96619533 etil benzene
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Sejarah Etil Benzena
Etil benzena merupakan senyawa kimia organik yang merupakan
hidrokarbon aromatik. Penggunaan utama adalah dalam industri petrokimia sebagai
senyawa intermediate untuk produksi stirena, yang pada gilirannya digunakan untuk
membuat polistiren, bahan plastik yang umum digunakan. Meskipun sering hadir
dalam jumlah kecil dalam minyak mentah, etil benzena diproduksi dalam jumlah
massal dengan menggabungkan benzena petrokimia dan ethylene dalam asam
katalis reaksi kimia. Hidrogenasi katalitik dari etil benzena kemudian diberi gas
hidrogen dan stirena, yang menghasilkan vinil benzena. Etil benzena juga
merupakan bahan dalam cat.
Etil Benzena pertama kali diproduksi secara skala komersial pada tahun
1930 oleh Dow Chemical di US dan oleh BASF di Republik Federal Jerman.
Hingga tahun 1980, hampir semua etil benzena diproduksi dengan katalis
Alumunium Klorida menggunakan mekanisme reaksi Fridal – Crafts. Beberapa etil
benzena diproduksi dengan katalis Boron Trifluorida. Sedikitnya etil benzena
diproduksi dari campuran xylene dengan menggunakan proses distilasi sangat
intensif. Pada tahun 1980, fasilitas pertama menggunakan proses berbasis zeolit
yang didasarkan pada reaktor fasa uap pada suhu lebih dari 400oC, pada suhu ini
reaksi seperti isomerisasi dan transfer hydrogen mencemari produk etil benzena.
Upaya mengurangi pencemaran produk dengan mengubah kondisi operasi pada
temperature lebih rendah dari 270oC didapat etil benzena kemurnian tinggi. Zeolit
kemurnian tinggi pertama berbasis teknologi dikembangkan oleh UOP dan ABB
Lummus Global dimulai pada tahun 1990.
Hingga saat ini di Indonesia baru terdapat satu industry yang memproduksi
etil benzena yaitu PT. Styrindo Mono Indonesia (PT. SMI) yang sudah mulai
berproduksi secara komersial sejak awal tahun 1996 dengan kapasitas produksi
110.000 ton per tahun. Pertumbuhan industry hilir yang menggunakan etil benzena
sebagai bahan baku menunjukkan permintaan akan etil benzena semakin meningkat
dari tahun ke tahun sehingga pendirian pabrik etil benzene ini perlu didukung dan
dipercepat agar kapasitas produksi dan kapasitas konsumsi dapat berjalan secara
bahkan kalau perlu dapat melakukan ekspor.
Etil benzene sering disebut peniletana atau etil benzoate dengan rumus
molekul C6H5C2H5 adalah salah satu senyawa kimia berupa cairan tidak berwarna,
berbau khas dan mudah mengiritasi kulit dengan titik didih 13oC yang mempunyai
peranan penting dalam industry kimia seperti dalam stiren monomer, etil
antraquinon, asam benzoate, dan industry pembuatan cat.
Adapun ketiga jenis produk tersebut masing – masing styrene monomer
untuk bahan baku pembuatan polystyrene, styrene butadiene rubber
(SBR),unsaturated polyester resin (UPR), dan styrene acrilonitril polimer (SAP) .
Sedangkan etil antraquinon digunakan untuk bahan baku pemutih dan pelumas.
Kemudian benzoate digunakan untuk bahan baku pembuatan parfum, phenol dan
barang – barang dari plastic.
Konsumsi etil benzene yang potensial adalah untuk bahan baku industry
styrene monomer. Sedikitnya 90% produk etil benzene digunakan untuk industry
tersebut. Sehingga kebutuhan etil benzene berkaitan langsung dengan kebutuhan
styrene monomer.
Bahan baku pembuat etil benzene adalah benzene yang mengalami proses
alkilasi dengan menggunakan etilen, AlCl3 , atau BF3 dipakai sebagai katalisator,
sedangkan senyawa dari klorida, biasanyadari HCl atau HF dapat digunakan sebagai
promoter reaksi.
B. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk
Ethylbenzene diproduksi dalam jumlah massal dengan menggabungkan
benzena dan etilen.
1. Spesifikasi Bahan Baku
a. Benzena
Sifat fisis Benzena
Rumus molekul : C6H6
Massa molar : 78,1121 g/mol
Densitas dan fase : 0,8786 g/mL, zat cair
Titik lebur : 5,5 °C (278,6 K)
Titik didih : 80,1 °C (353,2 K)
Penampilan : Cairan tak berwarna aromatik dan mudah menguap
Kelarutan dalam air : 0,8 g/L (25 °C)
Tidak larut dalam pelarut polar seperti air air,
tetapi larut dalam pelarut yang kurang polar atau
nonpolar, seperti eter dan tetraklorometana
Viskositas : 0,652 cP pada 20 °C
Sifat kimia Benzena
1) Bersifat kasinogenik (racun)
2) Merupakan senyawa nonpolar
3) Tidak begitu reaktif, tapi mudah terbakar dengan menghasilkan
banyak jelaga
4) Lebih mudah mengalami reaksi substitusi dari pada adisi.
b. Etilen (Etena)
Sifat fisis Etilena
Rumus molekul : C 2 H 4
Massa molar : 28.05 g/mol 28,05 g / mol
Penampilan : gas berwarna
Densitas : 1.178 kg / m 3 pada 15 ° C, gas
Titik leleh : −169.2 °C (104.0 K, -272.6 °F
Titik didih : −103.7 °C (169.5 K, -154.7 °F)
Kelarutan dalam air : 3,5 mg/100 ml (17 ° C)
Keasaman (pKa) : 44
Sifat kimia Etilena
1) Polimerisasi
Etilen dapat bergabung dengan etilen yang lain untuk membentuk
molekul yang lebih besar (polimer) dengan cara memutus ikatan
rangkap dua dan kemudian membentuk molekul yang lebih besar.
2) Hidrogenasi
Etilen dapat berubah menjadi etana melalui proses hidrogenasi
langsung pada katalis Ni dengan kondisi suhu 300oC.
3) Oksidasi
Zat pengoksidasi kuat dapat mengoksidasi sempurna etilen menjadi
karbondioksida dan air. Etilen dalam larutan basa atau berair bereaksi
dengan oksidator lemah menjadi glikol. Reaksi ini dikenal dengan tes
bayer yang digunakan untuk membuktikan adnya ikatan rangkap
dengan menggunakan KMnO4.
4) Adisi
Penambahan brom pada senyawa berikatan rangkap menghasilkan
dibromida sehingga senyawa baru menjadi jenuh. Reaksi ini juga
digunakan untuk mengidentifikasi adanya ikatan rangkap yang
ditunjukkan dengan hilangnya warna coklat dari larutan brom.
2. Spesifikasi Produk
Sifat fisis Etil Benzena
Rumus molekul : C 8 H 10
Massa molar : 106.17 g mol −1
Penampilan : Cairan tidak berwarna aromatik
Densitas : 0.8665 g/mL
Titik lebur : -95 °C, 178 K, -139 °F
Titik didih : 136 °C, 409 K, 277 °F
Kelarutan : dalam air 0.015 g/100 mL (20 °C)
Viskositas : 0,669 cP pada 20 ° C
Sifat kimia Etil Benzena
Oksidasi etil benzena dengan agen pengoksidasi yang berbeda akan
menghasilakn produk yang berbeda-beda pula, misalnya hidroperoksida,
asetofenon, dan sejumlah kecil etil alkohol, atau bahkan asam benzoat.
C. Penggunaan Etil Benzena
Etil benzena merupakan senyawa kimia yang mempunyai peranan penting
dalam industri monomer stirena, dimana selanjutnya stirena monomer digunakan
sebagai bahan baku pembuatan plastik (polistirena). Selain itu, etil benzena juga
dimanfaatkan untuk pembuatan bahan pewarna dan deterjen. Etil benzena juga
banyak digunakan sebagai pelarut (solvent) dalam berbagai industri.
BAB II
RANCANGAN PROSES
A. Macam – macam proses pembuatan Etil Benzene
Ada beberapa macam proses utama yang paling komersial digunakan dalam
proses pembuatan Etil Benzene. Berikut ini akan dijabarkan masing – masing proses
pembuatan Etil Benzena dengan bahan baku Etilena dan Benzena.
1. Proses AlCl3
Proses ini dikembangkan oleh Dow Chemical, Mobil Badger dan Mosanto.
Reaksi alkilasi dan transalkilasi dilakukan dalam dua reactor yang terpisah
dengan kondisi 300 – 500oC dan tekanan 70 – 50 psi. Yield yang diperoleh
cukup besar. Komposisi aliran dalam reactor berupa aromatic cair gas Etilena
dan fase cair dari katalis kompleks yang mengandung factor korosi tinggi,
sehingga diperlukan pemilihan konstruksi alat yang betul – betul tepat.
2. Proses Alkar
Proses ini dikenalkan oleh UOP dengan katalis BF3. Proses ini sangat peka
terhadap adanya air, karena akan menyebabkan adanya reaksi dengan Bf3
sehingga mengurangi aktivitas katalis. Proses alkar berlangsung pada suhu 200 –
300oC dengan tekanan yang cukup tinggi, yaitu 500 psi dan yield yang diperoleh
cukup besar 99%.
3. Proses Mobil Badger
Proses ini dikembangakan oleh UOP / Mobil Badger/ Mosanto. Proses ini tidak
memerlukan system recoveri katalis dan sangat aman untuk lingkungan. Juga
bias berlangsung dengan menggunakan bahan baku Etilena berkadar rendah.
Proses alkilasi dan transalkilasi berlangsung pada reactor fixed bed dengan
kondisi reactor 400 – 450 oC pada tekanan 23 – 30 bar. Produk dari proses ini
mempunyai kemurnian yang tinggi ( 99.9%). Sehingga merupakan bahan baku
yang sangat baik untuk pabrik styrene. Yield over all yang dihasilkan 99%.
4. Proses Lumnus/UOP/Unical
Proses ini merupakan proses baru yang dikembangkan oleh
Lumnus/Unical/UOP dan merupakan modifikasi dari proses AlCl3. Proses ini
tidak memerlukan system recoveri katalis yang sangat aman bagi lingkungan.
Proses alkilasi berlangsung pada reactor 100 – 200oC dan tekanan 35 atm. Umur
katalis yang digunakan dapat mencapai 12 – 24 bulan. Produk yang dihasilkan
mempunyai kemurnian yang cukup tinggi yaitu 99,2% dan merupakan bahan
baku yang sangat baik untuk produksi styrene.
5. Proses CD – Tech
Proses ini adalah yang paling baru, CD – Tech dikembangkan oleh Chemical
Research and Licensing Company. Proses Alkilasi dan transalkilasi berlangsung
pada reactor fixed bed dengan kondisi reactor 50 – 30 oC dan tekanan 0,5 – 50
atm. Produk dari proses ini mempunyai kemurnian yang tinggi (99.9)%,
merupakan bahan baku yang sangat baik untuk pabrik Styrene. Yield yang
didapatkan 99,5 %.
B. Reaksi/mekanisme reaksi
Reaksi yang terjadi pada proses fase cair menurut Kirk Othmer ( 1981)
sebagai berikut :
C6H6 + C2H4 C6H5CH2CH3
Pada proses Monsanto yang telah dikembangkan menggunakan dua reaktor. Pada
reaktor pertama terjadi reaksi alkilasi antara benzen dengan etilen pada tekanan
lebih rendah dibandingkan pada proses fase gas, yaitu 70-150 psig dan temperature
300-350 0F. Perbandingan mol benzen dan etilen dalam reactor adalah 3:1 sampai
5:1. (Kirk Othmer). Perbandingan AlCl3 dan C2H4 adalah 0,001-0,0025. Pada
reaktor transalkilasi terjadi reaksi antara benzen sisa dan polietilbenzen yang
direcycle. Produk keluar reaktor transalkilasi selanjutnya dikirim ke Neutralizer
untuk menghilangkan HCl dan katalis yang terdapat didalam produk reaktor.Setelah
produk yang keluar bebas dari impurities produk dipisahkan dengan tiga menara
distilasi, Kolom pertama, benzene di recycle untuk dikembalikan ke reactor alkilasi.
Pada kolom kedua menghasilkan produk etilbenzen. Produk atas dari kolom ketiga
adalah polyetilbenzen dan tars, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. Karena
kebutuhan katalis sangat sedikit, maka tidak dibutuhkan regenerasi katalis. Jadi
garam-garam yang dihasilkan dari Neutralizer sistem bisa langsung dibuang dan
dikirim ke sistem pengolahan limbah. Produk keluar kolom distilasi kemurniannya
minimum 99,7 % berat. (Faith Keyes)
Reaksi yang terjadi pada proses Alkar menurut Kirk Othmer ( 1981)
sebagai berikut :
C6H6 + C2H4 C6H5C2H5
½ C6H6 + C2H4 ½ C6H4 ( C2H5)2
Reaksi yang terjadi pada proses Mobil Badger adalah sebagai berikut :
C6H6 + C2H4 C6H5CH2CH3
C6H5CH2CH3 + C2H4 C6H4(C2H5)2
C6H4(C2H5)2 + C6H6 2C6H5CH2CH3
Proses reaksi berjalan pada tekanan 20-30 bar, temperatur 300-500 0C dan
rasio antara benzen dan etilen sebesar 8:1.Konversinya bisa mencapai 85-90%.
C. Tinjauan Termodinamika
Reaksi antara etilen dengan benzene merupakan reaksi sangat eksotermis.
1. Reaksi Alkilasi
C2H4 (l) + C 6H6 → C8H10(l)
Pada 298 K, ∆H C2H4 = 12, 496 Kkal/gmol
∆H C6H6 = 19,820 Kkal/gmol
∆H C8H10 = 7, 120 Kkal/gmol
∆H ° 298 = C8H10 - (C6H6 + C2H4)
= 7,12 – (12,496 + 19,820 )
= -25,196 Kkal/gmol
2. Reaksi Transalkilasi
C10H14(l) + C6H6 (l) → 2C 8H10(L)
∆H C10H14 = 4,31 Kkal/gmol
∆H° 298 = (2 X 4,31)- 19,82 – 7,21
= -13,32 Kkal/gmol
Sedangkan reaksi ini bersifat irreversible dengan harga kontanta kesetimbangan >> 1
1. Reaksi Alkilasi
Pada 298 °K, ∆Gf C2H4 = 16,282 Kal/gmol
∆Gf C6H6 = 30,939
∆Gf C8H10 = 31,208
∆G°298 = ∆Gf C8H10 – (∆Gf C6H6 + ∆Gf C2H4)
= 31,208 – (30,939 + 16,282)
= - 16,063 kal/gmol
∆G = -RT ln K
K= e-∆G/RT
= e
–(16,063/ 1,087X 208)
= 595
D. Tinjauan Kinetika
Karena reaksi ini bersifat eksotermis irreversible, maka kenaikan suhu
tidak mempengaruhi konversi. Reaksi pembuatan etil benzene ini mempunyai
harga konstanta kecepatan reaksi sebagai berikut :
k1 : 599 exp (-2699/T) ltr/gr kat dtk
k2 : 3371 exp ( -3228 /T )ltr2/ gr kat dtk
Faktor – faktor yang berpengarh terhadap kecepatan reaksi :
Suhu, apabila suhu dinaikkan maka harga konstanta kecepatan reaksi akan
besar yang akhirnya menaikkan kecepatan reaksinya.
Katalisator, dapat menaikkan kecepatan reaksi dengan menurunkan energy
aktivasi (E) maka harga konstantan kecepatan reaksi akan naik. sehingga laju
reaksi bertambah cepat dan untuk mengarahkan reaksi kearah terbentuknya
produk etil benzene.
E. Diagram Alir
Diagram Proses pembuatan n-Etil Asetat
F. Kondisi Operasi
Operasi reactor alkilasi komersial adalah pada temperature 93-149 °C dan
tekanan 35 atm. Dengan pertimbangan bahwa semakin tinggi tempertaur makan
konversi akan semakin besar, namun pada temperature lebih dari 149° C akan
meningkatkan reaksi samping sehingga akan menurunkan selektifitas produk
etilbenzene. Dengan demikian temperature 93 - 149° C adalah temperature paling
optimal untuk reaksi alkilasi.
Operasi reactor transalkilasi komersial adalah pada temperature 177-232°C
dan tekanan 29 atm. Dengan pertimbangan bahwa semakin tinggi temperature maka
konversi akan semakin besar, namun ketahanan katalisator terbatas pada
temperature 235° C sehingga temperature reactor transalkilasi paling optimal pada
177-232°C.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa macam proses utama yang paling komersial digunakan dalam
proses pembuatan Etil Benzene dengan bahan baku Etilena dan Benzena yaitu
Proses CD – Tech, Proses Lumnus/UOP/Unical, Proses Mobil Badger, Proses
Alkar, Proses AlCl3.
Etil benzena merupakan senyawa kimia yang mempunyai peranan penting
dalam industri monomer stirena, dimana selanjutnya stirena monomer digunakan
sebagai bahan baku pembuatan plastik (polistirena). Selain itu, etil benzena juga
dimanfaatkan untuk pembuatan bahan pewarna dan deterjen. Etil benzena juga
banyak digunakan sebagai pelarut (solvent) dalam berbagai industri.