8 bab ii landasan teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/ayu fatma bab...

28
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kerja Keras a. Pengertian Sikap Kerja Keras Sikap kerja keras merupakan salah satu nilai dari 18 nilai karakter bangsa Indonesia. Kementrian Pendidikan Nasional (2011: 23) mengatakan bahwa kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam menghadapi dan mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas atau yang lainnya dengan sungguh-sungguh dan pantang menyerah. Sependapat dengan Kemendiknas, Mustari (2014: 43) juga menjelaskan bahwa kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya. Kerja keras dapat diartikan sebagai sikap yang bersungguh- sungguh. Sikap kerja keras ini menjadi hal yang mendasar dalam segala aspek kehidupan. Mengapa demikian? Anak balita tidak akan dapat berjalan tanpa adanya kemauan dan kesungguhan. Seorang pengusaha sukses tidak akan bisa kaya tanpa adanya kerja keras. Begitu pula seorang siswa yang pintar tidak akan memperoleh prestasi yang tinggi tanpa adanya sikap kerja keras tersebut. 8 Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Upload: others

Post on 11-Feb-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kerja Keras

a. Pengertian Sikap Kerja Keras

Sikap kerja keras merupakan salah satu nilai dari 18 nilai

karakter bangsa Indonesia. Kementrian Pendidikan Nasional (2011:

23) mengatakan bahwa kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan

upaya sungguh-sungguh dalam menghadapi dan mengatasi berbagai

hambatan belajar, tugas atau yang lainnya dengan sungguh-sungguh

dan pantang menyerah. Sependapat dengan Kemendiknas, Mustari

(2014: 43) juga menjelaskan bahwa kerja keras adalah perilaku yang

menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai

hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan

sebaik-baiknya.

Kerja keras dapat diartikan sebagai sikap yang bersungguh-

sungguh. Sikap kerja keras ini menjadi hal yang mendasar dalam

segala aspek kehidupan. Mengapa demikian? Anak balita tidak akan

dapat berjalan tanpa adanya kemauan dan kesungguhan. Seorang

pengusaha sukses tidak akan bisa kaya tanpa adanya kerja keras.

Begitu pula seorang siswa yang pintar tidak akan memperoleh prestasi

yang tinggi tanpa adanya sikap kerja keras tersebut.

8

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 2: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

9

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang dilansir oleh

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)

(2013: 1), disebutkan “The fact that large proportions of students in

most countries consistently believe that student achievement is mainly

a product of hard work, rather than inheritted intelligence...”. Prestasi

belajar siswa didapat yang terpenting dan utama berasal dari kerja

keras dibandingkan kecerdasan yang didapat secara hereditas atau

keturunan. Siswa akan berprestasi dengan kerja keras dan kemauan

yang tinggi. Usaha yang tinggi berbanding lurus dengan hasil yang

dicapai.

Penanaman sikap kerja keras tidak hanya dilakukan di sekolah,

tetapi penanaman di rumah juga diperlukan. Penanaman kerja keras di

rumah dapat dilakukan dengan memberikan kesadaran akan

pentingnya sebuah proses. Keinginan harus dicapai melalui suatu

usaha, dengan begitu anak memahami arti dari kerja keras. Lebih baik

lagi jika ditanamkan kepada anak sejak dini, misalnya dengan

menceritakan dongeng pengantar tidur. Salah satu kisah Nabi Allah

SWT dapat menjadi tauladan bagi anak-anak, kisah Nabi Nuh

misalnya. Zaid Husein (1995: 53) menceritakan tentang kisah Nabi

Nuh dan kerja kerasnya sebagai berikut

Nabi Nuh diperintahkan oleh Allah SWT untuk membuat

kapal yang sangat besar. Nabi akhirnya bekerja keras menjadi

tukang kayu untuk dapat membuat kapal. Nabi dicemooh dan

diejek oleh seluruh masyarakat. Cobaan demi cobaan datang.

Namun ia pantang menyerah dan dengan sungguh-sungguh

membuat kapal sesuai perintah Allah SWT. Kerja keras yang

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 3: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

10

dilakukan akhirnya membuahkan hasil. Tibalah hari datangnya

air bah yang sangat besar. Kapal tersebut akhirnya dapat

menolong Nabi dan banyak orang yang terkena air bah tersebut.

Berdasarkan paparan tentang kerja keras di atas, dapat

disimpulkan bahwa kerja keras adalah upaya sungguh-sungguh dan

pantang menyerah dalam menyelesaikan tugas secara maksimal serta

menghadapi segala tantangan dan hambatan yang menghadang agar

tujuan besarnya dapat tercapai dengan hasil yang memuaskan. Upaya

yang dilakukan oleh pekerja keras merupakan upaya dengan jalan

yang baik dan untuk tujuan yang baik pula. Kerja keras dapat

ditanamkan kepada anak sejak dini sehingga nantinya ia dapat terjun

di masyarakat dengan kompetisi persaingan yang semakin ketat.

b. Karakteristik Sikap Kerja Keras

Masing-masing karakter memiliki kekhasan atau karakteristik

yang berbeda-beda. Begitu pula dengan sikap kerja keras, seperti yang

disebutkan oleh Kesuma (2012: 17) bahwa karakteristik sikap kerja

keras adalah perilaku seseorang yang dicirikan oleh kecenderungan

berikut:

1) Merasa risau jika pekerjaannya belum terselesaikan sampai

tuntas.

2) Mengecek terhadap apa yang harus menjadi

tanggungjawabnya.

3) Mampu mengelola waktu yang dimilikinya.

4) Mampu mengorganisasi sumber daya yang ada untuk

menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 4: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

11

Orang yang memiliki sikap kerja keras tidak akan bermalas-

malasan. Siswa akan mengerjakan tugas-tugasnya secara maksimal

tanpa berkeluh kesah. Bahkan ia akan khawatir apabila pekerjaannya

belum juga terselesaikan. Mustari (2014: 44) juga menjelaskan tanda-

tanda seseorang yang memiliki sikap kerja keras, antara lain:

1) Menyelesaikan tugas dalam batas waktu yang ditargetkan.

2) Menggunakan segala kemampuan/daya untuk mencapai sasaran.

3) Berusaha mencari berbagai alternatif pemecahan ketika

menemui hambatan.

c. Indikator Sikap Kerja Keras

Setiap karakter memiliki indikasi-indikasi tertentu. Indikasi

tersebut yang menjadi tanda sikap pada diri seseorang, begitu pula

pada sikap kerja keras yang memiliki indikator tersendiri. Fitri (2012:

41) menyebutkan 4 (empat) indikator keberhasilan pendidikan

karakter dalam sikap kerja keras, diantaranya:

1) Pengelolaan pembelajaran yang menantang

2) Mendorong semua warga sekolah untuk berprestasi

3) Berkompetisi secara fair

4) Memberikan penghargaan kepada siswa berprestasi.

Lebih lanjut, Kementrian Pendidikan Nasional (2011: 25)

menyebutkan bahwa ada beberapa indikator sikap kerja keras untuk

tiap jenjang di sekolah dasar.

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 5: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

12

1) Indikator kerja keras untuk kelas I – III yaitu:

a) Mengerjakan semua tugas kelas dengan sungguh-

sungguh.

b) Mencari informasi dar sumber di luar buku pelajaran.

c) Menyelesaikan PR tepat pada waktunya.

d) Meggunakan sebagian waktu di kelas untuk belajar.

e) Mencatat dengan sungguh-sungguh sesuatu yang

ditugaskan guru.

2) Indikator kerja keras untuk kelas IV – VI antara lain:

a) Mengerjakan tugas dengan teliti dan rapi.

b) Mencari informasi dari sumber-sumber di luar sekolah.

c) Fokus pada tugas-tugas yang diberikan guru di kelas.

d) Mencatat dengan sungguh-sungguh sesuatu yang

dibaca, diamati dan didengar untuk kegiatan di kelas.

Menurut indikator yang dipaparkan oleh Kemendiknas di atas,

penelitian yang akan digunakan dilakukan di kelas IV. Peneliti

menggunakan indikator sikap kerja keras untuk jenjang kelas tinggi

yaitu kelas IV sampai kelas VI. Indikator tersebut akan digunakan

untuk membuat skala sikap kerja keras. Indikator dalam skala sikap

yang telah dibuat berdasarkan landasan teori di atas yaitu:

1) Mengerjakan tugas dengan teliti dan rapi

2) Mencari informasi dari berbagai sumber di luar sekolah

3) Mengerjakan tugas-tugas dari guru tepat pada waktunya

4) Fokus pada tugas yang diberikan guru di kelas

5) Mencatat dengan sungguh-sungguh yang dibaca, diamati, dan

didengar.

Usia SD memiliki karakter yang tekun dan pekerja keras. Ia

senang bekerja sama dan bermain bersama teman sebayanya.

Pernyataan tersebut didukung oleh adanya teori psikososial dari Erik

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 6: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

13

Erickson (Suryabrata, 2003: 46), bahwa anak pada usia sekolah atau

disebut Industry versus Inferiority (kerajinan vs inferioritas) yang

terjadi pada 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang diperlukan

dalam tahap ini yaitu dengan mengembangkan kemampuan bekerja

keras mereka.

Berdasarkan teori perkembangan psikososial, pada masa kanak-

kanak tengah dan akhir yaitu di usia SD, 6 tahun, dan remaja mereka

mengalami masa perkembangan kerja keras dan rasa inferior atau

rendah diri. Guru harus peka dan dapat mengembangkan kerja keras

siswa di dalam pembelajaran dengan menggunakan model-model

pembelajaran yang sesuai. Rasa rendah diri tersebut sedikit demi

sedikit juga harus dikurangi agar tidak berkembang lebih jauh, yaitu

dengan mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Siswa dapat

menepis rasa kurang dari teman-temannya atau rasa rendah diri

dengan cara mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Pada masa ini,

anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya.

Model kooperatif tipe IOC dalam penelitian ini sangat tepat

digunakan untuk meningkatkan sikap kerja keras dan prestasi belajar

siswa. Mengingat pada masa perkembangan anak tersebut, siswa

dalam masa sikap kerja keras dan lebih senang bekerja sama dengan

teman sebayanya. Saling bertukar informasi dengan temannya sangat

berguna bagi siswa dengan menanamkan bahwa ia dibutuhkan dan

bermanfaat bagi orang lain sehingga dapat menepis rasa inferior

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 7: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

14

tersebut. Masing-masing siswa dapat menerima pengetahuan dari

teman dengan maksimal melalui bekerja keras atau bersungguh-

sungguh dalam menjalankan tugas tersebut.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Belajar

Sikap kerja keras berbanding lurus dengan prestasi belajar

siswa. Siswa harus dapat berusaha untuk belajar dengan giat agar

prestasi yang dicapai tinggi. Slameto (2010: 2) mengatakan bahwa

belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya. Lebih lanjut, hakikat dari belajar menurut

Sudjana (2009: 28) menyebutkan:

Belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah proses

mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu.

belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses

berbuat melalui pengalaman. Belajar adalah proses melihat,

mengamati, memahami sesuatu. Apabila kita berbicara tentang

belajar maka kita bebicara bagaimana mengubah tingkah laku

seseorang.

Belajar bukan kegiatan menulis, mencatat, dan menghafal.

Belajar merupakan sebuah proses perubahan pada diri seseorang.

Perubahan yang dimaksud dapat berupa perubahan pengetahuan,

mindset, kecakapan, sikap atau tingkah laku, daya penerimaan, atau

lainnya. Keluarga, sekolah atau lingkungan masyarakat dapat menjadi

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 8: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

15

faktor yang mempengaruhi proses perubahan tersebut. Hal ini

dikuatkan oleh pernyataan Sagala (2010: 13) bahwa berhasil atau

gagalnya pencapaian tujuan pendidikan amat tergantung pada proses

belajar dan mengajar yang dialami siswa dan pendidik baik ketika

para siswa itu di sekolah maupun di lingkungan keluarganya sendiri.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang secara aktif didapat

dari interaksi antara individu dengan lingkungannya dan pengalaman

yang telah ia dapatkan. Perubahan ini akan membekas dan menjadi

pembiasaan bagi anak. Perubahan yang terjadi dan input yang didapat

berupa aspek pengetahuan, keterampilan dan tingkah laku yang

menjadikannya insan yang lebih baik. Keberhasilan proses perubahan

tingkah laku dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, sekolah maupun

masyarakat.

b. Pengertian Prestasi Belajar

Setiap orang tua memiliki harapan yang tinggi terhadap anaknya

dengan prestasi yang maksimal. Prestasi belajar memiliki dua kata

yang berbeda yaitu prestasi dan belajar. Prestasi menurut Hamdani

2011: 137) adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,

diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak

akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan.

Lebih lanjut lagi, Arifin (2011: 12) menjelaskan bahwa prestasi

berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, dalam bahasa Indonesia

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 9: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

16

menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha. Istilah “prestasi belajar”

(achievement) berbeda dengan “hasil belajar” (learning outcome).

Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek kognitif atau

pengetahuan.

Prestasi tidak akan tercapai dengan baik tanpa adanya usaha.

Winkel (dalam Hamdani, 2011: 138) mengemukakan bahwa prestasi

belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh

seseorang. Prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai

oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar sehingga

siswa dapat mencapai prestasi yang lebih memuaskan.

Setiap siswa menginginkan prestasi belajar yang baik untuk

bekal melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Arifin (2011: 12-13)

menyebutkan fungsi utama dari prestasi belajar, diantaranya:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas

pengetahuan yang telah dikuasai siswa.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin

tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai

“tendensi keingintahuan (couriousity) dan merupakan

kebutuhan umum manusia”. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi

pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari

suatu institusi pendidikan.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap

(kecerdasan) siswa.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar merupakan hasil dari keberhasilan yang telah dicapai oleh

seorang individu berdasarkan usaha yang telah dilakukan dalam

kegiatan belajar. Siswa dapat menghasilkan prestasi yang maksimal

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 10: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

17

melalui kesungguhan atau kerja keras dalam belajar. Artinya, prestasi

belajar berbanding lurus terhadap sikap kerja keras siswa. Prestasi

belajar ini lebih mengarah kepada aspek kognitif atau pengetahuan

saja. Sementara itu, pembentukan watak seseorang termasuk dalam

hasil belajar sehingga tolak ukur prestasi belajar dapat dilakukan dari

tes prestasi dengan melakukan evaluasi belajar.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Baik tidaknya prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh faktor-

faktor dari dalam diri siswa itu sendiri (internal) maupun dari luar

siswa (ekternal). Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi belajar siswa untuk mencapai prestasi yang baik. Menurut

Ahmadi dan Supriyono (2013: 138-139), faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa dibagi menjadi dua golongan.

Beberapa faktor yang termasuk dalam faktor internal,

yaitu:

1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan

maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya

penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh terdiri atas:

(a) Faktor intelektif yang meliputi:

(1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat

(2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah

dimiliki

(b) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian

tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan,

motivasi, emosi, penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis

Beberapa faktor yang tergolong faktor eksternal, ialah:

1) Faktor sosial yang terdiri atas

(a) Lingkungan keluarga

(b) Lingkungan sekolah

(c) Lingkungan masyarakat

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 11: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

18

(d) Lingkungan kelompok

2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan,

teknologi, kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas

belajar, iklim.

4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan

prestasi belajar siswa. Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar yaitu lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah dapat berupa

suasana sekolah yang mendukung proses pembelajaran, kurikulum

sekolah, atau pun kegiatan pembelajaran di kelas. Kegiatan

pembelajaran yang dikemas dengan mengarah pada student centre,

efektif dan inovatif akan menjadikan prestasi belajar yang baik pula

bagi siswa. Peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif

untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan berbagai cara. Guru

dapat meningkatkan kemampuan siswa dengan berbagai teori belajar

yang ada saat ini. Salah satunya yaitu teori belajar konstruktivisme

yang merupakan teori perkembangan dari Piaget. Rahyubi (2014:

145) menyebutkan bahwa salah satu teori belajar konstruktivisme

Piaget menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang merupakan

bentukan orang itu sendiri. Siswa di dalam pembelajaran membentuk

dan membangun pengetahuannya sendiri. Guru hanya sebagai

fasilitator, motivator dan evaluator saja. Siswalah yang membangun

pengetahuannya hingga menjadi pengetahuan yang utuh dan guru

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 12: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

19

membenarkan konsepnya apabila ada siswa yang salah pemahaman

dalam memahami materi yang dipelajari.

Teori konstruktivisme tersebut sejalan dengan model belajar

PAIKEM yaitu pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang sesuai

dengan teori konstruktivisme, peran guru dalam mengemas

pembelajaran yang AIKEM sangat penting. Siswa mempelajari dan

membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pembelajaran yang

aktif, efektif dan menyenangkan tersebut. Penelitian ini yang

menggunakan model IOC, dimodifikasi dengan musik dan permainan

kartu. Teori tersebut mendukung penelitian ini, karena melalui

pembelajaran tersebut siswa membangun pengetahuannya sendiri,

berperan aktif sebagai student center dalam pembelajarannya, dan

guru hanya sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator saja. Oleh

sebab itu, model kooperatif tipe IOC yang telah diinovasi tersebut

sangat sesuai untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Model Kooperatif

a. Pengertian Model Kooperatif

Model pembelajaran yang dikemas guru sangat berpengaruh

terhadap keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Pernyataan tersebut didukung oleh Elvis M.G. (2013: 29) “To

facilitate the proces of knowledge transmission, teacher should apply

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 13: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

20

appropriate teaching methods that best suit specific objectives and

level exit outcomes.” Guru harus mengetahui cara mendesain

pembelajaran yang produktif dan melibatkan siswa di dalam

pembelajaran, karena motivasi dan keterlibatan memiliki pengaruh

penting dalam belajar siswa (Saeed & Zyngier, 2012).

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan

keterlibatan siswa yaitu model pembelajaran kooperatif atau

Cooperative Learning. Kooperatif menurut Isjoni (2010: 15) berasal

dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara

bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai

satu kelompok atau satu tim. Lebih lanjut lagi, model Cooperative

Learning menurut Solihatin dan Raharjo (2009: 4) diartikan sebagai

suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di

antara sesama dalam struktur kerja yang teratur dalam kelompok, yang

terdiri dari dua atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat

dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu.

Manusia adalah homo socius yang tidak bisa hidup sendiri yang

saling bergantung satu sama lain untuk dapat bertahan hidup.

Ketergantungan yang positif ini bukan berarti selalu mengandalkan

orang lain tanpa ada usaha sendiri. Model pembelajaran kooperatif ini

dikemas secara berkelompok dengan bergantung satu sama lain,

bekerja sama dan berinteraksi namun masih harus mengembang

tanggung jawab masing-masing. Pembelajaran ini juga dapat disebut

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 14: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

21

sebagai pembelajaran gotong royong, seperti yang disebutkan oleh Lie

(2008: 19) mengenai pembelajaran gotong royong ini yaitu:

Metode-metode pembelajaran gotong royong distruktur

sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota dalam satu

kelompok melaksanakan tanggung jawab pribadinya karena ada

sistem akuntabilitas individu. Siswa tidak bisa begitu saja

membonceng jerih payah rekannya dan usaha setiap siswa akan

dihargai sesuai dengan poin-poin perbaikannya.

Masing-masing siswa memiliki tanggung jawab masing-masing.

Setiap usaha yang dilakukan setiap individu akan mendapatkan

penghargaan. Tanggung jawab pribadinya tersebut akan sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan kelompoknya. Individu dituntut

untuk dapat memaksimalkan tanggung jawab yang diemban sehingga

dapat menguntungkan diri sendiri dan kelompok.

Model kooperatif ini, seperti yang telah disebutkan ia bekerja

secara berkelompok. Kegiatan secara berkelompok pasti ada

kompetisi antar individu atau kelompok. Slavin (2009: 8)

mengemukakan inilah inti dari pembelajaran kooperatif. Pembelajaran

kooperatif ini menuntut para siswa untuk duduk bersama dalam

kelompok beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang

disampaikan oleh guru. Ide yang melatarbelakangi bentuk

pembelajaran kooperatif ini adalah apabila para siswa ingin agar

timnya berhasil, mereka akan mendorong anggota timnya untuk lebih

baik dan akan membantu mereka melakukannya.

Berdasarkan paparan mengenai model kooperatif di atas, dapat

disimpulkan bahwa model kooperatif adalah model pembelajaran

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 15: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

22

secara berkelompok yang terdiri dari dua atau lebih siswa untuk saling

bekerja sama dan berkoordinasi menyelesaikan tugas yang memiliki

tanggung jawab masing-masing demi keberhasilan bersama. Model ini

mengacu pada student centre siswa akan aktif dan mengerjakan tugas

yang diberikan tanpa harus mengandalkan jerih payah temannya.

Model pembelajaran ini sangat baik untuk bekerja sama dan saling

peduli satu sama lain, tetapi masing-masing siswa juga melaksanakan

tanggung jawabnya masing-masing dan akan diberi penghargaan

terhadap usaha baik yang ia lakukan. Tidak hanya individu saja, setiap

kelompok pun akan mendapatkan penghargaan (reward) jika mampu

menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.

b. Karakteristik Model Kooperatif

Pembelajaran kooperatif sangat cocok untuk digunakan pada

berbagai jenjang pendidikan. Penerapan pembelajaran kooperatif

dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif

dan menyenangkan dengan karakteristik yang berbeda dari model

pembelajaran lainnya. Karli (2002: 71) menjelaskan beberapa

karakteristik pembelajaran kooperatif, antara lain:

1) Individual Accountability, yaitu bahwa setiap individu di

dalam kelompok mempunyai tanggung jawab untuk

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok

sehingga keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh

tanggung jawab setiap anggota.

2) Social Skills, meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial

dan mendidik siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri

dan pengarahan diri demi kepentingan kelompok.

3) Positive Interdependence, adalah sifat yang menunjukkan

saling ketergantungan satu terhadap yang lain di dalam

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 16: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

23

kelompok secara positif. Jadi siswa berkolaboasi bukan

berkompetisi.

4) Group Processing, proses perolehan jawaban permasalahan

dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama.

c. Unsur-Unsur Model Kooperatif

Setiap model pembelajaran tidak bisa dikatakan sebagai model

pembelajaran apabila dalam pelaksanaannya tidak terpenuhi unsur-

unsur penting bagi model pembelajaran itu sendiri. Unsur-unsur

tersebut sangat penting agar pembelajaran dengan menggunakan

model tersebut dapat terlaksana dan tercapai dengan baik. Roger dan

David Johnson (dalam Lie, 2008: 31-36) mengatakan bahwa tidak

semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk

mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran

kooperatif harus diterapkan, diantaranya:

1) Saling ketergantungan positif

2) Tanggung jawab perseorangan

3) Tatap muka

4) Komunikasi antaranggota

5) Evaluasi proses kelompok

Unsur pertama pembelajaran kooperatif yaitu saling

ketergantungan positif. Suprijono (2012: 58) mengatakan bahwa unsur

ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua

pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang

ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota

kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan

tersebut.

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 17: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

24

Unsur kedua yaitu tanggung jawab perseorangan. Unsur

ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika

tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model

pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa

bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Unsur ketiga

adalah tatap muka. Setiap kelompok harus diberikan kesempatan

untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan

memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang

menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa

kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala

saja (Lie, 2008: 33).

Unsur yang ke empat yaitu komunikasi antar anggota. Siswa

harus saling mengenal dan mempercayai, saling menerima dan saling

mendukung, serta mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif

untuk dapat mengkoordinasikan kegiatan siswa dalam pencapaian

tujuan (Suprijono, 2012: 61). Kepercayaan dalam unsur ini sangat

diperlukan agar interaksi antar anggota dapat berjalan lancar. Siswa

akan dapat saling membantu satu sama lain demi keberhasilan

kelompoknya.

Unsur yang ke lima ialah evaluasi proses kelompok.

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok

untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama

mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja

kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah

beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran

cooperative learning (Lie, 2008: 35).

Evaluasi proses kelompok dilakukan baik pada saat

pembelajaran ataupun di akhir pembelajaran. Guru mengamati dan

menilai kinerja siswa secara individu mapun kelompok sehingga guru

dapat menilai secara objektif.

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 18: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

25

d. Langkah-Langkah Model Kooperatif

Model kooperatif memiliki beberapa langkah atau fase dalam

pelaksanaannya. Trianto (2009: 66-67) menyebutkan langkah-langkah

model pembelajaran kooperatif dalam bentuk tabel di bawah ini:

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan

dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang

ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan

memotivasi siswa belajar.

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan

jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan

siswa ke dalam

kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya

membentuk kelompok belajar dan membantu setiap

kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4

Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar

pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok

mepresentasikan hasil karyanya.

Fase 6

Memberikan

penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik

upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Sumber: Trianto (2009: 66-67)

Langkah-langkah di atas merupakan lima langkah yang

dilakukan apabila guru akan melakukan model pembelajaran

kooperatif. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Inside Outside Circle. Langkah-langkah fase di atas

dalam penelitian ini dimasukkan ke RPP untuk kemudian disesuaikan

dengan langkah-langkah di model kooperatif tipe IOC.

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 19: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

26

4. Model Kooperatif Tipe Inside Outside Circle (IOC)

Pembelajaran Kooperatif tipe Inside Outside Circle atau lingkaran

kecil lingkaran besar dikembangkan oleh Spencer Kagan. Kagan dalam

Crandall dan Miller (2011) menerangkan tentang Inside Outside Circle

sebagai berikut:

Inside/Outside Circle is an activity that involves all students

in the class. Inside/Outside Circles are particularly useful for:

differentiation, kinesthetic learners, conversation practice, and

community-building in the classroom. This activity can be a great

warm up as well as a useful way to change things up and get

students moving during a long class.

Model kooperatif tipe Inside Outside Circle merupakan kegiatan

yang melibatkan semua siswa di kelas. Model kooperatif tipe ini sangat

berguna untuk diferensiasi, pelajar kinestetik, praktek percakapan, dan

pembangunan komunitas di dalam kelas. Diferensiasi atau pembedaan

dalam pembelajaran kooperatif ini individu mendapatkan tanggung jawab

masing-masing namun harus tetap bekerja sama di suatu kelompok yang

heterogen. Seluruh siswa bergotong royong untuk memberikan hasil yang

maksimal sehingga siswa lainnya dapat menerima dengan maksimal pula.

Kegiatan saling bekerja sama inilah yang akan membangun pembelajaran

yang interaktif, sehingga dapat mengaktifkan seluruh siswa dan tercipta

pembelajaran yang lebih hangat.

Lie (2008: 65) menyebutkan model kooperatif dengan tipe ini

menurut Kagan bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa

agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Seluruh siswa

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 20: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

27

bergotong royong untuk memberikan informasinya kepada seluruh

temannya di kelompok lain.

Salah satu keunggulan dari teknik ini adalah adanya struktur yang

jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang

berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu, siswa bekerja dengan

sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak

kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan

berkomunikasi.

Langkah model kooperatif tipe Inside Outside Circle sesuai dengan

penelitian ini namun mengacu pada Lie (2008: 65-66) sebagai berikut:

Lingkaran Individu

a. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu

banyak) berdiri membentuk lingkaran kecil. Mereka berdiri

melingkar dan menghadap keluar.

b. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran

yang pertama. Dengan kata lain, mereka berdiri menghadap ke

dalam dan berpasangan dengan siswa yang berada di lingkaran

dalam.

c. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan lingkaran

besar berbagi informasi.

d. Kemudian siswa yang berada di lingkaran kecil diam di

tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar

bergeser satu atau dua langkah searah perputaran jarum jam.

Dengan cara ini, masing-masing siswa mendapatkan pasangan

yang baru untuk berbagi.

e. Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar

membagikan informasi. Demikian seterusnya.

Lingkaran Kelompok

a. Satu kelompok berdiri di lingkaran kecil menghadap ke luar.

Kelompok yang lain berdiri di lingkaran besar.

b. Kelompok berputar seperti prosedur lingkaran individu yang

dijelaskan di atas dan saling berbagi.

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 21: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

28

Mengacu pada langkah-langkah model kooperatif tipe IOC di atas,

penelitian ini dilakukan dengan masing-masing kelompok dibagi menjadi

dua kelompok besar. Masing-masing kelompok terdiri dari 10 siswa yang

dibuat secara heterogen. Materi yang digunakan yaitu mengenai masalah

sosial di lingkungan setempat. Inovasi penelitian ini yaitu ditambahkan

musik dalam proses perpindahan tempat di langkah ke empat dan

diberikan permainan kartu seusai berbagi informasi.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa model kooperatif tipe Inside Outside Circle merupakan model

pembelajaran secara berkelompok yang berguna mengaktifkan seluruh

siswa dengan memberikan tanggung jawab masing-masing untuk

bertukar informasi bersama temannya secara interaktif dan teratur. Model

IOC sangat membantu siswa untuk mengasah keterampilan berbicara,

mendengarkan dan bertanya. Interaksi dilakukan secara teratur dan

komunikatif. Keberhasilan siswa dalam pembelajaran ini dipengaruhi

oleh salah satunya kesungguhan temannya dalam menyampaikan

informasi. Pencapaian penangkapan materi juga akan berkurang jika

temannya tidak sungguh-sungguh dalam menyampaikan pengetahuan

kepada temannya. Kerja keras antar anggota sangat diperlukan.

Siswa diharapkan akan dapat meningkatkan sikap kerja keras

hingga menjadikan prestasi belajarnya meningkat. Model kooperatif tipe

Inside Outside Circle dalam penelitian ini digunakan di kelas IV materi

masalah sosial pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 22: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

29

5. Ilmu Pengetahuan Sosial

Marsh (dalam Solihatin, 2009: 14) menyebutkan bahwa istilah IPS

dalam menyelenggarakan pendidikan di Indonesia masih relatif baru

digunakan. Pendidikan IPS merupakan padanan dari Social Studies dalam

konteks kurikulum di Amerika Serikat. Istilah tersebut pertama kali

digunakan di AS pada tahun 1913 mengadopsi nama lembaga Social

Studies yang mengembangkan kurikulum di AS. Sapriya (2008: 4)

mengatakan bahwa:

Salah satu karakteristik dari definisi social studies adalah

bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai dengan tingkat

perkembangan masyarakat. Di Amerika serikat, misalnya the

National Council for the Social Studies (NCSS), organisasi para

ahli pendidikan studi sosial yang cukup handal sebelum tahun 1978

merumuskan social studies sebagai program yang dibangun oleh

sejumlah disiplin ilmu sosial, yakni “sejarah, ekonomi, sosiologi, kewarganegaraan, geografi, dan semua modifikasi atau kombinasi

mata pelajaran-mata pelajaran terutama yang memiliki materi dan

tujuan yang berhubungan dengan masalah-masalah

kemasyarakatan.

Lebih lanjut Martorella (dalam Solihatin, 2008: 14) mengatakan

bahwa pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek

“pendidikan” daripada “transfer konsep”, karena dalam pembelajaran

Pendidikan IPS diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah

konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan

keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Dengan

demikian, pembelajaran pendidikan IPS harus diformulasikan pada aspek

kependidikannya.

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 23: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

30

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu ilmu pendidikan

yang mempelajari tentang manusia dan lingkungan sosialnya secara

dinamis dengan mengikuti perkembangan zaman. IPS mempelajari

tentang beberapa disiplin ilmu seperti sejarah, ekonomi, sosiologi dan

bidang ilmu lainnya yang berhubungan dengan masalah kemasyarakatan.

Pembelajaran IPS lebih menekankan kepada nilai, moral, sikap, dan

keterampilan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Materi IPS yang dijadikan obyek penelitian pada penelitian

tindakan kelas di SD Negeri 1 Besuki yaitu pada materi Masalah Sosial.

Materi tersebut diajarkan pada kelas IV semester II dengan Standar

Kompetensi 3 yaitu mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan

kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.

Kompetensi Dasar yang diajarkan yaitu 2.4 tentang mengenal

permasalahan sosial di daerahnya. Sub materi yang dipelajari di setiap

pertemuan dalam dua siklus ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.2 Rincian Sub Materi Masalah Sosial

No Siklus /

Pertemuan ke-

Sub Materi

1 Siklus I

Pertemuan ke-1

1. Pengertian masalah pribadi dan masalah sosial

2. Perbedaan masalah pribadi dan masalah sosial

Pertemuan ke-2 1. Macam-macam masalah sosial

a. Masalah kependudukan

1) Persebaran penduduk yang tidak merata.

2) Jumlah penduduk yang besar.

3) Pertumbuhan penduduk yang tinggi.

4) Kualitas penduduk yang rendah.

5) Rendahnya pendapatan per-kapita.

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 24: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

31

6) Tingginya tingkat ketergantungan

b. Tindak kejahatan

c. Perilaku tidak displin

d. Pencemaran lingkungan

2. Penyebab masalah sosial

a. Penyebab masalah kependudukan

b. Penyebab tindak kejahatan

c. Penyebab perilaku tidak disiplin

d. Penyebab pencemaran lingkungan

3. Cara mengatasi masalah sosial

a. Cara mengatasi masalah kependudukan

b. Cara mengatasi tindak kejahatan

c. Cara mengatasi perilaku tidak disiplin

d. Cara mengatasi pencemaran lingkungan

2 Siklus II

Pertemuan ke-1

1. Macam-macam masalah sosial

a. Peristiwa kebakaran

b. Masalah sampah

c. Buruknya/rusaknya fasilitas umum

2. Penyebab masalah sosial

a. Penyebab peristiwa kebakaran

b. Penyebab masalah sampah

c. Penyebab buruknya/rusaknya fasilitas umum

3. Cara mengatasi masalah sosial

a. Cara mengatasi peristiwa kebakaran

b. Cara mengatasi masalah sampah

c. Cara mengatasi buruknya/rusaknya fasilitas

umum

Pertemuan ke-2

1. Macam-macam masalah sosial

a. Penyalahgunaan narkoba dan alkohol

b. Pemborosoan energi

c. Kelangkaan barang-barang kebutuhan pokok

2. Penyebab masalah sosial

a. Penyebab penyalahgunaan narkoba dan alkohol

b. Penyebab pemborosoan energi

c. Penyebab kelangkaan barang-barang kebutuhan

pokok

3. Cara mengatasi masalah sosial

a. Cara mengatasi penyalahgunaan narkoba dan

alkohol

b. Cara mengatasi pemborosoan energi

c. Cara mengatasi kelangkaan barang-barang

kebutuhan pokok

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 25: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

32

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan sebelumnya oleh

peneliti lain terkait dengan penelitian ini yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Azizah Rahmawati, dkk dengan judul

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside Outside Circle

Untuk Meningkatkan Pemahaman Kegiatan Ekonomi Masyarakat”,

yang menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Inside

Outside Circle dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar.

Hasil analisis pada siklus 1 terjadi peningkatan nilai tes pemahaman

kegiatan ekonomi masyarakat dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Inside Outside Circle jika dibandingkan pada

pratindakan. Dari 25 siswa terdapat 13 siswa atau 52 % yang

memperoleh nilai di atas KKM dengan rata-rata kelas 71,56 dari

sebelumnya saat prapenelitian memiliki rata-rata 54,6. Sedangkan pada

siklus II terdapat 21 siswa atau 84 % yang memperoleh nilai di atas 70

(KKM) dengan rata-rata kelas 86,42 dan masih terdapat 4 siswa atau 16

% yang memperoleh nilai di bawah KKM. Maka dapat dikatakan,

penelitian tersebut telah berhasil meningkatkan pemahaman kegiatan

ekonomi masyarakat dan dapat berhasil mencapai melebihi indikator

ketuntasan yang ditentukan yaitu 80% sehingga penelitian dihentikan

pada siklus II.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Edi Andhika dkk dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside Outside Circle

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 26: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

33

(IOC) Berbasis Media Audio Visual Animation Terhadap Hasil Belajar

Siswa”. Diketahui bahwa hasil uji perbedaan dua rata-rata pada tdata

post test diperoleh ℎ� �� = , > �� = , dan uji perbedaan

dua rata-rata pada data N-Gain Ternormalisasi diperoleh ℎ� �� =, > �� = , pada taraf signifikansi 0,05 yang artinya Ho

ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran

kooperatif tipe IOC berpengaruh signifikan pada hasil belajar IPS.

Adanya penelitian lainnya yang menggunakan pembelajaran kooperatif

tipe IOC menjadi landasan dalam melakukan penelitian dengan menggunakan

model pembelajaran tersebut. Perbedaan dalam melakukan penelitian yaitu

dalam penelitian Azizah Rahmawati diterapkan model pembelajaran

kooperatif tipe IOC dengan meningkatkan pemahaman materi kegiatan

ekonomi masyarakat, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe IOC untuk meningkatkan

sikap kerja keras dan prestasi belajar siswa pada materi masalah sosial.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan pengamatan yang diperoleh di kelas IV SD Negeri 1

Besuki, ditemukan masalah kurangnya sikap kerja keras siswa di kelas IV

tersebut. Siswa menunjukkan kurangnya sikap kerja keras yang dilihat dari

masih belum berani dan enggan untuk menyampaikan pendapat jika ada

pertanyaan dari guru dan kurang aktif dalam bertanya jika belum memahami

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 27: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

34

Belum menggunakan

model kooperatif tipe

IOC

Siswa yang diteliti:

- Sikap Kerja keras

siswa kurang

- Prestasi belajar

rendah

Kondisi Awal

Tindakan Menggunakan model

kooperatif tipe IOC SIKLUS I

Menggunakan model

kooperatif tipe IOC

SIKLUS II

Menggunakan model

kooperatif tipe IOC Kondisi Akhir

Penggunaan model

kooperatif tipe IOC diduga

dapat meningkatkan sikap

kerja keras dan prestasi

belajar siswa

materi pelajaran. Kurangnya sikap kerja keras ini berpengaruh terhadap

rendahnya prestasi belajar siswa.

Atas dasar masalah yang telah ditemukan mengenai kurangnya sikap

kerja keras dan prestasi belajar IPS, peneliti bersama dengan guru

menentukan tindakan yang tepat dalam mengatasi permasalahan tersebut.

Akhirnya peneliti bersama dengan guru bersepakat untuk menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Inside Outside Circle (IOC) dalam pembelajaran

IPS di Kelas IV SD Negeri 1 Besuki. Penelitian ini menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe IOC untuk memperoleh peningkatan sikap kerja

keras dan prestasi belajar siswa pada materi masalah sosial mata pelajaran

IPS di kelas IV SD Negeri 1 Besuki.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016

Page 28: 8 BAB II Landasan Teori a. upaya sungguh-sungguh dalam …repository.ump.ac.id/1245/3/AYU FATMA BAB II.pdf · 2017-04-04 · anak juga lebih dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

35

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teritik di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis

tindakan untuk penelitian tersebut adalah:

1. Model kooperatif tipe Inside Outside Circle (IOC) dapat meningkatkan

sikap kerja keras siswa pada pelajaran IPS materi masalah sosial kelas IV

SD Negeri 1 Besuki.

2. Model kooperatif tipe Inside Outside Circle (IOC) dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa pada pelajaran IPS materi masalah sosial kelas IV

SD Negeri 1 Besuki.

Peningkatan Sikap Kerja..., Ayu Fatma Azwar Pratiwi, FKIP UMP 2016