83502173-ppb-paper
DESCRIPTION
nhgfTRANSCRIPT
Tugas Kelompok Tanggal :Kamis/01 Maret 2012
Pengantar Penelitian Biokimia Dosen :Prof. Dr. drh. Maria Bintang M.Sc
METODE PEMECAHAN SEL
Kelompok 7
Sarah Fitriani G84090013
Amar Muslim G84090019
Sisca Resha Saputri G84090041
M. Budi Rahmanwahid G84090045
Clara Shinta A.R G84090062
Puri Dermawan G84090084
Muvita Diah S G84090085
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
METODE PEMECAHAN SEL DALAM PENELITIAN BIOKIMIA
Pemecahan sel adalah langkah pertama dalam beberapa proses analitik
untuk melepaskan dan meneliti kandungan sel. Proses tersebut sangat penting
dalam percobaan fraksinasi untuk isolasi, pemurnian, dan pengujian organel
subselular. Dalam proses homogenisasi, maka jaringan dipecah dan dhancurkan,
sehingga melepaskan senyawa-senyawa intraselular membentuk suspense sel
yang disebut homogenat. Homogenate ini dapat digunakan secara langsung untuk
pengujian aktivitas enzim atau untuk mempelajari masuknya suatu senyawa
metabolit atau xebobiotik yang sulit dilakukan pada jaringan tubuh. (Bintang
2010)
Suhu tinggi dapat mendenaturasi sebagian besar enzim, sehingga proses
pemecahan umumnya dlakukan pada 4C, dalam ruangan laboratorium
berpendingin atau dalam skala kecil yang dilakukan dengan dua cara, yaitu cara
mekanik dan non-mekanik. Pemecahan sel secara mekanik dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu metode solid shear (pemecahan dalam bentuk padatan)
atau metode lquid shear atau pemecahan dalam cairan, sedangkan pemecahan sel
secara non-mekanik dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu enzmatik, fisik, dan
kimia. (Bintang 2010)
Teknik Mekanik
Ada beberapa cara mekanik yang dapat digunakan yakni, solid shear,
liquid shear, high pressure disruption, dan ultrasonic oscillaton. Secara mekanis
dalam bentuk cair yaitu pemecahan dengan gelembung netrasonik (sonikator), dan
agitasi mekanis dengan tekanan (pompa penekan “French pressure”). Betuk
padatnya yaitu dengan homogenisasi dan penggilingan dengan mortar/blender,
dan penghancuran dengan “Hammer mill. (Soedjarwo 2004). Teknik mekanik
terbagi menjadi pemecahan cair dan pemecahan padat.
a. Sonikasi (ultrasonic oscillaton)
Salah satu cara efektif untuk memecah sel yang dapat diterapkan
pada mikroorganisme ialah dengan gelombang bunyi berfrekuensi tinggi.
Efisiensi pemecahan sel dipengaruhi oleh keluaran daya alat, durasi penggunaan,
dan volume bahan yang diproses. Pendinginan dibutuhkan untuk mencegah
pemanasan berlebihan. Metode ini menggunakan alat sonikator dengan frekuensi
getaran 300-30.000 kali per menit. (Bintang 2010). Penelitian yang menggunakan
sonifikasi pada metode pemecahan selnya adalah pada penelitian “Identifikasi
Profil Protein Sarcoptes Scabiei Pada Kambing Dengan Analisis Sds-Page”.
Pada salah satu bagian metode dijabarkan bahwa setelah isolat dilarutkan dalam
satu ml PBS dan disonikasi pada 30 kHz, diulang sebanyak 16 kali, masing-
masing selama 4 menit dengan waktu istirahat 2 menit. Larutan hasil sonikasi
selanjutnya disentrifus. (Lastuti 2004) Pada prosiding skripsi yang berjudul
“Karakterisasi Ekstrak Kasar Enzim Invertase Yang Diamobilisasi Dengan Na-
Alginat”. Ragi roti ditimbang sebanyak 55 gram kemudian ditambah larutan
NaHCO3 0,1 M sebanyak 150 ml dan diaduk. Campuran tersebut dimasukkan ke
dalam tabung homogenizer kemudian diletakkan pada alat homogenizer.
Pencampuran dilakukan dengan kecepatan 7000 rpm selama 5 menit. Hasil
campuran yang telah homogen dimasukkan ke dalam erlemeyer lalu ditutup
dengan kapas yang dilapisi kasa dan alumunium foil serta diinkubasi pada suhu
40oC selama 24 jam. Campuran yang telah diinkubasi kemudian dilakukan
pemecahan sel menggunakan alat ultrasonikator dengan kuat getaran sebesar 16
rms selama 20 menit. (Hasanah dan Putra 2009)
b. Solid Shear
Metode pemecahan sel(tanaman, yeast, dan bakteri) ini dapat dilakukan
dengan cara menggerus bersama pasir kuarsa steril atau nitrogen cair di dalam
mortar. (Bintang 2010). Pada jurnal yang berjudul “Spesifitas Dan Sensitifitas
Antibodi Anti Erf3 Ragi Saccharomyces Cerevisia”.Dalam metode penelitannya
tercantum penggunaan glass bead, yakni pada bagian isolasi enzim, satu koloni
tunggal ragi ditumbuhkan dalam media cair YEPD dan diinkubasi pada suhu
30oC dengan pengocokan 150 rpm sampai mencapai OD600 : 0.5. Biakan
dipindahkan ke dalam 50mL media produksi dan diinkubasi kembali hingga
OD600 :1.5-2. Suspensi sel disentrifugasi dengan kecepatan 2300g selama 10
menit, pellet sel dicuci dengan buffer lisis dan disentrifugasi kembali dengan
kecepatan 2300g selama 15 menit. Pelet sel diresuspensi dengan buffer lisis +
PMSF dan dimasukkan ke dalam tabung sorval. Kedalam suspense ditambahkan
glass bead sampai batas miniskus bawah dan di vortex selama 10 menit.
(Hermanto 2010)
c.Liquid Share
Pemecahan cair, menggunakan blender dengan kecepatan tinggi atau dapat
juga menggunakan alat pelumat(homogenizer), tetapi biasanya hanya dilakukan
beberapa detik saja untuk menghancurkan sel mikroorganisme karena
mikroorganisme memiliki sel yang kecil. Misalnya terdapat dalam metode
penelitian sebuah jurnal yang berjudul “Seleksi Dan Pengujian Aktivitas Enzim L-
Histidine Decarboxylase Dari Bakteri Pembentuk Histamin”. Isolasi enzim
dilakukan dengan menumbuhkan isolate bakteri pembentuk kadar histamin
tertinggi dan Morganella morganii (sebagai kontrol) dalam media sintetik.
Sebanyak 2 ml inokulum (8,7 x 109 sel/ml), ditambahkan pada Erlenmeyer 100
ml berisi 20 ml medium sintetik, kemudian diinkubasi selama 18 jam dalam
shaker dengan kecepatan 125 g pada 37C. Pemisahan hasil fermentasi dilakukan
dengan sentrifugasi pada kecepatan 15.000 g selama 15 menit, kemudian dicuci
dengan bufer fosfat pH 6,8. Pasta sel yang diperoleh disuspensikan dengan bufer
fosfat pH 6,8 (5 ml/g berat basah sel). Pemecahan dinding sel dilakukan dengan
tissue homogenizer selama 5 menit dengan kecepatan 11.000 g. Ekstrak enzim
kasar dipisahkan dari sel dengan sentrifugasi pada kecepatan 15.000 g selama 15
menit. (Mangunwardoyo 2007)
d. High Pressure Disruption
Merupakan teknik pemecahan sel dengan menggunakan tekanan tinggi.
Metode ini digunakan untuk memecah sel mikroorganisme. Selain itu metode ini
juga digunakan untuk pemecahan sel hewan (1000 psi) dan bakteri (1000-2000
psi). (Bintang 2010).
e. Agitasi dan Abrasi
Pasta ditempatkan pada wadah yang megandung butir-butir gelas dan
digetakan dengan cepat. timbulnya gaya gesek akibat gradien kecepatan oleh
tumbukan antar butiran dan antara butiran dengan mikroorganisme menyebakan
pecahnya sel.
f. Peralatan Pemecahan Sel Secara Mekanik
1. Alu penghomogen
Alu penghomogen dapat digunakan untuk menghancurkan sel hewan dengan
efektif namun lembut. Teknik ini merusak seluruh sel kecuali organelnya. Ada
dua macam alu penghomogen, yaitu penghomogen Dounce dan Potter–Elvehjem.
Penghomogen Dounce terdiri dari sebuah tabung gelas, tertutup pada salah satu
ujungnya, dan dua buah alu (piston) yang dapat masuk ke dalam tabung tersebut
namun berbeda keketatannya. Jaringan sampel dipotong kecil-kecil dan
dimasukkan ke dalam tabung penghomogen bersama larutan penyangga, lalu alu
"L" (loose, longgar) digunakan terlebih dahulu untuk menghancurkan jaringan
tersebut menjadi campuran cair. Alu "T" (tight, ketat) lalu digunakan untuk
menghancurkan sel dan mengeluarkan isinya. Umumnya homogenisasi dilakukan
dalam jumlah tertentu gerakan alu naik dan turun di dalam tabung.Penghomogen
Potter–Elvehjem bekerja dengan cara sama, namun alu-nya berbentuk lebih
tabung sehingga gaya pemecahnya dapat disebar ke permukaan yang lebih luas.
Penghomogen tipe ini juga tersedia dalam versi automatis dan bermotor.
2. Blendor Waring
Blendor Waring merupakan sejenis blender yang terdiri dari rotor berkecepatan
tinggi dengan bilah pemotong yang dipasang di dalam wadah kaca. Seberapa
hancurnya sel bergantung pada kecepatan putaran bilah. Pada kecepatan tinggi,
alat ini dapat merusak mitokondria dan nukleus serta bahkan
mendenaturasi protein. Alat ini paling banyak digunakan untuk
jaringan tumbuhan dan hewan, namun kurang efektif untuk mikroorganisme.
3. Penggerusan
Beberapa jenis alat dapat digunakan untuk menggerus sel. Dengan alat yang
disebut disintegrator Edmund-Bühler, sel bakteri digetarkan bersama manik-
manik kaca di dalam wadah berpembungkus. Sel pecah akibat tumbukan,
sobekan, dan gesekan antarpermukaan keras. Agar tidak memanas, cairan
pendingin dialirkan melalui pembungkus.
4. Bom Parr
Dengan alat yang disebut bom Parr, sampel diberi
gas nitrogen dengan tekanan sangat tinggi sehingga nitrogen memasuki cairan sel.
Ketika tekanannya dihilangkan, gelembung-gelembung nitrogen meledak keluar
dan merusak sel, namun tidak terlalu merusak organel.
5. Ekstrusi dalam tekanan tinggi
Dengan menggunakan alat seperti sel tekanan French, sel dipecah dengan ekstrusi
melalui lubang sempit dalam tekanan sampai 8.000 psi
Teknik Non-Mekanik
Beberapa cara non-mekanik yang dapat digunakan, yaitu teknik enzimatik, teknik
fisik, dan teknik kmiawi.
a. Teknik Enzimatik
Pemecahan sel secara sederhana dapat dilakukan oleh enzim, karena enzim
dapat mencerna membrane sel hewan, dinding sel tumbuhan , dan mikroba.
Sebagai contoh, kombinasi antara pektinase dan selulase yang mencerna selulosa
dan pectin pada dinding sel tanaman; kitinase pada dinding sel fungi dan
serangga; lisozim pada dinding sel bakteri yang mengandung peptidoglikan; serta
koagulase dan tripsin yang mencerna protein sel hewan. (Bintang 2010).
Pemecahan dinding sel dengan cara ini merupakan cara paling efektif. Enzim litik
yang umum digunakan adalah lisozim yang diperoleh dari putih telur enzim ini
memecah ikatan b-1,4 glikosida dari polisakarida (asam muramat) penyusun
dinding sel. Dinding sel bakteri gram positif lebih banyak mengandung
polisakarida dibandingkan dengan bakteri gram negatif, sehinggan penggunaan
enzim litik lebih efektif untuk memecah dinding sel bakteri gram positif. EDTA
perlu ditambahkan pada media sebelum enzim ini digunakan untuk memecah
dinding sel bakteri gram negatif, untuk mengikat ion-ion divalen yang dapat
menginaktifkan enzim ini. Enzim lisozim dapat digunakan secara komersial pada
ekstraksi enzim glukosa isomerase dari streptomyces sp.
Nasran et all 2003, dalam jurnal yang berjudul “Produksi Kitinase Dan
Kitin Deasetilase Dari Vibrio Harveyi” menyatakan proses konversi kitin secara
kimiawi dapat dilakukan menggunakan larutan NaOH pada kadar dan suhu tinggi.
Teknologinya relatif mudah, tetapi mutu kitosan yang dihasilkan dengan cara ini
kurang seragam, meskipun telah dibantu dengan pengadukan. Hal ini lebih
disebabkan karena hidrolisis secara kimiawi bersifat acak/tidak spesifik pada
ikatan/gugus tertentu seperti hidrolisis oleh enzim. Teknologi alternatif adalah
menggunakan enzim kitinase dan kitin deasetilase. Kedua jenis enzim ini terdapat
secara ekstraseluler dalam lapisan lender lambung dan usus serta darah beberapa
jenis ikan.
b. Teknik Fisik
Pemecahan sel dengan cara ini dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu
osmotic shock dan freezing-thawing. Contoh metode osmotic shock adalah sel
darah merah yang dimasukkan ke dalam aquades(larutan hipotonik), sehingga sel
darah pecah. (Bintang 2010). Bakteri gram negatif lebih rentan terhadap
perubahan tekanan osmosa yang besar dibandingkan bakteri gram positif. Bila
bakteri diletakkan dalam media dengan tekanan osmosis tinggi (mis. larutan
sukrosa 20%) sampai dicapai keadaan setimbang, kemudain dipindahkan ke
dalam air, maka akan timbul aliran air dari media ke dalam sel, sehingga akan
menyebabkan pecahnya dinding sel. Pada artikel ilmiah yang berjudul “Keutuhan
Membran Spermatozoa Sapi Friesian Holstein (Fh) Dalam Bahan Pengencer Skim
Kuning Telur, Tris Kuning Telur Dan Andromed® Setelah Proses Pembekuan”
digunakan metode freezing-thawing dalam prosedurnya, yakni straw yang telah
dikemas atau diatur di atas rak straw, kemudian diletakkan di atas Nitrogen cair
±1 cm di atas permukaan Nitrogen cair, processing dalam container sampai
suhunya mencapai -140⁰C. Freezing dilanjutkan setelah pre freezing yaitu straw
direndam dalam Nitrogen cair yang suhunya -196⁰C. (Yunita 2011)
c. Teknik Kimia
Dengan menggunakan pelarut organic seperti etil asetat atau toluene, dan
menggunakan detergen sepesrti SDS, Triton X-100, dan Tweeen 80. Detergent-
detergent anionik, kationik, dan non-ionik cukup efektif untuk merusak membran
sel. Contoh detergent yang sering digunakan untuk isolasi enzim antara lain:
setiltrimetil amonium bromida (kationik), natrium lauril sulfat (anionik), tweens,
spans dan triton (non-ionik).Pada kondisi pH dan kekuatan ion yang sesuai,
detergent akan berinteraksi dengan lipoprotein untuk membentuk misel. akibatnya
lipoprotein yang merupakan konstituen membran dapat larut dan enzim dapat
dikeluarkan. Pemilihan dan penggunaan detergent ini harus cukup selektif, karena
beberapa enzim dapat menjadi tak aktif akibat denaturasi protein dan
pengendapan oleh detergent. Umumnya detergent harus segera dipisahkan
sebelum enzim hasil isolasi digunakan. Pada jurnal yang berjudul “PCR Tanpa
Isolasi DNA dari Sel Epitel Rongga Mulut”, salah satu prosedurnya menggunakan
teknik kimia dalam pemecahan sel, yakni penggunaan Tween 20 yakni, lisis sel
epitel untuk memperoleh DNA mitokondria dilakukan dengan cara menginkubasi
10 μL sampel dalam 200 μL campuran reaksi yang terdiri dari bufer lisis (50 mM
Tris-HCl pH 8,5; 1 mM EDTA pH 8,0; 0,5 % Tween-20) dan proteinase-K 200
(μg/mL. Inkubasi dilakukan pada suhu 50 oC selama 1 jam disusul dengan 95 oC
selama 3 menit6) dalam mesin Mastercycler® 5330 (Eppendorf). (Gustiananda
dan Noer 2000)
Teknik pemecahan sel dalam metode kimiawi lebih banyak digunakan
untuk preparasi DNA. Sel diperlakukan dengan pemaparan senyawa kimia yang
mempengaruhi dinding sel. Dinding sel E.coli dan bakteri sejenis dilemahkan oleh
lisozim, EDTA, atau campuran keduanya. Lisozim memotong senyawa polimer
dinding sel, sedangkan EDTA mengikat ion magnesium yang menjaga struktur
dinding sel dan juga menghambat enzim yang akan memotong DNA. Dengan cara
ini, cukup untuk memecahkan sel, tetapi biasanya ditambah detergen, seperti
natrium dedosil sulfat (SDS). Detergen ini membantu proses lisis dengan
menghilangkan lipid pada dinding sel. Pada preparasi DNA plasmid lisis
dilakukan pada suasana alkali pH 12. Keadaan ini, molekul DNA kromosom
terfragmentasi dan terdenaturasi. Sedangkan DNA plasmid terdenaturasi tetapi
masih saling terpaut antara masing-masing untai dan tidak terpotong karena
ukurannya kecil. Jika campuran kalium asetat dan asam asetat ditambahkan
sampai netral, fragmen DNA akan membentuk gumpalan kusut bersama dengan
sebagian besar protein dan RNA. DNA plasmid kembali renaturasi menjadi untai
ganda dan terlarut. Setelah sel lisis, partikel yang tidak larut seperti dinding sel,
dihilangkan dengan sentrifugasi. Buffer 7.8 digunakan dalam isolasi DNA
kromosom yang mengandung lisozim untuk menghasilkan speroplas. Penambahan
detergen yang lebih lemah misalnya sarkosil dimaksudkan untuk memecah
speroplas. Protein sel dipecah dengan proteinase K semalam. Dengan cara ini
DNA kromosom tidak terfragmentasi dan jumlah protein menjadi tinggal sedikit
(Sudjadi 2008).
Metode Isolasi DNA dan Pemecahan Sel Bakteri
Pemecahan dinding sel-sel atau jaringan yang akan diisolasi DNA-nya,
seperti sel-sel darah merah, kultur sel bakteri, dan jaringan hewan atau tanaman.
Sel-sel dari kultur sel atau bakteri disentrifugasi dengan kecepatan 8.000-10.000
rpm selama 10 menit.
1. Debris sel dipisahkan dari larutan DNA.
2. Presipitasi RNA dan protein agar diperoleh DNA yang murni.
3. Presipitasi DNA dengan ethanol dingin
4. Pemurnian DNA dari ekstrak sel dengan menggunakan salah satu
kemikalia seperti berikut ini: Fenol, Fenol : kloroform, Isopropanol,
Fenol:kloroform:isoamylalkohol.
5. Selain itu untuk pemurnian DNA dari kontaminan protein digunakan
enzim protease yaitu Pronase atau Proteinase-K, dan kontaminan RNA dengan
menggunakan RNase.
6. Pemisahan DNA dari molekul RNA dan protein dapat dilakukan dengan
menggunakan densitas gradien sentrifugasi Cesium Chlorida (CsCl), dengan cara
ini DNA akan terpisah pada band yang berbeda dengan protein dan RNA bahkan
antara linier DNA dan sirkuler DNA. Selain itu, dengan menggunakan garam
dengan konsentrasi tinggi, seperti 0,25 M sodium acetate atau 0,1 M sodium
chlorida.
7. Presipitasi akhir DNA dapat dilakukan dengan menggunakan ethanol yang
dingin dibawah kondisi ionik yang kuat. Dan dicuci dengan EtOH 70%.
8. Pellet DNA dilarutkan dengan buffer TE atau ddH2O steril.
Pemecahan dinding bakteri dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
(1) Secara fisik: sel dipecah dengan kekuatan mekanik atau resonansi
(2) Secara kimiawi : sel dirusak dengan buffer lisis berisi senyawa kimia yang
dapat merusak intregitas barrier dinding sel, senyawa kimia yang dipakai
biasanya, al.: lisosim, EDTA (etilen diamin tetra asetat), Tris-Cl, atau deterjen,
SDS (sodium dodecyle sulphate).