presentasi kasus konjungtivitis
TRANSCRIPT
Presentasi Kasus
ILMU KESEHATAN MATA
Oleh:
Anindhito Kurnia P G99122014
Dhiandra Dwi H G99122034
Elanda Rahmat A G99122038
Fitri Prawitasari G99122047
Junita Ayu G99122063
Pembimbing :
Rita Hendrawati, dr., SpM
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2013
0
STATUS PENDERITA
I. IDENTITAS
Nama : An. A
Umur : 7 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Belum bekerja
Alamat : Colomadu Karanganyar
Tgl pemeriksaan : 2 Agustus 2013
No. CM : 01210182
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama : mata kanan berair
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan mata kanan berair sejak 5 hari yang lalu. Keluhan dirasakan
terus menerus dan makin lama makin memberat sehingga pasien datang ke rumah
sakit. Keluhan mata berair disertai dengan mata merah. Selain itu, pasien juga
mengeluhkan pandangannya kabur. Saat di poli pasien mengeluh mata kanan berair,
merah, nrocos, gatal (+), pandangan kabur (+) perih (+).
C. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat hipertensi : disangkal
2. Riwayat kencing manis : disangkal
3. Riwayat alergi obat dan makanan : (+) sulfa
4. Riwayat trauma mata : disangkal
5. Riwayat kacamata : disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Riwayat hipertensi : disangkal
2. Riwayat kencing manis : disangkal
3. Riwayat sakit serupa : disangkal
1
D. Kesimpulan Anamnesis
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan umum
1. Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup
B. Pemeriksaan subyektif
OD OSA. Visus Sentralis1. Visus sentralis jauh 6/6 6/6 a. pinhole Tidak dilakukan Tidak dilakukan b. koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan2. Visus sentralis dekat Tidak dilakukan Tidak dilakukanB. Visus Perifer1. Konfrontasi tes Tidak dilakukan Tidak dilakukan2. Proyeksi sinar Tidak dilakukan Tidak dilakukan3. Persepsi warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
C. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata OD OS a. tanda radang Ada Tidak ada b. luka Tidak ada Tidak ada c. parut Tidak ada Tidak ada d. kelainan warna Tidak ada Tidak ada e. kelainan bentuk Tidak ada Tidak ada2. Supercilia a. warna Hitam Hitam b. tumbuhnya Normal Normal c. kulit Sawo matang Sawo matang d. gerakan Dalam batas normal Dalam batas normal
2
OD OS
Proses Peradangan, infeksi -Lokalisasi Konjungtiva -
Sebab Infeksi -Perjalanan Akut -Komplikasi Belum ditemukan -
3. Pasangan bola mata dalam orbita
a. heteroforia Tidak ada Tidak ada b. strabismus Tidak ada Tidak ada c. pseudostrabismus Tidak ada Tidak ada d. exophtalmus Tidak ada Tidak ada e. enophtalmus Tidak ada Tidak ada4. Ukuran bola mata a. mikroftalmus Tidak ada Tidak ada b. makroftalmus Tidak ada Tidak ada c. ptisis bulbi Tidak ada Tidak ada d. atrofi bulbi Tidak ada Tidak ada5. Gerakan bola mata a. temporal Tidak terhambat Tidak terhambat b. temporal superior Tidak terhambat Tidak terhambat c. temporal inferior Tidak terhambat Tidak terhambat d. nasal Tidak terhambat Tidak terhambat e. nasal superior Tidak terhambat Tidak terhambat f. nasal inferior Tidak terhambat Tidak terhambat6. Kelopak mata a. pasangannya 1.) edema Ada Tidak ada 2.) hiperemi Ada Tidak ada 3.) blefaroptosis Tidak ada Tidak ada 4.) blefarospasme Tidak ada Tidak ada b. gerakannya 1.) membuka Tidak tertinggal Tidak tertinggal 2.) menutup Tidak tertinggal Tidak tertinggal c. rima 1.) lebar 10 mm 10 mm 2.) ankiloblefaron Tidak ada Tidak ada 3.) blefarofimosis Tidak ada Tidak ada d. kulit 1.) tanda radang Tidak ada Tidak ada 2.) warna Sawo matang Sawo matang 3.) epiblepharon Tidak ada Tidak ada 4.) blepharochalasis Tidak ada Tidak ada e. tepi kelopak mata 1.) enteropion Tidak ada Tidak ada 2.) ekteropion Tidak ada Tidak ada 3.) koloboma Tidak ada Tidak ada 4.) bulu mata Dalam batas normal Dalam batas normal7. sekitar glandula lakrimalis a. tanda radang Tidak ada Tidak ada b. benjolan Tidak ada Tidak ada c. tulang margo tarsalis Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan8. Sekitar saccus lakrimalis a. tanda radang Tidak ada Tidak ada
3
b. benjolan Tidak ada Tidak ada9. Tekanan intraocular a. palpasi Kesan normal Kesan normal b. tonometri schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan10. Konjungtiva a. konjungtiva palpebra superior 1.) edema Tidak ada Tidak ada 2.) hiperemi Ada Tidak ada 3.) sekret Ada Tidak ada 4.) sikatrik Tidak ada Tidak ada b. konjungtiva palpebra inferior 1.) edema Tidak ada Tidak ada 2.) hiperemi Ada Tidak ada 3.) sekret Ada Tidak ada 4.) sikatrik Tidak ada Tidak ada c. konjungtiva fornix 1.) edema Tidak ada Tidak ada 2.) hiperemi Tidak ada Tidak ada 3.) sekret Tidak ada Tidak ada 4.) benjolan Tidak ada Tidak ada d. konjungtiva bulbi 1.) edema Tidak ada Tidak ada 2.) hiperemis Ada Tidak ada 3.) sekret Ada Tidak ada 4.) injeksi konjungtiva Ada Tidak ada 5.) injeksi siliar Tidak ada Tidak ada e. caruncula dan plika semilunaris 1.) edema Tidak ada Tidak ada 2.) hiperemis Tidak ada Tidak ada 3.) sikatrik Tidak ada Tidak ada11. Sclera a. warna Putih Putih b. tanda radang Ada Tidak ada c. penonjolan Tidak ada Tidak ada12. Kornea a. ukuran 12 mm 12 mm b. limbus Jernih Jernih c. permukaan Rata, mengkilap Rata, mengkilap d. sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan e. keratoskop ( placido ) reguler, tidak
terputusreguler, tidak
terputus f. fluorecsin tes Tidak dilakukan Tidak dilakukan g. arcus senilis Tidak ada Tidak ada13. Kamera okuli anterior a. kejernihan Jernih Jernih b. kedalaman Dalam Dalam
4
14. Iris a. warna Cokelat Cokelat b. bentuk Tampak lempengan Tampak lempengan c. sinekia anterior Tidak tampak Tidak tampak d. sinekia posterior Tidak tampak Tidak tampak15. Pupil a. ukuran 3 mm 3 mm b. bentuk Bulat Bulat c. letak Sentral Sentral d. reaksi cahaya langsung Positif Positif e. tepi pupil Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan16. Lensa a. ada/tidak Ada Ada b. kejernihan Jernih Jernih c. letak Sentral Sentral e. shadow test Tidak dilakukan Tidak dilakukan17. Corpus vitreum
a. Kejernihanb. Reflek fundus
Tidak dilakukanTidak dilakukan
Tidak dilakukanTidak dilakukan
IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN
OD OSA. Visus sentralis jauh 6/6 6/6
B. Visus periferKonfrontasi tes Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Proyeksi sinar Tidak dilakukan Tidak dilakukanPersepsi warna Tidak dilakukan Tidak dilakukanC. Sekitar mata Ada tanda radang Dalam batas normalD. Supercilium Dalam batas normal Dalam batas normalE. Pasangan bola mata
dalam orbitaDalam batas normal Dalam batas normal
F. Ukuran bola mata Dalam batas normal Dalam batas normalG. Gerakan bola mata Dalam batas normal Dalam batas normalH. Kelopak mata Edema, hiperemis Dalam batas normalI. Sekitar saccus
lakrimalisDalam batas normal Dalam batas normal
J. Sekitar glandula lakrimalis
Dalam batas normal Dalam batas normal
K. Tekanan intarokular Dalam batas normal Dalam batas normalL. Konjungtiva palpebra Terdapat sekret, hiperemis Dalam batas normalM. Konjungtiva bulbi Terdapat sekret, hiperemis
Injeksi konjungtiva (+)Dalam batas normal
N. Konjungtiva fornix Dalam batas normal Dalam batas normalO. Sklera Ada tanda radang Dalam batas normalP. Kornea Dalam batas normal Dalam batas normalQ. Camera okuli anterior Kesan normal Kesan normal
5
R. Iris Bulat, warna coklat Bulat, warna coklatS. Pupil Diameter 3 mm, bulat, sentral Diameter 3 mm, bulat,
sentralT. Lensa Kesan normal Kesan normal
U. Corpus vitreum Tidak dilakukan Tidak dilakukan
V. DIAGNOSIS
OD konjungtivitis e.c infeksi bakteri
VI. DIAGNOSIS BANDING
OD Konjungtivitis e.c infeksi virus
OD Ulkus kornea e.c alergi
OD Ulkus kornea e.c infeksi bakteri
VII. TERAPI
Cravit ED (Levofloxacin 0,5 mg) 1 tetes tiap 2 jam OD
VIII. PLANNING
a. Pemeriksaan slit lamp
b. Pemeriksaan biakan kuman dan uji resistensi
c. Pemeriksaan parasitologi (KOH)
6
IX. PROGNOSIS
OD OS1. Ad vitam Bonam Bonam2. Ad fungsionam Bonam Bonam3. Ad sanam Bonam Bonam4. Ad kosmetikum Bonam Bonam
7
TINJAUAN PUSTAKA
KONJUNGTIVITIS
A. PENDAHULUAN
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan
pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga
sering disebut mata merah. Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva
atau mata merah atau pink eye. Konjungtivitis merupakan peradangan pada
konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan
oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia.
Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga kemungkinan
terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila ada mikroorganisme yang
dapat menembus pertahanan konjungtiva berupa tear film yang juga berfungsi
untuk mmelarutkan kotoran-kotoran dan bahan-bahan toksik melalui meatus nasi
inferior maka dapat terjadi konjungtivitis.
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan
factor lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi
permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsure berairnya
mengencerkan materi infeksi, mucus menangkap debris dan kerja memompa dari
pelpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata
mengandung substansi antimikroba termasul lisozim. Adanya agen perusak,
menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian
sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema
pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma
(pembentukan folikel). Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui
epitel kepermukaan. Sel-sel kemudian bergabung dengan fibrin dan mucus dari sel
goblet, embentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian
palpebra saat bangun tidur.
B. EPIDEMIOLOGI
Konjungtivitis adalah penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan dapat
diderita oleh seluruh masyarakat tanpa dipengaruhi usia. Walaupun tidak ada
8
dokumen yang secara rinci menjelaskan tentang prevalensi konjungtivitis, tetapi
keadaan ini sudah ditetapkan sebagai penyakit yang sering terjadi pada masyarakat
(Chiang YP, dkk, 1995 dalam Rapuano et al, 2005).
Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering
dihubungkan dengan kondisi lingkungan yang tidak higienis.
C. ANATOMI KONJUNGTIVA
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva
palpebralis) dan permukan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva
bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (konjungtiva tarsalis) dan dengan
epitel kornea di limbus.
Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan
melekat erat ke tarsus . Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke
posterior (pada fornices superior dan inferior) dan menbungkus jaringan episklera
dan menjadi konjungtiva bulbaris (Vaughan, 2000).
Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitales di fornices dan
melipat berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan
memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik (Vaughan, 2000).
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri
palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak
vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya membentuk jaring-
9
jaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva
tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung dengan
pembuluh limfe kelopak mata hingga membentuk pleksus limfatikus yang kaya.
Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan (oftalmik) pertama nervus V.
Saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri.
D. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko terjadinya konjungtivitis adalah paparan yang sering dengan
pasien konjungtivitis, penggunaan lensa kontak, sinusitis, individu dengan sistem
imun yang lemah, dan kontak dengan ibu yang menderita penyakit menular seksual
saat persalinan.
E. ETIOLOGI
Penyebab dari konjungtivitis adalah:
1. Konjungtivitis akibat bakteri, biasanya disebabkan oleh Streptococcus,
Corynebacterium diphterica, Pseudomonas, Neisseria, dan Hemophylus.
Gambaran klinis berupa sekret mukopurulen, kemosis konjungtiva, edema
kelopak, hiperemis. Konjungtivitis bakteri ini mudah menular.
2. Konjungtivitis akibat virus, dapat berupa konjungtivitis herpes simpleks maupun
konjungtivitis varisela-zoster.
3. Konjungtivitis akibat jamur
4. Konjungtivitis akibat alergi
F. GEJALA KLINIS
Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasar ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada
benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya
hipertrofi papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing
didalam mata. Gejala objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air
mata berlebihan), pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak
semacam membrane atau pseudomembran akibat koagulasi fibrin.
Adapun smanifestasi sesuai klasifikasinya adalah sebagai berikut:
1. Konjungtivitis Alergi
10
a. Edea berat sampai ringan pada konjungtivitas
b. Rasa seperti terbakar
c. Injekstion vaskuler pada konjungtivitas
d. Air mata sering keluar sendiri
e. Gatal-gatal adalah bentuk konjungtivitas yang paling berat
2. Konjungtivitis Bakteri
a. Pelebaran pembuluh darah
b. Edema konjungtiva sedang
c. Air mata keluar terus
d. Adanya secret atau kotoran pada mata
e. Kerusakan kecil pada epitel kornea mungkin ditemukan
3. Konjungtivitis Viral
a. Fotofobia
b. Rasa seperti ada benda asing didalam mata
c. Keluar air mata banyak
d. Nyeri prorbital
e. Apabila kornea terinfeksi bisa timbul kekeruhan pada kornea
f. Kemerahan konjungtiva
g. Ditemukan sedikit eksudat
4. Konjungtivitis Bakteri hiperakut
a. Infeksi mata menunjukkan secret purulen yang massif
b. Mata merah
c. Iritasi
d. Nyeri palpasi
e. Biasanya terdapat kemosis
f. Mata bengkak dan adenopati preaurikuler yang nyeri
5. Konjungtivitis Blenore
Tanda-tanda blenore adalah sebagai berikut:
a. Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO
b. Menyebabkan penyebab utama oftalmia neinatorm
c. Memberikan secret purulen padat secret yang kental
d. Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari
e. Perdarahan subkonjungtita dan kemotik
11
Diagnosis Banding Konjungtivitis
Virus Bakteri Alergi Toksik
Gatal - - ++ -
Mata merah + ++ + +
Hemoragi + + - -
Sekret Serous
mucous
Purulen,
kuning,
krusta
Viscus -
Kemosis ± ++ ++ ±
Lakrimasi ++ + + ±
Folikel + - + ±
Papil - + + -
Pseudomembran ± ± - -
Pembesaran
kelenjar limfe
++ + - -
Panus - - - ±
Bersamaan
dengan keratitis
± ±
-
±
Demam ± ±
-
-
Sitologi Granulosit Limposit,
monosit
Eosinofil Sel epitel,
granulosit
G. DIAGNOSIS
Diagnosis konjungtivitis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan
pemeriksaan penunjang. Keberhasilan penanganan konjungtivitis tergantung pada
ketepatan diagnosis, penyebab infeksi, dan besarnya kerusakan yang terjadi.
Adapun jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membantu penegakan
diagnosis adalah:
1. Anamnesis
Dari riwayat anamnesis, didapatkan adanya gejala subjektif yang dikeluhkan
oleh pasien, dapat berupa mata berair, kemerahan, gatal, terasa nyeri atau perih.
12
Yang juga harus digali ialah adanya riwayat alergi, kemasukan benda asing,
dan pemakaian lensa kontak.
2. Pemeriksaan fisis
Visus
Tidak didapatkan adanya penurunan visus pada mata yang mengalami infeksi
oleh karena tidak terdapat defek pada media refrakta, yaitu kornea, aquos
humor, lensa, dan vitreus humor sehingga cahaya tidak terhalang masuk dan
dapat dibiaskan tepat di fovea sentralis retina.
Slit lamp
Dengan Slit Lamp tampak sebagai tonjolan bulat ukuran 1-3 mm, berwarna
kuning atau kelabu, jumlahnya satu atau lebih yang di sekelilingnya terdapat
pelebaran pembuluh darah konjungtiva (hiperemia). Bisa unilateral atau
mengenai kedua mata.
3. Pemeriksaan penunjang
Pewarnaan gram dan KOH
Untuk menentukan mikroorganisme penyebab konjungtivitis, oleh bakteri,
virus, atau jamur.
Kultur
Kadangkala dibutuhkan untuk mengisolasi organisme kausatif pada beberapa
kasus.
J. DIAGNOSIS BANDING
1. Skleritis
2. Hematoma subkonjungtiva
3. Keratitis
4. Glaukoma akut
K. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan konjungtivitis tergantung penyebabnya. Berikut
penatalaksanaan konjungtivitis sesuai penyebab:
Pengobatan konjungtivitis virus akut hanya pengobatan supportif. Hal ini
disebabkan karena konjungtivitis virus akut dapat sembuh sendiri. Pasien diberikan
kompres, lubrikasi, dan pada kasus yang berat dapat diberikan antibiotik dengan
13
steroid topikal. Pengobatan biasanya hanya simptomatik dan antibiotik untuk
mencegah infeksi sekunder.
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen
mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat memulai
terapi antimikroba spectrum luas (mis., polymyxin-trimethoprim). Pada setiap
konjungtivitis purulen yang pulasan gramnya menunjukkan diplokokus gram
negative, dugaan neisseria, harus segera dimulai terapi topical dan sistemik. Jika
kornea tidak terlibat, ceftriaxone 1g diberikan dosis tunggal per intramuscular
biasanya merupakan terapi sistemik yang adekuat. Jika kornea terkena, dibutuhkan
ceftriaxone parental, 1-2g perhari selama 5 hari.
Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, saccus conjunctivalis harus
dibilas dengan larutan saline agar dapat dihilangkan sekret konjungtiva. Untuk
mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta memperhatikan
hygiene perorangan secara khusus.
Perbaikan klinis pada konjungtivitis klamidia umunya dapat dicapai dengan
tetracycline, 1-1,5g/hari peroral dalam empat dosis selama 3-4 minggu,
dozycycline, 100 mg peroral dua kali sehari selama 3 minggu, atau erythromycin,
1g/hari peroral dibagi dalam empat dosis selama 3-4 minggu.
Infeksi pada konjungtivitis jamur berespons terhadap amphotericin B (3-8
mg/ml) dalam larutan air (bukan garam) atau terhadap krim kulit nystatin (100.000
U/g) empat sampai enam kali sehari. Obat ini harus diberikan secara hati-hati agar
benar-benar masuk dalam saccus conjunctivalis.
Karena konjungtivitis alergi merupakan penyakit yang dapat sembuh snediri
maka perlu diingat bahwa medikasi yang dipakai untuk meredakan gejala dapat
member perbaikan dalam waktu singkat, tetapi dapat memberikan kerugian jangka
panjang. Steroid topikal atau sistemik dapat dipakai untuk mengurangi rasa gatal
dan mempunyai efek samping (glaukoma, katarak, dan komplikasi lain) yang
sangat merugikan (Vaughan, 2008).
L. KOMPLIKASI
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan
kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa
komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:
14
1. Ulserasi kornea.
2. Membaliknya bulu mata ke dalam (trikiasis).
3. Membaliknya seluruh tepian palpebra (enteropion).
4. Obstruksi ductus nasolacrimalis.
5. Turunnya kelopak mata atas karena kelumpuhan (ptosis)
(Vaughan, 2008).
M. PROGNOSIS
Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika
bila penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan
kerusakan pada mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti Keratitis,
Glaukoma, katarak maupun ablasi retina.
15
DAFTAR PUSTAKA
Basic and Clinical Science Course. Fundamental and principles of ophthalmology,
section 2, American Academy of Ophthalmology, USA 2008-2009. P. 45-9
Ilyas S. Anatomi dan Fisiologi Mata. Dalam : Ilyas S. Ilmu Penyakit mata Edisi ketiga.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI ; 2008. H.l-13.
Ilyas S. Mata Merah dengan penglihatan normal. In: Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. 3rd
ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2004. P.116-145
Lange Gerhard K.Ophtalmology. 2000. New York: Thieme. P. 117-44
Riordan P. Anatomy & Embriology of the Eye. In: Vaughan DG, Asbury T, Riordan-
Eve P. General Ophtalmology. 17th ed. USA: Appleton & Lange; 2008. P.8-10.
Vaughan D. 2008. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika.
Young, K. 2013. Bacterial conjungtivitis. http: // emedicine. medscape. com/ article/
1191730 - overview# a0156 – diakses 6 Agustus 2013.
16