93038947-laptutketuku
DESCRIPTION
gTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bidang kedokteran gigi, khususnya bidang periodonsia, dikenal
istilah perawatan non bedah periodontal. Perwatan non bedah periodontal
yang disebut juga terapi fase I atau terapi inisial adalah terapi dengan cara
menghilangkan beberapa faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa
melakukan tindakan bedah periodontal atau melakukan perawatan restoratif
dan prostetik.
Tujuan utama perawatan periodontal tidak hanya menghentikan
penyakit periodontal, tetapi juga menggantikan bagian jaringan penyangga
yang mengalami kerusakan). Keberhasilan perawatan periodontal sangat
bergantung kepada kesempurnaan dalam menghilangkan keradangan gingiva,
perdarahan gingiva, mengurangi kedalaman poket, menghentikan proses
infeksi, menghentikan pembentukan pus, menghentikan kerusakan jaringan
lunak dan tulang, mengurangi kegoyangan gigi, memperbaiki fungsi oklusi,
memperbaiki jaringan yang mengalami kerusakan, mencegah rekurensi
penyakit, serta mengurangi hilangnya gigi-geligi. Serta dapat meramalkan
regenerasi jaringan periodontium pada sisi yang mengalami kerusakan.
Regenerasi yang diharapkan antara lain terbentuknya sementum, ligamentum
periodontal dan tulang alveolar. Proses regenerasi jaringan, perbaikan
jaringan, pembentukan perlekatan baru, merupakan aspek yang terdapat pada
proses penyembuhan setelah perawatan periodontal. Regenerasi jaringan
periodontium merupakan proses fisiologis yang terus berlanjut.
Dari penjelasan tersebut, kita diharapkan bisa mengetahui fase-fase
dalam terapi periodontal, perawatan yang dilakukan pada terapi periodontal
1
fase I, pengertian dan dasar pemikiran (indikasi/kontraindikasi) scaling dan
root planning, evaluasi (respon jaringan) setelah dilakukan perawatan non
bedah periodontal, serta pengendalian faktor etiologi sekunder. Sehingga
nantinya kita dapat mengaplikasikan pengetahuan yang telah kita dapatkan
secara praktek dengan cara yang tepat kepada masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa sajakah fase-fase dalam terapi periodontal?
2. Apa sajakah perawatan yang dilakukan pada terapi periodontal fase I?
3. Bagaimanakah pengertian dan dasar pemikiran (indikasi/kontraindikasi)
scaling dan root planning?
4. Bagaimanakah evaluasi (respon jaringan) setelah dilakukan perawatan non
bedah periodontal?
5. Bagaimanakah pengendalian faktor etiologi sekunder?
1.3 Tujuan
1. Mampu menjelaskan mengenai fase-fase dalam terapi periodontal.
2. Mampu menjelaskan perawatan yang dilakukan pada terapi periodontal fase I.
3. Mampu menjelaskan pengertian dan dasar pemikiran (indikasi/
kontraindikasi) scaling dan root planning.
4. Mampu menjelaskan evaluasi (respon jaringan) setelah perawatan non bedah
periodontal.
5. Mampu menjelaskan pengendalian faktor etiologi sekunder.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan utama perawatan periodontal tidak hanya menghentikan penyakit
periodontal, tetapi juga menggantikan bagian jaringan penyangga yang mengalami
kerusakan. Keberhasilan perawatan periodontal sangat bergantung pada
kesempurnaan dalam menghilangkan keradangan gingiva, perdarahan gingiva,
mengurangi kedalaman poket, menghentikan proses infeksi, menghentikan
pembentukan pus, menghentikan kerusakan jaringan lunak dan tulang, mengurangi
kegoyangan gigi, memperbaiki fungsi oklusi, memperbaiki jaringan yang mengalami
kerusakan, mencegah rekurensi penyakit, serta mengurangi hilangnya gigi-geligi.
Perawatan periodontal meliputi beberapa fase yang saling berhubungan yaitu
fase preliminary, fase 1, evaluasi respon fase 1, fase 2, fase 3, evaluasi respon fase 3,
dan fase 4. Fase preliminary terdiri dari perawatan kasus darurat periodontal dan
pencabutan gigi dengan progonis tidak ada harapan untuk dipertahankan. Terapi fase
I (fase etiotropik) merupakan perawatan periodontal yang tidak melibatkan bedah,
terdiri dari DHE, skaling, root planning, koreksi restorasi dan protesa yang
mengiritasi, terapi antimikrobial (lokal atau sistemik), dan terapi oklusal
(penyelarasan oklusal). Evaluasi respons fase I terdiri dari pengecekan kembali
kedalaman saku dan inflamasi gingival, plak, kalkulus dan karies. Terapi fase II (fase
bedah) terdiri dari bedah periodontal, perawatan saluran akar. terapi fase III (fase
restoratif) terdiri dari restorasi final, gigi tiruan cekat dan lepasan. Evalusi respons
terhadap fase 3 teriri dari pemeriksaan periodontal. Terapi fase IV (fase
pemeliharaan / terapi periodontal suportif) terdiri dari kunjungan berkala,
pengkntrolan plak dan kalkulus.
3
Terapi Periodontal Fase 1
Fase I yaitu fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkan beberapa
faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan bedah periodontal
atau melakukan perawatan restoratif dan prostetik.
Beberapa prosedur yang dilakukan pada fase I :
Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak, Scaling dan root planning
Perawatan karies dan lesi endodontic
Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hanging
Penyesuaian oklusal (occlusal ajustment)
Splinting temporer
Perawatan ortodontik
Evaluasi respon terapi fase I, koreksi terhadap deformitas anatomikal seperti
poket periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi
Pada fase I, DHE atau dental health education merupakan suatu usaha yang
dilakukan oleh para petugas kesehatan dan pasien atau masyarakat yang bertujuan
untuk mendapatkan keadaaan tubuh yang sehat dan rongga mulut yang sehat
khususnya. Beberapa hal yang dilakukan dalam DHE yaitu :
1. Menyajikan informasi tentang kesehatan kepada masyarakat, biasanya dengan
cara penyuluhan, dan diharapkan agar masyarakat mendapatkan pengetahuan
yang lebih banyak mengenai kesehatan gigi dan mulut sehingga menjadi awal
untuk melakukan usaha kesehatan.
2. Kontrol plak, meliputi usaha dalam membersihkan rongga mulut baik dengan
menggunakan sikat gigi, obat kumur maupun dengan dental floss. Teknik
menyikat gigi bermacam-macam di antaranya metode roll, metode bass, scrub
brush technic, charter’s technic, dan stillman Mc.Call technic
4
Skaling adalah suatu proses dimana plak dan kalkulus di hilangkan baik dari
permukaan supraginggiva maupun subgingiva gigi. Dan tidak dimaksudkan untuk
menghilangkan atau mengurangi substansi gigi yang tertutup kalkulus.
Root planning adalah proses dimana kalkulus yang tertanam pada akar gigi
dan sebagian sementum (sementum yang nekrosis) dihilangkan dari akar gigi untuk
menghasilkan permukaan gigi yang keras, bersih dan licin.
Tujuan utama skaling dan root planning adalah untuk mengembalikan atau
memulihkan kesehatan gingiva dengan jalan menghilangkan secara menyeluruh
factor-faktor yang dapat menimbulkan inflamasi yaitu plak, kalkulus, dan sementum
yang telah berubah (tidak normal). Skaling dan root planning bukan merupakan
prosedur yang terpisah, prinsip-prinsip yang berlaku pada skaling juga berlaku untuk
root dan planning. Perbedaannya hanyalah terletak pada derajat materinya saja.
Alat atau instrumen periodontal yang dibutuhkan pada skaling dan
rootplaning ada yang manual dan ultrasonik.
1. Peralatan manual
terdiri dari 3 bagian, yakni handle (pegangan), shank (penghubung antara
handle dan blade), serta pisau (ujung kerja). Berikut macam instrumen yang
biasa digunakan :
1. Sikle
Sering digunakan untuk skaling daerah supraginggiva karena apabila
digunakan pada daerah subginggiva seringkali dapat menyebabkan
kerusakan epithelium sulkular. Desain shank yang lurus digunakan untuk
skaling anterior, sedangkan shank yang bengkok digunakan untuk skaling
anterior dan posterior.
5
2. Kuret
Kuret mempunyai tepi ganda, pisau membentuk sendok yang
membengkok sesuai dengan bentuk permukaan gigi. Sebagian besar
permukaan dapat dijangkau dengan sepasang kuret. Karena ukuran yang
kecil dan bentuk pisaunya, kuret dapat dimasukkan ke bawah tepi gingiva
dan bila perlu dapat digunakan untuk membersihkan permukaan gigi dan
mengkuret jaringan lunak gingiva secara bergantian.
3. Hoe
Digunakan untuk meratakan dan menghaluskan permukaan akar gigi,
menghilangkan sisa-sisa kalkulus dan sementum yang rusak. Waktu
digunakan pisau diinsersikan perlahan ke bawah tepi gingia dengan
menjaga agar shank sejajar sumbu gigi; pisau kemudian ditekankan ke
permukaan gigi di apikal deposit kalkulus dan ditarik ke arah koronal
sehingga kalkulus terlepas.
4. File
Desain file serupa dengan hoe, namun kini file tidak banyak digunakan
untuk scaling dan rootplaning karena ukurannya dan menyebabkan
permukaan akar menjadi kasar. File kadang digunakan untuk
menghilangkan margin restorasi yang overhanging
5. Chisel
Digunakan untuk mendorong atau menggiring kalkulus interproksimal
yang keras, biasanya di daerah proksimal gii anterior bawah, tidak
dianjurkan untu skaling rootplaning
2. Skaler ultrasonik
Vibrasi ultrasonik, misalnya di atas kisaran pendengaran normal dapat
digunakan untuk membersihkan deposit gigi dan mengkuret jaringan lunak.
Ujung khusus yang biasanya berbentuk seperti kuret, digunakan bersama
semprotan air juga memberi efek detergen yang membantu pembersihan.
6
Alat diaplikasikan pada gigi dengan gerak menyapu ringan. Berbeda dengan
alat manual, skaler ultrasonik digunakan tanpa disertai sensasi tactile,
sehingga perlu dijaga agar tidak terjadi tekanan yang terlalu besar. Skaler
ultrasonik dapat digunakan untuk membersihkan stain dan semen gigi. Skaler
harus digunakan dengan hati-hati untuk restorasi keramik.
(Manson, J.D. 1993. Buku Ajar Periodonti. Jakarta : Hipokrates)
7
BAB III
PEMBAHASAN
MAPPING
8
Perawatan fase 1:
Inisial
Non bedah
Kontrol inflamasi
Perawatan fase 1:
Inisial
Non bedah
Kontrol inflamasi
PEMERIKSAAN
(anamnesa, riwayat kesehatan klinis roentgen, lab)
PEMERIKSAAN
(anamnesa, riwayat kesehatan klinis roentgen, lab)
DHE
Scalling & Root Planning
Anti Mikroba
Penatalaksanaan Oklusal dan Stabilitas
DHE
Scalling & Root Planning
Anti Mikroba
Penatalaksanaan Oklusal dan Stabilitas
EvaluasiEvaluasi
Perawatan Fase 2:
Bedah
Perawatan Fase 2:
Bedah
Persiapan Sebelum Bedah
Persiapan Sebelum Bedah
Kuretase
Gingivektomi
Operkulektomi
Kuretase
Gingivektomi
Operkulektomi
Post Bedah:
Medikasi
Instruksi
Post Bedah:
Medikasi
Instruksi
EvaluasiEvaluasi
Perawatan Fase 3:
Perawatan Periodontal Suportif
Perawatan Fase 3:
Perawatan Periodontal Suportif
PrognosaPrognosa
Dasar Pemikiran
Indikasi & Kontraindikasi
Prosedur
Dasar Pemikiran
Indikasi & Kontraindikasi
Prosedur
3.1.1. Fase- Fase Terapi Periodontal
Perawatan periodontal meliputi beberapa fase antara lain:
1. Fase I
Adalah fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkan
beberapa faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan
bedah periodontal atau melakukan perawatan restoratif dan prostetik.
2. Fase II
Merupakan kelanjutan dari evaluasi respon terapi fase I yang berkembang
sebagai suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi faktor
predisposisi atau rekurensi dari penyakit periodontal.
Beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini antara lain :
bedah periodontal untuk mengeliminasi poket dengan cara kuretase
gingiva, gingivektomi
prosedur bedah flap periodontal
rekonturing tulang (bedah tulang)
prosedur regenerasi periodontal (bone and tissue graft).
penempatan implant serta perawatan endodontik.
3. Fase III (fase restoratif)
dengan melakukan antara lain :
pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi yang
hilang
evaluasi respon terhadap terapi fase III dengan pemeriksaan
periodontal
4. Fase IV (fase pemeliharaan)
dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada penyakit
periodontal sehingga perlu dilakukan kontrol periodik.
Beberapa prosedur dalam fase ini antara lain :
riwayat medis dan riwayat gigi pasien
9
re-evalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat skor
plak
ada tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas gigi
melakukan radiografi untuk mengetahui perkembangan periodontal
dan tulang alveolar tiap 3 atau 4 tahun sekali
skaling dan polishing tiap 6 bulan sekali, tergantung dari efektifitas
kontrol plak pasien dan pada kecenderungan pembentukan kalkulus,
aplikasi tablet fluoride secara topikal untuk mencegah karies.
keinginan dan kemampuan pasien dalam memelihara diri sendiri
selama fase perawatan merupakan langkah yang paling penting.
Diagram I Diagram II
10
FASE I
REEVALUASI
FASE II
Bedah periodontal
FASE III
restoratif
FASE IV
pemeliharaan
FASE I
REEVALUASI
FASE II
Bedah periodontal
FASE IV
pemeliharaan
restoratifFASE II FASE III
Pada diagram I terlihat setelah fase 1, kemudian reevaluasi, lalu fase II,
dan seterusnya. Hal ini terjadi jika setelah perawatan fase 1, tidak
mengalami perbaikan jaringan periodontal sehingga diperlukan terapi
bedah.
Sedangkan pada diagram II terlihat setelah fase 1, reevaluasi, lalu lanjut
ke fase IV, dan seterusnya. Hal ini terjadi bila keadaan pasien setelah
dilakukan perawatan tipe I, mengalami keberhasilan, terdapat perbaikan
jaringan. Jadi, langsung lanjut pada fase IV (pemeliharaan). Namun, pada
saat pasien kembali melakukan kebiasaan buruknya atau tidak menjaga
oral higine dengan baik, maka penyakit periodontal mengalami
kekambuhan yang parah, sehingga diperlukan perawatan bedah dan atau
restoratif.
3.1.2. Dasar Pemikiran Scaling dan Root Planning
Scalling
Indikasi
1. Menghilangkan penyakit periodontal
2. Menghilangkan kalkulus supra dan subgingiva
Kontraindikasi
1. Communicable disease
- Pasien dengan communicable disease yang dapat menular melalui
aerosol seperti tubercolosis. Kerentanan terhadap infeksi.
Mengenali pasien dengan kerentanan terhadap infeksi.
- Contohnya : immunosupresif dari penyakit atau kemoterapi,
diabetes tidak terkontrol, penuaan, atau penyakit ginjal serta
transplantasi organ.
11
2. Resiko pernafasan
- Pasien dengan resiko pernafasan. Bahan septic dan mikroorganisme
dari biofilm dan poket periodontal dapat masuk ke paru-paru.
Riwayat penyakit pulmonal kronis, termasuk asma, emphysema,
atau cystic fibrosis. Riwayat penyakit kardiovaskuler dengan
penyakit pulmonal sekunder atau gannguan pernafasan.
Kesulitan mengunyah. Pasien dengan gangguan pengunyahan atau
mulutnya mudah tersumbat.
- Contohnya : amyotropic, lateral sclerosis, paralysis, multiple
sclerosis.
3. Kondisi oral :
- Daerah terdemineralisasi : getaran ultrasonic dapat menghilangkan
lapisan tipis yang mengalami remineralisasi dari daerah yang
terdemineralisasi.
Permukaan dentin yang terbuka : struktur gigi dapat terkikis dan
menyebabkan sensitivitas, smear layer dapat dihilangkan dan
tubulus dentin terbuka, sehingga dapat meningkatkan sensitivitas
atau memperparah sensitivitas.
- Pada anak-anak :
Jaringan yang masih muda, sedang berkembang sangat sensitive
terhadap getaran ultrasonic. Gigi permanen yang baru tumbuh
masih memiliki ruang pulpa yang lebar. Getaran dan panas yang
dihasilkan alat skeler ultrasonic dapat merusak jaringan pulpa.
Rootplanning
Indikasi :
1. Nekrosis jaringan sementum
2. Kedalaman poket periodontal lebih dari 4 mm
12
Kontraindikasi
1. Pasien yang mengalami penyakit atau kondisi keradangan dan adanya
abses
2. Kalkulus yang meluas hingga ke apikal dan mucogingival juunctional
Untuk menghilangkan dental plak dan kalkulus perlu dilakukan scalling
atau root planing, yang merupakan terapi periodontal konvensional atau
non-surgikal. Terapi ini selain mencegah inflamasi juga membantu
periodontium bebas dari penyakit. Prosedur scaling menghilangkan plak,
kalkulus, dan noda dari permukaan gigi maupun akarnya. Prosedur lain
adalah root planing, terapi khusus yang menghilangkan cementum dan
permukaan dentin yang ditumbuhi kalkulus, mikroorganisme, serta racun-
racunnya. Scalling dan root planing digolongkan sebagai deep cleaning,
dan dilakukan dengan peralatan khusus seperti alat ultrasonik, seperti
periodontal scaler dan kuret.
3.1.3. Respon Jaringan Setelah Perawatan Periodontal Non Bedah
Respon jaringan terhadap skaling yang akurat bervariasi. Ada beberapa akibat
yang mungkin terjadi:
1. Dinding poket dapat menyusut seluruhnya
Keadaan ini cenderung terjadi bila poket dangkal dan elemen inflamasi
pada dinding poket lebiih dominan daripada komponen jaringan
fibrosa. Keadaan ini biasa terlihat pada pasien muda usia dimana
dinding poket sedalam 6mm dapat menyusut seluruhnya
2. Dengan redanya inflamasi, bundle kolagen dari sitem serabut gingival
akan terbentuk kembali sehingga gingival cuffberkontraksi terhadap
permukaan gigi dan epithelium krevikular pulih serta membentuk
perlekatan epithelium panjang yang berhubungan dengan permukaan
13
gigi melalui hemidesmosom. Jadi gingival cuff akan terbentuk yang
tidak terdukung oleh tulang. Keintegritasan cuff ini tergantung pada
panjang perlekatan, kekuatan perlekatan terhadap gigi, kekuatan
bundle kolagen dari serabut gingival dan tingkat kebersihan mulut.
Bila inflamasi akibat plak timbul kembali, cuff akan dengan cepat
kolaps.
3. Sedikit penyusutan dari dinding poket dan poket tetap ada
Keadaan ini paling sering terjadi bila poket dalam dan dindingnya
terutama terdiri dari jaringan fibrosa
4. Seringkali respon gingival merupakan kombinasi dari kemungkinan
tersebut
Derajat reduksi poket setelah skaling dan root planning harus diperiksa
sebelum ditentukan apakah perlu dilakukan perawatan operasi. Berikan
jeda waktu 6 bulan sebelum dilakukan pemeriksaan ulang untuk mengkaji
perlunya tindakan operasi.
3.1.4. Pengendalian Faktor Etiologi Sekunder
Berdasarkan peranannya dalam menimbulkan penyakit, faktor etiologi
penyakit gingival dan periodontal diklasifikasikan sebagai berikut :
Faktor etiologi primer, berupa plak dental/ plak bakteri
Faktor etiologi sekunder/ pendorong, yang mempengaruhi efek dari
faktor primer
Berdasarkan keberadaanya:
Faktor etiologi lokal/ ekstrinsik
Faktor lokal adalah faktor yang berakibat langsung pada jaringan
periodonsium; dapat dibedakan dalam dua bagian yaitu faktor iritasi
lokal dan fungsi lokal. Yang dimaksud dengan faktor lokal adalah plak
14
bakteri sebagai penyebab utama. Faktor-faktor lainnya antara lain
adalah bentuk gigi yang kurang balk dan letak gigi yang tdak teratur,
maloklusi, malfungsi gigi, over hanging restoration dan bruksisme.
Faktor tersebut dinamakan faktor ekstrinsik karena berada di luar
jaringan periodonsium.
Faktor sistemik/ intrinsic
Faktor sistemik sebagai penyebab penyakit periodontal antara lain
adalah pengaruh hormonal pada masa pubertas, kehamilan,
menopause, defisiensi vitamin, diabetes mellitus dan lain-lain. Faktor
sistemik adalah faktor yang berkaitan dengan kondisi umum pasien.
Faktor sistemik dinamakan juga faktor intrinsic karena berada dalam
tubuh pasien.
Perawatan periodontal tidak menjamin akan penyembuhan secara menyeleruh.
Kekambuhan penyakit periodontal dapat terjadi pada pasien oleh karena
beberapa factor. Pada beberapa pasien, kekambuhan sering terjadi dan pada
beberapa kasus justru terdapat tingkat keparahan yang melebihi pada saat
sebelum dilakukan perawatan.
Gejala- gejala akan terjadinya kekambuhan antara lain :
Kegoyangan gigi meningkat
Resesi gingiva
Kegoyangan gigi meningkat tanpa perubuhan Probing depth dan
radiografis
Kedalaman Probing depth meningkat (dengan atau tanpa perubahan
radiografis)
15
Penyebab terjadinya kekambuhan tersebut merupakan etiologi sekunder,
antara lain:
o Perawatan yang kurang adekuat
o Penempatan restorasi yang kurang adekuat
o Ketidakpatuhan Pasien untuk memenuhi kunjungan periodik
Pasien tidak melanjutkan perawatan
Drg kurang menjelaskan pentingnya kontrol periodik
o Adanya kelainan sistemik yang mempengaruhi respon host
Pengendalian tersebut pada umumnya dilakukan pada fase pemeliharaan. Oleh
karena itu dokter gigi sebaiknya menyarankan pasien untuk melakukan
kunjungan periodik.
Kunjungan Periodik
Tahun pertama :
Kunjungan periodik tidak lebih 3 bulan
Tahun selanjutnya :
Dibedakan Klas A, B dan C
Tergantung keparahan periodontal
Dapat dilakukan GP atau Spesialis
16
1. Kunjungan Periodik Tahun I
Dilakukan perawatan rutin tiap 3 bulan
1-2 bulan diindikasikan untuk pasien dengan masalah seperti:
Kasus sulit dengan komplikasi protesa, FI, ratio mahkota:akar
kurang, kekooperatifan Px meragukan
2. Kunjungan Periodik Kelas A
Dilakukan setiap 6 bulan – 1 tahun, diindikasikan untuk:
Hasil fase perawatan sempurna dan dapat dipertahankan dengan
baik
OH baik, kalkulus minimal
Tidak ada gangguan oklusi, protesa
Tidak ada poket
Tidak ada gigi dengan sisa tlg alveolar kurang dari 50%
3. Kunjungan Periodik Klas B
Dilakukan setiap 3 - 4 bulan, diindikasikan untuk:
Hasil fase perawatan baik yang dapat dipertahankan selama 1 tahun
lebih
OH buruk, pembentukan kalkulus parah
Ada kelainan sistemik
Masih terdapat poket, 20 % BOP (+)
17
Terdapat problem oklusi, protesa, terapi ortodonsi
Terdapat gigi dengan sisa tlg alveolar kurang dari 50%
Perokok
Karies kambuhan
Tes genetik atau riwayat keluarga positif
4. Kunjungan Periodik Klas C
Dilakukan setiap 1-3 bulan, diindikasikan pada pasien:
Hasil buruk setelah perawatan periodontal
OH buruk, pembentukan kalkulus parah
Ada kelainan sistemik
Masih terdapat poket, 20 % BOP (+)
Terdapat problem oklusi, protesa, tx orto
Banyak gigi dengan sisa tulang alveolar kurang dari 50%
Perokok
Karies kambuhan
Tes genetik atau riwayat keluarga (+)
Indikasi bedah perio tp tdk dilakukan ok alasan medis, psikologis
atau finansial
18
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan:
1. Terapi periodontal meliputi berbagai fase, antara lain:
a. Fase I yaitu fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara
menghilangkan beberapa faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa
melakukan tindakan bedah periodontal atau melakukan perawatan
restoratif dan prostetik.
b. Fase II adalah kelanjutan dari evaluasi respon terapi fase I yang
berkembang sebagai suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi
faktor predisposisi atau rekurensi dari penyakit periodontal.
c. Fase III (fase restoratif)
d. Fase IV (fase pemeliharaan) dilakukan untuk mencegah terjadinya
kekambuhan pada penyakit periodontal sehingga perlu dilakukan
kontrol periodik.
2. Terapi fase I meliputi:
a. Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak, Scaling dan
root planning
b. Perawatan karies dan lesi endodontic
c. Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over
hanging
d. Penyesuaian oklusal (occlusal ajustment)
e. Splinting temporer
Perawatan ortodontik
19
Evaluasi respon terapi fase I, koreksi terhadap deformitas anatomikal
seperti poket periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi
3. Respon jaringan terhadap skaling yang akurat bervariasi. Ada beberapa
akibat yang mungkin terjadi:
1. Dinding poket dapat menyusut seluruhnya
2. Dengan redanya inflamasi, bundle kolagen dari sitem serabut gingival
akan terbentuk kembali sehingga gingival cuffberkontraksi terhadap
permukaan gigi dan epithelium krevikular pulih serta membentuk
perlekatan epithelium panjang yang berhubungan dengan permukaan
gigi melalui hemidesmosom.
3. Sedikit penyusutan dari dinding poket dan poket tetap ada
4. Seringkali respon gingival merupakan kombinasi dari kemungkinan
tersebut
DAFTAR PUSTAKA20