8. syawaluddin vol.18 no.2
TRANSCRIPT
-
8/2/2019 8. Syawaluddin Vol.18 No.2
1/10
183Vol. 18 No. 2 Agustus 2011
Hutahaean
Abstrak
Pada paper ini disajikan hasil pemodelan numeris gelombang air dengan menggunakan persamaan kontinuitasdan persamaan momentum dari Euler. Pada persamaan momentum disubstitusikan sifat irotasional aliran airdan persamaan dikerjakan pada permukaan. Persamaan kontinuitas diintegrasikan terhadap kedalaman, dengan
menggunakan kecepatan rata-rata kedalaman untuk mendapatkan persamaan muka air seperti pada persamaangelombang panjang Airy. Selanjutnya persamaan muka air dan persamaan momentum permukaan diselesaikan secara numeris, dengan merumuskan terlebih dahulu relasi antara kecepatan rata-rata kedalaman dengankecepatan permukaan. Hasil penting dari model adalah bahwa pada perairan dangkal, gelombang sinusoidalberdeformasi menjadi gelombang cnoidal, dimana gelombang cnoidal sudah lama dikenal dengan teori dasarnya
pertamakali dikembangkan oleh Korteweg dan de Vries yang diperoleh secara intuitif.
Kata-kata Kunci:Aliran irotasional, gelombang sinusoidal dan gelombang cnoidal.
Abstract
This paper presents the result of numerical model of water wave using continuity and Euler s momentum equa-tions. Irrotational characteristic of water flow is substituted into the momentum equation and the resulted equa-tion is worked at water surface .The continuity equation is integrated over water depth using depth average
velocity to obtain surface water equation like Airys long wave equation. The surface water equation and surfacemomentum equation are solved using numerical method, by first defining the relationship between depth averagevelocity and velocity at water surface. The important result of the model is that sinusoidal wave deforms to formcnoidal wave in shallow water. Where the cnoidal wave has been known for long time ago which its fundamental
theory was developed on an intuitive basis by Korteweg and de Vries.
Keywords:Irrotational flow, sinusoidal and cnoidal wave.
Catatan Teknik (Technical Notes)
Deformasi Gelombang Air Sinusoidal Menjadi Gelombang Cnoidal
Syawaluddin Hutahaean
Kelompok Keahlian Teknik Kelautan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi BandungJl. Ganesha No. 10 Bandung 40132, E-mail: [email protected]
ISSN 0853-2982
Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa SipilJurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil
1. Pendahuluan
Persamaan momentum dari Euler, terdiri atas 3 buahpersamaan yaitu persamaan momentum-x, momentum-y dan momentum-z. Ketiga persamaan momentum
tersebut seharusnya menghasilkan kecepatan yangmemenuhi persamaan kontinuitas. Tetapi pada ketiga
persamaan tersebut tidak terlihat adanya pembatasanoleh persamaan kontinuitas, seolah-olah bekerja sendiri-sendiri. Karena itu penelitian ini dilakukan dengantujuan untuk mendapatkan persamaan momentum yangmemenuhi persamaan kontinuitas. Dengan persamaanmomentum yang memenuhi persamaan kontinuitastersebut dilakukan pemodelan numeris gelombangsinusoidal tunggal dengan bentuk seperti pada Gambar1.a dihasilkan profil gelombang sinusoidal yang bagianlembahnya mengalami deformasi. Semakin dangkal
perairan, semakin besar deformasi yang terjadi dan
pada perairan yang sangat dangkal bagian lembah hi-lang sama sekali sehingga terbentuk gelombang cnoidal
sempurna, dengan bentuk seperti pada Gambar 1.b.
gelombanglembah
gelombangpuncak
(a) Sketsa profil gelombang sinusoidal
(b) Sketsa profil gelombang cnoidalGambar 1. Sketsa profil gelombang sinusoidal dan
cnoidal
-
8/2/2019 8. Syawaluddin Vol.18 No.2
2/10
184 Jurnal Teknik Sipil
Deformasi Gelombang Air Sinusoidal Menjadi Gelombang Cnoidal
Adapun profil gelombang cnoidal ini sudah lama dike-nal. Berdasarkan Sarpkaya (1981), teori gelombangcnoidal dikembangkan pertama kali oleh Korteweg dan
de Vries pada tahun 1895 secara intuitif. Karakteristikgelombang pada teori Korteweg dan de Vries
dinyatakan dengan fungsi eliptis Jacobian cn karena itudisebut sebagai teori gelombang cnoidal. SelanjutnyaLaitone pada tahun 1961 dan Chappelear pada tahun1962 melakukan pendekatan ke dua dan ke tiga.Pengembangan berikutnya dilakukan oleh Fenton padatahun 1979 dan masih banyak peneliti lain yangmengembangkan teori gelombang cnoidal berdasarkan
persamaan Korteweg dan de Vries hingga tahun 1985.
2. Persamaan-persamaan Dasar
Sebagai persamaan dasar adalah persamaan-persamaan pengatur yang sudah banyak dikenal dan digunakan
yaitu persamaan kontinuitas dan persamaan momentumdari Euler.
Persamaan kontinuitas untuk aliran 3 dimensi dengan
sistem sumbu seperti pada Gambar 2 adalah,
Dimana u = u (x, y, z, t) adalah kecepatan horisontal
pada arah sumbu-x, v = v(x, y, z, t) kecepatan hori-
sontal pada arah sumbu-y dan w = w(x, y, z, t)
adalah kecepatan vertikal pada arah sumbu-z.
Persamaan berikutnya yang digunakan adalah
persamaan momentum dari Euler yaitu
a. Persamaan momentum-x
b. Persamaan momentum-y
c. Persamaan Momentum-z
0
z
w
y
v
x
u(1)
x
p
z
uw
y
uv
x
uu
t
u
1(2)
y
p
z
vw
y
vv
x
vu
t
v
1(3)
gz
p
z
ww
y
wv
x
wu
t
w
1(4)
h
SWLx
zy
Gambar 2. Sistem koordinat, kedalaman perairandan fluktuasi muka air
Ketiga persamaan momentum tersebut harusmenghasilkan kecepatan yang memenuhi persamaankontinuitas. Sesungguhnya, persamaan percepatan pada
ruas kiri persamaan momentum mengandungkarakteristik persamaan kontinuitas yang dapat
ditunjukkan dengan mudah yaitu sebagai berikut,dimana sebagai contoh digunakan persamaan
momentum-x.
Pengerjaan sifat turunan parsial
Ketiga persamaan turunan parsial tersebut dijumlahkan,
Suku dalam kurung pada ruas kanan Persamaan (6)
adalah persamaan kontinuitas. Dengan cara yang samadapat ditunjukkan bahwa ruas kiri persamaanmomentum-y dan momentum-z juga mengandungkarakteristik persamaan kontinuitas. Mengingat persamaan kontinuitas tersebut adalah sama dengannol, maka suku dalam kurung tersebut sering
dihilangkan, sebagaimana halnya dilakukan padaperumusan persamaan gelombang panjang Airy. Tetapi
dengan menghilangkan suku tersebut maka persamaanmomentum kehilangan karakteristik persamaankontinuitas yang terkandung didalam suku percepatan.Dengan melepaskan karakteristik persamaankontinuitas maka kecepatan yang dihasilkan ke 3
persamaan momentum tersebut tidak ada lagi yangmengatur kesebandingannya agar memenuhipersamaan kontinuitas. Karena itu dalam penelitian ini
tidak dilakukan penghilangan karakteristik persamaan
kontinuitas pada persamaan momentum.
Untuk menyederhanakan bentuk diferensial pada percepatan konvektif, maka diferensial pada ruas kiri persamaan diubah dalam bentuk yang mudah dengan
mengerjakan sifat irotasional aliran air yaitu
x
p
z
uw
y
uv
x
uu
t
u
1(5)
zwu
zuw
zuw
x
uu
x
uu
x
uu
,
y
vu
y
uv
y
uv
, dan
z
u
x
w
x
v
y
u
,
x
w
z
u
,
y
u
x
v
y
w
z
v
, ,
danz
v
y
w
(Dean (1984)), sehingga
z
uw
y
uv
x
uu
z
uw
y
uv
x
uu
z
w
y
v
x
uu (6)
-
8/2/2019 8. Syawaluddin Vol.18 No.2
3/10
185Vol. 18 No. 2 Agustus 2011
Hutahaean
momentum-x, y dan z menjadi,
2.1 Tekanan hidrodinamik
Berdasarkan Hutahaean (2008), tekanan hidrodinamik
adalah
Substitusi persamaan tekanan hidrodinamik
Dimana u, v dan w adalah kecepatan partikel airpada arah horisontal-x, horisontal-y dan arah vertikal-z
pada permukaan.
3. Persamaan Muka Air dan Persamaan
Distribusi Kecepatan
Untuk mempermudah perhitungan, maka persamaankontinuitas (Persamaan 1), diintegrasikan terhadap
kedalaman dengan mendefinisikan terlebih dahulukecepatan rata-rata kedalaman. Sebagai kecepatan rata-
rata kedalaman adalah kecepatan pada suatu posisi
vertikalz = z0
x
pwvu
xt
u
1
2
1 222
ypwvu
ytv
1
21 222
gz
pwvu
zt
w
1
2
1 222
(7)
(8)
(9)
x
p
1 wvuxtxtx
2
222
xg
wvu
x
2
222
(10)
y
p
1 wvuytyty
2
222
yg
wvu
y
2
222
(11)
xp
1 dan
y
p
1Ke Persamaan (7) dan (8) menghasilkan persa-
maan mmentum permukaan (Hutahaean (2008)),
222
2
1
wvu
xt
u x
g
(12)
222
2
1
wvu
yt
v y
g
(13)
)( 0zuU ; )( 0zvV )( 0zwW; (14)
Berdasarkan Hutahaean (2008), untuk gelombang yang
bergerak pada arah-x
Dimana G = konstanta, k = bilangan gelombang,
= 2/T, T = perioda gelombang,
h/x = kemiringan batimetri pada arah gelombangbergerak. pada Persamaan 17 sedikit berbeda dengan
yang ada pada Hutahaean (2008), perumusanPersamaan 17 diperoleh dengan menggunakan solusilengkap dari persamaan Laplace dengan perumusan
disajikan pada lampiran A.
Dengan menggunakan potensial aliran tersebut, maka
kecepatan partikel adalah
Didefinisikan kecepatan rata-rata kedalaman adalah
Dimanau disebut sebagai koefsien integrasi,H = h +
. Dengan menggunakan sebagai kecepatan rata-rata
kedalaman adalah kecepatan pada posisiz = z0 maka
Mengingat v mempunyai distribusi terhadap kedalaman
yang sama dengan distribusi u, maka koefisien integrasi
untuk kecepatan v adalah sama dengan koefisien
integrasi untuk kecepatan u
tkxzGekh sincos)( (15)
)()(
)(
zhkzhk
eez
)()(
1 )(
zhkzhk
eez
(16)
x
hx
h
x
hx
h
1
1
1
1
2
1(17)
u
x
tzkxGex
kh sin)(cos
hu
dzuH
U 1 (18)
)( 0zuU tzykxkGex
yx
kh sin)()cos( 0
U
u
)(
)(
0z
z
u U
z
z
)(
)(
0
dan
h h
u dzz
z
UHudz
UH )(
)(11
0
)(
)1()(
0
1
zkHu
(19)
uv (20)
-
8/2/2019 8. Syawaluddin Vol.18 No.2
4/10
186 Jurnal Teknik Sipil
Deformasi Gelombang Air Sinusoidal Menjadi Gelombang Cnoidal
Relasi antara kecepatan rata-rata kedalaman dengan
kecepatan pada posisi z, dapat dihitung denganpersamaan distribusi kecepatan sebagai berikut,
Persamaan (21) ini digunakan untuk menghitungkecepatan rata-rata kedalaman dari kecepatan
permukaan u dan v yang dihitung dari persamaan
momentum, Persamaan (12) dan (13).
Dengan menggunakan definisi kecepatan rata-ratakedalaman dan koefisien integrasi tersebut, persamaankontinuitas diintegrasikan terhadap kedalaman, dengan
hasil integrasi adalah sebagai berikut.
Sedangkan persamaan momentum-x dan momentum-y
tetap berbentuk seperti pada Persamaan (12) dan (13).
Persamaan kontinuitas yang terintegrasi terhadapkedalaman dan persamaan momentum permukaandiselesaikan secara numeris dimana pada penelitian inidiferensial ruang diselesaikan dengan metoda selisihhingga, sedangkan diferensial waktu diselesaikandengan metoda prediktor-korektor berbasis integrasi
numeris dari Newton-Cote (Hutahaean (2007)).
4. Hasil PersamaanModel diberi input gelombang progressif sinusoidal
tunggal dengan perioda 6 detik dengan amplitudo 0,8
m, pada kedalaman konstan sebesar 6 m dan 3 m.
Pada Gambar 3 (a), dan (b) diperlihatkan profilgelombang hasil model pada kondisi mula-mula. Mula
-mula profil gelombang berbentuk sinusoidal sesuaidengan input yang diberikan. Setelah menempuh jarakkurang lebih 300 m terjadi perubahan dimana pada bagian lembah gelombang mengalami penguranganamplitudo. Pada kedalaman 6 m, terlihat pada bagian puncak gelombang juga mengalami sedikit
pengurangan, diperkirakan hal ini dikarenakanfenomena dispersif. Fenomena lain yang terlihat
adalah munculnya gelombang-gelombang kecil yangberprofil sinusoidal. Munculnya anak-anak gelombangdikarenakan akibat pelepasan energi gelombang pada
bagian lembah gelombang.
Selanjutnya model dikerjakan pada perairan dengankedalaman berubah, yaitu pada bagian 0-150 mkemiringan dasar perairan adalah 4/150, dimanakedalaman mula-mula adalah 5 m, sedangkan pada jarak 150 m kedalaman menjadi 1,0 m, selanjutnyapada jarak 150 m 300 m, kedalaman konstan sebesar
1,0 m. Gelombang yang digunakan adalah gelombangdengan perioda 6 detik dengan amplitudo 0,8 m.
Uz
z
zu )(
)(
)( 0
V
z
zzv
)(
)()(
0
(21)
t
x
HUu
y
HVv
(22)
(b) Profil gelombang pada kedalaman 3 m.
Gambar 3. Profil gelombang pada kedalamankonstan
(a) Profil gelombang pada kedalaman 6 m.
mulamulagelombangprofil
mjarakmenempuhsetelahgelombangprofil 300
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
0 50 100 150 200 250 300
x (m)
elevarimukaa
irm)
mulamulagelombangprofil
mjarakmenempuhsetelahgelombangprofil 300
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
0 50 100 150 200 250 300
x (m)
elevarimukaair(m)
mulamulagelombangprofil
mjarakmenempuhsetelahgelombangprofil 130
(a) Profil gelombang mula-mula dan setelah menempuh jarak
130 m
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
0 50 100 150 200 250 300
x (m)
elevarimukaair(m)
-
8/2/2019 8. Syawaluddin Vol.18 No.2
5/10
187Vol. 18 No. 2 Agustus 2011
Hutahaean
Hasil model pada dasar perairan berubah disajikan padaGambar 4 (a) dan (b). Pada Gambar 4 (a),diperlihatkan bahwa profil gelombang mula-mulaadalah sinusoidal sesuai dengan input yang diberikan.Pada jarak mendekati 150 m, dengan kedalaman hampir
1,0 m, bagian lembah gelombang mengalami pengurangan amplitudo sedangkan bagian puncakgelombang mengalami penambahan amplitudo ataugelombang mengalami shoaling. Setelah memasukikedalaman 1 m, terbentuk profil gelombang cnoidalsempurna dan bagian lembah gelombang memisah dari bagian puncak gelombang. Pada kedalaman 1 m,amplitudo bagian puncak mencapai lebih dari 1 m,kurang lebih 1,20 m dan gelombang tidak mengalami
breaking, jadi model belum bisa mensimulasikan breaking. Tetapi bisa juga dikarenakan profil
gelombang cnoidal ini sudah dikenal sangat stabil.
Pada bagian terdahulu telah diuraikan bahwa pengembangan model dilakukan denganmempertahankan bagian percepatan pada persamaanmomentum dan pengerjaan tekanan hidrodinamisgelombang pendek. Sehingga belum diketahui
penyebab terbentuknya gelombang cnoidal. Untukmengetahui penyebab pembentukan gelombang
cnoidal, maka dikembangkan model dengan anggapangelombang panjang dengan distribusi kecepatanseragam pada seluruh kedalaman dan dengan tekanan
hidrostatis.
Dalam hal dikerjakan anggapan gelombang panjangdimana gaya yang bekerja gaya hidrostatis saja dankecepatan partikel seragam pada seluruh kedalaman,maka integrasi persamaan kontinuitas, persamaan
momentum-x (Persamaan (2)) dan persamaanmomentum-y (Persamaan (3)) terhadap kedalaman
menghasilkan persamaan,
U, V, W, adalah kecepatan rata-rata kedalaman pada
arah x, y dan z. Kecepatan horisontal permukaan u dan
v serta kecepatan horisontal pada dasar perairandiambil sama dengan kecepatan rata-rata kedalaman
yaitu u dan v u = v-h = U dan v = v-h = V.Kecepatan vertikal permukaan dihitung dengan
menggunakan syarat batas kinematik permukaan
kedalaman dimana dilakukan perhitungan kecepatan
vertikal W = w(x, y,z0, t).
Perhitungan dengan menggunakan keempat persamaantersebut dengan input gelombang sinusoidal dan pada
kedalaman konstan sebesar 5 m juga memberikan hasildimana gelombang sinusoidal berdeformasi menjadi
gelombang cnoidal (Gambar 5), dengan laju deformasiyang lebih cepat dari model sebelumnya dan terlihat
jelas terdapatnya gelombang cnoidal.
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa profilgelombang cnoidal dihasilkan oleh persamaanmomentum (Persamaan 2 dan 3) bukan dikarenakanpenggunaan tekanan hidrodinamik (Persamaan (7) dan(8)). Tetapi dikarenakan penggunaan persamaan
momentum dimana masih terdapat karakteristik persamaan kontinuitas pada suku percepatan atau
dengan kata lain percepatan yang terjadi masih
dikontrol oleh persamaan kontinuitas.
yVH
xUH
t (23)
x
VVH
x
huu
xuu
x
UUH
Ht
Uhh
1
x
hvv
x
vv hh
x
ww
x
WWH
H
1
xg
x
hww hh
(24)
y
VVH
y
huu
yuu
y
UUH
Ht
Vhh
1
y
hvv
yvv hh
y
wwy
WWH
H
1
yg
y
hww hh
(25)
0z ht
vdzy
udzx
W (26)
yvxutw
sedangkan kecepatan
menggunakan syarat batas kinematik dasar perairan
y
hv
x
huw hhh
sedangkanz0adalah posisi
(b) Profil gelombang pada kedalaman 1 m
Gambar 4. Profil gelombang, pada dasar perairan
berubah (a,b)
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
0 50 100 150 200 250 300
x (m)
elevarimuka
air(m)
-
8/2/2019 8. Syawaluddin Vol.18 No.2
6/10
188 Jurnal Teknik Sipil
Deformasi Gelombang Air Sinusoidal Menjadi Gelombang Cnoidal
5. Pembahasan
Persamaan muka air dari gelombang air yang diperolehsecara analitik yaitu dengan mengintegrasikan
persamaan syarat batas kinematik permukaan dengan
metoda inversi integral dengan ketelitian O(2)
(Hutahaean (2010)), adalah:
),( tx
tkxke
G kh
coscos)(1
tkx
t
ke
G kh
sincos)(2
tkx
t
ke
G kh
coscos)(
2
12
3
tkx
t
ke
G kh
coscos)(2
2
2
2
tkxxke
G kh
cossin)(
tkx
xt
ke
G kh
sinsin)(1
2
tkx
xt
ke
G kh
sinsin)(2
tkx
xe
x
h
h
G kh
coscos)(2
1
tkx
xt
ke
x
h
h
G kh
sincos)(2
1
1
Suku utama pada Persamaan (27) tersebut adalahsuku ke 1 yaitu suku yang mempunyai amplitudoterbesar. Karena itu persamaan ini dapat didekati
dengan persamaan, = Acoskxcostdengan turunan-turunan dari persamaan pendekatan ini adalah,
Persaman-persamaan tersebut disubstitusikan ke
Persamaan (27),
tkxxt
ex
h
h
G kh
sincos)(1
2
1 2
(27)
Dimana )()()(
hkhk ee ,
)()(
1 )( hkhk ee
untuk dasar perairan datar )(cosh2)( hk
dan )(sinh2)(1 hk
tkxAt
sincos ; tkxA
t coscos2
2
2
tkxkAx
cossin
tkxkA
xt
sinsin
2
;
),( tx tkxkeG kh
coscos)(1
tkxA
k
e
G kh
222
sincos)(
ttkxAk
eG kh
sincoscos)( 32212
3
tkxAk
eG kh
222
2
2
coscos)(
tkxkAkeG kh
22 cossin)(
ttkxkxkAk
eG kh
222
1
2
sincossincos)(
tkxkAk
eG kh
22 sinsin)(
tkxkxkAex
h
h
G kh
2coscossin)(2
1
ttkxkxkAk
ex
h
h
G kh
222
1 sincossincos)(2
1
tkxkAex
h
h
G kh
2sincossin)(1
2
1
(28)
Gambar 5. Hasil persamaan dengan anggapangelombang panjang
mulamulagelombangprofil
mjarakmenempuhsetelahgelombangprofil 150
mjarakmenempuhsetelahgelombangprofil 300
- 1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
0 5 0 100 150 200 250 300
x (m)
elevarimukaair(m)
-
8/2/2019 8. Syawaluddin Vol.18 No.2
7/10
189Vol. 18 No. 2 Agustus 2011
Hutahaean
Baik pada Persamaan 27 maupun Persamaan 28, sukuutama yaitu suku yang mempunyai amplitudo terbesaradalah suku ke 1 ruas kanan persamaan. Pada suku
tersebut terdapat unsur1(). Harga 1() pada saat
negatif adalah lebih kecil dari pada 1() pada saat positif untuk harga yang sama, sehingga amplitudolembah gelombang akan lebih kecil daripada amplitudo
puncak gelombang. Kondisi ini menyebabkangelombang menjadi labil sehingga terjadi pelepasanenergi gelombang dari bagian lembah gelombangsecara terus menerus sehingga pada akhirnya terbentuk profil gelombang cnoidal sempurna. Pada perairan
dangkal ini harga 1() pada saat negatif dapatmenjadi nol.
Suku yang mempunyai amplitudo terbesar ke 2 pada
Persamaan (27) dan (28), adalah suku ke 2. Suku ini
mengandung unsur() yang mempunyai sifat yangsama dengan harga 1() yaitu harga () pada saat
positif adalah lebih besar dari harga() pada saat negatif, jadi suku ini mempunyai bentuk bagian puncaklebih besar daripada bagian lembah. Selain itu, suku ini
mengandung unsurcos2kxsin2t yang selalu berhargapositif, dimana suku ini menghasilkan profil gelombang
cnoidal dengan panjang gelombang setengah dari panjang gelombang sinusoidal seperti diperlihatkan
pada Gambar 6.
Dengan demikian baik Persamaan (27) maupun
Persamaan (28) akan memberikan profil gelombangyang tidak simetri antara bagian puncak dengan bagianlembah gelombang, dimana bagian lembah gelombanglebih kecil dari pada bagian puncak gelombang dan bagain lembah menghilang pada perairan yang sangat
dangkal.
Terbentuknya anak-anak gelombang pada bagian belakang gelombang adalah dikarenakan pelepasanenergi gelombang pada saat kurva gelombangseharusnya menurun, tetapi tidak dapat turun karenatertahan oleh air di bawahnya seperti yang dinyatakan
oleh unsur 1() dan () Berdasarkan Hutahaean(2010), baikPersamaan (27) maupun Persamaan (28)
mengandung fenomena dispersif.
6. Kesimpulan
Dari hasil studi ini didapatkan beberapa kesimpulan
sebagai berikut.
1. Kandungan persamaan kontinuitas pada persamaanmomentum sebaiknya dipertahankan, agarkecepatan yang dihasikan memenuhi persamaan
kontinuitas.
2. Pemodelan gelombang cnoidal dapat diakukandengan mensubstitusikan sifat irrotasional aliran air
pada persamaan momentum.
3. Dengan profil gelombang cnoidal ini makagelombang yang dihadapi oleh bangunan pantai
adalah lebih kecil dari tinggi gelombang sinusoidal,sehingga perencanaan bangunan pantai denganmenggunakan profil gelombang cnoidal ini akanlebih menghemat biaya. Karena itu perlu ditelitisecara lebih intensif mengenai gelombang cnoidaltersebut selain untuk mendapatkan model
gelombang yang lebih realistis diperairan pantaijuga agar perencanaan bangunan pantai lebih efisien
terhadap penggunaan material bangunan dan biaya.
4. Prospek aplikasi dari karakteristik deformasigelombang sinusoidal ini adalah pada perencanaan breakwater tenggelam, dimana breakwater dapat
direncanakan untuk mendeformasikan gelombangsinusoidal menjadi gelombang cnoidal dengantinggi gelombang 1/2 dari tinggi mula-mula yang
berprofil sinusoidal.
Daftar Pustaka
Dean, R.G., and Dalrymple, 1984, Water Wave Mechanics for Engineers and Scientists.
New Jersey: Prentice-Hall, Englewood Cliffs.
Hutahaean, S., 2007, Pemodelan Dinamika Gelombangdengan Mengerjakan Persamaan KekekalanEnergi,Jurnal Teknik Sipil, Volume 14, No. 1,
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB.
Hutahaean, S., 2008, Persamaan Gelombang NonlinierPada Dasar Perairan Miring,Jurnal Teknik Sipil,Volume 15 No.1, Fakultas Teknik Sipil dan
Lingkungan, ITB.
Hutahaean, S., 2010, Pengerjaan Metoda Inversi
Integral Pada Perumusan Persamaan Muka AirGelombang Air Nonlinier , Jurnal Teknik Sipil,
Volume 17 No.2, Fakultas Teknik Sipil dan
Lingkungan, ITB,
Sarpkaya, T., and Isacson, M., 1981, Mechanics of
Wave Forces on Offshore Structures, Van
Nostrand Reinhold Company.Gambar 6. Kurva dari fungsi kuadrat sinusoidal
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
x (m)
mukaair(m)
mukaair(m)
-
8/2/2019 8. Syawaluddin Vol.18 No.2
8/10
190 Jurnal Teknik Sipil
Deformasi Gelombang Air Sinusoidal Menjadi Gelombang Cnoidal
Lampiran A
Perumusan Persamaan Potensial Aliran
Hasil penyelesaian persamaan Laplace dengan metoda
pemisahan variabel adalah (Dean (1984)),
Mengingat sifat linier persamaan Laplace, maka
persamaan terakhir dapat ditulis menjadi,
A, B, CdanD adalah bilangan konstan,
Syarat batas kinematik dasar perairan,
),,( tzx kxBkxA sincos tDeCe kzkz sin ),,( tzx kxAcos tDeCe kzkz sin
kxBsin tDeCe kzkz sin
),,( tzx ),,( tzxA ),,( tzxB (1)),,( tzxA kxAcos tDeCe kzkz sin
),,( tzxB kxBsin tDeCe kzkz sin
a. ),,( tzxA kxAcos tDeCe kzkz sin
xu
kxAksin tDeCe kzkz sin
zw
kxAkcos tDeCe kzkz sin
hw
x
h
u h
kxAkcos tDeCe khkh sin tDeCe khkh sinDiambil kondisi
2
2sincos kxkx ,
persamaan dibagi dengan tkxAk sincos
khkh DeCe x
h
khkh DeCe
De
hx
h
C kh2
1
1
x
hCe kh 1
x
hDekh 1 atau
hx
h
A
1
1
(2)
Substitusi Ckepersamaan potensial aliran,
Didefinisikan konstanta baru GA dimana GA = AD
DeC khA2
),,( tzxA kxADcos teee kzkzkh sin2 ),,( tzxA kxADe
kh cos tee zhkzhkA sin
),,( tzxA teekxeG zhkzhkAkhA sincos
(3)
),,( tzxBb. kxBsin tDeCe kzkz sin
xu
kxBkcos tDeCe kzkz sin
zw
kxBksin tDeCekzkz
sin
hwx
hu h
kxBksin tDeCe khkh sin kxBkcos t
x
hDeCe khkh sin
Diambil kondisi2
2sincos kxkx ,
persamaan dibagi dengan tkxBk sincos ,
khkh DeCe x
hDeCe khkh
x
hCe kh 1
x
hDekh 1
hx
h
DeC kh
1
12 atau kh
BDeC2
x
hxh
B
1
1
(4)
),,( tzxB tDeeeDkxB kzkzkhB sinsin 2 ),,( tzxB teeeekxBDe
kzkhkzkh
B
kh sinsin
),,( tzxB teekxBDe zhkzhkBkh sinsin )()( ),,( tzxB teekxeG zhkzhkBkhB sinsin )()(
(5)
-
8/2/2019 8. Syawaluddin Vol.18 No.2
9/10
191Vol. 18 No. 2 Agustus 2011
Hutahaean
Substitusi (a.3) dan (a.5) kepersamaan (a.1)
Jadi diperlukan suatu potensial aliran, dimana pada
dasar perairan datar dan pada saat berbentuk seperti persamaan (a.6). Persamaan potensial aliran sebagai berikut adalah memenuhi kondisi perairan datar dan
pada saat coskx = sinkx,
),,( tzx teekxeG zhkzhkAkhA sincos teekxeG zhkzhkBkhB sinsin )()(
Pada saat kxkx sincos
),,( tzx teekxeG zhkzhkAkhA sincos teekxeG zhkzhkBkhB sincos )()(
),,( tzx eGeeG zhkBBzhkzhkAA )( tkxee khzhk sincos)(
Pada dasar perairan datar 1 BA
),,( tzx eGeeG zhkBBzhkzhkAA )( tkxee khzhk sincos)(
),,( tzx tkxeeeGG zhkzhkkhBA sincos)()(
BA GGG
),,( tzx tkxeeGe zhkzhkkh sincos)()( (6)
),,( tzx eeeG zhkzhkAkh ' )()( tkxee zhkzhkB sincos)()(
),,( tzx tkxeeeG zhkzhkBAkh sincos2' )()( ),,( tzx tkxeeeG zhkzhkBAkh sincos
2'2 )()(
),,( tzx tkxeeGe zhkzhkBAkh sincos2
)()(
,
x
hx
h
A
1
1
hx
h
B
1
1
2
BA
x
hx
h
x
hx
h
1
1
1
1
2
1(7)
),,( tzx tkxeeGe zhkzhkkh sincos)()( ),,( tzx tkxzGekh sincos)( (8)
)()()( zhkzhk eez Dimana (9)
-
8/2/2019 8. Syawaluddin Vol.18 No.2
10/10
192 Jurnal Teknik Sipil
Deformasi Gelombang Air Sinusoidal Menjadi Gelombang Cnoidal