91077297-diskusi-kelompok-otalgia
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks
(pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera
pende¬ngaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan
pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui
bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Deteksi awal dan diagnosis
akurat gangguan otologik sangat penting. Di antara mereka yang dapat membantu
diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli otolaringologi,
pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik.
Nyeri pada telinga merupakan suatu tanda perjalanan penyakit , nyeri pada
telinga disebut juga dengan Otalgia. Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga .
karena telinga dipersarafi oleh saraf yang kaya ( nervus kranialis V, VII, IX, dan
X selain cabang saraf servikalis kedua dan ketiga ), maka kulit di tempat ini
menjadi sangat sensitif. Otalgia adalah gejala yang dapat timbul dari iritasi lokal
karena banyak kondisi dan dapat disebabkan oleh nyeri pindahan dari laring dan
faring. Banyak keluhan nyeri telinga sebenarnya akibat nyeri di dekat sendi
temporomandibularis. Diperkirakan bahwa lebih dari 50% pasien yang mengeluh
Otalgia tidak ditemukan penyakit telinganya.
1
BAB II
PERMASALAHAN
1. Bagaimana cara mendiagnosanya?
2. Apa saja diagnosis bandingnya?
3. Bagaimana penatalaksanaannya?
2
BAB III
PEMBAHASAN
Otalgia adalah telinga nyeri, sering disebut sebagai “sakit telinga”. Otalgia
utama ada ketika rasa sakit itu berasal di dalam telinga, otalgia dimaksud adalah
nyeri yang berasal luar telinga. Ketika otalgia muncul, pemeriksaan telinga
biasanya menunjukkan beberapa kelainan pada telinga luar atau tengah. Otalgia
mungkin atau tidak dapat dikaitkan dengan gangguan keseimbangan dan
penurunan pendengaran.
Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga. Karena telinga dipersarafi oleh
saraf yang kaya (nervus kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf
servikalis kedua dan ketiga), maka kulit di tempat ini menjadi sangat sensitif.
(Brunner & Suddarth, 1997).
Jadi Otalgia adalah suatu keluhan yang timbul berupa rasa sakit di telinga
oleh karena penyakit yang ada di telinga atau penjalaran rasa sakit akibat suatu
penyakit di daerah lain di luar telinga dengan karakteristik yang sesuai dengan
berat penyakit yang dialami seseorang.
Gejala klinis yang dapat timbul adalah sebagai berikut :
Sakit telinga itu sendiri merupakan suatu gejala atau keluhan, biasanya
disertai dengan gejala-gejala lain dan bisa dari berbagai penyebab. Bayi dan
anak-anak biasanya menjadi rewel, sering menggaruk-garuk telinga atau
menarik-narik telinga, bila penyakitnya di telinga biasanya disertai gangguan
pendengaran. Pada keadaan infeksi dapat disertai demam dan keluar cairan dari
telinga. Sakit telinga yang sering timbul pada anak-anak adalah akibat infeksi
telinga tengah akut, yang timbul secara tiba-tiba. Biasanya disertai dengan
demam tinggi, kadang-kadang sampai kejang dan muntah. Biasanya sebelumnya
didahului oleh batuk dan pilek.
Pada penderita yang sudah dapat menjelaskan seperti anak yang
agak besar, remaja dan dewasa, yang sering dialami selain nyeri adalah
3
adanya perasaan penuh atau tekanan pada telinga, gangguan pendengaran,
pusing dan pada infeksi terdapat cairan yang keluar dari telinga atau
demam. Sakit telinga akibat infeksi telinga yang sudah menyebar kedaerah
mastoid atau daerah dibelakangtelinga (mastoiditis), biasanya disertai
dengan nyeri kepala. Pada infeksi liang telinga (otitis eksterna) sering
disertai nyeri ketika membuka mulut atau menelan.
1. Bagaimana mendiagnosis otalgia?
Pemeriksaan diagnostik biasanya dilakukan dengan menanyakan
beberapa hal sehubungan dengan keluhan sakit telinga yang timbul.
Seperti adanya riwayat sakit batuk, pilek dan demam, riwayat mengorek
telinga sebelumnya, riwayat naik pesawat. Sangat penting untuk
mengidentifikasi penyebab telinga nyeri untuk mengetahui cara mengatasi
rasa sakit tersebut.
Telinga akan diperiksa dengan seksama baik menggunakan otoskop
atau endoskopi jika perlu. Organ sekitarnya juga akan diperiksa untuk
memastikan asal rasa sakit tersebut. Juga dilakukan Tes
Toynbee/Valsava yaitu tes untuk menentukan masih tidaknya fungsi
Eustachius, Tes pendengaran, Tes keseimbangan, bila perlu dilakukan
pemeriksaan Radiologi.
Inspeksi: adanya kemerahan di liang telinga, klien mengeluhkan rasa
sakit yang amat sangat menggangu di telinganya.
Palpasi: adanya nyeri tekan pada bagian yang sakit.
Dapat juga dilakukan tes fungsi dan tes keseimbangan seperti :
A. Tes fungsi
Tes Toynbee/Valsava adalah untuk mengetahui masih tidaknya
fungsi eusthacius
B. Tes pendengaran
4
Tujuan dari tes pendengaran adalah :
1. Menentukan apakah pendengaran seseorang normal atau tidak.
2. Menentukan derajat kekurangan pendengaran.
3. Menentukan lokalisasi penyebab gangguan pendengaran.2
C. Tes Suara
Tes Bisik : Normalnya tes bisik dapat didengar 10 – 15
meter. Tetapi biasa dipakai patokan 6 meter. Syarat
melakukan tes Bisik :
1. Pemeriksa berdiri di belakang pasien supaya pasien tidak
dapat membaca gerakan bibir pemeriksa.
2. Perintahkan pasien untuk meletakkan satu jari pada tragus
telinga yang tidak diperiksa untuk mencegah agar pasien
tidap dapat mendengar suara dari telinga itu.
3. Bisikkan kata pada telinga pasien yang akan diperiksa. Kata
harus dimengerti oleh pasien, kata dibagi atas : yang
mengandung huruf lunak ( m, n, l, d, h, g ) dan yang
mengandung huruf desis ( s, c, f, j, v, z ).
4. Suruh pasien untuk mengulang kata – kata tersebut.
5. Sebut 10 kata ( normal 80 % ), yaitu 8 dari 10 kata atau 4 dari
5 kata.
6. Apabila penderita tidak / kurang mendengar huruf desis →
tuli persepsi.
7. Apabila penderita tidak / kurang mendengar huruf lunak →
tuli konduksi
Tes Konversasi : Caranya sama dengan tes bisik, tetapi tes ini
menggunakan percakan biasa.
5
D. Tes Garpu Tala.
Tes Schwabach : Tes ini digunakan untuk membandingkan
penghantaran bunyi melalui tulang penderita dan pemeriksa.
Syarat melakukan tes Schwabach :
1. Gunakan garpu tala 256 atau 512 Hz.
2. Getarkan garpu tala.
3. Letakkan tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa.
4. Apabila bunyi sudah tidak didengar lagi, segera garpu tala
diletakkan pada planum mastoid penderita.
5. Lakukan hal ini sekali lagi tetapi sebaliknya lebih dahulu ke
telinga penderita lalu ke telinga pemeriksa. Lakukan cara ini
untuk telinga kiri dan kanan.
6. Normal jika pemeriksa sudah tak dapat mendengar suara
dari garpu tala, maka penderita juga tidak dapat mendengar
suara dari garpu tala tersebut.
7. Tuli Konduksi apabila pemeriksa sudah tidak dapat
mendengar suara dari garpu tala tetapi penderita masih dapat
mendengarnya ( Schwabach memanjang ).
8. Tuli persepsi apabila pemeriksa masih dapat mendengar
suara dari garpu tala tetapi penderita sudah tidak dapat
mendengar lagi.
Tes Rinne : Tes ini digunakan untuk membandingkan
penghantaran bunyi melalui tulang dan melalui udara pada
penderita. Syarat melakukan tes Rinne :
1. Garpu tala digetarkan.
2. Letakkan tegak lurus pada planum mastoid penderita, ini
disebut posisi 1 ( satu ).
3. Setelah bunyi sudah tidak terdengar lagi letakkan garpu tala
tegak lurus di depan meatus akustikus eksterna, ini disebut
posisi 2 (dua ).
6
4. Kalau pada posisi 2 masih terdengar bunyi → Tes Rinne (+).
5. Kalau pada posisi 2 tidak terdengar bunyi → Tes Rinne (–).
6. Kalau pada posisi 1 terdengar berlawanan → Tes Rinne ragu
– ragu.
Tes Weber : Tes ini digunakan untuk membandingkan
penghantaran bunyi melalui sebelah kanan / kiri
penderita. Syarat melakukan tes Weber :
1. Garpu tala digetarkan.
2. Letakkan tegak lurus pada garis tengah kepala penderita, mis
: dahi, ubun – ubun, rahang, kemudian suara yamg paling
keras di kiri dan kanan.
3. Pada tes ini terdapat beberapa kemungkinan.
4. Bisa didapat hasil telinga kiri dan kanan sama keras
terdengarnya, hal ini bisa berarati : normal atau ada
gangguan pendengaran yang jenisnya sama.
5. Bisa juga didapatkan hasil telinga kiri > telinga kanan atau
kiri < telinga kanan.
6. Lateralisasi ke kanan dapat berarti : adanya tuli konduksi
sebelah kanan, telinga kiri dan kanan ada tuli konduksi,
tetapi yang kanan lebih berat dari yang kiri, terdapat tuli
persepsi disebelah kiri, keduanya tuli persepsi, keduanya tuli
persepsi tetapi lebih berat yang kiri, kedua telinga tuli, kiri
tuli persepsi, kanan tuli konduksi.
Berbagai macam tes diatas merupakan sebagian dari berbagai
macam cara untuk mengetahui fungsi pendengaran seseorang. Sehingga
untuk mengetahui dan mendiagnosa seseorang mengalami ketulian
diperlukan tes – tes yang lain selain yang dipaparkan diatas.
7
C. Pemeriksaan Keseimbangan
1. Berdiri normal
2. Berdiri kaki rapat
3. Berdiri tandem
4. Berdiri satu kaki
5. Berbagai posisi lengan pada tes di atas
6. Berbagai ggn keseimbangan pada tes di atas
7. Berdiri fleksi – neutral – ekstensi trunk
8. Berdiri side fleksi
9. Berjalan memposisikan kaki tandem
10. Berjalan sepanjang garis atau tanda tertentu
11. Berjalan ke samping, berjalan mundur
12. Berjalan di tempat
13. Berjalan dgn berbagai kecepatan
14. Berjalan dan berhenti dengan mendadak
15. Berjalan membentuk lingkaran
16. Berjalan pada tumit atau jari-jari kaki
17. Berdiri mata terbuka – mata tertutup (Romberg test)
8
2. Apa saja DD otalgia?
Diagnosis banding otalgia ditegakkan berdasarkan hal yang mendasari
otalgia tersebut. Seluruh penyakit yang menyertakan otalgia, dapat
dimasukkan dalam diagnosis banding.
Penyebab otalgia dapat dibedakan menjadi dua , yaitu :
1. Otalgia primer
a. Otitis Externa
Otitis eksterna adalah proses inflamasi dari meatus akustikus
eksterna yang dapat disebabkan oleh kelembaban ataupun trauma.
Biasanya penyakit ini sering muncul saat musim panas karena
meningkatnya intensitas orang untuk pergi berenang, karena itulah
penyakit ini biasa disebut sebagai “telinga perenang”( Bluest D,
1996 ).
Otitis eksterna lazim terjadi dan selalu terasa nyeri, sering
nyeri yang sangat hebat. Tanda utama otitis eksterna bahwa
tarikan pada aurikula atau penekanan pada tragus dapat
memperhebat nyeri ini, yang tidak terjadi pada otitis media
supuratif akut. Bila otitis eksterna karena jamur, sering nyeri
terlihat tidak sesuai dengan gambaran fisik kulit liang telinga
berwarna merah, tetapi biasanya edema lebih ringan dibandingkan
dengan yang terjadi pada infeksi bakteri dan mungkin terdapat
eksudat jernih yang minimum (Petrus, 1986).
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan debris atau eksudat
yang biasa ditemukan pada liang telinga dan tidak jarang juga
menutupi membran timpani (Arnolds, 1984) (Petrus, 1986).
b. Polikondritis
Polikondritis ditandai oleh reaksi radang yang menonjol
pada struktur-struktur kartilago. Tersering mengenai kartilago
telinga dan aurikula menjadi merah, bengkak, nyeri dan nyeri
tekan. Biasanya mengenai aurikula bilateral disertai reaksi akut
9
pada aurikula yang terjadi bersamaan atau berganti-gantian.
Relaps lazim dan dapat terjadi dari beberapa kali dalam sebulan
sempai sekali dalam beberapa tahun, dan dapat berlangsung dari
beberapa hari sampai beberapa bulan (Petrus, 1986).
c. Otitis Media
Otitis media akut dapat mengembangkan otalgia berat dan
biasanya didahului oleh demam, iritabilitas dan hilangnya
pendengaran. Nyeri telinga sinonim dengan otitis media supuratif
akut akibat infeksi bakteri dicelah telinga tengah. Organisme yang
sering bertanggung jawab meliputi Streptococcus, Haemoliticus,
Pneumococcus dan Haemophillas influenzae. Nyeri telinga dan
demam yang menandai mulanya otitis media supuratif akut dan
biasanya didahului oleh gejala-gejala berbagai infeksi traktus respi
ratorius atas. Pada anak dan orang dewasa gejala utamanya
adalah nyeri telinga. Mungkin juga terdapat sensasi penuh
ditelinga dan gangguan pendengaran, dapat juga timbul tinnitus
dan demam (Petrus, 1986).
d. Barotrauma
Pada anak kecil yang mempunyai disfungsi tuba eustachius
dapat terjadi trauma pada telinga tengah dan membran timpani
saat terjadi perubahan tekanan secara tiba-tiba (Arnolds, 1984).
Bila tuba Eustachius tidak dapat terbuka, maka nyeri cepat
menghambat di dalam telinga serta gangguan pendengaran.
Kadang-kadang membran timpani akan ruptur, biasanya dengan
pendarahan mendadak dari telinga dapat meredakan nyeri (Petrus,
1986).
e. Mastoiditis Supuratif akut
Mastoiditis Supuratif akut timbul sebagai akibat terapi otitis
media supuratif akut yang tidak adekuat dan biasanya pada anak-
anak. Kadang-kadang pasien otitis media supuratif akut tidak
mencari pertolongan medis karena nyeri terhenti dengan mulainya
10
otore. Tetapi, setelah beberapa hari otore, dapat terjadi
kekambuhan demam dan nyeri yang menunjukkan mulainya
mastoiditis akut. Biasanya pada pemeriksaan telinga menunjukkan
banyak sekret purulen dari performasi membrana timpani dan
“sagging” dinding posterior superior bagian dalam meatus
akustikus eksternus (Petrus, 1986).
f. Miringitis bulosa
Miringitis bulosa terdiri dari nyeri telinga serta gelembung
hemoragik dikulit meatus akustikus eksterna dan pada membrana
timpani. Penyakit ini sembuh sendiri dengan nyeri yang mereda
serta gelembung mengering dan menghilang setelah beberapa
hari. Tidak terdapat demam, eksudat purulen atau tuli tanpa
infeksi bakteri sekunder (Petrus, 1986).
2. Otalgia sekunder
a. Nyeri alih (Reffered otalgia) oleh Nervus Trigeminus (N.V)
1. Penyakit Gigi
Nyeri mungkin dialihkan ke telinga dari karies gigi,
penyakit gigi, infeksi periapikal dari gigi belakang dan
infeksi subperiosteal rahang atas dan bawah.
2. Iritasi Sinus Paranasal
Inflamasi dan iritasi dari cabang nervus trigeminus pada
sinus paranasal terutama sinus maksilla dapat menimbulkan
nyeri alih pada telinga.
3. Lesi di rongga mulut
4. Glandula salivatori
Inflamasi, obstruksi dan penyakit neoplasma dari
submandibula, sublingual dan terutama kelenjar parotis
dapat menimbulkan otalgia
5. Iritasi Durameter
11
Iritasi oleh infeksi atau tumor dari durameter bagian
tengah atau posterior fossa cramial dapat menimbulkan nyeri
telinga.
b. Nyeri alih (Referred atalgia) oleh nervus fasialis
Nervus fasialis adalah saraf motorik dari otot mimik tetapi
ada serat sensoris dari saraf fasialis yang mempersarafi kulit yang
terletak pada bagian lateral dari konka dan antiheliks dan juga pada
lobus posterior dan kulit yang terletak pada daerah mastoid.
Penyebab paling sering nyeri alih oleh saraf fasialis adalah bell’s
palsy sebelum terjadinya paralysis pada wajah. Pasien dengan
herpes zoster otikus (Ramsay Hunt syndrome) juga dapat
mengalami otalgia. Pada penyakit ini dapat ditemukan vesikel
sepanjang konka dan liang posterior.
c. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus glossopharyngeal (N. IX)
Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes peritonsilar adalah
penyakit yang sering menyebabkan nyeri alih pada telinga. Pasien
biasanya mengeluh otalgia setelah melakukan tonsilektomi.
d. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus vagus (N. X)
Cabang utama dari saraf vagus mempersarafi mukosa laring,
hipofaring, fraken, esofagus dan kelenjar tiroid. Nyeri pada setiap
bagian ini dialihkan ke telinga.
Laringitis
Semua bentuk laringitis dapat menyebabkan nyeri alih otalgia.
Luka pada laring atau adanya benda asing pada laring dapat
menyebabkan adanya nyeri yang menjalar ke telinga.
e. Nervus cervical
Penyebab otalgia dari pleksus servikal adalah limfadenopati
servikal yang biasanya terdapat pada jaringan limfe di oksipital dan
mastoid .
12
Klasifikasi otalgia dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan atas
penyebabnya adalah sebagai berikut :
1. Otalgia primer adalah nyeri yang berasal dari penyakit yang ada
di telinga.
Seperti : Otitis Externa, Polikondritis, Otitis Media, Barotrauma,
Mastoiditis Supuratif akut, Miringitis bulos, dll.
2. Otalgia sekunder adalah penjalaran rasa nyeri dari tempat lain.
Seperti : Penyakit Gigi, Iritasi Sinus Paranasal, Lesi di rongga
mulut, Glandula salivatori, Iritasi Durameter, Bell’s palsy,
Ramsay Hunt syndrome, Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes
peritonsilar, limfadenopati servikal, laringitis, dll.
13
3. Bagaimana penatalaksanaan otalgia?
Terapi yang dapat diberikan pada penderita otalgia sesuai
dengan penyakit primer yang menyebabkan otalgia tersebut. Terapi
yang diberikan dapat berupa : Jika terdapat kotoran yang keras atau
benda asing akan dibersihkan dengan alkohol, asam salisilat. Pada
kasus infeksi akan diterapi dengan pemberian antibiotika atau anti
jamur. Pada kasus tertentu bahkan dilakukan tindakan pembedahan.
Dapat juga diberikan kompres hangat, analgesik.
14
Daftar Pustaka
Rowland,Aled.Miliford Chris.1999.Share Care For ENT. Oxford:ISIS Medical
Media
Adams GL. Boies LR, Jr. Highler PA. Boies Buku Ajar THT. Edisi 7. Effendi H.
Santoso RAK. Editor. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1997
Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sumbatan Hidung. In: Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 5th ed. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 2003
Soepardi EA, Iskandar HN. Editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher. Edisi 5. Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2005.
http://www.mejfm.com/journal/May2006/managementotalgia.htm.
15