90793934-penyakit-ginjal-kronik
TRANSCRIPT
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 1/39
BAB 1. PENDAHULUAN
Sindrom gagal ginjal kronik (GGK) merupakan permasalahan biDang
nefrologi dengan angka kejadiannya masih cukup tinggi, etiologi luas dan
komplek, sering tanpa keluhan maupun gejala klinik kecuali sudah terjun ke
stadium terminal (gagal ginjal terminal). Laporan studi epidemiologi klinik
Indonesia ternyata gagal ginjal terminal (GGT) akibat lanjut dari gagal ginjal
kronik menempati urutan pertama dari semua penyakit ginjal, khususnya bidang
nefrologi. Gagal ginjal terminal (GGT) di Indonesia dan umumnya negara
berkembang, tidak hanya merupakan maslah aspek medik tetapi lebih luas dan
berhubungan dengan aspek psikososial. Hanya sebagian kecil (20-30%) pasien
dengan GGT yang mampu menjalani program terapi pengganti ginjal. Peranan
rujukan sedini mungkin merupakan upaya yang harus digalakkan untuk
mengurangi populasi gagal ginjal terminal (GGT).1
Dalam penatalaksanaan sindrom gagal ginjal kronik (GGK) beberapa
aspek yang harus diidentifikasi sebagai berikut :1
1. Etiologi GGK yang dapat dikoreksi
Misal :
- Tuberkulosis slauran kemih dan ginjal
- Nefropati yang berhubungan dengan urolitiasis, diabetes mellitus, lupus
eritematosus sistemik, dan gangguan elektrolit
2. Etiologi yang tidak mungkin dikoreksi tetapi dapat dihambat perjalanan
penyakitnya
Misal : Nefropati (glomerulopati) idiopati
3. Beberapa faktor risiko yang mungkin dapat memperburuk penurunan faal
ginjal
- Infeksi saluran kemih dan ginjal
- Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Menentukan status derajat penurunan faat ginjal
1
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 2/39
BAB 2. PENYAKIT GINJAL KRONIK
2.1 Definisi
Penyakit Ginjal kronik adalah suatu proses patofisologis dengan etiologi
yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatau
keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel,
pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa
dialysis atau transplantasi ginjal. Uremia adalah suatu sindrom klinik dan
laboratorik yang terjadi pada semua organ, akibat penurunan fungsi ginjal pada
penyakit ginjal kronik.
Kriteria penyakit ginjal kronik, seperti tertulis pada table 1.
Tabel 2.1 Kriteria Penyakit Ginjal Kronik
1 Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa
kelainan structural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG), dengan manifestasi :
− Kelainan Patologis
− Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah
atau urin, atau kelainan dalam tes pencitraan (imaging tests)
2 Laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60 ml/menit/1,73 m 2 selama 3
bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal
Pada keadaan tidak terdapat kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan, dan LFG
sana atau lebih dari 60 ml/menit/1,73 m2 tidak termasuk criteria penyakit ginjal
kronik.
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu, atas dasar
derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi.
2
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 3/39
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang
dihitung dengan mempergunakan rumus Kockkcroft-Gault sebagai berikut:
(140 – umur) X berat badan
LFG (ml/menit/1,73 m2) *)
72 X kreatinin plasma (mg/dl)
*) pada perempuan dikalikan 0,85
Tabel 2.2 Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik Atas Dasar Derajat Penyakit
Derajat Penjelasan LFG (ml/menit/1,73 m2)
1 Kerusakan ginjal dengan FLG normal atau > 902 Kerusakan ginjal dengan FLG ringan 60 - 89
3 Kerusakan ginjal dengan FLG sedang 30 - 59
4 Kerusakan ginjal dengan FLG berat 15 - 29
5 Gagal Ginjal < 15 atau dialisis
Tabel 2.3 Kriteria Penyakit Ginjal Kronik Atas Dasar Diagnosis Etiologi
Penyakit ginjal
diabetes
Penyakit ginjalnon diabetes
Diabetes Tipe 1 dan 2
Penyakit glomerular (penyakit otoimun, infeksi sistemik,obat,neoplasia)
Penyakit vascular
(Penyakit pembuluh darah besar, hipertensi, mikroangiopati)
Penyakit tubulointerstitial
(pieloneftritis kronik,batuk,obstruksi,keracunan obat)
Penyakit Kistik
(Ginjal Polikstik)
Penyakit pada
transplantasi
Rejeksi Kronik
Keracunan obat (sikloporin/takrolimus)
Penyakit recurrent (glomerular)
Transplant glomerulopathy
Hubungan antara penurunan LFG dan gambaran klinik
Hubungan antara penurunan LFG dan gambaran klinik sebagai berikut :
a) Penurunan cadangan faal ginjal ( LFG = 40 – 75 %)
3
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 4/39
Pada tahap ini biasanya tanpa keluhan, karena faal ekskresi dan regulasi masih
dapat dipertahankan normal. Maslah ini sesuai dengan konsep intac nephrom
hypothesis.
Kelompok pasien ini sering ditemukan kebetulan pada laboratorium rutin.
b) Insufisiensi renal (LFG = 20 – 50 %)
Pasien GGk pada tahap ini masih dapat melakukan aktivitas normal walaupun
sudah memperlihatkan keluhan-keluhan yang berhubungan dengan retensi
azotemia. Pada pemeriksaan hanya ditemukan hipertensi, anemia (penurunan
HCT) dan hiperurikemia. Pasien pada tahap ini mudah terjun ke sindrom
acute on chronic renal failure artinya gambaran klinik gagal ginjal akut
(GGA) pada seorang pasien gagal ginjal kronik (GGK), dengan faktor
pencetus (triger) yang memperburuk faal ginjal (LFG) Sindrom ini sering
berhubungan dengan faktor-faktor yang memperburuk faal ginjal (LFG).
Sindrom acute on chronic renal failure :
- Oliguria
- Tanda–tanda overhydration (bendungan paru, bendungan hepar,
kardiomegali).
- Edema perifir (ekstrimitas & otak )
- Asidosis, hiperkalemia
- Anemia
- Hipertensi berat
Klinik sering dikacaukan dengan penyakit jantung hipertensif.
c) Gagal ginjal (LFG = 5 – 25 %)
Gambaran klinik dan laboratorium makin nyata : anemia, hipertensi,
overhydration atau dehidrasi, kelainan laboratorium seperti penurunan HCT,
hiperurikemia, kenaikan ureum & kreatinin serum, hiperfosfatemia,
hiponatremia dilusi atau normonatremia, kalium K+ serum biasanya masih
normal.
d) Sindrom azotemia (LFG = kurang dari 5 %)
Sindrom azotemia (istilah lama uremia) dengan gambaran klinik sangat
komplek dan melibatkan banyak organ (multi organ).
4
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 5/39
2.3 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, data tahun 1995-1999 menyatakan insidens penyakit
ginjal kronik diperkirakan 100 kasus perjuta penduduk pertahun, dan angka ini
meningkat sekitar 8% setiap tahunnya. Di Malaysia dengan populasi 18 juta,
diperkirakan terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal pertahunnya. Di Negara-negara
berkembang lainnya, insiden ini diperkirakan sekitar 40 – 60 kasus perjuta
penduduk per tahun.
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada
penyakit yang mendasarinya, tapi perkembangan selanjutnya proses yang terjadi
kurang lebih sama. Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi structural
dan fungsional nefronb yang masih tersisa ( surviving nephorns) sebagai upaya
konpensasi yang dipelantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth
factors. Hal ini mengakibatkan terjadi hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan
tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung
singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang
masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang
progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya peningkatan
aktivitas aksis renin- angiotensin-aldosteron intrarenal, ikut memberikan
kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, skelorosis dan progresifitas tersebut.
Aktivitas jangka panjang aksi renin angiotansin-aldosteron, sebagian ddipelantarai
oleh growth factor β (TGF-β). Beberapa hal yang juga dianggap berperan
terhadap terjadinya progresifitas Penyakit Ginjal Kronik adalah albuminuria,
hipertensi, hiperglikemia, disiplidemia. Terdapat variabilitas interinvidual untuk
terjadinya sklerosis dan fibrosis glomerulus maupun tubulointerstitial.
Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik, terjadinya kehilangan
daya cadang ginjal (renal reserve), pada keadaan mana basal LFG masih normal
atau malah meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi
penurunan fungsi nefron yang progresif yang di tandai dengan peningkatan kadar
5
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 6/39
urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum
merasakan keluhan (asimtomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan
kreatinin serum sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada pasien
seperti, nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan kurang, dan penurunan berat
badan. Sampai pada LFG dibawah 30% pasien memperlihatkan gejala uremia
yang nyata seperti anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme,
fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Pasien juga
mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas,
maupun infeksi saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan keseimbangan air
seperti hipo atau hiverpolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain
natrium dan kalium. Pada LFG dibawah 15%, akan terjadi komplikasi yang lebih
serius dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacemen
therapy) antara lain dialisis atau tranplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien
dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal.
2.5 Etiologi
Umumnya gagal ginjal kronik disebabkan penyakit ginjal intrinsik difus
dan menahun. Tetapi hampir semua nefropati bilateral dan progresif akan berakhir
dengan gagal ginjal kronik. Umumnya penyakit diluar ginjal, misal nefropati
obstruktif dapat menyebabkan kelainan ginjal instrinsik dan berakhir dengan
gagal ginjal kronik.
Glomerulonefritis, hipertensi esensial dan pielonefritis merupakan
penyebab paling sering dari gagal ginjal kronik, kira-kira 60 %. Gagal ginjal
kronik yang berhubungan dengan penyakit ginjal polikistik dan nefropati
obstruktif hanya 15-20%.
Glomerulonefritis kronik merupakan penyakit parenkhim ginjal progresif
dan difus, seringkali berakhir dengan gagal ginjal kronik. Laki-laki lebih sering
dari wanita, umur antara 20-40 tahun. Sebagian besar pasien relatif muda dan
merupakan calon utama untuk transplantasi ginjal. Glomerulonefritis mungkin
berhubungan dengan penyakit-penyakit sistem (glomerulonefritis sekunder)
seperti lupus eritomatosus sistemik, poliartritis nodosa, granulomatosus wagener.
6
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 7/39
Glomerulonefritis (glomerulopati) yang berhubungan dengan diabetes mellitus
(glomerulosklerosis) tidak jarang dijumpai dan dapat berakhir dengan gagal ginjal
kronik. Hlomerulonefritis yang berhubungan dengan amiloidosis sering dijumpai
pada pasien-pasien dengan penyakit menahun seperti tuberkulosis, lepra,
osteomielitis, artritis reumatoid dan mieloma.
Tabel 2.4 Pola Etiologi Gagal Ginjal Kronik
1. Glomerulonefritis
2. Penyakit ginjal herediter
3. Hipertensi esensial
4. Uroipati obstruktif
5. Infeksi saluran kemih dan ginjal (pielonefritis)
6. Nefritis Interstisial
Penyakit ginjal hipertensi (arteriolar nephrosclerosis) merupakan salah
satu penyebab gagal ginjal kronik. Insiden hipertensi esensial berat yang berakhir
dengan gagal ginjal kronik kurang dari 10 %.
Kira-kira 10-15% pasien-pasien dengan gagal ginjal kronik disebabkan
penyakit ginjal kongenital seperti sindrom Alport, penyakit Fabbry, sindrom
nefrotik kongenital, penyakit ginjal polikistik, dan amiloidosis.
Pada orang dewasa gagal ginjal kronik yang berhubungan dengan infeksi saluran
kamih dan ginjal (pielonefritis) tipe uncomplicated jarang dijumpai, kecuali
tuberkulosis, abses multipel, nekrosis papilla renalis yang tidak mendapat
pengobatan yang adekuat.
Tabel 2.5 Etiologi Nefritis Interstisial
1. Obat-obatan : analgetik, sulfonamid, penisilin, furosemid, tiazid, fenindion
difenilhidantoin.
7
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 8/39
2. Metabolisme kalsium : hiperparatiroidisme, sindrom milk alkali,
sarkoidosis, neoplasma, dan mieloma.
3. Asam urat : nefropati asam urat, kelainan hematologi
4. Penimbunan oksalat : herediter, obat anastesi (metoksifluran), etilin glikol
5. Logam berat : timah hitam, tembaga, urenium.
Seperti diketahui nefritis interstisial menunjukkan kelainan histopatologi
berupa fibrosis dan reaksi inflamsi atau radang dari jaringan interstisial dengan
etiologi yang banyak (lihat tabel). Kadang dijumpai juga kelainan-kelainan
mengenai glomerulus dan pembuluh darah,askuler. Nefropati asam urat
menempati urutan pertama dari etiologi nefritis interstisial.
Etiologi penyakit ginjal kronik sangat bervariasi antara satu negara dengan
negara lain. Tabel 5 menunjukan penyebab utama dan insiden penyakit ginjal
kronik di Amerika Serikat.
Sedangkan Pehimpunan Nefrologi Indonesia (Parnefri) tahun 2000
mencatat penyebab gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di Indonesia seperti
pada tabel 6.
Dikelompokan pada sebab lain diantaranya, nefritis lupus, nefropati, urat,
intoksikasi obat, penyakit ginjal bawaan, tumor ginjal, dan penyebab yang tidak
diketahui.
Tabel 2.6 Penyebab Utama Penyakit Ginjal Kronik di Amerika Serikat (1995
-1999)
Penyebab Insiden
8
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 9/39
Diabetes melitus
-tipe 1 (7%)
-tipe 2 (37)
Hipertensi dan penyakit pembuluh darah besar
Glomerulonefritis
Nefritis Interstitialis
Kista dan penyakit bawaan lain
Penyakit Sistematik (misal; lupus, dan vaskulitis)
Neoplasma
Tidak Diketahui
Penyakit Lain
44%
27%
10%
4%
3%
2%
2%
4%
4%
Tabel 2.7 Penyebab Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisis di Indonesia
Penyebab Insiden
Glomerulonefritis
Diabetes Melitus
Obstruksi dan Infeksi
Hipertensi
Sebab Lain
46,39%
18,65%
12,85%
8,46%
13,65%
2.6 Pendekatan Diagnostik
A. Gambaran Klinis
Gambaran Klinis Pasien penyakit ginjal kronik meliputi ; a). Seperti
dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes melitus, infeksi traktus,
urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi, hiperurikemi, Lupus, Eritomatosus
Sistemik (LES), dan lain sebagai nya. b). Syndrom uremia yang terdiri dari lemah,
letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan volume cairan, (Volume
Overload) neuropati perifer, proritus, uremic, frost, perikarditis, kejang-kejang
sampai koma. c). Gejala komplikasi nya antara lain hipertensi, anemia,
9
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 10/39
osteodistrofi renal, payah jantung, asidiosis metabolik, gangguan keseimbangan
elektrolit (sodium, kalium, khlorida).
B. Gambaran Laboratorium
Gambaran Laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi a). Sesuai dengan
penyakit yang mendasarinya b). Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan
kadar ureum dan kreatinin serum dan penurunan LFG yang dihitung
mempergunakan rumus Kockcroft-Gault. Kadar kreatinin serum saja tidak bisa
dipergunakan untuk memperkirakan fungsi ginjal. c). Kelainan biokimiawi darah
meliputi penurunan kadar hemoglobin peningkatan kadar asam urat, hiper atau
hipokalemia, hiponatremia, hiper atau hipokloremia, hiperfosfatemia,
hipokalsemia, asidiosis metabolik. d). Kelainan urinalisis meliputi, proteiuria,
leukosuria, cast, isostenuria.
C. Gambaran Radiologis
Pemeriksaan Radiologis Penyakit Ginjal Kronik meliputi a). Foto polos
abdomen, bisa tampak batu radio opak. b). Pielografi intravena jarang dikerjakan
karena kontras sering tidak bisa melewati filter glomerulus, disamping
kehawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras terhadap ginjal yang sudah
mengalami kerusakan. c). Pielografi antergrad atau retrograd dilakukan sesuai
dengan indikasi d). Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang
mengecil, korteks yang menipis adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista,
massa, klasifikasi e). Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi bila ada
indikasi.
D. Biopsi dan Pemeriksaan Histopatologi Ginjal
Biopsi dan Pemeriksaan Histopatologi Ginjal dilakukan pada pasien
dengan ukuran ginjal yang masih mendekati normal, dimana diagnosis secara
noninvasif tidak bisa ditegakkan. Pemeriksaan histopatologi ini bertujuan untuk
10
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 11/39
mengetahui etiologi, menetapkan terapi, prognosis, dan mengevaluasi hasil terapi
yang telah diberikan. Biopsi ginjal indikasi kontra dilakukan pada keadaan
dimana ukuran ginjal yang sudah mengecil (contracted kidney), ginjal polikistik,
hipertensi yang tidak terkendali, infeksi perinefrik, gangguan pembekuan darah,
gagal nafas, dan obesitas.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik meliputi:
• Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
• Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid (comorbid condition)
• Memperlambat pemburukan (progression) fungsi ginjal
• Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular
• Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi
• Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal
A. Terapi Spesifik Terhadap Penyakit Dasarnya
Waktu yang paling tepat untuk terapi penyakit dasarnya adalah sebelum
terjadinya penurunan LFG, sehingga pemburukan fungsi ginjal tidak terjadi. Pada
ukuran ginjal yang masih normal secara ultrasonografi, biopsi dan pemeriksaan
histopatologi ginjal dapat menentukan indikasi yang tepat terhadap terapi spesifik.
Sebaliknya, bila LFG sudah menurun sampai 20-30% dari normal terapi terhadap
penyakit dasar sudah tidak banyak bermanfaat.
Tabel 2.8 Rencana Tatalaksan Penyakit Ginjal Kronik Sesuai dengan Derajatnya
Derajat LFG(ml/mnt/1,73m2 Rencana Tatalaksana
1 > 90 - Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid
evaluasi pemburukan ( progression) Fungsi
ginjal, memperkecil resiko kardiovaskuler
11
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 12/39
2
3
4
5
60-89
30-59
12-29
<15
- Menghambat pemburukan (progression)
fungsi ginjal
- Evaluasi dan terapi komplikasi
- Persiapan untuk terapi pengganti ginjal
- Terapi Pengganti Ginjal
B. Pencegahan dan Terapi Terhadap Kondisi Komorbid
Penting sekali untuk mengikuti dan mencatat penurunan LFG pada passien
penyakit ginjal kronik. Hal ini untuk mengetahui kondisi komorbid (superimposed
factors) yang dapat memperburuk keadaan pasien. Faktor-faktor komorbid ini
antara lain gangguan keseimbangan cairan, hipertensi yang tidak terkontrol infeksi
traktus urinarius, obat-obat nefrotoksik, bahan radiokontras, atau peningkatan
aktivitas penyakit dasarnya.
C. Menghambat Pemburukan Fungsi Ginjal
Faktor utama penyebab pemburukan fungsi ginjal adalah terjadinya
hiperfiltrasi glomerulus. Skematik tentang patogenesis pemburukan fungsi ginjal
dapat dilihat pada gambar 1.
Dua cara penting untuk mengurangi hiperfiltrasi glomerulus ini adalah:
Pembatasan Asupan Protein. Pembatasan asupan protein mulai dilakukan padaLFG < 60 ml/mnt, sedangkan diatas nilai tersebut, pembatasan asupan protein
tidak selalu dianjurkan. Protein diberikan 0,6-0,8 kg.bb/hari, yang 0,35 – 0,50 gr
diantaranya merupakan protein nilai biologi tinggi. Jumlah kalori yang diberikan
sebesar 30 -35 kkal/kgBB/hari. Ddibutuhkan pemantauan yang teratur terhadap
status nutrisi pasien. Bila terjadi malnutrisi jumlah asupan kalori dan protein dapat
ditingkatkan. Berbeda dengan lemak dan karbohidrat, kelebihan protein tidak
disimpan dalam tubuh tapi dipecah dipecah menjadi urea dan subtansi nitrogen
12
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 13/39
lain , yang terutama diekskresikan melalui ginjal. Oleh karena itu, pemberian diet
tinggi protein pada pasien Penyakit Ginjal Kronik akan mengakibatkan
penimbunan subtansi nitrogen dan ion anorganik lain, dan mengakibatkan
gangguan klinis dan metabolik yang disebut uremia.’
Tabel 2.9 Pembatasan Asupan Protein dan Fosfat pada Penyakit Ginjal Kronik
LFG ml/menit Asupan Protein g/kg/hari Fosfat g/kg/hari
>60
25 – 60
5-25
<60
(sindrom nefrotik)
Tidak dianjurkan
0,6-0,8/kg/hari, termasuk >
0,35 gr/kg/hari nilai biologi
tertinggi
0,6-0,8/kg/hari, termasuk >
0,35 gr/kg/hari protein nilai
biologi tertinggi atau
tambahan 0,3 g asam aminoesensial atau asam keton
0,8/kg/hr(+ 1 gr protein /g
proteinuria atau 0,3 gr/kg
tambahan asam amino
esensial asam keton
Tidak di batasi
< 10 g
< 10 g
< 9 gram
Dengan demikian pembatasan asupan protein akan mengakibatkan
berkurangnya sindrom uremik. Masalah penting lain adalah supan protein berlebih
(protein overload) akan mengakibatkan perubahan hemodinamik ginjal berupa
peningkatan aliran darah dan tekanan intraglomerulus (intraglomerulus
hyperfiltration), yang akan meningkattkan progresifitas pemburuan fungsi ginjal.
Pembatasan asupan protein juga berkaitan dengan pembatasan asupan fosfat,
karena protein dan fosfat selalu berasal dari sumber yang sama. Pembatasan fosfat
perlu untuk mencegah terjadinya hiperfosfatemia.
13
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 14/39
Terapi Farmakologis. Untuk mengurangi hipertensi intraglomerulus.
Pemakaian obat anti hipertenasi, disamping bermanfaat untuk memperkeciil
resiko kardiovaskular juga sangat penting untuk memperlambat pemburukan
kerusakan nefron dengan mengurangi hipertensi intraglomerulus dan hipertrofi
glomerulus. Beberapa studi membuktikan bahwa pengendalian tekanan darah
mempunyai peran yang sama pentingnya dengan pembatasan asupan protein
dalam memperkecil hipertensi intraglomerulus dan hipertrogi glomerulus.
Disamping itu, sasaran terapi farmakologis sangat terkait dengan derajat
proteinuria. Saat ini diketahui secara luas bahwa, proteinuria merupakan faktor
resiko terjadi pemburukan fungsi ginjal dengan kata lain derajat proteinuria
berkaitan dengan proses pemburukan fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronik.
Beberapa obat antihipertensi, terutama Penghambat Ensim Komveting
Angiotensin (Angiotensin Converting Enzyme/ACE inhibitor), melalui berbagai
studi terbukti dapat memperlambat proses pemburukan fungsi ginjal. Hal ini
terjadi lewat mekanisme kerjanya sebagai antihipertensi dan antiproteinuria.
D. Pencegahan dan Terapi Terhadap Penyakit Kardiovaskular
Pencegahan dan terapi terhadap kardiovaskular merupakan hal yang
penting, karena 40-45% kematian pada penyakit ginjal kronik disebabkan oleh
penyakit kaediovaskular adalah, pengedalian diabetes, pengendalian hipertensi,
pengendalian dislipidemia, pengendalian anemia, pengendalian hiperfosfatemia
dan terapi terhadap kelebihan cairan dengan gangguan keseimbangan elektrolit.
Semua ini terkait dengan penncegahan dan terapi terhadap komplikasi penyakit
ginjal kronik secara keseluruhan.
E. Pencegahan dan Terapi Terhadap Komplikasi
Penyakit ginjal kronik mengakibatkan berbagai komplikasi yang
manifestasinya sesuai dengan derajat penurunan fungsi ginjal yang terjadi.
Tabel 2.10 Komplikasi Penyakit Ginjal Klinik
Derajat Penjelasan LFG Komplikasi
14
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 15/39
(ml/mnt)
1
2
3
4
5
Kerusakan Ginjal
dengan LFG normal
Kerusakan Ginjal
dengan penurunan LFG
ringan
Penurunan LFG sedang
Penurunan LFG berat
Gagal ginjal
> 90
60-89
30-59
15-29
<15
- Tekanan darah mulai
- Hiperfosfatemia
- Hipokalcemia
- Anemia
- Hiperparatiroid
- Hipertensi- Hiperhomosistinemia
- Malnutrisi
- Asidiosis Metabolik
- Cenderung Hiperkalemia
- Dislipedemia
- Gagal Jantung
- Uremia
Anemia. Anemia terjadi pada 80-90% pasien penyakit ginjal kronik.
Anemia pada penyakit ginjal kronik terutama disebabkan oleh defisiensi
eritopoitin. Hal – hal yang ikut berperan dalam terjadinya anemia adalah
defisiensi besi kehilangan darah (missal; pendarahan saluran cerna, hematuri)
masa hidup eritrosit yang pendek akibat terjadinya hemolisis, defisiensi asam
folat, penekanan sumsum tulang oleh subtansi uremik, proses inflamasi akutmaupun kronik. Evaluasi terhadap anemia dimulai saat kadar hemoglobin < 10 g
% atau hematokrit < 30% meliputi evaluasi terhadap status besi (kadar besis
serum/serum iron, kapasitas ikat besi total/ Total Iron Binding Capacity, feritin
serum), mencari sumber pendarahan, morfologi eritrosit, kemungkinan adanya
hemolisis dan lain sebagainya. Penatalaksanaan terutama ditujukan pada penyebab
utamanya, disamping penyebab lain bila ditemukan. Pemberian eritropoipin
(EPO) merupakan hal yang dianjurkan. Dalam pemberian EPO ini status besi
15
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 16/39
harus selalu mendapat perhatian karena EPO memerlukan besi dalam mekanisme
kerjanya. Pemberian tansfusi pada penyakit ginjal kronik harus dilakukan secara
hati-hati, berdasarkan indikasi yang tepat dan pemantauan yang cermat. Transfusi
darah yang dilakukan secraa tidak cermat dapat mengakibatkan kelebihan cairan
tubuh, hiperkalemia dan pemburukan fungsi ginjal sasaran hemoglobin menurut
berbagai studi klinik adalah 11-12 g/dl.
Osteodistrofi Renal. Osteodistrofi Renal merupakan komplikasi penyakit
ginjal kronik yang sering terjadi. Penatalaksanaan Osteodistrofi Renal
dilaksanakan dengan cara mengatasi hiperfosfatemia dan pemberian hormone
Kalsitriol (1.25(OH)2D3). Penatalaksanaan hiperfosfatemia meliputi pembatasan
asupan fosfat, pemberian pengikat fosfat dengan tujuan absorbsi fosfat disaluran
cerna. Dialisis yang dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal juga ikut berperan
dalam mengatasi hiperfosfatemia.
Mengatasi Hiperfosfatemia
a. Pembatasan asupan fosfat. Pemberian diet rendah fosfat sejalan dengan diet
pada pasien penyakit ginjal kronik secara umum yaitu, tinggi kalori, rendah
protein dan rendah garam, karena fosfat sebagian besar terkandung dalam
daging dan produk hewan seperti susu dan telor. Asupan fosfat dibatasi 600-
800 mg/hari. Pembatasan asupan fosfat yang terlalu ketat tidak dianjurkan,
untuk menghindari terjadinya malnutrisi.
16
Penurunan Fungsi
Ginjal
Hiperfosfate
mia
Penurunan1,25 (OH)
2D
3
Intosikasi AL 3+ Akumulasi β-
mikroglobin
Penurunan Ca2+ terionisasi
Peningkatan
PTH
Hiperplasi
Kelenjar
Paratiroid
Osteitis Fibrosa Cystica(High-turnover bone
diseases)
Osteomalasia A dynamic bonedisease
Dialysis-releated
amyloidosis
Asiodiosis
metabolik
Kelebihan Ca dan
Vitamin D
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 17/39
Gambar 2.1 Patogenesis Terjadinya Osteodistrofi Renal
b. Pemberian pengikat fosfat. Pengikat fosfat yang banyak dipeke adalah, garam
kalsium, alumunium hidroksida, garam magnesium. Garam-garam ini
diberikan secra oral, untuk menghambat absorbsi fofat yang berasal dari
makanan. Garam kalsium yang banyak dipake adalah kalsium karbonat
(CaCO3) dan kalsium acetate table 9. Memperlihatkan cara dan jenis pengikat
fosafat, efikasi dan efek sampingnya.
c. Pemberian bahan kalsium memetik (calcium mimetic agent). Akhir-akhir ini
dikembangkan sejenis obat yang dapat menghambat reseptor Ca pada kelenjar
paratiroid, dengan nama sevelamer hidrokhlorida. Obat ini disebut juga
calcium mimetic agent, dan dilaporkan mempunyai efektivitas yang sangat
baik serta efek samping yang minimal.
Tabel 2.11 Fosfat, Efikasi dan Efek Sampingnya
Cara/Bahan Efikasi Efek Samping
Diet rendah fosfat Tidak selalu mudah Malnutrisi
17
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 18/39
Al(OH)3
Ca CO3
Ca Acetat
Mg(OH)2/MgCO3
Bagus
Sedang
Sangat Bagus
Sedang
Intosikasi Al
Hipercalcemia
Mual,muntah
Intoksikasi Mg
Pemberian Kalsitriol (1.25(OH2D3)
Pemberian Kalsitriol untuk mengatasi osteodistrofi renal banyak
dilaporkan. Tetapi pemakaiannya tidak begitu luas, karena dapat meningkatkan
absorbsi fosfat dan kalsium disaluran cerna sehingga dikhawatirkan
mengakibatkan penumpukan barang calcium carbonate dijaringan, yang disebut
kalsifikasi metastatik.Disamping itu juga dapat mengakibatkan penekanan yang
berlebihan terhadap kelenjar paratiroid. Oleh karena itu pemakainnya dibatasi
pada pasien dengan kadar fosfat darah normal dan kadar hormone paratiroid
(PTH)>2,5 kali normal.
Pembatasan Cairan dan Elektrolit
Pembatasan asupan air pada pasien penyakit ginjal kronik, sangat perlu
dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mencegahter jadinya edem dan komplikasi
kardiovaskular. Air yang masuk kedalam tubuh dibuat seimbang dengan air yang
keluar baik melalui urine maupun insensible water loss. Dengan berasumsi bahwa
air yang keluar melalui insible water antara 500-800 ml/hari (sesuai dengan luas
permukaan tubu), maka air yang masuk dianjurka 500-800 ml ditambah jumlah
urine.
Elektrolit yang harus diawasi asupannya adalah kalium dan natrium.Pembatasan kalium dilakukan, karena hiperkalemia dapat mengakibatkan aritnia
jantung yang fatal. Oleh karena itu, pemberian obat-obat yang mengandung
kalium danmakanan yang tinggi kalium (seperti buah dan sayuran) harus dibatasi
kadar kalium darah dianjurkan 3,5-5,5 mEq/lt. Pembatasan natrium dimaksudkan
untuk mengendalikan hipertensi dan edema. Jumlah garam natrium yang
diberikan, disesuaikan dengan tingginya tekanan darah derajat edema yang terjadi.
18
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 19/39
F. Terapi Pengganti Ginjal (Renal Replacement Therapy)
Terapi pengganti ginjal pada Penyakit Ginjal Kronik stadium 5, yaitu pada
LFG kurang dari 15 ml/mnt. Terapi pengganti tersebut dapat berupa hemodialisis,
peritoneal dialysis atau transplantasi ginjal.
1. Hemodialisis (HD)
a. Indikasi untuk inisiasi terapi dialisis
Inisiasi terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala
toksikazotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis terlalu cepat pada
pasien GGKyang belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal
(LFG). Menurut hematpenulis keputusan untuk inisiasi terapi dialisis
berdasarkan pertimbangan klinisdan parameter biokimia. Tidak jarang
presentasi klinik retensi atau akumulasitoksin azotemia tidak sejalan
dengan gangguan biokimia.
Keputusan untuk inisiasi terapi dialisis berdasarkan parameter
laboratorium bila LFG antara 5 dan 8 ml/menit/l .73 m2.
Pemeriksaan LFG (radionuklida) paling tepat untuk mencermin faal
ginjal yangsebenarnya, sesuai dengan klirens inulin. Pemeriksaan ini
terbatas di RS Rujukan. Untuk kepentingan klinis, estimasi klirens
kreatinin dapat digunakan formula Cockcroft dan Gault.
Tabel 2.12 Indikasi inisiasi terapi dialisis
1. Indikasi absolut
• Periecarditis
• Ensefalopati / neuropati azotemik
• Bendungan paru dan kelebihan cairan yang tidak responsif
dengan diuretik
19
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 20/39
• Hipertensi refrakter
•Muntah persisten
• BUN > 120 mg % dan kreatinin > 10 mg %
2. Indikasi elektip
LFG (formula Cockcroft dan Gault) antara 5 dan 8 ml/m/1,73 m2
Mual, anoreksia,muntah, dan astenia berat
b. Persiapan untuk program dialisis regular
Setiap pasien yang akan menjalani program dialisis regular harus
mendapatinformasi yang harus dipahami sendiri dan keluarganya.
Beberapa persiapan (preparasi) dialisis regular
a) Sesi dialisis 3-4 kali per minggu (12-15 jam) per minggu
b) Psikoligis yang stabil
c) Finalsial cukup untuk program terapi dialisis regular selama waktu
tidak terbatas sebelum transplantasi ginjal
d) Pemeriksaan laboratorium dan perasat lainnya sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan. Pemeriksaan ini sangat penting untuk
menjamin kualitas hidup optimal
e) Disiplin pribadi untuk menjalankan program terapi ajuvan :
- Diet, perbatasan asupan cairan dan buah-buahan
- Obat-obatan yang diperlukan yang tidak terjangkau dialisis
f) Operasi A-V fístula dianjurkan pada saat kreatinin serum 7 mg/%
terutama pasien wanita, pasien usia lanjut dan diabetes mellitus.
2. Dialisis peritoneal ( DP )
Sejak diperkenalkan kateter peritoneal yang permanen oleh PALMER (1964),
mesin dialisis peritoneal oleh BOEN (1962), maka DP mulai dikembangkan
untukpasien- pasien gagal ginjal kronik. Mesin DP yang dirancang oleh
TENCKHOFF (1969) mulai digunakan untuk dialisis di rumah (home
peritoneal dialysis).Pada saat ini mesin DP yang otomatis sudah populer di
20
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 21/39
pusat-pusat ginjal (renal center ) di luar negeri seperti Lasker peritoneal
automatic cycler (LASKER, 1971) dan reverse osmosis (RO) peritoneal
dialysis (PD) machine (TENCKHOFF, 1972).
Akhir-akhir ini sudah populer Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis
(CAPD) di pusat ginjal di luar negeri dan di Indonesia. Frekuensi
dialisisperitoneal intermiten makin meningkat, di Amerika 2-3% dan Kanada
10% dari semua pasien yang memerlukan dialisis peritoneal intermiten.
TENCKHOF (1974) telah meramalkan bahwa dari semua pasien yang
memerlukan dialisis kronik di Kanada (40-50%), diantaranya kira-kira 20-
25% akan memerlukan dialisis peritoneal kronik.
Indikasi medik CAPD:
- pasien anak-anak dan orang tua, umur lebih dari 65 tahun
- pasien-pasien yang telah menderita penyakit sistem kardiovaskuler, misal
infark miokard atau iskemi koroner
- pasien-pasien yang cenderung akan mengalami perdarahan bila dilakukan
hemodialisis.
- kesulitan pembuatan AV shunting
- pasien dengan stroke
- pasien GGT dengan residual urin masih cukup
- pasien neropati diabetik disertai co-morbiditi dan co-mortaliti
Indikasi non-medik :
- Keinginan pasien sendiri
- Tingkat intelektual tinggi untuk melaksanakan sendiri (mandiri)
- Di daerah yang jauh dari pusat ginjal
Tabel 2.13 Efek Hemodialisis Pada Syndrome Azotemia
Gambaran klinik Efek hemodialisis
Mual dan muntah
Anoreksia dan penurunan berat badan
Pruritus
Pigmentasi
Anemianormokrom normositer
Cepat menghilang
Umumnya akan kembali normal
Kadang-kadang hilang / menetap
Cepat menghilang
Pada permulaan HD terdapat penurunan
21
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 22/39
Kecenderungan perdarahan
Peka terhadap infeksi
Amenorrhoe
Penurunan libido atau impoten
Kejang-kejang
Kelainan psikis
Kelainan EEG
Insomnia
Muscle twiching, restless syndrome
Neropati perifir Kejang otot
Kalsifikasi metastatik
Osteodistrofi renal
Miopati
Perikarditis
Hipertensi
Hb, kemudian naik kembali
Biasanya dapat dikendalikan
Sebagian hilang
Periode latent cepat kembali, tetapi
ovulasi jarang kembali normal lagi
Mungkin terdapat perbaikan
Umumnya dapat dihindarkan
Perbaikan/sembuh/memburuk
Kembali normal
Seringkali menetap
Perbaikan / penyembuhan
Perbaikan lambatMenetap
Deposit-deposit kalsium pada jaringan
hilang tetapi kalsifikasi metastatik
mengenai pembuluh darah menjadi lebih
buruk
Perbaikan / menetap / memburuk
Diikuti oleh kenaikan tulang
Tidak selalu dapat dihindarkan
Mungkin dapat dikontrol
Keuntungan program CAPD :
(a) Eleminasi toksin azotemia kontinu setiap hari, tidak fluktuasi seperti
hemodialisis
(b) Jarang mendapat tranfusi darah sehingga terhindar infeksi hepatitis B
atau non-A non-B
(c) Menghadapi kedaruratan medik dapat mengatasi sendiri berdasarkan
panduan yang telah ditetapkan:
- Overhydration dengan bendungan paru akut
- Hiperkalemia
- Gejala dini peritonitis
(d) Pembatasan konsumsi air dan makanan tidak ketat
(e) Terhindar dari komplikasi toksin middle molekules dan angiotensin-H
(f) Pasien lebih bebas dalam tugas sehari-hari, tidak terikat jadwal
hemodialisis di Rumah Sakit
22
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 23/39
Kendala program CAPD di Indonesia :
- Biaya CAPD per bulan masih lebih mahal dari HD.
- Sanitasi lingkungan dan tingkat pendidikan untuk sebagian besar pasien
merupakan faktor yang tidak menunjang program CAPD.
Prognosis pasien dialisis
Prognosis GGT dengan program HD kronik tergantung dari banyak faktor
terutama seleksi pasien dan saat rujukan.
1. Umur
Umur < 40 tahun mulai program HD kronik mempunyai masa hidup lebih
panjang, mencapai 20 tahun. Sebaliknya umur lanjut > 55 tahun
kemungkinan terdapat komplikasi sistem kardiovaskuler lebih besar.
2. Saat rujukan
Rujukan terlambat memberi kesempatan timbul gambaran klinik berat
seperti koma, perikarditis, yang sulit dikendalikan dengan tindakan HD.
3. Etiologi GGT
Beberapa penyakit dasar seperti lupus, amiloid, diabetes mellitus; dapat
mempengaruhi masa hidup.
Hal ini berhubungan dengan penyakit dasarnya sudah berat maupun
kemungkinan timbul komplikasi akut atau kronik selama HD.
4. Hipertensi
Hipertensi berat dan sulit dikendalikan sering merupakan faktos risiko
vaskuler (kardiovaskuler dan serebral)
5. Penyakit sistem kardiovaskuler
Penyakit sistem kardiovaskuler (infark, iskemia, aritmia) merupakan faktor
risiko tindakan HD.
Program CAPD merupakan faktor pilihan / alternatif yang paling aman.
6. Kepribadian dan personalitas
Faktor ini penting untuk menunjang kelangsungan hidup pasien GGT
dengan program HD kronik.
23
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 24/39
7. Kepatuhan (complience)
Banyak faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan program HD kronik
misal kepribadian, finansial dan lain-lain.
3. Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal).
Pertimbangan program transplantasi ginjal :
(a) Ginjal cangkok (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh (100%)
faal ginjal,sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih 70 - 80% faal
ginjal alamiah.
(b) Kualitas hidup normal kembali
(c) Masa hidup ( survival rate) lebih lama
(d) Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan dengan
obat imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan
(e) Biaya lebih murah dan dapat dibatasi.
Persiapan program transplantasi ginjal
(a) Pemeriksaan imunologi
- Golongan darah ABO
- Tipe jaringan HLA ( human leucocyte antigen )
(b) Seleksi pasien (resipien) dan donor hidup keluarga
Pemeriksaan imunologi merupakan kunci keberhasilan program transplantasi
ginjal.
(a) Golongan darah ABO
- Ketidak serasian golongan darah ABO antara resipien dan donor
menyebabkan reaksi penolakan hiperakut (hyperacute immediate
rejection)
- Antigen Rhesus tidak berperan untuk reaksi penolakan.
24
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 25/39
(b) Tissue typing HLA (human leucocyte antigen).
Klasifikasi HLA berdasarkan (major histocompatibility gene complex) :
- Kelas (I) antigen : * HLA – A
* HLA – B
* HLA-C
- Kelas (II) antigen : * HLA - D (DR)
Data hubungan antara antigen MCH dan graft survival
1. Transplantasi antara saudara kembar (identical twin) atau isograft
memberikan hasil sempurna
2. Graft survival antara saudara kandung dengan HLA identik; misal 2
haplotype matches akan menyerupai isograft
3. Graft survival mencapai 75% (tahun ke 3) dari ginjal cangkok saudara
kandung dengan 1 haplotype
4. Graft survival mencapai 60% (tahun ke 3) dari ginjal cangkok saudara
kandung dengan tanpa haplotype.
5. Analisis data graft survival dari cadaver sulit karena tanpa pemeriksaan
HLA - D (DR).
Penelitian memperlihatkan bahwa HLA-C tidak berperan untuk graft survival,
sebaliknya identifikasi HLA - D (DR) sangat menentukan hasil graft survival.
Seleksi resipien
Kriteria untuk dipertimbangkan program transplantasi :
(a) Umur ideal resipien antara 12-55 tahun dan tersedia donor hidup keluarga
(living related donor):
Saudara kembar (idential twin)
Saudara kandung (sibling) dengan HLA identik
Morbiditas dan mortalitas meningkat bila umur resipien > 55 tahun
(b) Tidak dianjurkan program transplantasi ginjal bila menderita ateroma
berat, sepsis kronik, keganasan.
(c) Diabetes mellitus dan penyakit amiloid tidak merupakan indikasi kontra
mutlak program transplantasi ginjal asal kondisi jantung normal
25
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 26/39
(d) Program transplantasi ginjal ditangguhkan bila resipien menderita infeksi
saluran kemih akut, tuberkulosis paru, dan herpes simpleks.
(e) Mempunyai kemampuan finansial cukup untuk mendapat terapi
imunosupresif jangka lama
Kontra indikasi mutlak
(a) Golongan darah ABO tidak serasi
(b) Reaksi silang (crossmatch) positif kecuali untuk B-cell atau D-locus
(c) Sitotoksik antibodi pada resipien terhadap HLA antigen donor
(d) Infeksi aktif
Disseminated histoplasmosis / coccidioidomycosis
Tuberkulosis paru
ISK akut/kronik
Hepatitis B
(e) Ulkus peptikum masih aktif
Kontra indikasi relatif
(a) Untuk transplantasi ulang masih mengandung HLA donor sebagai
penyebabreaksi penolakan.
(b) Antiglomerular basement membrane antibody
(c) Keganasan pada resipien dalam 2 tahun terakhir
(d) Keadaan umum resipien buruk :
- Malnutrisi
- Debilitas
(e) Antibodi sitotoksik > 50%
(f) Kelainan yang sulit dikoreksi dari kandung kencing dan atau uretra
(g) Divertikulosis
(h) Penyakit ulkus peptikum (rekuren)
(i) Donor mengandung antibodi CMV (cytomegalovirus)
Sumber ginjal (donor)
26
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 27/39
Sumber ginjal sangat penting karena menentukan graft survival dan biaya obat
imunosupresif (prednison, azathioprin, siklosforin atau OKT3 dan lain-lain).
Sumber ginjal:
(a) Cadaver (mayat)
Berlaku di semua negara, kecuali negara islam atau mayoritas
penduduknya islam seperti Indonesia.
(b) Donor hidup
Saudara kandung / sibling
Berlaku di semua negara termasuk Indonesia
Orang tua ( ayah & ibu )
Berlaku di semua negara termasuk Indonesia
Bukan keluarga (living non related donor )
Tidak berlaku di semua negara.
BAB 3. GEJALA AKUT PADA PENYAKIT GINJAL KRONIK
Acute on Chronic Renal Failure Syndrome memperlihatkan presentasi
klinik akut (oliguria, asidosis hiperkalemia) pada pasien GGK (anemia,
hipertensi/normotensi) dengan pemicu reversible / correctable factors yang
memperburuk faal ginjal laju filtrasi glomerulus (LFG).
27
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 28/39
Sindrom ini sering merupakan presentasi pertama dari pasien-pasien dengan gagal
ginjal kronik (GGK). Seperti diketahui presentasi klinik GGK sangat bervariasi
sangat luas; mulai dari tanpa keluhan atau keluhan-keluhan ringan dan tidak
spesifik dan keadaan darurat medik.
Pada keadaan darurat medik ini harus dipertimbangkan beberapa keadaan
berikut:
- Acute on Chronic Renal Failure Syndrome
- Rapidly Progressive Glomerulo Nephritis (RPGN) Syndrome
- Azotemic Syndrome
Ketiga keadaan darurat medik ini harus cepat dan tepat dapat dibedakan karena
mempengaruhi manajemen dan prognosis
3.1 Etiologi
Beberapa faktor yang dapat memperburuk faal ginjal LFG pada pasien
gagal ginjal kronik tingkat ringan atau sedang dapat dilihat pada tabel. Sebenarnya
faktor-faktor tersebut dapat dicegah dan dapat diatasi dengan pengobatan
konservatif bila diketahui sedini mungkin sehingga stadium terminal dapat
dihindarkan. Infeksi saluran kemih dan ginjal (pielonefritis) sering dijumpai
walaupun tanpa keluhan atau gejala dan ditemukan pada pemeriksaan
laboratorium rutin, misal lekosituri dan basiluri. Biakan urin harus rutin pada
setiap penyakit ginjal apapun juga sebabnya termasuk gagal ginjal kronik. Infeksi
paru terutama pneumonia morbiditas dan mortalitas pasien gagal ginjal kronik
(GGK)
Hipertensi berat yang. tidak terkontrol terutama bila disertai gagal jantung
kongestif paling sulit dikendalikan.
Tabel 3.1 Beberapa faktor yang memperburuk faal ginjal (LFG)
1. Infeksi
- infeksi saluran kemih dan ginjal pielonefritis
- infeksi ekstra renal terutama bila disertai septikemi.
2. Hipertensi berat
3. Gagal jantung kongestif
4. Pembedahan / trauma
28
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 29/39
5. Transfusi darah ganda (multiple)
6. Obat-obatan nefrotoksik
7. Gangguan elektrolit
- deplesi air & natrium
- hipokalemia
- hiperkalsemi
8. Nefropati Obstruktif
Deplesi air dan natrium yang akut (vibrio eitor) dan kronik (natriuresis)
pada penyakit ginjal pilikistik, pielonefritis kronik dan sindrom Fanconi; dapat
memperburuk faal ginjal.
Pembedahan atau trauma yang menyebabkan hiperkatabolisme dapat
memperburuk faal ginjal dan retensi sisa-sisa metabolisme.
Transfusi darah terutama dengan whole blood dan ganda sering kali menyebabkan
asidosis, hiperkalemia dan overhydration.
Obat-obat yang mempunyai efek nefrotoksik misal tetrasiklin dapat memperburuk
faal ginjal, pada orang tua dengan hipertrofi prostat dan disertai infeksi saluran
kemih dan ginjal, tidak jarang dijumpai.
Prosedur pencitraan organ (terutama ginjal) dengan menggunakan media
kontras harus mempunyai indikasi mutlak; karena resiko penurunan progresif faal
ginjal
3.2 Patofisiologi
Semua faktor ekstrarenal dan terbalikan (reversibel) dapat menyebabkan
penurunan progresif faal ginjal (LFG), maka gambaran klinik azotemia makin
meningkat dan tidak jarang dengan sindrom azotemia yang komplek. Bila semua
faktor terbalikan tersebut dapat dikendalikan dengan pengobatan rasional dan
adekuat, maka faal ginjal (LFG) akan memperlihatkan perbaikan dan mungkin
akan menangguhkan saat dimulai program hemodialisis intermiten.
29
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 30/39
Pada keadaan darurat medik dapat dilakukan diálisis sementara untuk
mengatasi presentasi klinik yang berhubungan dengan retensi toksin azotemia
(lihat indikasi absolut inisiasi dialisis) dan gangguan keseimbangan cairan dan
elktrolit.
Gambar 3.1 Hubungan Penurunan Faan Ginjal Dan Gambaran Klinik
Faktor-faktor pemburuk faal ginjal ( LFG )
1. Infeksi
Setiap infeksi saluran kemih dan ginjal pielonefritis (intrarenal) dan infeksi
paru pneumonia (ekstra renal) terutama disertai septikemia, seringkali
memperburuk faal ginjal kronik tingkat ringan atau sedang. Menurut
WARDENER (1986) setiap penurunan faal ginjal yang sulit diterangkan pada
setiap pasien gagal ginjal kronik harus dipertimbangkan infeksi saluran kemih
dan ginjal sebagai penyebabnya.
Infeksi ginjal atau diluar ginjal dengan atau tanpa disertai septikemia,
mungkin menyebabkan vasokontriksi arteriol afferent glomerulus, diikuti
penurunan aliran darah ginjal dan tekanan filtrasi glomerulus. Penurunan
tekanan filtrasi glomerulus ini akan diikuti penurunan filtrasi glomerulus dan
akhirnya terjadi oliguria.
Penyebab vasokontriksi arteriol afferent tidak diketahui, mungkin toksin
(endotoksin).
30
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 31/39
2. Deplesi air dan natrium
Deplesi natrium dan air pada pasien gagal ginjal kronik mungkin akibat
gastroenteritis akut eltor atau akibat pemberian tetrasiklin.
Deplesi natrium dan air yang kronik biasanya berhubungan dengan penyakit
dasarnya, misal penyakit ginjal polikistik, nefropati analgetika atau sindrom
Fanconi, nefritis interstisia kronik (nefropati urat kronik dan nefrolitiasis).
Deplesi air dan natrium ini akibat salt-wasting melalui urin, dinamakan
natriuresis.
Deplesi natrium dan air menyebabkan penurunan volume cairan esktra selular
(VCES), diikuti penurunan aliran darah ginjal (RBF = renal bloocl flow).
Iskemia ginjal akan menyebabkan penurunan filtrasi glomerulus (LFG), dan
akhirnya terjadi oliguria. Keluhan-keluhan gastrointestinal makin meningkat
misal mual, muntah, dan tidak jarang diare. Gejala-gejala gastrointestinal ini
akan memperberat deplesi natrium dan air. Bila lingkaran setan ini tidak
segera diputuskan, gejala azotemia akan meningkat dan tidak jarang pasien
datang dengan sindrom azotemia yang kompleks.
3. Gagal jantung kongestif
Gagal jantung kongestif (hipertensi atau aterosklerosis) menyebabkan
penurunan LFG dan terjadi oliguria.
31
Deplesi natrium dan air
Penurunan volume cairan
Ekstra selluler (VCES)
Penurunan filtrasi glomerulus - LFG
Gejala azotemia meningkat
(mual-mual, muntah, diare)
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 32/39
Gambar 3.2
Hubungan antara deplesi natrium dan air dengan sindrom azotemia
4. Hipertensi berat
Hipertensi dapat disebabkan berbagai penyakit ginjal (renal hypertension).
Sebaliknya hipertensi berat yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
perubahan-perubahan dinding pembuluh darah arteriol (arterial fibrinoid
necrosis) dan akan memperburuk faal ginjal.
Gambar 3.3 Hubungan Antara Hipertensi Berat dengan Oliguria
5. Hipokalemia
Hipokalemia kronik dapat menyebabkan nefropati. Nefropati hipokalemia
dapat memperberat faal ginjal yang sebelumnya telah menderita gagal ginjal
kronik. Nefropati hipokalemia dapat juga merupakan salah satu faktor
predisposisi infeksi sekunder. Derajat dan lama hipokalemia sehingga dapat
menyebabkan nefropati masih belum jelas. Hanya pengalaman klinik
32
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 33/39
memperlihatkan, bahwa hipokalemia berat selama beberapa hari sudah dapat
menyebabkan nefropati.
Hipokalemia dapat disebabkan beberapa faktor antara lain :
- kehilangan kalium K+ melalui saluran cerna misal muntah, diare, aspirasi
getah lambung dan enterostomi.
- kehilangan melalui urin setelah pemberian diuretika kuat, hiperaktif
kelenjar adrenal dan sindrom Fanconi.
3.3 Gambaran Klinik
Gambaran klinik Acute on CRF syndrome tergantung dari 3 faktor berikut:
1. Derajat penurunan faal ginjal laju filtrasi glomerulus (LFG)
2. Penyakit dasar ginjal (underlying renal disease)
3. Faktor-faktor pemburuk faal ginjal
Menurut pengalaman penulis gambaran klinik gejala akut pada gagal
ginjal kronik terdiri dari 2 tipe :
1. Tipe kering
a. Gambaran klinik
- Oliguria (anuria)
- Dehidrasi
- Hipotensi
- Febris atau suhu normal
- Kesadaran menurun (somnolen) atau koma
b. Penyakit dasar (underlying renal disease)
- Penyakit ginjal polikistik
- Nefropati kronik asam urat
- Nefropati obstmksi kronik intrarenal (nefrolitiasis)
c. Faktor pemburuk faal ginjal (LFG)
- Natriuresis
- Urosepsis
33
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 34/39
- Septik shock (pneumonia lobaris)
- Kolik ginjal disertai obstruksi uropati unilateral atau bilateral
- Iatrogenik (pembedahan, antibiotika yang potensial nefrotoksik,
NSAIDs, dan media kontras)
2. Tipe basah
a. Gambaran klinik menyerupai sindrom nefritik akut (SNA) :
- Oliguria (anuria)
- Hipertensi berat
- Bendungan paru akut
- Kardiomegali
- Kenaikan tekanan vena yugularis
- Hepatomegali
- Muka sembab, asites, sembab tungkai
- Asidosis
- Kesadaran menurun (sonmolen) atau koma
b. Penyakit dasar ginjal (underlying renal disease)
Penyakit parenkhim ginjal dengan kecenderungan retensi natrium (Na+):
- Glomerulopati idiopati
- Nefropati imunoglobulin - A (IgA)
- Nefropati diabetik
c. Faktor pemburuk faal ginjal (LFG)
- ISK berulang (rekuren)
- Hipertensi berat (maligna)
- Penyakit jantung hipertensif
- Penyakit jantung aterosklerosis (iskemia atau infark)
3.4 Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
Pemeriksaan penunjang diagnosis tergantung dari tipe :
1. Tipe kering
a. Gambaran klinik
34
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 35/39
- Analisis urin
- Hb (HCT) dan jumlah lekosit
- Ureum, kreatinin, elektrolit seram
- Analisis gas darah
- Analisis gas darah
b. Penyakit dasar (underlying renal disease)
- Analisis urin dan CFU per ml
- asam urat serum
- USG ginjal dan saluran kemih (prostat)
- CT scan ginjal
- Nefrotomogram
c. Faktor pemburuk faal ginjal
- Elektrolit terutama Na+ dan K + serum dan urin
- CFU per ml urin
- Biakan darah
- Hb (HCT) dan jumlah lekosit
- Pencitraan ginjal (foto polos perut, USG, CT scan dan renografi
hippuran)
2. Tipe basah
a. Gambaran klinik
- Analisis urin rutin
- Ureum dan kreatinin serum
- Elektrolit dan analisis gas darah
- Foto torak
- E K G
b. Penyakit dasar ginjal (underlying renal disease)
- Analisis urin rutin
- Proteinuria kwantitatif selama 24 jam
- Profil imunoglobulin dan komplemen
- Imunodiagnosis
35
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 36/39
- Gula darah
c. Faktor pemburuk faal ginjal
- Analisis urin dan CFU per ml urin
- Ekhokardiogram
- Profil lipid
3.5 Diagnosis Banding
Di klinik tidak jarang diumpai oliguria disertai perubahan kimia darah
(hiperkalemia, asidosis) dari pasien-pasien yang sebelumnya pernah menderita
gagal ginjal kronik. Dalam menghadapi pasien-pasien demikian harus dibedakan
tiga masalah :
1. Stadium terminal / end-stage dari gagal ginjal kronik
Gambaran klinik stadium terminal sangat komplek dengan sindrom azotemia:
perikarditis, paru uremi, neropati perifir, anemia berat disertai pendarahan
saluran pencernaan, dan akhirnya koma,
2. Acute on CRF syndrome
3. Gagal ginjal akut/ nekrosis akut tubular
Pengobatan pasien-pasien dengan nekrosis tubuler akut biasanya jarang
dijumpai hipertensi atau anemia.
3.6 Penatalaksanaan
Program pengobatan tergantung dari tipenya dan faktor pemicunya:
1. Tipe kering
a Rehidrasi dengan garam fisiologis
b Koreksi gangguan elektrolit dan asidosis
c Kendalikan infeksi dengan antibiotika spektrum luas
d Dianjurkan dialisis peritoneal (DP) profilaktis dengan panduan central
venous pressure (CVP)
e Koreksi faktor pemburuk faal ginjal (LFG)
- Hentikan obat-obat nefrotoksik
- Pembedahan bila uropati obstruksi (batu ureter)
36
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 37/39
2. Tipe basah
a Koreksi asidosis dan hyperkalemia
b Kendalikan hipertensi
c Forced diuresis dengan furosemid takaran tinggi
d Dialisis
- Hemodialisis (HD) dan sequential ultrafiltration merupakan terapi
pilihan pertama karena dapat mengendalikan overhydration asidosis
dan hyperkalemia. Untuk selama 1-2 jam pertama gunakan larutan
dialisat tanpa kalium (free potassium). Bila sudah normokalemia
(kalium serum dan EKG), gunakan larutan dialisat standard (K+ = 2.7
mEq per liter).
- Dialisis peritoneal (DP) dengan dialisat hipertonis (4-6%). Indikasi
DP terutama hemodinamik tidak stabil (hipotensi) akibat infark
miokard atau hyperkalemia berat.
e Koreksi faktor pemburuk faal ginjal
- Penyakit jantung hipertensif
- Penyakit jantung aterosklerosis
- Antibiotika untuk ISK rekuren
3.7 Prognosis
Prognosis tergantung dari tipe gambaran klinik dan faktor pemburuk faal
ginjal (LFG) Pada umumnya prognosis tipe kering lebih baik dari tipe basah, faal
ginjal (LFG) kembali ke posisi awal (renal insufisiensi). Selama tindak lanjut
(rawat jalan) harus mendapat terapi konservatif adekuat dan rasional untuk
mencegah penurunan progresif faal ginjal dan berakhir dengan gagal ginjal
terminal (GGT).Prognosis tipe basah lebih buruk terutama bila disertai penyakit
jantung aterosklerosis dan hipertensi maligna yang refrakter terhadap obat
antihipertensi. Pada umumnya pasien cepat terjun ke fase gagal ginjal terminal
(GGT) dan menjalani program dialisis regular.
37
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 38/39
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo A.W., dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen
Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Indonesia.
38
7/27/2019 90793934-PENYAKIT-GINJAL-KRONIK
http://slidepdf.com/reader/full/90793934-penyakit-ginjal-kronik 39/39
Sukandar Enday. 2006. Nefrologi Klinik. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah,
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD / RS. dr. Hasan
Sadikin.