96571600-presentasi-kasus-konjungtivitis-2

23
STATUS PASIEN IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. N Usia : 47 tahun Jenis Kelamin : Wanita Pekerjaan : PNS AL Agama : Islam Alamat : Jl. Pitara Rt04/16 No. 11. Pancoran Mas. Depok Status : Menikah ANAMNESIS Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 31 Mei 2012 pukul 09.15 WIB. Keluhan Utama: Mata merah di mata kanan sejak ± 5 jam SMRS. Keluhan Tambahan: Terasa megganjal dan sedikit berair. 1

Upload: aldiza-rena-pramudita

Post on 21-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

mmm

TRANSCRIPT

Page 1: 96571600-presentasi-kasus-konjungtivitis-2

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. N

Usia : 47 tahun

Jenis Kelamin : Wanita

Pekerjaan : PNS AL

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pitara Rt04/16 No. 11. Pancoran Mas. Depok

Status : Menikah

ANAMNESIS

Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 31 Mei 2012 pukul 09.15 WIB.

Keluhan Utama: Mata merah di mata kanan sejak ± 5 jam SMRS.

Keluhan Tambahan: Terasa megganjal dan sedikit berair.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poli RSAL dr. Mintoharjo dengan keluhan mata merah di mata

kanan sejak ± 5 jam SMRS. Pasien mengaku awalnya setelah bangun pagi, pasien merasa

mata kanan menganjal dan sedikit berair. Kemudian pasien menggosok-gosok dan setelah

dilihat ternyata mata kanan pasien merah. Pasien menyangkal keluahan nyeri, gatal,

1

Page 2: 96571600-presentasi-kasus-konjungtivitis-2

kotoran pada mata, silau, pandangan mata kabur, sakit tenggorok, dan demam. Riwayat

trauma pada mata disangkal. Keluarga dan teman yang mempunyai keluhan yang sama

disangkal. Riwayat alergi disangkal. Mata kanan pasien belum diobati.

Riwayat Penyakit Dahulu

Tahun 2011 pasien pernah mengalami keluhan yang sama kemudian berobat di

Poli RSAL Mintoharjo diberi obat tetes polynel dan cendo lyteers, setelah diberi

pengobatan membaik.

Riwayat diabetes mellitus dan hipertensi disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

Ayah pasien mempunyai riwayat hipertensi.

Riwayat Kebiasaan

Pasien sehari-hari bekerja sebagai PNS RSAL. Tidak merokok.

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum : Tampak sakit sedang, gizi cukup

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital : Tekanan darah: 130/80 mmHg suhu: Afebris

Nadi: 82x/menit pernapasan: 17x/menit

Kepala : Normocephali

Mata : Lihat status oftalmologi

Telinga : Normotia, sekret -/-, serumen -/-

2

Page 3: 96571600-presentasi-kasus-konjungtivitis-2

Hidung : Septum deviasi (-), sekret -/-, konka hiperemis -/-

Mulut : lidah kotor (-),tonsil T1-T1 tenang, faring hiperemis (-)

Leher : KGB dan tiroid tidak teraba membesar

Thoraks : Paru: Suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

Jantung: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan (-), Bising Usus (+) normal

Ekstremitas : Simetris, oedem (-)

Status Oftalmologi

OD (mata kanan) OS (mata kiri)

6/6 visus 6/6

Kedudukan bola mata

Ortoforia

Bola mata bergerak ke

segala arah

Pergerakan bola mata Bola mata bergerak ke

segala arah

Ptosis (-), lagoftalmus (-),

blefaritis (-), hordeolum (-),

kalazion (-), ektropion (-),

entropion (-), oedem (-),

trikiasis (-), hematoma (-)

Palpebra Ptosis (-), lagoftalmus (-),

blefaritis (-), hordeolum (-),

kalazion (-), ektropion (-),

entropion (-), oedem (+),

trikiasis (-), hematoma (-)

Injeksi (+), sekret (+) di

konjungtiva tarsal,

pterigium(-),subkonjungtiva

bleeding (-), pinguekula (-),

folikel (-), papil (-)

konjungtiva Injeksi (-), kemosis (-)

sekret (-), subkonjungtiva

bleeding (-), pinguekula (-),

folikel (-), papil (-)

jernih, kekeruhan setempat

(-), neovaskular (-), ulkus

kornea (-), perforasi (-),

kornea jernih, kekeruhan setempat

(-), neovaskular (-), ulkus

kornea (-), perforasi (-),

3

Page 4: 96571600-presentasi-kasus-konjungtivitis-2

benda asing (-)

Dalam, hifema (-), hipopion

(-), flare (-).

COA Dalam, hifema (-), hipopion

(-), flare (-).

Warna cokelat, kripti baik,

atrofi (-)

Iris Warna cokelat, kripti baik,

atrofi (-)

Tepi reguler, bentuk bulat,

refleks cahaya langsung +,

refleks cahaya tak langsung

+

Pupil Tepi reguler, bentuk bulat,

refleks cahaya langsung +,

refleks cahaya tak langsung

+

Jernih Lensa Jernih

Tidak terlihat Vitreus humor Tidak terlihat

Tidak dilakukan Funduskopi Tidak dilakukan

Tidak dilakukan TIO Tidak dilakukan

RESUME

Wanita berusia 47 tahun datang ke Poli RSAL Mintohardjo mata merah di mata

kanan sejak ± 5 jam SMRS. Mata kanan pasien terasa mengganjal dan sedikit berair.

Penglihatan tidak kabur.1 tahun yang lalu pasien pernah mengalami keluhan yang sama

kemudian berobat di Poli RSAL diberi obat tetes mata yaitu Polynel dan cendo lyteers da

nada perbaikan. Pada pemeriksaan ophthalmologi OD didapatkan visus 6/6, konjungtiva

terdapat injeksi (+) dan sekret di konjungtiva tarsal (+).

DIAGNOSIS KERJA

Konjungtiva bakteri akut nonpurulen OD

DIAGNOSIS BANDING

Konjungtivitisi viral OD

PEMERIKSAAN ANJURAN

Pemeriksaan Sitologik dengan pewarnaan Giemsa.

4

Page 5: 96571600-presentasi-kasus-konjungtivitis-2

PENATALAKSANAAN

Medikamentosa

1. Dexametason 0,1%, Neomisin dulfat 3,5mg/ml, Polimiksin B sulfat 6000iu/ml

diberikan 6x kali/hari sebanyak 2 tetes mata di mata kanan.

2. Rawat jalan.

Non medikamentosa

1. Menghindari kontaminasi terhadap mata yang sehat dan mata orang lain.

2. Tidak menggosok mata yang sakit kemudian menyentuh mata yang sehat.

3. Mencuci tangan setiap kali selesai memegang mata yang sakit dan menggunakan

tisu.

4. Handuk atau sapu tangan baru yang digunakan untuk membersihkan mata yang

sakit.

PROGNOSIS

ad vitam : ad bonam

ad sanationam : ad bonam

ad fungsionam : ad bonam

5

Page 6: 96571600-presentasi-kasus-konjungtivitis-2

ANALISA KASUS

Pasien pada kasus ini datang dengan keluhan mata merah pada mata kanan sejak

± 5 jam SMRS. Mata kanan terasa mengganjal dan sedikit berair. Penglihatan tidak

kabur. Dari keluhan tersebut kemungkinan penyebabnya antara lain : Konjungtivitis

bakteri akut, konjungtivitis viral, perdarahan subkonjungtiva, pterigium dan pinguekula.

Pada pemeriksaan ophthalmologi OD didapatkan visus 6/6, konjungtiva terdapat

injeksi (+) , sekret di konjungtiva tarsal (+),perdarahan subkonjungtiva (-), jaringan

fibrovaskukar (-) dan.benjolan kongjuntiva (-). Dari hasil pemeriksaan tersebut semakin

mendukung ke diagnosis konjungtivitis karena hanya terdapat injeksi konjungtiva (+)

dan sekret di konjungtiva tarsal (+).

Etiologi pada kasus ini masih mungkin bakteri dan viral. Bateri penyebab

mungkin Haemophilus aegypitus (iklim tropik) atau bisa juga Streptococcus

pneumoniaae (iklim sedang). Sehingga menimbulkan gejala akut pada pasien tersebut..

Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan fokus infeksi, tidak ada demam sehingga faktor

virus (Adenovirus tipe 3 dan 7) dapat dieliminasi meskipun idealnya harus dilakukan

pemeriksaan sitologik dengan pewarnaan Giemsa. Pada bateri didapatkan neutrofil

sedangkan pada viral didapatkan limfosit-monosit-sel berisi nukleus sedikit plasma.

Penatalaksanaan pada pasien ini dibagi dua yaitu medikamentosa dan non

medikamentosa. Medikamentosa yaitu Dexametason 0,1%, Neomisin dulfat 3,5mg/ml,

Polimiksin B sulfat 6000iu/ml diberikan 6x kali/hari sebanyak 2 tetes mata di mata kanan

dan rawat jalan. Non medikamentosa yaitu menghindari kontaminasi terhadap mata yang

sehat dan mata orang lain, tidak menggosok mata yang sakit kemudian menyentuh mata

yang sehat, Mencuci tangan setiap kali selesai memegang mata yang sakit dan

menggunakan tisu, dan handuk atau sapu tangan baru yang digunakan untuk

membersihkan mata yang sakit.

6

Page 7: 96571600-presentasi-kasus-konjungtivitis-2

TINJAUAN PUSTAKA

KONJUNGTIVA

Anatomi

Secara anatomis konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis

yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan

permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva palpebralis melapisi

permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan

inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks superior dan inferior) dan

membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva bulbaris. Konjungtiva bulbaris

melekat longgar ke septum orbital di forniks dan melipat berkali-kali. Adanya lipatan-

lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva

sekretorik.

Gambar 3.1. Anatomi konjungtiva

7

Page 8: 96571600-presentasi-kasus-konjungtivitis-2

Histologi

Secara histologis, lapisan sel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima lapisan sel

epitel silindris bertingkat, superfisial dan basal . Sel-sel epitel superfisial mengandung

sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus yang diperlukan untuk dispersi air

mata. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan sel-sel superfisial dan dapat

mengandung pigmen.

Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisialis) dan satu

lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan tidak

berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Lapisan fibrosa tersusun dari

jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus dan tersusun longgar pada mata.

Perdarahan dan Persarafan

Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteria siliaris anterior dan arteria

palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama dengan banyak

vena konjungtiva membentuk jaringan vaskular konjungtiva yang sangat banyak.

Konjungtiva juga menerima persarafan dari percabangan pertama nervus V dengan

serabut nyeri yang relatif sedikit .

Konjungtivitis

Definisi

Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini adalah

penyakit mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh

banyak mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang mengganggu . Penyakit

ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat

dengan banyak sekret purulen kental .

Jumlah agen-agen yang pathogen dan dapat menyebabkan infeksi pada mata

semakin banyak, disebabkan oleh meningkatnya penggunaan oat-obatan topikal dan agen

8

Page 9: 96571600-presentasi-kasus-konjungtivitis-2

imunosupresif sistemik, serta meningkatnya jumlah pasien dengan infeksi HIV dan

pasien yang menjalani transplantasi organ dan menjalani terapi imunosupresif .

Pembagian Konjungtivitis

Konjungtivitis Bakteri

Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh

bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan mata merah,

sekret pada mata dan iritasi mata.

Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut, akut,

subakut dan kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan oleh N

gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N meningitidis. Bentuk yang akut biasanya

disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan Haemophilus aegyptyus. Penyebab yang

paling sering pada bentuk konjungtivitis bakteri subakut adalah H influenza dan

Escherichia coli, sedangkan bentuk kronik paling sering terjadi pada konjungtivitis

sekunder atau pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis .

Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian mengenai mata

yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang lain. Penyakit ini biasanya

terjadi pada orang yang terlalu sering kontak dengan penderita, sinusitis dan keadaan

imunodefisiens.

Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti streptococci,

staphylococci dan jenis Corynebacterium. Perubahan pada mekanisme pertahanan tubuh

ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut dapat menyebabkan infeksi klinis.

Perubahan pada flora normal dapat terjadi karena adanya kontaminasi eksternal,

penyebaran dari organ sekitar ataupun melalui aliran darah .

Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan salah satu penyebab

perubahan flora normal pada jaringan mata, serta resistensi terhadap antibiotik

Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang

meliputi konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya adalah sistem imun

9

Page 10: 96571600-presentasi-kasus-konjungtivitis-2

yang berasal dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin yang terdapat pada

lapisan air mata, mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan berkedip. Adanya gangguan

atau kerusakan pada mekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi pada

konjungtiva .

Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai injeksi

konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada kongjungtivitis

bakteri biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang

ringan sering dijumpai edema pada kelopak mata .

Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan pada konjungtivitis

bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dan debris pada lapisan air

mata, sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala yang paling khas adalah kelopak mata

yang saling melekat pada pagi hari sewaktu bangun tidur.

Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena mungkin saja

penyakit berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang lebih tua.

Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit menular seksual

dan riwayat penyakit pada pasangan seksual. Perlu juga ditanyakan durasi lamanya

penyakit, riwayat penyakit yang sama sebelumnya, riwayat penyakit sistemik, obat-

obatan, penggunaan obat-obat kemoterapi, riwayat pekerjaan yang mungkin ada

hubungannya dengan penyakit, riwayat alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan

riwayat penggunaan lensa-kontak.

Komplikasi

Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis bateri, kecuali pada

pasien yang sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut di konjungtiva paling

sering terjadi dan dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan menghilangkan

duktulus kelenjar lakrimal. Hal ini dapat mengurangi komponen akueosa dalam film air

mata prakornea secara drastis dan juga komponen mukosa karena kehilangan sebagian sel

goblet. Luka parut juga dapat mengubah bentuk palpebra superior dan menyebabkan

trikiasis dan entropion sehingga bulu mata dapat menggesek kornea dan menyebabkan

ulserasi, infeksi dan parut pada kornea .

10

Page 11: 96571600-presentasi-kasus-konjungtivitis-2

Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen

mikrobiologiknya. Terapi dapat dimulai dengan antimikroba topikal spektrum luas. Pada

setiap konjungtivitis purulen yang dicurigai disebabkan oleh diplokokus gram-negatif

harus segera dimulai terapi topical dan sistemik . Pada konjungtivitis purulen dan

mukopurulen, sakus konjungtivalis harus dibilas dengan larutan saline untuk

menghilangkan sekret konjungtiva.

Konjungtivitis Virus

Konjungtivitis viral adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai

jenis virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga

infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung lebih lama daripada

konjungtivitis bakteri .

Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi adenovirus

adalah virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan herpes simplex virus

yang paling membahayakan. Selain itu penyakit ini juga dapat disebabkan oleh virus

Varicella zoster, picornavirus (enterovirus 70, Coxsackie A24), poxvirus, dan human

immunodeficiency virus .

Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan penderita dan

dapat menular melalu di droplet pernafasan, kontak dengan benda-benda yang

menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam renang yang terkontaminasi

Mekanisme terjadinya konjungtivitis virus ini berbeda-beda pada setiap jenis

konjungtivitis ataupun mikroorganisme penyebabnya. Mikroorganisme yang dapat

menyebabkan penyakit ini dijelaskan pada etiologi.

Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai dengan etiologinya.

Pada keratokonjungtivitis epidemik yang disebabkan oleh adenovirus biasanya dijumpai

demam dan mata seperti kelilipan, mata berair berat dan kadang dijumpai

pseudomembran. Selain itu dijumpai infiltrat subepitel kornea atau keratitis setelah

terjadi konjungtivitis dan bertahan selama lebih dari 2 bulan . Pada konjungtivitis ini

11

Page 12: 96571600-presentasi-kasus-konjungtivitis-2

biasanya pasien juga mengeluhkan gejala pada saluran pernafasan atas dan gejala infeksi

umum lainnya seperti sakit kepala dan demam .

Pada konjungtivitis herpetic yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV)

yang biasanya mengenai anak kecil dijumpai injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid,

nyeri, fotofobia ringan dan sering disertai keratitis herpes.

Konjungtivitis hemoragika akut yang biasanya disebabkan oleh enterovirus dan

coxsackie virus memiliki gejala klinis nyeri, fotofobia, sensasi benda asing, hipersekresi

airmata, kemerahan, edema palpebra dan perdarahan subkonjungtiva dan kadang-kadang

dapat terjadi kemosis.

Diagnosis pada konjungtivitis virus bervariasi tergantung etiologinya, karena itu

diagnosisnya difokuskan pada gejala-gejala yang membedakan tipe-tipe menurut

penyebabnya. Dibutuhkan informasi mengenai, durasi dan gejala-gejala sistemik maupun

ocular, keparahan dan frekuensi gejala, faktor-faktor resiko dan keadaan lingkungan

sekitar untuk menetapkan diagnosis konjungtivitis virus. Pada anamnesis penting juga

untuk ditanyakan onset, dan juga apakah hanya sebelah mata atau kedua mata yang

terinfeksi.

Konjungtivitis virus sulit untuk dibedakan dengan konjungtivitis bakteri

berdasarkan gejala klinisnya dan untuk itu harus dilakukan pemeriksaan lanjutan, tetapi

pemeriksaan lanjutan jarang dilakukan karena menghabiskan waktu dan biaya.

Konjungtivitis virus bisa berkembang menjadi kronis, seperti

blefarokonjungtivitis. Komplikasi lainnya bisa berupa timbulnya pseudomembran, dan

timbul parut linear halus atau parut datar, dan keterlibatan kornea serta timbul vesikel

pada kulit .

Konjungtivitis virus yang terjadi pada anak 1 tahun atau pada orang dewasa

umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak diperlukan terapi, namun antivirus topikal

atau sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Pasien konjungtivitis

juga diberikan instruksi hygiene untuk meminimalkan penyebaran infeksi .

12

Page 13: 96571600-presentasi-kasus-konjungtivitis-2

- Konjungtivitis Alergi

Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paing sering dan

disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai sistem imun. Reaksi

hipersensitivitas yang paling sering terlibat pada alergi di konjungtiva adalah reaksi

hipersensitivitas tipe I .

Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu konjungtivitis alergi

musiman dan konjungtivitis alergi tumbuh-tumbuhan yang biasanya dikelompokkan

dalam satu grup, keratokonjungtivitis vernal, keratokonjungtivitis atopik dan

konjungtivitis papilar raksasa.

Etiologi dan faktor resiko pada konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan

subkategorinya. Misalnya konjungtivitis alergi musiman dan tumbuh-tumbuhan biasanya

disebabkan oleh alergi tepung sari, rumput, bulu hewan, dan disertai dengan rinitis alergi

serta timbul pada waktu-waktu tertentu. Vernal konjungtivitis sering disertai dengan

riwayat asma, eksema dan rinitis alergi musiman. Konjungtivitis atopik terjadi pada

pasien dengan riwayat dermatitis atopik, sedangkan konjungtivitis papilar rak pada

pengguna lensa-kontak atau mata buatan dari plastic.

Gejala klinis konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan sub-kategorinya.

Pada konjungtivitis alergi musiman dan alergi tumbuh-tumbuhan keluhan utama adalah

gatal, kemerahan, air mata, injeksi ringan konjungtiva, dan sering ditemukan kemosis

berat. Pasien dengan keratokonjungtivitis vernal sering mengeluhkan mata sangat gatal

dengan kotoran mata yang berserat, konjungtiva tampak putih susu dan banyak papila

halus di konjungtiva tarsalis inferior.

Sensasi terbakar, pengeluaran sekret mukoid, merah, dan fotofobia merupakan

keluhan yang paling sering pada keratokonjungtivitis atopik. Ditemukan jupa tepian

palpebra yang eritematosa dan konjungtiva tampak putih susu. Pada kasus yang berat

ketajaman penglihatan menurun, sedangkan pada konjungtiviitis papilar raksasa dijumpai

tanda dan gejala yang mirip konjungtivitis.

13

Page 14: 96571600-presentasi-kasus-konjungtivitis-2

Diperlukan riwayat alergi baik pada pasien maupun keluarga pasien serta

observasi pada gejala klinis untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis alergi. Gejala

yang paling penting untuk mendiagnosis penyakit ini adalah rasa gatal pada mata, yang

mungkin saja disertai mata berair, kemerahan dan fotofobia.

Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah ulkus pada kornea dan

infeksi sekunder .

Penyakit ini dapat diterapi dengan tetesan vasokonstriktor-antihistamin topikal

dan kompres dingin untuk mengatasi gatal-gatal dan steroid topikal jangka pendek untuk

meredakan gejala lainnya

- Konjungtivitis Jamur

Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan

merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih

dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang

terganggu. Selain Candida sp, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh Sporothrix

schenckii, Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis walaupun .

- Konjungtivitis Parasit

Konjungtivitis parasit dapat disebabkan oleh infeksi Thelazia californiensis, Loa

loa, Ascaris lumbricoides, Trichinella spiralis, Schistosoma haematobium, Taenia solium

dan Pthirus pubis walaupun jarang .

- Konjungtivitis kimia atau iritatif

Konjungtivitis kimia-iritatif adalah konjungtivitis yang terjadi oleh pemajanan

substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis. Substansi-substansi iritan yang

masuk ke sakus konjungtivalis dan dapat menyebabkan konjungtivitis, seperti asam,

alkali, asap dan angin, dapat menimbulkan gejala-gejala berupa nyeri, pelebaran

pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme.

14

Page 15: 96571600-presentasi-kasus-konjungtivitis-2

Selain itu penyakit ini dapat juga disebabkan oleh pemberian obat topikal jangka

panjang seperti dipivefrin, miotik, neomycin, dan obat-obat lain dengan bahan pengawet

yang toksik atau menimbulkan iritasi.

Konjungtivitis ini dapat diatasi dengan penghentian substansi penyebab dan

pemakaian tetesan ringan .

- Konjungtivitis lain

Selain disebabkan oleh bakteri, virus, alergi, jamur dan parasit, konjungtivitis juga

dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan penyakit autoimun seperti penyakit tiroid,

gout dan karsinoid. Terapi pada konjungtivitis yang disebabkan oleh penyakit sistemik

tersebut diarahkan pada pengendalian penyakit utama atau penyebabnya Konjungtivitis

juga bisa terjadi sebagai komplikasi dari acne rosacea dan dermatitis herpetiformis

ataupun masalah kulit lainnya pada daerah wajah.

15

Page 16: 96571600-presentasi-kasus-konjungtivitis-2

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan D, Asbury T. 1992. Oftalmologi Umum. Jilid 2. Edisi I. Yogyakarta:

Widya Medika.

2. Ilyas, Sidarta. 1999. Ilmu Penyakit Mata. Edisi III. Jakarta. Balai Penerbit FKUI.

3. Almatsier M,Djuanda A, Sani A et all. 2006. MMS. Volume VII. Jakarta: CMP

Medica.

4. Wijana, Nana. 1983. Ilmu penyakit Mata. Jakarta.

5. James Bruce, Chris Chew, Anthony Bron. 2006. Oftalmologi. Edisi XI. Jakarta :

Erlangga.

6. Schwab IR, Dawson CR. 2000. Konjungtiva : Oftalmologi Umum. Edisi XIV.

Jakarta : Widya Medika.

16