80911328-kolesistitis

40
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang dilimpahkanNya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Cholecystitis dan aspek radiologisnya. ”Tak ada gading yang tak retak”, begitu pula penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan hati terbuka penulis menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan makalah ini. Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Herman W.H, Sp. Rad, yang telah banyak memberikan ilmu dan bimbingannya selama siklus kepaniteraan radiologi di Rumah Sakit Royal Taruma periode 28 November – 31 Desember 2011. Dalam menyusun makalah ini penulis menggunakan dasar bahan-bahan kuliah dari dosen pengajar di Universitas Tarumanagara, juga menyertakan wacana- wacana yang berkaitan dengan Cholecystitis dan aspek radiologisnya juga gambar-gambar yang diambil dari situs internet. 1

Upload: anty-fft

Post on 28-Oct-2015

12 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang

dilimpahkanNya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah

yang berjudul Cholecystitis dan aspek radiologisnya.

”Tak ada gading yang tak retak”, begitu pula penulis menyadari bahwa

tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena

itu, dengan hati terbuka penulis menerima segala kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan penulisan makalah ini.

Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada dr. Herman W.H, Sp. Rad, yang telah banyak memberikan ilmu

dan bimbingannya selama siklus kepaniteraan radiologi di Rumah Sakit Royal

Taruma periode 28 November – 31 Desember 2011.

Dalam menyusun makalah ini penulis menggunakan dasar bahan-bahan

kuliah dari dosen pengajar di Universitas Tarumanagara, juga menyertakan

wacana-wacana yang berkaitan dengan Cholecystitis dan aspek radiologisnya juga

gambar-gambar yang diambil dari situs internet.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga makalah

ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.

Jakarta, 15 Desember 2011

Penulis

Rorica Tixson (406101017)

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 1

DAFTAR ISI ................................................................................................................ 2

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3

ANATOMI dan FISIOLOGI KANDUNG EMPEDU ................................................. 5

1. Anatomi ........................................................................................................... 5

2. Fisiologi .......................................................................................................... 7

3. Pengosongan kandung empedu ...................................................................... 8

4. Komposisi Cairan Empedu ............................................................................. 9

CHOLECYSTITIS ...................................................................................................... 10

1. Kolesistitis Akut ............................................................................................. 10

A. Pengertian .......................................................................................... 10

B. Etiologi dan Patogenesis .................................................................... 10

C. Gejala Klinis ...................................................................................... 10

D. Pemeriksaan Fisik .............................................................................. 11

E. Laboratorium ..................................................................................... 11

F. Radiologi ........................................................................................... 11

G. Diagnosis .......................................................................................... 12

H. Penatalaksanaan ................................................................................ 12

I. Prognosis ........................................................................................... 13

2. Kolesistitis Kronik ......................................................................................... 14

A. Pengertian ......................................................................................... 14

B. Etiologi ............................................................................................ 14

C. Gejala Klinis .................................................................................... 14

D. Radiologi ......................................................................................... 15

E. Diagnosis ......................................................................................... 15

F. Penatalaksanaan .............................................................................. 15

G. Pencegahan ...................................................................................... 16

RESUME ................................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 19

LAMPIRAN ............................................................................................................ 20

PENDAHULUAN2

Kolesistitis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu,

biasanya berhubungan dengan batu kandung empedu yang tersangkut pada duktus

sistikus dan menyebabkan distensi kandung empedu. Kasus kolesistitis ditemukan

pada sekitar 10% populasi, sekitar 90% kasus berkaitan dengan batu empedu,

sedangkan 10% sisanya tidak. Kasus minoritas yang disebut juga dengan istilah

acalculous cholecystitis ini, biasanya berkaitan dengan pasca bedah umum, cedera

berat, sepsis (infeksi berat), puasa berkepanjangan, dan beberapa infeksi pada

penderita AIDS. Individu yang berisiko terkena kolesistitis antara lain adalah jenis

kelamin wanita, umur tua, obesitas, obat-obatan, kehamilan, dan suku bangsa

tertentu. Untuk memudah kan mengingat faktor-faktor risiko terkena kolesistitis,

digunakan 4F dalam bahasa inggris (female, forty, fat, and fertile). Selain itu

kelompak penderita batu empedu tentu salah lebih berisiko mengalami kolesistitis

daripada yang tidak memiliki batu empedu.

Kolelitiasis adalah terdapatnya batu dalam kandung empedu. Kedua

penyakit di atas dapat terjadi sendiri saja, tetapi sering dijumpai bersamaan karena

keduanya saling berkaitan. Sekitar 95% penderita peradangan kandung empedu

akut, memiliki batu empedu. Kadang suatu infeksi bakteri menyebabkan terjadinya

peradangan.

Bagaimanakah batu empedu dapat menimbulkan kolesistitis? Batu empedu

yang menyumbat saluran empedu akan membuat kandung empedu meregang,

sehingga aliran darah dan getah bening akan berubah, terjadilah kekurangan

oksigen dan kematian jaringan empedu. Sedangkan pada kasus tanpa batu empedu,

kolesistitis lebih disebabkan oleh faktor keracunan empedu (endotoksin) yang

membuat garam empedu tidak dapat dikeluarkan dari kandung empedu.

Insiden kolelitiasis atau batu kandung empedu di Amerika Serikat

diperkirakan 20 juta orang yaitu 5 juta pria dan 15 juta wanita. Pada pemeriksaan

autopsi di Amerika, batu kandung empedu ditemukan pada 20 % wanita dan 8 %

pria. Angka kejadian di Indonesia diduga tidak berbeda jauh dengan angka di

negara lain.

3

Tiap tahun 500.000 kasus baru dari batu empedu ditemukan di Amerika

Serikat. Kasus tersebut sebagian besar didapatkan di atas usia pubertas, sedangkan

pada anak-anak jarang. Orang gemuk ternyata mempunyai resiko tiga kali lipat

untuk menderita batu empedu. Avni Sali membuktikan bahwa diet tidak

berpengaruh terhadap pembentukan batu, tetapi secara tidak langsung

mempengaruhi jenis batu yang terbentuk. Hal ini disokong oleh peneliti dari

Jepang yang menemukan bukti bahwa orang dengan diet berat biasanya menderita

batu jenis kolesterol, sedangkan yang dietnya tetap biasanya menderita batu jenis

pigmen. Faktor keluarga juga berperan dimana bila keluarga menderita batu

empedu kemungkinan untuk menderita penyakit tersebut dua kali lipat dari orang

normal.

Batu kandung empedu biasanya baru menimbulkan gejala dan keluhan bila

batu menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus. Oleh karena itu, gambaran

klinis penderita batu kandung empedu bervariasi dari yang berat atau jelas sampai

yang ringan atau samar bahkan seringkali tanpa gejala (silent stone).

Banyak penderita batu kandung empedu tanpa gejala dan ditemukan secara

kebetulan pada waktu dilakukan foto polos abdomen, USG, atau saat operasi untuk

tujuan yang lain.

Dengan perkembangan peralatan dan teknik diagnosis yang baru USG

maka banyak penderita batu kandung empedu yang ditemukan secara dini sehingga

dapat dicegah kemungkinan terjadinya komplikasi. Semakin canggihnya peralatan

dan semakin invasifnya tindakan pengobatan sangat mengurangi morbiditas dan

moralitas.

Diagnosis kolesistitis atau kolelitiasis didasarkan dari hasil kolesistografi

atau ultrasonografi menunjukkan adanya batu atau malfungsi kandung empedu.

Pemeriksaan USG bisa membantu memperkuat adanya batu empedu dalam

kandung empedu dan bisa menunjukkan penebalan pada dinding kandung empedu.

Diagnosis yang paling akurat diperoleh dari pemeriksaan skintigrafi hepatobilier,

yang memberikan gambaran dari hati, saluran empedu, kandung empedu, dan

bagian atas usus halus.

4

ANATOMI dan FISIOLOGI KANDUNG EMPEDU

1. Anatomi

Kandung empedu (vesica fellea) adalah kantong berbentuk buah pear yang

terletak pada permukaan visceral hepar. Vesica fellea dibagi menjadi fundus,

corpus, dan collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol di bawah

pinggir inferior hepar, dimana fundus berhubungan dengan dinding anterior

abdomen setinggi ujung rawan costa IX kanan. Corpus merupakan bagian terbesar

dari kandung empedu. Corpus bersentuhan dengan permukaan visceral hati dan

arahnya ke atas, belakang, dan kiri. Collum adalah bagian yang sempit dari

kandung empedu. Collum dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan dalam

omentum minus untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis

membentuk duktus koledokus. Peritoneum mengelilingi fundus vesica fellea

dengan sempurna menghubungkan corpus dan collum dengan permukaan visceral

hati.

Pembuluh arteri kandung empedu adalah A. cystica, cabang A. hepatica

kanan. V. cystica mengalirkan darah langsung ke dalam vena porta. Sejumlah arteri

yang sangat kecil dan vena – vena juga berjalan antara hati dan kandung empedu.

Pembuluh limfe berjalan menuju ke nodi lymphatici cysticae yang terletak

dekat collum vesica fellea. Dari sini, pembuluh limfe berjalan melalui nodi

lymphatici hepaticum sepanjang perjalanan A. hepatica menuju ke nodi lymphatici

coeliacus. Saraf yang menuju ke kandung empedu berasal dari plexus coeliacus.

Variasi anatomik misalnya double folded atau double twisted sangat sering

ditemukan, juga kandung empedu yang besar, non obstruktif, sering dijumpai pada

penderita alkoholisme atau diabetes melitus.

5

2. Fisiologi

Vesica fellea berperan sebagai reservoir empedu dengan kapasitas sekitar

50 ml. Vesica fellea mempunyai kemampuan memekatkan empedu. Dan untuk

membantu proses ini, mukosanya mempunyai lipatan – lipatan permanen yang satu

sama lain saling berhubungan. Sehingga permukaanya tampak seperti sarang

tawon. Sel - sel thorak yang membatasinya juga mempunyai banyak mikrovilli.

Empedu dibentuk oleh sel-sel hati yang ditampung di dalam kanalikuli.

Kemudian disalurkan ke duktus biliaris terminalis yang terletak di dalam septum

interlobaris. Saluran ini kemudian keluar dari hati sebagai duktus hepatikus kanan

dan kiri. Kemudian keduanya membentuk duktus biliaris komunis. Pada saluran ini

sebelum mencapai duodenum terdapat cabang ke kandung empedu yaitu duktus

sistikus yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan empedu sebelum disalurkan

ke duodenum.

Fungsi primer dari kandung empedu adalah memekatkan empedu dengan

absorpsi air dan natrium. Kandung empedu mampu memekatkan zat terlarut yang

kedap, yang terkandung dalam empedu hepatik 5-10 kali dan mengurangi

volumenya 80-90%.

Menurut Guyton & Hall, 1997 empedu melakukan dua fungsi penting yaitu:

Empedu memainkan peranan penting dalam pencernaan dan absorpsi

lemak, karena asam empedu melakukan dua hal antara lain: asam empedu

membantu mengemulsikan partikel-partikel lemak yang besar menjadi

partikel yang lebih kecil dengan bantuan enzim lipase yang disekresikan

dalam getah pankreas. Asam empedu membantu transpor dan absorpsi

produk akhir lemak yang dicerna menuju dan melalui membran mukosa

intestinal.

6

Empedu bekerja sebagai suatu alat untuk mengeluarkan beberapa produk

buangan yang penting dari darah, antara lain bilirubin, suatu produk akhir

dari penghancuran hemoglobin, dan kelebihan kolesterol yang di bentuk

oleh sel- sel hati.

3. Pengosongan kandung empedu

Empedu dialirkan sebagai akibat kontraksi dan pengosongan parsial

kandung empedu. Mekanisme ini diawali dengan masuknya makanan berlemak ke

dalam duodenum. Lemak menyebabkan pengeluaran hormon kolesistokinin dari

mukosa duodenum, hormon kemudian masuk ke dalam darah, menyebabkan

kandung empedu berkontraksi. Pada saat yang sama, otot polos yang terletak pada

ujung distal duktus coledokus dan ampula relaksasi, sehingga memungkinkan

masuknya empedu yang kental ke dalam duodenum. Garam – garam empedu

dalam cairan empedu penting untuk emulsifikasi lemak dalam usus halus dan

membantu pencernaan dan absorbsi lemak.

Proses koordinasi kedua aktifitas ini disebabkan oleh dua hal yaitu :

- Hormonal : Zat lemak yang terdapat pada makanan setelah sampai

duodenum akan merangsang mukosa sehingga hormon Cholecystokinin

akan terlepas. Hormon ini yang paling besar peranannya dalam kontraksi

kandung empedu.

- Neurogen :

Stimulasi vagal yang berhubungan dengan fase Cephalik dari sekresi cairan

lambung atau dengan refleks intestino-intestinal akan menyebabkan

kontraksi dari kandung empedu.

7

Rangsangan langsung dari makanan yang masuk sampai ke duodenum dan

mengenai Sphincter Oddi. Sehingga pada keadaan dimana kandung empedu

lumpuh, cairan empedu akan tetap keluar walaupun sedikit.

Pengosongan empedu yang lambat akibat gangguan hormonal maupun

neurologis memegang peran penting dalam perkembangan inti batu.

4. Komposisi Cairan Empedu

Komponen Dari Hati Dari Kandung Empedu

Air 97,5 gm % 95 gm %

Garam Empedu 1,1 gm % 6 gm %

Bilirubin 0,04 gm % 0,3 gm %

Kolesterol 0,1 gm % 0,3 – 0,9 gm %

Asam Lemak 0,12 gm % 0,3 – 1,2 gm %

Lecithin 0,04 gm % 0,3 gm %

Elektrolit - -

Garam Empedu

Asam empedu berasal dari kolesterol. Asam empedu dari hati ada dua

macam yaitu : Asam Deoxycholat dan Asam Cholat.

Fungsi garam empedu adalah :

8

- Menurunkan tegangan permukaan dari partikel lemak yang terdapat dalam

makanan, sehingga partikel lemak yang besar dapat dipecah menjadi

partikel-partikel kecil untuk dapat dicerna lebih lanjut.

- Membantu absorbsi asam lemak, monoglycerid, kolesterol, dan vitamin

yang larut dalam lemak.

Garam empedu yang masuk ke dalam lumen usus oleh kerja kuman-kuman

usus diubah menjadi deoxycholat dan lithocholat. Sebagian besar (90 %) garam

empedu dalam lumen usus akan diabsorbsi kembali oleh mukosa usus sedangkan

sisanya akan dikeluarkan bersama feses dalam bentuk lithocholat. Absorbsi garam

empedu tersebut terjadi di segmen distal dari ilium. Sehingga bila ada gangguan

pada daerah tersebut misalnya oleh karena radang atau reseksi maka absorbsi

garam empedu akan terganggu.

9

CHOLECYSTITIS

1. Kolesistitis Akut

A. Pengertian

Radang kandung empedu (Kolesistitis akut) adalah reaksi inflamasi akut

dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan,

dan demam.

B. Etiologi dan Patogenesis

Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut adalah

statis cairan empedu, infeksi kuman, dan iskemia dinding kandung empedu.

Penyebab utama kolesistitis akut adalah batu kandung empedu (90%) yang terletak

di duktus sistikus yang menyebabkan statis cairan empedu, sedangkan sebagian

kecil kasus timbul tanpa adanya batu empedu (kolesistitis akut akalkulus).

Bagaimana statis di duktus sistikus dapat menyebabkan kolesistitis akut, masih

belum jelas. Diperkirakan banyak faktor yang berpengaruh, seperti kepekatan

cairan empedu, kolesterol, lisolesitin, dan prostaglandin yang merusak lapisan

mukosa dinding kandung empedu diikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi.

Kolesistitis akut akalkulus dapat timbul pada pasien yang dirawat cukup

lama dan mendapat nutrisi secara parenteral, pada sumbatan karena keganasan

kandung empedu, batu di saluran empedu, atau merupakan salah satu komplikasi

penyakit lain seperti demam tifoid dan diabetes melitus.

C. Gejala Klinis

10

Keluhan yang agak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik perut

di sebelah kanan atas epigastrium dan nyeri tekan serta kenaikan suhu tubuh.

Kadang-kadang rasa sakit menjalar ke pundak atau skapula kanan dan dapat

berlangsung sampai 60 menit tanpa reda. Berat ringannya keluhan sangat bervariasi

tergantung dari adanya kelainan inflamasi ringan sampai dengan gangren atau

perforasi kandung empedu. Penderita kadang mengalami demam, mual, dan

muntah, Pada orang lanjut usia, demam sering kali tidak begitu nyata dan nyeri

lebih terlokalisasi hanya pada perut kanan atas.

D. Pemeriksaan Fisik

Teraba masa kandung empedu, nyeri tekan disertai tanda-tanda peritonitis

lokal (tanda Murphy).

E. Laboratorium

Ikterus dijumpai pada 20% kasus, umumnya derajat ringan (bilirubin <4,0

mg/dl). Apabila konsentrasi bilirubin tinggi, perlu dipikirkan adanya batu

di saluran empedu ekstrahepatik.

Leukositosis

Peningkatan enzim-enzim hati (SGOT, SGPT, alkali fosfatase, dan

bilirubin)

Peninggian transaminase dan fosfatase alkali

F. Radiologi

Foto polos abdomen tidak dapat memperlihatkan gambaran kolesistitis

akut. Hanya pada 15% pasien kemungkinan dapat terlihat batu tidak

tembus pandang (radioopak) oleh karena mengandung kalsium cukup

banyak.

Kolesistografi oral tidak dapat memperlihatkan gambaran kandung empedu

bila ada obstruksi sehingga pemeriksaan ini tidak bermanfaat untuk

kolesistitis akut.

11

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sebaiknya dikerjakan secara rutin dan

sangat bermanfaat untuk memperlihatkan besar, bentuk, penebalan dinding

kandung empedu, batu dan saluran empedu ekstrahepatik. Nilai kepekaan

dan ketepatan USG mencapai 90-95%.

Skintigrafi saluran empedu mempergunakan zat radioaktif HIDA atau

99nTc6 Iminodiacetic acid mempunyai nilai sedikit lebih rendah dari USG

tapi teknik ini tidak mudah. Terlihatnya gambaran duktus koledokus tanpa

adanya gambaran kandung empedu pada pemeriksaan kolesistografi oral

atau scintigrafi sangat menyokong kolesistitis akut.

CT Scan abdomen kurang sensitif dan mahal tapi mampu memperlihatkan

adanya abses perikolesistik yang masih kecil yang mungkin tidak terlihat

pada pemeriksaan USG.

Kolangiografi transhepatik perkutaneous: Pembedahan gambaran dengan

fluoroskopi antara penyakit kandung empedu dan kanker pankreas (bila

ikterik ada).

MRI

G. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil dari pemeriksaan

tertentu.

Pemeriksaan USG bisa membantu memperkuat adanya batu empedu dalam

kandung empedu dan bisa menunjukkan penebalan pada dinding kandung empedu,

dan cairan peradangan disekitar empedu. ERCP (endoscopic retrograd

cholangiopancreatography) juga dapat dilakukan untuk melihat anatomi saluran

empedu, sekaligus untuk mengangkat batu apabila memungkinkan.

Diagnosis yang paling akurat diperoleh dari pemeriksaan skintigrafi

hepatobilier, yang memberikan gambaran dari hati, saluran empedu, kandung

empedu dan bagian atas usus halus.

H. Penatalaksanaan

12

Penderita dengan kolesistitis akut pada umumnya dirawat di rumah sakit,

diberikan cairan dan elektrolit intravena dan tidak diperbolehkan makan maupun

minum. Mungkin akan dipasang pipa nasogastrik untuk menjaga agar lambung

tetap kosong sehingga mengurangi rangsangan terhadap kandung empedu.

Antibiotik diberikan sesegera mungkin jika dicurigai kolesistitis akut.

Jika diagnosis sudah pasti dan resikonya kecil, biasanya dilakukan

pembedahan untuk mengangkat kandung empedu pada hari pertama atau kedua.

Jika penderita memiliki penyakit lainnya yang meningkatkan resiko pembedahan,

operasi ditunda dan dilakukan pengobatan terhadap penyakitnya. Jika serangannya

mereda, kandung empedu bisa diangkat 6 minggu kemudian atau lebih. Jika

terdapat komplikasi (misalnya abses, gangren atau perforasi kandung empedu),

diperlukan pembedahan segera.

Sebagian kecil penderita akan merasakan episode nyeri yang baru atau

berulang, yang menyerupai serangan kandung empedu, meskipun sudah tidak

memiliki kandung empedu.

Penyebab terjadinya episode ini tidak diketahui, tetapi mungkin merupakan akibat

dari fungsi sfingter Oddi yang abnormal. Sfingter Oddi adalah lubang yang

mengatur pengaliran empedu ke dalam usus halus. Rasa nyeri ini mungkin terjadi

akibat peningkatan tekanan di dalam saluran yang disebabkan oleh penahanan

aliran empedu atau sekresi pankreas.

Untuk melebarkan sfingter Oddi bisa digunakan endoskopi. Hal ini

biasanya akan mengurangi gejala pada penderita yang memiliki kelainan sfingter,

tetapi tidak akan membantu penderita yang hanya memiliki nyeri tanpa disertai

kelainan pada sfingter.

I. Prognosis

Penyembuhan spontan didapatkan 85% kasus, sekalipun kandung empedu

menjadi tebal, fibrotik, penuh dengan batu dan tidak berfungsi lagi. Tidak jarang

13

menjadi kolesistitis rekuren. Kadang-kadang kolesistitis akut berkembang secara

cepat menjadi gangren, empiema dan perforasi kandung empedu, fistel, abses hati

atau peritonitis umum. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian antibiotik yang

adekuat pada awal serangan. Tindakan bedah akut pada pasien tua (>75th)

mempunyai prognosis jelek di samping kemungkinan banyak timbul komplikasi

pasca bedah.

2. Kolesistitis Kronik

Kolesistitis kronik lebih sering dijumpai di klinis, dan sangat erat

hubungannya dengan litiasis dan lebih sering timbulnya perlahan-lahan.

A. Pengertian

Kolesistitis kronis adalah peradangan menahun dari dinding kandung

empedu, yang ditandai dengan serangan berulang dari nyeri perut yang tajam dan

hebat.

B. Etiologi

Kolesistitis kronis terjadi akibat serangan berulang dari kolesistitis akut,

yang menyebabkan terjadinya penebalan dinding kandung empedu dan penciutan

kandung empedu. Pada akhirnya kandung empedu tidak mampu menampung

empedu.

Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dan angka kejadiannya

meningkat pada usia diatas 40 tahun. Faktor resiko terjadinya kolesistitis kronis

adalah adanya riwayat kolesistitis akut sebelumnya.

C. Gejala Klinis

Timbulnya gejala bisa dipicu oleh makan makanan berlemak. Gejalanya

sangat minimal dan tidak menonjol, seperti dispepsia, rasa penuh di epigastrium,

dan nausea khususnya setelah makan makanan berlemak tinggi, yang kadang-

kadang hilang setelah bersendawa.

14

D. Radiologi

Kolesistografi oral, ultrasonografi, dan kolangiografi dapat memperlihatkan

kolelitiasis dan afungsi kandung empedu. Pada USG, dinding menjadi

sangat tebal dan eko cairan lebih terlihat hiperekoik. Sering terdapat pada

kolesistitis kronik lanjut dimana kandung empedu sudah mengisut. Kadang-

kadang hanya eko batunya saja yang terlihat.

Endoscopic retrograde choledochopancreaticography (ERCP) sangat

bermanfaat untuk memperlihatkan adanya batu di kandung empedu dan

duktus koledokus.

Kolesistogram (untuk kolesistitis kronik): Menyatakan batu pada sistem

empedu.

CT Scan: Dapat menyatakan kista kandung empedu, dilatasi duktus

empedu, dan membedakan antara ikterik obstruksi /non obstruksi.

MRI

E. Diagnosis

Diagnosis kolesistitis kronik sering sulit ditegakkan. Riwayat penyakit batu

kandung empedu di keluarga, ikterus dan kolik berulang, nyeri lokal di daerah

kandung empedu disertai tanda Murphy positif dapat menyokong menegakkan

diagnosis.

F. Penatalaksanaan

Pengobatan yang biasa dilakukan adalah pembedahan. Kolesistektomi bisa

dilakukan melalui pembedahan perut maupun melalui laparoskopi. Penderita yang

15

memiliki resiko pembedahan tinggi karena keadaan medis lainnya, dianjurkan

untuk menjalani diet rendah lemak dan menurunkan berat badan. Bisa diberikan

antasid dan obat-obat antikolinergik.

G. Pencegahan

Seseorang yang pernah mengalami serangan kolesistitis akut dan kandung

empedunya belum diangkat, sebaiknya mengurangi asupan lemak dan menurunkan

berat badannya.

16

RESUME

Radang kandung empedu (Kolesistitis akut) adalah reaksi inflamasi akut

dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan,

dan demam. Kolesistitis kronik lebih sering dijumpai di klinis, dan sangat erat

hubungannya dengan litiasis dan lebih serinng timbulnya perlahan-lahan. Batu

empedu adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu yang disebut

kolelitiasis. Sebagian besar batu empedu dalam jangka waktu yang lama tidak

menimbulkan gejala, terutama bila batu menetap di kantong empedu.Yang lebih

sering terjadi adalah batu empedu keluar dari kandung empedu dan masuk ke

dalam saluran empedu.

Jika batu empedu secara tiba-tiba menyumbat saluran empedu, maka

penderita akan merasakan nyeri. Nyeri cenderung hilang-timbul dan dikenal

sebagai nyeri kolik. Nyeri timbul secara perlahan dan mencapai puncaknya,

kemudian berkurang secara bertahap. Nyeri bersifat tajam dan hilang-timbul, bisa

berlangsung sampai beberapa jam. Lokasi nyeri berlainan, tetapi paling banyak

dirasakan di perut atas sebelah kanan dan bisa menjalar ke bahu kanan. Penderita

seringkali merasakan mual dan muntah.

Pemeriksaan radiologis merupakan cara pemeriksaan sekaligus cara

evaluasi, yang memegang peranan penting di samping pemeriksaan laboratorium,

dan pemeriksaan klinis lainnya.

Pemeriksaan radiologis yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:

Foto polos abdomen

Ultrasonografi (USG)

Kolesistografi oral

Skintigrafi saluran empedu

17

CT Scan abdomen

Kolangiografi transhepatik perkutaneous

Endoscopic retrograde choledochopancreaticography (ERCP)

Kolesistogram (untuk kolesistitis kronik)

Magnetic Resonance Cholangiopancreatography (MRCP)

Tomografi Komputer

MRI

Penderita dengan kolesistitis akut pada umumnya dirawat di rumah sakit,

diberikan cairan dan elektrolit intravena dan tidak diperbolehkan makan maupun

minum. Mungkin akan dipasang pipa nasogastrik untuk menjaga agar lambung

tetap kosong sehingga mengurangi rangsangan terhadap kandung empedu.

Antibiotik diberikan sesegera mungkin jika dicurigai kolesistitis akut.

Jika diagnosis sudah pasti dan resikonya kecil, biasanya dilakukan

pembedahan untuk mengangkat kandung empedu pada hari pertama atau kedua.

Jika penderita memiliki penyakit lainnya yang meningkatkan resiko pembedahan,

operasi ditunda dan dilakukan pengobatan terhadap penyakitnya. Jika serangannya

mereda, kandung empedu bisa diangkat 6 minggu kemudian atau lebih. Jika

terdapat komplikasi (misalnya abses, gangren atau perforasi kandung empedu),

diperlukan pembedahan segera.

Penderita dengan kolesistitis kronik pada umumnya dilakukan

kolesistektomi. Sedangkan pada penderita dengan kolelitiasis dilakukan

kolesistektomi, terapi disolusi, Extracorporeal Shock Wave Lithotripsi (ESWL),

ERCP untuk kalkulus duktus bilier komunis, empiema dapat didrainase secara

perkutan di bawah pemantauan ultrasonografi, dan dietetik.

18

DAFTAR PUSTAKA

Rasad, Sjahriar. 2010. Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Jakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Patel, Pradip R. 2007. Lecture Notes : Radiologi. Edisi Kedua. (diterjemahkan

oleh Penerbit Erlangga), Jakarta : Penerbit Erlangga.

Richard S. Snell. 2002. Anatomi klinik. Edisi Ketiga. Jakarta : EGC.

Sudoyo, Aru W dkk. 2010. Buku Ajar : Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi

Kelima. Jakarta : InternaPublishing.

Sherlock S, Dooley J. 1993. Disease of the Liver and Biliary Sistem 9 th. London :

Blackwell Scientific Publication.

Sjamsuhidajat R, Wim de jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.

Altun et al . 2007. GASTROINTESTINAL IMAGING:MRImaging of Acute and

ChronicCholecystitis. http://radiology.rsna.org/content/244/1/174.full.pdf+html?

sid=ddd041b4-7a1a-410a-ac3d-2a98aa6374aa (diakses 15 Desember 2012)

__________ . 2010. Cholecystitis. http://en.wikipedia.org/wiki/Cholecystitis

(diakses 15 Desember 2012)

__________ . 2010. Gallstone.

http://en.wikipedia.org/wiki/Gallstone (diakses 15 Desember 2012)

Mayoclinicstaff. 2009. Cholecystitis.

http://www.mayoclinic.com/health/cholecystitis/DS01153 (diakses 15 Desember 2012)

__________ . 2008. Gallstones.

http://www.medicinenet.com/gallstones/page11.htm (diakses 15 Desember 2010)

William K Chiang,dkk. 2010. Cholelithiasis.

http://emedicine.medscape.com/article/774352-overview (diakses 15 Desember 2012)

http://pharos.co.id/news-a-media/beritakesehatan/461-kolesistitis-radang-

kandung-empedu.html (diakses 15 Desember 2012)

19

LAMPIRAN

Anatomi kandung empedu

20

Anatomi sekitar kandung empedu

Variasi normal bentuk double folded

21

Kandung empedu normal. Terlihat kontur, besar, dan batas yang normal. Dinding tidak

menebal. Terletak di antara parenkim hati lobus kanan pada fossa vesika felea.

Ekocairan homogen.

Kolelitiasis

Gejala Klinis Kolelitiasis

22

USG pada kandung empedu mendemonstrasikan kalkulus tunggal besar (tanda panah).

Perhatikan bayangan akustik di bagian posterior dari batu empedu.

23

Kolelitiasis (Terlihat 2 buah gambaran sangat hiperekoik dengan bayangan akustik

di bawahnya : AS)

Kolelitiasis (Kontur dan batas kandung empedu tidak jelas lagi, karena terisi oleh batu

yang massif. Tampak ekocairan empedu sedikit saja pada sebelah atasnya.)

24

Poikolelitiasis (Tampak batu multipel dengan bayangan akustik yang khas dengan

ekopadat di atasnya.)

USG Kolelitiasis

25

Gambaran Patologi Anatomi Kolesistitis

USG Kolesistitis Akut

Kolesistitis akut ditandai dengan penebalan dinding dan adanya ekocairan di sekelilingnya

(merupakan ciri khas) sebagai reaksi perikolesistitis.

26

Kolesistitis kronik (Ekocairan menjadi hiperekoik dengan dinding kandung empedu

yang ireguler. Terlihat batu multipel dengan bayangan akustik yang khas pada bagian

kiri. Pada gambar sebelah kanan, kandung empedu sangat mengecil (contracted) dan

yang terlihat hanya eko batunya saja.

Kolesistografi

27

Kolesistektomi

28