DAN TEKNIKCOUNTER-PRESSURE TERHADAP TINGKAT NYERI PINGGANG

KALA I FASE AKTIF PERSALINAN(STUDI PADA IBU BERSALIN DI RSUD AMBARAWA KAB. SEMARANG)

Retno Krestanti Raras Nastiti *)Sri Rejeki, M.Kep., Sp.Mat. **), Ulfa Nurullita, SKM., M.Kes.***)

*) Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang**)Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhamadiyah

Semarang***)Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhamadiyah Semarang

ABSTRAK

Penanganan dan pengawasan nyeri persalinan terutama pada kala I fase aktif sangat penting, karena inisebagai titik penentu apakah seorang ibu bersalin dapat menjalani persalinan normal atau diakhiri dengansuatu tindakan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan efektifitas teknik Back-Effleurage danteknik Counter-Pressure terhadap tingkat nyeri pinggang kala I fase aktif persalinan. Metode penelitianyang digunakan adalah penelitian pre-eksperimen dengan pendekatan one group pretest dan posttestdesign. Sampel dalam penelitian ini adalah 48 responden yang dipilih secara accidental sampling. Hasilpenelitian menunjukkan ada penurunan nilai nyeri setelah intervensi sebanyak 3,27. Uji Mann-Whitneymenunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara efektifitas teknik Back-Effleurage dan teknikCounter-Pressure terhadap tingkat nyeri pinggang kala I fase aktif persalinan dengan nilai p(0,046<0,05). Dari kedua teknik tersebut yang lebih efektif dalam mengurangi nyeri pinggang persalinanadalah teknik Counter-Pressure dengan hasil nilai mean 3,63 > mean teknik Back-Effleurage 2,92.Penelitian ini memberikan rekomendasi kepada perawat/bidan agar dapat membantu memenuhikebutuhan ibu akan rasa nyaman dalam pengontrolan nyeri saat memberikan pertolongan persalinan.

Kata kunci : Back-Effleurage, Counter-Pressure, nyeri pinggang, dan kala I persalinan

ABSTRACT

The maternity pain handling and control is very important especially during the first active phase, since itbecomes the point to determine whether a woman in labor can have a normal labor process or has to endup with medical care action. The purpose of this research is to understand the difference of techniquebetween Back-Effleurage technique and Counter-Pressure technique in reducing the waist pain during thefirst phase of labor process. The methodology used in this research is pre-experiment research whichadopts one group pretest and post test design approach. The sample in this research takes 48 respondentsthat are chosen based on accidental sampling. The result of this research shows that the reduction value ofpain occurs after 3.27 intervention attempts. The Mann-Whitney test indicates that there is significantdifference found between Back-Effleurage technique and Counter-Pressure technique towards waist painreduction in the first active phase of labor process with the value of p (0.046<0.05). Of those twotechniques, the more effective one in reducing the labor waist pain is the Counter-Pressure technique withthe mean value of 3.63 that is higher than the Back-Effleurage technique with the mean value of 2.92.This research gives the recommendation for nurses or midwifes to provide the maternal needs ofconvenience by delivering their assistance and controlling the pain during the labor process.

Key words: Back-Effleurage, Counter-Pressure, waist pain, and during the first phase of labor process.

Page 2: 98-222-1-SM

PENDAHULUANKetakutan menghadapi persalinan normal atauyang lebih dikenal sebagai rasa takut akankelahiran (fear of childbirth) menjadi alasanutama bagi ibu hamil untuk memilih persalinandengan bedah Caesar. Kenyataan inilah yangterjadi pada rumah sakit-rumah sakit di kotabesar seperti Jakarta dan Bali. Tingginyapersentase persalinan bedah Caesarmenimbulkan kekhawatiran bahwa hal inidisebabkan semakin banyaknya persalinanbedah Caesar yang dilakukan tanpa indikasimedis, melainkan karena permintaan ibu hamilyang memandang bedah Caesar merupakanalternatif yang lebih baik dibandingkanpersalinan normal (Mutiara & Suci, 2006,hlm.9).

Nyeri adalah masalah alamiah dalammenghadapi persalinan. Menurut penelitianyang pernah dilakukan oleh Mulati, Handayanidan Arifin (2007, hlm.1) di Rumah BersalinWilayah Klaten memberikan hasil 5,1% ibubersalin mengalami nyeri pada skala sedang;85,7% pada skala berat; dan 5,1% pada skalasangat berat. Hal ini menunjukkan bahwasebagian besar ibu bersalin pasti mengalaminyeri persalinan.

Nyeri persalinan merupakan suatu kondisi yangfisiologis. Secara fisiologis nyeri persalinanmulai timbul pada persalinan kala I fase latendan fase aktif, pada fase laten terjadipembukaan mulut rahim (serviks) sampai 3 cm,bisa berlangsung selama 8 jam. Nyeri berasaldari kontraksi uterus dan dilatasi serviks.Dengan makin bertambahnya baik volumemaupun frekuensi kontraksi uterus, nyeri yangdirasakan akan bertambah kuat, puncak nyeriterjadi pada fase aktif, dimana pembukaanlengkap sampai 10 cm dan berlangsung sekitar4,6 jam untuk primipara dan 2,4 jam untukmultipara (Reeder, Martin & Griffin, 2011,hlm.595). Nyeri yang terjadi dapatmempengaruhi kondisi ibu berupa kelelahan,rasa takut, khawatir dan menimbulkan stress.Stress dapat menyebabkan melemahnyakontraksi rahim dan berakibat pada persalinanyang lama (Maryunani, 2010, hlm.16-17).

Apabila hal ini tidak cepat diatasi maka dapatmenyebabkan kematian pada ibu dan bayi.Penanganan dan pengawasan nyeri persalinanterutama pada kala I fase aktif sangat penting,karena ini sebagai titik penentu apakah seorangibu bersalin dapat menjalani persalinan normalatau diakhiri dengan suatu tindakan dikarenakanadanya penyulit yang diakibatkan nyeri yangsangat hebat.

Seorang ibu yang sedang dalam prosespersalinan pasti akan mengalami nyeri pinggangpersalinan dan berusaha untuk beradaptasidengan nyeri tersebut. Kemampuan adaptasidan reaksi dari ibu bersalin terhadap nyeripinggang persalinan akan dipengaruhi olehlingkungan dimana ia melahirkan, dukungansosial yang ia terima, dan khususnya teknikpengontrolan nyeri pinggang persalinan yang iagunakan (Mulati, Handayani, & Arifin, 2007,hlm.1).

Penanganan nyeri dalam persalinan merupakanhal utama yang harus diperhatikan oleh pemberiasuhan kesehatan saat memberikan pertolonganpersalinan. Penolong persalinan dan ibu bersalinseringkali melupakan untuk menerapkan teknikpengontrolan nyeri pinggang persalinan padakala I sehingga ibu mengalami kesakitan hebat.Hal ini akan menyebabkan ibu bersalinmemiliki pengalaman persalinan yang buruk,mengalami trauma persalinan yangberkepanjangan dan bahkan secara tidaklangsung dapat menyebabkan post partumblues. Maka sangat penting bagi seorangpenolong persalinan untuk memenuhikebutuhan ibu akan rasa nyaman saatpersalinan. Salah satu dari kebutuhan tersebutadalah pengontrolan nyeri pinggang persalinanyang paling tepat dan efektif baginya danmembutuhkan dukungan untuk menerapkanteknik tersebut pada saat proses persalinan(Mulati, Handayani, & Arifin, 2007, hlm.1).

Dewasa ini banyak metode ditawarkan untukmenurunkan nyeri pada persalinan, baik secarafarmakologis (menggunakan obat-obatan)maupun non-farmakologis (secara tradisional).Beberapa pengelolaan nyeri persalinan secarafarmakologis sebagian besar merupakantindakan medis. Sementara itu pengelolaan

Page 3: 98-222-1-SM

nyeri secara non-farmakologis dapat dilakukanoleh sebagian besar pemberi asuhan kesehatan(dokter, perawat maupun bidan) yang mungkinjuga dapat melibatkan keluarga ibu bersalin.Walaupun metode farmakologis lebih efektifdalam mengurangi nyeri persalinan, selain lebihmahal juga berpotensi mempunyai efeksamping yang kurang baik bagi ibu maupunjanin (Maryunani, 2010, hlm.97).

Efek obat yang diberikan kepada ibu terhadapbayi dapat langsung menurunkan fetal heartrate (FHR) yang bervariasi, dan yang tidaklangsung seperti obat yang menyebabkanhipotensi maternal dan menurunkan aliran darahke plasenta, sehingga menimbulkan hipoksiadan asidosis pada bayi (Kinney, 2008, hlm.76).Kelebihan dari penggunaan metode non-farmakologis antara lain bersifat murah, simpel,efektif, tanpa efek yang merugikan dan dapatmeningkatkan kepuasan selama persalinankarena ibu dapat mengontrol perasaannya dankekuatannya (Maryunani, 2010, hlm.97).

Metode non-farmakologis (secara tradisional)sangat bervariasi yang dapat diterapkan untukmembantu mengurangi rasa nyeri, diantaranyaadalah masase/pijatan. Pada umumnya, ada duateknik pemijatan yang dilakukan dalampersalinan, yaitu teknik Back-Effleurage danCounter-Pressure, yang relatif cukup efektifdalam membantu mengurangi nyeri pinggangpersalinan dan relatif aman karena tidak adaefek samping yang ditimbulkan (Danuatmaja &Meiliasari, 2008, hlm.67). Prinsip metode iniadalah mengurangi ketegangan ibu sehingga ibumerasa nyaman dan rileks menghadapipersalinan. Metode ini juga dapat meningkatkanstamina untuk mengatasi rasa nyeri dan tidakmenyebabkan depresi pernapasan pada bayiyang dilahirkan (Maryunani, 2010, hlm.109).

Minimnya studi tentang pengontrolan nyeripinggang persalinan, mendorong peneliti untuktertarik mengembangkan suatu penelitian teknikpengontrolan nyeri pinggang persalinandikaitkan dengan keefektifannya dalammengurangi rasa nyeri pinggang pada kala Ipersalinan.

Tujuan penelitian ini untuk Mengetahuiperbedaan efektifitas teknik Back-Effleuragedan teknik Counter-Pressure terhadappengurangan nyeri pinggang kala I fase aktifpersalinan (studi pada ibu bersalin di RSUDAmbarawa Kab. Semarang).

METODOLOGI PENELITIANJenis penelitian ini adalah penelitian preeksperimen dengan pendekatan one grouppretest dan posttest design, untuk memperolehgambaran perbedaan efektifitas teknik Back-Effleurage dan teknik Counter-Pressureterhadap tingkat nyeri pinggang kala I fase aktifpersalinan.

Penelitian ini dilakukan di RSUD AmbarawaKab. Semarang dan dilaksanankan pada tanggal14 November 2011-14 Januari 2012. Populasidalam penelitian ini adalah semua ibu yangmelakukan persalinan normal di RuangBougenville Unit Kandungan dan KebidananRSUD Ambarawa Kab. Semarang, denganjumlah sampel 48 responden menggunakanteknik accidental sampling.

Bentuk instrument pengumpulan data yangdigunakan adalah wawancara dan lembarobservasi pre dan pre intervensi (pengukurannyeri menggunakan Numeric Rating Scale).Analisis data untuk membuktikan hipotesa yaituanalisis deskriptif dan analisis analitik.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN1. Analisis Univariat

Tabel 5.1Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia

di RSUD Ambarawa Kab. Semarang, tahun2012 (n=48)

Usia Frekuensi(N)

Persentase(%)

1. < 20 th 3 6,3

2. 20-35 th 41 85,4

3. > 35 th 4 8,3

Total 48 100

Page 4: 98-222-1-SM

Dari data tabel 5.1 dapat dijelaskan bahwaresponden didominasi oleh kategori umur 20 –35 tahun sebanyak 41 responden denganpersentase sebesar 85,4%. Dalam penelitian inididapatkan usia responden termuda (minimum)adalah 18 tahun (4,2%) dan usia tertua(maximum) adalah 40 tahun (2,1%). Karena usiatersebut merupakan usia produktif, wanitaproduktif memiliki arti yakni suatu keadaanwanita yang telah cukup umur untuk bisamenghasilkan keturunan atau hamil. Usia normalwanita produktif yakni 15-45 tahun, karena padausia tersebut organ tubuh wanita yang disebutrahim telah mampu untuk menghasilkan indungtelur di dalam rahimnya dan bereproduksi(Salim, 2009, hlm.45).

Masa reproduksi sehat, dalam arti masa yangpaling aman untuk hamil dan melahirkan, adalah20-35 tahun. Pada usia kurang dari 20 tahunwanita belum siap secara psikis dan mental,meskipun secara biologis sudah mampumengandung dan melahirkan (Gilarso, 2000,hlm. 64). Menurut Depkes RI (2003,dalamWulandari, 2009, hlm.97) usia aman untukhamil dan melahirkan adalah usia 20-35 tahun,dari segi kesehatan ibu yang berumur kurangdari 20 tahun, rahim dan panggul belumberkembang dengan baik. Begitu sebaliknyayang berumur lebih dari 35 tahun, kesehatan dankeadaan rahim ibu tidak sebaik seperti pada saatibu berusia 20-35 tahun.

Usia merupakan satuan waktu yang digunakanuntuk mengukur keberadaan makhluk hidupmaupun yang telah mati. Wanita dengan usiamuda mengalami nyeri lebih berat dari nyeriyang dirasakan wanita dengan usia yang lebihtua, karena kesiapan psikologis yang dapatmempengaruhi persepsi nyeri.

Walaupun belum ada teori yang menyebutkanpada usia berapa nyeri mempunyai ambang yangrendah, namun banyak teori yang menyebutkanusia mempengaruhi persepsi nyeri yangdirasakan seseorang. Hal ini dapat dijelaskandengan pendapat Yuliatun (2008, hlm. 14-15)yang menyebutkan bahwa otak mengalamidegenerasi seiring dengan pertambahan umurseseorang sehingga orang yang lebih tua

mempunyai ambang nyeri lebih randah dan lebihbanyak mengalami penurunan sensasi nyeri.

Faktor usia dapat mempengaruhi respon nyeriseseorang, ini lebih digunakan untukmenjelaskan respon nyeri anak dengan dewasa.Anak mempunyai respon nyeri yang lebih tinggibila dibandingkan dengan usia remaja, dewasadan orang tua. Ini dikarenakan anak dapatmengekspresikan nyeri lebih bebas sedangkanpada remaja respon nyeri lebih rendah karenadapat mengontrol perilakunya, sedangkan usiadewasa dan tua lebih rendah karena merekamengganggap nyeri merupakan proses alami(Maslikhanah, 2011, hlm.14).

Dalam penelitian ini memiliki arti bahwa faktorusia bukan merupakan pengganggu, karenasemua responden berada dalam kategori usiayang sama yaitu usia dewasa atau usia produktif.Ini ditandai dengan nilai minimum (usiatermuda) adalah 18 tahun (4,2%) dan nilaimaximum (usia tertua) adalah 40 tahun (2,1%).

Tabel 5.2Distribusi frekuensi responden berdasarkan

paritas di RSUD Ambarawa Kab. Semarang,tahun 2012 (n=48)

Paritas Frekuensi(N)

Persentase(%)

1. Primipara 25 52,1

2. Multipara 23 47,9

Total 48 100

Berdasarkan tabel 5.2 tersebut diketahui bahwaintensitas persalinan (paritas) respondendidominasi oleh kelompok primipara ataukehamilan/kelahiran pertama kali sebanyak 25responden dengan persentase 52,1%. Multiparaada 23 responden dengan persentase 47,9%.

Paritas merupakan intensitas persalinan ataujuga dapat didefinisikan banyaknya kelahiranhidup yang dimiliki seorang wanita. Dari hasilpenelitian juga dapat dijelaskan bahwaresponden primipara cenderung lebih banyak

Page 5: 98-222-1-SM

mengalami nyeri berat dibanding respondenmultipara, ini didukung dengan nilai rata-rata(mean) pada primipara sebesar 8,80 lebih besardari nilai (mean) multipara yaitu 8,35. Skornyeri terendah (minimum) pada primipara adalah7 dan skor nyeri tertinggi (maximum) adalah 10,sedangkan pada multipara juga memiliki skorterendah (minimum) adalah 7 dan skor nyeritertinggi (maximum) adalah 10. Hal ini sesuaidengan teori bahwa serviks pada wanitaprimipara tidak mengalami perlunakan sebelumonset persalinan sehingga nyeri yang dirasakanoleh primipara lebih berat daripada multipara(Yuliatun, 2008, hlm.23).

Perbedaan nyeri persalinan primipara danmultipara juga dapat disebabkan adanyaperbedaan mekanisme pembukaan serviks yaitupada primipara ostium uteri internum akanmembuka lebih dahulu sehingga serviks akanmendatar dan menipis, sedangkan padamultipara ostium uteri internum dan eksternumsudah sedikit membuka serta penipisan danpendataran serviks terjadi dalam saat yang sama,sehingga nyeri pada multipara cenderung lebihringan dibanding dengan primipara(Winkjosastro, 2002, hlm.45).

Tabel 5.3Distribusi frekuensi responden berdasarkankecemasan sebelum dilakukan intervensi di

RSUD Ambarawa Kab. Semarang, tahun 2012(n=48)

Dari data tabel 5.3 dapat dianalisis bahwaresponden yang mengalami kecemasan sebelumdilakukan intervensi sebanyak 27 respondendengan persentase sebesar 56,2% dan 21responden tidak mengalami kecemasan sebelumdilakukan intervensi dengan persentase sebesar43,8%.

Kecemasan seringkali menyertai nyeri.Hubungan antara kecemasan dan nyerimerupakan hubungan yang kompleks,kecemasan seringkali meningkatkan responnyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkankecemasan. Sangat sulit untuk memisahkan duasensasi tersebut, kesehatan emosional seseorangbiasanya dapat mentoleransi lebih terhadap nyerisedang bahkan nyeri berat dibandingkan denganseseorang yang emosinya tidak stabil.

Sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwacemas dan takut menyebabkan peningkatan ototdan gangguan aliran darah menuju otak dan otot.Hal tersebut menyebabkan tegangan pada ototpelvis, kontraksi uterus terganggu, danhilangnya tenaga pendorong ibu selama kala IIpersalinan. Ketegangan yang lama akanmenyebabkan kelelahan pada ibu danmeningkatkan persepsi nyeri serta menurunkankemampuan ibu untuk mengontrol rasa nyerinya(Yuliatun, 2008, hlm.25).

Dalam penelitian ini tidak menilai tingkatkecemasan lebih mendalam, tetapi hanyamengetahui kondisi kecemasan responden secarasubjektif. Karena mempertimbangkan secarateknis bahwa tidak memungkinkan bila ibubersalin harus menjalani prosedur panjang dalampengukuran kecemasan. Untuk mengukurtingkat kecemasan seseorang danmenggolongkannya dalam kategori cemasringan, sedang dan berat dapat menggunakanskala yang baku yaitu Hamilton Anxiety RatingScale.

Menurut Paice (1991, dikutip dari Potter danPerry, 2005, hlm.1514) melaporkan bahwastimulus nyeri mengaktifkan bagian sistemlimbik yang diyakini mengendalikan emosiseseorang, khususnya ansietas. Sistem limbikdapat memproses reaksi emosi terhadap nyeri,yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri.

Kecemasan Frekuensi(N)

Persentase(%)

1. Ya 27 56,2

2. Tidak 21 43,8

Total 48 100

Page 6: 98-222-1-SM

Tabel 5.4Distribusi frekuensi responden berdasarkan nilai

nyeri sebelum dan sesudah intervensi denganteknik Back-Effleurage di RSUD Ambarawa

Kab. Semarang, tahun 2012 (n=24)

Berdasarkan data tabel 5.4 dapat dianalisisbahwa rentang nyeri yang dirasakan sebelumdilakukan intervensi adalah pada skala 9-10sebanyak 13 responden dengan persentasesebesar 54,2% dan pada skala 7-8 sebanyak 11responden dengan persentase sebesar 45,8%; halini dapat diartikan bahwa nyeri yang palingbanyak dialami ibu bersalin sebelum/preintervensi merupakan nyeri berat hingga nyeriyang tak tertahankan.

Setelah/post intervensi nyeri menurun dalamrentang skala 7-8 sebanyak 6 responden denganpersentase sebesar 25% dan menurun dalamrentang 3-6 sebanyak 18 responden denganpersentase sebesar 75%; hal ini dapat diartikanbahwa nyeri yang dialami ibu bersalin setelahintervensi dengan teknik Back-Effleuragemenurun menjadi nyeri berat hingga nyerisedang.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebelumdilakukan intervensi teknik Back-Effleurageskor nyeri terendah (minimum) adalah 7 danskor nyeri tertinggi (maximum) adalah 10,dengan standar deviasi sebesar 0,884 dan nilairata-rata (mean) sebesar 8,54. Setelah dilakukanintervensi didapatkan skor nyeri terendah(minimum) adalah 3 dan skor nyeri tertinggi(maximum) adalah 8, dengan standar deviasi

sebesar 1,345 dan nilai rata-rata (mean) adalah5,63

Menurut Potter dan Perry (2005, hlm.1503),nyeri tidak dapat diukur secara objektif, sepertimenggunakan X-Ray atau pemeriksaan darah.Namun tipe nyeri yang muncul diramalkanberdasarkan tanda dan gejalanya. Sedangkantipe nyeri tersebut berbeda pada setiap waktu.Gambaran skala nyeri merupakan makna yanglebih objektif yang dapat diukur dan dapatmengkaji beratnya nyeri.

Tabel 5.5Distribusi frekuensi responden berdasarkan nilai

nyeri sebelum dan sesudah intervensi denganteknik Counter-Pressure di RSUD Ambarawa

Kab. Semarang, tahun 2012 (n=24)

Rentangnyeri

Pre_test Post_test

Frekuensi (N)

Persentase(%)

Frekuensi (N)

Persentase(%)

0 - - - -1-2 - - 1 4,23-6 - - 17 70,87-8 10 41,7 6 25

9-10 14 58,3 - -Total 24 100 24 100

Dari tabel 5.5 dapat dijelaskan bahwa padakeadaan sebelum tindakan Counter-Pressureada 10 responden (41,7%) menyatakan nyeripada rentang skala 7-8 dan 14 responden(58,3%) menyatakan berada pada rentang skala9-10. Ini berarti nyeri persalinan kala I faseaktif periode dilatasi maksimal, memilikirentang skala nyeri berat hingga sangat beratatau tak tertahankan.

Setelah dilakukan tindakan masase denganteknik Counter-Pressure didapatkan hasil yangcukup baik yaitu adanya penurunan rentangnyeri dari skala nyeri tak tertahankan ke skalaberat, dari nyeri berat ke skala sedang hinggaringan. Pada tabel 5.7 tampak ada 6 responden(25%) yang menyatakan nyerinya pada skala 7-8 dan 17 responden (70,8%) pada skala 3-6. Halini menunjukkan ada penurunan rasa nyeri

Rentangnyeri

Pre_test Post_test

Frekuensi (N)

Persentase(%)

Frekuensi (N)

Persentase(%)

0 - - - -1-2 - - - -3-6 - - 18 757-8 11 45,8 6 25

9-10 13 54,2 - -Total 24 100 24 100

Page 7: 98-222-1-SM

setelah intervensi, dimana pada rentang skalanyeri 9-10 sebelum intervensi ada 14 responden(58,3%) setelah intervensi teknik Counter-Pressure menjadi 0%. Pada skala 7-8 sebelumintervensi ada 10 responden (41,7%) setelahintervensi Counter-Pressure menjadi 6responden (25%). Dan setelah intervensi jugaterjadi penurunan yang berarti yaitu 1responden yang menyatakan nyerinya beradapada skala 1-2 atau nyeri ringan (4,2%).

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwasebelum dilakukan intervensi teknik Counter-Pressure skor nyeri terendah (minimum) adalah7 dan skor nyeri tertinggi (maximum) adalah 10,dengan standar deviasi sebesar 0,824 dan nilairata-rata (mean) sebesar 8,63. Setelah dilakukanintervensi didapatkan skor nyeri terendah(minimum) adalah 2 dan skor nyeri tertinggi(maximum) adalah 7, dengan standar deviasisebesar 1,560 dan nilai rata-rata (mean) adalah5,00.

2. Analisis Bivariat (Perbedaan efektifitasteknik Back-Effleurage dan teknik Counter-Pressure terhadap tingkat nyeri pinggangkala I fase aktif persalinan)

Pada analisis bivariat ini dilakukan ujinormalitas data sebelum melakukan uji yanglainnya. Hasil uji normalitas data dengan ujiShapiro-Wilk didapatkan nilai p sebesar 0,022sehingga dapat disimpulkan bahwa databerdistribusi tidak normal.

Hasil uji statistik perbedaan efektifitas teknikBack-Effleurage dan teknik Counter-Pressureterhadap tingkat nyeri pinggang kala I fase aktifpersalinan menggunakan uji beda nonparametrik (Mann-Whitney Test) didapatkannilai probabilitas (p) sebesar 0,046 yang artinyalebih kecil dibandingkan dengan tarafsignifikansi 5% atau 0,05; sehingga dapatdisimpulkan bahwa terdapat (ada) perbedaanyang signifikan antara teknik Back-Effleuragedan teknik Counter-Pressure terhadap tingkatnyeri pinggang kala I fase aktif persalinan.

Pada penelitian ini memberikan hasil bahwasetelah dilakukan tindakan masase/pijat ibubersalin mengalami penurunan nyeri sebanyak

3,27. Sebelum dilakukan tindakan masase, rata-rata ibu bersalin mengalami nyeri sebesar 8,58.Dan setelah dilakukan tindakan masase, rata-rata nyeri yang dirasakan ibu bersalin menjadi5,31. Sehingga dapat diartikan bahwapijatan/masase dapat menurunkan nyeripersalinan.

Berdasarkan hasil analisis dapat diambilkesimpulan bahwa teknik Counter-Pressurememberikan hasil selisih mean 3,63 yangartinya lebih besar dibandingkan dengan nilaimean teknik Back-Effleurage yaitu 2,92. Hasiltersebut menunjukkan bahwa teknik Counter-Pressure merupakan teknik masase yangmemiliki kontribusi yang lebih besar dalammengurangi nyeri pinggang kala I persalinandibanding dengan teknik Back-Effleurage. Halini dapat terjadi dengan beberapa kemungkinandiantaranya adalah kebenaran teori get-controlyang dapat memblokir sinaps pembawa pesannyeri agar tidak berlanjut ke thalamus (otak).

Teknik Counter-Pressure melakukanpemblokiran impuls nyeri yang akanditramisikan ke otak lebih cepat dibandingkandengan cara kerja teknik Back-Effleurage yangharus melalui tahap-tahap dalam melakukanpemblokiran impuls nyeri saat kontraksi terjadi.Untuk membahas lebih dalam bagaimana nyerimenjadi berkurang, menggunakan dasar teorimasase yaitu teori get-control.

Penurunan nyeri yang terjadi karena pemberianmasase dengan teknik Back-Effleurage padaarea punggung menstimulasi serabut taktil kulitsehingga sinyal nyeri dapat dihambat dankorteks serebri tidak menerima sinyal nyeritersebut, nyeri yang dirasakan pun dapatberkurang/menurun. Menurut Danuatmaja danMeiliasari (2008, hlm.67-69) Effleuragepunggung selama 10-20 menit setiap jam dapatmenurunkan tekanan darah, memperlambatdenyut jantung, dan meningkatkan pernapasan.Tetapi dalam penelitian ini hanya menggunakanwaktu 5 menit untuk pijatan, sehingga kurangmemaksimalkan pengurangan nyeri yangdiharapkan.Penjelasan tersebut sesuai dengan pustaka yangada (Yuliatun, 2008, hlm.21; Monsdragon,2011,¶5; Maryunani, 2010, hlm.11) yaitu pada

Page 8: 98-222-1-SM

kala I persalinan, impuls nyeri berasal dariserviks dan korpus uteri, ditranmisikan olehserabut aferen melalui pleksus uterus, pleksuspelviks, pleksus hipogastrik inferior, middle,posterior dan masuk ke lumbal yang kemudianmasuk ke spinal melalui Lumbal 1, Torakal 12,11, dan 10. Dengan intervensi teknik Back-Effleurage berupa usapan lembut menyusurisegmen Torakal 10 hingga Sacrum memberikanrangsangan pada saraf berdiameter besar yangbanyak terdapat dikulit akan menutup pintujalur nyeri menuju ke korteks serebral (otak).

Pada prinsipnya rangsangan tersebut harusdilakukan awal rasa sakit atau sebelum impulsrasa sakit yang dibawa oleh saraf yangberdiameter kecil mencapai otak. Pijatandengan teknik Back-Effleurage yang teraturdengan latihan pernapasan selama kontraksidigunakan untuk mengalihkan ibu selamakontraksi. Pijatan tersebut membuat relaksasiotot sehingga memberikan perasaan nyamanpada ibu (Maslikhanah, 2011, hlm.10).

Hasil penelitian ini juga didukung denganpenelitian yang pernah dilakukan oleh Alifa(2008) tentang “efek teknik masase Effleuragepada abdomen terhadap penurunan intensitasnyeri pada disminore primer mahasiswa PSIKFKUB Malang”. Dengan hasil bahwa teknikEffleurage terbukti dapat menurunkan intensitasnyeri disminore primer.

Dengan pemberian masase dengan teknikCounter-Pressure dapat menutup gerbang pesannyeri yang akan dihantarkan menuju medullaspinalis dan otak, selain itu tekanan kuat padateknik ini dapat mengaktifkan senyawaendhorpine yang berada di sinaps sel-sel saraftulang belakang dan otak, sehingga tranmisidari pesan nyeri dapat dihambat danmenyebabkan status penurunan sensasi nyeri(Monsdragon, 2004,¶4). Hal inilah yangmembuktikan bahwa teknik ini lebih efektifdibanding teknik Back-Effleurage.

Hasil penelitian ini sependapat dengan hasilpenelitian yang pernah dilakukan oleh Mulati,Handayani dan Arifin (2007) tentang“perbedaan antara pengontrolan nyeri pinggang

persalinan dengan teknik Superficial Heat-Colddan teknik Counter-Pressure terhadapefektifitas pengurangan nyeri pinggang padakala I persalinan”. Memberikan hasil bahwateknik Counter-Pressure lebih efektif terhadappenurunan nyeri pada persalinan normal.

Teori get-control juga dapat digunakan untukmenjelaskan bagaimana teknik Counter-Pressure bekerja menurunkan rasa nyeri.Menurut Yuliatun (2008, hlm.21) sumber nyerikala I yang berasal dari saluran genital bawah,antara lain perineum, anus vulva dan klitorisditranmisikan melalui saraf pupendal menujuspinal melalui Sacral ke 4, 3, dan 2. Dengandiberikan masase teknik Counter-Pressureimpuls nyeri tersebut dapat dihambat dansensasi nyeri di daerah pinggang pun dapatberkurang.

Selain teori tersebut teknik Counter-Pressuredapat juga dijelaskan menggunakan dasar teoriOpiate endogenous, dimana reseptor opiateyang berada pada otak dan spinal cordmenentukan sistem saraf pusat untukmengaktifkan substansi morfin yang dinamakanendhorpine dan enkephaline bila nyeri diterima.Opiate endogen ini dapat dirangsangpengeluarannya oleh stimulasi kulit melaluipijatan. Opiate reseptor ini berada pada ujungsaraf sensori perifer. Dengan pijatan dantekanan yang kuat selain memberikan blockpada tranmisi nyeri, juga dapat mengaktifkanendhorpine atau senyawa penawar alamiahdalam sistem kontrol desenden dan membuatrelaksasi otot sehingga nyeri pun berkurang(Maryunani, 2010, hlm.13).

Walaupun kedua teknik tersebut dapatmengurangi nyeri persalinan khususnya didaerah pinggang yang merupakan daerah nyeriyang paling dirasakan oleh kebanyakan ibubersalin. Namun dengan adanya hasil penelitianini dan penjelasan bagaimana nyeri tersebutdapat dikurangi, penelitian ini membuktikanbahwa teknik Counter-Pressure lebih efektifdibandingkan dengan teknik Back-Effleurage.

Penelitian ini juga mendukung penerapan teoridalam penelitian yang dilakukan oleh

Page 9: 98-222-1-SM

Maslikhanah (2011) yaitu “penerapan teknikpijat Effleurage sebagai upaya penurunan nyeripersalinan pada ibu inpartu kala I fase aktif diPolindes Kembangringgit Kec. Pungging kab.Mojokerto”, dengan hasil bahwa teknik pijatEffleurage belum mampu menghilangkan nyeriyang dirasakan oleh ibu yang akan melahirkandan tidak bisa merubah karakteristik nyeri,tetapi efektif dalam menurunkan nyeripersalinan.

SIMPULANPenelitian ini memberikan hasil bahwa setelahdilakukan tindakan masase/pijat ibu bersalinmengalami penurunan nyeri sebanyak 3,27.Teknik Counter-Pressure merupakan teknikmasase yang lebih efektif menggurangi nyeripinggang kala I fase aktif persalinan dibuktikandengan nilai mean delta nyeri 3,63 > nilai meanteknik Back-Effleurage 2,92. Ada perbedaanefektifitas teknik Back-Effleurage dan teknikCounter-Pressure terhadap tingkat nyeripinggang kala I fase aktif persalinan dibuktikandengan hasil uji Mann-Whitney memberikanhasil nilai probabilitas (p) sebesar 0,046.

Rekomendasi hasil penelitian ini adalah agarperawat/bidan dapat membantu memenuhikebutuhan ibu akan rasa nyaman dalampengontrolan nyeri secara non farmakologissaat memberikan pertolongan persalinan denganmenerapkan teknik Counter_Pressure.

DAFTAR PUSTAKAAlifa, Anna., Ekowati., Sri Wahjuni, E. (2008).

Efek Teknik Masase Effleurage PadaAbdomen Terhadap PenurunanIntensitas Nyeri Pada Disminore PrimerMahasiswi PSIK FKUB Malang.http://elib.ub.ac.id/bitstream/123456789/18020/1/pdf. diperoleh tanggal 20 Juni2011

Asrinah., Putri, S.S., Sulistyorini, D., Muflihah,I.S., & Sari, D.N. (2010). Asuhankebidanan masa persalinan.Yogyakarta: Graha Ilmu

Danuatmaja, Benny., & Meiliasari, Mila. (2008).Persalinan normal tanpa rasa sakit.Jakarta: Puspa Swaka

Kinney, Mc., & Sloane, Emily. (2000). Maternalchild nursing 1st. Phyladelphia: WB.Saunders

Maryunani, Anik. (2010). Nyeri dalampersalinan “teknik dan carapenanganannya”. Jakarta: Trans InfoMedia

Maslikhanah. (2011). Penerapan teknik pijateffleurage sebagai upaya penurunannyeri persalinan pada ibu inpartu kala Ifase aktif. Perpustakaan.uns.http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/194051208201112252.pdf diperolehtanggal 16 Agustus 2011

Masruroh, Imas. (2009). Efektifitas teknikmasase (Counter-Pressure) terhadappenurunan intensitas nyeri pada faseaktif persalinan normal di ruangbersalin RSUD Majalengka dan RSUDCideres.http://repository.unpad.ac.id/bitsteam/handle/123456789/770/efektifitas_teknik_masase.pdf. diperoleh tanggal 10Februari 2012.

Moderate Universal Pain Assassment Tool.(2010). Methodisth healthcare system ofSan Antonio, Ltd.http://www.mhshealth.com/CPM/2010PainManagementScale.pdf diperolehtanggal 20 Juni 2011

Monsdragon. (2004). Pregnancy Information(Effleurage dan massage).http://www.monsdragon.org/pregnancy/effleurage.html diperoleh tanggal 20januari 2012

Mulati, T.S., Handayani, S.R., & Arifin, Z.(2007). Perbedaan antara pengontrolannyeri pinggang persalinan denganteknik superficial heat-cold dan teknikcounter pressure terhadap efektifitaspengurangan nyeri pinggang pada kalaI persalinan studi di RB wilayah Klaten.http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/34076976. pdf diperoleh tanggal 4 Mei2011

Page 10: 98-222-1-SM

Mutiara, F., & Suci, E.S.T. (2006). Perbedaanrasa takut akan kelahiran antara ibuhamil dengan kelahiran normal dan ibuhamil dengan kelahiran bedah Caesar diklinik/rumah sakit. Buletin penelitiankesehatan. 34(1). 8-19

Potter, Patricia A. & Perry, Griffin Anne.(2005). Buku Ajar fundamentalkeperawatan: konsep, proses danpraktik edisi 4. Alih bahasa: Komalasari,Renata. Jakarta: EGC

Reeder, S.J., Martin, L.l., & Griffin, D.K.(2011). Maternity nursing: family,newborn, and women’s health care. Alihbahasa, Afiyanti, Y., et al. Jakarta: EGC

Tamsuri, Anas. (2006). Konsep danpenatalaksanaan nyeri. Jakarta: EGC

Winknjosastro, Hanifa. (2002). Ilmu kebidananedisi ketiga. Jakarta: Yayasan PustakaSarwono Prawiroharjo

Wulandari, I.A.A.S., (2009). Faktor-faktor yangberhubungan dengan motivasi ibu hamiluntuk melakukan ANC secara rutinselama kehamilan di Poli KebidananRumkit Polpus RS. Soekanto.http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1keperawatan09/205312024/bab6.pdf tanggal7 Mei 2012

Yuliatun, Laily. (2008). Penanganan nyeripersalinan dengan metodenonfarmakologi. Malang: Bayumedia

Page 11: 98-222-1-SM