8.2 askep aiha

90
BAB I PENDAHULUAN A. MEDIS 1. Pengertian Anemia Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1 mm 3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapat dalam 100 ml darah (Ngastia, 1997 ; 398) Anemia adalah berkurangnya volume eritrosit di kadar HB di bawah batas nilai-nilai yang dijumpai pada orang sehat (Nelson; 838) Anemia Hemolitik Anemia hemolitik autoimun (AHA) atau autoimmune hemolytic anemia ialah suatu anemia hemolitik yang timbul karena terbentuknya aotuantibodi terhadap eritrosit sendiri sehingga menimbulkan destruksi (hemolisis) eritrosit (Bakta, 2006). Dan sebagian referensi ada yang menyebutkan anemia hemolitik autoimun ini merupkan suatu kelainandimana terdapat antibody terhadp sel -sel eritrosit sehingga umur eritrosit memendek (Sudoyo.et all.,2006). Hemolisis adalah kerusakan sel darah merah pada sirkulasi sebelum 120 hari (umur eritrosit normal). Hemolisis mungkin asymptomatic, tapi bila ‘eritropoesis’ tidak 1

Upload: indra-saputra

Post on 19-Jan-2016

328 views

Category:

Documents


44 download

TRANSCRIPT

Page 1: 8.2 askep AIHA

BAB I

PENDAHULUAN

A. MEDIS

1. Pengertian

 Anemia

Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1

mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapat dalam 100 ml darah (Ngastia,

1997 ; 398)

Anemia adalah berkurangnya volume eritrosit di kadar HB di bawah batas nilai-nilai

yang dijumpai pada orang sehat (Nelson; 838)

Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik autoimun (AHA) atau autoimmune hemolytic anemia ialah suatu

anemia hemolitik yang timbul karena terbentuknya aotuantibodi terhadap eritrosit

sendiri sehingga menimbulkan destruksi (hemolisis) eritrosit (Bakta, 2006). Dan

sebagian referensi ada yang menyebutkan anemia hemolitik autoimun ini merupkan

suatu kelainandimana terdapat antibody terhadp sel -sel eritrosit sehingga umur

eritrosit memendek (Sudoyo.et all.,2006).

Hemolisis adalah kerusakan sel darah merah pada sirkulasi sebelum 120 hari (umur

eritrosit normal). Hemolisis mungkin asymptomatic, tapi bila ‘eritropoesis’ tidak

dapat mengimbangi kecepatan rusaknya sel darah merah dapat terjadi anemia.

(Gurpreet, 2004)

Autoimmune hemolytic anemia (AIHA) adalah suatu kondisi dimana imunoglobulin

atau komponen dari sistem komplemen terikat pada antigen permukaan sel darah

merah dan menyebabkan pengrusakan sel darah merah melalui Sistem Retikulo

Endotelial (SRE). Antibodi yang khas pada AIHA antara lain IgG, IgM atau IgA dan

bekerja pada suhu yang berbeda-beda. (Lanfredini, 2007)

Umur Laki – laki Perempuan12 – 18 thn.

18 – 48 thn.

13 – 16 gr %

13,5 – 17,5 gr %

12 – 16 gr %

12 – 16 gr %

1

Page 2: 8.2 askep AIHA

2

2. Klasifikasi

Anemia Hemolitik dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (Tabel 1):

Tabel 1. Klasifikasi Anemia Hemolitik ImunAnemia Hemolitik Auto Omun (AIHA)

A. AIHA tipe hangat

1. Idiopatik

2. Sekunder (karena cll, limfoma, SLE)

B. AIHA tipe dingin

1. Idiopatik

2. Sekunder (infeksi mycoplasma, mononucleosis, virus, keganasan

limforetikuler)

C. Paroxysmal Cold hemoglobinuri

1. Idiopatik

2. Sekunder (viral dan sifilis)

D. AIHA Atipik

1. AIHA tes antiglobulin negatif

2. AIHA kombinasi tipe hangat dan dingin

a. Anemia Hemolitik Autoimun Tipe Hangat

Sekitar 70% kasus AIHA memiliki tipe hangat, di mana autoantibodi bereaksi

secara optimal pada susu 300C. Kurang lebih 50% pasien AIHA tipe hangat

disertai penyakit lain.

b. Anemia Hemolitik Imun Tipe Dingin

Terjadinya hemolisis diperantai antibody dingin yaitu agkutinin dingin dan

antibody Donath-landstainer. Kelainana ini secara karekteristik memiliki

agglutinin dingin IgM monoklonal. Pada umumnya agglutinin tipe dingin ini

terdapat pada titer yang sangat rendah, dan titer ini akan meningkat pesat pada

fase penyembuhan infeksi. Aglutinin tipe dingin akan berikatan dengan sel

darah merah dan terjadi lisis langsung dan fagositosis.

c. Paroxysmal Cold Hemoglobinuri

Ini adalah bentuk anemia hemolitik yang jarang dijumpai, hemolisis terjadi

secara massif dan berulang setelah terpapar suhu dingin. Dahulu penyakit ini

sering ditemukan, karena berkaitan dengan penyakit sifilis. Pada kondisi ekstrim

autoantibody Donath-Landsteiner dan protein komplemen berikatan pada sel

darah merah. Pada saat suhu kembali 370C. terjadilah lisis karena propagasi

pada protein-protein komplemen yang lain.

Page 3: 8.2 askep AIHA

3

3. Anatomi Fisiologi

Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat penyusun darah diproduksi,

termasuk sumsusm tulang dan nodus limfa. Darah dan organ khusus yang berbeda

dengan organ lain karena berbentuk cairan.

Darah dalanm suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang mengandung

elektrolit. Peraanannya sebagai medium pertukaran antara sel-sel yang terfiksasi

dalam tubuh dan lingkungan luar serta memiliki sifat-sifat protektif terhadap

organisme sebagai suatu keseluruhan dan khususnya terhadap darahnya sendiri.

Unsur seluler darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), beberapa jenis sel darah

putih (leukosit), dan pecahan sel yang disebut trombosit.

a. Sumsum tulang

Sumsum tulang menempati bagian dalam tulang spons dan bagian tengah rongga

tulang panjang. Sumsum merupakan 4 % sampai 5 % berat badan total,sehingga

merupakan yang paling besar dalam tubuh. Sumsum bisa berwarna merah atau

kuning. Sumsum merah merupakan tempat diproduksi sel darah merah aktif dan

merupakan organ hematopoetik (penghasil darah) utama. Sedang sumsum kuning,

tersusun terutama oleh lemak dan tidak aktif dalam produksi elemen darah

b. Eritrosit

Sel darah merah atau eritrosit dalah merupakan cakram bikonkaf yang tidak

berinti yang kira-kira berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2m pada bagian tengah

tebalnya hanya 1m atau kurang. Karena sel itu lunak dan lentur maka dalam

perjalanannya melalui mikrosirkulasi konfigurasinya berubah. Stroma bagian luar

yang mengandung protein terdiri dari antigen kelompok A dan B serta faktor Rh

yang menentukan golongan darah seseorang. Komponen utama sel darah merah

adalah protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2 dan

mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar intraseluler. Molekul-

molekul Hb terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida (globin) dan 4 gugus hem,

masing-masing mengandung sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan

pertukaran gas yang sangat sempurna. 

Pembentukan hemoglobin terjadi pada sumsum tulang melalui semua stadium

pematangan. Sel darah merah memasuki sirkulasi sebagai retikulosit dari sumsum

tulang. Retikulosit adalah stadium terakhir dari perkembangan sel darah merah

yang belum matang dan mengandung jala yang terdiri dari serat-serat retikular.

Sejumlah kecil hemoglobin masih dihasilkan selama 24 sampai 48 jam

Page 4: 8.2 askep AIHA

4

pematangan, retikulum kemudian larut dan menjadi sel darah merah yang

matang. 

c. Leukost (sel darah putih ).

Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh. Leukosit

ini sebagian di bentuk di sumsum tulang (granulosit dan monosit serta sedikit

limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah

dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju bagian tubuh untuk di

gunakan. Manfaat sesungguhnya dari sel darah putih ialah bahwa kebanyakan di

transpor secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan

serius, jadi menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap bahan

infeksius yang mungkin ada.

Ada 6 macam sel darah putih yang secara normal di temukan dalam darah.

Keenam sel tersebut ialah netrofil polimorfonuklir, eosinofil polimorfonuklir,

basofil polimorfonuklir, monosit, limfosit, dan kadang-kadang sel plasma. Selain

itu terdapat juga sejumlah besar trombosit, yang merupakan pecahan dari tipe

ketujuh sel darah putih yang dijumpai dalam sumsum tulang, yakni megakariosit.

Ketiga tipe dari sel, yaitu sel polimorfonuklir, seluruhnya mempunyai gambaran

granular, karena alasan itu mereka disrbut granulosit atau dalam terminologi

klinis disebut “poli” karena intinya multipel.

Granulosit dan monosit melindungi tubuh terhadap organisme penyerang

terutama dengan cara mencernakannya yaitu melalui fagositosis. Fungsi utama

limfosit dan sel-sel plasma berhubungan dengan sistem imun.

d. Trombosit

Trombosit merupakan partikel kecil, berdiameter 2 sampai 4 µm, yang terdapat

pada sirkulasi plasma darah. Karena dapat mengalami disintegrasi cepat dan

mudah, jumlahnya selalu berubah antara 150.000 dan 450.000 per mm³ darah,

tergantung jumlah yang dihasilkan, bagaimana digunakan, dan kecepatan

kerusakan. Dibentuk oleh fragmentasi sel raksasa sumsum tulang, yang disebut

megakariosit. Produksi trombosit diatur oleh trombopotein. 

Trombosit berperan penting dalam mengotrol pendarahan. Apabila terjadi

pendarahan cedera vascular, trombosit mengumpul pada pada tempat edera

tersebut. Subtansi yang dilepaskan dari granula trombosit dan sel darah lainnya

menyebabkan trombosit menempel satu sama lain dan membentuk tambalan atau

Page 5: 8.2 askep AIHA

5

sumbatan, yang sementara menghentikan pendarahan. Subtansi lain dilepaskan

dari trombosit untuk mengaktifasi factor pembekuan dalam plasma darah. 

e. Plasma darah

Apabila elemen seluler diambil dari darah, bagian cairan yang tersisa dinamakan

plasma darah. Plasma darah mengandung ion, protein, dan zat lain. Apabila

plasma dibiarkan membeku, sisa cairan yang tertinggal dinamakan serum. Serum

mempunyai kandungan yang sama dengan plasma, keuali kandungan fibrinogen

dan beberapa factor pembekuan.

Protein plasma tersusun terutama oleh albumin dan globulin. Globulin tersusun

atas fraksi alfa, beta dan gama yang dapat dilhat dari laboratorium yang

dinamakan elektroforesis protein. Masing-masing kelompok disusun oleh protein

tertentu.

Gama globulin, yang tersusun terutama oleh anti bodi, dinamakan

immunoglobulin. Protein ini dihasilkan oleh limfosit dan sel plasma. Protein

plasma penting dalam fraksi alfa dan beta adalah globulin transpor dan nfaktor

pembekuan yang dibentuk di hati. Globulin transpor membawa berbagai zat

dalam bentuk terikat sepanjang sirkulasi. Misalnya tiroid terikat globulin,

membawa tiroksin, dan transferin membawa besi. Faktor pembekuan, termasuk

fibrinogen, tetap dalam keadaan tidak aktif dalam plasma darah sampai diaktifasi

pada reaksi pada tahap-tahap pembekuan.

Albumin terutama penting untuk pemeliharaan volume cairan dalam system

vaskuler. Dinding kapiler tidak permeabel terhadap albumin, sehingga

keberadaannya dalam plasma menciptakan gaya onkotik yang menjaga cairan

dalam rongga vaskuler. Albumin, yang dihasilkan oleh hati, memiliki kapasitas

mengikat berbagai zat yang ada dalam plasma. Dalam hal ini, albumin berfungsi

sebagai protein transpor untuk logam, asam lemak, bilirubin, dan obat-obatan,

diantara zat lainnya. 

4. Etiologi

Pada sebagian besar kasus, fungsi imun yang abnormal dapat menyebabkan tubuh

menyerang sel darah merah yang normal. Beberapa penyebab tidak normalnya system

imun antara lain:

Anemia hemolitik dapat disebabkan oleh 2 faktor yang berbeda yaitu faktor intrinsik

& faktor ekstrinsik.

Page 6: 8.2 askep AIHA

6

a. Faktor Intrinsik :

Yaitu kelainan yang terjadi pada metabolisme dalam eritrosit itu sendiri sel

eritrosit. Kelainan karena faktor ini dibagi menjadi tiga macam yaitu:

Keadaan ini dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:

1) Gangguan struktur dinding eritrosit

a) Sferositosis

Penyebab hemolisis pada penyakit ini diduga disebabkan oleh kelainan

membran eritrosit. Kadang-kadang penyakit ini berlangsung ringan

sehingga sukar dikenal. Pada anak gejala anemianya lebih menyolok

daripada dengan ikterusnya, sedangkan pada orang dewasa sebaliknya.

Suatu infeksi yang ringan saja sudah dapat menimbulkan krisis

aplastik. Kelainan radiologis tulang dapat ditemukan pada anak yang

telah lama menderita kelainan ini. Pada 40-80% penderita sferositosis

ditemukan kolelitiasis.

b) Ovalositosis (eliptositosis)

Pada penyakit ini 50-90% dari eritrositnya berbentuk oval (lonjong).

Dalam keadaan normal bentuk eritrosit ini ditemukan kira-kira 15-20%

saja. Penyakit ini diturunkan secara dominan menurut hukum mendel.

Hemolisis biasanya tidak seberat sferositosis. Kadang-kadang

ditemukan kelainan radiologis tulang. Splenektomi biasanya dapat

mengurangi proses hemolisis dari penyakit ini.

c) A-beta lipropoteinemia

Pada penyakit ini terdapat kelainan bentuk eritrosit yang menyebabkan

umur eritrosit tersebut menjadi pendek. Diduga kelainan bentuk

eritrosit tersebut disebabkan oleh kelainan komposisi lemak pada

dinding sel.

2) Gangguan pembentukan nukleotida

Kelainan ini dapat menyebabkan dinding eritrosit mudah pecah, misalnya

pada panmielopatia tipe fanconi.

Anemia hemolitik oleh karena kekurangan enzim sbb:

a) Definisi glucose-6- phosphate-Dehydrogenase (G-6PD)

b) Defisiensi Glutation reduktas

c) Defisiensi Glutation

d) Defisiensi Piruvatkinase

Page 7: 8.2 askep AIHA

7

e) Defisiensi Triose Phosphate-Isomerase (TPI)

f) Defisiensi difosfogliserat mutase

g) Defisiensi Heksokinase

h) Defisiensi gliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase

3) Hemoglobinopatia 

Pada bayi baru lahir HbF merupakan bagian terbesar dari hemoglobinnya

(95%), kemudian pada perkembangan selanjutnya konsentrasi HbF akan

menurun, sehingga pada umur satu tahun telah mencapai keadaan yang

normal 

Sebenarnya terdapat 2 golongan besar gangguan pembentukan hemoglobin

ini, yaitu:

a. Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin

abnormal). Misal HbS, HbE dan lain-lain

b. Gangguan jumblah (salah satu atau beberapa) rantai globin. Misal

talasemia

b. Faktor Ekstrinsik :

Yaitu kelainan yang terjadi karena hal-hal diluar eritrosit.

1) Akibat reaksi non imumitas : karena bahan kimia / obat

2) Akibat reaksi imunitas : karena eritrosit yang dibunuh oleh antibodi yang

dibentuk oleh tubuh sendiri.

3) Infeksi, plasmodium, boriella

5. Patofisiologi

Hemolisis adalah acara terakhir dipicu oleh sejumlah besar diperoleh turun-temurun

dan gangguan. etiologi dari penghancuran eritrosit prematur adalah beragam dan

dapat disebabkan oleh kondisi seperti membran intrinsik cacat, abnormal hemoglobin,

eritrosit enzimatik cacat, kekebalan penghancuran eritrosit, mekanis cedera, dan

hypersplenism.Hemolisis dikaitkan dengan pelepasan hemoglobin dan asam laktat

dehidrogenase (LDH). Peningkatan bilirubin tidak langsung dan urobilinogen berasal

dari hemoglobin dilepaskan.

Page 8: 8.2 askep AIHA

8

Seorang pasien dengan hemolisis ringan mungkin memiliki tingkat hemoglobin

normal jika peningkatan produksi sesuai dengan laju kerusakan eritrosit. Atau, pasien

dengan hemolisis ringan mungkin mengalami anemia ditandai jika sumsum tulang

mereka produksi eritrosit transiently dimatikan oleh virus (Parvovirus B19) atau

infeksi lain, mengakibatkan kehancuran yang tidak dikompensasi eritrosit (aplastic

krisis hemolitik, di mana penurunan eritrosit terjadi di pasien dengan hemolisis

berkelanjutan). Kelainan bentuk tulang tengkorak dan dapat terjadi dengan ditandai

kenaikan hematopoiesis, perluasan tulang pada masa bayi, dan gangguan anak usia

dini seperti anemia sel sabit atau talasemia.

a. Mekanisme pemecahan eritrosit ektravaskular

Terjadi dalam sel makrofag dan sistem retikuloendotelial terutama di organ hati,

limpa/pankreas dan sumsum tulang. Pemecahan eritrosit terjadi di dalam sel

organ-organ tersebut karena organ-organ tersebut mengandung enzim heme

oxygenase yang berfungsi sebagai enzim pemecah.

Eritrosit yang lisis akibat kerusakan membran, gangguan pembentukan

hemoglobin dan gangguan metabolisme ini, akan dipecah menjadi globin dan

heme. Globin akan disimpan sebagai cadangan, sedang heme akan dipecah lagi

menjadi besi dan protoforfirin. Besi disimpan sebagai cadangan. Protoforpirin

akan terurai menjadi gas CO dan bilirubin. Bilirubin dalam darah berikatan

dengan albumin akan membentuk bilirubin indirect (bilirubin I). Bilirubin indirect

yang terkonjugasi di organ hati menjadi bilirubin direct (bilirubin II). Bilirubin

direct diekresikan (disalurkan) ke empedu sehingga meningkatkan

sterkobilinogen (mempengaruhi warna feses) dan urobilinogen (mempengaruhi

warna urin/air seni).

b. Mekanisme pemecahan eritrosit intravaskular

Terjadi dalam sirkulasi darah. Eritrosit yang lisis melepaskan HB bebas ke dalam

plasma. Haptoglobin dan hemopektin mengikat HB bebas tersebut ke sistem

retikuloendotelial untuk dibersihkan. Dalam kondisi hemolisis berat, jumlah

haptoglobin dan hemopektin mengalami penurunan, akibatnya Hemoglobin bebas

beredar dalam darah (hemoglobinemia). Pemecahan eritrosit yang berlebihan

akan membuat hemoglobin dilepaskan ke dalam plasma. Jumlah hemoglobin

yang tidak terakomodasi seluruhnya oleh sistem keseimbangan darah itulah yang

menyebabkan hemoglobinemia.

Page 9: 8.2 askep AIHA

9

Hemoglobin juga dapat melewati glomelurus ginjal sehingga terjadi

hemoglobinuria. Hemoglobin yang terdapat di tubulus ginjal akan diserap oleh

sel-sel epitel, sedang kandungan besi yang terdapat di dalamnya akan disimpan

dalam bentuk hemosiderin. Jika epitel ini mengalami deskuamasi akan terjadi

hemosiderinuria (hemosiderin hanyut bersama air seni). Hemosiderinuria

merupakan tanda hemolisis intravaskular kronis.

Berkurangnya jumlah eritrosit diperifer juga memicu ginjal mengeluarkan

eritropoetin untuk merangsang eritropoesis di sumsum tulang. Hal ini

menyebabkan terjadinya peningkatan retikulosit (sel eritrosit muda di paksa

matang) sehingga mengakibatkan polikromasia.

Page 10: 8.2 askep AIHA

10

Page 11: 8.2 askep AIHA

11

6. Manifestasi Klinis

Kadang – kadang Hemolosis terjadi secara tiba- tiba dan berat, menyebabkan krisis

hemolotik, yang menyebakan krisis hemolitik yang di tandai dengan:

1)      Demam

2)      Mengigil

3)      Nyeri punggung dan lambung

4)      Perasaan melayang

5)      Penurunan tekanan darah yang berarti

Berdasarkan Tipenya :

a. Anemia hemolitik aotuimun tipe hangat:

Biasanya gejala anemia ini terjadi perlahan-lahan, ikterik, demam, dan ada  yang

disertai nyeri abdomen, limpa biasanya membesar, sehingga bagian perut  atas

sebelah kiri bisa terasa nyeri atau tidak nyaman dan juga bisa

dijumpai  splenomegali pada anemia hemolitik autoimun tipe hangat. Urin

berwarna gelap  karena terjadi hemoglobinuri.  Pada AHA paling tebanyak terjadi

yakni idiopatik splenomegali tarjadi  pada50-60%, iketrik terjadi pada 40%,

hepatomegali 30% pasien san limfadenopati pada 25% pasien. Hanya 25% pasien

tidak disertai pembesaran organ dan limfonodi.

b. Anemia hemolitik aotoimun tipe dingin:

Pada tipe dingin ini sering terjadi aglutinasi pada suhu dingin.Hemolisis  berjalan

kronik. Anemia ini biasanya ringan dengan Hb: 9-12 g/dl. Sering juga  terjadi

akrosinosis dan splenomegali. Pada cuaca dingin akan

menimbulkan  meningkatnya penghancuran sel darah merah, memperburuk nyeri

sendi dan bisa  menyebabkan kelelahan dan sianosis (tampak kebiruan) pada

tangan dan lengan.

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Gambaran penghancuran eritrosit yang meningkat:

1) Bilirubin serum meningkat

2) Urin meningkat, urin kuning pekat

3) Strekobilinogen feses meningkat, pigmen feses menghitam

b. Gambaran peningkatan produksi eritrosit

1) Retikulositosis, mikroskopis pewarnaan supravital

Page 12: 8.2 askep AIHA

12

2) hiperplasia eritropoesis sum-sum tulang

c. Gambaran rusaknya eritrosit:

1) Morfologi : mikrosferosit, anisopoikilositosis, burr cell, hipokrom

mikrositer, target cell, sickle cell, sferosit.

2) Fragilitas osmosis, otohemolisis

3) Umur eritrosit memendek. pemeriksaan terbaik dengan labeling crom.

persentasi aktifikas crom dapat dilihat dan sebanding dengan umur eritrosit.

semakin cepat penurunan aktifikas Cr maka semakin pendek umur eritrosit

d. Gambaran darah tepi menunjukkan adanya proses hemolitik berupa sferositosis,

polikromasi maupun poikilositosis, sel eritrosit berinti, retikulositopeni pada

awal anemia.

e. Kadar hemoglobin 3-9 g/dL, jumlah leukosit bervariasi disertai gambaran sel

muda (metamielosit, mielosit dan promielosit), kadang disertai trombositopeni.

f. Gambaran sumsum tulang menunjukkan hiperplasi sel eritropoitik normoblastik.

g. Kadar bilirubin indirek meningkat.

h. Pemeriksaan Direct Antiglobulin Test (DAT) atau lebih dikenal dengan Direct

Coomb’s test menunjukkan adanya antibodi permukaan / komplemen

permukaan sel eritrosit. Pada pemeriksaan ini terjadi reaksi aglutinasi sel

eritrosit pasien dengan reagen anti IgG menunjukkan permukaan sel eritrosit

mengandung IgG (DAT positif).

Direct Coombs' Test.

Page 13: 8.2 askep AIHA

13

Pemeriksaan Penunjang

a. Penurunan kadar HB<1g/dl dalam satu minggu tanpa diimbangi dengan proses

eritropoesis yang normal

b. Penurunan masa hidup eritrosit <120 hari. Pemeriksaan terbaik dengan labeling

crom. Persentasi aktivitas crom dapat dilihat dan sebanding dengan umur eritrosit.

Semakin cepat penurunan aktivitas crom maka semakin pendek umur eritrosit

c. Hemoglobinuria (urin berwarna merah kecoklatan atau merah kehitaman)

d. Hemosiderinuria diketahui dengan pemeriksaan pengecatan biru prusia pada air

seni

e. Hemoglobinemia, terlihat pada plasma yang berwarna merah terang

f. Peningkatan katabolisme heme, biasanya terlihat dari peningkatan bilirubin serum

g. Retikulositosis, mikroskopis pewarnaan supravital (menghitung sel darah merah

muda)

h. Sterkobilinogen feses meningkat, pigmen feses berwarna kehitaman

i. Terjadi hiperplasia eritropoesis sumsum tulang

8. Penatalaksanaan / Pengobatan

Lebih dari 200 jenis anemia hemolitik ada, dan tiap jenis memerlukan perawatan

khusus. Penderita dengan anemia hemolitik autoimun IgG atau IgM ringan kadang

tidak memerlukan pengobatan spesifik, tetapi kondisi lain di mana terdapat ancaman

jiwa akibat hemolitik yang berat memerlukan pengobatan yang intensif.

Tujuan pengobatan adalah mengembalikan nilai-nilai hematologis normal,

mengurangi proses hemolitik dan menghilangkan gejala dengan efek samping

minimal.

a. Terapi transfusi

1) Hindari transfusi kecuali jika benar-benar diperlukan, tetapi mereka mungkin

penting bagi pasien dengan angina atau cardiopulmonary terancam status.

2) Administer dikemas sel darah merah perlahan-lahan untuk menghindari stres

jantung.

3) Iron overload dari transfusi berulang-ulang untuk anemia kronis (misalnya,

talasemia atau kelainan sel sabit) dapat diobati dengan terapi khelasi.

Tinjauan sistematis baru-baru ini dibandingkan besi lisan chelator

Page 14: 8.2 askep AIHA

14

deferasirox dengan lisan dan chelator deferiprone parenteral tradisional agen,

deferoxamine. 

b. Menghentikan obat

1) Discontinue penisilin dan agen-agen lain yang dapat menyebabkan

hemolisis kekebalan tubuh dan obat oksidan seperti obat sulfa

2) Obat yang dapat menyebabkan hemolisis kekebalan adalah sebagai

berikut (lihat Referensi untuk daftar lebih lengkap) :

a) Penisilin

b) Sefalotin

c) Ampicillin

d) Methicillin

e) Kina

f) Quinidine

3) Kortikosteroid

Penderita dengan anemia hemolitik autoimun karena IgG mempunyai

respon yang baik terhadap pemberian steroid dengan dosis 2-

10mg/kgBB/hari. Bila proses hemolitik menurun dengan disertai

peningkatan kadar Hb (monitor kadar Hb dan retikulosit), maka dosis

kortikosteroid diturunkan secara bertahap.

Pemberian kortikosteroid jangak panjang perlu mendapat pengawasan

terhadap efek samping, dengan monitor kadar elektrolit, peningkatan

nafsu makan, kenaikan berat badan, gangguan tumbuh kembang, serta

risiko terhadap infeksi.

c. Splenektomi dapat menjadi pilihan pertama pengobatan dalam beberapa jenis

anemia hemolitik, seperti spherocytosis turun-temurun. Diimunisasi terhadap

infeksi dengan organisme dikemas, seperti Haemophilus influenzae dan

Streptococcus pneumoniae, sejauh sebelum prosedur mungkin.

1) Dalam kasus lain, seperti di AIHA, splenektomi dianjurkan bila langkah-

langkah lain telah gagal.

2) Splenektomi biasanya tidak dianjurkan dalam gangguan hemolitik seperti

anemia hemolitik agglutinin dingin.

Page 15: 8.2 askep AIHA

15

3) Diimunisasi terhadap infeksi dengan organisme dikemas, seperti

Haemophilus influenzae dan Streptococcus pneumoniae, sejauh sebelum

prosedur mungkin.

d. Gammaglobulin intravena

Pemberian gammaglobulin intravena dengan dosis 2g/kgBB pada penderita

anemia hemolitik autoimun dapat diberikan bersama-sama dengan

kortikosteroid.

e. Plasmafaresis untuk pengobatan anemia hemolitik autoimun yang disebabkan

oleh IgG kurang efektif bila dibandingkan dengan hemolitik yang disebabkan

oleh IgM meskipun sifatnya hanya sementara

f. Penanganan gawat darurat:

Atasi syok, pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, perbaiki fungsi

ginjal. Jika terjadi penurunan hemoglobin berat perlu diberi diberi transfusi

namun dengan pengawasan ketat. Transfusi yang diberikan berupa washed red

cell untuk mengurangi beban antibodi. Selain itu juga diberi steroid parenteral

dosis tinggi atau hiperimun untuk menekan aktivitas makrofag.

g. Terapi suportif-simptomatik:

Bertujuan untuk menekan proses hemolisis terutama dilimfa dengan jalan

splenektomi (operasi pengangkatan limfa). Selain itu perlu juga diberi asam

folat 0,15-0,3mg/hari untuk mencegah krisis megaloblastik.

h. Terapi kausal:

Mengobati penyebab dari hemolisis, namun biasanya penyakit ini idiopatik

(tidak diketahui penyebabnya) dan herediter (bawaan) sehingga sulit untuk

ditangani. Pada thalasemia, transplantasi sumsum tulang bisa dilakukan.

9. Terapi Pencegahan

a. Anemia hemolitik autoimun tipe hangat:

Setelah diagnosis di tegakkan ada beberapa cara untuk mengobati penyakit  ini,

jika penyebab penyakit di ketahui yang pertama harus dilakukan

adalah  menyingkirkan penyebab yang mendasari contohnya SLE. Pemakaian

obat seperti  methyldopa dan fludarabin harus dihentikan.

Apabila penyebabnya belum  diketahui, maka pengobatan pilihan selanjutnya

adalah dengan pemberian  kortikosteroid terutama prednisolon awalnya secara

intravena selanjutnya secara oral dengan dosis 60-100 mg/hr. Dosis ini sebagai

Page 16: 8.2 askep AIHA

16

dosis awal untuk orang dewasa  dan selanjutnya harus dikurangi sedikit demi

sedikit. Jika dijumpai ada kelainan  Hb maka dosis obat diteruskan selama 2

mingggu sampai Hb stabil.Steroid ini  mempunyai fungsi memblok magrofag dan

menurunkan sitesis antibody.

Selain  prednisolon dapat juga diberikan metilprednisolon pemberian dosis

disesuaikan.  Pasien yang tidak berespon setelah pemberian prednisone atau

gagal  mempertahankan kadar Hb dalam waktu 2-3 minggu, maka pengangkatan

limfa (splenoktomi) dapat di pertimbangkan. Splenoktomi ini bertujuan agar

limfa  berhenti menghancurkan sel darah merah yang terbungkus

oleh  autoantibody.

Pengangkatan limfa diketahui berhasil mengendalikan pada sekitar  50%

penderita.Jika pengobatan ini gagal, diberikan obat yang menekan

system  kekebalan.Obat imunosupresif lain dapat digunakan diantaranya:

Azatioprin50-  200 mg/hari, siklofosfamid50-150 mg/hari (60 mg/m2),

klorambusil, dan  siklosporin. Terapi lain yakni pemberian danazol 600-800

mg/hari, biasanya  danazol dipakai bersama0sama steroid. Jika ditemui anemia

berat yang  mengancam fungsi jantung dapat dilakukan tranfusi.

Transfusi darah dapat menyebabkan masalah pada penderita karena bank darah

mengalami kesulitan dalam menemukan darah yang tidak bereaksi

terhadap antibody.Transfusinya sendiri dapat merangsang pembentukan lebih

banyak lagi antibody.Maka, darah yang ditranfusi harus tidak mengandung

antigen yang  sesuai dengan penderita.Kemudian pada keadaan gawat dapat

diberikan  immunoglobulin dosis tinggi. Transfusi biasanya dilakukan apabila Hb

< 7 g/dl.

b. Anemia hemolitik autoimun tipe dingin:

Dan terapi pada anemia hemolitik autoimun tipe dingin yakni

dengan  menghindari udar dingin , mengobati penyakit dasar, kadang-kadang

diperlukan  splenektomi. Bisa juga gdengan memberi kortikosteroid tetapi

kortikosteroid ini  tidak efektif.Pemberian khlorambusil dapat memberikan hasil

pada beberapa  kasus.  Dan juga bisa diberikan prednisone dan splenektomi tetapi

pemberian obat  ini tidak efektif atau tidak banyak membantu penyembuhan pada

penyakit ini. Dan bisa juga dengan pemberian klorambusil 2-4 mg/hari,

plasmaferesis untuk  mengurangi antibody IgM secara teoritis bisa mengurangi

hemolisis, namun  secara praktik hal ini sukar dilakukan

Page 17: 8.2 askep AIHA

17

10. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1) Biodata :

a) Nama                    : -

b) Umur                    :  wanita usia 12-35 th)

c) Jenis kelamin        : (sering terjadi pada perempuan)

d) Alamat                 : _

e) Pendidikan           : (pengetahuan tentang nutrisi)

f) Nomo reg             :

2) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan dahulu

- Kemungkinan klien pernah terpajan zat-zat kimia atau mendapatkan

pengobatan seperti anti kanker,analgetik dll

- Kemungkinan klien pernah kontak atau terpajan radiasi dengan kadar

ionisasi yang besar

- Kemungkinan klien kurang mengkonsumsi makanan yang

mengandung as. Folat,Fe dan Vit12.

- Kemungkinan klien pernah menderita penyakit-penyakit infeksi

- Kemungkinan klien pernah mengalami perdarahan hebat

b) Riwayat kesehatan keluarga

Penyakit anemia dapat disebabkan olen kelainan/kegagalan genetik yang

berasal dari orang tua yang sama-sama trait sel sabit

c) Riwayat kesehatan sekarang

- Klien terlihat keletihan dan lemah

- Muka klien pucat dan klien mengalami palpitasi

- Mengeluh nyeri mulut dan lidah

3) Kebutuhan dasar

a) Pola aktivitas sehari-hari

- Keletihan,malaise,kelemahan

- Kehilangan produktibitas : penurunan semangat untuk bekerja

b) Sirkulasi

- Palpitasi,takikardia,mur mur sistolik,kulit dan membran mukosa

( konjungtiva,mulut,farink dan bibir) pucat

Page 18: 8.2 askep AIHA

18

- Sklera : biru atau putih seperti mutiara

- Pengisian kapiler melambat atau penurunan aliran darah keperifer dan

vasokonstriksi (kompensasi)

- Kuku : mudah patah,berbentuk seperti sendok

- Rambut kering,mudah putus,menipis dan tumbuh uban secara prematur

c) Eliminasi

Diare dan penurunan haluaran urin

d) Integritas ego

Depresi,ansietas,takut dan mudah tersinggung

e) Makanan dan cairan

- Penurunan nafsu makan

- Mual dan muntah

- Penurunan BB

- Distensi abdomen dan penurunan bising usus

- Nyeri mulut atau lidah dan kesulitan menelan

f) Higiene

Kurang bertenaga dan penampilan tidak rapi

g) Neurosensori

- Sakit kepala,pusing,vertigo dan ketidak mampuan berkonsentrasi

- Penurunan penglihatan

- Gelisah dan kelemahan

h) Nyeri atau kenyamanan

Nyeri abdomen samar dan sakit kepala

i) Pernafasan

Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas (takipnea,ortopnea, dan dispnea)

j) Keamanan

Gangguan penglihatan,jatuh,demam dan infeksi

k) Seksualitas

- Perubahan aliaran menstruasi ( menoragia/amenore)

- Hilang libido

- Impoten

4) Pemeriksaan diagnostik

a) Jumlah darah lengakap (JDL) : Hb dan Ht menurun

b) Jumlah eritrosit menurun

Page 19: 8.2 askep AIHA

19

c) Bilirubin serum ( tak tergonjugasi) : meningkat

d) Tes schilling : penurunan ekskresi Vit12 di urin

e) Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urin dan feses

b. Diagnosa keperawatan

1) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yang diperlukan

untuk pengiriman oksigen

2) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d nafsu makan menurun,

mual

3) Konstipasi b.d penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek

samping terapi obat.

4) Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman)

dan kebutuhan, kelemahan fisik.

5) Kurang pengetahuan, b/d kurang mengingat, salah interpretasi informasi, tidak

mengenal sumber informasi.

Page 20: 8.2 askep AIHA

20

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Perubahan perfusi

jaringan b/d penurunan

komponen seluler yang

diperlukan untuk

pengiriman oksigen.

Setelah di lakukan asuhan

keperawatan selama 3 X

24  dapat memenuhi

kebutuhan oksigen dengan

Kriteria hasil:

DS : pusing, lemas,

menggigil, nyeri punggung

dan lambung, serta sesak

nafas dan mudah lelah saat

beraktivitas.

DO : -

  Keadaan umum 

  TD : 120/80 mmHg

  Suhu 36,50 C – 370 C

  Jumlah Eritrosit 5000 -

9000 sel/mm3

a. Awasi tanda vital kaji

pengisian kapiler, warna

kulit/membrane mukosa,

dasar kuku.

b. Tinggikan kepala tempat

tidur sesuai toleransi.

c. Kolaborasi pengawasan

hasil pemeriksaan

laboraturium.

d. Berikan oksigen

tambahan sesuai

indikasi.

e. Berikan transufi darah

sesuai indikasi

a. Memberikan informasi tentang

derajat/keadekuatan perfusi

jaringan dan membantu

menetukan kebutuhan intervensi.

b. Meningkatkan ekspansi paru dan

memaksimalkan oksigenasi untuk

kebutuhan seluler. Catatan :

kontraindikasi bila ada hipotensi.

c. Mengidentifikasi defisiensi dan

kebutuhan pengobatan /respons

terhadap terapi.

d. Memaksimalkan transport

oksigen ke jaringan.

e. Meningkatkan jumlah sel darah

merah

2. Gangguan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh b/d

nafsu makan menurun,

mual.

Setelah di lakukan asuhan

keperawatan selama 3 X 24

jam dapat memenuhi

kebutuhan nutrisi sesuai

a. Kaji riwayat nutrisi,

termasuk makan yang

disukai

b. Observasi dan catat

a. Mengidentifikasi defisiensi,

memudahkan intervensi

b. Mengawasi masukkan kalori atau

kualitas kekurangan konsumsi

Page 21: 8.2 askep AIHA

21

dengan kebutuhan tubuh

dengan Kriteria hasil:

DS : mengatakan tidak ada

nafsu makan, mual, dan

muntah

DO : -

  Keadaan umum membaik

  dapat menghabiskan porsi

makan yang diberikan

  Mengalami peningkatan

BB

masukkan makanan pasien

c. Timbang berat badan

setiap hari

d. Berikan makan sedikit

dengan frekuensi sering

dan atau makan diantara

waktu makan

e. Observasi dan catat

kejadian mual/muntah,

flatus dan dan gejala lain

yang berhubungan

f. Kolaborasi pada ahli gizi

untuk rencana diet.

makanan

c. Mengawasi penurunan berat

badan atau efektivitas intervensi

nutrisi

d. Menurunkan kelemahan,

meningkatkan pemasukkan dan

mencegah distensi gaster

e. Gejala GI dapat menunjukkan

efek anemia (hipoksia) pada

organ.

f. Membantu dalam rencana diet

untuk memenuhi kebutuhan

individual

3. Konstipasi b.d

penurunan masukan diet;

perubahan proses

pencernaan; efek

samping terapi obat.

Setelah di lakukan tindakan

asuhan kep selama 3 X 24

jam, membuat/kembali pola

normal dari fungsi usus

dengan Kriteria hasil :

a. Observasi warna feses,

konsistensi, frekuensi dan

jumlah

b. Awasi intake dan output

(makanan dan cairan).

a. Membantu mengidentifikasi

penyebab /factor pemberat dan

intervensi yang tepat.

b. Dapat mengidentifikasi dehidrasi,

kehilangan berlebihan atau alat

dalam mengidentifikasi defisiensi

Page 22: 8.2 askep AIHA

22

DS : lambung nya nyeri

DO : Urine pekat dan feses

hitam,Auskultasi terdengar

bunyi usus menurun.

  mengatakan lambungnya

tidak nyeri lagi

  Warna urine normal, dan

warna feses normal serta

konsistensi yang normal

  Bunyi usus normal.

c. Dorong masukkan cairan

2500-3000 ml/hari dalam

toleransi jantung

d. Kolaborasi ahli gizi untuk

diet seimbang dengan

tinggi serat dan bulk.

e. Berikan pelembek feses,

laksatif sesuai indikasi.

Pantau keefektifan.

(kolaborasi).

diet

c. Membantu dalam memperbaiki

konsistensi feses bila konstipasi.

Akan membantu memperthankan

status hidrasi pada diare

d. Serat menahan enzim pencernaan

dan mengabsorpsi air dalam

alirannya sepanjang traktus

intestinal dan dengan demikian

menghasilkan bulk, yang bekerja

sebagai perangsang untuk

defekasi.

e. Mempermudah defekasi bila

konstipasi terjadi.

4. Intoleransi aktifitas b.d

ketidakseimbangan

antara suplai oksigen

(pengiriman) dan

kebutuhan, kelemahan

Setelah di lakukan tindakan

asuhan kep selama 3 X 24

jam, diharapkan pasien tidak

lagi mengalami kelemahan

dengan Kriteria hasil :

a. Kaji kemampuan ADL

pasien.

b. Observasi tanda-tanda

vital sebelum dan sesudah

aktivitas.

a. Mempengaruhi pilihan

intervensi/bantuan

b. Manifestasi kardiopulmonal dari

upaya jantung dan paru untuk

membawa jumlah oksigen adekuat

Page 23: 8.2 askep AIHA

23

fisik. DS : mengeluhkan pusing,

lemas, serta sesak nafas dan

mudah lelah saat

beraktivitas.

DO : -:

  dapat beraktivitas dengan

normal.

  TD : 120/80 mmHg

c. Rencanakan kemajuan

aktivitas dengan pasien,

termasuk aktivitas yang

pasien pandang perlu.

Tingkatkan tingkat

aktivitas sesuai toleransi.

d. Gunakan teknik

menghemat energi,

ke jaringan

c. Meningkatkan aktivitas secara

bertahap sampai normal dan

memperbaiki tonus otot/stamina

tanpa kelemahan. Meingkatkan

harga diri dan rasa terkontrol.

d. Mendorong pasien melakukan

banyak aktivitas dengan

membatasi penyimpangan energi

dan mencegah kelemahan.

5. Kurang pengetahuan b/d

kurang mengingat, salah

interpretasi

informasi,  tidak

mengenal sumber

informasi.

Setelah di lakukan tindakan

asuhan kep selama 3 X 24

jam, diharapkan pasien tidak

lagi mengalami kelemahan

dengan Kriteria hasil :

DS : mengatakan bahwa

awalnya dia mengira kalau

dia hanya kelelahan bekerja

dan jadwal makan tidak

teratur, tapi lama kelamaan

a. Berikan informasi tentang

anemia spesifik.

Diskusikan kenyataan

bahwa terapi tergantung

pada tipe dan beratnya

anemia.

b. Tinjau tujuan dan

persiapan untuk

pemeriksaan diagnostic

a. Memberikan dasar pengetahuan

sehingga pasien dapat membuat

pilihan yang tepat. Menurunkan

ansietas dan dapat meningkatkan

kerjasama dalam program terapi

b. Ansietas / ketakutan tentang

ketidaktahuan meningkatkan

stress, selanjutnya meningkatkan

beban jantung. Pengetahuan

Page 24: 8.2 askep AIHA

24

penyakitnya bertamabah

parah.

DO : -

  Pasien menyatakan

pemahamannya proses

penyakit dan

penatalaksanaan penyakit.

  Mengidentifikasi factor

penyebab.

  Melakukan tiindakan

yang perlu/perubahan pola

hidup.

c. Kaji tingkat pengetahuan

klien dan keluarga tentang

penyakitn

d. Berikan penjelasan pada

klien tentang penyakitnya

dan kondisinya sekarang.

e. Minta klien dan keluarga

mengulangi kembali

tentang materi yang telah

diberikan

menurunkan ansietas.

c. Megetahui seberapa jauh

pengalaman dan pengetahuan

klien dan keluarga tentang

penyakitnya

d. Dengan mengetahui penyakit dan

kondisinya sekarang, klien akan

tenang dan mengurangi rasa

cemas

e. Mengetahui seberapa jauh

pemahaman klien dan keluarga

serta menilai keberhasilan dari

tindakan yang dilakukan

Page 25: 8.2 askep AIHA

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

Mahasiswa/NIM : I Putu Agus Indra Saputra

Tanggal : 16 juli 2012

Jam : 09.00

A. Identitas

a. Pasien

Nama : Ny. Mr

Umur : 55 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Gedangsari, Gunungkidul

Status : Kawin

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tgl. masuk RS : IMC = 28 juni 2012

: Ruang J = 29 juni 2012

No. RM : 01022xxx

Ruang : J / Kamar 1

Diagnosis kerja/medis : AIHA dengan Ca Servik Ileus

b. Keluarga / Penanggungjawab

Nama : Ny.Ls

Umur : 35 tahun

Hubungan : Anak

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : klenteng , Gunungkidul

Page 26: 8.2 askep AIHA

26

B. Riwayat Kesehatan Pasien

1. Kesehatan Pasien :

a. Keluhan utama saat dikaji

Pasien mengatakan badan terasa lemas dan pusing skala 7

b. Keluhan tambahan saat dikaji

Badan terasa lemas Mual + , muntah + , Perut kembung serta BAB darah dan

berlendir.

c. Alasan utama masuk Rumah Sakit

Klien mengatakan badan terasa lemas Mual + , muntah + , terakhir kentu

selasa sore ( tgl 26 juni 2012 ) , perut kembung dan BAB darah bercampur

dengan lendir.

d. Riwayat penyakit sekarang:

Pasien mengatakan sejak 2 hari yang lalu perut terasa sakit, tidak kentut sejak

sabtu sore ( tgl 26 juni 2012 ), perut kembung dan BAB darah, kemudian

keluarga membawa pasien ke puskesmas setempat. Karena sakit yang tidak

kunjung reda maka keluarga segera membawa pasien ke RS Bethesda pada. Di

RS Bethesda pasien dibawa ke IGD dan di IGD Pasien dilakukan periksa

pemeriksaan PDL + LED, GDS, ureum/ creatinin, SGOT/ SGPT, TD= 140/ 90

mmHg, Nadi= 91 x/ menit, Respirasi= 24 x/ menit, Suhu: 39,5ºC, BB=50 kg,

TB=169 cm, ECG, Thorax foto. Berdasarkan hasil pemeriksaan pasien

dianjurkan untu rawat inap di IMC dan di IMC pasien dilakukan tindakan

pemasangan infus RL 20 tetes ditangan sebelah kanan dan pemberian obat

ketese 25 mg, Diynone 125 mg vit k3 10mg serta pemasangan NGT. Setelah

menginap diruang IMC selama 2 hari, pasien disarankan menjalani perawatan

diruang J kamar 1.

e. Riwayat penyakit yang lalu

Pasien mengatakan kira-kira 1 tahun yang lalu pernah dirawat di Rs. Bethesda

dengan penyakit polip servik dan telah menjalani operasi pengangkatan uterus

serta curet servik.

f. Alergi

Pasien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat dan makanan.

Page 27: 8.2 askep AIHA

27

C. Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola Nutrisi-Metabolik

a. Sebelum sakit :

1) Frekuensi makan : 2 kali dalam 1 hari.

2) Jenis makanan/diet : Nasi, tempe, tahu, daging ayam.

3) Porsi yang dihabiskan : 1 piring.

4) Makanan yang disukai : Semua suka

5) Makanan pantang : Tidak ada.

6) Makanan tambahan/vitamin : Buahan-buahan

7) Kebiasaan makan : Di rumah.

8) Nafsu makan : Baik.

Alasan makan adalah untuk memenuhi tenaga karena pekerjaan yang

berat.

9) Banyaknya minum dalam sehari : 6-7 Gelas (600cc / 24 jam).

10) Jenis minuman : Air putih dan teh manis.

11) Minuman yang disukai : Teh manis.

12) Minuman pantang : Tidak ada.

13) Perubahan BB 6 bulan Terakhir : Bulan Desember turun 3 kg

b. Selama sakit

1) Jenis makanan : susu dengan campuran sirup.

2) Frekuensi makan : 3 kali.

3) Porsi makan yang dihabiskan : 200 cc susu dan sirup.

4) Banyaknya minum dalam sehari : kira-kira 100 cc.

5) Jenis minuman : air putih

6) Keluhan :

a) Tidak bisa merasakan makanan karna memakai NGT

b) Pengetahuan tentang zat gisi dan kegunaan makanan bagi tubuh adalah

gizi dan kegunan makan memberikan tenaga bagi tubuh.

Page 28: 8.2 askep AIHA

28

2. Pola Eliminasi

a. Sebelum sakit

1) Buang air besar (BAB)

a) Frekuensi : 1 kali dalam 3 hari.

b) Waktu : Tidak tentu.

c) Warna : Coklat khas feses dan kadang hitam.

d) Konsistensi : Lembek dan kadang keras.

e) Posisi waktu BAB : Jongkok.

f) Penghantar untuk BAB : Tidak ada.

g) Bau : Khas Feses (amoniak).

h) Keluhan lain : Tidak ada.

2) Buang air kecil (BAK)

a) Frekuensi : 3 kali dalam sehari.

b) Jumlah : Kira-kira 200cc

c) Warna : Kuning khas urine.

d) Bau : Khas urine (pesing).

e) Keluhan : Tidak ada.

b. Selama sakit

1) Buang air besar (BAB)

a) Frekuensi : Pasien mengatakan sejak masuk ruang

J, BAB kira-kira 2 kali dalam 3 hari.

b) Waktu : Tidak tentu

c) Warna : Hitam bercampur lendir darah.

d) Posisi : Tidur

e) Keluhan : Klien mengatakan tidak puas saat BAB

karena yang keluar hanya sedikit.

2) Buang air kecil (BAK) Dower cateter.

a) Jumlah : 400cc.

b) Warna : Kuning khas urine.

c) Bau : Seperti obat.

d) Keluhan : Tidak ada.

Page 29: 8.2 askep AIHA

29

3. Pola Aktifitas Istirahat-Tidur

a. Sebelum sakit

1) Keadaan aktifitas sehari-hari

a) Kebiasaan olahraga\

Pasien mengatakan tidak pernah olah raga.

b) Lingkungan rumah

Pasien mengatakan lingkungan baik dan banyak pepohonan.

c) Alat bantu untuk memenuhi aktifitas setiap hari sepeda.

d) Aktivitas sehari-hari dapat dilakukan sendiri.

Aktivitas 0 1 2 3 4

Mandi

Berpakaian/berdandan

Eliminasi

Mobilisasi di tempat tidur

Pindah

Ambulasi

Naik tangga

Memasak

Belanja

Merapikan rumah

Ket. 0 = mandiri

1 = dibantu sebagian

2 = perlu bantuan orang lain

3 = perlu bantuan orang lain dan alat

4 = tergantung total

2) Kebutuhan tidur

(1) Jumlah tidur dalam sehari : 9 Jam

(2) Tidur siang (berapa kali) : 1 x 2 jam.

(3) Tidur malam : 1 x 7 jam.

(4) Tidak ada kebiasaan pengantar tidur dan pasien tidur sendiri.

(5) Perangkat/alat yang selalu digunakan untuk tidur selimut, bantal.

Page 30: 8.2 askep AIHA

30

(6) Tidak ada keluhan dalam hal tidur .

3) Kebutuhan istirahat

(1) Saat waktu luang pasien beristirahat.

(2) Lama istirahat 1-2 jam.

(3) Klien menyediakan waktu pada waktu siang hari untuk istirahat.

b. Selama sakit

1) Keadaan aktifitas tergantung sebagian

Kemampuan

Perawatan Diri0 1 2 3 4

Makan/minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Mobilitas di TT

Berpindah

Ambulasi/ROM

Ket. 0 = mandiri

1 = alat bantu

2 = dibantu orang lain

3 = dibantu orang lain dan alat

4 = tergantung total

2) Kebutuhan Tidur

a) Jumlah tidur dalam sehari : 9 jam

b) Tidur siang : 1-2 jam.

c) Tidur malam : 7-8 jam

d) Tidak menggunakan penghantar tidur.

3) Kebutuhan Istirahat

a) Pasien tidak terganggu dengan suasana lingkungan yang baru.

b) Pasien tidak tergangu dengan alat-alat medic ysng dipakai di tubuh.

Page 31: 8.2 askep AIHA

31

4. Pola Kebersihan Diri (sebelum sakit)

a) Kebersihan kulit

Pasien mandi 2X sehari yaitu dipagi dan malam hari , saat mandi

menggunakan sabun.

b) Kebersihan rambut

Kebiasaan membersihkan rambut dengan shampoo.

c. Kebersihan telinga

1) Pasien jarang membersihkan telingga.

2) Pasien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

d. Kebersihan mata

Setiap mandi pasien membersihkan mata.

e. Kebersihan mulut

1) Pasien membersihkan gigi setiap mandi.

2) Pasien menggunakan pasta gigi saat membersihkan gigi.

f. Kebersihan kuku

Pasien memotong kuku ketika sudah panjang dan tidak mengunakan cat kuku.

5. Pola Pemeliharaan Kesehatan

a. Penggunaan tembakau

Pasien mengatakan tidak memakai tembakau.

b. NAPZA

Pasien mengatakan tidak mengunakan NAPZA.

c. Alkohol

Pasien mengatakan tidak mengkonsumsi alcohol.

d. Intelektual

Pasien mengerti bahwa dirinya sedang sakit.

6. Pola Reproduksi-Seksualitas

Pasien sudah berkeluarga dan memiliki 3 orang anak dan semua anak telah

berkeluarga.

7. Pola Kognitif-Persepsi/Sensori

a. Keadaan mental

Saat dilakukan pengkajian pasien dalam keadaan sadar penuh.

Page 32: 8.2 askep AIHA

32

b. Berbicara

Pasien berbicara dengan pelan.

c. Bahasa yang dikuasai

Pasien berbicara dalam bahasa Indonesia dan jawa

d. Kemampuan membaca

Pasien kurang dapat membaca.

e. Kemampuan berkomunikasi

Pasien kurang dapat berkomunikasi dengan baik.

f. Kemampuan memahami informasi

Pasien dapat memahami informasi dengan baik.

g. Tingkat ansietas

Sedang karena saat dilakukan pengkajian pasien kurang senang, tidak begitu

terbuka dan hanya terpaku melihat keatas.

h. Pendengaran

Pendengaran pasien masih baik dan saat ini tidak mengunakan alat bantu

pedengaran.

i. Penglihatan

Pasien tidak mengunakan alat bantu penglihatan.

8. Pola Konsep Diri

a. Identitas diri

Pasien dapat menyebutkan nama, alamat rumah dan usia.

b. Ideal diri

Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang kerumah.

c. Harga diri

Pasien senang bila dijenguk oleh keluarga dan anak-anaknya.

d. Gambaran diri

Pasien optimis cepat sembuh.

9. Pola Koping

a. Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan dibantu oleh keluarga.

b. Hal-hal yang dilakukan jika mempunyai masalah

Pasien berbagi masalah dengan kerabat anak-anaknya jika ada masalah.

Page 33: 8.2 askep AIHA

33

10. Pola Peran-Berhubungan

a. Status pekerjaan:

Saat ini pasien sedang bekerja.

b. Jenis pekerjaan pasien ibu rumah tangga

c. Pasien tidak berkecimpung dalam kelompok masyarakat.

d. Sistem pendukung

Pasien selalu mendapat dukungan dari anak-anaknya dan tetangganya. Selama

sakit anak yang terakir selalu menunggu di bangsal.

e. Kesulitan dalam keluarga

Pasien tidak memiliki kesulitan dan masalah dalam keluarga.

f. Selama sakit

Selama sakit pasien tetap memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan

sanak saudaranya.

11. Pola Nilai dan Keyakinan

a. Sebelum sakit

1) Agama : Islam

2) Larangan agama : Tidak ada

3) Kegiatan keagamaan : Pasien jarang beribadah.

b. Selama sakit

Selama di Rumah sakit, kegiatan keagamaan tidak terlaksana

D. Pengkajian Fisik

1. Pengukuran TB : 149 cm.

2. Pengukuran BB : 45 kg.

3. Pengukuran Vital Sign :

a. Tekanan darah :130/90 mmHg, di ukur di nadi bracialis bagian

humeri sinistra dengan posisi pasien supine.

b. Nadi : 80 x/mnt, diukur di radialis sinistra dengan

kualitas nadi teraba sedang.

c. Suhu : 37,80C, di ukur di aksila dextra.

d. Respirasi : 20 x/mnt, dengan tipe pernapasan vesikuler.

Page 34: 8.2 askep AIHA

34

4. Tingkat Kesadaran : Composmentis.

GCS : 15 E = 4 V = 5 M = 6

5. Keadaan Umum :

Pasien tampak tenang, pasien bedrest total, susah dalam bergerak, tangan kanan

pasien terpasang infuse RL 20 tetes dan pada hidung terpasang selang NGT dan

terpasang dower cateter pada genital.

6. Pemeriksaan Fisik:

a. Kepala

Bentuk kepala ovale, tidak berketombe, Pertumbuhan rambut tidak lebat dan

warna sudah putih ( beruban ), ekspresi wajah menahan nyeri.

b. Mata

1) Sklera : Putih

2) Kojungtiva : Pucat.

3) Pupil : Isokor

4) Reflek terhadap cahaya mata kanan : Positif, TIO kanan-kiri sama dan klien

tidak menggunakan alat bantu penglihatan.

c. Telinga

Bentuk simetris, Telinga tampak bersih, tidak lesi dan masa, membran timpani

utuh, fungsi pendengaran masi baik.

d. Hidung

Septum berada ditengah, tidak ada benda asing dsn hidung masi berfungsi

dengan baik, klien masi bisa membaui makanan.

e. Mulut dan tenggorokan

Mukosa bibir kering, tidak ada pembesaran tonsil (T1), warna lidah pucat, gigi

utuh, dan kemampuan bicara klien jelas.

f. Leher

Tidak ada pembesaaran kelenjar thyroid dan kelenjar getah bening.

g. Dada

1) Inspeksi

Warna dada kecoklatan, Bentuk dada kanan/kiri simetris, Ada retraksi

dada, dan tidak ada kelainan bentuk dada.

2) Palpasi

Tidak terdapat masa, dada simetris waktu bernafas, tidak terdapat nyeri

tekan, pengembangan dada kanan dan kiri sama, Pernafasan dalam.

Page 35: 8.2 askep AIHA

35

3) Perkusi

Suara paru perkusi sonor dan Bunyi dullness pada jantung

4) Auskultasi

Tidak terdapat bunyi tambahan, tidak terdapat murmur dan ronchi,

Terdengar bunyi jantung 1 dan 2

h. Punggung

Tidak ditemukan adanya kelainan tulang belakang, seperti kifosis, lordosis,

meupun skoliosis, warna kulit di punggung coklat, Tidak ada tanda-tanda

dekubitus.

i. Abdomen

1) Inspeksi

Warna kulit abdomen sawo matang, tidak terdapat bekas luka/ umbilicus

ditengah dan bersih

2) Auskultasi

Vasculer sound terdengar, Frekuensi peristaltik 9x/menit intensitas pendek.

3) Palpasi

Tidak ada masa, perut distensi dan terdapat nyeri tekan di semua area perut.

4) Perkusi

Terdengar Suara timpani.

j. Anus dan Rektum

Tidak terdapat luka atau infeksi.

k. Genetalia

Terpasang selang kateter dan tidak terdapat infeksi atau gangguan kelamin.

l. Ekstermitas

1) Atas

a) Agggota gerak atas lengkap dan berkeringat.

b) Terpasang infus RL 20 tetes/menit di tangan kanan.

c) Tidak terdapat kelainan jari seperti syndactili maupun polidactili.

d) Kekuatan otot : tangan kanan dan kiri = 3 : 3

2) Bawah

a) Anggota gerak bawah lengkap.

b) Terdapat varises.

c) Kekuatan otot : Kaki kanan dan kiri = 3 : 3

Page 36: 8.2 askep AIHA

36

E. Rencana Pulang

1. Pasien ingin tinggal di tempat tinggalnya bersama dengan keluarganya.

2. Pelayanan kesehatan yang digunakan sebelumnya : Rumah Sakit

3. Kendaraaan yang digunakan saat pulang : Mobil

4. Antisipasi masalah perawatan diri :

Pasien mengatakan bisa merawat diriya sendiri. Apabila tidak, pasien akan

meminta bantuan keluarga dan anak-anaknya.

5. Bantuan yang diperlukan setelah pulang : Keluarga

F. Diagostik Test

1. Radiologi

- Pro peritonel fat (+)

- Distribusi udara usus relative merata, fluating.

- Fekal material tidak prominan.

- Tampak air fluid level.

- Tampak ground glass appearance

- Tak tampak air free

- Renal out linie samar, kontur tak tegas.

- Psoas linea samar

- Tak tervisualisasi lesi opak pada proyeksi tr uropoetik.

Kesan :

Materioismus dengan asites dan pre ileus

2. Pemeriksaan EKG

- Tanggal : 26 Juni 2012

- Heart rate : 116 bpm

- PR int : 132 ms

- QRS dur : 68 ms

- QT-QTc : 294/405 ms

- P-R-T axes : 44 52 5

Page 37: 8.2 askep AIHA

37

3. Usg Abdomen

Tgl pemeriksaan : 28 juni 2012

Hasil pemeriksaan :

- Hepar dan lien yang besar dan bentuknya normal disertai dengan

parenkim yang homogen dan echogenites yang normal, terutama tak

telihat lesi-lesi patologis lainnya.

- Ren bilateral menunjukkan ukuran dan echogenites yang normal, struktur

antomis, cortex, medulla dan sinus baik dengan posisi yang normal serta

system pleucocalices yang normal dan tidak melebar. VK RD: 8.24 x 4.22

cm RS: 8.62 x 4.24 cm.

- Vesika urinaria terisi cairan minimal dengan balon kateter.

- Pancreas menunjukkan besar dan bentuk yang normal dan bentuk yang

normal disertai echogenitas yang baik dan homogen.

Kesan:

Sonoanatomi: peritonitis dengan tanda ileus paralitik

Tak tampak kelinan di hepar, lien pancreas, VF, Ren dan bilateral

Apoendix tak tervisualisasi.

4. Laboratorium

Pemeriksan darah tanggal 7 juli 2012

Pemeriksaan darah Hasil Satuan Harga normal

Hemoglobil L 11.9 Gr/dl 13,5-17,5

Leukosit 6.59 Ribu/mmk 4.50-11.00

Hitung jenis

Eosinofil 0.2 % 0.0- 5.0

Basofil 0.6 % 0.0- 2.0

Segmen 79.2 % 47.0-80.0

Limfosit L 9.1 % 13.0-40.0

Monosit 10.9 % 2.0-11.0

Hematokrit L 34.3 % 41.0-53.0

Eritrosit L 3.68 Juta/mmk 4.50-53.0

RDW H 20.30 % 11.60-14.80

MCV 93.20 Fl 92.00-121.00

MCH 32.30 Pg 31.00-37.00

Page 38: 8.2 askep AIHA

38

MCHC 34.30 G/dL 29.00-36.00

Trombosit L 55 Ribu 140-440

MPV H 12.30 fL 4.00-11.00

PDW 16.7 fL

Golongan darah A

Pemeriksan darah tanggal 13 juli 2012

Pemeriksaan darah Hasil Satuan Harga normal

Hemoglobil L 10.9 Gr/dl 13,5-17,5

Leukosit 6.95 Ribu/mmk 4.50-11.00

Hitung jenis

Eosinofil 0.2 % 0.0- 5.0

Basofil 0.6 % 0.0- 2.0

Segmen 79.2 % 47.0-80.0

Limfosit L 9.1 % 13.0-40.0

Monosit 10.9 % 2.0-11.0

Hematokrit L 32.4 % 41.0-53.0

Eritrosit L 3.68 Juta/mmk 4.50-53.0

RDW H 20.30 % 11.60-14.80

MCV 93.20 Fl 92.00-121.00

MCH 32.30 Pg 31.00-37.00

MCHC 34.30 G/dL 29.00-36.00

Trombosit L 124 Ribu 140-440

MPV H 11.00 fL 4.00-11.00

PDW 16.7 fL

Golongan darah A

Pemeriksan darah tanggal 13 juli 2012

Page 39: 8.2 askep AIHA

39

Pemeriksaan darah Hasil Satuan Harga normal

Hemoglobil L 10.8 Gr/dl 13,5-17,5

Leukosit 5.42 Ribu/mmk 4.50-11.00

Hitung jenis

Eosinofil 1.5 % 0.0- 5.0

Basofil 0.2 % 0.0- 2.0

Segmen 75.2 % 47.0-80.0

Limfosit L 11.4 % 13.0-40.0

Monosit 10.9 % 2.0-11.0

Hematokrit L 31.7 % 41.0-53.0

Eritrosit L 3.32 Juta/mmk 4.50-53.0

RDW H 19.40 % 11.60-14.80

MCV 95.50 Fl 92.00-121.00

MCH 32.50 Pg 31.00-37.00

MCHC 34.10 G/dL 29.00-36.00

Trombosit L 112 Ribu 140-440

MPV H 11.00 fL 4.00-11.00

PDW 12.5 fL

Golongan darah A

5. Telah menjalani transpusi darah sebanyak 6 x pada :

a. Tgl 5 juli 2012 : 240 cc

b. Tgl 6 juli 2012 : 244 cc

c. Tgl 1 juli 2012 : 50 cc

d. Tgl 1 juli 2012 : 50 cc

e. Tgl 1 juli 2012 : 50 cc

f. Tgl 1 juli 2012 : 50 cc

7. Program Pengobatan (dengan analisis obatnya)

a. Pasien bedres total (Posisi supine).

Page 40: 8.2 askep AIHA

40

b. Diit pasien susu dan sirup lewat selang NGT.

c. Cairan infuse RL 20 tpm.

d. Obat.

Obat non parenteral

1) Dicynone 125 mg

2) Plagyl 1x6 mg

Obat parenteral

a. Ocid 1x1 mg

b. Ceftazidim 1 gr 2x1

c. tizos 1x1 mg

d. adona 1x10 mg

Page 41: 8.2 askep AIHA

41

G. Analisis obat

Page 42: 8.2 askep AIHA

42

No. Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi Efek Samping Implikasi Kep.

a. Dycinone Perdarahan efusi, pengobatan

internal (perdarahan pada

percernaan, mimisan), dan

pengobatan kerapuhan

pembuluh kapiler.

- Adakalanya mual, sakit

kepala, kemerahan pada

kulit

Perhatikan

kontraindikasi dan efek

samping obat.

b. Plagyl Amibiasis, Giardiasi, Lambliasis Hipersensitifitas

terhadap nistamin,

tubercolosa pada

membran mukosa dan

kondisi virus tertentu.

Rasa tidak enak pada

mulut, mengantuk,

pusing, sakit kepala,

warna urin pekat/gelap.

Perhatikan

kontraindikasi dan efek

samping obat

b. Ozid Tuka duodenal, ulkus lambung

dan refluks esofagitis

Hipersebsifitas untuk

omeorazole-

Pusing , apatis, sakit

kepala, takikardia,

mual, muntah-

Perhatikan

kontraindikasi dan efek

samping obat.-

c Ceftazidim Untuk infeksi – infeksi berat

sebagai berikut : infeksi yang

disebabkan oleh organisme yang

peka terhadap Ceftrazidime:

meningitis, pneumonia,

broncopneumonia, empiema,

peritonitis, abses intra

abdominal, artritis septik, abses

ginjal. 

Penderita yang

hipersensitif terhadap

antibiotika

sefalosporint.

Rekasi-reaksi

anafilaktik

(bronkopasme dan atau

hipotensi),

gastrointestinal (nausea,

nyeri abdominal, thrust

atau kolitis (sangat

jarang).

Perhatikan

kontraindikasi dan efek

samping obat.

d Tizos Septikemia (keracunan darah

oleh bakteri atau zat – zat yang

dihasilkan oleh bakteri tersebut.

Riwayat syok dan

riwayat hipersensitifitas

terhadap lidokain atau

terhadap anastesi local

type anilid.

Hipersensitifitas (jika

terjadi, hentikan

pengobatan), gangguan

saluran pencernaan,

devisiensi vitamin.

Perhatikan

kontraindikasi dan efek

samping obat.

Page 43: 8.2 askep AIHA

43

H. Analisis Data

Nama pasien : Ny. M

Ruang : J

Umur : 55 th

No RM : 01022XXX

No. Data Masalah Penyebab

1. DS: Pasien mengatakan demam dan

sedikit mual

DO :- S =38oC

- Pasien pucat kulit kering dan

teraba panas.

Hipertermi Penyakit (AIHA)

2. DS: Pasien mengatakan mual,

nafsu makan berkurang

DO :- Pasien dipuasakan

- Terpasang infuse ditanagn

kanan pasien 20 tpm

Ketidakseimbangan

nutrisi : kurang dari

kebutuhan tubuh

Ketidakmampuan

menelan makanan

3. DS: Pasien mengatakan mual,

lemas, letih dan mudah lelah

saat beraktivitas

DO :- Terpasang infuse ditanagn

kanan pasien 20 tpm

- TD : 140/90 mmHg

- RR : 22x/Menit

- N : 100x/Menit

Intoleransi aktivitas Kelemahan fisik

4. DS: Pasien mengatakan badan

terasa lemas

DO :- kebutuhan mandi, BAB dan

BAK klien dibantu keluarga

- Pasien pucat kulit kering dan

teraba panas.

Defisit perawatan diri

(mandi dan

eliminasi).

Kelemahan

Page 44: 8.2 askep AIHA

44

I. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa keperawatan

1. Hypertermi berhubungan dengan Penyakit (AIHA) ditandai dengan:

DO :

- Suhu pasien =38oC

- Pasien pucat kulit kering dan teraba panas.

- Pasien minum 100cc/ hari

DS:

- Pasien mengatakan kepalanya sakit,

- Pasien mengatakan demam dan sedikit mual

2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kelemahan fisik ditandai dengan:

DS: - Pasien mengatakan mual, nafsu makan berkurang

- Pasien mengatakan perutnya sakit

- Klien mengatakan bibirnya terasa pahit

DO :- Pasien dipuasakan

- Nafsu makan berkurang

- Konjungtiva pucat

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan fisik ditandai dengan:

DS: Pasien mengatakan mual, lemas, letih dan mudah lelah saat beraktivitas

DO :- TD : 140/90 mmHg

- RR : 22x/Menit

- N : 100x/Menit

- Posisi berhati-hati, ADL dibantu,

4. Defisit perawatan diri (mandi dan eliminasi) berhubungan dengan

Kelemahan ditandai dengan:

DS: - Pasien mengatakan masi terasa lemas

- Pasien mengatakan ingin dimandikan perawat saja

DO :- Gerakan tangan masi lemas, lambat

- Pasien pucat kulit kering dan teraba panas.

- Ketidakmampuan membasuh tubuh mandiri

Tanggal : 16 juli 2012 jam 09.00 TT :

Page 45: 8.2 askep AIHA

45

J. Nursing Care Plan

Nama : Ny.Mr

Ruang : J/ Kamar 1

No RM : 01022XXX

No Diagnose Hasil dan kriteria Tindakan keperawatan

Intervensi rasional

1.

Tanggal 16 Juli 2012

Jam 09.00

Hypertermi berhubungan

dengan Penyakit (AIHA)

ditandai dengan:

DO :

- Suhu pasien =38oC

- Pasien pucat kulit kering

dan teraba panas.

- Pasien minum 100cc/ hari

DS:

- Pasien mengatakan

kepalanya sakit,

Pasien mengatakan demam

Tanggal 16 Juli 2012

Jam 09.00

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam diharapkan klien tidak

menunjukan tanda-tanda

Hypertermi

Kriteria hasil :

- Suhu pasien 36-37oC

- Nadi dan pernafasan

dalam batas normal

- Kulit tidak teraba kering

dan panas.

Tanggal 16 Juli 2012

Jam 09.00

1. Monitor suhu tubuh klien

sesering mungkin

2. Observasi TTV

3. Jaga suhu lingkungan bagi

pasien, dan berikan

kompres dingin bila perlu

4. Mandikan klien minimal 2x

sehari.

Tanggal 16 Juli 2012

Jam 09.00

1. Mengetahui jika ada

peningkatan atau penurun

suhu

2. Mengetahui

pemkembangan kesehatan

pasien

3. Memberikan lingkungana

nyaman bagi klien

4. Menjaga suhu tubuh klien

dan mengurangi panas

yang berlebih

Page 46: 8.2 askep AIHA

46

dan sedikit mual 5. Kolborasi dalam pemberian

obat penurun panas

5. Pemberian obat guna

mempercepat kesembuhan

klien

2.

Tanggal 16 Juli 2012

Jam 09.00

Ketidakseimbangan nutrisi :

kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

kelemahan fisik ditandai

dengan:

DS: - Pasien mengatakan

mual, nafsu makan

berkurang

- Pasien mengatakan

perutnya sakit

- Klien mengatakan

bibirnya terasa pahit

DO :- Pasien dipuasakan

- Nafsu makan

berkurang

Tanggal 16 Juli 2012

Jam 09.00

Setelah di lakukan

tindakan keperawatan

selama 3 x 24 jam

diharapkan kebutuhan

nutrisi klien dapat teratasi

ditandai dengan:

- Pasien tidak lemas

- KU baik

- Klien dapat

menghabisakan porsi

makan yang disediakan

- Pasien mengatakan

nafsu makan meningkat

- Klien mengalami

peningkatan BB

Tanggal 16 Juli 2012

Jam 09.00

1. Kaji riwayat nutrisi,

termasuk makan yang

disukai

2. Observasi dan catat

masukan makanan pasien

3. Observasi/catat kejadian

mual muntah , flatus dan

gejala lain yang

berhubungan

4. Berikan dan bantu hygiene

mulut klien , baik sebelum

dan sesudah makan.

5. Kolaborasi : berikan obat

sesuai indikasi

Tanggal 16 Juli 2012

Jam 09.00

1. Mengidetifikasi difisiensi,

memudahkan intervensi

2. Mengawasi masukan

kalori atau kualitas

kekurangan konsumsi

makanan

3. Gejala GI dapat

menunjukan efek anemia

(Hipoksia) pada organ.

4. Meningkatkan nafsu

makan dan pemasukan

oral

5. Kebutuhan pengganti

tergantung pada type

Page 47: 8.2 askep AIHA

47

Konjungtiva pucat anemia

3.

Tanggal 16 Juli 2012

Jam 09.00

Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan

Kelemahan fisik ditandai

dengan:

DS: Pasien mengatakan

mual, lemas, letih dan

mudah lelah saat

beraktivitas

DO :- TD : 140/90 mmHg

- RR : 22x/Menit

- N : 100x/Menit

Posisi berhati-hati, ADL

dibantu,

Tanggal 16 Juli 2012

Jam 09.00

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24

jam diharapkan pasien

dapat kembali beraktivitas

seperti biasa sendiri

dengan kriteria:

- Menunjukan kemajuan

beraktivitas mandiri

- RR : 12-21 X/Menit

- TD : 120/80X/Menit

Tanggal 16 Juli 2012

Jam 09.00

1. Kaji kemampuan ADL

klien dalam beraktivitas

2. Observasi TTV sebelum

dan sesudah melakukan

aktivitas

3. Berikan lingkungan yang

tenang, batasi pengunjung,

dan kurangi aktivitas yang

berlebih.

4. Tingkatkan aktivitas sesuai

kemampuan klien, dan

segera hentikan jika klien

lelah.

Tanggal 16 Juli 2012

Jam 09.00

1. Mengetahui sejauh mana

klien mampu terlibat

dalam perawatan diri

2. Manifestasi dari upaya

jantung dan paru untuk

membawa jumlah oksigen

yang adekuat ke jaringan

3. Meningkatkan waktu

istirahat klien untuk

menurunkan pemakaian

tenaga berlebih

4. Meningkatkan kemadirian

klien sesuai dengan

kemampuan

4. Defisit perawatan diri (mandi

dan eliminasi) berhubungan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24

1. Kaji tingkat kemandirian 1. Untuk mengetahui tingkat

kemandirian klien dalam

Page 48: 8.2 askep AIHA

48

dengan Kelemahan ditandai

dengan:

DS: - Pasien mengatakan

masi terasa lemas

- Pasien mengatakan

ingin dimandikan

perawat saja

DO :- Gerakan tangan masi

lemas, lambat

- Pasien pucat kulit

kering dan teraba

panas.

- Ketidakmampuan

membasuh tubuh

mandiri

jam diharapkan pasien

dapat merawat dirinya

sendiri dengan kriteria:

1. Terlibat dalam

pemenuhan kebutuhan

diri secar bertahap

2. Melakukan aktivitas

perawatan diri dalam

tingkat kemampuannya

3. Brpartisivasi dalam

merawat dirinya

sebatas kemampuan

klien dalam merawat diri

2. Bantu klien dalam

melakukan aktivitas sehari-

hari

3. Libatkan klien dalam

pemenuhan hygiene-nya

4. Kolaborasi dengan tis

medisdalam upaya

pemulihan kondisi klien

merawat diri

2. Mengurangi lelah karena

aktivitas berlebih

3. Membantu klien dalam

merawat diri secara

bertahap

4. Program terapi fisik yang

sesuai dengan klien.

Page 49: 8.2 askep AIHA

K. Catatan Perkembangan

Nama Pasien : Ib.Mr

Ruangan : J/1

No RM : 01022XXX

No Diagnosa Tanggal /

Waktu

Perkembangan Paraf

1. DX. I 16 Juli 2012

Jam

08.30

08.30

12.30

I. :

1. Mengkaji keadaan umum pasien : KU

baik, CM, terpasang infuse 20 Tpm

ditangan kanan

2. Mengukur tanda-tanda vital.

N : 100 X/Menit, R: 18x/menit, TD :

140/90 Mmhg. S : 38 ˚C

3. Memandikan klien 2x sehari.

4. Memberikan obat injeksi parenteral

a. Ceftazidim 1 gr 2x1

b. Tizos 1x1 mg

c. Adona 1x10 mg

E :

DS: - Pasien mengatakan demam

DO: - suhu badan klien 38 ˚C

2. DX. I 18 Juli 2012

Jam

14.30

15.00

16.20

S :

1. Klien mengatakan badannya tidak lagi

demam

2. Klien mengatakan mulutnya terasa

pahit

3. Klien mengatakan kepalanya sedikit

pusing jika mencoba duduk

O :- suhu badan klien 36,2 ˚C

-TD : 140/90 Mmhg.

-Kulit pasien tidak lagi kering

-Pasien minum 200cc /hari

A : - pasien tidak demam

Page 50: 8.2 askep AIHA

50

19.40

- Suhu turun menjadi 36,2˚C

P : - lanjutkan intervensi

I : -

E :- DS: pasien mengatakan merasa sehat

DO : suhu badan 36,2 ˚C

3. DX. I 19 Juli 2012

Jam

14.30

15.00

16.20

19.40

S :

1. Klien mengatakan sudah tidak dmam

2. Klien mengatakan sudah lebih

nyaman dari sebelumnya

O :- suhu badan klien 36,5 ˚C

-TD : 120/80 Mmhg.

-Kulit pasien terlihat lebih nyaman dan

bisa tidur nyenyak

A : - sakit kepala sudah tidak ada

P : - Hentikan intervensi

I : -

E :- DS: pasien mengatakan merasa lebih

sehat

- DO : suhu badan 36,5 ˚C

1. DX.II 16 Juli 2012

Jam

08.30

08.30

12.30

I. :

1. Mengkaji keadaan umum pasien

2. Memberikan diet sesuai program dokter

3. Memberikan obat sesuai program

a. Ozid 1x1 secara IV

b. Plagyl 1x6 mg sesudah makan (oral)

E :

DS: - Pasien mengatakan dipuasakan

DO: - pasien terbaring lemas, terpasang

infus Rl 20 Tpm ditangan kanan

- Mukosa bibir kering

Page 51: 8.2 askep AIHA

51

2. DX.II 18 juli 2012

Jam

14.30

15.00

16.20

19.40

S : - Pasien mengatakan bibirnya pahit

- Pasien mengatakan tidak nafsu makan

O : - Mengukur TTV :

N : 84 X/Menit,

R: 20x/menit,

TD : 120/80 Mmhg.

S : 36 ˚C

-Klien minum 100 cc/hari

A : - nutrisi belum terpenuhi

P : - lanjutkan intervensi

I : - memberikan diet sesuai program dokter

- Basahi bibir klien

- Bantu oral hygiene klien

- Memberikan obat :

Plagyl 1x6 (oral)

Dycinone 125 mg (IV)

Adona 1x10 mg (IV)

E : DS : Pasien mengatakan tidak haus..

DO : Mukosa bibir masih kering

3. DX II 19 juli 2012

Jam

14.30

15.00

16.20

S : - Pasien mengatakan mulai nafsu makan

- Pasien mengatakan merasa lebih baik

dari sebelumnya

O : - Klien minum 200ml susu

-Makan habis 5 sendok puding

-Klien minum 200 cc/hari

-BC : 100cc

A : - nutrisi belum terpenuhi

P : - lanjutkan intervensi

- Mengkaji pola makan klien

- Observasi mual muntah

- Jaga kebersihan mulut klien

Page 52: 8.2 askep AIHA

52

19.40

I : - mengobservasi KU

- Memberikan diet sesuai program dokter

- Memberikan obat :

Ceftazidin 2x1

Tizos 1x1

E : DS : Pasien mengatakan sudah tidak haus..

DO : Mukosa bibir sudah tidak kering

Mulut bersih

4. DX. II 20 juli 2012

Jam

07.30

09.00

11.20

13.40

S : - Pasien mengatakan nafsu makan baik

- Pasien mengatakan tidak mual lagi

O : - Klien minum 200 ml susu

-Makan habis 2 sendok makan dan

sepotong pepaya

-Urin 200 cc/hari

- Infuse lancar

A : - masalah terpenuhi

P : - lepas infuse jam 09. 30

- Intervensi stop

I : -

E : DS : Pasien mengatakan merasa sehat

DO : BC : 450 cc

1. DX III 16 juli 2012

Jam

08.30

09.30

I. :

1. Memberikan posisi yang nyaman bagi

pasien

2. Mengajarkan ROM pasif pada pasien

3. Membantu memenuhi kebutuhan klien

E :

DS:-Pasien mengatakan belum kuat

beraktivitas

DO: - pasien terbaring lemas, terpsang

Page 53: 8.2 askep AIHA

53

13.30

infus Rl 20 Tpm ditangan kanan

- Pasien mengatakan pusing saat

duduk

- TTV klien :

N : 84 X/Menit,

R : 20 x/menit,

TD : 110/70 Mmhg.

S : 36 ˚C

2. DX.III 18 juli 2012

Jam

14.30

15.00

16.20

19.40

S : - Pasien mengatakan ingin cepat sembuh

O : - Klien terlihat masi lemas

-Klien mulai mempraktekan ROM aktif

A : - masalah belum teratasi

P : - lanjutkan intervensi

I : - suport klien dalam melakukan aktivitas

mandiri

- Bantu klien memenuhi kebutuhannya

Bantu kebutuhan mandi klien

E :DS : Pasien mengatakan sudah bisa makan

sendiri

DO : - klien mulai makan sendiri

- Porsi habis 4 sendok makan +

sepotong pepaya

3. DX III 19 juli 2012

Jam

14.30

15.00

16.20

S : - Pasien mengatakan bisa makan sendiri

O : - porsi habis seperempat dari yang

disediakan

-Klien bersemangat memenuhi

kebutuhannya secara mandiri

A : - masalah teratasi

P : - Stop intervensi

I : -

E :DS : Pasien mengatakan tidak sabar ingin

Page 54: 8.2 askep AIHA

54

19.40 pulang

DO : - klien sudah beraktivitas mandiri

1. DX. IV 16 Juli 2012

Jam

08.30

09.30

13.30

I. :

1. Bantu kebutuhan mandi pasien

2. Libatkan klien dalam pemenuhan

kebutuhannya

3. Libatkan keluarga dalam merawat klien

E :

DS:-Pasien mengatakan ingin dimandikan

perawat

DO: - pasien terbaring lemas,belum bisa

mandi sendiri

2. DX. IV 18 juli 2012

Jam

14.30

15.00

16.20

19.40

S : - Pasien mengatakan ingin dimandikan

anaknya saja

O : - Klien mulai mencoba memenuhi

kebutuhan dirinya dibantu sang anak

-Ost mandi, klien tampak segar

A : - masalah kebutuhan mandi belum teratasi

P : - lanjutkan intervensi

I : - Bantu kebutuhan mandi klien

- Libatkan klien dalam pemenuhan

kebutuhannya

- Libatkan keluarga dalam merawat klien

E :DS : klien mengucapkan terimakasih pada

perawat

DO : - klien masi belum bisa memenuhi

kebutuhan mandinya

3. DX. IV 19 juli 2012

Jam

14.30

S : - Pasien mengatakan ingin dimandikan

anaknya

O : - Klien mulai mencoba memenuhi

Page 55: 8.2 askep AIHA

55

15.00

19.40

kebutuhan secara mandiri

-Ost mandi, klien tampak segar

A : - masalah kebutuhan mandi teratasi

P : - intervensi stop

I : -

E :DS : klien mengatakan sudah bisa mandiri

DO : - klien terlihat bersemangat memenuhi

kebutuhan dirinya

Page 56: 8.2 askep AIHA

BAB III

PEMBAHASAN

Dari hasil Asuhan Keperawatan pada Ny. M di Ruang J kamar 1 antara teori dan praktek

tidak terlalu jauh berbeda. Pengkajian hingga evaluasi dari teori hampir semua sama dengan

praktek yang dilakukan dilapangan.

A. Pengkajian

Dari data yang dikumpulkan selama pengkajian yang diambil dari :

1. Pemeriksaan Fisik

2. Observasi

3. Wawancara

4. Study Rekam Medis

Pengkajian secara praktek pada kasus tidak jauh berbeda dengan pengkajian secara

teori, penulis menggunakan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada bagian-bagian

yang fokus saja, karena kondisi pasien yang masih lemah, perawat mengobservasi

keadaan pasien, wawancara dengan keluarga passien, namun terkadang pasien tidak

dapat memberikan informasi tentang apa yang dia rasakan dan dia alami, dan penulis

menggunakan rekam medis untuk mendapatkan data-data untuk melengkapi

kelengkapan pengkajian.

B. Diagnosa Keperawatan

Dari hasil Asuhan keperawatan selama 4 hari di Ruang J tentang “ASUHAN

KEPERAWATAN KLIEN PADA Ny. M DENGAN KASUS AIHA DI RUANG J RS

Bethesda Yogyakarta “ yaitu :

1. Hypertermi berhubungan dengan Penyakit (AIHA)

2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kelemahan fisik

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan fisik

4. Defisit perawatan diri (mandi dan eliminasi) berhubungan dengan Kelemahan

Page 57: 8.2 askep AIHA

57

Dari 4 Diagnosa tersebut diambil ke Empat diagnosa sebagai prioritas yang muncul

dari data subjectif dan data obyektif pasien dan dijadikan sebagai diagnosa keperawatan

pada kasus pasien Fraktur.

1. Hypertermi berhubungan dengan Penyakit (AIHA)

2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kelemahan fisik

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan fisik

4. Defisit perawatan diri (mandi dan eliminasi) berhubungan dengan Kelemahan

C. Rencana Tindakan

Perencanaan keperawatan merupakan kegiatan keperawatan yang ditulis oleh perawat

dari keempat diagnosa. Adapun tahapan dalam menentukan rencana tindakan yaitu

terdiri dari ONEC ( observasi, nursing, edukasi, dan kolaborasi ), setiap tindakan

mengacu pada perencanaan sehingga diharapkan setiap masalah dapat diatassi sesuai

dengan harapan. Pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan 4 hari pada tanggal

16 - 20 juli 2012. Dalam memenuhi kebutuhan pasien ini tidak terlepas dari semua data

yang didapatkan pada saat pengkajian yang telah dilakukan, serta rumusan diagnosa

yang telah disusun sehingga dapat memberikan acuan terhadap pemenuhan asuhan

keperawatan pada pasien, serta dapat mempercepat poses kesemuhan penyakit pasien.

D. Evaluasi

Evaluasi keperawatan yang dilakukan meliputi evaluasi proses, yang dilakukan dengan

mengumpulkan data perkembangan pasien dan perubahan kondisi pasien, juga

membandingkan keadaan sebelum dan sesudah dillakukan tindakan keperawatan

dengan menggunakan kriteria evaluasi, pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam

rencana keperawatan. Pada evaluasi proses semua diagnosa keperawatan yang sudah

ditetapkan sudah teratasi. Dokumentasi keperawatan pada kasus ini dilakukan setelah

beberapa tindakan karena keadaan yang tidak memungkinkan untuk

mendokumentasikan setelah selesai melakukan tindakan keperawatan, karena banyak

intervensi yang harus diberikan segera diberikan pada pasien tepat pada waktunya.

Adapun faktor penunjang dalam memberikan asuhan keperawatan.

1. Respon dan kerjasama yang baik dari pasien dan keluarga pasien.

2. Saran yang menunjang dalam melaksanakan intervensi yang ada.

Page 58: 8.2 askep AIHA

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulis dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari : pengkajian, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi. Penulis mendapati klien kelolaan dengan diagnosa medis

Frktur Femus Sinistra. Dari pengkajian yang dilakukan, kemudian penulis merumuskan

diagnosa keperawatan, intervensi, perencanaan, dan evaluasi.

B. Saran

Berdasarkan hasil praktek, maka ada beberapa saran yang sekiranya dapat digunakan

dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien.

1. Bagi pasien

Penanganan yang segera diperlukan untuk meminimalkan komplikasi yang terjadi

pada pasien.

2. Untuk Ruang J

a. Menindaklanjuti rencana keperawatan yang belum teratasi dengan baik.

b. Lebih sering mengadakan komunikasi dengan pasien atau keluarga pasien

untuk membantu kesembuhan passien.

3. Untuk STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta

Tetap mempertahankan RS Bethesda terutama Ruang J sebagai lahan praktik

klinik dan menambah lahan praktik klinik atau ruang lainnya yang berada pada

RS Bethesda agar mahasiswa dapat mengenal berbagai macam penyakit dan

menerapkan proses asuhan keperawatan yang sesuai, agar mahasiswa praktikan

dapat lebih mengenal mengenai dunia keperawatan dan lebih pedui dengan

sesama terlebih pada pasien.

Page 59: 8.2 askep AIHA

59

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo W. Aru, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Ed 5. Jakarta: Pusat

Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2009.

p.1152-1159, 1379-1389.

2. Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. EGC. Jakarta

3. Mansjoer Arif, et al. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Ed 3. Jakarta: Media

Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2001. p. 550-552

4. Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC

5. Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta :

EGC

6. Handayani Wiwik dan Andi Sulistyo. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika