vol 2 no 8

Upload: aboet-deff

Post on 09-Jul-2015

352 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KUNJUNGI BPTP NTBdi : http://www.ntb.litbang.deptan.go.id

Volume II No. 8 2009

1

UNIT PENGELOLA BENIH SUMBER (UPBS) BPTP NTB Menyediakan Benih Padi Berkualitas dari Berbagai Varietas Unggul Baru Padi sawah : Cigeulis, Cibogo, Mekongga, Padi Gogo : Situ Bagendit, Silugonggo, Batu Tugi Kelas benih FS UPBS BPTP NTB mitra para produsen benih

Agro Inovasi

LABORATORIUM PENGUJIAN BPTP NTB

(TERAKREDITASI)

ISO/IEC 17025 : 2005 SERTIFIKAT NO. LP

- 394 - IDN

MELAYANI JASA ANALISIS TANAH, PUPUK, JARINGAN TANAMAN DAN KUALITAS AIRPO Box 1017 JL Raya Peninjauan Narmada Lombok Barat Mataram NTB Telp (0370) 671312 Fax (0370) 671620 E - mail : [email protected]

Volume II No. 8 2009

2

DARI REDAKSI Pembaca yang budiman, Pada edisi Buletin kali ini, kami menyajikan beberapa topik menarik mengenai berbagai hasil pengkajian dan informasi lainnya yang di kemas dalam Buletin Informasi Teknologi Pertanian (INFOTEK) volume 2 Tahun 2009. Salah satu sasaran pembangunan dalam memajukan sektor pertanian agar kembali vital, yaitu melalui program peningkatan ketahanan pangan khususnya pada tingkat rumah tangga petani. Pangan dalam arti luas mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan sebagai bahan pangan harian yang umum di konsumsi dan dikembangkan petani pada lahan pertaniannya yang dijadikan sumber penghidupan sehari-hari. Semoga teknologi dan informasi yang kami sajikan dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Harapan kami untuk menjadi lebih baik sangat dibutuhkan melalui saran dan masukan dari semua pembaca untuk dapat menyempurnakan Buletin ini...

DAFTAR ISI Peran Program Prima Tani Dalam Mencapai Ketahanan Pangan Di Kabupaten Dompu 1 Kacang Hijau Berpotensi Meningkatkan Penghasilan Petani Tembakau 4 Teknologi Budidaya Ubi Jalar 7 Refleksi Kegiatan BPTP NTB Tahun 2009 9 Satu Induk, Dua Anak, Satu Tahun??? 12 Sustainabilitas Pemberantasan Cacing Ramah Lingkungan Untuk Menekan Angka Kematian Pedet Di Bumi Sejuta sapi 13 Pendampingan Penerapan Inovasi Teknologi Usahatani Cabe Mendukung Agribisnis Pedesaan 14 Primatani Bukan Program Strategis Lagi 16 Serba-Serbi BPTP NTB 17 Gelar Teknologi Manajemen Pemeliharaan Sapi Terpadu Di Sembalun Lawang 19 Study banding Kegiatan P4MI Ke Pulau Jawa 21 Petani Kabupaten Lombok Timur Magang Ke PPK Sampurna Jawa Timur 22 Pelatihan Penyuluh Pertanian P4MI 23 Strategi Bauran Pemasaran Untuk Meningkatkan Penjualan Industri Skala Rumah Tangga Produk Pertanian 24 Pemberdayaan Petani Melalui Brain Storming Ketahanan Pangan Orientasi Agribisnis 25 Sapi Bali Beranak Kembar Di NTB 28 Penyebab Rontok Bunga dan Buah Mangga 28 Tepung Kasava Usaha Baru Dalam Penganekaragaman Pangan 30 Profil Amaq Sumirah 321

DEWAN REDAKSIPengarahKepala BPTP NTB

KetuaAchmad Muzani

SekretarisPris Diminggo

AnggotaIrianto Basuki Ketut Puspadi L. Wirajaswadi M. Sofyan Souri

REDAKSI PELAKSANAIka Novita sari Farida Sukmawati Ibnu Trianto

Alamat redaksi :BPTP NTB Jl. Raya Peninjauan Narmada Tlp. ( 0370)671312;Fax (0370)671620 E-mail : [email protected]

Volume II No. 8 2009

PERAN PROGRAM PRIMA TANI DALAM MENCAPAI KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN DOMPUAchmad Muzani

Berawal

dari

pencanangan

Program

Revitalisasi Pertanian Perikanan dan Kehutanan (RPPK) oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 11 Juni 2005 dimana implementasinya dibagi menjadi tiga kelompok sasaran pembangunan yaitu : 1) Peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB), investasi dan kesempatan kerja, 2) Ketahanan pangan 3) Nilai tambah dan daya saing, yang akan dicapai melalui tiga program pembangunan pertanian tahun 2005-2009 yaitu 1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan, 2) Program Pengembangan Agribisnis, 3) Program Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Dalam tulisan ini lebih ditekankan pada program pertama yaitu peningkatan ketahanan pangan dikaitkan dengan program Prima Tani sebagai salah satu upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga petani di pedesaan. Merujuk pada Undang-Undang No. 7 tahun 1996 tentang Pangan, bahwa Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Disini yang dimaksud pangan dalam arti luas mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan. Program peningkatan ketahanan pangan merupakan fasilitasi bagi terjaminnya masyarakat untuk memperoleh pangan yang cukup setiap saat, sehat dan halal. Berbicara masalah ketahanan pangan rumah tangga maka akan sangat berkaitan dengan kemampuan suatu rumah tangga untuk dapat akses terhadap pangan. Dengan demikian ketahanan pangan rumah tangga dipengaruhi oleh kemampuan daya beli rumah tangga. Sejalan dengan itu, maka peningkatan pendapatan rumah tangga merupakan faktor penting dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga. Prima Tani sebagai salah satu program khusus Departemen Pertanian yang dimulai sejak tahun 2005 sesungguhnya menunjang ketiga program utama Departemen Pertanian karena dengan menjalankan program Prima Tani diharapkan Volume II No. 8 2009

dapat menghasilkan keluaran yang bermuara pada ketahanan pangan, peningkatan daya saing melalui perbaikan efisiensi usaha dan kualitas produk, peningkatan nilai tambah melalui pengembangan produk dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian Prima Tani tidak berdiri sendiri dan tidak secara khusus sebagai pelaksanaan salah satu program, tetapi merupakan bagian dari implementasi atau operasionalisasi ketiga program Departemen Pertanian dalam rangka membangun pertanian nasional. Prima Tani di kabupaten Dompu Dimulai pada pertengahan tahun 2005 bersama dengan Program Prima Tani di 14 propinsi, 21 laboratorium agribisnis se Indonesia. Lokasinya di Desa Song Gajah yang tergolong agroekosistem Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Kering (LKDRIK). Diawali dengan kegiatan pemahaman pedesaan secara partisipatif (PRA) untuk mengetahui potensi penggerak perekonomian masyarakat dan permasalahan yang ada di desa Song Gajah dari semua aspek, baik yang akan mendukung ataupun menghambat pembangunan di desa ini. Hasilnya diperoleh kesimpulan bahwa ada empat komoditas yang potensial dapat menggerakkan perekonomian masyarakat yaitu Jagung, mete, sapi dan ayam buras. Selanjutnya dilakukan survey pendasaran untuk mengetahui kondisi awal masyarakat, salah satunya diperoleh data pendapatan masyarakat sebesar Rp.11.248.730 per tahun yang bersumber dari usaha tanaman semusim, tanaman tahunan, usaha ternak, usaha rumah tangga, pekerjaan tetap dan memburuh. Dari semua data dan informasi yang diperoleh disusun Rancang Bangun Laboratorium Agribisnis dan berdasarkan ini dilaksanakan Implementasi inovasi teknologi dan kelembagaan. Luas laboratorium agribsinis sekitar 126 ha. Teknologi Inovasi Implementasi teknologi pada laboratorium agribsinis mencakup empat komoditas utama : 1. Pada Tanaman Jagung,menerapkan teknologi intensifikasi jagung yaitu (a) penggunaan benih unggul bermutu, jenis komposit maupun hibrida, (b) pengolahan lahan, (c) penanaman dengan jarak tanam teratur,1

Produktivitas ton/ha

75 x 40 cm, 1-2 biji/lubang, (d) pemupukan 300 kg urea, 50 kg SP36, (e) penyiangan dan pembumbunan pada umur 15 HST dan 30 HST, (f) Pengendalian hama/penyakit, terutama penyakit Bulai dengan perlakuan pada benih. 2. Pada Tanaman Mete,(a)Penyiangan sekeliling pohon,(b) pemangkasan tajuk dan cabang ekstensif,(c) penjarangan,(d) pemupukan NPK 2:1:1 dosis 1,2 kg/pohon/tahun dan kompos antara 20-25 kg/pohon/tahun (e) pengendalian hama/penyakit terutama penyakit busuk akar (jamur akar putih dan jamur akar cokelat), hama Helopeltis sp,. Selain itu juga diberikan keterampilan pengolahan kacang mete dan buah semu mete. 3. Pada Sapi Bali, (a) kawin alam dengan pejantan terpilih, (b) penerapan kalender kawin, (c) kawin kembali 40-60 hari setelah melahirkan, (d) penyapihan anak pada umur 5-6 bln, (e) pengawetan Hijauan pakan ternak, (f) pembuatan kompos dari kotoran sapi, (g) Bio gas dari kotoran sapi. 4. Pada Ayam buras,menerapkan manajemen reproduksi dan program vaksinasi ND Kelembagaan Membangun dan mengembangkan kelembagaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam membangun Agribisnis Industrial Pedesaan(AIP). Beberapa kelembagaan yang sudah ada diperkuat dan dimantapkan seperti kelembagaan Penyuluhan dan Kelompok tani, sedangkan kelembagaan yang baru dibangun seperti : Klinik Agribisnis yang memberikan pelayanan dan konsultasi teknologi, informasi pasar dsb, lembaga Alsintan dan pengolahan hasil, lembaga saprodi dan pemasaran hasil serta lembaga keuangan dari tahun ke tahun terus dilakukan perbaikan dan penguatan. Perkembangan. Setelah Prima Tani berjalan selama sekitar tiga tahun terjadi cukup banyak perubahan kehidupan masyarakat sebagai akibat meningkatnya produksi dan produktivitas komoditas pertanian serta pendapatannya seperti gambaran berikut ini. Komoditas jagung, produktivitasnya meningkat dari 1,26 t/ha pada tahun 2005 menjadi 4,66 t/ha tahun 2006 dan tahun 2007 menurun karena kekeringan menjadi 3,75 t/ha namun kembali naik pada tahun 2008 menjadi 4,75 t/ha Volume II No. 8 2009

sebagaimana digambarkan pada grafik berikut ini.Produktivitas jagung5 4 3 Jagung 2 1 0 2005 2006 Tahun 2007 2008

Dari komoditas jagung menyumbangkan rupiah yang cukup besar di desa Song Gajah mencapai 1,4 M yaitu Rp. 713,3 juta, Rp.172,1 juta, Rp.499,1 juta masing-masing dari hasil panen tahun 2006,2007 dan 2008. Keberhasilan panen jagung membangkitkan kembali gairah hidup masyarakat, meski listrik belum mengalir di desa ini.

Komoditas Mete pun tercatat mengalami perbaikan dari tahun ke tahun masing-masing, 6,2 kg/pohon, 6,82 kg/phn, dan 8,56 kg/phn berturut-turut pada tahun 2005, 2006, dan 2007 seperti grafik di bawah ini. Total nilai rupiah hasil mete sebesar 1,47 M dari hasil penen tahun 2006 sampai tahun 2008.Produktivitas mente 10Produktivitas Mente kg/pohon

8 6 Produktivitas mente 4 2 0 2005 2006 Tahun 2007

2

Komoditas penting lainnya adalah peternakan yang terdiri dari sapi dan ayam buras, memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap peningkatan pendapatan dan terus meningkat dari tahun ke tahun seperti digambarkan grafik di bawah ini. Grafik : Peningkatan Pendapatan dari Sektor PertanianPeningkatan pendapatan (%)

terjadi kenaikan yang cukup berarti karena semua komoditas memberikan hasil positif. Peningkatan pendapatan ini sebagian besar merupakan kontribusi komoditas pertanian (empat komoditas penting yaitu jagung, mete, sapi dan ayam buras). Hal ini menunjukkan bahwa teknologi yang diintroduksi sudah diadopsi dengan relatif baik sehingga memberikan perbaikan produktivitas, perbaikan100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 On farm Off farm Sumber pendapatan Non farmPeningkatan pendapatan (%)

40 35 30 25 20 15 10 5 0 2005 2006 Tahun 2007 Tan Pangan Perkebunan Peternakan

2005 2006 2007

Nampak komoditas peternakan memberikan kontribusi yang terus meningkat terhadap pendapatan rumah tangga meskipun terjadi kemarau panjang pada tahun 2007, di lain fihak tanaman jagung produksinya sangat turun. Kontribusi komoditas peternakan selama tiga tahun tercatat sebesar Rp. 565.200.000,Pendapatan Rumah Tangga merupakan salah satu tolok ukur tingkat kesejahteraan masyarakat yang dapat pula digunakan sebagai indikator tingkat ketahanan pangan rumah tangga. Berdasarkan hasil Baseline survey rumah tangga petani di desa Song Gajah tahun 2005, 2006 dan 2007, didapat angka pendapatanPeningkatan Total Pendapatan (%)

produksi dan pendapatan rumah tangga petani seperti digambarkan pada grafik berikut ini. Aspek kelembagaan terus dibenahi dan diperkuat. Kelompok tani sudah diperkuat menjadi Gabungan kelompok tani yang sudah berkekuatan hukum berdasarkan akta notaris. Kelompok tani dan Gapoktan sudah familier akses ke sumber modal/perbankan, menabung, mendapatkan kredit. Pengadaan saprodi terutama benih jagung dan pupuk sudah diadakan melalui seksi saprodi yang merupakan embrio kelembagaan saprodi sejak musim tanam 2006/2007 Kas kelompok juga semakin berkembang yang bersumber dari iuran anggota, bunga pinjaman, jasa alsintan dsb.

160 140 120 100 80 60 40 20 0 2005 2006 Tahun 2007 Peningkatan

No Kelompok 1. 2. 3. 4. Jagung Merah Madu Jaya Pade Girang Sumber Manis TOTAL

Dana yg beredar (Rp)

Keterangan

rumah tangga masyarakat masing-masing sebesar Rp.11.248.728/tahun, Rp. 15.238.190 /tahun dan Rp.15.000.126/tahun, terjadi peningkatan jika dibandingkan pendapatan tahun 2006 terhadap 2005 dan tahun 2007 cenderung tidak terjadi peningkatan karena kemarau panjang serta tahun 2008 diperkirakan

7.926.000 Sumber dana pada semua kelompok berasal dari : iuran, 11.884.000 uang pertemuan, bunga pinjaman, 8.677.000 stimulan dana saprodi yg harus dikembalikan. 12.136.000 Digunakan untuk pengadaan saprodi. 40.623.000

Volume II No. 8 2009

3

No 1. 2. 3. 4.

Kelompok Jagung Merah Madu Jaya Pade Girang Sumber Manis Total

Dana yang beredar (Rp)

Keterangan

ketahanan pangan rumah tangganya. Data pada Puskesmas Kempo menunjukkan bahwa kejadian Balita kekurangan gizi di Desa Song Gajah pada tahun 2005 sebanyak dua orang dan menjadi nol sejak tahun 2006 sampai sekarang. Kondisi ini tercapai berkat dukungan perbaikan kinerja kelembagaan yang bersinergi dengan perbaikan teknologi on farm dan off farm. Dalam mengembangkan program ini untuk perbaikan pendapatan dan ketahanan pangan rumah tangga di seluruh Kabupaten Dompu, diharapkan pada tahun 2009 sudah mulai dirintis pembinaan yang lebih intensif dari pemerintah daerah dan perencanaan pengembangannya ke wilayah lainnya di Kabupaten Dompu serta tahun 2010 dan seterusnya selayaknya sudah menjadi program pemerintah daerah.

7.926.000 Sumber dana pada semua kelompok 11.884.000 berasal dari : uang pertemuan, Iuran, 8.677.000 bunga pinjaman, 12.136.000 stimulan dana saprodi yang harus dikembalikan 40.623.000 Digunakan untuk pengadaan saprodi

Penutup Program Prima Tani yang dilaksanakan di Desa Song Gajah Kabupaten Dompu telah dapat memperbaiki cara berusahatani masyarakat, sehingga mereka dapat memperbaiki tingkat pendapatannya yang berarti pula meningkatkan

KACANG HIJAU BERPOTENSI MENINGKATKAN PENGHASILAN PETANI TEMBAKAULalu Wirajaswadi

Tembakau dan kacang hijau, secara genetis

tidak memiliki kekerabatan genetis, namun dalam hal pemanfaatan teknologi dan pengaturan pola tanam, segalanya bisa mengejutkan. Tak pelak lagi keberhasilan demonstrasi kacang hijau yang memanfaatkan waktu luang diantara tembakau dan padi musim hujan di Desa Semaye Kecamatan Sikur Kabupaten Lombok Timur pada SeptemberNovember 2009 membuka mata kita semua bahwa kacang hiajau ternyata memilki peluang besar meningkatkan penghasilan petani tembakau.

Kelebihan kacang haijau adalah berumur sangat pendek, berkisar 58 -65 hari dan realtif tahan kering, inilah kata kunci hubungan tembakaukacang hijau yang bermakna strategis. Petani di Lombok Timur dan Lombok Tengah biasanya menanam tembakau setelah panen padi musim hujan yakni sekitar Maret, bagi petani tembakau usai panen langsung mempersiapkan lahan untuk tembakau berbarengan dengan pembibitan. Tembakau akan selesai dipanen pada sekitar Agustus, sehingga terdapat waktu luang kurang lebih dua setengah bulan mulai September hingga pertengahan November saat mereka mulai mempersiapkan lahan untuk tanaman padi musim hujan. Ini mengisyaratkan ada cukup waktu untuk satu periode pertanaman kacang hijau diantara kedua tanaman tersebut. Pada umumnya usai panen tembakau, lahan dibiarkan kosong, sebab petani tidak melihat alternatif tanaman yang bisa menghasilkan dalam kurun waktu singkat ditambah lagi kondisi persediaan air relatif terbatas Nilai Plus Kacang Hijau Selain berumur pendek dan tahan kering, kacang hijau sebagai salah satu anggota famili

Volume II No. 8 2009

4

leguminose (kacang-kacangan) mempunyai kelebihan dalam hal menambah kesuburan tanah. Tanaman ini memiliki bintil akar yang dipenuhi miliaran bakteri yang disebut Rhizobium japonicum yang mampu mengikat/ menambat nitrogen dari udara. Nitrogen yang berhasil diikat dari udara tersebut dipergunakan oleh kacang hiajau dalam proses pertumbuhyan dan pembentukan protein dalam biji sedangkan sisanya dapat dimanfaatkan tanaman berikutnya. Dengan begitu apabila pangkal batang dibiarkan di lahan (panen dengan sabit) berarti tanaman kacang hiajau telah menyumbang unsur nitrogen untuk kepentingan tanaman padi berikutnya. Dari aspek nilai gizi, kacang hijau dikenal sebagai bahan makanan bergizi tinggi, hal ini tercermin dari tingginya kandungan protein biji yang berkisar antara 24% sampai 40%, selain itu kacang hijau kaya akan mineral seperti kalsium, magnesium dan potasium yang sangat dibutuhkan untuk kesehatan tubuh. Karena itulah kacang hijau banyak dimanfaatkan sebagai makanan olahan berupa makanan bayi, makanan pemulih kesehatan, dan minuman sehat yang hadir dalam berbagai wujud. Sebagai sayuran, biji kacang hijau dicampur sayuran daun atau sayuran bauah seringkalai sebagai lauk saat pesta , sementara kecambah yang enak hanya dikenal berasal dari biji kacang hijau, selain itu kacang hiajau merupakan bahan baku pembuatan tauge yang paling diminati. Teknologi Bertanam Setelah Panen Tembakau Luas pertanaman temabakau khususnya tembakau virginia di Pulau Lombok mencapai sekitar 18.000 ha terkonsentrasi di Kabupaten LomboK Timur disusul Lombok Tengah. Dapat dibayangkan apabila lahan seluas itu dimanfaatkan untuk tanaman kacang hijau, maka akan meningkatkan pendapatan petani sekitar 60.000 KK tani (dengan asumsi setiap KK memiliki 0,3 ha). Namun demikian untuk mendapatkan manfaat yang maksimal, kacang hijau mesti ditanam sesuai anjuran teknologi sebagai berikut: 1. Varietas dan Benih Semua varitas yang telah dilepas cocok ditanam untuk lahan sawah maupun lahan kering (tegal, ladang). Varietas yang tahan terhadap penyakit embun tepung dan bercak daun seperti Volume II No. 8 2009

Sriti, Kutilang, Perkutut, dan Murai dianjurkan untuk ditanam pada musim kemarau Kebutuhan benih sekitar dengan daya tumbuh 90% 2. Penyiapan Lahan Pada lahan bekas tembakau, tidak perlu dilakukan pengolahan tanah (TOT). Bersihkan lahan dari batang tembakau dan gulma, kemudian tanah diratakan Buat saluran drainase dengan jarak 3-5 m, untuk mempercepat meratanya air saat mengairi dan menghindari genangan air saat hujan. 3. Penanaman Benih ditanam secara tugal, lubang benih sedalam 2-3 cm, setiap lubang diisi 2-3 biji. Jangan sekali-kali disebar, karena hasilnya sangat rendah dan pemborosan benih. Jarak tanam yang dianjurkan 40cm x 10 cm atau 40 cm x 15 cm adalah 20-25 kg/ha

Bila benih tidak tumbuh lakukan penyulaman paling lambat umur 7 hari. 4. Pemupukan Untuk lahan kurang subur kacang hijau perlu dipupuk dengan urea 50 kg + SP36 75 kg + KCl 50 kg/ha. Semua pupuk dicampur kemudian disebar dalam larikan diantara barisan tanaman pada saat penanaman. Di lahan sawah bekas tembakau, kacang hijau tidak perlu dipupuk, karena sisa pupuk dari tanaman sebelumnya sudah mencukupi. 5. Penyiangan Penyiangan dilakukan 2 kali yaitu saat umur 2 minggu dan 4-5 minggu. Bila tenaga kerja sulit diperoleh, penyiangan menggunakan herbisida seperti Roundup dengan takaran 1-2 lt/ha, 2 hari sebelum tanam 6. Pengairan Kacang hijau tergolong tanaman yang tidak membutuhkan banyak air, yang paling perlu adalah ketepatan waktu pengairan. Jika air cukup tersedia, pengairan dianjurkan pada umur 10 hari, pada saat

5

berbunga umur 25 hari dan saat pengisian polong umur 45-50 hari. Bila kelembaban tanah cukup sampai menjelang berbunga, pengairan hanya dilakukan 2 kali yaitu umur 25 hari dan umur 45-50 hari. 7. Pengnedalian Hama Hama utama kacang hijau adalah: kutu thrip, lalat kacang, kepik hijau, kepik coklat dan ulat penggerek polong. Hama tersebut dikendalikan dengan insektisida Confidor, Regent, Curacron atau Atabron dengan dosis 2-3 cc/lt dan volume semprot 500-600 lt/ha. 8. Pengendalian Penyakit Penyakit utama kacang hijau adalah: bercak daun, embun tepung dan busuk batang. Pengendalian dilakukan dengan fungisida Benlate, Dithane M-45, Baycor atau Daconil dengan dosis 2 gr/lt air. 9. Panen Panen dilakuakn bila kulit polong berwarna hitam atau coklat, yaitu pada umur 60-70 hari tergantung varietas yang ditanam. Bila pemeliharaan tanaman cukup baik, polong akan mengering serempak sehingga bisa dipanen serempak dengan sabit. Plong segera dijemur selama 2-3 hari hingga kulit mudah terbuka Pembijian dilakukan dengan cara dipukul, sebaiknya dalam karung untuk menghindari kehilangan hasil Biji segera dijemur hingga benar-benar kering, jika untuk disimpan kadar air sekitar 8 10%. Keragaan Pertanaman di Semaye Sebagai bagian dari kegiatan introduksi teknologi oleh BPTP-NTB, demonstrasi yang dilaksanakan di Desa Semaye bertujuan untuk meyakinkan

petani tembakau Lombok Timur dan sekitarnya tentang peluang memanfaatkan waktu luang antara tembakau dan padi. Penanaman dilakukan pertengahan September pada areal 8, 0 ha melibatkan 20 orang petani. Ada 6 (enam) varietas kacang hijau yang didemonstrasikan sekaligus dibandingkan tingkat produktivitasnya yaitu Kenari, Kutilang, Seriti, Murai, Perkutut dan Vima 1. Secara umum, petani telah menerapkan teknologi sesuai ajuran diatas, kendati ada beberapa orang yang karena kondisi tertentu tidak mengikuti anjuran sehingga dapat dijadikan pembanding. Sebelum bertanam, lahan diairi agar kondisi tanah cukup lembab untuk berkecambahnya benih dan pertumbuhan awal. Sejak fase awal tanaman tumbuh dengan baik, dan tidak terjadi serangan hama thrip (bor minyak, bahasa Sasak) yang biasanya berakibat fatal bagi kacang-kacangan. Inilah salah satu kelebihan penanaman kacang hijau setelah tembakau, sebab hama thrip menyerang sekitar bulan MeiJuli sedangkan penanaman kacang hijau setelah tembakau dapat dilakukan akhir Agustus-September. Pada umur sekitar 5 minggu sebagian tanaman terserang virus namun intensitas serangan rendah dan untuk dimaklumi bahwa virus tidak bisa dikendalikan dengan pestisida. Karena itu ketika penyakit ini timbul segera dilakukan penyemprotan insektisida Confidor untuk mengendalikan serangga penular virus (vektor). Tindakan ini cukup berhasil, sebab penyebaran gejala virus tidak meluas. Secara agronomis pertumbuhan tanaman cukup baik, pengairan saat berbunga dilakukan pada sekitar 60% areal demonstrasi, sedangkan sisanya tidak mendapat air karena rusaknya pintu bendungan. Dalam kondisi itu, pertanaman yang memperoleh air menghasilkan polong cukup lebat, demikian juga tanaman yang tidak memperoleh air masih menghasilkan polong meski jumlahnya lebih sedikit. Varietas Vima 1 merupakan kultivar yang paling awal siap panen karena umurnya hanya 58 hari. Karena itulah hampir semua petani merencanakan untuk menanam Vima 1 pada tahun berikutnya. Berdasarkan kondisi rata-rata pertanaman, diperkirakan produktivitas dapat mencapai paling sedikti 1 ton/ha. Jika harga jual Rp 7.000 /kg, penghasilan kotor yang diperoleh Rp 7 juta /ha. Apabila jumlah biaya produksi

Volume II No. 8 2009

6

Rp 2 juta /ha maka penghasilan bersih mencapai Rp 5 juta /ha/2 bulan. Tanggapan masyarakat Melihat keberhasilan tersebut, masyarakat Desa Semaye merasa optimis bahwa kacang hijau benar-benar merupakan tanaman yang dapat menghasilkan dengan memuaskan sebagai tanaman penyelang setelah tembakau. Dengan contoh nyata dari demonstrasi ini, mereka yakin bahwa mulai tahun depan tidak akan ada lagi lahan bekas tembakau yang dibiarkan kosong. Menurut petani dan masyarakat sekitar, menanam kacang hijau setelah tembakau tidak membutuhkan banyak biaya, karena tanah tidak diolah, tidak membutuhkan pupuk dan dalam kondisi air terbatas dapat menghasilkan. Berdasarkan pengalaman tersebut, telah direncanakan untuk tahun berikutnya, seluruh areal bekas tembakau akan ditanami kacang hijau. Agar benih mencukupi khususnya varietas Vima 1, para petani siap memperluas penanaman di lahan kering pada musim hujan mendatang. Kondisi ini tercapai berkat dukungan perbaikan kinerja kelembagaan yang bersinergi dengan perbaikan teknologi on farm dan off farm. Dalam mengembangkan program ini untuk perbaikan pendapatan dan ketahanan pangan rumah tangga di seluruh Kabupaten Dompu, diharapkan pada tahun 2009 sudah mulai dirintis pembinaan yang lebih intensif dari pemerintah daerah dan perencanaan pengembangannya ke wilayah lainnya di Kabupaten Dompu serta tahun 2010 dan seterusnya selayaknya sudah menjadi program pemerintah daerah.

Ubi jalar juga dapat dibuat dalam berbagai jenis bahan makanan seperti kripik, chips, tepung, mie, snack, permen, gula pruktosa dan es krim. Dalam kapasitas sebagai bahan pangan, ubi jalar merupakan sumber gizi yang cukup tinggi yakni selain mengandung karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A, C dan mineral. Bahkan ubi jalar yang daging umbinya berwarna oranye atau kuning, mengandung beta karotin (vitamin A) yang tinggi dan bisa digunakan untuk mencegah penyakit mata. Sedangkan ubi jalar yang daging umbinya berwarna ungu, banyak mengandung antosianin yang merupakan antioksidan, bermanfaat bagi kesehatan sebagai pencegah kanker dan mengikat radikal bebas di dalam tubuh. Permasalahan Usahatani ubi jalar dapat memberikan keuntungan yang memadai dan mudah diterapkan oleh petani. Masalah utama yang dihadapi dalam pengembangan usaha tani ubi jalar antara lain adalah rendahnya hasil rata-rata perhektar lahan ditingkat petani. Produktivitas ubi jalar di Indonesia dari tahun 1983 1991 rata-rata mencapai 8,78 t/ha. Sementara produktivitas ubi jalar di NTB dari tahun 1996 2000 rata-rata mencapai 11,07 t/ha. Produktivitas tersebut masih tergolong sangat rendah dibanding potensi hasil tanaman ubi jalar yang mampu mencapai 23-40 t/ha. Hal ini disebabkan karena persiapan lahan yang kurang sempurna, penggunaan stek bibit dan jarak tanam yang tidak sesuai dengan anjuran, serta jarang atau bahkan sama sekali tidak menggunakan pupuk, baik pupuk organik maupun pupuk anorganik. Untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ubi jalar BPTP NTB memandang perlu membuat semacam visitor plot budidaya ubi jalar untuk memperlihatkan kepada para petani dan masyarakat luas terutama bagaimana cara budidaya ubi jalar sesuai dengan teknologi yang dianjurkan, sehingga produktivitas dan pendapatan petani dapat ditingkatkan. Hasil Visitor Plot BPTP - NTB di Kebun percobaan7

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI JALARH.Noor InggahPendahuluan

Masyarakat selama ini menganggap ubi jalar

sebagai bahan pangan dalam situasi darurat (kurang makanan), bahkan disebut sebagai makanan kelas bawah. Padahal potensi ekonomi dan sosial ubi jalar cukup tinggi, antara lain sebagai salah satu bahan pangan yang efisien pada masa mendatang, yaitu sebagai pakan ternak dan bahan baku berbagai industri. Volume II No. 8 2009

Narmada Tahun 2009, untuk ubi jalar dengan daging umbi berwarna oranye atau kuning sebesar 26 t/ha dan ubi jalar yang daging umbinya ungu 34 t/ha umbi basah. Teknologi Budidaya Ubi Jalar 1. Persiapan Lahan Lahan dibersihkan terlebih dahulu dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang lain. Tanah diolah sempurna (dibajak 2 kali dan digaru 2 kali) Guludan dibuat memanjang (sesuai kebutuhan) dengan lebar 40 cm dan tinggi 40 cm. Sehari sebelum tanam guludan diairi terlebih dahulu agar sewaktu tanam lahannya cukup lembab. 2. Penanaman Ubi jalar sebaiknya ditanam pada akhir musim penghujan hingga pertengahan musim kemarau. Stek bibit ditanam tegak atau miring dengan 2-3 ruas terbenam ke dalam tanah/guludan dengan jarak dalam baris 20 30 cm (populasi tanaman sekitar 33.000 50.000 tanaman/ha). 3. Pemupukan Pupuk kompos 10 ton/ha diberikan bersamaan dengan pembuatan guludan/ bedengan. Pupuk an organik dengan dosis 100 kg urea + 100 kg SP 36 + 100 kg KCl/ha. Cara pemberian 1/3 dosis Urea dan KCl serta seluruh SP-36 diberikan pada satu minggu setelah tanam. Sedangkan sisanya 2/3 Urea dan KCl diberikan pada saat tanaman berumur 1,5 bulan setelah tanam. Pupuk yang sudah diberikan sebaiknya ditutup dengan tanah.

4. Perawatan Penyiangan sekaligus penggemburan guludan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada umur 4 minggu, 8 minggu dan 12 minggu setelah tanam. Pembalikan batang perlu dilakukan untuk mencegah munculnya akar dari ruas batang sebanyak 3 kali, bersamaan dengan penyiangan dan penggemburan guludan yaitu pada umur 4 minggu, 8 minggu dan 12 minggu setelah tanam. Pengairan perlu dilakukan minimal 3 kali selama masa pertumbuhan yaitu pada umur 1 minggu, 6 minggu dan umur 10 bulan setelah tanam.

5. Pengendalian Hama Penyakit a). Hama Hama yang sering menyerang tanaman ubi jalar adalah boleng (Cylas formicarius) dan hama penggerek batang (Omphisa anastomasalis). Hama ini dapat dikendalikan dengan cara PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yaitu menggunakan varietas yang tahan hama, stek bibit yang sehat, pemberian furadan secara larikan 5 - 7 cm dari barisan tanaman, pengairan yang cukup, pembubunan, panen tepat waktu, serta rotasi tanaman. b). Penyakit Penyakit utama adalah cendawan Sphaceloma batatas atau Elsino batatas. Gejala serangan adalah berupa kudis pada daun dan batang, selanjutnya daun dari tunas-tunas menjadi kriting. Penyakit ini dikendalikan dengan prinsip PPT (Pengendalian Penyakit Terpadu) yaitu dengan menggunakan varietas yang tahan penyakit, perbanyakan bibit dengan umbi, rotasi tanaman, stek bibit yang sehat, sanitasi, pemangkasan bagian tanaman yang sakit. 6. Panen a). Ubi jalar umumnya sudah dapat dipanen setelah berumur 4 - 5 bulan setelah tanam, dengan ciri-ciri yaitu semua daun sudah menguning, dan batang berwarna coklat.

Volume II No. 8 2009

8

b). Panen umumnya menggunakan pacul untuk membongkar guludan. Akan tetapi, terlebih dahulu dilakukan pemotongan batang ubi jalar setinggi 20 25 cm diatas guludan. c). Umbi yang sudah di panen, diseleksi menurut ukuran besar kecilnya kemudian diikat untuk disimpan atau langsung dipasarkan.

mendukung program Pemerintah Daerah dalam penyediaan teknologi pertanian melalui serangkaian kegiatan penelitian, pengkajian dan diseminasi teknologi. BPTP NTB telah banyak menghasilkan paket teknologi pertanian dan sampai sekarang masih terus melaksanakan penelitian, pengkajian dan penyebarluasan (diseminasi) hasil-hasil penelitian dan pengkajian. Bentuk-bentuk kegiatan BPTP NTB selain penelitan terapan dan pengkajian adaptasi, juga dalam wadah gelar teknologi, demplot, publikasi (brosur, leaflet, poster), siaran TV dan Radio, dan sebagainya. Inovasi teknologi oleh BPTP NTB kepada masyarakat tani selama ini diupayakan dalam bentuk teknologi tepat guna spesifik lokasi. Teknologi yang mudah diimplementasikan, hasilnya nyata dan dapat meningkatkan produktivitas, serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Inovasi teknologi BPTP NTB bisa dalam bentuk penelitian adaptif, pengkajian, gelar teknologi, demplot, dan model pengkajian-diseminasi-pengembangan dalam nuansa yang lebih komprehensif. Inovasi teknologi yang banyak dilakukan BPTP NTB selama tahun 2009 antara lain introduksi varietas unggul padi dan palawija. Varietas unggul baru padi yang dikembangkan antara lain : Mekongga, Cigeulis, Cibogo, Limboto, Silugonggo, dan Inpari. Beberapa varietas unggul jagung hibrida antara lain : Bima-1, Bima-2, Bima-3, dan Bima-4. Varietas kacang tanah meliputi Jerapah, Kancil, Tuban, Bison, dan Bima. Varietas kacang hijau yang dikembangkan yaitu : Kutilang, Murai, Kenari, Sriti, Perkutut, dan Vima-1. Uji adaptasi varietas-varietas unggul padi dan palawija di beberapa lokasi di NTB menunjukkan hasil yang signifikan, dimana varietas-varietas unggul baru tersebut produktivitasnya jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang selama ini ditanam petani. Di Desa Semaya Kecamatan Sikur Kabupaten Lombok Timur, introduksi teknologi BPTP NTB telah dapat merubah pola tanam masyarakat yang tadinya membiarkan lahan sawahnya kosong sehabis panen tembakau sambil menunggu musim hujan untuk menanam padi; kini dapat ditanami kacang hijau yang umurnya hanya 2 bulan. Dengan lahan seluas 1 ha, produktivitas 1,2 ton/ha dan harga jual kacang hijau Rp. 8.000/kg, petani akan memperoleh9

REFLEKSI KEGIATAN BPTP NTB TAHUN 2009IMPLEMENTASI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN YANG MEMBUMIDwi Praptomo S

Pembangunan

pertanian

di

Indonesia

merupakan salah satu prioritas utama pembangunan nasional, terutama karena potensi sumberdaya alam yang begitu besar. Demikian halnya dengan potensi sumberdaya alam di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang begitu melimpah, terutama potensi sumberdaya pertaniannya, menempatkan pembangunan pertanian dalam wadah rumpun hijau menjadi sesuatu yang sangat penting. Sektor pertanian menjadi andalan di NTB karena sebagian besar penduduk bekerja di sektor ini, ketergantungan masyarakat terhadap pangan, dan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB NTB adalah terbesar kedua setelah sektor pertambangan. Laju pertumbuhan penduduk yang relative tinggi di NTB tentu perlu diikuti dengan penyediaan pangan yang cukup dan berkelanjutan, dan penyediaan tambahan lapangan kerja juga membutuhkan peningkatan pertumbuhan sektor pertanian yang signifikan. Salah satu faktor penting dalam meningkatkan produksi dan produktivitas sektor pertanian adalah inovasi teknologi. Oleh karena itu diperlukan peran nyata institusi yang mempunyai mandat dalam penyediaan terknologi pertanian, yaitu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). BPTP merupakan salah satu lembaga penelitian dan pengkajian di bidang pertanian di bawah Badan Litbang Departemen Pertanian yang dibentuk untuk Volume II No. 8 2009

pendapatan kotor Rp. 9.600.000. Jika biaya produksi Rp. 2.000.000, maka pendapatan bersih mereka Rp. 7.600.000/ha yang tadinya kosong tidak ditanami. Panen kacang hijau pada dem-area seluas 8 ha di Semaya oleh Gubernur NTB, TGH. M. Zainul Majdi MA dan Bupati Lombok Timur M. Sukiman Azmy beserta para petani pada tanggal 17 Nopember 2009 lalu, menunjukkan betapa besar

pengusaha, organisasi profesi kelompok tani, pelajar, serta masyarakat umum lainnya. Dalam ekspose ditampilkan berbagai teknologi pertanian terbaru hasil Badan Litbang Pertanian dari subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Selain acara puncak ekspose, juga telah ditandatangani MoU antara Badan Litbang Pertanian Deptan dengan Gubernur NTB dan Bupati/Walikota se NTB berisi kerjasama antara Badan Litbang Pertanian Deptan dengan Pemda NTB dan Pemda Kabupaten/Kota untuk membangun sektor pertanian di NTB berbasis inovasi teknologi.

Gambar Gubernur NTB, TGH.M.Zainul Majdi MA sedang panen kacang hijau di Desa Semaya Lotim.

peran teknologi yang diimplementasikan secara tepat sehingga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Selain pengkajian dan diseminasi teknologi di tingkat lapangan, BPTP NTB juga mencoba untuk mempromosikan hasil-hasil penelitian dan pengkajian dalam bentuk ekspose dan open house di Kebun Percobaan Narmada. Dalam acara ekspose dan open house tersebut dilaksanakan beberapa rangkaian acara diantaranya yaitu pameran dan bazaar, kunjungan lapangan, demonstrasi, pertemuanGambar Gubernur NTB, TGH. M. Zainul Majdi, MA, selesai Penandatangan MoU dengan Kepala Badan Litbang Deptan Dr.Ir. Gatot Irianto, MS,DAA.

Gambar Gubernur NTB, TGH.M. Zainul Majdi, MA menyaksikan Ekspose teknologi pertanian di BPTP NTB

aplikasi teknologi, dll. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Badan Litbang Pertanian Deptan (Dr.Ir. Gatot Irianto, MS, DAA) beserta para Kapuslitbang Pertanian, Gubernur NTB, para Bupati/Walikota se NTB, para pejabat, petugas, penyuluh pertanian, kalangan akademisi, pakar, Volume II No. 8 2009

Dukungan BPTP NTB dalam membangun pertanian dan masyarakat pedesaan pada umumnya juga diwujudkan dalam Program Rintisan Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian atau lebih dikenal dengan nama PRIMA TANI. Progam ini merupakan upaya mempercepat diseminasi teknologi pertanian kepada petani dalam bentuk laboratorium lapang sebagai tempat belajar sekaligus aplikasi teknologi. Sebagai model pembangunan pertanian melalui percepatan inovasi teknologi, PRIMA TANI mengedepankan pendekatan partisipatif masyarakat dan pendekatan wilayah berbasis agribisnis. Hal lain yang penting dalam PRIMA TANI adalah penguatan kelembagaan tani di desa sebagai syarat penting dalam pemberdayaan masyarakat dan sebagai strategi kelestarian program ini ke depan setelah dilepas pengawalannya oleh BPTP atau Pemerintah Daerah. PRIMA TANI harus melibatkan Pemda, terutama Pemda Kabupaten/Kota sebagai unit organisasi otonom terdepan. Oleh karena itu dari awal BPTP telah mengajak Pemda, dalam hal ini Dinas/Badan lingkup pertanian sebagai anggota10

tim PRIMA TANI. Kegiatan PRIMA TANI di NTB dimulai tahun 2005 di dua lokasi yaitu 1) Desa Jurumapin Kecamatan Buer Kabupaten Sumbawa, dan 2) Desa Songgajah Kecamatan Kempo Kabupaten Dompu. Pencanangan PRIMA TANI dilaksanakan pada bulan Desember 2005 dengan penanaman tanaman buah-buahan oleh Gubernur NTB pada waktu itu H. L Serinata di Desa Jurumapin. PRIMA TANI di Desa Jurumapin merupakan salah satu pendukung utama program Agropolitan Alas-Uthan yang dilaksanakan Pemda Kabupaten Sumbawa, dengan titik ungkitnya di lokasi Agrotamase Jurumapin. Agrotamase Jurumapin merupakan konsep wisata agro (wisata berbasis pertanian) di daerah perbukitan lahan kering dengan view yang indah, meliputi pemandangan perbukitan, persawahan, pemukiman penduduk, dan laut. PRIMA TANI di Jurumapin mencoba memasukkan teknologi budidaya tanaman buah-buahan (sawo, mangga, pamelo, nangka, pisang, dll) sebagai tanaman tahunan dan juga tanaman musiman seperti jagung, kacang tanah, kacang hijau, kedele, dan sayuran. Sambil berwisata, pengunjung dapat menikmati pemandangan alam sambil memetik dan makan langsung buah-buahan segar. Lokasi PRIMA TANI di Jurumapin ini kini sudah memberikan manfaat bagi petani dengan adanya tanaman buah-buahan sebagai pengganti semak belukar, adanya tambahan pendapatan petani, makin menggeliatnya perekonomian masyarakat dengan makin ramainya pengunjung Agrotamase.

Beberapa event regional sudah dilaksanakan di sini, antara lain Lomba lari 10 km dan Lomba Sepeda santai. Sedangkan pada tanggal 17-19 Januari 2009 lalu telah diselenggarakan kegiatan Kemah Bhakti Penyuluh yang diikuti para penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan se NTB yang dihadiri langsung oleh Gubernur NTB TGH.M. Zainul Majdi, MA dan Wakil Gubernur Ir. H. Badrul Munir, MM, serta undangan dari Departemen Pertanian, Departemen Kelautan dan Perikanan, serta Departemen Kehutanan. Hasil survai menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan masyarakat dari usahatani berbasis program PRIMA TANI di Desa Jurumapin mencapai 55% per tahun. PRIMA TANI di Desa Songgajah Kecamatan Kempo Kabupaten Dompu mencoba memperbaiki teknologi pemeliharaan tanaman jambu mente, introduksi varietas unggul jagung, manajemen pemeliharaan sapi dan ayam buras. Selain itu juga introduksi teknologi pembuatan kompos. Di daerah kering Songgajah dengan masyarakat transmigran dari Jawa, Bali, dan Lombok, serta penduduk lokal Dompu, maka keragaman adat budaya menjadi salah satu potensi yang bisa dikembangkan. Program PRIMA TANI di daerah ini telah dapat meningkatkan pendapatan petani sekitar 35% per tahun dari berbagai usahatani, termasuk adanya instalasi biogas yang dapat menghasilkan gas untuk lampu penerangan dan untuk memasak. Di lokasi ini juga telah dilaksanakan panen raya jagung oleh Gubernur NTB dan Bupati Dompu pada tanggal 25 Maret 2008. PRIMA TANI di lokasi lain baru dimulai tahun 2007 di 6 Kabupaten/Kota yaitu di Desa Genggelang Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Barat (sekarang Kabupaten Lombok Utara), Desa Karang Sidemen Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah, Desa Sugian Kecamatan Sambalia Kabupaten Lombok Timur, Desa Poto Tano Kecamatan Poto Tano Kabupaten Sumbawa Barat, Desa Ntori Kecamatan Wawo Kabupaten Bima, dan Kelurahan Kumbe Kecamatan RasanaE Timur Kota Bima. Berbagai kegiatan penelitian, pengkajian, dan diseminasi teknologi yang telah dilaksanakan di atas merupakan salah satu wujud kepedulian BPTP NTB dalam upaya mendukung programprogram pembangunan daerah di sector11

Gambar Panen jagung di lokasi PRIMA TANI Desa Jurumapin, Kec Buer, Kab. Sumbawa

Volume II No. 8 2009

pertanian, terutama yang terkait dengan pelestarian swasembada pangan dan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan kesejahteraan petani menuju NTB yang beriman dan berdaya saing. Komoditas unggulan jagung, sapi, dan rumput laut yang telah ditetapkan Pemda Provinsi NTB sebagai komoditas prioritas juga harus menjadi arah pengembangan pertanian NTB ke depan tentunya dengan tidak melupakan komoditas pendukung lainnya. Inovasi teknologi yang diinisiasi BPTP NTB pada prinsipnya adalah dalam rangka mewujudkan program nasional dan daerah berbasis pertanian, dan yang terpenting implementasinya dalam wujud nyata yang realistis, dapat diterapkan petani, dan meningkatkan pendapatan masyarakat secara signifikan. Inilah yang dicitacitakan masyarakat petani dan pedesaan pada umumnya. Meskipun demikian, apabila ada kegiatan-kegiatan BPTP NTB yang masih belum sampai ke pelosok-pelosok, ini karena kendala dana dan sumberdaya manusia. Diharapkan model inovasi teknologi yang sudah ada dapat direplikasi oleh Dinas/Badan lingkup pertanian yang membidangi masalah ini. Demikian juga peran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) menjadi sangat penting dalam upaya penyebarluasan inovasi teknologi ini.

tersebut di lontarkan oleh Direktur Budidaya Ruminasia mengingat keberhasilan kolaborasi penelitian kerjasama antara ACIAR, Dinas Peternakan, BPTP dan Fakultas Peternakan Universitas Mataram dalam manajemen pemeliharaan sapi bali di Kabupaten Lombok Tengah sejak tahun 2000 2004 dan dilanjutkan dengan kegiatan scalling up 2006 2010. Keberhasilan petani mendapatkan satu induk, satu anak, satu tahun dimasa yang akan datang dapat ditingkatkan menjadi satu induk, dua anak, satu tahun, harap Fauzi Luthan. Lebih jauh dikatakannya, hal ini bukanlah hal yang mustahil untuk didapatkan, karena inovasi teknologi sapi beranak kembar sudah mulai dilakukan penelitiannya oleh Badan Litbang Pertanian dan lembaga penelitian lainnya. Kejadian sapi kembar di Nusa Tenggara Barat berdasarkan survey yang telah dilakukan sejak bulan Juli November 2009 cukup banyak yaitu mencapai 80 kejadian kelahiran kembar. Kabupaten Lombok Tengah, untuk sementara merupakan daerah terbanyak dijumpai kelahiran kembar sebanyak 35 kejadian. Pada tahun 2009 BPTP NTB sedang melaksanakan penelitian Sapi beranak kembar melalui perbaikan pakan dan stimulasi hormon.

SATU INDUK, DUA ANAK, SATU TAHUN???Prisdimingo

Para

peneliti

dan

akedemisi

ditantang Saat ini pelaksanaan penelitian sudah menyiapkan 5 ekor induk yang pernah beranak kembar dan satu ekor pejantan. Menurut Dr. Tanda Panjaitan selaku penanggung jawab penelitian, diharapkan pada minggu pertama bulan November 2009 kegiatan perbaikan pakan terhadap sapi perlakuan sudah dapat dimulai dan pemberian hormon untuk meningkatkan peluang multiple ovulasi sudah dapat dilakukan pada awal Desember sehingga monitoring kebuntingan dapat diamati pada akhir Desember atau 18 hari setelah dikawinkan dan pemeriksaan kebuntingan untuk melihat jumlah corpus luteum dapat dilakukan pada minggu kedua bulan Januari untuk memperkirakan bunting tunggal atau kembar.12

menghasilkan inovasi satu induk, dua anak, satu tahun untuk mempercepat program swasembada daging dan merealisasikan Bumi Sejuta Sapi di Nusa Tenggara Barat. Hal ini disampaikan Dr. Fauzi Luthan dalam sambutannya pada pelaksaan Panen Pedet di Lombok Tengah, NTB (29/10/2009). Tantangan

Volume II No. 8 2009

SUSTAINABILITAS PEMBERANTASAN CACING RAMAH LINGKUNGAN UNTUK MENEKAN ANGKA KEMATIAN PEDET DI BUMI SEJUTA SAPI Pemberantasan Penyakit Cacingan sering diabaikan karena mahalnya harga obat, perlu diupayakan pengobatan tradisional yang murah dan ramah lingkunganLuh G.S. Astiti dan Tanda Panjaitan

Bumi Sejuta Sapi merupakan program terkini

yang dicanangkan Pemda Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam bidang Peternakan. Menjadikan NTB sebagai Provinsi surplus sapi dengan salah satu misi mendukung ketahanan pangan melalui penyediaan protein hewani merupakan pekerjaan yang harus didukung oleh semua sektor. Berbagai aspek juga turut terlibat dalam pencapaian Bumi Sejuta Sapi sehingga tujuan dicanangkannya gerakan ini dapat tercapai . Salah satu aspek yang juga berperan sangat penting adalah aspek kesehatan hewan. Bila berbicara tentang aspek ini maka tentunya tidak akan pernah terlepas dari kata penyakit. Penyakit yang paling sering diabaikan dan memberi pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan ternak sapi adalah cacingan (Helminthiasis). Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis cacing baik dari kelas cacing gilig, cacing pipih dan cacing pita. Infestasi cacing yang bersifat parasit pada ternak ini mengakibatkan terjadinya penurunan berat badan, anemia, diare dan menurunnya kondisi tubuh sapi terutama pedet sehingga mudah terserang penyakit infeksi lainnya baik oleh bakteri ataupun virus yang dapat berakhir pada kematian. Jumlah kasus cacingan dari seluruh kabupaten/ kota yang tercatat di Dinas Peternakan Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dari Januari sampai Juni 2008 mencapai 408 kasus. Hal ini memberikan gambaran potensi kehilangan ekonomis yang sangat besar pada industri ternak sapi di NTB sebagai akibat dari penyakit tersebut. Disisi lain kesadaran dan pengetahuan masyarakat peternak akan dampak negatif dari serangan atau infestasi parasit cacing masih sangat rendah sehingga upaya pemberantasan penyakit ini masih sering diabaikan oleh para peternak terutama peternak tradisional. Hal ini ditingkahi lagi dengan mahalnya harga obat Volume II No. 8 2009

dan sulitnya mendapatkan obat cacing sehingga hal ini sering digunakan sebagai alasan parapeternak untuk tidak menerapkan pengendalian penyakit cacingan. Upaya untuk memberikan obat cacing (anthelminthik) secara massal untuk mensukseskan gerakan Bumi Sejuta Sapi (BSS) merupakan kebijakan pemerintah yang perlu mendapat dukungan dari semua pihak. Pemberian obat cacing dalam jangka pendek akan dapat mendongkrak penampilan ternak dan mendorong terjadinya perbaikan produksi ternak. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa, pemberian obat cacing pada sapi secara nyata menurunkan jumlah telur cacing gilig dan telur cacing hati pada kotoran ternak. Disamping itu pemberian obat cacing juga dapat meningkatkan berat badan rata-rata 18 kg daripada sapi yang tidak diberi obat cacing. Namun demikian pemberian subsidi obat cacing dalam jangka panjang akan membebani pemerintah dan menciptakan ketergantungan baru atau menurunkan kemandirian petani dalam mengelola usaha ternaknya. Dari sisi manajemen pemeliharaan, pemberian obat cacing dalam jangka panjang menyebabkan cacing kebal terhadap pengobatan yang dilakukan sehingga selain subsidi obat cacing yang akan terus meningkat efektifitas obat cacing juga akan terus berkurang. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan sistem pemberantasan penyakit cacingan secara mandiri dan berkelanjutan untuk mempertahankan penampilan dan produksi ternak paska gerakan sehingga surplus sapi dapat terus lestari di Bumi Sejuta Sapi ini. Pengembangan pengetahuan dan kearifan lokal tentang obat tradisional mungkin perlu digali dan ditumbuhkembangkan lagi. Departemen Kesehatan RI melalui Ditjen Pengawasan Obat dan Makanan sangat mendorong penggunaan obat tradisional. Penggunaan obat tradisional selain menjamin produk ternak yang aman,13

tidak menimbulkan sifat kebal terhadap obat juga dapat membangun kemandirian peternak dalam mengelola usaha ternaknya. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa biji nimba (Azadirachta indica A. Juss) dan daun nenas (Ananas comosus Merr) mengandung khasiat seperti obat cacing. Dengan pemberian 300 mg/kg berat badan pada domba dan kambing dapat menurunkan infestasi cacing sebesar 30% dan efek pemberian daun nenas terlihat 3 hari setelah pemberian. Tanaman lain yang juga dapat bersifat sebagai obat cacing adalah Lamtoro (Leucaena leucochepala) yang dapat menurunkan tingkat infestasi cacing pada ternak sapi. Khasiat Lamtoro atau petai cina sebagai pembasmi cacing perut pada manusia sudah dipercaya dan banyak diterapkan secara turun temurun terutama di pedesaan. Kandungan tannin pada Lamtoro dipercaya sebagai salah satu penyebab rendahnya serangan atau infestasi cacing pada ternak yang diberi pakan Lamtoro. Demikian juga dengan jenis tanaman legume pohon seperti Calliandra (Calliandra callothyrsus), Turi (Sesbania grandiflora) dan Gamal (Gliricidia sepium). Tannin juga merupakan pembalut protein yang memberikan efek bypass protein dari rumen sehingga proporsi protein pada pakan yang terfermentasi di dalam rumen dapat dikurangi. Hal ini disebabkan karena protein pada pakan dapat mencapai usus halus sebelum mengalami

perombakan di dalam rumen sehingga total ketersediaan protein yang sampai ke usus halus meningkat maka peluang penyerapan protein di dalam usus halus akan meningkat pula. Sehingga efisiensi penggunaan protein pakan menjadi lebih tinggi. Selain itu gas metan (CH4) sebagai salah satu hasil akhir fermentasi pakan yang dilakukan oleh bakteri metanogenesis di dalam rumen dan bersifat tidak ramah lingkungan dapat ditekan. Pemberian obat cacing merupakan komponen teknologi yang mutlak diperlukan untuk memperbaiki kesehatan ternak. Penggunaan obat cacing kimiawi yang terus menerus dapat menimbulkan dampak kebal pada cacing. Penggunaan obat tradisional digunakan untuk menekan infestasi cacing tanpa menimbulkan dampak kebal pada cacing dan yang terpenting menjadikan produk ternak lebih aman untuk dikonsumsi. Sifat pemberian obat tradisional yang membutuhkan perhatian dan tenaga yang lebih dapat menjadi kendala pemanfaatanya. Pengendalian cacing secara berkekelanjutan dapat dilakukan dengan pemberian pakan legume pohon seperti Lamtoro, Calliandra, Turi dan Gamal yang mempunyai kandungan tanin selain dapat meningkatkan produksi ternak juga dapat menekan emisi gas metan dari rumen dan produk yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi serta proses produksi yang juga ramah terhadap lingkungan.

TEMU LAPANG PENDAMPINGAN PENERAPAN INOVASI TEKNOLOGI USAHATANI CABE DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS PEDESAAN DI DESA PERIAN KECAMATAN MONTONG GADING KABUPATEN LOMBOK TIMURPutu Cakra dan Irma Mardian

Pemberdayaan

petani

dalam

konteks

pengentasan kemiskinan telah dirintis oleh Program Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) melalui pendekatan kegiatan agribisnis. Di wilayah Desa Perian terdapat peluang agribisnis pedesaan berupa pengolahan kotoran sapi menjadi kompos yang telah diterapkan oleh kelompok binaan BPTP NTB yaitu kelompok tani ternak Al Muhajirin sejak tahun 2007 dimana awalnya banyak limbah Volume II No. 8 2009

kotoran sapi yang tidak termanfaat-kan baik itu berupa kotoran padat maupun cair di kelompok tani ternak ini. Pada tahun 2008-2009 BPTP NTB melalui program Pendampingan Penerapan Inovasi Teknologi mencoba untuk meningkatkan mutu kompos dengan mengaplikasi beberapa dekomposer untuk mendapatkan teknologi pengolahan kompos yang lebih ekonomis dengan mutu yang baik, serta membuka peluang14

untuk pemasaran kompos yang lebih luas. Di samping itu juga mencoba memanfaatkan urine sapi menjadi pupuk cair atau bio urine, serta pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadi biogas. Tahun 2009 adalah tahun terakhir kiprah BPTP NTB mendampingi petani dalam wadah P4MI untuk mendukung peningkatan petani melalui inovasi. Oleh karena itu, diseminasi inovasi teknologi yang telah diterapkan dan dirasakan manfaatnya oleh kelompok tani binaan BPTP perlu disosialisasikan sehingga dapat lebih cepat dan mudah diadopsi oleh petani lainnya maupun dapat diteruskan serta didukung oleh stakeholder setempat. Oleh karena itu sebagai bagian dari exit strategy dan penyerahan tongkat estafet pendampingan pada stakeholder setempat maka pada tanggal 3 Desember 2009 diadakan Temu Lapang Pendampingan Penerapan Inovasi Teknologi Usaha Tani Cabe Mendukung Agribisnis Pedesaan di lokasi Demplot Cabe Desa Perian Kabupaten Lombok Timur.

dengan kondisi petani. Selain itu, dalam acara ini dipamerkan pula produk kompos, biourine, cabe hasil demplot, padi dengan aplikasi biourine, serta produk pengolahan hasil pertanian seperti keripik pisang, jahe instan, teh rosela. Dalam kata sambutannya Kepala Desa Perian mengungkapkan manfaat serta rasa terima kasihnya karena sejak masuknya program P4MI, kegiatan pertanian desa Perian mengalami diversifikasi tanaman dari komoditas padi dan tembakau bertambah komoditas baru yakni cabe. Komoditas baru ini sesuai dengan agroekosistem setempat dan menjadi pengungkit peningkatan pendapatan petani karena produksi, pemasaran dan harga cukup bagus. Aplikasi bahan organik yakni kompos dan biourine meningkatkan produksi cabe dan dapat diatur lama pemasakan buah sehingga dapat menunda penjualan dan menunggu harga cabe tinggi. Kepala BPTP NTB dalam sambutannya menyambut gembira kemajuan dan manfaat yang dirasakan petani desa Perian atas adanya program P4MI. Kemajuan penerapan inovasi teknologi untuk desa Perian telah menunjukkan

Temu lapang kegiatan demplot cabe ini bertujuan untuk memaparkan hasil dan perkembangan kegiatan selama mendampingi pengembangan agribisnis pedesaan di Desa Perian sekaligus mendapatkan umpan balik dan dukungan berasal dari stakeholder terkait. Acara temu lapang dihadiri oleh pejabat yang mewakili Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortkultura Provinsi NTB, Kepala BPTP NTB, pejabat yang mewakili Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Timur, Konsultan P4MI, PIU P4MI, Camat Montong Gading, Kepala UPTB Montong Gading beserta Penyuluh, petani desa perian dan sekitarnya. Dalam kesempatan tersebut tamu undangan beserta peserta temu lapang melakukan panen cabe sambil melihat aplikasi dan produksi cabe dengan penggunaan kompos dan biourine, sehingga petani dapat membandingkan pilihan teknologi yang menguntungkan dan sesuai Volume II No. 8 2009

progress yang cukup bagus ditandai peningkatan

pengetahuan, keterampilan dan pendapatan serta banyaknya kunjungan ke desa Perian dan menjadikan desa perian sebagai tempat15

latihan dan belajar inovasi teknologi baik dari luar propinsi maupun sekitar seperti dari propinsi Sulawesi Tengah, pelajar, kelompok tani desa sekitar. Hal ini merupakan indikasi bahwa embrio telah terbentuknya desa Perian sebagai desa agribisnis. Dalam kesempatan yang sama, Pejabat yang mewakili Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortkultura Provinsi NTB menyampaikan pengembangan kawasan desa Perian sebagai desa agribisnis berbasis pertanian dengan nuansa organik ini bagus sekali sebagai rintisan memproduksi sayuran bebas pestisida. Inovasi teknologi ini diharapkan dapat diterapkan secara kontinyu dalam bidang pertanian dan dapat dicontoh oleh desa lainnya. Beliau juga berjanji akan membantu memfasilitasi pengembangan desa Perian Sebagai desa Agribisnis dengan mendukung dalam fasilitas dan infrastruktur. Caranya petani setempat mengajukan proposal melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortkultura Provinsi NTB untuk dapat ditindak lanjuti. Pada sesi temu wicara yang di pandu oleh Ir. Achmad Muzani peserta temu lapang dapat lebih jauh berdiskusi baik tentang teknologi introduksi maupun tentang strategi pemasaran.

Departemen Pertanian pada akhir tahun 2009. Sesuai dengan pedoman yang ada, maka di akhir Program Prima Tani harus diserahkan kepada Pemerintah Daerah setempat untuk dilanjutkan dan dikembangkan. Untuk itu telah dilakukan Workshop Koordinasi Implementasi Transfer dan Evaluasi Prima Tani di Hotel Grand Jaya Raya Cipayung - Bogor pada tanggal 6 s.d 8 Desember 2009. Workshop yang dihadiri oleh utusan dari 32 Propinsi yang terdiri dari para

DARI WORKSHOP AKHIR TAHUN PRIMA TANI DI CIPAYUNG BOGOR

PRIMA TANI BUKAN PROGRAM STRATEGIS LAGI

Achmad Muzani

Tidak terasa sudah lima tahun Program Prima

Tani diperkenalkan oleh Badan Litbang Pertanian dan menjadi Program unggulan Departemen Pertanian. Dalam perjalanannya banyak mengalami kemajuan dalam arti memberikan hasil yang positif pada pengembangan agribisnis di pedesaan, setidaknya pada beberapa lokasi telah meletakkan dasar bagi pengembangan agribisnis. Ketika sedang gencar dan nikmatnya para peneliti dan penyuluh membina dan mengembangkan program ini, pada saat yang sama muncul kebijakan baru Mentri Pertanian bahwa Prima Tani pada tahun 2010 sudah tidak lagi menjadi program strategis Departemen Pertanian, dengan kata lain Program Prima Tani harus sudah selesai pembiayaannya dari DIPA Volume II No. 8 2009

Kepala BPTP, para Koordinator Prima Tani dan Manajer Prima Tani lebih terfokus pada persiapan Transfer Pengawalan Prima Tani dan mengungkap kisah keberhasilan pada masingmasing lokasi Prima Tani. Dari BPTP-NTB di hadiri Kepala BPTP (Dr.Ir. Dwi Praptomo S, MS), Koordinator Prima Tani (Ir. Irianto Basuki, MS), mewakili Manajer Prima Tani NTB (Ir. Achmad Muzani dan L. Wirajaswadi, M.Ed) serta staf sekretariat Prima Tani (Farida Sukmawati M, S.Pt). Beberapa hal yang terkait dengan Implementasi Transfer Prima Tani yang mengemuka pada saat presentasi dan diskusi antara lain : (1) Bahwa Prima Tani yang berdasarkan evaluasi tergolong ke dalam klasifikasi A dan B, harus di transfer pada Desember 2009 atau paling lambat pertengahan tahun 2010, (2) mekanisme transfer dilaksanakan secara formal, baik dengan seremonial maupun tidak dengan seremonial, (3) harus disertai dengan Berita Acara penyerahan, (4) hal-hal yang dialihkan berupa pembinaan dan pembiayaan, pengelolaan aset, Rancang Bangun dan Road Map yang telah disesuaikan, (5) Fungsi Klinik Agribisnis harus tetap difungsikan sebagai sumber informasi inovasi teknologi dan kelembagaan. Berdasarkan pengalaman pelaksanaan Transfer Pengawalan di Propinsi Bali, terungkap beberapa hal yang mendukung keberhasil Transfer dan dapat menjadi referensi bagi lokasi yang belum melakukan transfer antara lain yaitu a) ada16

Panen pedet di Lombok Tengah di hadiri oleh Gubernur NTB KH. Zainul Majdi,MA (atas kiri); Dr. Fauzi Luthan mewakili Badan Litbang memberikan sambutan dan hadiah sapi kepada peternak (Kanan)

Panen Kacang Hijau di Desa Semaya (kiri atas); Workshop P4MI (kanan atas); Pameran Hasil KWT Pada kegiatan Workshop dan exit strategi (bawah).

Volume II No. 8 2009

17

Pertemuan UAPPA/B Wilayah Deptan NTB (atas); Pelatihan Penyuluh Pertanian Lokasi P4MI (atas tengah); Temu Lapang Agribisnis P4MI Perian (kiri atas); Magang dan Study Banding kegiatan P4MI ke Pulau Jawa.

Volume II No. 8 2009

18

keberhasilan yang terjadi di lapangan, b) ada upaya advokasi ke Pemda dan stakeholder lainnya, c) ada upaya promosi, penilaian dan pemberitaan oleh fihak lain, d) proaktif memanfaatkan peluang akses ke Pemda sebagai entry point membangun sinergi dengan program daerah, e) adanya koordinator wilayah (LO) yang mampu melakukan koordinasi antar stakeholder dan antar institusi di daerah. Terkait dengan prosesi Tranfser, maka menjadi keharusan bagi setiap lokasi Prima Tani terutama yang tergolong kelas A dan B mengungkap kisah keberhasilan ( success story ) di tempat masing-masing. Hal-hal yang perlu diungkapkan adalah keberhasilan akselerasi teknologi, inovasi kelembagaan. Road map juga menjadi informasi dasar sehingga terlihat peran intervensi teknologi. Dalam sukses stori tidak hanya menyampaikan keberhasilan saja, tetapi juga mengungkap proses pencapaian keberhasilan tersebut sebagai pembelajaran. Spillover harus dijadikan

TEMU LAPANG

GELAR TEKNOLOGI MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI TERPADU DI SEMBALUN LAWANGSasongko WR

Sembalun

Lawang berada di kaki gunung

Rinjani, dengan keinggian sekitar 1.600 m dari permukaan laut, merupakan suatu lokasi yang cukup unik. Pada beberapa tahun yang lalu daerah ini cukup di kenal sebagai salah satu daerah penghasil bawang putih di Indonesia. Sekarang walaupun komoditas bawang putih sudah mulai berkurang, namun komoditas baru yang sedang naik daun saat ini adalah kentang. Selama ini daerah Sembalun dikenal sebagai daerah penghasil berbagai jenis tanaman hortikultura seperti cabe keriting, cabe merah, paprika, kubis, bawang merah, bawang putih, wortel. Sayur-sayuran yang dihasilkan adalah untuk memenuhi kebutuhan di dalam wilayah NTB maupun ke luar daerah seperti Jawa Timur dan lainnya. Di balik itu masih ada komoditi yang cukup berpotensi, yang selama ini kurang mendapat perhatian karena lebih terfokus pada tanaman hortikultura, yaitu ternak sapi. Populasi sapi di Sembalun kurang lebih sekitar 5.000 ekor, yang dipelihara secara ekstensif, semi intensif dan intensif. Daerah pegunungan yang cukup luas dan tidak digunakan untuk lahan pertanian, menjadi tempat menggembala sebagian besar ternak-ternak sapi. Penduduk Sembalun yang bermata pencaharian sebagai petani tidak memiliki cukup waktu untuk memelihara sapi-sapi mereka secara intensif, sehingga sapi-sapi lebih banyak digembalakan di sekitar pegunungan. Hanya sebagian kecil yang dipelihara secara intensif di sekitar pekarangan rumah dan jumlahnya relatif sedikit 1-5 ekor per kandang. Sedangkan bagi mereka yang memiliki sapi puluhan ekor bahkan sampai ratusan ekor per orang, tentunya tidak memeiliki cukup waktu dan tenaga untuk menyediakan pakan. Ternak mendapatkan suplai makanan dari hijauan yang tumbuh di tempat mereka digembalakan. Sapi-sapi hidup secara berkelompok untuk mencari makanan maupun untuk mencari air untuk minum di samping itu sebagian besar daerahnya yang berbukit19

core dalam sukses stori untuk memperkuat

informasi tentang dampak teknologi unggulan Prima Tani yang telah diintroduksikan BPTP setempat. Spillover yang diungkap meliputi spillover harga, komoditas dan spillover antar wilayah. Dalam mengungkap keberhasilan dari aspek pendapatan, disarankan agar tidak hanya disampaikan nilai pendapatan absolut, tetapi juga dilengkapi dengan nilai pendapatan rill, misal dibobot dengan kurs dollar yang berlaku. Viva Prima Tani, Selamat Jalan Prima Tani. Meski namamu telah terhapus dalam daftar Program Unggulan dan Strategis, namun ruh dan nafasmu Insya Allah akan tetap berlanjut meski oleh motor penggerak yang berbeda (Pemda). Apapun namanya, siapapun penggeraknya, yang penting adalah prokduktivitas, pendapatan dan kesejahteraan petani kita terus mengalami perbaikan secara nyata. Volume II No. 8 2009

bukit, sehingga bagi sapi yang lemah tidak mampu untuk mengikuti kelompoknya sehingga menjadi salah satu penyebab tingginya angka kematian terutama anak-anak sapi. Ketersediaan rumput yang terbatas ketika musim kemarau juga engakibatkan pedet yang lahir tidak mendapatkan nutrisi yang mencukupi sehingga kondisi lemah dan terjadi kematian yang tinggi. Menurut penuturan salah seorang pemilik sapi bahwa kematian bisa mencapai 50%. Sejak tahun 2008 BPTP NTB melaksanakan kegiatan Gelar Teknologi Model Manajemen Terpadu Sapi Bali dengan Sistem Lepas dan

olahan dari hasil pertanian sekitar sembalu seperti manisan tomat, manisan paprika, keripik kentang, kacang buncis goreng. Perlu diketahui bahwa petani Sembalun sangat membutuhkan pupuk organik (kompos) untuk tanaman sayuran mereka khususnya

kentang. Sehingga sebelumnya mereka harus mendatangkan kompos dari luar wilayah Sembalun, disebabkan mereka tidak memiliki bahan baku untuk membuat kompos, karena sapi-sapi digembalakan dan sulit untuk mengumpulkan kotorannya. Namun dari hasil mengikuti pembinaan dari BPTP, mereka telah mencoba untuk membuat kompos sendiri, dengan memanfaatkan kotoran dari kandangkandang sapi, sedangkan bagi yang menggembalakan sapinya sekali waktu sapi- sapi diturunkan dari tempat penggembalaan untuk dikumpulkan di penampungan (bara) selama beberapa hari. Cara ini juga bermanfaat untuk sekaligus dapat memeriksa kesehatan sapisapinya dan panen sapi. Biasanya sapi jantan yang sudah lepas sapih atau dewasa, sebelum dijual digemukkan dulu selama beberapa bulan. Dalam kegiatan Gelar ini, juga diterapkan cara kastrasi sesuai teknik kesehatan hewan. Selama

Sistem Kandang di Desa Sembalun Lawang Lombok Timur yang dibiayai oleh Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI). Kegiatan ini berakhir pada tahun 2009 ini, dan sebagai akhir kegiatan dilaksanakan Temu Lapang untuk menyampaikan hasil kajian kepada masayarakat di sekitar dan Stakeholder lainnya. Temu Lapang dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan, Kabupaten Lombok Timur, sekaligus mewakili Bupati Lombok Timur, Ir. L. Khalid Tarmizi, MT. Selain itu dihadiri pula Kepala Dinas Peternakan Propinsi NTB, Ir. H. Abdul Samad. Undangan lain terdiri dari masyarakat sekitar Sembalun Bumbung, PPL wilayah Lombok Timur, Ketua kelompok tani ternak di wilayah Lompok Timur. Acara dibuka oleh Kepala BPTP NTB Dr. Ir. Dwi Praptomo, S.MS, yang dilanjutkan oleh sambutan Bupati. Rangkaian acara setelah temu wicara, adalah kunjungan di sekitar lokasi Temu Lapang untuk melihat langsung beberapa hasil kegiatan Gelar seperti, penyuntikan sapi untuk memperbaiki kondisi akibat kurang pakan saat musim kemarau (vitamin dan obat cacing), penyapihan, pembuatan kompos, aplikasi kompos pada tanaman sayuran dan juga ada pameran hasil Volume II No. 8 2009

20

ini peternak melakukan kastrasi pada sapi yang sudah berumur dewasa sekitar 2 tahun. Cara tradisional yaitu menggunakan besi atau batu untuk menghancurkan testisnya, sehingga sapisapi jantan bisa mengalami pingsan saat kastrasi dilakukan. Melalui kegiatan ini pula, telah didemonstrasikan cara-cara yang lebih baik yaitu melalui tindakan pembedahan kemudian mengeluarkan testisnya dan memotongnya dengan pisau yang tajam. Kegiatan kastrasi disamping bertujuan untuk penggemukan sapi jantan, juga sangat penting artinya untuk seleksi pejantan bagi sapi yang digembalakan agar hanya pemacek (sapi jantan yang di anggap unggul) yang dapat mengawini betina-betina.

Pertanian Lapangan (PPL), dari lokasi P4MI 5 orang; Anggota dan Pengurus KID 23 orang serta pendamping dari BPTP NTB 5 orang. Adapun lokasi kunjungan yaitu di wilayah Jawa Timur diantaranya Loka Sapi Potong Grati, Lokasi Binaan BPTP Malang (Primatani Wonosari), Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat (Balittas), Balai Penelitian

PERJALANAN STUDI BANDING KEGIATAN P4MI KE PULAU JAWASasongko WR

Saat mendengarkan penjelasan pengolahan pakan ternak sapi di Lolit Sapi Potong-Grati

Studi Banding (Tukar Kunjungan) merupakan

salah satu upaya mempercepat proses penerapan teknologi oleh petani, petugas lapang, serta KID agar bisa belajar dan melihat secara langsung penerapan inovasi teknologi. di daerah lain. Pada tanggal 27 Oktober 2009 sampai 6 November 2009, telah dilaksanakan kegiatan Studi Banding bagi petani dan petugas yang terlibat dalam Program Peningkatan Pendapatan Petani Miskin Melalui Inovasi (P4MI)

Kacang-kacangan dan Umbi-Umbian (Balitkabi); wilayah Jawa Tengah antara lain mengunjungi kelompok binaan BPTP Yogyakarta di Playen Gunung Kidul, Kulonprogo, Desa Cikadung, Desa Kedawung. Di wilayah Jawa Barat. Kunjungan kemudian dilanjutkan ke Balai Penelitian Ternak - Ciawi, tempat pengolahan pasca panen binaan BPTP Jawa Barat, serta ke Balai Tanaman Obat-obatan dan Aromatika, serta Balai Besar Pasca Panen. Para peserta Studi Banding cukup aktif dalam mengukuti diskusi serta kunjungan langsung ke obyek-obyek penelitian, obyek usaha dan sebagainya. Selain mengunjungi instansi lingkup Badan Litbang Pertanian, para peserta Studi Banding juga diberi kesempatan untuk mengunjungi tanam-taman wisata seperti Agrowisata Apel di Malang Jawa Timur, dan Candi Borobudur di Magelang Jawa Tengah, perkebunan teh di Puncak - Bogor, taman buah Mekarsari dan TMII. Diharapkan apa yang dapat dilihat dan dipelajari dapat memberikan manfaat bagi peserta dan dapat diterapkan serta dijadikan contoh atau model untuk dikembangkan di Lombok Timur.

Peserta Studi Banding tengah mendengarkan arahan dari Kepala BPTP sebelum keberangkatan.

Lombok Timur. Peserta berjumlah 35 orang terdiri dari Bappeda (PIU) 1 orang; Dinas Pertanian dan Peternakan 1 orang; Penyuluh Volume II No. 8 200921

Petani Kabupaten Lombok Timur Magang ke Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK) Sampurna Jawa TimurM. LuthfiProgram Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) yang dilaksanakan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB berlokasi di Kabupaten Lombok Timur. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan pada program P4MI adalah Magang Petani. Pelaksana kegiatan P4MI sesuai mandat mengembangkan dan

limbah ternak, pembuatan bio Pembuatan Mikro Organisme Lokal

urine), (MOL),

Gambar Peserta magang saat praktek pengolahan limbah ternak

Budidaya Padi sistem SRI, Pengolahan Hasil Pertanian (pembuatan rempah instan, teh rosella, susu kedele, pembuatan aneka kripik dari buah-buahan dan ubi ungu), serta budidaya

Gambar. Peserta magang sedang berdiskusi di PPK Sampurna

menyebarluaskan Inovasi Teknologi Pertanian ke pengguna dalam hal ini Petugas lapangan dan Petani selaku pelaku utama dalam berusaha tani. Di tahun 2009 kegiatan P4MI NTB salah satunya adalah kegiatan magang petani yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani tersebut. Magang petani ke PPK Sampurna Jawa Timur merupakan program magang tahap kedua yang dilaksanakan pada tahun 2009. Petani peserta magang terdiri dari 10 orang dan 2 orang pendamping. Petani peserta berasal dari 8 Desa dan 7 Kecamatan di Kabupaten Lombok Timur dan dilaksanakan selama 7 hari dari tanggal 13 s/d 19 Desember 2009. Magang dilaksanakan di Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK) Sampurna yang berada di Pandaan Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Metode yang dilakukan adalah teori di kelas dan praktek langsung di lapangan serta tempattempat usaha petani yang dibina oleh PPK Sampurna. Materi Magang pada tahap II ini antara lain: Managemen Agribisnis Sapi potong, (pengolahan

Gambar Peserta magang sedang mempraktekkan pembuatan MOL (mikro organisme lokal).

tanaman sayuran organik. Praktek/kegiatan langsung dilakukan di lahan, kandang, laboratorium dan tempat pengolahan hasil yang dimiliki oleh PPK Sampurna. Materi tambahan adalah Managemen Pemasaran.

Gambar. Peserta sedang bertanam padi dengan system SRI di lahan PPK Sampurna

Kesan peserta selama magang adalah cukup baik karena peserta dapat melakukan secara langsung dilapangan apa yang telah dijelaskan sebelum kelapangan. Demikian juga bimbingan

Volume II No. 8 2009

22

dari narasumber dan pendamping/asisten selama kegiatan di lapangan, disampaikan juga

Gambar. Peserta magang praktek pembuatan teh rosella

bahwa kegiatan semacam ini perlu di perbanyak sehingga petani di kecamatan lainnya dapat mengikuti apa yang ada karena apa yang dilakukan cukup mudah, murah dan sangat bermanfaat untuk peningkatan kemampuan petani.

petani. Penyuluh desa setempat sangat memahami sosial budaya dan karakteristik warga desa di wilayah tugasnya sehingga diharapkan penyuluh dapat menjadi pendukung keberhasilan proses transfer/adopsi teknologi. Penyuluh diharapkan mampu mendorong semakin terciptanya kreativitas dan kemandirian masyarakat agar memiliki kemampuan untuk berswakarsa, swadaya, swadana dan swakelola bagi terselenggaranya kegiatan-kegiatan usahatani yang dikerjakan guna tercapainya tujuan, harapan, dan keinginan masyarakat diwilayah kerjanya masing-masing. Salah satu faktor keberhasilan transfer teknologi adalah tergantung pada bagaimana teknologi tersebut disampaikan oleh penyuluh disamping faktorfaktor lainnya. Pelatihan yang dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan penyuluh sehingga penyuluh siap menjadi kepanjangan tangan BPTP NTB dan menggantikan posisi BPTP NTB dalam mendampingi petani dan membina kelompok setelah kegiatan P4MI berakhir. Pelatihan Penyuluh Pertanian P4MI Kabupaten Lombok Timur dilaksanakan di Mataram, selama 3 (tiga) hari yaitu dari tgl 11 13 Nopember 2009 ini, diikuti oleh 100 orang PPL, dengan beberapa materi pokok yang terdiri dari : (Teknologi SLPTT Jagung, Teknologi pembuatan pupuk organik dari jerami untuk mengantisipasi kelangkaan pupuk an organik, Teknologi pembuatan pakan ternak dari jerami untuk mengantisipasi kemarau panjang, Teknologi SLPTT Padi, Teknologi SLPTT Kacang Tanah, Teknologi SLPTT Kedelai, Teknologi Beternak Itik). Hasil Pelatihan Penyuluh Pertanian P4MI ini cukup signifikan, hal ini dapat dilihat dari hasil test yang dilakukan pada seluruh peserta, dimana hasil Pre Test rata-rata 5,4 dan hasil Post Tes rata-rata 7,5, ini artinya pengetahuan dan keterampilan seluruh peserta meningkat rata-rata 25% setelah mengikuti pelatihan. Dan yang paling penting adalah seluruh Penyuluh Pertanian peserta pelatihan bersedia dan siap menjadi kepanjangan tangan BPTP NTB dalam mendampingi petani dan membina kelompok diwilayah kerjanya masing-masing setelah kegiatan P4MI ini berakhir.

PELATIHAN PENYULUH PERTANIAN P4MI KABUPATEN LOMBOK TIMUR DI MATARAMNoor Inggah

Program

Peningkatan

Pendapatan

Petani

Melalui Inovasi (P4MI) telah dilaksanakan di beberapa desa di Kabupaten Lombok Timur sejak tahun 2003. BPTP NTB sebagai penanggung jawab komponen 3 dalam kegiatan tersebut berupaya menyediakan inovasi teknologi spesifik lokasi sebagai upaya peningkatan pendapatan petani. Beberapa paket teknologi spesifik lokasi telah dihasilkan, namun menemui kendala dalam sistem penyampaian (delivery system) sehingga adopsi teknologi berjalan lambat. Menghadapi berakhirnya kegiatan P4MI pada akhir tahun 2009 perlu disusun beberapa strategi agar setelah kegiatan P4MI selesai, proses adopsi teknologi masih tetap berlangsung dan teknologi spesifik lokasi yang dihasilkan dapat dipergunakan oleh petani untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Salah satu strategi tersebut adalah meningkatkan SDM penyuluh di Kabupaten Lombok Timur melalui pelatihan. Penyuluh merupakan aparat pemerintah yang ditempatkan di desa dan menjadi petugas yang paling dekat dengan Volume II No. 8 2009

23

Strategi Bauran Pemasaran Untuk Meningkatkan Penjualan Industri Skala Rumah Tangga Produk Pertanian(Studi Kasus Desa Lendang Nangka, Kabupaten Lombok Timur) Oleh: Irma MardianPen d ah u lu an

Aplikasi Strategi Baruran Pemasaran dalam Industri Skala Rumah Tangga Melalui Program Peningkatan Pendapatan Petani (P4MI), BPTP NTB telah memberikan kontribusi terhadap perbaikan teknologi dan pengembangan industri pengolahan dodol nenas skala rumah tangga di desa Lendang Nangka dengan introduksi teknologi pengolahan hasil dan strategi bauran pemasaran. Dalam sebuah konsep kegiatan sekolah lapang, tim peneliti dan penyuluh BPTP NTB membantu KWT mengembangkan usaha industri dodol nenas dengan mengintroduksi teknologi yang memperbaiki kualitas produk. Selain itu BPTP juga melakukan pendampingan dalam pemasaran dengan mengintroduksi strategi bauran pemasaran untuk meningkatkan penjualan dodol nenas. Strategi bauran pemasaran yang diintroduksi mengkombinasi empat variabel: 1. Produk; melakukan perbaikan mutu, rancangan, keragaman produk, kemasan, ukuran, dan keragaman produk melalui inovasi teknologi pengolahan hasil. Perbaikan mutu produk dilakukan dengan introduksi teknologi pengolahan hasil yakni mengubah komposisi bahan dan memperbaiki secara teknis cara pembuatan produk. keragaman produk dengan membuat dodol aneka rasa, ras wijen, rasa buah dll. Perbaikan mutu dengan tidak menggunakan bahan pengawet dari pengawet buatan namun hanya menggunakan pengawet alami yakni gula. Penggantian kemasan dari kertas minyak kemudian menggunakan plastik dan kemasan mika atau kotak dan mencantum nama merek kemasan sebagai pelindung sekaligus sarana promosi produk 2. Harga; penentuan jumlah uang yang harus dibayarkan konsumen untuk memperoleh suatu produk. Harga jual ditentukan berdasarkan konsep cost plus, yakni menjumlahkan biaya input dengan persentase laba yang diharapkan 3. Distribusi; aktivitas perusahaan untuk membuat produk tersedia dan lebih dekat dengan konsumen sasaran. Strateginya adalah menempatkan suatu produk dibeberapa outlet atau pusat perbelanjaan24

Pemasaran

seringkali menjadi kendala bagi

industri-industri skala rumah tangga. Persaingan dengan perusahaan yang telah mapan dan menjadi pemimpin pasar adalah masalah utama dalam memasuki pasar dan mendapat pelanggan. Oleh karena itu, penggunaan strategi pemasaran untuk keunggulan bersaing perlu dilakukan dalam industri skala rumah tangga. Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam pemasaran modern. Dalam hal ini bauran pemasaran dimaknai sebagai seperangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan, yang dipadukan untuk menghasilkan respon yang diinginkan dalam pasar. Bauran pemasaran terdiri dari segala sesuatu yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Terdiri dari empat kelompok variabel yang dikenal sebagai 4P: product, price, place, promotion (produk, harga, distribusi, promosi). Sebagaimana karakteristik produk pertanian yang belum diolah, daya tahan (daya simpan) produk pertanian tersebut relatif rendah dan mudah rusak. Untuk mengatasi keberlimpahan produk tersebut dilakukan pengolahan hasil menjadi produk yang memiliki daya simpan lebih lama dan nilai jual lebih tinggi melalui peningkatan nilai tambah karena diolah dan dikemas. Permasalahan yang dihadapi adalah daya simpan produk yang masih rendah karena pengolahan belum menerapkan teknologi yang baik. Manajemen pemasaran belum berjalan sehingga penjualan bersifat musiman dan terbatas. Teknologi pengolahan hasil dari Balit dan BPTP banyak tersedia sehingga dengan mengintroduksi teknologi pengolahan hasil, manajemen pemasaran dan pemupukan modal diharap akan mampu meningkatkan daya saing industri rumah tangga pengolahan hasil. Volume II No. 8 2009

sehingga dekat dengan akses konsumen. Penetrasi pasar baru dengan cara menjual suatu produk di lokasi yang belum dimasuki pesaing (menggunakan sistem jemput bola). 4. Promosi; aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya, salah satu caranya adalah penjualan perorangan, promosi perorangan dan menempatkan nama merek dan memperbaiki kemasan karena kemasan adalah alat promosi melalui penampilan display yang menarik konsumen. Dampak Penerapan Strategi Bauran Pemasaran Produk Dodol Nenas Beberapa dampak kegiatan introduksi teknologi pengolahan hasil dan strategi bauran pemasaran yang terlihat: 1. Dari introduksi teknologi tersebut produksi dan penjualan meningkat dari 25-50 mika/ minggu menjadi 480 mika atau 420 kotak/minggu 2. Peningkatan pendapatan bersih menjadi Rp. 1. 171.581 3. Produk dodol nenas telah merambah ke pasar supermarket dan tradisional. Di wilayah Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram di pasarkan di Ruby, MGM, Niaga supermarket, sedangkan di Kabupaten Lombok Timur di Tk. Papilon Terara, Aptic, Tk. Sinar Bahagia, Tk. Papilon Pancor, Tk. Cempaka Putih, Minimarket Hero. Bahkan dodol nenas produksi KWT Pade Girang seringkali dijadikan oleh-oleh ke Arab Saudi dan Malaysia 4. Secara sosial, anggota KWT binaan BPTP NTB menjadi narasumber teknologi pengolahan dodol nanas bagi wanita tani disekitar desa Lendang Nangka 5. Penambahan asset kelompok berupa kas kelompok dan peralatan usaha pengolahan hasil. 6. Peningkatan pengetahuan anggota KWT tentang teknologi pengolahan hasil dan mampu memodifikasi teknologi introduksi untuk meningkatkan kualitas rasa dodol nenas dan efisiensi kerja 7. Pemberdayaan wanita, wanita menjadi lebih mandiri, mampu mengambil keputusan usaha tani dan keputusan penting lainnya 8. Telah mendapat kepercayaan bantuan kredit murah dari P2KP untuk pemupukan modal usaha Volume II No. 8 2009

Penutup Dalam pemasaran efektif ini dikombinasikan semua elemen bauran pemasaran ke dalaman program terkoordinasi yang dirancang untuk mencapai sasaran pemasaran dengan menyerahkan nilai kepada konsumen. Bauran pemasaran membentuk alat taktis perusahaan untuk memantapkan pemosisian yang kuat dalam pasar sasaran. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa empat variable bauran pemasaran mewakili pandangan penjual mengenai peralatan pemasaran yang tersedia untuk mempengaruhi pembeli. Dari sudut pandang konsumen, setiap alat pemasaran dirancang untuk membawa manfaat bagi pelanggan. Bauran pemasaran harus dipandang dalam presepsi pelangggan. Produk menjawab kebutuhan dan keinginan pelanggan, harga menjawab biaya yang mampu ditanggung pelanggan, distribusi menjawab kenyamanan konsumen dalam mengakses produk, promosi menjawab komunikasi yang efektif tentang produk. Perusahaan yang sukses adalah yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan secara ekonomis dan mudah serta dengan komunikasi yang efektif.

PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI BRAIN STORMING (PENCERAHAN PEMIKIRAN) KETAHANAN PANGAN BERORIENTASI AGRIBISNISIrma MardianPen d ah u lu an

Issue

ketahanan

pangan

sangat

gencar

digaungkan. Banyak program dan teknologi dilaunching untuk menjawab issue tersebut. Jumlah penduduk Indonesia saat ini 225 juta jiwa lebih yang harus dipenuhi kebutuhan pangannya. Peningkatan jumlah penduduk sekitar 3,5 juta jiwa/tahun angka yang cukup tinggi dan tentu saja bermakna peluang dan tantangan bagaimana kita mampu mewujudkan ketahanan pangan dan meningkatkan produktivitas tanaman pangan guna memenuhi kebutuhan pangan tersebut. Tanpa disadari kita mungkin terlalu disibukkan dengan pemikiran bagaimana kita mampu memenuhi penyediaan bahan pangan dan bagaimana solusi mewujudkan ketahanan25

pangan. Mungkin hanya segelintir orang saja yang memikirkan bahwa petani tanaman pangan juga butuh kesejahteraan dan penerimaan yang layak untuk usaha taninya. Ditengah tuntutan ekonomi yang semakin tinggi, harga barang yang melonjak naik, tingkat kesejahteraan dan penerimaan petani (nilai tukar petani) yang rendah sering kali terlupa dan terkalahkan dengan wacana dan opini bagaimana meningkatkan produktivitas tanaman pangan. Ketahanan pangan berorientasi agribisnis Pembangunan pertanian berorientasi agribisnis telah lama dicanangkan namun untuk sektor pertanian tanaman pangan wacana agribisnis ini belum tersentuh secara maksimal. Petani cenderung didorong untuk terus meningkatkan produksi bahan pangan melalui aplikasi teknologi-teknologi unggulan dari Balit dan Puslit Badan Litbang Departemen Pertanian. Sudah saatnya petani diajak untuk tidak sekedar berpikir meningkatkan produktivitas namun juga sekaligus mendorong mereka untuk bisa memilih dan menganalisa sistem usaha tani yang lebih menguntungkan. Sehingga petani berusaha tani dengan berpijak pada orientasi bisnis dan benar-benar melaksanakan usaha tani berorientasi bisnis tersebut. Jadi tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan pokok dan peningkatan produksi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengajak petani memilih dan menganalisa kondisi dilingkungan usaha taninya usaha apa yang sekiranya menguntungkan. Analisis Rantai Nilai atau populer dengan istilah Value Chain Analysis adalah salah satu konsep untuk memaksimumkan nilai tambah dari suatu kegiatan. Value Chain Analysis (VCA) merupakan alat atau pendekatan yang dewasa ini makin banyak digunakan untuk tujuan memaksimumkan nilai tambah dari suatu kegiatan, termasuk kegiatan agribisnis. Untuk itu, Value Chain Analysis (VCA) dipandang sebagai suatu analisa yang tepat untuk diselenggarakan dalam rangka membekali para peneliti/penyuluh maupun petani tentang upaya bagaimana merencanakan suatu kegiatan usahatani di tingkat rumah tangga, kelompok dan desa secara maksimum dalam perspektif agribisnis. Pada uraian rencana kegiatan tersebut akan diidentifikasi kebutuhan petani, rumah tangga atau kelompok tani tentang teknologi, input usahatani atau dukungan lainnya yang dibutuhkan. Dengan Volume II No. 8 2009

menerapkan konsep VCA maka subsistem agribisnis yang terdiri dari sub input dan layanan, sistem produksi, pasca panen, pengolahan pengemasan, pemasaran, dan kepuasan pelanggan maka petani dapat menentukan nilai tambah pada setiap rantai pasok/sub sistem agribisnis untuk komoditas tertentu dan selanjutnya memilih kegiatan yang memberikan nilai tambah tersebut. Yang kerap kali terjadi di lapangan, petani memacu peningkatan produksi melalui intensifikasi dan introduksi teknologi baik itu penggunaan bibit unggul maupun pemupukan (rekomendasi pengelolaan tanaman dengan pola PTT). Di sisi lain petani sering dihadapkan pada kendala sulitnya mendapatkan benih unggul bermutu dan bersertifikat, harga yang mahal serta membutuhkan waktu yang lama untuk akses ke sumber benih tersebut. Masalah ini sebenarnya menjadi masalah yang mendasar dalam sistem usaha tani. Oleh karena itu, mendorong petani menjadi penangkar benih tanaman pangan baik padi, kedelai, atau jagung merupakan langkah nyata pemberdayaan petani melalui analisa masalah mendasar. Hal ini dilakukan karena, faktanya masalah klasik yang kerap kali menjadi kendala ditingkat petani adalah sulitnya mengakses benih bermutu dan harga relatif mahal. Oleh karena itu dengan mengembangkan petani sebagai penangkar benih di desa masing-masing maka akses petani pada sumber benih bermutu semakin mudah, dekat dan murah. Petani dapat memperoleh benih tepat waktu. Di sisi lain aspek bisnis dan konsep VCA memilih kegiatan yang mampu memberikan nilai tambah yang lebih menguntungkan dapat terwujud. Melalui sistem usaha tani penangkaran benih maka aspek ketahanan pangan sekaligus peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani dapat diwujudkan. Oleh karena penyediaan dan kemudahan akses benih bermutu maka produktivitas tanaman pangan akan semakin meningkat. Hasil riset menunjukkan bahwa peningkatan produktivitas dapat dilakukan salah satunya melalui penggunaan benih unggul bermutu. Di sisi lain lain petani penangkar diuntungkan dengan pendapatan yang tinggi yakni hari harga jual yang tinggi 100% dari harga konsumsi. Saat ini harga jual gabah konsumsi Rp. 2.500/kg sedangkan gabah untuk benih mencapai 5000/kg. Namun perlu diingat hukum ekonomi berlaku disini, jika supply melebihi permintaan26

maka harga cenderung turun sebaliknya jika supply kurang tapi permintaan tinggi maka harga cenderung naik. Untuk mengantisipasi penurunan harga benih maka supply benih harus diperhitungkan dengan matang sesuai kebutuhan luasan tanam. Tidak semua petani diarahkan untuk menjadi petani penangkar benih. Lokasi yang perlu dipertimbangkan untuk penangkaran benih adalah (1) lokasi tersebut sulit dijangkau, akses petani pda sumber benih bermutu sangat sulit namun potensi dan kesesuaian lahan untuk mengembangkan perbenihan tanaman pangan tersebut misalnya padi sangat sesuai maka dilokasi tersebut perlu dikembangkan penangkar-penangkar benih. (2) lokasi tersebut memiliki infrastrukutur yang memadai untuk pengembangan benih bermutu, transportasi dan distribusi lancar, permintaan tinggi dan dekat dengan sentra tanaman pangan maka perlu juga ditumbuhkan penangkar - penangkar benih. Singkatnya pemilihan lokasi yang tepat, survey permintaan, pertimbangan biaya produksi yang murah untuk menekan harga menjadi bersaing akan lebih menguntungkan untuk dikembangkan sebagai lokasi usaha tani penangkaran benih. Kasus lain di sektor tanaman pangan yakni jagung. Petani cenderung menjual jagung langsung dilahan dengan sistem tebasan. Hal ini dilakukan karena alasan kepraktisan, menekan tambahan biaya produksi melalui pengurangan pengeluaran upah buruh untuk panen, menjemur dan memipil. Hampir sebagian besar petani melakukan pola penjualan dengan sistem tersebut. Faktanya jika petani mau mengeluarkan sedikit tambahan biaya untuk upah tenaga kerja panen, menjemur dan memipil maka petani akan menerima tambahan penerimaan yang melebihi biaya tambahan tersebut. Dalam studi kasus lapangan di desa Labu Lia Lombok Tengah pada MK II tahun 2009, petani menjual jagung tebasan seharga Rp. 10.000.000 /ha dengan catatan produksi dalam kondisi bagus dan optimum sebaliknya jika sedang jelek, produksi jagung rendah tiap hektar dan jagung dijual dengan harga Rp. 7.000.000 /ha. Namun jika dijual dalam bentuk pipilan maka petani akan mendapatkan harga Rp. 2.200 /kg. Jika dalam kondisi bagus, produksi jagung 6 ton maka penerimaan petani sebesar Rp. 13.200.000 tambahan biaya dari proses panen sampai untuk mendapatkan jagung pipilan senilai Volume II No. 8 2009

Rp. 25.000 /kw maka dibutuhkan tambahan biaya sebesar Rp. 1.500.000. Dengan demikian, ada selisih tambahan penerimaan sebesar Rp. 1.700.000 yang akan diterima petani jika menjual jagung dalam bentuk pipilan. Oleh karena itu dirasa sangat perlu menggugah petani melakukan analisa usaha taninya sendiri sehingga dapat menghasilkan keputusan usaha tani yang menguntungkan dan meningkatkan pendapatan. Selayaknya pencerahan pemikiran melakukan analisa rantai nilai untuk memilih usaha tani dan kegiatan yang akan memberikan nilai tambah produk pertanian perlu dilakukan Penutup Sudah selayaknya kita memberdayakan petani tidak hanya dengan teknologi namun juga dengan brainstorming (pencerahan pemikiran) untuk menggugah pola pikir mereka agar mampu memilih dan melakukan analisa sistem usaha tani yang memberikan nilai tambah, lebih menguntungkan dan lebih berorientasi bisnis. Semoga kita bersama mampu mewujudkan kesejahteraan petani dan bumi pertiwi ini.

27

.

.................................... ........................ ...............