95272974-bab-i

25
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1.2.Rumusan Masalah a. Bagaimana perawatan prostodontik pada anak dengan menggunakan mahkota stainless steel? b. Bagaimana perawatan prostodontik pada anak dengan menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan? 1.3.Tujuan a. Mengetahui dan menjelaskan tentang perawatan prostodontik pada anak dengan menggunakan mahkota stainless steel. b. Mengetahui dan menjelaskan tentang perawatan prostodontik pada anak dengan menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan. 1.4.Skenario Seorang anak perempuan usia 6 tahun datang ke klinik Pedodonsia dengan keluhan gigi-giginya berlubang, pada atas kanan dan ada sisa akar. Dulu pernah sakit sekarang tidak sakit. Hasil pemeriksaan diperoleh gigi 54 sisa akar dan 55 pulpitis reversible dengan karies pada seluruh permukaan gigi. Hasil pemeriksaan radiografi diperoleh gigi 54 sisa akar, benih gigi 14 ada, tetapi benih gigi 15 agenesi. Tidak ada kelainan jaringan periodontal pada 16, 55, 53. Selanjutnya dokter gigi menjelaskan bahwa gigi tiruan pada rahang atas bersifat temporary partial denture. Selanjutnya akan ditunggu sampai fase pergantian berakhir untuk perawatan definitive denture. Pada saat itu penderita akan dirujuk ke klinik prostodonsia.

Upload: aulia-mursyida

Post on 21-Oct-2015

441 views

Category:

Documents


86 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

1.2.Rumusan Masalah

a. Bagaimana perawatan prostodontik pada anak dengan menggunakan

mahkota stainless steel?

b. Bagaimana perawatan prostodontik pada anak dengan menggunakan gigi

tiruan sebagian lepasan?

1.3.Tujuan

a. Mengetahui dan menjelaskan tentang perawatan prostodontik pada anak

dengan menggunakan mahkota stainless steel.

b. Mengetahui dan menjelaskan tentang perawatan prostodontik pada anak

dengan menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan.

1.4.Skenario

Seorang anak perempuan usia 6 tahun datang ke klinik Pedodonsia dengan

keluhan gigi-giginya berlubang, pada atas kanan dan ada sisa akar. Dulu pernah

sakit sekarang tidak sakit. Hasil pemeriksaan diperoleh gigi 54 sisa akar dan 55

pulpitis reversible dengan karies pada seluruh permukaan gigi. Hasil pemeriksaan

radiografi diperoleh gigi 54 sisa akar, benih gigi 14 ada, tetapi benih gigi 15

agenesi. Tidak ada kelainan jaringan periodontal pada 16, 55, 53. Selanjutnya

dokter gigi menjelaskan bahwa gigi tiruan pada rahang atas bersifat temporary

partial denture. Selanjutnya akan ditunggu sampai fase pergantian berakhir untuk

perawatan definitive denture. Pada saat itu penderita akan dirujuk ke klinik

prostodonsia.

2

1.5.Mapping

Perawatan Prostodontik Pada

Anak

Fungsi Mastikasi Fungsi Estetik

Definitif Temporary Temporary

Definitif

Prosedur

Pelaksanaan

Desain Indikasi Dan

Kontaindikasi

Definisi

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stainless Steel Crown (SSC)

SSC adalah mahkota logam yang dibuat oleh pabrik dalam berbagai

ukuran danmempunyai bentuk anatomis sesuai gigi asli. Materialnya mengandung

18% chromium dan 8%nikel. Adanya chromium mengurangi korosi logam. Sejak

diperkenalkan oleh Humphrey (1950) dalam bidang kedokteran gigi anak,

disamping sebagai retainer pada beberapa kasus, SSC menjadi bahan restorasi

pilihan dalam perawatan gigi sulung dengan kerusakan gigi yang luaskarena dapat

menutupi seluruh mahkota gigi dan membentuk kembali bentuk anatomi gigi

sertalebih tahan lama dibandingkan restorasi lainnya.

SSC memiliki beberapa macam jenis, dilihat dari bahan dasarnya SSC

dibagi menjadi 2 macan, yaitu:

a) Festooned, Dengan merek Ni-Chro primary crown, keluaran ion ± 3M (USA)

adalah metal crownyang sudah dibentuk menurut anatomis gigi, baik kontour

oklusal, bukal / lingual, proksimal dantepi servikal. Penyelesaian preparasi

SSC jenis festooned ini tinggal membentuk / menggunting permukaan servikal

mahkota tersebut.

b) Unfestooned, Dengan merek Sun ± Platinum, keluaran Sankin, Jepang adalah

metal crown yang telahdibentuk permukaan oklusalsaja sedangkan bagian

bukal / lingual dan servikal harus dibentuk dengan tang khusus. Kedua macam

bentuk mahkota harus dimanipulasi agar tetap baik marginalnya.

4

Keterangan :

a : bentuk unfestooned, tepi servikal mahkota belum digunting.

b : bentuk festooned tepi servikal sudah digunting dan dibentuk cembung.

c : bentuk festooned tepi servikal sudah digunting sesuai dengan servikal gigi.

Jika dibandingkan dengan amalgam, SSC memiliki keuntungan yang

lebih. Hal ini termasuk biaya yang lebih murah, perlindungan gigi dari kerusakan

yang lebih parah, chair-time pasien yang lebih sedikit, tidak mengalami perubahan

warna, daya tahan yang lebih baik, tidak terdapat merkuri, dan mampu

mendapatkan kembali dimensi vertikal (yang mungkiin berubah akibat gigi yang

rusak) serta mempertahankan oklusi (Salama dan Myers, 1992).

SSC banyak digunakan dalam perawatan gigi anak ± anak karena banyak

keuntungannyaSSC merupakan suatu bahan restorasi yang ideal untuk mencegah

kehilangan gigi susu secara prematur. Kerusakan yang meluas pada gigi susu.Finn

(1973) menyatakan pemakaian SSC sangat efektif untuk perawatankaries

rampanatau frekwensi kariesnya tinggi, dimana gigi sudah banyak kehilangan

struktur mahkota,sehingga tidak dapat ditambal dengan bahan tambalan biasa.

SSC merupakan restorasi mahota penuh, menutupi gigi secara keseluruhan

sehingga kemungkinan terjadinya sekunder karies menjadi kecil.

Gigi yang mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.Kelainan

hipoplastik akan merusak permukaan oklusal dari gigi molar satu susu

jikadijumpai adanya gangguan sistemik. Misalnya pada kasus amelogenesis

imperfekta dandentinogenesis imperfekta akan merubah morfologi

gigi.Pemakaian gigi yang berlebihan merupakan faktor predisposisi terjadinya

abrasi pada bagian oklusal. Kelainan ini menyebabkan gigimudah terkena karies,

oleh karena permukaanoklusal menjadi kasar yang dapat merupakan retensi dari

plak. Lokasi dan perluasan darikerusakan hipoplastik tidak memungkinkan dibuat

tambalan amalgam, pemakaian SSC perludipertimbangkan.

Gigi sesudah perawatan saluran akar.Hilangnya struktur gigi sesudah

perawatan endodontic yang meluas sampai di bawah perlekatan epitel, maka SSC

merupakan indikasi. Pada gigi molar sulung setelah pulpotomi dan perawatan

saluran akar, yang terbaik adalah dibuatkan restorasi dengan mahkota logam. Hal

5

inidisebabkan karena tidak hanya struktur jaringan gigi yang umunya sudah rusak,

tetapi dentin pada gigi yang non vital lebih rapuh dan dapat menjadi fraktur oleh

karena tekanan oklusal darikekuatan pengunyahan. Untuk mencegah kegagalan

perawatan sebaiknya digunakan restorasi mahkota logam. Hal ini disebabkan

karena pada umumnya gigi sulung dengan indikasi perawatan pulpa kemungkinan

besar telah memerlukan mahkota sebagai restorasi.

Sebagai pegangan dari space maintainer atau protesa.SSC digunakan

sebagai pegangan untuk space maintainer akar jika gigi pegangan itumerupakan

indikasi untuk pembuatan SSC, misalnya pada kasus :

a. Gigi molar dua susu (m2) yang berbentuk konus.

b. Gigi molar satu permanen (M1) pada umur muda, dimana selanjutnya akan

digantidengan gold crown oleh karena pada umur tesebut morfologi pulpa dan

panjang mahkotagigi secara klinis mungkin menghalangi penggunaan gold

crown.

Pada kasus ± kasus bruxism yang berat gigi mungkin mengalami abrasi

sehingga SSC dibutuhkan untuk mengembalikan vertikaldimensi dan mencegah

kerusakan pulpa akibat trauma.

Untuk mengoreksi single crossbite anterior pada gigi susu.Untuk

perawatan CBA, mahkota dipasangkan terbalik pada gigi anterior atas 2

minggu sampaimaloklusi terkoreksi.

Terdapat beberapa tahapan dalam mengaplikasikan SSC, diantaranya adalah:

a. Teknik Preparasi

Sebelum melakukan preparasi, hendaknya anestesi diberikan dan penyesuaian

oklusal dilakukan. Ada tiga tahap dalam preparasi, yaitu pengurangan oklusal,

proksimal, dan membulatkan line angle. Langkah preparasi adalah sebagai

berikut:

1. Pengurangan oklusal

Permukaan oklusal gigi dikurangi 1,5 sampai 2 mm mengikuti bentuk

tonjol dan mempertahankan kontur asli tonjol. Daerah supragingiva juga

dikurangi hingga 0,5-1mm dibawah puncak gingiva.

2. Pengurangan proksimal

6

Bur digerakkan dengan arah buccolingual sepanjang permukaan proksimal,

dimulai dari marginal ridge dan dengan sudut sedikit konvergen ke arah

oklusal. Reduksi yang telah cukup diperiksa dengan menggunakan

eksploler pada gingiva interproksimal.

3. Membulatkan line angle

Line angle baik pada preparasi oklusal dan proksimal dibulatkan supaya

tidak terdapat daerah yang tajam yang akan mempersulit penempatan SSC.

(Muthu dan Sivakumar, 2009)

b. Pemilihan Crown

Terdapat tiga pertimbangan untuk pemilihan mahkota yang akan digunakan,

yaitu:

1. Berdasarkan preparasi gigi dengan mengukur lebar mesiodistal gigi.

2. Langsung dipilih setelah gigi dipreparasi

3. Menggunakan metode trial and error

Gigi yang dipilih kemudian ditempatkan pada daerah lingual lalu diputar ke

arah buccal. Pengurangan ekses yang dibutuhkan pada crown bisa dilakukan

dengan bur bulat atau instrumen yang tidak menimbulkan panas. Penempatan

mahkota yang benar akan sesuai dengan tinggi marginal ridge pada gigi dan

tidak berputar pada gigi. Mahkota harus benar-benar beradaptasi baik dengfan

gigi supaya bakteri tidak mudah menempel sehingga menimbulkan karies lagi.

Untuk mengencangkan mahkota supaya tidak ada rongga dapat digunakan

tang sehingga dapat membentuk batas gingiva yang tepat. Adaptasi mahkota

yang tepat adalah sebagai berikut:

1. Mahkota harus tidak dapat berpindah dengan tekanan jari

2. Mahkota harus pas dengan gigi

3. Tidak ada pemucatan akibat penekanan berlebih pada gingival

4. Margin mahkota 1mm di dalam sulkus dan menyatu dengan struktur

permukaan gigi

5. Jangan sampai terjadi oklusi traumatic (Muthu dan Sivakumar, 2009).

7

c. Finishing

Setelah preparasi dan adaptasi mahkota, gigi dapat dihaluskan dengan green

stone dilanjutkan dengan rubber wheel untuk memoles permukaan (Muthu dan

Sivakumar, 2009).

d. Sementasi

Pemilihan semen tergantung pada status pulpa. Yang biasa digunakan adalah

semen ionomer kaca. Retensi yang digunakan pada SSC lebih kepada media

sementasi dibandingkan dengan adaptasi mekanis. Setelah dilakukan

sementasi, ekses yang terdapat di proksimal dihilangkan dengan floss. Adanya

ekses semen menandakan seluruh ruang yang terdapat pada mahkota dan gigi

telah terisi dengan baik (Muthu dan Sivakumar, 2009).

2.2. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Anak (GTSL Anak)

Geligi tiruan yang menggantikan satu atau lebih, tetapi tidak semua gigi

serta jaringan sekitarnya dan didukung oleh gigi dan atau jaringan di bawahnya,

serta dapat dikeluar-masukkan ke dalam mulut oleh pemakainya, dikenal sebagai

Geligi Tiruan Sebagian Lepasan (removable partial denture).

lmu gigitiruan sebagian dikenal pula sebagai partial denture prosthetic

atau removable partial prosthodontics.

Tanggalnya gigi sulung secara dini disebabkan oleh kerusakan gigi atau

karena faktor genetik. Tanggalnya gigi mengakibatkan migrasi gigi tetangga dan

antagonisnya untuk mengisi ruang yang kosong sehingga akan terjadi maloklusi.

Pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan ditujukan untuk mengembalikan fungsi

mastikasi, mencegah gangguan bicara dan dapat mengembalikan rasa percaya diri

pada anak, terutama jika dilihat dari segi estetik.

Perawatan dengan menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan anak

dilakukan dengan mempertimbangkan pertumbuhan dan perkembangan gigi dan

rahang. Selama periode pertumbuhan gigi tiruan memerlukan penyesuaian secara

periodik dan terusmenerus, sehingga disain gigi tiruan sebagian lepasan yang

dibuat tidak menghambat pertumbuhan.

8

Gigi tiruan sebagian lepasan merupakan alat yang dapat digunakan untuk

mengganti gigi yang hilang, selain itu diharapkan dapat mengembalikan fungsi

mastikasi, bicara dan penampilan. Keberhasilan perawatan gigi tiruan sebagian

lepasan anak didukung oleh kerja sama yang baik antara anak, orang tua, dan

dokter.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan GTS

adalah :

a. Gigi tiruan tersebut harus tahan lama

b. Gigi tiruan tersebut harus dapat mempertahankan dan melindungi gigi yang

masih ada serta jaringan yang sekitarnya.

c. Gigi tiruan tersebut tidak boleh merugikan pasien dalam bentuk apapun

d. Gigi tiruan tersebut harus mempunyai konstruksi dan desain yang harmonis.

Keberhasilan pembuatan GTS sangat tergantung pada peran serta pasien untuk

mau dan dapat beradaptasi dalam pemakaiannya.

Bagian-bagian dari gigi tiruan lepasan yaitu:

a. Saddle

Bagian dari GTL yang mengganti jaringan alveoli yang hilang dan sebagian

tempat gigitiruan tersebut terbuat dari akrilik/logam terdiri dari Rudebouder

sadle dan free and sadle.

b. Oklusal rest

Bagian dari gigitiruan yang terletak pada permukaan gigi terdiri dari oklusal

rest, incisal rest, cingulum rest, dan lingual rest.

c. Direct retainer

Bagian dari gigitiruan yang terletak dan melingkari gigi penyangga yang

memberikan retensi dan braching/mencegah terlepasnya gigitiruan.

d. Indirect retainer

Bagian dari gigitiruanyang terletak pada rest seal sejauh mungkin dari free and

sadle pada sisi yang berlawanan dengan garis fulcrum.

e. Conector

Bagian dari gigitiruan yang menghubungkan kompenen-komponennya terdiri

dari major konektor dan kinor konektor.

f. Gigitiruan

Dibagi berdasarkan bahan dan bentuk.

Proses pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan memiliki beberapa tahapan,

yaitu :

a. Cocokkan sendok cetak anatomis

b. 2. Cetak dengan alginate

c. Cor dengan gips keras

9

d. Desain klamer dengan basis protesa

e. Buat klamer

f. Buat basisnya dan pasang gigi artifisial, lalu model dioklusikan

g. Haluskan basis dan perbaiki yang mesih kurang

h. Flasking

i. Boiling out

j. Curing

k. Finishing and polishing

l. Insersi denture pada pasien.

10

BAB III

PEMBAHASAN

3.1.Stainless Steel Crown (SSC)

3.1.1. Definisi

SSC adalah mahkota logam yang dibuat oleh pabrik dalam berbagai

ukuran danmempunyai bentuk anatomis sesuai gigi asli. Materialnya mengandung

18% chromium dan 8%nikel. Adanya chromium mengurangi korosi logam. Sejak

diperkenalkan oleh Humphrey (1950) dalam bidang kedokteran gigi anak,

disamping sebagai retainer pada beberapa kasus, SSC menjadi bahan restorasi

pilihan dalam perawatan gigi sulung dengan kerusakan gigi yang luaskarena dapat

menutupi seluruh mahkota gigi dan membentuk kembali bentuk anatomi gigi

sertalebih tahan lama dibandingkan restorasi lainnya.

Terdapat dua macam produk SSC yaitu:

a. Vestoon : produk yang sudah jadi dengan bentuk sesuai dengan anatomi

gigi

b. Unvestoon : produk yang sudah jadi dengan bentuk oklusal sesuai dengan

anatomi gigi

3.1.2. Indikasi dan Kontraindikasi

a. Indikasi

1. Tumpatan dengan glass ionomer, komposit, atau amalgam yang tidak

berhasil

2. Untuk gigi yang fraktur

3. Adanya defek atau cacat pada dentin

4. Sebagai abutment space maintener

5. Restorasi sulung atau permanen muda dengan karies luas

6. Bruxism dengan tingkatan yang berat

7. Hipoplasia enamel

8. Restorasi setelah perawatan pulpa

9. Untuk mengoreksi single cross bite

11

b. Kontraindikasi

1. Tidak terdapat retensi untuk restorasi SSC

2. Gigi anterior, jika dengan terpaksa menggunakan SSC pada gigi anterior,

maka dibuatkan pigura di bagian fasial

3. Pasien dengan alergi logam

4. Anak yang memilii kelainan sistemik dan keganasan

5. Gigi pengganti yang akan erupsi

3.1.3. Desain

Pada kasus skenario, gigi 55 dibuatan restorasi dengan mahkota stainless

steel dengan lup di bagian 54 sebagai space maintener. Fungsi dari lup tersebut

adalah mempertahankan legkung rahang dan mencegah gigi antagonis menjadi

tidak ekstrusi. SSC ini dapat dipakai sampai gigi 14 erupsi dan kemudian lup

dilepas. SSC pada gigi 55 dapat dipertahankan selama mungkin asalkan tidak

terdapat masalah misalnya kegoyangan.

3.1.4. Prosedur Pelaksanaan

Tahapan dalam pembuatan SSC adalah:

a. Cek oklusi awal

b. Isolasi daerah kerja

c. Mengurangi tinggi oklusal (1-1,5 mm)

d. Mengurangi bagian proksimal

e. Membulatkan tepi yang tajam atau dibevel agar mudah dalam insersi

f. Seleksi bahan

12

g. Mencoba mahkota

h. Menyesuaikan mahkota

i. Membentuk tepi mahkota

j. Penyemenan dengan semen polikarboksilat

k. Pengecekan akhir

l. DHE

Spesifikasi pada teknik preparasi adalah:

a. Pengukuran materi gigi

Sebelum gigi di preparasi jarak meso distal di ukur dengan kaliper.

Pengukuran ni bertujuan untuk memilh besarnya SSC yang akan dipakai,

sesuai dengan besarnya gigi.

b. Pembuangan seluruh jaringan karies

Dengan round bur putaran rendah atau dengan menggunakan ekscavator

c. Mengurangi permukaan oklusal

Fisur-fisur yang dalam pada permukaan oklusal diambil sampai kedalaman 1-

1,5mm dengan taperred diamond bur

d. Mengurangi permukaan proksimal

Sebelum melakukan preparasi, gigi tetangga dilindungi dengan prositektor

atau suatu steel matrik band. Tempatkan tappered diamond bur berkontrak

dengan gigi pada embrasur bukal atau lingual dengan posisi sudut kira-kira

20ᵒ dari vertikal dan ujungnya pada margin gingiva. Preparasi dilakukan

dengan suatu gerakan bukolingual melputi kontur proksimal gigi. Untuk

mengurangi resiko kerusakan pada gigi tetangga akibat posisi bur yang miring,

maka slicing dilakukan lebih dahulu dari lingual ke arah bukal atau

sebaliknya, baru kemudian dari oklusal ke gingival

e. Mengurangi permukaan bukal dan lingual

Dengan tapered diamond bur permukaan bukal dan lingual dkurangi sedikit

sampai ke gingival margin dengan kedalaman lebih kurang 1-1,5mm. Sudut-

sudut antara ke-2 permukaan dibulatkan.

f. Perlindungan pulpa.

13

Pembuangan jaringan karies yang telah mencapai dentin cukup dalam

sebaiknya ditutupi dengan kalsium hidroksida, yang berfungsi melindungi

pulpa terhadap iritasi.

Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan keberhasilan pembuatan

SSC, adalah:

a. Pengurangan struktur gigi yang tepat

b. Retensi yang cukup

c. Kerusakan gigi tetangga

d. Kesehatan gingival yang tetap terjaga dengan adaptasi marginal yang akurat

e. Pemilihan crown yang tepat

Beberapa penyebab kegagalan dari pembuatan SSC adalah:

a. Preparasi yang tidak baik

b. Kegagalan perawatan pulpa

c. Sementasi yang tidak sesuai

d. Adaptasi mahkota tidak baik

3.2. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Anak (GTSL Anak)

3.2.1. Definisi

Definisi gigi tiruan sebagian, menurut:

a. Osborne (1925)

Gigi tiruan sebagian adalah gigi tiruan yg menggantikan sebagian dari pada

gigi asli yang hilang dan dapat dilepas sendiri oleh sang pasien dari mulutnya

b. Applegate (1925)

Gigi tiruan sebagian adalah suatu alat yg dapat dilepas menggantikan gigi asli

yg hilang dan memperoleh dukungan utama dari jaringan sadel dengan suatu

dukungan tambahan dari gigi asli yang masih tertinggal

c. Mc.Cracken (1973)

Suatu restorasi prostetic yang menggantikan gigi asli yang hilang dan bagian

lain dari rahang yang tak bergigi sebagian, mendapat dukungaan terutama dari

14

jaringan dibawahnya dan sebagian dari gigi asli yang masih tertinggal dipakai

sebagai gigi pegangan /abutment

d. Glossary of prosthodontics (1999)

GTS merupakan bagian prostodonsia yang menggantikan satu atau beberapa

gigi yang hilang dengan gigi tiruan dan didukung oleh gigi, mukosa atau

kombinasi gigi mukosa yang dipasang dan dilepas oleh pasien.

3.2.2. Indikasi dan Kontraindikasi

a. Indikasi

1. Secara radiografi gigi pegganti erupsi > 6 bulan

2. Gigi anterior sulung hilang karena trauma

3. Gigi permanen muda hilang karena trauma

4. Pertimbangan estetik

5. Celah palatum

6. Pasien yang kooperatif

7. Gigi penyangga tidak dapat dipasang gigi tiruan cekat

8. Tidak terdapat benih gigi secara congenital

9. Tanggalnya gigi molar sulung secara dini

b. Kontraindikasi

1. Pasien tidak kooperatif

2. Social ekonomi

3. Kasus kehilangan semua gigi

4. Gigi pengganti akan erupsi

5. Usia kurang dari 2,5 tahun

6. Pasien dengan keterbelakangan mental

7. Apabila ada gigi yang dapat digunakan sebagai abutment gigi tiruan cekat

8. Alergi terhadap bahan, misalnya akrilik.

3.2.3. Desain

Basis : plat akrilik penuh, karena reparasi mudah pada saat adanya

pertumbuhan rahang, dan juga pada pasien anak-anak harus

menutupi seluruh permukaan palatum yang juga bersifat sebagai

retensi, serta menghindari kemungkinan terjadinya GTSL yang

15

tertelan

Retensi : Klamer adams pada gigi 16 dan 26

Stabilisasi : rest pada gigi caninus

Dukungan : dukungan dari gigi, agar tidak mempengaruhi pertumbuhan atau

pola resorpsi pada bakal gigi permanen yang akan erupsi

Disain gigi tiruan perlu diperhatikan faktor-faktor di bawah ini:

a. Garis fulkrum merupakan garis khayal yang membagi dua daerah tidak bergigi

dan berfungsi untuk menentukan tempat dan arah cangkolan, selain itu

perluasan landasan gigi tiruan harus memperhatikan nilai beban kunyah di

sebelah kanan dan kiri garis fulkrum.

b. Arah pemasangan cangkolan pada gigi kaninus dari mesial ke distal, cara

tersebut disesuaikan dengan bererupsinya gigi insisif tetap dan bergesernya

gigi kaninus sulung ke arah distal. Cangkolan tidak menempel pada gigi dan

diberi jarak 0,5 mm, dengan tujuan tidak menghambat pertumbuhan.

c. Pemakaian pada rahang bawah dalam jangka waktu yang panjang sebaiknya

dibuat lingual bar dari logam dengan arah 2 mm lebih ke lingual dari jaringan

lunak.

d. Perkembangan alveolar akan berjalan ke arah lateral, maka disain landasan

dibuat sampai 1/3 forniks atau kurang lebih sejajar dengan puncak alveolar

(alveolar crest), dengan tujuan agar tidak menghambat pertumbuhan.

e. Perluasan sayap bukal pada rahang atas dibuat rendah dan warna harus sesuai

dengan jaringan sekitarnya. Landasan akrilik pada rahang atas harus menutupi

seluruh bagian palatum dengan tujuan untuk mendapatkan retensi dan

stabilisasi.

f. Jurusan pemasangan gigi tiruan memudahkan pasien dalam pemakaian.

g. Kesehatan jaringan yang tersisa dalam pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan

lebih ditujukan untuk memelihara dan mempertahankan jaringan yang tersisa.

h. Faktor estetis berpengaruh pada penampilan, maka harus disesuaikan dengan

kepribadian pasien, antara lain dalam hal warna gigi, bentuk gigi, penyusunan

gigi, dimensi vertikal, panjang dan lebar gigi.

16

Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan pada anak dapat dilihat dari

pertimbangan berdasarkan usia, dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Usia 2,5–3 tahun

Cangkolan pada gigi kaninus sulung tidak boleh memberikan tekanan, hal ini

ditujukan untuk memberikan kesempatan rahang bergerak ke

anterior.Cangkolan untuk gigi molar sulung harus dibuat dengan tangan

cangkolan harus mengelilingi permukaan terluar gigi.Hal ini ditujukan karena

mahkota gigi molar sangat pendek. Selain itu pada rahang atas perluasan

landasan harus menutupi palatum sampai batas daerah getar atau vibrating

line. Perluasan ke arah bukal atau labial pada umumnya pendek tidak melebihi

sampai ke forniks.Pada rahang bawah dianjurkan menggunakan lingual bar

yang ditempatkan 2 mm dari jaringan lunak.

b. Usia 5,5 – 6 tahun

Cangkolan yang digunakan adalah cangkolan Adam dan cangkolan C.

Cangkolan C harus dilepas dari landasan pada saat erupsi gigi incisivus tetap

dan gigi molar pertama dan dilakukan perbaikan.Gigi molar pertama yang

telah bererupsi seluruhnya dapat dijadikan gigi sandaran untuk perawatan

selanjutnya.Landasan yang digunakan berupa tissue conditioner pada bagian

labial dan bukal dengan tujuan agar pertumbuhan rahang tidak terhambat.

c. Usia 7 – 8 tahun

Usia 7–8 tahun terjadi pertumbuhan pada daerah anteroposterior, sehingga

panjang landasan harus pendek dan sesuai dengan warna jaringan lunak, selain

itu digunakan tissue conditioner pada daerah pertumbuhan. Cangkolan C

digunakan untuk gigi molar pertama tetap.

d. Usia 12 tahun

Erupsi gigi telah lengkap, kecuali gigi molar ketiga, selain itu

pertumbuhan rahang berjalan lambat, sehingga untuk penyesuaian gigi tiruan

sebagian lepasan dapat lebih mudah.

Prinsip biomekanik merupakan prinsip mekanika yang memperhitungkan

respon dari jaringan hidup. Prinsip biomekanik merupakan dasar penting dalam

17

mendisain gigi tiruan sebagian lepasan. Prinsip biomekanik yang harus

diperhatikan dalam mendisain gigi tiruan meliputi:

a. Timbulnya ungkitan dari gigi tiruan yang menyebabkan terjadinya daya pada

gigi sandaran (daya torsi). Perbedaan kompresibilitas antara jaringan

periodontal dan jaringan lunak akan menyebabkan landasan akan bergerak

menurun pada saat terkena beban fungsional/beban kunyah. Turunnya

landasan ini, menimbulkan ungkitan dan menyebabkan gigi sandaran menjadi

longgar.

b. Penyebarluasan beban kunyah pada masing-masing jaringan. Gigi tiruan harus

di dukung oleh gigi dan linggir alveolar, selain itu beban fungsional seimbang

di antara jaringan lunak dan gigi yang masih ada.

c. Faktor yang mempengaruhi besarnya daya yang disalurkan pada gigi

sandaran.

d. Pertimbangan kemampuan fisiologis. Mendapatkan prognosa yang baik dapat

ditentukan dengan membagi daya fungsional secara seimbang antara gigi

sandaran dan linggir alveolar, sehingga efek ungkitan dapat dikurangi serta

tidak menerima daya oklusal yang melebihi batas kemampuan fisiologis.

Rencana perawatan gigi tiruan sebagian lepasan pada anak dengan

kehilangan gigi sejak lahir yang disebabkan oleh faktor genetik lebih sulit,

terutama jika dibandingkan dengan tanggalnya gigi dengan keadaan masih

terdapat gigi kodratnya, sebab pada kehilangan gigi sejak lahir akan sulit untuk

menentukan disain yang akan dibuat karena tidak terdapat oklusi gigi sebelumnya.

Keberhasilan atau kegagalan penggunaan alat gigi tiruan sebagian lepasan

pada anak didukung oleh tiga faktor utama yaitu:

a. Kemampuan dokter gigi

Dokter gigi dan tekniker harus dapat merancang gigi tiruan yang mampu

beradaptasi dengan baik sesuai bentuk anatomi gigi yang hilang.Kemampuan

dokter gigi dalam memberikan motivasi kepada pasien dapat mempengaruhi

keberhasilan dalam penggunaan gigi tiruan.

18

b. Usia pasien

Berdasarkan penelitian, penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan pada anak

usia 2,5 tahun dan usia 5 tahun tidak ditemukan adanya perubahan, perbaikan

atau kesulitan yang berarti. Penggunaan gigi tiruan lepasan dapat disesuaikan

dengan usia pasien sehingga dapat dilakukan perbaikan atau penggantian gigi

tiruan lepasan.

c. Kerjasama orang tua

Memberikan informasi secara langsung mengenai pemakaian gigi tiruan

kepada pasien maupun orang tua pasien sehingga mempermudah dalam

penggunaan dan pemeliharaan, selain itu orang tua yang berpengalaman dalam

pemakaian gigi tiruan lepasan dapat membantu anaknya dalam memakai dan

merawat gigi tiruan tersebut.

Keberhasilan dalam pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan pada anak,

dapat ditentukan dengan memberikan informasi dan instruksi-instruksi khusus

pada pasien maupun orang tua, yaitu:

a. Instruksi pada anak

Anak diberi penjelasan dengan bahasa yang sederhana, sehingga anak

dapat memberikan kerjasama yang baik, selain itu anak dianjurkan untuk

memberitahukan kepada orang tuanya jika ada keluhan pada pemakaian gigi

tiruan.

Memberikan motivasi terutama pada anak usia 2 – 5 tahun agar gigi tiruan

tidak dilepas dari dalam mulut tanpa sepengetahuan orang tua. Pemasangan

gigi tiruan pertama kali dilakukan oleh dokter dengan menggunakan cermin

untuk melihat cara memasang dan melepas gigi tiruan, setelah itu anak dapat

mencoba sendiri. Gigi tiruan sebagian lepasan sebaiknya dilepas pada saat

berolah raga dan pada saat malam hari, gigi tiruan direndam dalam air dan

dibersihkan setiap hari dengan bantuan orang tua.

b. Instruksi orang tua

Orang tua diharapkan ikut melihat pada saat anak memasang dan

melepas gigi tiruan, selain itu jika anak tidak memakai gigi tiruan karena ada

keluhan rasa sakit pada gusi maka orang tua diharapkan segera untuk

19

menghubungi dokter gigi untuk mengatasi masalah yang dikhawatirkan

mengganggu pemakaian gigi tiruan tersebut.

Pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan dapat mengakibatkan perubahan

patologis, jika tidak mengikuti instruksi mengenai pemeliharaan kebersihan

mulut. Dampak yang timbul antara lain bertambahnya akumulasi plak,

meningkatnya frekuensi karies, terjadi denture stomatitis dan menyebabkan

gigi tetangga menjadi goyang.

Perawatan yang dilakukan untuk mengurangi faktor-faktor yang

mengakibatkan keluhan pada pasien yaitu:

a. Pasien dianjurkan untuk menyikat gigi setiap hari terutama sebelum tidur.

b. Gigi tiruan pada waktu tidur dilepas dan disimpan dalam gelas yang berisi air,

setiap hari harus dibersihkan.

c. Denture stomatitis terjadi karena pemakaian gigi tiruan yang diakibatkan

trauma pada mukosa. Perawatan yang diperhatikan antara lain posisi

cangkolan agar tidak melukai jaringan sekitar.

d. Pengurangan bagian oklusal dari gigi tiruan dilakukan jika terjadi kontak

prematur antara gigi antagonisnya.

e. Cangkolan dan sayap landasan yang merupakan retensi dari gigi tiruan harus

sesuai dengan disain, agar gigi tiruan tidak mudah lepas.

Setelah gigi tiruan sebagian lepasan digunakan anak, untuk tahap

berikutnya dilakukan pengontrolan secara berkala kurang lebih 4 – 6 minggu, jika

tidak ada keluhan dan perkembangan normal, soft acrylic yang digunakan sebagai

sayap landasan akan keluar dan dilakukan penyesuaian dengan cara mengurangi

akrilik tersebut. Bertambahnya usia anak, maka suatu gigi tiruan sebagian lepasan

memerlukan penyesuaian secara periodik untuk mengikuti pola pertumbuhan dan

perkembangan rahang, serta erupsi gigi tetap anak.

3.2.4. Prosedur Pelaksanaan

Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan memerlukan beberapa tahap:

a. Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi.

Daerah tak bergigi pada suatu lengkung gigi dapat bervariasi, anatara lain

dalam hal panjang, macam, jumlah dan letaknya. Semua ini akan

20

mempengaruhi rencana pembuatan disain gigi tiruan, baik dalam bentuk sadel,

konektor maupun pendukungnya.

b. Menentukan macam dukungan dari setiap sadel.

Bentuk daerah tidak bergigi ada dua macam yaitu daerah tertutup (paradental)

dan daerah berujung bebas (free end). Bentuk sadel dibagi menjadi dua

yaitu sadel tertutup dan berujung bebas. Terdapat tiga pilihan untuk dukungan

sadel tertutup, yaitu dukungan gigi, mukosa, atau kombinasi.Sebaliknya untuk

sadel berujung bebas dukungan pada umumnya berasal dari mukosa.

Dukungan terbaik untuk gigi tiruan sebagian lepasan diperoleh dengan

memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut antara lain keadaan jaringan

pendukung, panjang dan jumlah sadel serta keadaan rahang.

c. Menentukan jenis penahan.

Penahan yang akan dipilih dapat ditentukan dengan memperhatikan faktor-

faktor berikut:

1. Dukungan sadel

Dukungan sadel berkaitan dengan indikasi macam cangkolan yang akan

dipakai dan gigi penyangga yang diperlukan.

2. Stabilitas gigi tiruan

Berhubungan dengan jumlah dan macam gigi pendukung yang ada dan

yang akan dipakai.

3. Estetika

Berhubungan dengan bentuk dan tipe cangkolan dan lokasi gigi

penyangga.

4. Menentukan jenis konektor.

Konektor yang dipakai biasanya berbentuk pelat, yaitu pada gigi tiruan

dari resin.

Sebelum gigi tiruan sebagian lepasan dipasang dalam mulut anak,

sebaiknya persiapan dalam mulut dilakukan terlebih dahulu. Persiapan mulut ini

bertujuan untuk mendapatkan keadaan mulut yang mampu mendukung dan

memberikan retensi pada gigi tiruan sebagian lepasan, serta memelihara sisa gigi

21

dan jaringan pendukungnya. Persiapan mulut ini dapat meliputi berbagai cabang

kedokteran gigi, antara lain:

a. Persiapan bedah

Gigi yang tidak dapat dipertahankan lagi sebaiknya harus dilakukan

pencabutan sebelum pembuatan gigi tiruan.

b. Persiapan konservasi dan endodontic

Perawatan konservasi dilakukan untuk memperbaiki gigi yang karies atau

untuk melindungi gigi penyangga pada pasien yang rentan karies, serta untuk

memperoleh bentuk mahkota gigi yang dapat mendukung gigi tiruan agar

cukup retensi. Selain itu, perawatan konservasi dapat mengurangi resiko

akumulasi plak pada gigi yang mengalami karies. Perawatan endodontik akan

memungkinkan pemeliharaan gigi yang dapat menjadi penyangga gigi tiruan

yang akan dibuat.

c. Persiapan periodontik

Pasien anak sering membutuhkan prosedur periodontik terutama untuk

penderita gingivitis karena adanya karang gigi dan akumulasi plak.Kebersihan

mulut anak perlu diperhatikan, agar mendapatkan hasil yang baik dalam

perawatan.

Dokter gigi perlu memberikan penjelasan yang dapat dimengerti anak

sebelum melakukan pencetakan rahang karena anak-anak belum memiliki

pengalaman mengenai tahap pencetakan. Hasil yang optimal dapat diperoleh

dengan mengetahui beberapa pertimbangan dalam pencetakan, antara lain:

a. Pemilihan sendok cetak

Pencetakan pada anak menggunakan sendok cetak ukuran kecil. Berbagai

macam ukuran sendok cetak yang cocok pada anak sudah tersedia dan dapat

digunakan dalam berbagai macam keadaan. Sendok cetak kaku yang

berlubang telah tersedia dalam berbagai ukuran yang sesuai untuk anak-anak.

Ukuran yang telah dianjurkan untuk pencetakan adalah jarak anatara gigi dan

sendok cetak sekitar 3 mm, dengan perluasan distal yang cukup.

b. Pemilihan bahan cetak

22

Pemilihan bahan cetak akan menentukan keberhasilan suatu pencetakan.

Bahan cetak yang sebaiknya digunakan adalah alginat, dapat digunakan

jenis regular setting maupun fast setting. Alginat yang digunakan untuk anak-

anak biasanya yang masa pengerasannya relatif pendek. Perlu diperhatikan

perbandingan air dan bubuk sesuai dengan petunjuk dari pabrik untuk

mendapatkan hasil yang optimal.

c. Mengatasi refleks mual

Pasien pada umumnya akan merasa mual pada saat melakukan pencetakan,

oleh karena itu perlu penanganan yang tepat untuk mencegah atau mengontrol

refleks mual. Refleks mual pada anak dapat dicegah dengan menggunakan

bahan cetak yang memiliki rasa, meminta anak berkumur dengan air hangat

yang berisi cairan anastetik sehingga memberikan rasa kebal, anak diminta

bernafas teratur, atau juga mengalihkan perhatian anak pada hal-hal lain

sampai pencetakan selesai dilakukan. Kelebihan bahan cetak sebaiknya

dihindari agar tidak mengalir ke orofaring.Anak dapat juga dialihkan

perhatiannya dengan memberikan sedikit bahan cetak yang belum mengeras

pada jarinya. Anak diinstruksikan untuk bernapas melalui hidung serta

menundukkan kepalanya ke depan. Penggunaan suction atau penyedot saliva

untuk membuang saliva dapat digunakan untuk mencegah refleks mual pada

anak.

d. Pencetakan rahang bawah

Pencetakan rahang bawah biasanya dilakukan dahulu untuk menghindari rasa

mual dan rasa takut anak. Dokter gigi berdiri di samping kanan depan anak

saat menyiapkan sendok cetak. Jari tangan diletakkan di daerah molar sendok

cetak dan ibu jari di bawah rahang bawah, pada posisi tersebut anak tidak akan

dapat merubah posisi sendok cetak, demikian juga dengan pergerakan badan

atau kepala. Anak diminta untuk mendorong lidahnya keluar untuk

mendapatkan kontraksi otot milohioid. Hasil cetakan jika sudah baik tidak

terdapat cacat atau rusak maka dilanjutkan dengan pencetakan rahang atas.

e. Pencetakan rahang atas

23

Posisi dokter pada pencetakan rahang atas yaitu berdiri di samping kanan

belakang anak, kemudian sendok cetak dimasukkan.Penekanan dengan jari

tengah atau telunjuk kedua tangan pada daerah posterior sendok cetak dan ibu

jari berada di atas arkus zigomatikus.Penekanan pada sendok cetak yang

berada dalam mulut anak pada rahang atas maupun rahang bawah adalah pada

bagian posterior terlebih dahulu kemudian pada daerah anterior.

Gigi tiruan pada anak terdiri atas landasan gigi tiruan, cangkolan dan

elemen gigi tiruan. Landasan pada umumnya dibuat dari resin akrilik karena

mudah dimodifikasi mengikuti pertumbuhan dan perkembangan gigi serta erupsi

gigi. Landasan sebaiknya dibuat transparan dan cukup kuat saat dipakai makan.

Gigi tiruan rahang atas didisain dari landasan akrilik, tetapi gigi tiruan sebagian

rahang bawah dapat dirancang dari konektor logam untuk menambah retensi yang

lebih bai. Landasan gigi tiruan sebagian lepasan dibuat menutupi permukaan

palatal/lingual gigi-gigi yang ada dan daerah interdental dengan tujuan

mendapatkan stabilitas dan retensi.

Cangkolan dibuat dari kawat logam tahan karat dan diperlukan untuk

mendapatkan retensi serta dukungan dari gigi atau jaringan lunak. Jenis cangkolan

yang digunakan pada gigi tiruan sebagian lepasan antara lain cangkolan Adam,

cangkolan bola, dan cangkolan sirkumferensial. Cangkolan suatu gigi tiruan perlu

dirancang dengan akurat, karena jika tidak akan mempengaruhi terhadap

peningkatan aktivitas karies.

24

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Pada kasus di skenario 5, pasien dengan diagnose dan rencana perawatan

sebagai berikut:

Gigi 54 : sisa akar, perawatan dengan diekstraksi dan diberi space

maintener.

Gigi 55 : pulpitis irreversible, perawatan saluran akar dan diberi restorasi

SSC

Gigi 15 : agenesis

4.2. Saran

25

DAFTAR PUSTAKA

Gunadi HA, Suryatenggara F. 1991. Buku Ajar Ilmu Geligi TiruanSebagian

Lepasan Jilid I. Jakarta: Hipokrates.

Haslinda Z. 2001. Bagaimana Mempersiapkan Gigi Yang Tinggal

untuk Menerima Gigitiruan Sebagian Lepasan. Dentika Dental Journal.

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/8450