9 10 11 13 14 15 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 omar...

2
Pikiran Rakyat o Selasa o Kamis 0 Jumat 0 Sabtu 0 Minggu 45 20 21 67 22 8 9 10 11 (!!). 13 14 15 23 24 25 26 27 28 29 30 31 o Mar OApr OMei o Jun 0 Jut 0 Ags • Sep 0 Old 0 Nov 0 Des Si(apa) di Balil~ Nama? M EMBER! nama pa- da sebuah benda, se- orang bayi, lokasi, atau binatang sekalipun adalah lazim. Nama menunjukkan se- buah identitas kepada sesuatu yang akan kita beri nama atau objek. Dengan demikian sesu- atu itu memiliki sebutan, iden- titas, kategori bahkan sebuah kesepakatan yang dimaklum- kan. Bagaimanapun nama menja- di kontrak sosial bagi sebuah hal yang semua orang sepakat bahwa sesuatu memiliki identi- tas sekaligus menunjukkan substansinya. Nama digunakan untuk semua aktivitas dalam masyarakat manusia. Dalam kartu penduduk, dalam akta nikah, kolom kepegawaian, dan sekian banyak kegiatan selama hidup. Bahkan nama pun kita bawa sampai kematian. Tidak ada yang mau mungkin batu nisan tidak memakai yang dikuburnya. Dalam hal ini na- ma menjadi kontrak sosial bagi sesorang dengan masyarakat- nya. Apalah arti sebuah nama, be- gitu kita sering katakan. Che cosa c'e in un no me, dalam ba- hasa orang Italia. Quod in no- mine', dalam bahasa Latin. De- mi mengatakan anggapan bah- wa nama tidak menunjukkan apa-apa atau siapa-siapa. Na- mun, sebaiknya berpikir, nama menunjukkan banyak hal. Mungkin substansi, kekuatan, atau harapan seseorang atas nama itu. Atau jika memberi nama itu bermotif sesuatu, sea- rang penganut fenomenologi pasti dikaitkan dengan sejarah masa lalu. Mungkin juga di- hubungkan dengan yang dira- sakan saat ini atau yang sedang dibutuhkan saat ini. Bahkan bisa juga, nama memiliki motif sebuah harapan di masa yang akan datang. Begitulah cara penganut fenomenologi mem- berikan identitas pada sesuatu dengan motivasinya. Namun masalahnya, ma- nakala nama kepada sesuatu yang menyangkut ke- pentingan publik, ten- tu harus disawala- keun. Semua orang, yang terikat dalam kelompoknya ingin merasa terwakili selu- ruh harapan, Atwar Rajari poseD FiB-Qm Unpaq Ketua Asosiasi Pefgufuan Tinggi tlmu KomLlhikasi Jaws, Beret sih nama aja Gelora Kumaha Dewek." Komentar itu tentu mewakili sebagian besar perasaan warga Jawa Barat yang mengetahui beritanya. Jikapun gelora itu di bangun di Kota Bandung, war- ga Jabar merasa memilikinya. Memang, anggaran untuk membangun itu dibahas di Badan Anggaran DPRD Kota Bandung dan diprogramkan di Kota Bandung. Tentu bukan alasan mengusulkan nama de- ngan sesuatu yang dominan tokoh legislatif atau eksekutif di Kota Bandung. Apalagi, DPRD Provinsi sudah berkomentar bahwa sebagian anggaran di- gelontorkan dari provinsi. Bahkan menurut anggota Dewan Provinsi Jabar, Pahful- waton, "Hampir setengah dana pembangunan SUS Gedebage itu bersumber dari APBD Jabar yang merupakan dana publik. Tidak sepenuhnya dari dari Ko- ta Bandung. ("PR", 8 Septem- ber 2012). Masaiah ini tampak makin sensitif jika dikaitkan dengan perhelatan pemilihan pemim- pin nomor satu di Jawa Barat. Apakah boleh dibaca niat itu sebagai upaya mengelembung- kan nama seseorang. Boleh di- uji juga, dalam urusan men- ggelembungkan popularitas se- seorang bakal calon melalui pengalihan labelnya pada sesu- atu yang besar, adalah kampa- nye pembentukan citra secara tidak langsung. Walaupun barn sekadar wacana jika tidak berhati-hati, malah menjadi penggelembungan citra se- baliknya. aspirasi dan kepentingannya. Jika demikian tentu seseorang yang kebetulan dalam posisi memiliki otoritas, tidak seme- na-mena mengusulkan nama tanpa memikirkan aspek-aspek tadi. Di sinilah terkadang usul yang didasari kepentingan per- seorangan atau kelompoknya mengalarni penolakan. Karena publik menduga usul itu kon- spiratif dan sarat nuansa poli- tis. Jika tidak berhati-hati, orang banyak akan menilai se- seorang dikatakan ada maunya dengan usulan nama itu. Yang muncul malah reaksi ce- moohan, hujatan, bahkan ke- kisruhan pendapat. Niat konspiratif Agak rikuh membaca penda- pat seorang politikus yang me- ngatakan seratus persen usulan pemberian nama Stadion Uta- ma Sepak Bola (SUS) Gedebage adalah nama orang nomor satu di Kota Bandung di Jawa Barat. Tentu jika yang usul adalah si Fulan, yang bukan siapa-siapa, tidak akan dikutip wartawan menjadi sumber berita. Na- mun, jika yang mengusung usulan adalah seorang politikus di kota itu juga, publik akan lain menilainya. Pembaca kritis biasanya me- nilai ada upaya konspiratif wa- laupun itu baru usulan. Usul yang diberitakan media adalah peristiwa komu- nikatif dengan publik. Risikonya direspons oleh publik. Misalnya, coba simak komen- tar atas berita terse- but dalam media je- jaring sosial; "ah pu- pujieun teuing" atau .'Y "memangnya saya harus bilang waaw, gitu" atau "ka- ;

Upload: others

Post on 30-Oct-2019

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pikiran Rakyato Selasa o Kamis 0 Jumat 0 Sabtu 0 Minggu

4 520 21

6 722

8 9 10 11 (!!). 13 14 1523 24 25 26 27 28 29 30 31

oMar OApr OMei oJun 0Jut 0 Ags • Sep 0 Old 0Nov 0Des

Si(apa) di Balil~Nama?M EMBER! nama pa-

da sebuah benda, se-orang bayi, lokasi,

atau binatang sekalipun adalahlazim. Nama menunjukkan se-buah identitas kepada sesuatuyang akan kita beri nama atauobjek. Dengan demikian sesu-atu itu memiliki sebutan, iden-titas, kategori bahkan sebuahkesepakatan yang dimaklum-kan.Bagaimanapun nama menja-

di kontrak sosial bagi sebuahhal yang semua orang sepakatbahwa sesuatu memiliki identi-tas sekaligus menunjukkansubstansinya. Nama digunakanuntuk semua aktivitas dalammasyarakat manusia. Dalamkartu penduduk, dalam aktanikah, kolom kepegawaian, dansekian banyak kegiatan selamahidup. Bahkan nama pun kitabawa sampai kematian. Tidakada yang mau mungkin batunisan tidak memakai yangdikuburnya. Dalam hal ini na-ma menjadi kontrak sosial bagisesorang dengan masyarakat-nya.Apalah arti sebuah nama, be-

gitu kita sering katakan. Checosa c'e in un nome, dalam ba-hasa orang Italia. Quod in no-mine', dalam bahasa Latin. De-mi mengatakan anggapan bah-wa nama tidak menunjukkanapa-apa atau siapa-siapa. Na-mun, sebaiknya berpikir, namamenunjukkan banyak hal.Mungkin substansi, kekuatan,atau harapan seseorang atasnama itu. Atau jika memberinama itu bermotif sesuatu, sea-rang penganut fenomenologipasti dikaitkan dengan sejarahmasa lalu. Mungkin juga di-hubungkan dengan yang dira-sakan saat ini atau yang sedangdibutuhkan saat ini. Bahkanbisa juga, nama memiliki motifsebuah harapan di masa yangakan datang. Begitulah carapenganut fenomenologi mem-berikan identitas pada sesuatudengan motivasinya.Namun masalahnya, ma-

nakala nama kepada sesuatuyang menyangkut ke-pentingan publik, ten-tu harusdisawala-keun. Semuaorang, yangterikat dalamkelompoknyaingin merasaterwakili selu-ruh harapan,

Atwar RajariposeD FiB-Qm UnpaqKetua Asosiasi Pefgufuan Tinggitlmu KomLlhikasi Jaws, Beret

sih nama aja Gelora KumahaDewek."Komentar itu tentu mewakili

sebagian besar perasaan wargaJawa Barat yang mengetahuiberitanya. Jikapun gelora itu dibangun di Kota Bandung, war-ga Jabar merasa memilikinya.Memang, anggaran untukmembangun itu dibahas diBadan Anggaran DPRD KotaBandung dan diprogramkan diKota Bandung. Tentu bukanalasan mengusulkan nama de-ngan sesuatu yang dominantokoh legislatif atau eksekutif diKota Bandung. Apalagi, DPRDProvinsi sudah berkomentarbahwa sebagian anggaran di-gelontorkan dari provinsi.Bahkan menurut anggota

Dewan Provinsi Jabar, Pahful-waton, "Hampir setengah danapembangunan SUS Gedebageitu bersumber dari APBD Jabaryang merupakan dana publik.Tidak sepenuhnya dari dari Ko-ta Bandung. ("PR", 8 Septem-ber 2012).Masaiah ini tampak makin

sensitif jika dikaitkan denganperhelatan pemilihan pemim-pin nomor satu di Jawa Barat.Apakah boleh dibaca niat itusebagai upaya mengelembung-kan nama seseorang. Boleh di-uji juga, dalam urusan men-ggelembungkan popularitas se-seorang bakal calon melaluipengalihan labelnya pada sesu-atu yang besar, adalah kampa-nye pembentukan citra secaratidak langsung. Walaupun barnsekadar wacana jika tidakberhati-hati, malah menjadipenggelembungan citra se-baliknya.

aspirasi dan kepentingannya.Jika demikian tentu seseorangyang kebetulan dalam posisimemiliki otoritas, tidak seme-na-mena mengusulkan namatanpa memikirkan aspek-aspektadi.Di sinilah terkadang usul

yang didasari kepentingan per-seorangan atau kelompoknyamengalarni penolakan. Karenapublik menduga usul itu kon-spiratif dan sarat nuansa poli-tis. Jika tidak berhati-hati,orang banyak akan menilai se-seorang dikatakan ada maunyadengan usulan nama itu. Yangmuncul malah reaksi ce-moohan, hujatan, bahkan ke-kisruhan pendapat.

Niat konspiratifAgak rikuh membaca penda-

pat seorang politikus yang me-ngatakan seratus persen usulanpemberian nama Stadion Uta-ma Sepak Bola (SUS) Gedebageadalah nama orang nomor satudi Kota Bandung di Jawa Barat.Tentu jika yang usul adalah siFulan, yang bukan siapa-siapa,tidak akan dikutip wartawanmenjadi sumber berita. Na-mun, jika yang mengusungusulan adalah seorang politikusdi kota itu juga, publik akanlain menilainya.Pembaca kritis biasanya me-

nilai ada upaya konspiratif wa-laupun itu baru usulan. Usulyang diberitakan media adalah

peristiwa komu-nikatif denganpublik. Risikonyadirespons olehpublik. Misalnya,

coba simak komen-tar atas berita terse-but dalam media je-jaring sosial; "ah pu-pujieun teuing" atau

.'Y "memangnya sayaharus bilang waaw,gitu" atau "ka-

;

Identitas kebanggaanSekali lagi saya percaya bah-

wa sebuah nama membawaidentitasnya, substansi, dan ha-rapannya. Jika berharap memi-liki itu semua, tentu bukanperkara·gampang memberi na-ma. Apalagi nama gelora tern-pat atlet membangun prestasidan reputasinya. I

Sebuah nama tentu harusmenjadi visi dan merepresen-tasikan misinya. Ambil contohStadion Hari Buruh Rungradodi Korea Utara sebagai stadionterbesar di dunia yang mewak-ili para buruh. Stadion YuvaBharati Kiranga (YouthSta-dion) Kolkata Benggala Baratdi India yang diperuntukkanbagi penyemangat pemuda In-dia dengan kapasitas terbesarkedua di dunia dengan 120.-000 tempat duduk (www.-AnneAhira.com, diunduh 9September 2012), Jugajanganjauh-jauh Stadion Si JalakHarupat di Kabupaten Ban-dung yang mewakili nama khasburung Jawa Barat dengan li-dah yang tajam. Sekaligus na-ma Jalak Harupat digunakanpula untuk sebutan kepadapahlawan Jawa Barat, OtoIskandar Dinata oleh sejarawanNinaLubis.

Bagi warga Jawa Barat,memberi nama stadion barusebagai upaya meningkatkanprestasi sepak bola, banyak op-si yang bisa diterima. Kriterianama bisa dikaitkan dengankeadiluhungan nilai-nilai danfilosofi orang Sunda, tokoholah raga, tokoh sejarah, dae-rah atau wilayah, nama hewanlangka, benda pusaka, atau apapun yang memberikan kebang-gaan bagi orang Jawa Barat.

Nilai-nilai dan filosofi kasun-daan yang berkembang di Ja-wa Barat tidak akan pernahhabis untuk memberikan namapada sesuatu. Termasuk di da-lamnya nilai-nilai yang me-nyangkut pencapaian prestasi,

sportivitas, kebersarna-an, dan reputasi yangmenguat:

Seandainya saya ber-pihak pada aliran objek-

tivis, prinsipnya sebuah na-ma itu digunakan tidak

sekadar label yang artifisial un-tuk menjelaskan sesuatu haloDidalamnya sarat dengan hara-pan dan citra. Namun dalamhal sesuatu nama sebagai kon-trak sosial atau identitas, kitaboleh menggunakan prinsipaliran konstruktivisme bahwanama sebaiknya dipilih darisudut pandang orang-orangyang memiliki dan menggu-nakan nama itu. Caranya ba-calah hati nurani mereka. Na-ma harus berkaitan denganperspektif yang milikinya, mi-salnya orang Jawa Barat. Namajangan dibuat karena ewuhpakewuh apalagi dengan me-mitoskan seseorang.

Prlnsip lain, nama sebaiknya.memiliki nilai-nilai determin-isme. Menyemangati, meme-ngaruhi, dan mendorong oranguntuk bertidak sesuai dengannama yang diberikan oleh sipemberi nama. Nama diberi-kan secara eksternal oleh ling-kungan dan memengaruhiyang diberi nama itu. Dalamhal ini tentu bukan stadionnya,karena stadion adalah bendamati, Namun, seandainya

pengelola, atlet,dan masyarakatpenonton rnera-sakan aura dansemangat, namayang digunakanmembuat mere-ka menjadi ca-qeur, baqeur.je-ung ben er. Se-moga. ***